BAB II Landasan Teori tentang Media Audio Visual dan ...

33
15 BAB II Landasan Teori tentang Media Audio Visual dan Motivasi Belajar A. Media Audio Visual 1) Pengertian Media Audio Visual Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan ( a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan menurut gagne dalam buku Dina indriana menyatakan bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. (Dina Indriana, 2011: 13). Sementara itu, Robert Heinich, dkk (2002:10) dalam bukunya, “Instructional Media and Technologies for Learning” yang dikutip oleh HM. Musfiqon mendefinisikan, media adalah saluran informasi yang menghubungkan antara sumber informasi dan penerima. (Musfiqon, 2012: 26). Dalam pengertian ini media diartikan sebagai fasilitas komunikasi, yang dapat memperjelas makna antara komunikator dan komunikan. Sedanglam pengertian media menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Associatio/NEA) )memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya, media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional. (musfiqon, 2012: 27). Briggs dalam buku Dina indriana menyatakan bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Miarso menyatakan dalam Dina indriana bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Schram menyatakan bahwa media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, sehingga media menjadi perluasan dari guru. Dilihat dari segi sifatnya, menurut NEA, dikutip dari buku Dina Indriana media adalah sarana 15

Transcript of BAB II Landasan Teori tentang Media Audio Visual dan ...

15

BAB II

Landasan Teori tentang Media Audio Visual dan Motivasi Belajar

A. Media Audio Visual

1) Pengertian Media Audio Visual

Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin,

yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti

perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan

(a receiver). Sedangkan menurut gagne dalam buku Dina indriana menyatakan

bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. (Dina Indriana,

2011: 13).

Sementara itu, Robert Heinich, dkk (2002:10) dalam bukunya, “Instructional

Media and Technologies for Learning” yang dikutip oleh HM. Musfiqon

mendefinisikan, media adalah saluran informasi yang menghubungkan antara

sumber informasi dan penerima. (Musfiqon, 2012: 26). Dalam pengertian ini

media diartikan sebagai fasilitas komunikasi, yang dapat memperjelas makna

antara komunikator dan komunikan. Sedanglam pengertian media menurut

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Associatio/NEA) )memiliki

pengertian yang berbeda. Menurutnya, media merupakan benda yang

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen

yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat

mempengaruhi efektifitas program intruksional. (musfiqon, 2012: 27).

Briggs dalam buku Dina indriana menyatakan bahwa media merupakan alat

untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Miarso menyatakan dalam Dina indriana bahwa media merupakan segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Schram menyatakan bahwa

media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran, sehingga media menjadi perluasan dari guru. Dilihat dari

segi sifatnya, menurut NEA, dikutip dari buku Dina Indriana media adalah sarana

15

16

komunikasi dalam bemtuk cetak maupun audiovisual, termasuk teknologi

perangkat kerasnya. Hal itu sama dengan pengertian media yang diberikan oleh

AECT, yang menyatakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran

yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan. Menurut Brown dalam buku

Dina Indriana meyakini bahwa media yang digunakan dengan baik oleh guru atau

siswa dapat mempengaruhi efektifitas program belajar dan mengajar. Sebagai

contoh, seorang guru memanfaatkan teknologi komputer berupa CD interaktif

untuk mengajarkan materi fisika. Dengan CD interaktif, siswa dapat lebih aktif

mempelajari materi dan menumbuhkan kemandirian belajar, sedangkan guru

bertugas mengamati dan mengulas penguasaan materi siswa. (Dina Indriana,

2011: 14).

Gerlach dan Ely dalam buku Azhar Arzyad, mengatakan bahwa media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan

sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses

belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual

atau verbal. (Azhar Arsyad, 2011: 3).

Dari berbagai pengertian tersebut, kita bisa memahami bahwa media

merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam

proses belajar mengajar. Dengan adanya media pengajaran, peran guru menjadi

semakain luas. Sedangkan anak didik akan terbantu untuk belajar dengan lebih

baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam

bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efisien. (Dina

Indriana, 2011: 15).

Menurut Eriksson dan Curl dalam buku Dina Indriana, ada beberapa kriteria

yang digunakan dalam memilih media, yaitu:

1. Isi media pengajaran tersebut berguna dan penting bagi anak didik

2. Kandungan media tersebut menarik minat anak didik

3. Formatnya sesuai dengan pengaturan aktivitas belajar

17

4. Bahan yang digunakan valid, mudah didapat, dan tidak ketinggalan zaman

5. Bahan atau materinya tidak menimbulkan sesuatu yang sifatnya propaganda,

yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan

6. Media pengajaran itu mempunyai rancangan yang baik, rapi, dan terstruktur

dengan baik. (Dina Indriana, 2011: 36).

Media berfungsi sebagai perantara, wadah, atau penyambung pesan-pesan

pembelajaran. Media berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai

pengalaman belajar. Pengalaman belajar (learning experience) tergantung pada

interaksi siswa dengan media. Media yang tepat dan sesuai dengan tujuan beljar

akan mampu meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik bisa

mempertinggi hasil besar.

Fungsi Media Pembelajaran

1. Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar

Menurut Mudhoffir dalam buku Yudhi Munadi menyebutkan bahwa

sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional

yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang mana

hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber

belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada diluar diri

seorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses

belajar.

Pemahaman di atas sejalan dengan Edgar dale dalam buku Yudhi

Munadi bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada

dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu

yang dapat dialami, yang dapat menimbulkan peristiwa belajar. Maksudnya

adanya perubahan tingkah laku kea rah yang lebih sempurna sesuai dengan

tujuan yang ditentukan.

2. Fungsi Semantik

Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata

(symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak

didik (tidak verbalistik).

18

Bahasa meliputi (symbol) dan isi (content) yakni pikiran dan atau

perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (message), yang tidak

dapat dipisahkan. Unsur dari bahasa itu adalah “kata”. Kata atau kata-kata

sudah jelas merupakan symbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan

untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar harimau

dapat dipakai sebagai symbol keberanian, seperti digunakan oleh masyarakat

kota bandung (maung bandung). Padahal, harimau itu sendiri biasanya

dirujukan kepada binatang buas.

Manusialah yang memberikan makna pada kata atau dalam konteks

pendidikan dan pembelajaran, gurulah yang member makna pada setiap kata

yang disampaikannya.

Bila simbol-simbol kata verbal tersebut hanya merujuk pada benda,

misalnya Candi Borobudur, Big Ben di London, jantung manusia, atau ikan

paus, maka masalah komunikasi akan menjadi sederhana, artinya guru tidak

terlalu kesulitan untuk menjelaskannya. Ia bisa menjelaskan kata verbal itu

dengan menghadirkan Photo Candi Borobudur dan Big Ben, mock up jantung

manusia.

Bila kata merujuk pada peristiwa, sifat sesuatu, tindakan, hubungan

konsep, dan lain-lain, misalnya kata iman, etika, akhlak, atau tanggung

jawab, maka masalah komunikasi menjadi tambah rumit, yakni bila

komunikasinya melalui bahasa verbal. Namun bagi guru yang kreatif dan

mampu mendayahgunakan media pembelajaran secara tepat hal itu dapat

dengan mudah diatasi, yakni dengan memberikan penjelasan melalui bahasa

dramatisasi, simulasi, cerita (mendongeng), ceritabergambar, dan lain-lain.

3. Fungsi Manipulatif

Fungsi Manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum

yang dimilikinya sebagaimana disebut diatas. Berdasarkan karakteristik

umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas

ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas

ruang dan waktu, yaitu:

19

a. Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit

dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan

paus melahirkan anak, dan lain-lain.

b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu

panjang menjadi singkat, seperti proses metamorphosis, proses berang-

berang membangun bendungan dan sarangnya, dan proses ibadah haji.

c. Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang

telah terjadi (terutama pada mata pelajaran sejarah), seperti peristiwa

Nabi Nuh dan kapalnya, Haji Wada’ yang dilakukan Nabi Muhammad

saw, invasi kaum muslimin ke Andalusia, masa kejayaan Islam masa

Abbasiyah, invasi bangsa Mongol ke Bagdad , masuknya Islam ke

wilayah Nusantara, dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa sejarah itu dapat

dituangkan dalam film dramatisasi, dongeng (sandiwara program audio),

cerita bergambar (komik), dan lain-lain.

kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan

inderawi manusia, yaitu:

a. Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena

terlalu kecil, seperti molekul sel, atom dan lain-lain, yakni dengan

memanfaatkan gambar, film, dan lain-lain.

b. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat

atau terlalu cepat, seperti proses metamorphosis.

c. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan

suara, seperti cara membaca Al-qur’an sesuai dengan kaidah tajwid,

belajar bahasa asing, belajar menyanyi dan bermusik, yakni dengan

memanfaatkan kaset (tape recorder).

d. Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks,

misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik, dan lain-lain.

20

4. Fungsi Psikologis

a. Fungsi Atensi

Media Pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa

terhadap materi ajar. Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat

guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik dan

memfokuskan perhatian siswa.

b. Fungsi Afektif

Fungsi Afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat

penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.

c. Fungsi Kognitif

Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh

dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-

objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau

kejadian/peristiwa. Misalnya, seorang siswa yang belajar melalui

peristiwa seperti darmawisata, ia mampu menceritakan pengalamannya

selama melakukan kegiatan itu kepada temannya.

d. Fungsi Imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan

imajinasi siswa. Orang dewasa seharusnya jangan mematikan imajinasi

dan fantasi anak. Kalau anak berfantasi dengan robot, lalu dipaksa untuk

menyesuaikan dengan imajinasi dan fantasi yang dimiliki anak-anak

berbeda dengan imajinasi orang dewasa.

e. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong

melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Dengan demikian, motivasi merupakan usaha dari pihak luar, dalam hal

ini adalah guru untuk mendorong mengaktifkan dan menggerakkan

siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.

21

5. Fungsi Sosio Kultural

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan

sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Masalah ini dapat

diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki

kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, meempersamakan

pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. (Yudhi Munadai, 2008

:37).

Memurut Kemp dan Dayton dalam buku Dina Indriana, media

pengajaran memiliki beberapa manfaat:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih mencapai standar

2. Pembelajaran bisa menjadi lebih menarik

3. Pembelajaran lebih interaktif

4. Dengan menerapkan teori belajar, waktu pelaksanaan pembelajaran bisa

dipersingkat

5. Kualitas pembelajaran bisa ditingkatkan

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun

diperlukan

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses

pembelajaran dapat ditingkatkan

8. Peran guru berubah ke arah yang lebih positif. (Dina Indriana, 2011:48).

Menurut HM. Musfiqon “Media audio adalah media yang

penggunaannya menekankan pada aspek pendengaran. Indera pendengaran

merupakan alat utama dalam penggunaan media jenis ini. Menurut Angkowo

dikutip dari buku HM. Musfiqon dalam penggunaan media audio, pesan yang

akan disampaikan dituangkana kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal

(ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal sehingga antara

pengitim pesan dengan penerima pesan bisa memahami makna dari lambang

auditif tersebut. (Musfiqon, 2012: 89).

Menurut Dina Indriana “Media audio adalah media yang penyampaian

pesannya ditangkap dengan indra pendengaran saja. Hal tersebut dikarenakan

media ini hanya mengeluarkan suara tanpa ada gambar atau pesan konkret

22

lainnya. Pesan yang disampaikan adalah dalam bentuk kata-kata, musik dan

sound effect saja.

Menurut Daryanto “Media video adalah segala seuatu yang

memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak

secara sekuensial. (Daryanto, 2013: 88).

Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan.

Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak verbal, media cetak

grafis, dan media visual non cetak. Pertama, media visual verbal adalah

media visual yang memuat pesan-pesan verbal (pesan linguistik berbentuk

tulisan). Kedua, media visual non verbal grafis adalah media visual yang

memuat pesan non verbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-

unsur garis, seperti gambar (sketsa, lukisan, dan photo), grafik, diagram,

bagan, dan peta. Ketiga, media visual non verbal tiga, berupa model, seperti

miniatur, mock up, specimen dan diorama.

Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam bentuk

media cetak seperti buku, majalah, koran, modul, komik, poster dan atlas,

bisa juga dibuat di atas di atas papan visual seperti papan tulis dan papan

pamer (display board), dan bisa dibuat dalam bentuk tayangan, yakni melalui

projectable aids atau alat-alat yang mampu memproyeksikan pesan-pesan

visual, seperti opaque projector, OHP (overheand projector), digital

projector (biasa disebut sebagai LCD atau infocus.(Yudhi Munadi, 2008: 56).

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi

penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media

juga berfumgsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu,

alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja,

melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media dalam pembelajaran.

(Musfiqon, 2012: 42).

Menurut Yudhi Munadi Media Audio Visual adalah media yang

melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.

Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal

dan non verbal yang terdengar layaknya media audio di atas. Pesan visual

23

yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual

seperti film dokumenter, film docudokumenter, film drama, dan lain-lain.

Semua program tersebut dapat disalurkan melalui peralatan seperti film,

video dan juga televisi dan dapat disambungkan pada alat proyeksi

(projectable aids).(Yudhi Munadi, 2008: 56)

Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik, sebab

mengandung kedua jenis media baik auditif dan juga visual. Penggunaan

media audio visual sangat efektif dilakukan dalam hal pemanfaatan alat

inderanya adalah yang terbanayak dalam setiap kelas. Artinya peserta didik

dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu

alat inderanya, yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan. Media ini

dibagi kedalam:

a) Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam

seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara dan cetak

suara.

b) Audio Visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak seperti film suara dan video casette.

Menurut Yudhi Munadi, media audio visual dapat dibagi menjadi dua

jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu

unit, dinamakan media audio visual murni, seperti film gerak (movie)

bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak

murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP dan peralatan

visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan

secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran. (Yudhi

Munadi, 2008:113).

24

2) Macam-Macam Media Audio Visual

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dan siswa

dalam memahami materi pembelajaran. Berikut ini adalah macam-macam media

audio visual:

a) Film

Menurut HM. Musfiqon Film pada hakekatnya merupakan penemuan baru

dalam interaksi belajar mengajar yang dikombinasikan dua macam indera pada

saat yang sama. Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar

pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus

sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal. (Musfiqon, 2012:

106).

Menurut Dina indriana film merupakan serangkaian gambar diam yang

meluncur secara cepat dan diproyelsikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan

bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak,

sehingga memberikan kesan yang impresif dan atraktif bagi penikmatnya. Media

film disajikan sebagai media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita

sesuai dengan tema dan subjek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak didik akan

dengan mudah memahami dan mengambil pelajaran dari film yang ditonton (Dina

Indriana, 2011: 91).

Kelebihan media film adalah memberikan pesan yang dapat diterima secara

lebih merata oleh siswa sangat baik untuk menerangkan suatu proses mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan

sesuai dengan kebutuhan dan memberikan kesan yang mendalam, yang dapat

mempengaruhi sikap siswa.

Selain itu, media film juga memberikan hiburan tersendiri bagi anak didik

sehingga mereka merasa tidak bosan saat mengikuti sesi pembelajaran tersebut,

namun mereka akan mendapatkan pesan yang diajarkan dari media film ini.

Sedangkan kekurangan dari media ini adalah harga produksinya cukup mahal

dan bahkan sangat mahal pembuatannya memerlukan proses yang lama sehingga

menyita banyak waktu dan tenaga, memerlukan penggelapan ruangan,

25

pengoperasiannya pun harus dilakukan oleh orang yang khusus. (Dina Indriana,

2011: 92).

Menurut Ahmad Sabri dikutip dari buku HM. Musfiqon, film dalam

pendidikan dan pembelajanran di kelas berguna umtuk:

a. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa

b. Menambah daya ingat pada pelajaran

c. Mengembangkan daya fantasi anak didik

d. Mengembangkan minat dan motivasi belajar

e. Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu

f. Memperjelas dalam jarak waktu

g. Memperjelas sesuatu yang masih bersifat abstrak

h. Memberikan pengalaman yang lebih realistik.

Menurut Oemar Hamalik (dalam Usman, 2002:98) dikutip dari buku buku

HM. Musfiqon, suatu film pendidikan dikatakan baik bila memenuhi syarat,

diantaranya:

a. Sangat menarik siswa

b. Benar dan autentik

c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan

d. Sesuai dengan tingkat kematangan siswa

e. Perbendaharaan bahasanya baik dan tepat

f. Kesatuan dan squence-nya cukup teratur, dan

g. Teknis yang digunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup

memuaskan. (Musfiqon, 2012: 106).

Film untuk konteks pembelajaran mempunyai banyak jenis yang variatif,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Film Dokumenter (documentaries).

Menurut Heinrich dkk dalam Yudhi Munadi film-film dokumenter adalah

film-film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfisikan

yang fakta. Poin penting dalam film ini, menurutnya, adalah menggambarkan

permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan

antarmanusia, etika dan lain sebagainya. Misalnya, film tentang dampak

26

globalisasi terhadap sosial budaya di suatu daerah atau negara, kehidupan manusia

di daerah pedalaman, kehidupan nelayan di daerah pesisir, sistem pendidikan di

pesantren, dan lain-lain. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman

penting dari sajarah manusia.

2. Docudrama yakni film-film dokumenter yang membutuhkan pengadegan.

Dengan demikian kisah-kish yang ada dalam docudrama adalah kisah yang

dingkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya,

kisah teladan para nabi dan rasul, walisongo, ulama dan tokoh terkenal, dan kisah

tentang orang-orang shaleh lainnya.

3. Film drama dari semidrama, keduanya melukiskan human relation. Tema-

temanya bisa dari kisah nyata dan bisa tidak yakni dari nilai-nilai kehidupan yang

kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir,

dihukum karena pelit, takut kepada Allah, bersabar, indahnya hidup damai,

kejujuran, jangan menghina keimanan orang lain dan lain-lain. (Yudi Munadi,

2008: 117).

Berkenaan dengan klasifikasi film, Asnawir mengklasifikannya menjadi 10

jenis, yakni film informasi, film kecakapan atau drill, film apresiasi, film

dokumenter, film rekreasi, film episode, film sain, film berita (news), film industri

dan film provokasi. Film-film yang dibuat khusus untuk pembelajaran hendaknya

berdurasi pendek.

b) Video

Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses

pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal, individual, maupun berkelompok.

Pada pembelajaran yang bersifat masal (mass instruction, manfaat kaset video

sangat nyata. Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai

dengan kebutuhan, yaitu dengan cara mengatur jarak antara layar dan alat pemutar

kaset (video player). Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya

informasi dan tuntas karena dapat sampai ke hadapan siswa secara langsung.

Disamping itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. Hal

ini karena karekteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak

pada siswa, yang menyertainya. Dengan demikian, siswa merasa seperti berada di

27

suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video. Seperti anda

ketahui bahwa tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi

pembelajaran dapat meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan

informasi awalnya lebih besar melalui indra pendengaran dan penglihatan.

(Daryanto, 2012: 86).

Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat

dikombinasikan dengan gambat bergerak secara sekuensial. Program video dapat

dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan

pengalaman yang tidak terduga kepada siswa, selain itu juga program video dapat

dikombinasikan dengan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk

mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Kemampuan video dalam

memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu anda menyampaikan

materi yang bersifat dinamis. (Daryanto, 2012: 88).

c) Televisi

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan

gambar hidup bersama suara. Melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan

peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan

mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang

dapat didengar. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan

pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan

dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi pendidikan adalah penggunaan

program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu

tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendididkan tidak sekedar

menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, ia

memiliki ciri-ciri tersendiri, antara laian yaitu: (1) di tuntun oleh instruktur

seorang guru atau instruktur menuntun siswa melalui pengalaman-pengalaman

visual. (2) sistematis siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan

tujuan dan pengalaman belajar yang terencana (3) teratur dan berurutan siaran

disajikan dengan selang waktu yang berurutan secara berurutan di mana satu

siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya, dan (4) terpadu siaran berkaitan

28

dengan pengalaman belajar lainnya seperti latihan, membavca, laboratorium,

percobaan, menulis, dan pemecahan masalah. (Azhar Arsyad, 2010: 51).

Sedangkan Oemar hamalik (dalam Usman, 2002: 101) dikutip dari HM

Musfiqon mengemukakan:

“Television is an electronic motion picture with conjoined or attendent

sound; both picture and sound reach the eye ang ear simultaneously from a

remote broadcast point. Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi

sesungguhnya adalah pelengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan

gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama

dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. (Musfiqon, 2012: 139).

Menurut Dina Indriana media televisi mempunyai berbagai jenis yakni:

1. Televisi Terbuka

Televisi terbuka adalah media audiovisual bergerak yang berfungsi

menyampaikan pesan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari satu

stasiun, kemudian pesan tersebut, diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi.

Media inilah yang sering kali kita lihat di rumah-rumah. Media televisi bisa

dijadikan sebagai media pembelajaran secara mandiri di rumah bagi anak didik

dengan melihat berbagai acara pembelajaran yang ditayangkan di setiap stasiun

televisi. Media ini juga bisa dijadikan sebagai media pengajaran secara langsung.

Namun demikian, tentu saja ada kendala, yakni mengenai pemilihan waktu

pengajaran dengan program acara yang akan dijadikan sebagai media pengajatran.

Itu pun tergantung pada stasiun televisi tertentu yang akan menayangkan program

yang mendidik dan memberikan pembelajaran tertentu pada anak didik. Contoh

dari hal ini adalah program Jago Matika di Trans7 untuk pengajaran matematika

yang ditayangkan di pagi hari, program petualangan aytau Discovery Channel,

atau program-program acara televisi lainnya.

2. Televisi Siaran Terbatas/CCTV (Cole Circuit Television)

Televisi siaran terbatas atau CCTV adalah media audiovisual gerak yang

penyampaian pesannya di distribusikan melalui kabel yang sifatnya lokal. Dengan

kata lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru yang

29

sedang mengajar, kemudian hasil pengambilan gambar tadi di distribusikan

melalui kabel pesawat televisi atau monitor yang ada di ruangan kelas.

3. Video Cassete Recorder (VCR)

Proses rekaman video ini menggunakan kaset video, sedangkan

penayangannya bisa dilakukan melalui televisi. Dengan demikian, VCR bisa

diputar menggunakan pemutar kaset video yang tampilan visualnya memakai

televisi. Karena memakai secara berulamg-ulang dan disesuaikan dengan

kebutuhan, sehingga akan mempermudah proses pengajaran dan pembelajaran.

Hasilnya, anak didik akan mendapatkan penjelasan yang jauh lebih komperhensif

dibandingkan televisi. Sekain itu, anak didik lamgsumg bisa merespons pesan

yang disampaikan. Guru dapat menerangkan dengan menghentikan tayangan

video televisi itu, kemudian melanjutkan kembali tayangan tersebut. (Dina

indriana, 2011: 93).

Guru yang menggunakan media televisi dituntut bisa menentukan secara tepat

media televisi yang dijadikan media, apakah televisi pendidikan atau televisi

umum. Oleh karena itu, ada beberapa prinsip agar televisi dapat digunakan dalam

pembelajaran, sebagai berikut:

1. Relevan dengan tujuan pembelajaran.

2. Meningkatkan motivasi dan menarik bagi siswa.

3. Program dan tampilan sesuai isi pembelajaran.

4. Mudah digunakan dalam pembelajaran.

5. Guru terampil mengoperasionalkan dalam pembelajaran. (Musfiqon, 2012:

144)

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media audio visual

adalah suatu media/alat komunikasi yang penggunaannya dapat melalui indera

penglihatan dan indera pendengaran. Contoh dari media audio visual adalah

televise, film, video, dll. Media audio visual yang sering/banyak digunakan di

sekolah-sekolah adalah video. Dengan adanya penggunaan media visual ini, maka

akan memudahkan siswa untuk menangkap suatu pelajaran.

30

3) Kelebihan dan kekurangan Media audio visual

Media audio visual mempunyai manfaat dan karakteristik yang berbeda.

Selain mempunyai kelebihan-kelebihan, juga mempunyai kekurangan-

kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan media audio visual.

a. Film

Menurut Dina Indriana kelebihan film adalah:

1. Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa

2. Sangat baik untuk menerangkan suatu proses

3. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

4. Lebih realistis

5. Dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan

6. Memberikan kesan yang mendalam, yang mempengaruhi sikap siswa

Menurut Dina Indriana kekurangan film adalah:

1. Harga produksinya cukup mahal dan bahkan sangat mahal

2. Pembuatannya memerlukan proses yang lama sehingga menyita banyak

waktu dan tenaga

3. Memerlukan penggelapan ruangan

4. Pengoperasiannya pun harus dilakukan oleh orang yang khusus (Dina

Indriana, 2011 : 92)

b. Video

Menurut Yudhi Munadi kelebihan media Video banyak kemiripannya dengan

media film, diantaranyaa adalah:

1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan

3. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat

4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa

5. Mengembangkan imajinasi peserta didik

6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih

realistik

7. Sangat kuat mempengaruhi emosi orang

31

8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan mampu menunjukkan

rangsangan sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa

9. Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang

kurang pandai

10. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar

11. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk

dievaluasi.

Menurut Yudhi Munadi Kelemahan Video adalah:

1. Media ini terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses

pengembangan materi

2. Masih sedikit sekali video di pasaran yang sesuai dengan pembelajaran di

sekolah

3. Produksi video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang cukup mahal.

(Yudi Munadi, 2008: 127).

c. Televisi

Menurut HM.Musfiqon kelebihan media televisi adalah:

1. Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio visual termasuk

gambar diam, film, objek, spesimen dan drama.

2. Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa

3. Televisi dapat membawa dunia nyata kerumah dan ke kelas-kelas, seperti

orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa, melalui penyiaran langsung

atau rekaman.

4. Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan

mendengar diri sendiri

5. Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa

dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda

6. Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit di peroleh dalam

dunia nyata

7. Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa

8. Televisi merupakan medium yang menarik

9. Hampir setiap mata pelajaran dapat di TV kan

32

10. Horizon kelas dapat diperlebar dengan televisi

11. Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal

mengajar.

12. Televisi dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton.

Menurut HM.Musfiqon kelemahan media televisi adalah:

1. Harga pesawat televisi relatif mahal

2. Sifat komunikasinya hanya satu arah

3. Jika akan memanfaatkan di kelas jadwal siaran dan jadwal pelajaran di

sekolah sering kali sulit disesuaikan

4. Program di luar kontrol guru

5. Besarnya gambar di layar relatif kecil dibanding dengan film, sehingga

jumlah siswa yang dapat memanfaatkan terbatas

6. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan

untuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual

siswa

7. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.

(Musfiqon, 2012:142)

Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan:

a. Kelebihan-kelebihan media audio visual adalah:

1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

2. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat

3. Sangat kuat mempengaruhi emosi orang

4. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang

realistis

5. Dapat menghemat waktu

6. Menumbuhkan minat dan motivasi

7. Memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap

siswa

8. Mengembangkan imajinasi peserta didik

9. Dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton

33

10. Dapat membawa dunia nyata kerumah dan kelas-kelas.

b. Kelemahan-kelemahan media visual adalah:

1. Sifat komunikasinya hanya satu arah

2. Biaya produksinya mahal

3. Pengoperasiannya harus dilakukan oleh orang yang khusus

4. Menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan

4). Urgensi media audio visual dalam pembelajaran Aqidah akhlak

Saat penulis melakukan wawancara dengan Ibu istijabah guru bidang Aqidah

akhlak pada tanggal 4 Juli 2015, tentang urgensi media audio visual dalam

pembelajaran Aqidah akhlak.

Beliau mengatakan bahwa urgensi media audio visual dalam pembelajaran

Aqidah akhlak yaitu penyampaian materi agar lebih mudah di tangkap oleh

peserta didik. Dengan cara menggabungkan unsure suara dan unsure gambar lalu

guru menayangkan video yang berhubungan dengan materi yang di ajarnya, dari

penayangan tersebut siswa merasa antusias untuk menyimak video yang di putar

oleh guru dan materi yang di sampaikan oleh guru mudah di tangkap oleh siswa.

Menurut penulis metode pembelajaran ceramah untuk mata pelajaran aqidah

akhlak yang digunakan selama ini masih kurang berjalan dengan baik, sebab

memahami sesuatu hanya dengan memanfaatkan indra pendengaran tanpa

melibatkan indra penglihatan akan kurang menarik, membosankan, dan kurang

berbekas.

Urgensi dari media audio visual dalam pembelajaran aqidah akhlak

memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik,

sangat kuat mempengaruhi emosi orang dan menumnuhkan minat dan motivasi

belajar siswa. (Yudhi Munadi, 2008: 127).

Materi mata pelajaran aqidah akhlak pada dasarnya lebih banyak

bersenggolan dengan hal-hal yang bersifat abstrak, misalnya materi tentang

“aqidah” peserta didik diminta meyakini keberadaan Allah. Padahal materi

tentang aqidah ini bisa dijelaskan kepada peserta didik dengan memperlihatkan

bukti-bukti penciptaan alam semesta dengan rangkaian yang sangat rumit yang

mana hanya ada satu zat bisa mengatur dan menciptakan alam semesta tanpa

34

kesalahan sedikitpun, bukti-bukti pencapaian ini diperlihatkan dan diperdengarkan

kepada peserta didik dengan menggunakan media audio visual. Demikian juga

dengan aspek akhlak, seorang guru bisa memanfaatkan media audio visual untuk

menjelaskan materi akhlak, misalnya peserta didik diminta memahami tentang

keutamaan ta’awun atau tolong menolong, maka untuk materi ini peserta didik

dapat dihidangkan dengan film atau gambar yang menceritakan keutamaan orang

yang suka menolong sesamanya. Kemudian peserta didik diminta menceritakan

pengalaman mereka yang berkaitan dengan video, film-film atau cerita bergambar

yang mereka lihat dan dengar.

Dengan menggunakan metode pembelajaran aqidah akhlak berbasis

teknologi ini menurut penulis lebih cepat diserap dan lebih berbekas bagi peserta

didik, tentunya harus tetap berpijak pada kompetensi dasar dan standar

kompetensi yang terdapat pada buku bahan ajar aqidah akhlak serta

memperhatikan alokasi pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran ini harus disertai dengan peran guru untuk

mengarahkan, membimbing dan mengatur peserta didik agar benar-benar

menyimak dengan baik setiap tayangan yang diberikan agar peserta didik tidak

terlena dengan tayangan video dan melupakan pesan-pesan yang disampaikan

dalam tayangan tersebut.

35

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Sardiman A.M. Istilah motivasi berasal dari kata “motif”, diartikan

sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif

dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata

“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah

menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan

untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. (Sardiman, 2011: 73)

Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang

yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan

motivasi adalah “pendorongan”, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak untuk bertindak

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Ngalim

Purwanto, 2014: 71).

Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan seseorang. Ia menyangkut

soal mengapa seseorang berbuat demikian. Untuk mencari jawaban pertanyaan

tersebut, mungkin kita harus mencari pada apa yang mendorongnya (dari dalam)

dan atau pada perangsang atau stimulus (faktor luar) yang menariknya untuk

melakukan perbuatan itu. Mungkin ia didorong oleh nalurinya, atau oleh

keinginannya, memperoleh kepuasan, atau mungkin juga karena kebutuhan

hidupnya yang sangat mendesak. (Ngalim Purwanto, 2014: 81)

Menurut Dimiyati dan Mudjiono Motivasi dipandang sebagai dorongan

mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk

perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku

individu belajar. (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 148).

36

Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change witgin the

person chaeacterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya afektif (perasaan) untuk mencapai tujuan.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak

mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas

belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak

menyentuh kebutuhannya. Menurut Mc. Donald dikutip dari Sardiman A.M,

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari pengertian yang Mc. Donald ini kutip oleh Sardiman A.M, mengandung

tiga element penting yaitu:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/ feeling afeksi seseorang.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

James O. Whittaker dalam buku Aunurrahman mengemukakan bahwa belajar

adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

(Aunurrahman, 2013: 35).

Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam

dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar

yang dilakukannya. Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan

tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:

a) Belajar tidak teratur

b) Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergese-gesa)

c) Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian

d) Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap

e) Tidak terbiasa membuat ringkasan

37

f) Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

g) Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya

diri di dalam menyelesaokan tugas

h) Sering datang terlambat

i) Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok).

Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku

belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan pada

gilirannya dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar diperoleh. (Sardiman,

2011: 80).

Syaiful Bahri Djamarah mengungkapkan bahwa Belajar merupakan motivasi.

Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu perbuatan, termasuk belajar. Anak didik yang giat belajar

karena didorong untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Karena terdorong untuk

mendapatkan nilai yang tinggi merupakan kebutuhan yang harus anak didik

penuhi. Oleh karena itulah diyakinibahwa motivasi dan kebutuhan mempunyai

hubungan dalam belajar. Tidak dapat disangkal bahwa kebutuhan setiap anak

didik bermacam-macam dan berpotensi melahirkan motivasi yang bervariasi

dalam belajar. Sehingga tak heran di kelas ada anak didik tertentu senang dengan

mata pelajaran tertentu dan kurang senang dengan mata pelajaran yang lain.

(Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 116)

Thomas M. Risk dalam buku Zakiah Daradjat mengemukakan tentang

motivasi sebagai berikut: “We may now define motivation, in a pedagogical sense,

as the cobcious effort on the part of the teacher to establish in students motives

leading to sustained activity toward the learning goals.” Motivasi adalah usaha

yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid

yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.

Menurut Zakiah Daradjat di dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus

Agama Islam, motivasi sebagai suatu proses, mengantarkan murid kepada

pengalaman-pengalaman belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi

antara lain:

1. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat siaga.

38

2. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan

dengan pencapaian tujuan belajar.

3. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil

jangka panjang. (Zakiyah Daradjat, 2014: 141).

Menurut Sardiman A.M. menyebutkan bahwa motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, Motivasi dalam hal ini merupakan

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi

tujuan tersebut. (Sardiman, 2011: 85).

Berdasarkan beberapa definisi belajar yang diuraikan di atas, maka penulis

menyimpulkan belajar dapat dipahami sebagai suatu proses yang menuntut

perubahan-perubahan yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi

individu dengan lingkungannya.

Jadi Motivasi belajar merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, selain itu juga merupakan

dorongan dari dalam dan luar (guru, orang tua, atau orang lain ) diri seseorang

untuk berusaha merubah, baik kepada tingkah laku atau sikapnya, maupun pada

keterampilan dan ilmu pengetahuannya, yang dihasilkan dari latihan dan

pengalaman untuk mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi belajar tidak

hanya suatu energi menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu

usaha yang mengarahkan kegiatan siswa kepada tujuan belajar.

39

2. Macam-macam Motivasi

Menutut Sardiman AM, berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat

dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif

yang aktif itu sangat bervariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak

lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:

dorongan untuk bekerja,untuk beristirahat, dorongan seksual.

b) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh:

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini

sering kali disebut dengan motif-motif yang diidyaratkan secara sosial. Sebab

manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesame manusia yang lain,

sehingga motivasi itu terbentuk. (Sardiman, 2011: 86).

2. Jenis Motivasi Menurut Pembagian dari Woodworth dan Marquis

a) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk

minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

Ini sesuai dengan jenis Physiological drives drives dari Frandsen seperti telah

disinggung di depan.

b) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk

berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena

rangsangan dari luar.

c) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan

untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk

menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk

dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

40

3. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis

yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani

seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk

motivasi rohaniah adalah kemauan. (Sardiman, 2011:88).

4. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud Motivasi Inrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif

atau berfungsunya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh

seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau

mendoromgmya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Perlu

diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan

menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang

studi tertentu. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri

dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar,

karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai

baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting

bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tapi ingin mendapatkan nilai

yang baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan

kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi

apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai

dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Sebab kemungkinan besar kesadaran siswa

dinamis, berubah-rubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam

proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga

diperlukan motivasi ekstrinsik. (Sardiman, 2011: 89).

41

3. Bentuk-bentuk Motivasi di sekolah

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun

Ekstrinsik sangat diperlukan dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan

aktivitas insiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam

melakaukan kegiatan belajar.

Dalam kaitan itu di ketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi

adalah bermacam-macam. Menurut Sardiman A.M ada beberapa bentuk dan cara

untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:

1. Memberi Angka

Angka-angka yang baik itu para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi

seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan

menerimanya sebagai tantangan sehingga salah satu bentuk motivasi yang cukup

penting.

5. Memberi Ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

Oleh karena itu, member ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar, semakin mengetahui bahwa grafik hasil

belajar meningkat.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk

42

reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang

baik.

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negative tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsure kesengajaan, ada maksud untuk

belajar hal ini akan lebih baik.

10. Minat

Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya

dengan unsure minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat

sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan

alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus

dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul

gairah untuk terus belajar.

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-

macam motivasi belajar. Oleh karena itu peran guru cukup banyak

untuk meningkatkan belajar.

a. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar

Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan

belajar. Untuk dapat membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran

dipersyaratkan (i) guru telah mempelajari bahan peljaran, (ii) guru telah

memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar, (iii) guru telah

menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan (iv) guru telah memahami sifat

bahan pelajaran tersebut.

43

b. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran

Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih

memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai

kesempatan belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi

unsure-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan

siswa.

c. Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa

Guru adalah “penggerak” perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak,

maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Guru wajib

menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa

belajar.

d. Pengembangan Cita-cita dan Aspirasi Belajar

Guru adalah pendidik anak ank bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan

mendidikkan cita-cita bangsa. Mendidikkan cita-cita belajar pada siswa

merupakan upaya “memberantas” kebodohan masyarakat. Upaya mendidikkan

dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Cara-cara mendidik dan mengembangkan yang dapat dilakukan antara lain

sebagai berikut: (1) Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan,

sepertimengatur kelas dan sekolah yang indah dan tertib. Setiap siswa dapat

merasa “kerasan” atau betah tinggal di sekolah. (2) Guru mengikutsertakan semua

siswa untuk memelihara fasilitas belajar, sebagai ilustrasi, siswa diajak serta

memelihara ketertiban dan keindahan kelas, perpustakaan, alat-alat olahraga,

halaman bermain, dan kebun sekolah. (3) Guru mengajak serta siswa untuk

membuat perlombaan unjuk bunga, lomba lukis, lomba kerajinan. Siswa yang

sudah cukup terampil juga diajak serta menjadi panitia lomba. (4) Guru mengajak

serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku bacaan,

majalah, alat olah raga, dan kebun coba. (5) Guru “memberanikan” siswa untuk

mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat keinginan yang

tercapai dan tak tercapai. (Dimiyati Mudjiono, 2009:101).

44

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar

Timbulnya motivasi belajar, dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya

adalah:

a) Cita-cita/aspirasi pembelajar

b) Kemampuan pembelajar

c) Kondisi pembelajar

d) Kondisi lingkungan belajar

e) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

Selain itu Sardiman mengatakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi

motivasi bertalian erat dengan kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan inilah yang

memberi pengaruh adanya motivasi. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang

motivasi yang selalu berkaitan dengan kebutuhan yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan

sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan (security), keamanan (security),yakni rasa aman,

bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih: rasa diterima dalam suatu masyarakat atau

golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan,

sosial, pembentukan pribadi.

45

C. Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual (Video) Pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di kelas X

Madrasah Aliyah Salafiyah Kota Cirebon.

Pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi

banyak sector kehidupan. Guru yang bergelut di bidang pendidikan dan

pengajaran juga tidak luput dari pengaruh tersebut. Guru dituntut untuk mengikuti

perkembangan teknologi, terutama sekali teknologi informasi dan komunikasi

(TIK) yang berkembang sangat pesan dalam beberapa tahun terakhir. Apabila

guru tidak mampu mengikuti kecepatan perubahan teknologi, maka dikhawatirkan

guru akan gagal menjalankan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik seiring

dengan kemajuan teknologi, ada banyak sarana dan prasarana yang membuat

proses belajar mengajar (PBM) jauh lebih menyenangkan bagi peserta didik. Ini

mengakibatkan PBM yang mengandalkan kapur dan papan tulis nampaknya akan

semakin ditinggalkan dan tergilas oleh kemajuan teknologi.

Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi, yaitu menyampaikan

informasi dari sumber kepada penerima informasi. Pembelajaran yaitu suatu

kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk

belajar. Dalam prosesnya komunikasi sering tidak berjalan dengan lancar karena

mengalami suatu hambatan yang berbentuk verbalisme, keterbatasan bahan ajar,

perhatian yang tidak terpusat sehingga siswa kurang serius dalam pembelajaran

dan tidak ada tanggapan yang menyeluruh.

Salah satu cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan

memanfaatkan media audio visual berbasis video. Media ini dipilih karena

memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mampu menampilkan animasi

bergerak, Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang

realistis, juga dilengkapi dengan audio dan gambar-gambar yang tampilannya

menarik. Selain itu media ini dapat membuat cara berfikir siswa lebih konkrit

46

yang nantinya akan lebih meningkatkan semangat, motivasi, dan daya

pemahaman materi.

Jadi disarankan bagi guru Aqidah Akhlak dapat menggunakan media audio

visual (video) sebagai alternatif dalam merencanakan proses pembelajaran karena

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dalam tugasnya seorang guru sangat membutuhkan alat bantu agar tujuan

kegiatan yang ia lakukan mencapai hasil yang memuaskan. Segala sesuatu yang

diajarkan dapat tersampaikan dan dimengerti oleh siswa dengan tepat. Sering

sekali seorang guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan pelajarannya,

misalnya siswa tidak dapat memahami atau sukar untuk mengerti dikarenakan

suasana belajar yang terlalu membosankan dan menjenuhkan, yang akhirnya

prestasi belajar siswa rendah.

Hal ini mungkin saja terjadi sebab guru mempunyai kemampuan terbatas

untuk menjalankan sesuatu seperti kesulitan dalam berbahasa. Demikian juga

keterbatasan kemampuan menerima penjelasan dari siswanya. Oleh karena itu

guru membutuhkan alat bantu untuk dapat mempermudah dan memperjelas

pelajarannya.

Media Pengajaran sangat erat hubungannya dengan komponen lainnya dalam

proses belajar mengajar, seperti komponen bahan,tujuan, metode, penilaian

pengajaran, pribadi murid dan situasi kondisi yang ada di sekolah. Seorang guru

harus mengenali bermacam-macam alat pengajaran yang tepat untuk mencapai

tujuan, mampu menggunakan alat pengajaran yang ada secara efektif dan efisien.

Dari penjelasan tersebut dipahami bahwa proses komunikasi sangat

menentukan sukses atau tidaknya proses belajar dan mengajar. Dalam hal ini,

peran dari saluran komunikasi akan menjadi sangat penting, sebab dari saluran

itulah sebuah pesan disampaikan. Dan, saluran inilah yang dinamakan media.

Karena media ini dipaki dalam proses pembelajaran, maka media tersebut. (Dina

Indriana,2011: 19).

Tinggi rendahnya motivasi belajar sangat ditentukan oleh dua faktor, yaitu

faktor yang ada dalam diri individu (internal) dan faktor yang datang dari luar

individu itu sendiri (eksternal). Faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan dan

47

saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Faktor internal yang baik

tanpa didukung faktor eksternal dapat berpengaruh negative, demikian juga

sebaliknya.

Jadi motivasi itu dapat dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi

itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapay. (Sardiman, 2011: 75).

Oleh karenanya agar pembelajaran itu menarik, tidak menoton,

tidakmembuatsiswabosan, seorang guru harus bisa memanfaatkan media audio

visual untuk memotivasi belajar siswa agar tujuan pembelajaran tersampaikan

dengan baik dan terencana. Pengaruh media audio visual terhadap motivasi

belajar siswa, menjadikan suasana kelas menjadi hidup dan siswa mempunyai

gambaran yang real dan jelas setelah guru menggunakan media audio visual

dalam pembelajarannya.

Dalam memilih media pembelajaran seperti pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak alangkah baiknya dengan membuat video disesuaikan dengan

pembahasan yang akan diajarkan oleh siswa. Karena di dalam video mengandung

media audio visual sehingga memudahkan siswa untuk menangkap pesan yang

ada pada video tersebut. Dukungan gambar-gambar yang lucu dan unik pada

video tersebut memberikan angin segar dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

yang menggunakan media audio visual berbasis video dalam proses pembelajaran

dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa serta

mempermudah pemahaman dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dan hal ini

sangat berpengaruh terhadap motivasi pembelajaran siswa.