BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA,...

34
BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, BIMBINGAN GURU DAN KEMANDIRIAN SISWA A. Deskripsi Teori 1. Pengasuhan Orang Tua Istilah pengasuhan berasal dari kata dasar “asuh” yang berarti “menjaga (merawat, mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dsb) supaya dapat berdiri sendiri”. 1 Dengan mendapat tambahan awalan pe- dan akhiran –an sehingga membentuk kata benda. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”. 2 Dalam kehidupan sehari-hari istilah pengasuhan atau cara mengasuh yang diterapkan orang tua sering disebut dengan pola asuh. Para ahli psikologi juga menggunakan istilah tersebut. Hal ini terlihat pada definisi yang mereka uraikan, diantaranya adalah konsep yang diuraikan oleh Kohn sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha dalam buku Kapita Selekta Pendidikan Islam, dia mendefinisikan bahwa pola asuh adalah “ sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua memberikan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap keinginan anak. 3 Sedangkan menurut Singgih D. Gunarso pola asuh orang tua adalah “sikap dan cara orang tua dalam mempersiapkan anggota keluarga yang lebih muda termasuk anak supaya dapat mengambil keputusan sendiri, bertindak sendiri, sehingga mengalami perubahan dari keadaan tergantung kepada orang tua menjadi berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri”. 4 Menurut Saiful Bahri Djamarah pola asuh orang tua bersentuhan langsung 1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.164 2 Ibid 3 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar offset, 1996), hlm.110 4 Singgih D.Gunarso dan Ny. Singgih D. Gunarso, Psikologi Remaja (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), hlm. 109

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA,...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

BAB II

LANDASAN TEORI

PENGASUHAN ORANG TUA, BIMBINGAN GURU DAN KEMANDIRIAN SISWA

A. Deskripsi Teori

1. Pengasuhan Orang Tua

Istilah pengasuhan berasal dari kata dasar “asuh” yang berarti

“menjaga (merawat, mendidik) anak kecil, membimbing (membantu,

melatih, dsb) supaya dapat berdiri sendiri”.1 Dengan mendapat tambahan

awalan pe- dan akhiran –an sehingga membentuk kata benda. Dalam

kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”. 2

Dalam kehidupan sehari-hari istilah pengasuhan atau cara

mengasuh yang diterapkan orang tua sering disebut dengan pola asuh. Para

ahli psikologi juga menggunakan istilah tersebut. Hal ini terlihat pada

definisi yang mereka uraikan, diantaranya adalah konsep yang diuraikan

oleh Kohn sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha dalam buku Kapita

Selekta Pendidikan Islam, dia mendefinisikan bahwa pola asuh adalah “

sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua memberikan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap keinginan anak. 3

Sedangkan menurut Singgih D. Gunarso pola asuh orang tua adalah

“sikap dan cara orang tua dalam mempersiapkan anggota keluarga yang

lebih muda termasuk anak supaya dapat mengambil keputusan sendiri,

bertindak sendiri, sehingga mengalami perubahan dari keadaan tergantung

kepada orang tua menjadi berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri”.4

Menurut Saiful Bahri Djamarah pola asuh orang tua bersentuhan langsung

1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.164 2 Ibid 3 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar offset,

1996), hlm.110 4 Singgih D.Gunarso dan Ny. Singgih D. Gunarso, Psikologi Remaja (Jakarta: Gunung

Mulia, 1989), hlm. 109

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

dengan masalah tipe kepemimpinan orang tua dalam keluarga.5 Sementara

M. Shohib mendefinisikan pola asuh sebagai “upaya orang tua yang

diaktualisasikan terhadap penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial,

internal maupun eksternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana

psikologi, sosial budaya, prilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya

pertemuan dengan anak-anak”. 6 Dari sini dapat diketahui bahwa pola asuh

orang tua mempunyai makna yang sama dengan pengasuhan orang tua

terhadap anak. Pengasuhan ini mencakup seluruh interaksi orang tua

dengan anak baik berupa sikap, ucapan maupun perilaku mereka.

Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa

pengasuhan orang tua merupakan sikap orang tua dalam upaya mendidik

anak dengan melakukan penataan lingkungan fisik, sosial, sosio-kultural,

suasana psikologis, yang kesemuanya dilakukan dalam rangka

menerapkan nilai-nilai moral kepada anak sebagai dasar perilaku di

kehidupan yang akan datang. Sehingga pengasuhan orang tua mencakup

seluruh interaksi orang tua dengan anak dalam kehidupan sehari-hari, baik

yang berupa sikap, ucapan maupun perilaku mereka. Pengasuhan yang

dimaksudkan tidak hanya bagaimana memelihara dan membesarkan anak

secara fisik, namun juga mencakup bagaimana membimbing dan mendidik

anak secara psikis menuju kedewasaan.

Pada dasarnya sikap yang diterapkan orang tua dalam mendidik

anaknya dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat kebebasan yang

diberikannya. Dalam hal ini terdapat tiga tingkatan yaitu : orang tua yang

memberi kebebasan secara penuh kepada anak-anaknya, orang tua yang

memberikan kebebasan dengan sewajarnya, dimana orang tua masih

melakukan kontrol dan mengendalikan anak dalam hal-hal tertentu dan

orang tua yang tidak memberikan kebebasan kepada anaknya sama sekali.

Secara garis besar hal ini terlihat pada sikap orang tua ketika menentukan

berbagai hal dalam keluarganya. Diantaranya dalam menentukan aturan

5 Saiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (Jakarta, Rineka Cipta, 2004), hlm. 26

6 M.Shohib, Pola Asuh Orang Tua, Cet.I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm.15

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

keluarga, menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan, memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengembangkan diri dan cara memberikan

perhatian kepada anak-anaknya.

a. Sikap orang tua dalam menetapkan aturan keluarga

Peraturan merupakan sesuatu yang selalu ada dalam sebuah

keluarga, meskipun keberadaannya tidak sejelas dan semutlak

peraturan-peraturan legal sebagaimana yang selalu ada dalam institusi

formal. Peraturan ini diantaranya meliputi pembagian tugas setiap

angota keluarga, kewajiban yang harus ditaati, sikap anak kepada

orang tua, dll. Dengan adanya peraturan ini, dalam sebuah keluarga

dapat tercipta suasana yang indah karena segalanya berjalan dengan

tertib, teratur dan berjalan sebagaimana mestinya.

Peraturan keluarga berlaku bagi seluruh anggota keluarga,

sehingga sudah sewajarnya jika dalam menetapkannya melibatkan

seluruh anggotanya termasuk anak-anak. Cara yang paling tepat

digunakan dalam menetapkannya adalah dengan musyawarah. Karena

dengan cara ini, seluruh keinginan anggota keluarga dapat dibicarakan

bersama. Misalnya dalam menentukan peraturan yang berhubungan

dengan anak, maka anak boleh berpendapat dan mengusulkan

peraturan apa yang harus ditaatinya. Demikian halnya dengan hal-hal

yang menurut orang tua harus ada dalam keluarga tersebut, dapat

dibicarakan bersama. Dengan demikian keinginan orang tua dan anak

dapat tersalurkan dengan baik. Sehingga peraturan yang ada

merupakan hasil dari kesepakatan bersama, dengan ini diharapkan

seluruh anggota keluarga dapat menerima dan menjalankan peraturan

tersebut dengan senang hari tanpa ada rasa keterpaksaan.

Akan tetapi tidak semua orang tua menerapkan sistim

musyawarah ketika menetapkan peraturan keluarga. Karena bisa saja

peraturan itu ditentukan oleh orang tua sendiri atau bahkan diserahkan

sepenuhnya kepada anak.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

Orang tua yang terlalu berkuasa dalam keluarga, akan

menentukan semua peraturan yang berlaku. Anak sama sekali tidak

diberi kesempatan untuk ikut menetapkan peraturan tersebut, sekalipun

peraturan itu berlaku untuk anak. Meskipun demikian orang tua

mewajibkan kepada anak untuk mentaatinya. Cara mengasuh semacam

ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang ketat. Orang tua

seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),

kebebasan untuk bertindak atas nama pribadi dibatasi.7 Sikap ini

tersirat dalam cara mendidik yang selalu menggunakan teknik serba

memerintah. Apa yang dikatakan orang tua merupakan keharusan yang

wajib ditaati anak, sehingga kendali keluarga berada di tangan orang

tua secara penuh.

Selain itu ada juga keluarga yang bebas, sepertinya tidak

terdapat peraturan di dalamnya. Setiap anggota keluarga bebas

melakukan apa saja yang diinginkannya. Dalam hal ini orang tua

memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada anak untuk

menentukan sendiri apa yang dikehendaki. Orang tua tidak

menentukan nilai atau norma yang harus ditaati dan dianut anak.

Sehingga anak dapat melakukan apapun sekehendak hatinya. Bahkan

ketika dia melakukan perbuatan salah, orang tua membiarkannya.

Anak merasa tidak ada pegangan tertentu yang mengendalikan

perilaku dirinya. Sehingga suasana keluarga menjadi bebas, seakan-

akan tidak ada peraturan yang berlaku.

b. Sikap orang tua dalam menyelesaikan masalah dan mengambil

keputusan

Dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hal yang wajar

ketika dalam sebuah keluarga muncul berbagai masalah, baik masalah

itu kecil maupun besar, masalah itu berhubungan dengan masalah

ekonomi, hubungan antar anggota keluarga, pendidikan anak,

perkembangan anak, masalah yang dihadapi anak, dll. Orang tua

7 Chabib Thoha, loc.cit.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya penyelesaian masalah

yang muncul dalam keluarga tersebut, akan tetapi sikap orang tua

dalam menyelesaikannya sangat beragam.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang apabila dalam

keluarganya muncul suatu masalah, maka dia akan menyelesaikannya

dengan musyawarah, khususnya masalah yang berhubungan dengan

anak. Dia senantiasa memberi kesempatan kepada anak untuk

menyatakan pendapat, keluhan, kegelisahan dan dia menanggapinya

secara wajar serta membimbing seperlunya. Dalam cara mengasuh

seperti ini, Singgih D. Gunarso berpendapat bahwa “remaja boleh

mengemukakan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan mereka

kepada orang tua, boleh menentukan dan mengambil keputusan, akan

tetapi orang tua masih melakukan pengawasan dalam hal mengambil

keputusan terakhir”.8 Selain itu anak juga dilatih untuk menyelesaikan

masalah dan mengambil keputusan sendiri terhadap masalah-masalah

yang kecil serta dilatih bertanggungjawab dengan keputusannya itu.

Oleh karena itu anak akan terbiasa untuk menyelesaikan masalah,

mampu berinisiatif, melakukan improvisasi dan selalu tanggap dengan

permasalahan yang ada. Pada akhirnya anak akan bersifat terbuka

dengan orang tua dan bersedia menerima pendapatnya serta mau

menuruti nasehat orang tua tanpa paksaan.

Cara mendidik seperti ini juga pernah diterapkan oleh nabi

Ibrahim ketika mengasuh putranya yaitu Ismail. Hal ini difirmankan

oleh Allah dalam Al-Qur’an :

بلغ معه السعي قال يبني اني أري في المنام اني أذبحك فلما

فانظرماذاتري قال يأبت افعل ماتؤمر ستجدني إن شااهللا من

9 )102: الصافات ( الصبرين

8 Singgih D. Gunarso dan Ny Singgih D. Gunarso, op. cit, hlm. 116. 9 Depag R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1996), hlm. 725.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama. Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS. Ash-Shoffat: 102)

Pada ayat tersebut jelas bahwa nabi Ibrahim memberikan kebebasan

yang penuh (bersifat demokratis) terhadap Ismail untuk memutuskan

suatu masalah yang dihadapi oleh ayahnya.

Akan tetapi ada juga orang tua yang tidak memberikan

kesempatan kepada anak untuk ikut campur dalam menyelesaikan

masalah keluarga, meskipun masalah itu merupakan masalah pribadi

anak. Orang tua yang menentukan segala sesuatu yang berhubungan

dengan anak secara penuh, tanpa memperhatikan keinginan, pendapat

dan kemampuan anak. Apa yang dikatakan orang tua merupakan

keputusan mutlak yang harus dituruti. Anak tidak boleh melanggar,

membangkang apalagi melawannya. Sehingga anak merupakan robot

pelaksana keinginan orang tua. Orang tua merupakan pusat segalanya,

karena dia yang menggariskan semua keputusan atas diri anaknya. Dia

memberikan hadiah atau hukuman agar pendapatnya ditaati. Ancaman

hukuman diberlakukan untuk melarang dan janji hadiah untuk

mendorong agar anak mematuhinya.10 Hadiah dan hukuman ini

merupakan produk dari sistem otoriter yang memperkokoh superioritas

orang tua.

Dalam pandangan Islam suatu saat sikap otoriter ini sangat

diperlukan terutama dalam hal penegakan syari’at Islam. Hal ini

sebagaimana diterangkan dalam hadits nabi sebagai berikut :

قال رسول اهللا : عن عمروبن سعيب عن أبيه عن جده قال

مروا أوالدآم بالصالة وهم أبنإ سبع : صل اهللا عليه وسلم

10 Maurice Balson, Op. Cit., hlm 2

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

سنين وفرقوا بينهم سنين واضربوهم عليها وهم أبنإ عشر

11 ) رواه ابوداود(في المضاجع

Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata Rasulullah SAW bersabda : Perintahkanlah anak-anakmu untuk melakukan shalat ketika mereka mencapai umur tujuh tahun dan deralah mereka ketika mencapai umur sepuluh tahun (belum mau melaksanakannya) dan pisahlah tempat tidur mereka. (HR Abu Daud)

Dari hadits di atas jelas bahwa Nabi Muhammad SAW menyarankan

untuk menggunakan cara paksaan dalam mendisiplinkan anak

mengerjakan sholat. Orang tua juga dapat memaksakan kehendaknya

kepada anak dalam menentukan hal-hal yang sangat prinsip, mengenai

pilihan agama, pilihan nilai hidup yang bersifat universal dan absolut.

Karena anak belum memiliki wawasan yang cukup mengenai hal itu.12

Orang tua dapat memberikan aqidah Islamiyah secara dogmatis dan

tidak harus diberikan secara demokratis. Karena bagaimana keimanan

anak kelak, itu sangat ditentukan oleh orang tuanya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa orang tua berhak untuk

melakukan targhib (intimidasi) secara seimbang. Sehingga tingkah

laku anak muncul dari kesadaran sendiri (motivasi intrinsik) bukan

karena tekanan dari luar (motivasi ekstrinsik).

Selain itu ada juga orang tua memberikan kebebasan kepada

anaknya untuk memutuskan dan menyelesaikan masalahnya sendiri

tanpa harus memberitahukannya kepada orang tua. Orang tua bersikap

masa bodoh, membiarkan anak tanpa bimbingan sama sekali.13 Orang

tua tidak membimbing anak dalam menyelesaikan masalah, karena dia

menganggap bahwa anak sudah bisa menyelesaikan masalahnya

sendiri. Oleh karena itu dia memperlakukannya sebagai anak yang

11 Muhammad Abdul Azizi Al-Kholid, Sunan Abu Daud, Juz 1, (Beirut: Darul Kutub,

t.th), hlm. 173. 12 Chabib Thoha, loc.cit. 13 R.I. Suhartin, op.cit., hlm. 66

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

sudah dewasa. Orang tua tidak memnuntut tanggung jawab apapun

dari anak, sehingga segalanya berpusat pada anak.

c. Sikap orang tua dalam memberikan kesempatan kepada anaknya untuk

mengembangkan diri

Seorang anak lahir ke dunia sebagai makhluk yang independen

dan kompleks. Yang dimaksud dengan makhluk independen dalam hal

ini ialah ciptaan Allah yang berdiri sendiri, memiliki takdir tersendiri

dan merupakan individu yang terlepas dari individu lain termasuk

orang tuanya sekalipun.14 Adapun disebut makhluk yang kompleks

karena seorang anak lahir dengan membawa karakter, bakat serta

kemampuan tertentu untuk dapat dikembangkan.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mengakui

kemampuan anak, dia memandang anak sebagai individu yang sedang

berkembang.15 Sehingga memberikan kesempatan kepadanya untuk

mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimilikinya.

Orang tua seperti ini memahami hakekat perkembangan anak yakni

mencapai kedewasaan fisik, mental, emosional dan sosial. Orang tua

yang memahami hal ini akan menanggapi secara positif seluruh

ekspresi anak dalam bentuk apapun, memberi kebebasan kepada anak

untuk berkreasi, berperilaku dan mengembangkan bakatnya,

mendukung seluruh keinginan anak yang positif, melatih anak untuk

berkiprah di masyarakat, kemudian orang tua membimbing dan

mengarahkannya dengan baik agar lebih maju.

Adapun orang tua yang terlalu berkuasa, kurang memberikan

kesempatan kepada anak untuk berekspresi dan bereksperimen sendiri,

karena segala sesuatu ditentukan oleh orang tuanya. Semua

keinginannya harus diberitahukan kepada orang tua dan seluruh

aktifitasnya harus dengan persetujuan orang tua, bahkan keinginan dan

14 M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,

2001), hlm.19 15 Sutari Imam Garnadib, ILmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995),

hlm. 124.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

cita-citanya tidak mendapatkan perhatian orang tua. Sehingga anak

tidak boleh melakukan apapun tanpa persetujuan orang tua.

Sedangkan anak yang dalam pengasuhan bebas, pada dasarnya

kesempatan untuk mengembangkan diri sangat luas. Akan tetapi

karena sifat anak yang masih sangat labil, terkadang kurang bisa

memilih mana kemampuan positif yang harus dikembangkan dan mana

keinginan yang kurang bermanfaat yang harus diminimalisir. Sehingga

tidak jarang di antara mereka yang terjerumus ke dalam perilaku

kurang baik.

d. Sikap Orang Tua Dalam Memberikan Perhatian Kepada Anak-anaknya

Perhatian orang tua merupakan kebutuhan dasar bagi anak,

karena dengan adanya perhatian tersebut, anak merasa mendapatkan

kasih sayang dari orang tuanya. Orang tua yang memberikan perhatian

cukup, sangat membantu perkembangan kepribadian anak. Perhatian

tersebut dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, misalnya cara orang

tua memenuhi kebutuhan dan keinginan anak, sikap orang tua ketika

anak sedang belajar, respons orang tua atas kemampuan yang dimiliki

anak baik kemampuan motorik, intelektual maupun emosional, dll.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang memahami

pentingnya perhatian bagi anak. Dia akan memberikan perhatian

secukupnya. Semua kebutuhan yang menunjang perkembangan anak

sedapat mungkin akan dipenuhi. Tetapi keinginan-keinginan yang

dirasa kurang bermanfaat akan diminimalisir. Ketika anak sedang

belajar, orang tua akan mendampinginya. Demikian halnya ketika anak

mendapatkan presetasi tertentu, orang tua akan menanggapinya secara

positif dan memotivasinya untuk terus maju.

Berbeda halnya dengan orang tua yang terlalu berkuasa, dia akan

menuntut sesuatu dari anak ketika dia memenuhi kebutuhan dan

keinginan anak. Orang tua akan memberikan banyak tuntutan,

sehingga membuat anak menjadi takut apabila tidak dapat

memenuhinya. Ketika anak melakukan sesuatu, orang tua terkesan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

mengawasinya, sehingga terkadang membuat anak merasa tidak

nyaman. Demikian halnya ketika anak mendapatkan prestasi tertentu,

orang tua mengharuskan anak agar besoknya lebih berprestasi lagi.

Sehingga anak merasa memikul beban yang sangat berat.

Orang tua yang terlalu memberi kebebasan kepada anak, akan

memberikan perhatian berlebihan dalam hal-hal tertentu, tetapi hal

yang lain kurang diperhatikan. Misalnya orang tua lebih menekankan

pada pemenuhan kebutuhan materi anak, dimana segala sesuatu yang

diminta dan diinginkannya selalu dituruti, sehingga dia menjadi manja

karena orang tua selalu memanjakannya. Sedangkan dalam hal prestasi

dan kemampuan intelektual lainnya kurang diperhatikan atau terkesan

masa bodoh.

Akibat yang dapat muncul dari cara-cara yang diterapkan orang tua

dalam mendidik anaknya antara lain: orang tua yang memberi kebebasan

dengan sewajarnya akan dapat menciptakan suasana harmonis, karena

antara orang tua dan anak terdapat komunikasi dua arah, dimana terwujud

hubungan timbal balik secara aktif. Tidak ada yang mendominasi secara

penuh, tetapi keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Keduanya

mempunyai kesempatan yang sama dalam menentukan keputusan dan

tindakan. Dari sini tercipta suasana yang hangat dan pertautan perasaan

yang kuat yang membuat anak merasa dihargai dan diterima oleh orang

tua. Orang tua seperti ini, mampu menyesuaikan cara pendidikannya

dengan taraf perkembangan anak, cita-cita, minat, kecakapan serta

kemampuannya.

Dengan cara seperti ini diharapkan dapat membentuk sifat

kepribadian anak yang aktif di dalam hidupnya, penuh inisiatif, percaya

pada diri sendiri, mempunyai perasaan social yang tinggi, penuh tanggung

jawab, mau menerima kritik dengan terbuka, mempunyai emosi yang lebih

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

stabil dan mudah menyesuaikan diri.16 Harapan ke depan anak dapat

mandiri dan akan menjadi pemimpin yang handal di masa mendatang.

Adapun orang tua yang tidak memberi kebebasan kepada anaknya

sama sekali menyebabkan suasana keluarga menjadi kaku, monoton dan

membosankan, hal ini menyebabkan anak sulit berkembang dan

kemungkinan besar anak mempunyai sifat kepribadian yang kurang

berterus terang, sering memperlihatkan rasa ketakutan, merasa tertekan,

kurang pendirian, mudah dipengaruhi, bersikap pasif, kurang sekali

berinisiatif maupun spontanitas, tidak percaya pada diri sendiri karena dia

terbiasa bertindak dengan persetujuan orang tuanya, serta kurang berani

memikul tanggung jawab.17

Orang tua yang memberi kebebasan secara penuh kepada anak-

anaknya akan berakibat sangat buruk bagi perkembangan kepribadiannya,

karena anak akan menjadi orang yang bebas tak terkendali, kurang bisa

menghargai orang lain, kurang bisa memahami norma atau etika yang ada,

emosinya tidak matang dan mudah marah, kurang bertanggungjawab,

tidak sanggup menghadapi kesukaran–kesukaran hidup, sulit dipimpin dan

tidak bisa memimpin, dan lain-lain. Sehingga anak akan selalu

mementingkan diri sendiri (egois).

Orang tua bisa saja memberi kebebasan secara penuh kepada

anaknya yang sudah dewasa, yang benar-benar sudah matang. Tetapi

sangat tidak sesuai apabila kebebasan itu diterapkan untuk memberikan

pendidikan keagamaan. Karena pendidikan agama hanya cocok apabila

diberikan secara dogmatis, khususnya kepada anak-anak.

Dari ketiga cara mengasuh diatas, banyak tokoh yang berpendapat

bahwa pengasuhan yang paling cocok dan seharusnya diterapkan dalam

sebuah keluarga adalah pengasuhan yang memberi kebebasan sewajarnya.

Hal ini bukan berarti cara mengasuh yang lainnya buruk, jelek dan tidak

boleh diterapkan, karena ada kalanya kedua cara mengasuh itu sebaiknya

16 Sutari Imam Barnadib, Op. Cit., hlm. 124 17 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), hlm.

88

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

diterapkan. Masing-masing dari ketiga cara tersebut mempunyai segi

positif dan negatifnya. Orang tua harus menentukan sendiri mana cara

yang paling tepat untuk mendidik anaknya. Dalam memilih tentunya orang

tua harus memperhatikan materi pendidikan, kemampuan anak, situasi dan

kondisinya pada saat itu serta tingkat kematangannya. Tidak ada suatu

cara tertentu yang selalu cocok untuk diterapkan pada setiap situasi dan

kondisi anak, namun semuanya saling melengkapi. Hal ini harus

diperhatikan demi keberhasilan kita bersama.

2. Bimbingan Guru

Bimbingan secara etimologi (asal kata) menurut kamus besar

bahasa Indonesia, berasal dari kata “bimbing”, dengan mendapatkan

tambahan akhiran –an yang menunjukkan arti arahan, tuntunan,

pimpinan.18 Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris

“Guidance” yang berarti menunjukkan. Dalam bahasa Arab bimbingan

disebut dengan “ارشاد ” (irsyaadun) yang berarti menunjukkan.19

Penggunaan kata ini dapat dilihat dalam firman Allah surat al Kahfi

berikut:

20 .فقالوا ربنا أتنا من لد نك رحمة وهيء لنا من امرنا رشدا Lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).(QS. Al Kahfi: 10)

Melihat kandungan ayat di atas Ahmad Mustafa al Maraghi mengartikan

:dengan (rasyadan) رشد

21 .الهداية إلى الطريق المو صول للمطلوب

Petunjuk yang mengantarkan kepada cita-cita

18 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 54. 19 KH. Adib Bisri dan Munawir, Kamus Indonesia – Arab, (Jakarta: Pustaka Progresif,

tth), hlm. 20 Departemen Agama R.I, …………………. 21 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz 13, (Mesir, al-Babal al-Halaby,

t.th), hlm. 121

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

Sedangkan pengertian bimbingan secara istilah diartikan oleh

beberapa ahli antara lain : Sidney P. Rollins dan Adolph Unruh

mengemukakan: “Guidance as a developmental process through which

pupils are helped to understand, accept and use aptitudes, abilities,

interests and attitudes in relation to their aspirations in order that they

can came tatterable to make wish and free choice”.22 Artinya bimbingan

merupakan sebuah proses perkembangan melalui cara dimana anak

dibantu untuk memahami, menerima dan mengembangkan bakatnya,

kemampuannya, minatnya dan sikapnya dalam hubungannya dengan cita-

cita mereka, sehingga mereka menjadi lebih baik, mampu membuat

kebijaksanaan dan bebas menentukan pilihan.

Dewa Ketut Sukardi menyatakan bahwa bimbingan adalah

Proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki, mengenal dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menemukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggungjawab tanpa tergantung kepada orang lain.23

Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah “bantuan atau pertolongan yang

diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari

atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu

atau sekumpulan indifidu itu dapat kesejahteraan hidupnya”.24 I Jumhur

dan Muhammad Surya mendefinisikan bahwa bimbingan adalah

Suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai kemapuan memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self directing) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realisazation) sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.25

22 Sidney P. Rollins and Adolph Unruh, Introduction to Secondary Educational,

(Chicago: Rane MC Nally and company, 1969), hlm. 98 23 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1983), hlm. 20. 24 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset,

1995), hlm. 4. 25 I Jumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.

Ilmu, 1975), hlm. 28.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

Dari beberapa pengertian di atas, secara umum dapat disimpulkan

bahwa bimbingan merupakan suatu proses bantuan terus menerus dan

sistematis yang diberikan seorang ahli kepada individu atau sekelompok

individu, baik anak-anak, remaja atau dewasa agar dia dapat

mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga nantinya dia

akan menjadi pribadi yang matang, di mana dia dapat memecahkan

seluruh persoalan yang dihadapinya, dapat memahami, menerima dan

merealisasikan dirinya dengan penuh rasa tanggung jawab tanpa harus

bergantung kepada orang lain dan kelak dia akan mendapatkan

kebahagiaan hidup.

Sedangkan guru dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai

orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.26

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan guru

adalah: Bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya yang terjadi

dalam interaksi edukatif di sekolah. Secara garis besar bimbingan guru

merupakan aktivitas membantu siswa dalam menentukan tujuan,

menyelesaikan persoalan-persoalan dan menentukan pilihan-pilihan

bijaksana.27 Sebagai tenaga profesional yang telah diakui oleh masyarakat

dan pemerintah, seorang guru bertugas untuk mendidik, mengajar dan

melatih siswa. Dengan adanya tugas tersebut, mau-tidak mau guru harus

melakukan bimbingan terhadap siswa agar tujuan pendidikan yang telah

ditentukan dapat tercapai. Adapun jenis bimbingan yang dapat dilakukan

guru terhadap siswanya antara lain bimbingan studi/belajar dan bimbingan

pribadi-sosial.

1. Bimbingan Studi

Bimbingan studi adalah seperangkat usaha bantuan kepada

peserta didik agar dapat membuat pilihan, mengadakan penyesuaian

dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pengajaran /

26 Tim Penyusun Pembaharuan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 667. 27 D. Keiter, dalam Kartini-Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya,

(Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm. 75-76.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

pelajaran yang dihadapinya.28 Dalam proses belajar mengajar tugas

guru sangat besar karena guru sebagai perancang pengajaran,

pengelola pengajaran dan sebagai evaluator belajar siswa.

Guru merupakan orang yang bertanggungjawab mencerdaskan

kehidupan siswa. Tugas guru yang utama ialah dengan segala macam

cara yang dapat dilakukannya membantu siswa agar ia dapat

menguasai bahan pelajaran yang diberikan menurut kurikulum.29 Tidak

jarang ketika dalam belajar, siswa mendapatkan masalah atau

mengalami kesulitan, misalnya kesulitan memahami materi pelajaran,

kesulitan dalam memilih cara belajar yang efektif, kesulitan dalam

mengerjakan tugas, kesulitan dalam memilih pelajaran tambahan yang

menunjang pendidikan, kesulitan dalam memilih ekstra kurikuler dan

lain-lain. Oleh karena itu bimbingan dari guru khususnya dalam belajar

sangat dibutuhkan, sehingga murid dapat menyelesaikan masalah dan

menetukan pilihan-pilihan secara bijaksana. Apalagi ketika dilihat

bahwa belajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran di sekolah.

Oleh karena itu siswa wajib dibimbing agar mencapai tujuan belajar.

Islam juga sangat memperhatikan masalah pendidikan.

Diantaranya diterangkan dalam QS. An-Nahl ayat: 125.

وجدلهم ادع إلي سبيل ربك بالحكمة والموعظةالحسنة

من ضل عن سبيله بالتي هي احسن إن ربك هو أعلم ب

30 )125: النحل( وهوأعلم بالمهتدين

Serulah (manusia) pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih tahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

28 Abu Ahmadi, dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan konseling di Sekolah, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1991), hlm. 107. 29 D.Keiter dalam Kartini-Kartono, op.cit., hlm. 75. 30 Departemen Agama R.I, op.cit, hlm. 421

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl: 125)

Ayat di atas menyuruh kepada manusia untuk senantiasa memberikan

petunjuk dan keteladanan yang baik kepada orang lain. Pemberian

petunjuk maupun bimbingan harus dengan menggunakan cara-cara

yang arif dan materi yang baik. Karena Allah SWT mengetahui atas

segala sifat dan tingkah laku manusia di dunia ini. Maka sudah

menjadi kewajiban bagi manusia yang mengetahui kebaikan harus

memberikannya kepada orang lain.

Setiap guru pasti ingin berhasil, ingin masing-masing siswanya

belajar sesuai dengan kemampuannya. Tetapi guru sering merasa

gagal, sebab meskipun dia telah berusaha semaksimal mungkin, namun

tidak semua siswa belajar dengan sungguh-sungguh. Secara umum

tujuan bimbingan belajar adalah membantu siswa agar dapat mendapat

penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa

dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya, dan mencapai perkembanagn yang optimal.31

2. Bimbingan Pribadi-Sosial (personal and social guidance)

Bimbingan pribadi-sosial ialah seperangkat usaha bantuan

kepada para siswa agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah

pribadi dan sosial yang dialaminya, memilih kelompok sosial, memilih

jenis-jenis kegiatan sosial dan rekreatif yang bernilai guna, serta

berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi,

rekreasi dan sosial yang dialaminya.32 Bimbingan pribadi sukar sekali

terpisah dari bimbingan sosial, karena biasanya masalah pribadi

muncul tidak lepas dari adanya masalah sosial.

Guru selain berperan sebagai pengajar juga sebagai pendidik

dimana harus mengembangkan nilai-nilai hidup kepada siswanya.

Guru bertanggungjawab membentuk dan membangun kepribadian

31 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, t.th.), hlm. 108.

32 Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, op.cit., hlm. 108

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

siswa menjadi orang bersusila yang cakap. Orang bersusila yang cakap

tidak hanya ditandai dengan kepandaiannya dalam menguasai suatu

ilmu pengetahuan, tetapi juga harus mampu menyelesaikan masalah

pribadinya, mengatur dirinya sendiri, mampu berinteraksi dengan

lingkungannya, memahami norma atau nilai hidup, dan lain-lain.

Dalam proses belajar mengajar di kelas guru dituntut untuk

mengadakan pendekatan instruksional dengan dibarengi pendekatan

yang bersifat pribadi. Dengan pendekatan pribadi ini guru akan secara

langsung mengenal dan memahami siswa secara mendalam sehingga

dapat membantu perkembangan kepribadiannya.

Masalah pribadi yang biasa muncul pada diri siswa antara lain:

emosi yang sering berubah-ubah, seperti merasa gembira-tenang dan

gelisah-susah secara silih berganti, keinginan menjadi pribadi yang

utuh, tetapi tidak tahu caranya bagaimana, keinginan menyendiri dan

melamun, timbul nafsu seksuil, bahkan ada yang kecanduan minum-

minuman keras. Hal ini muncul karena perubahan pesat yang terjadi

pada aspek psikis, fisik dan sosiologisnya seiring dengan masa

pubertas yang dialaminya.

Adapun masalah sosial yang muncul pada diri siswa biasanya

berhubungan dengan keluarga, guru dan teman sebaya, beberapa

bentuk masalah yang sering dihadapinya antara lain: cara mendapatkan

teman akrab, cara bergaul dengan teman, cara menghadapi konflik

dengan teman, cara mendapat simpati dari teman, tidak cocok dengan

cara mengajar guru atau sikap guru, menyesuaikan diri dengan harapan

guru, orang tua, saudara, teman, pacar, dan sebagainya.

Bimbingan pribadi-sosial yang dilakukan oleh guru dimaksudkan

untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam

mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan tanggungjawab. Dalam

aspek tugas perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan

bertujuan untuk membantu siswa agar memiliki kesadaran diri, dapat

mengembangkan sikap positif, dapat membuat pilihan secara sehat,

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

mampu menghargai orang lain, mempunyai rasa tanggungjawab dan

mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi, dapat

menyelesaikan konflik dan dapat membuat keputusan secara aktif.33

Bimbingan studi dan bimbingan pribadi-sosial merupakan bagian

dari seluruh bimbingan yang dapat dilakukan guru terhadap siswanya.

Masih banyak jenis bimbingan lain yang dapat dilakukan oleh seorang

guru, apalagi ketika melihat tugas dan tanggungjawab seorang guru yang

sangat besar. Yang jelas peranan seorang guru sebagai seorang

pembimbing sangat penting, karena kehadiran guru di sekolah adalah

untuk membimbing siswa menjadi manusia dewasa yang cakap. Tanpa

bimbingan, siswa akan kesulitan dalam menghadapi perkembangan

dirinya. Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih banyak

tergantung kepada bantuan orang lain. Tetapi semakin dewasa

ketergantungan siswa semakin berkurang. Jadi bagaimanapun juga

bimbingan guru sangat diperlukan pada saat siswa belum mampu berdiri

sendiri (mandiri) secara penuh.

3. Kemandirian Siswa Secara etimologi (asal kata) kemandirian berasal dari kata

“mandiri” yang mendapat tambahan awalan ke- dan akhiran –an yang

berarti “hal atau keadaan yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung

kepada orang lain”.34

Sedangkan pengertian mandiri secara istilah diartikan oleh

beberapa ahli antara lain: J.I.G.M. Drost, S.J menyatakan bahwa

“kemadirian adalah keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur

(budi dan badan) dalam kesatuan pribadi. Dengan kata lain, manusia

mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna”.35 Charles schaeffer

mendefinisikan kemandirian (otonom) adalah “suatu keinginan untuk

33 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 30. 34 Depdiknas, op.cit., hlm. 625. 35 J.I.G.M. Drost S.J, Sekolah: Mengajar atau Mendidik ?, (Jakarta: Kanisius, 1998), hlm

93.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

menguasai dan mengendalikan tindakan-tindakan sendiri dan bebas

pengendalian luar”.36 Menurut Zakiyah Daradjat, mandiri (berdiri sendiri)

adalah

kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya tanpa minta tolong kepada orang lain. Juga mengukur kemampuannya untuk mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk kepada orang lain. Biasanya anak yang berdiri sendiri lebih mampu memikul tanggungjawab, dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil.37

Chabib Thoha mengartikan prilaku mandiri adalah

kebebasan seseorang dari pengaruh orang lain. Ini berarti orang yang berperilaku mandiri mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dan dalam memilih kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatan dan akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi tanpa harus mengharapkan bantuan dari orang lain.38

Sedangkan siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pebelajaran

yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.39

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian siswa

adalah suatu sikap yang dapat berdiri sendiri dan memiliki pribadi yang

matang yang dimiliki seorang siswa dimana dia mampu memilih,

memutuskan dan menentukan apa yang harus dilakukannya secara

bertanggungjawab, tanpa campur tangan orang lain, serta mampu

menyatakan, mengeluarkan dan mengaktualisasikan kemampuan yang

dimilikinya. Oleh karena itu siswa yang mandiri adalah siswa yang tidak

selalu tergantung kepada orang lain, baik orang tua, guru, teman, maupun

lingkungan. Sikap mandiri ini sesuai dengan konsep Al-Qur’an:

40 )38: المدثر(آل نفس بماآسبت رهينة

36 Charles Schaeffer, Cara Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta: Mitra Utama, 1994), hlm. 173.

37 Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa Untuk Anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 130.

38 Chabib Thoha, op.cit., hlm. 122. 39 Undang-Undang RI. No.20 tahun 2003 (tentang) Sistem Pendidikan Nasional,(

Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

Tiap-tiap dari diri bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya (QS. Al-Mudatsir: 38)

41 )21: الطور( آل امرء بما آسبت رهين Setiap diri bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya (QS. At-Thur: 21)

Dari kedua ayat di atas telah jelas bahwa setiap diri seseorang harus

mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Oleh karena itu dia harus

mampu memilih dan menentukan sendiri apa-apa yang diperbuatnya.

Sehingga seluruh perbuatannya akan menjadi baik dan terhindar dari

perbuatan yang salah. Jadi kemandirian siswa yang dimaksud adalah sikap

seorang siswa yang dapat berdiri sendiri tanpa selalu bergantung kepada

orang lain dan dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Pandangan bahwa anak merupakan sosok pribadi yang masih labil

sudah merupakan pendapat umum dan kenyatannya memang demikian.

Oleh karena itu segala yang ada pada anak, sifatnya masih sulit

diidentifikasi secara jelas, karena dalam diri anak masih sering mengalami

perubahan-perubahan, seiring dengan perkembangan fisik dan mentalnya.

Demikian halnya dengan ciri-ciri kemandirian siswa, tampaknya

masih sulit ditentukan secara jelas, maka dari itu, disini akan dijelaskan

ciri-ciri kemandirian secara umum, sebagaimana yang tersirat dalam

definisi. Adapun ciri-ciri tersebut antara lain: kematangan fungsi psikis,

tingkah laku swakarsa dan tanggungjawab, disiplin serta mampu

memecahkan masalah.

a. Kematangan Fungsi Psikis.

Proses kematangan potensi seseorang baik fisik maupun psikis

adakalanya terjadi secara alamiah dan adakalanya melalui usaha atau

latihan-latiohan yang dilakukan sendiri. Hurlock dalam bukunya yang

berjudul Child Development mengemukakan bahwa “intrinsic naturing

maturition is the unfolding of caracteristic, potential, present in the

40 Departemen Agama R.I, op.cit, hlm. 995 41 Ibid, hlm. 995

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

individual that came from individual genetics endowment”42. Artinya:

proses kematangan intrinsik adalah terbentuknya karakteristik yang

secara potensial ada pada individu yang berasal dari warisan genetik

individu. Pernyataan tersebut menunjukkan proses kematangan secara

alamiah karena terbentuknya cirri-ciri individu (karakteristik individu)

merupakan keturunan dari sifat-sifat orang tuanya.

Sedangkan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah,

mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dan lain-lain

merupakan suatu proses untuk menuju kematangan yang dilakukan

dengan latihan-latihan. Dengan demikian proses kematangan potensi

seseorang dapat berkembang secara maksimal dan dapat membentuk

sikap dan perilaku seseorang. Menurut kartini-Kartono yang megutip

Marie Jahade, menyebutkan ciri-ciri kematangan psikis antara lain:

pribadi yang matang adalah individu yang dapat menguasai

lingkungannya secara aktif dan dapat memperlihatkan suatu totalitas

dari segenap kepribadiannya, dia dapat menerima secara tepat dunia

lingkungannya dan dirinya sendiri serta dia mampu berdiri diatas

kedua belah kakinya tanpa banyak tergantung kepada orang lain.43

Dari beberapa ciri tersebut dapat dilihat bahwa kematangan

psikis berkaitan erat dengan kemandirian. Hal ini ditandai dengan

adanya empat unsur penting yaitu: menguasai lingkungan secara aktif,

mampu mengaktualisasikan totalitas dirinya, mampu menerima diri

dan lingkungannya serta mampu berdiri sendiri. Hal ini menunjukkan

bahwa kematangan fungsi psikis merupakan indikasi utama dalam

kemandirian.

Kematangan fungsi psikis juga ditandai dengan dapat mengenal

diri sendiri dan menjadi diri sendiri. Untuk mengenal diri biasanya

seseorang menjadi semakin jujur pada diri sendiri, semakin otentik dan

menjadi semakin unik tak tertandingkan. Sedangkan untuk menjadi

42 Elisabeth B. Hurlock, Child Development, (Japan: MC. Grawhill company, 1978), hlm 28

43 Kartini-Kartono, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: Alumni, 1979), hlm. 120.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

diri sendiri seseorang harus menjauhkan kecenderungan suka meniru

dan sekedar ikut-ikutan.44 Hal ini menunjukkan bahwa dia dapat

berkata: bahwa saya adalah : ”aku” bulan si “A” atau si “B”,

meskippun belum dapat berkata “aku adalah ….”, karena masih dalam

“proses”.

b. Tingkah Laku Swakarsa dan Tanggungjawab.

Tingkah laku swakarsa merupakan sikap mandiri anak yang

ditandai dengan adanya kecenderungan untuk berbuat atas kehendak

sendiri secara aktif atau pengambilan sikap yang dikemudikan secara

independen terhadap suatu obyek. Ciri yang mendasar dari sikap

swakarsa adalah dia merasa mampu untuk mengendalikan tindakannya

atau dia bebas untuk melakukan hal apapun dengan tidak dipengaruhi

atau dikendalikan oleh orang lain. Meskipun demikian dia tidak akan

melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain serta

tidak melanggar norma-norma yang ada.

Orang dewasa yang mandiri disamping ia mampu berperilaku

bebas, tapi dia juga bertanggungjawab atas perilakunya. Dalam hal ini

Zakiah Darajad berpendapat bahwa “Disamping tingkah laku swakarsa

tentunya diiringi tanggung jawab, sebab jika bertindak atas dasar

kesadaran dan kemauan sendiri, maka ia harus bertanggung jawab atas

perbuatannya tersebut. Biasanya orang itu dapat berdiri sendiri, lebih

mampu memikul tanggung jawab dan pada umum ya memiliki emosi

yang stabil”.45 Rasa tanggungjawab tumbuh dari dalam diri seseorang

karena mendapat pengaruh dari nilai-nilai yang ditanamkan dalam

keluarga dan masyarakat.

Rasa tanggung jawab bukanlah sesuatu yang tertanam sejak lahir,

namun merupakan hasil dari latihan yang berlahan-lahan atau

merupakan sebuah proses panjang, yang tergantung pada tingkat umur

dan daya fikirnya. Adapun bentuk akhir dari perilaku swakarsa adalah

44 Andreas Harefa, Menjadi Manusi Pembelajar, (Jakarta: Harian Kompas, 2000), hlm. 40 45 Zakiah Darajat, Op. Cit., hlm. 169

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

aktualisasi diri dimana dia mamandang diri sendiri sebagai agen yang

merdeka, aktif, bertanggungjawab, dan agen yang mendisiplinkan diri

dengan membentuk nasibnya sendiri.46 Hal ini memberikan gambaran

bahwa sikap mandiri anak ditandai dengan adanya kecenderungan

untuk mengambil dan menentukan sikap swakarsa yang disertai

dengan rasa tanggungjawab.

c. Disiplin

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disiplin mempunyai arti

ketaatan dan kepatuhan kepada aturan.47 Sedangkan pengertian

disiplin secara istilah diartikan oleh beberapa ahli, diantaranya W.J.S

Poerwadarminta, menurutnya disiplin adalah latihan batin dan watak

supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.48 Menurut

Sheila dan Barbara Ann Barnett, Ph. D mengemukakan bahwa

“Discipline is a form of life training that, once experienced and when

practiced, develops and indivudual ability to control them selves, it

allowes us to devate our selves to a task or goal until the task is

complete”.49 Artinya disiplin adalah suatu bentuk latihan hidup yang

berupa pengalaman dan praktek, mengembangkan kemampuan

individu utnuk mengontrol dirinya. Hal ini menuntut untuk

mencurahkan diri kita terhadap suatu kewajiban dan tujuan sehingga

terpenuhi kewajiban tersebut secara sempurna.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

disiplin adalah kontrol terhadap perbuatan seseorang agar selalu

mentaati tata tertib dari orang lain maupun diri sendiri.

Disiplin merupakan kunci sukses karena dengan disiplin, orang

dapat berbuat sesuatu, menyelesaikan suatu pekerjaan tepat pada

46 E. Koesworo, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), hlm. 141. 47 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 208. 48 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1976), hlm. 254. 49 Sheila Ellison and Barbara Ann Barnett, Ph. D., 365 Ways to Help Your Children

Grow, (Unitet State of America: source book , 1996), hlm 195

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

waktunya dan akan membawa hasil sesuai dengan yang diinginkan.

Siswa yang disiplin dapat megatur waktunya dengan baik, semua

kegiatan akan direncanakanya secara matang seperti: kapan dia harus

belajar, membantu orang tua, bangun pagi, bermain dan lain-lain.

Sehingga dia akan teratur dalam segala hal.

Dengan disiplin anak dapat mengembangkan kendali atas

perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang

benar, meskipun tidak ada penjaga yang mengancamnya dengan

hukuman jika mereka melakukan kesalahan. Sebab fungsi utama

disiplin adalah untuk mendidik supaya dapat mengendalikan diri

dengan mudah, menghormati dan mematuhi peraturan yang ada.

d. Mampu Memecahkan Masalah

Orang yang mandiri adalah orang yang apabila mendapat

masalah dapat menghadapinya dan menyelesaikannya dengan matang

dan bersikap dewasa. Karena tanpa mampu memecahkan masalah,

seseorang tidak mungkin dapat bertindak sendiri dengan yakin.

Keterampilan memecahkan masalah sangat berkaitan dengan cara

pengambilan keputusan dan mengetahui langkah-langkah penting

dalam proses pemecahan masalah.

Pada dasarnya meskipun teknik untuk memecahkan masalah itu

berbeda-beda, tetapi terdapat lima langkah pokok yang berlaku bagi

segala situasi pemecahan masalah tersebut, yaitu: mengenali masalah,

menetapkan beberapa cara pemecahan untuk mencapai tujuan akhir,

mengevaluasi dan menetapkan cara pemecahan yang terbaik,

melaksanakan pemecahan masalah dan mengamati kembali, apakah

rencana-rencana tersebut telah sejalan dengan tujuan yang ingin

dicapai.50 Meskipun hendaknya setiap orang mampu memecahkan dan

menyelesaikan masalah sendiri, tetapi tidak semua masalah dapat

50 Charles Schaeffer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, (Jakarta: Dahara Prize, 1994),

hlm. 56-57.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

ditanganinya sendiri. Adakalanya kita membutuhkan orang lain untuk

membantu kita dan itulah arti pentingnya kerjasama antar sesama.

Ciri-ciri kamandirian anak pada dasarnya sangat luas dan tingkat

kemandiriannyapun sangat beragam pada setiap tingkatan usia. Dalam

hal ini banyak ahli yang telah menjabarkan cirri-ciri tersebut.

Penjabaran mereka ada yang masih bersifat umum dan ada yang

bersifat lebih rinci. Salah satu di antaranya yaitu M. Ali dan M. Asrori.

Mereka berpendapat bahwa temuan penelitian pada umumnya

menunjukkan bahwa tingkat kemandirian remaja menyebar pada

tingakatan sadar diri, seksama, individualitas dan mandiri. Semua itu

dapat ditafsirkan secara rinci pada masing-masing tingkatan sebagai

berikut:

1. Tingkat Sadar Diri Ini dapat disimpulkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Cenderung mampu berfikir alternatif b. Melihat berbagai kemungkinan dan situasi c. Peduli akan pengambilan manfaat dari situasi yang ada d. Berorientasi pada pemecahan masalah e. Memikirkan cara mengarungi hidup f. Berupaya menyesuaikan diri terhadap situasi dan peranan

2. Tingkat Seksama Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Cenderung bertindak atas dasar nilai internal b. Melihat dirinya sebagai pilihan dan pelaku tindakan c. Melihat keragaman emosi, motif dan perspektif diri sendiri

maupun orang lain d. Sadar akan tanggung jawab e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri f. Peduli akan hubungan mutualistik g. Berorientasi pada tujuan jangka panjang

3. Tingkat Individualitas Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah mamiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memiliki kesadaran yang lebih tinggi dan individualitas b. Kesadaran akan konflik emosionalitas antara kemandirian dan

ketergantungan c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain d. Sadar akan eksistensi perbedaan individual

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

e. Bersikap toleran terhadap perkembangan dalam kehidupan f. Mampu memberikan kehidupan dalam dirinya dengan

kehidupan luar dirinya 4. Tingkat Mandiri

Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Telah memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan b. Bersifat objektif dan realistis terhadap diri sendiri maupun

orang lain c. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan d. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik dalam dirinya e. Menghargai kemandirian orang lain f. Sadar akan adanya ketergantungan dengan orang lain g. Mampu mengekspresikan perasaannya dengan penuh

keyakinan dan keceriaan51

Siswa sekolah menengah atas, sebagai bagian dari remaja secara

umum memiliki sifat sebagaimana tersebut di atas. Walaupun

demikian tingkat kemandirian mereka relatif berbeda antara satu

dengan yang lainnya. Hal ini tergantung pada factor-faktor yang di

lingkungan mereka.

Dari sini dapat diketahui bahwa cirri-ciri kemandirian siswa

secara umum adalah ………………………

Sebagaimana aspek-aspek psikologis yang lainnya,

perkembangan kemandirian juga bukan semata-mata merupakan

pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir.

Perkembangannya sangat dipengaruhi berbagai stimulus yang ada di

lingkungannya. Ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai faktor

yang mempengaruhi kemandirian yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak,

meliputi kematangan usia anak dan inteligensi. Bertambahnya usia

anak, mambantu tumbuhnya kecenderungan untuk melepaskan diri

dari ketergantungan terhadap orang lain. Hal ini sangat terlihat

pada pertumbuhan bayi. Ini juga dijumpai pada masa remaja,

51 M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 102

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

mereka ingin berusaha melepaskan diri dari orang tua dengan

maksud untuk menemukan dirinya.52 Berpengaruhnya faktor usia

pada kemandirian anak disebabkan anak mengalami perkembangan

jasmani dan rohani. Adapun kadar atau kriteria kemandirian itu

jelas berbeda standarnya pada tiap tingkatan usia. Hal ini

disesuaikan dengan kemampuan berfikirnya anak.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak

tersebut, yang meliputi :

1. Pola Asuh Orang Tua

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan

mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Tugas orang

tua adalah membuat anak dapat berdiri sendiri secepat

mungkin, sehingga orang tua tidak mengerjakan pekerjaan

mereka lagi seperti: mengatasi kesulitan-kesulitan mereka,

mengambil inisiatif dan memecahkan masalah mereka serta

melakukan hal-hal untuk dan oleh dirinya sendiri.53 Pola asuh

ini meliputi: aktifitas pendidikan dalam keluarga, cara

memberikan penilaian kepada anak, cara berinteraksi antar

individu dalam keluarga bahkan sampai pola hidup orang tua

sehari-hari.

2. Sistem Pendidikan Di Sekolah

Sistem pendidikan yang diterapkan khususnya dalam

proses belajar mengajar, penegakan peraturan sekolah,

bimbingan guru terhadap siswa, kegiatan ekstra kurikuler, dan

lain-lain, juga menunjang perkembangan kemandirian siswa.

Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang

menjadi lebih manusiawi (being humanize), sehingga disebut

dewasa dan mandiri. Itulah visi atau tujuan dari proses

52 F.J. Monks, AMP. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), hlm. 278-279.

53 Charles Scheeffer, Cara Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Op.cit., hlm. 173.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

pembelajaran.54 Sekolah diharapkan dapat membantu orang tua

memandirikan anak mereka. Proses pendidikan yang cenderung

menekankan doktrinasi tanpa argumentasi yang sesuai, akan

menghambat perkembangan kemandirian siswa. Demikian

halnya dengan proses pendidikan yang menekankan pentingnya

pemberian sanksi dan hukuman. Sebaliknya proses yang

menekankan pentingnya penghargaan terhadap kemampuan

siswa, pemberian kesempatan untuk bebas berpendapat,

berkreasi, memberi kesempatan untuk berorganisasi serta

menciptakan kompetisi yang positif, akan memperlancar

perkembangan kemandirian siswa.

3. Sistem Kehidupan / Kebudayaan Di Masyarakat.

Masyarakat yang kurang menghargai manifestasi potensi

remaja bahkan tidak peduli terhadap mereka akan berpengaruh

kurang baik pada perkembangan kemandirian mereka.

Sebaliknya, lingkungan yang menghargai ekspresi potensi

remaja dalam barbagai bentuk kegiatan akan mendorong

kemandirian remaja. Demikian halnya masyarakat yang maju

dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung merangsang

kemandirian remaja dibandingkan dengan masyarakat yang

sederhana.

4. Pengaruh Pengasuhan Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak

Orang tua memegang peranan penting dalam menumbuhkan sikap

kemandirian anak. Sebagaimana diketahui bahwa perkembangan pribadi

anak merupakan sebuah proses untuk menjadi suatu bentuk tertentu di

masa mendatang dan orang yang terjun langsung dalam proses tersebut

adalah orang tua. Kemandirian pribadi merupakan salah satu hasil dari

suatu proses tersebut, maka jelaslah bahwa sadar atau tidak sadar cara

54 Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Harian Kompas, 2000), hlm.

37.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak sangat mempengaruhi

sikap kemandirian anak.

Melihat begitu pentingnya sikap kemandirian bagi anak, baik pada

usia dini, remaja, dewasa maupun tua maka orang tua harus menerapkan

cara yang terbaik dalam mengasuh anaknya. Pada umumnya orang tua

dalam mengasuh anak menggunakan semua model pola asuh sesuai

dengan situasi dan kondisi yaitu dengan mengkombinasikannya. Sebab

masing-masing pola asuh tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan,

yang hal ini juga mempunyai pengeruh tersendiri bagi perkembangan

sikap kemandirian anak.

Upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam menmgembangkan

sikap kemandirian anak khususnya anak remaja antara lain: penciptaan

partisipasi keterlibatan anak dalam keluarga, penciptaan keterbukaan

komunikasi dalam keluarga, penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi

lingkungan, penerimaan positif tanpa syarat, empati terhadap anak dan

pemciptaan kehangatan hubungan dengan anak.55 Orang tua juga harus

memberi wilayah pribadi terghadap anak remaja, karena remaja

merupakan pribadi yang mempunyai otonomi dan orang tua tidak bisa

menyuruh seenaknya sendiri melakukan sesuatu hal.

Orang tua yang ingin menjadikan anak-anaknya bnertanggung

jawab, harus memberikan kelonggaran kepada setiap anaknya untuk

memilih dan menanggung konsekwensi atas keputusan yang mereka pilih.

Seorang pemuda yang terbiasa dimanja dan selalu bergantung pada orang

tuanya, kelak jika lepas dari orang tua dia akan kebingungan, karena untuk

bertindak sendiri dia takut dengan kegagalan. Lain halnya dengan anak

yang dilatih mandiri sejak kecil, di mana orang tua tidak suka memanjakan

dan jika anaknya menghadapi masalah, orang tua tidak terburu-buru turun

tangan. Begitu juga dengan si anak karena ia telah terbiasa dilatih untuk

menghadapi masalahnya sendiri, maka jika menemui kesulitan, jarang

sekali minta pertolongan orang lain. Dia akan menghadapinya dengan

55 M. Ali dan M. Asrori, Op. Cit., hlm. 121

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

segala kemampuan yang dimilikinya dengan penuh keberanian dan

bertanggung jawab.

Sikap orang tua yang melindungai anak akan menyebabkan perilaku

anak kurang mandiri karena mereka lebih banyak tergantung pada orang

lain. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata

“jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan

menghambat perkembnagn kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang

menciptakan suasana aman dan penuh nuansa demokratis dalam interaksi

keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan

kemandirian anak.

5. Pengaruh Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Siswa

Dunia anak merupakan dunia yang diwarnai oleh perilaku orang tua

dan anggota keluarga lainnya, sehingga dalam perkembangan kemandirian

anak keseimbangan antara faktor internal dan eksternal sangat diperlukan.

Bimbingan dari orang tua dan guru akan memantapkan bentuk otonomi

anak. Sekolah diharapkan dapat membantu orang tua dalam memandirikan

anak mereka. Namun semua itu akan sia-sia apabila pendidik utama yaitu

orang tua tidak meletakkan dasar yang kuat dan kokoh. Setelah dasar itu

kuat sekolah baru dapat membantu dalam perkembangan pribadi anak.

Guru sebagai pihak yang setiap saat berinteraksi langsung dengan

siswa, selain melaksanakan perannya sebagai pengajar, hendaknya juga

mampu membimbing siswanya ke arah kedewasaan yang mandiri,

sebagaimana yang telah diuraikan di depan. Adapun hasil yang mungkin

dapat diperoleh dalam rangka memandirikan siswanya antara lain:

a. Guru Sebagai Pembimbing Belajar Bagi Siswanya

Hasil yang mungkin dapat diperoleh dalam bimbingan belajar

adalah sesuai dengan tujuan akhir dari bimbingan ini yaitu

kemandirian belajar. Adapun indikasi terjadinya kemandirian belajar

pada diri siswa antara lain siswa dapat: menemukan cara belajar yang

efektif dan efisien, mengetahui cara mempelajari sesuatu serta

menggunakan buku pelajaran, memanfaatkan perpustakaan dengan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

baik, dapat mengerjakan tugas sekolah dan siap menghadapi ulangan

kapan pun, memilih bidang studi untuk lebih diperdalam yang sesuai

dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita serta kemampuannya,

menyelesaikan kesulitan yang dihadapi dalam pelajaran tertentu,

membagi waktu dan merencanakan jadwal belajarnya dan dapat

memilih pelajaran tambahan yang diperlukannya.

b. Guru Sebagai Pembimbing Personal-Sosial

Hasil yang mungkin dapat dicapai adalah kematangan psikis dan

pribadi siswa antara lain siswa dapat: memahami diri sendiri dan

memiliki kesadaran diri, mengembangkan sikap positif nilai-nilai dan

motif-motif intrinsiknya, menentukan pilihan-pilihan yang tepat bagi

dirinya, menghargai orang lain dan mampu bekerja sama dengan

mereka, memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan dapat

memahami lingkungan dan dapat hidup dalam kehidupan yang

seimbang antara aspek fisik, mental dan sosial.

Pada dasarnya apa yang dilakukan oleh guru dalam mendidik

siswanya merupakan otoritas guru sepenuhnya. Namun demikian seorang

guru hendaknya memperhatikan tugas, tanggung jawab, dan kode etik

yang telah ditentukan. Demikian halnya dengan beberapa upaya

bimbingan tersebut, semua itu merupakan bagian kecil dalam

mengembangkan sikap kemandirian siswa.

6. Pengaruh Pengasuhan Orang Tua dan Bimbingn Guru terhadap

Kemandirian Siswa

Tugas pendidik adalah memandirikan peserta didik secepat mungkin,

karena apabila potensi kemandirian dikembangkan secara cepat, maka

kemandirian anak akan tumbuh sedini mungkin. Tetapi apabila seorang

anak sejak kecil hingga dewasa selalu dimanja, maka kemandirian itu pun

akan terhambat perkembangannya. Hal yang menjadi pertanyaan sekarang,

siapa yang termasuk pendidik?. Pendidik yang mempunyai tugas,

wewenang dan tanggung jawab untuk mendidik adalah orang tua dan guru.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

Pada dasarnya tugas orang tua dan guru sama yaitu mendidik anak.

Bimbingan, arahan, tuntunan dan petunjuk dari mereka berdua sangat

dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga

diharapkan suatu saat nanti anak tersebut menjadi orang dewasa mandiri,

yaitu orang yang tahu dan bisa menerima keunggulan dan kelemahan

dirinya, tidak dihinggapi oleh kerendahan diri yang palsu, karena ia sadar

akan dan bangga atas kepribadiannya yang berharga bagi sesama. Ia

mempergunakan kemampuannya secara penuh, ia pantang mundur,

kendati ada kekurangan padanya. Ia mampu bertanggung jawab atas diri

sendiri dan menolak pendiktean atau pemaksaan kehendak dari apapun

yang berada dari luar. Ia mampu menyatakan, mengaktualisasikan dan

mengeluarkan potensi-potensi yang dimilikinya. Ia mampu menjadi orang

yang berdaya, berdaulat, merdeka, lebih manusiawi dan menjadi dirinya

sendiri.

Untuk membentuk peserta didik seideal di atas, rasanya sangat sulit

bagi seorang pendidik, bahkan terkadang pendidiknya sendiri belum tentu

mampu menjadi orang yang mempunyai kriteria seperti di atas. Meskipun

demikian, setidaknya manusia mandiri yang ideal itu merupakan

cakrawala ikhtiar kita. Sedapat-dapatnya didekati, namun kita tetap sadar

sangat sulit untuk meraihnya entah kapan hal itu akan terwujud. Di sinilah

kerja sama semua fihak khususnya orang tua dan guru sangat dibutuhkan,

karena semuanya harus memerankan perannya masing-masing dengan

semaksimal mungkin untuk salang melengkapi satu sama lain. Dengan

demikian anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya,

tanpa harus terganggu apalagi terjerumus dalam lembah kenistaan. Semua

ini dimaksudkan agar kita memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Aamiin

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan kajian terhadap

penelitian yang sudah ada. Sejauh ini belum penulis temukan penelitian yang

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

mengkaji tentang permasalahan yang persis sama dengan permasalahan yang

penulis kaji. Meskipun demikian terdapat beberapa penelitian yang

bahasannya berhubungan dengan permasalahan yang dibahas penulis. Untuk

lebih jelasnya, berikut ini penulis sebutkan beberapa peneliti dan hasil

penelitiannya, diantaranya adalah:

1. Robiatul Alawiyah (4195045), melakukan penelitian dengan judul “Peran

Keluarga Muslim Dalam Melatih Kemandirian Dan Kreatifitas Anak Di

Keluarga Tanjung Mas Utara (Studi Tentang Pendidikan Agama Tahun

2000/ 2001). Dalam penelitiannya penulisnya lebih menekankan pada

bagaimana sebuah keluarga muslim melatih kemandirian serta

menumbuhkan kreatifitas anak-anaknya. Sedangkan kajian yang dilakukan

penulis lebih banyak menyorot tentang cara memandirikan anak melalui

pendidikan agama pada anak, memberi teladan yang baik, memberikan

kesejahteraan serta menciptakan hubungan yang kondusif dan harmonis

dalam keluarga.

2. Khoirudin (4195199) melakukan penelitian dengan judul “Peranan Guru

Pembimbing Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta Didik di

SMU N 08 Kota Semarang”. Dalam pembahasannya, penulis lebih

menekankan pada peranan guru bimbingan dan penyuluhan dalam

membimbing siswa di Sekolah. Sedangkan kemandirian belajar yang

dimaskudkan, adalah kondisi belajar yang mandiri, dimana dalam proses

belajar mengajar, siswa diharapkan mampu memecahkan masalah, kreatif,

dapat meneliti dan menemukan hal baru, khususnya hal yang berhubungan

dengan materi pembelajaran di sekolah.

3. Ika Astuti (4195122) melakukan penelitian dengan judul “Komparasi Pola

Asuh Orang tua Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosi Siswa SLTP N 18

Semarang Tahun 2000/ 2001”. Dalam penelitian tersebut dikaji tentang

bagaimana pola dan cara orang tua mengasuh anak-anaknya dalam rangka

meningkatkan kecerdasan emosi mereka. Penulisnya lebih menekankan

pada bagaimana kecerdasan emosi pada anak, macam-macam emosi,

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI PENGASUHAN ORANG TUA, …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2005...kamus besar bahasa Indonesia pengasuhan berarti “cara mengasuh”.

pengertian Emotional Intelegence (EI), dimensi-dimensi EI, serta

komparasi pola asuh orang tua terhadap tingkat EI anak.

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah “jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.56

Hipotesis merupakan jawaban masalah penelitian yang secara teoritis

dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.57

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah “dugaan yang mungkin

benar dan mungkin salah, dia akan ditolak jika salah dan diterima jika

faktanya membenarkan”.58

Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis

atau dugaan sementara bahwa:

1. Ada pengaruh positif yang ditimbulkan dari pola asuh orang tua terhadap

kemandirian siswa MAN Kutowinangun.

2. Ada pengaruh positif yang ditimbulkan dari bimbingan guru terhadap

kemandirian siswa MAN Kutowinangun.

3. Ada pengaruh positif yang ditimbulkan dari pola asuh orang tua dan

bimbingan guru terhadap kemandirian siswa MAN Kutowinangun.

56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hlm. 64. 57 Ibid, 58 sutrisno Hadi, Metode Research, jld. I, (Yogyakarta: FP. UGM, 1983), hlm. 63.