BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for...

33
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management 2.1.1 Pengertian Supply Chain Menurut Schroeder (2007, p189) supply chain adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan pendistribusian kepada konsumen. Menurut Harrison (2008, p7) adalah sejaringan mitra yang secara kolektif mengubah komoditas dasar (dihulu) kedalam produk jadi (dihilir) yang bernilai bagi pelanggan akhir, dan yang mengelola kembali dimasing-masing tahap. 2.1.2 Pengertian Supply Chain Management Menurut Simchi-Levi dan Kaminsky (2004, p2) supply chain management adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier, manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang- barang tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Supply Chain Management

2.1.1 Pengertian Supply Chain

Menurut Schroeder (2007, p189) supply chain adalah sebuah

proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk

atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan

pendistribusian kepada konsumen.

Menurut Harrison (2008, p7) adalah sejaringan mitra yang secara

kolektif mengubah komoditas dasar (dihulu) kedalam produk jadi

(dihilir) yang bernilai bagi pelanggan akhir, dan yang mengelola

kembali dimasing-masing tahap.

2.1.2 Pengertian Supply Chain Management

Menurut Simchi-Levi dan Kaminsky (2004, p2) supply chain

management adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai

organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang,

yaitu supplier, manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-

barang tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

8

tepat, lokasi yang tepat, waktu yang tepat dan biaya yang seminimal

mungkin.

Menurut Schroeder (2007, p189) supply chain management adalah

perancangan, desain, dan kontrol arus material dan informasi

sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan konsumen sekarang

dan di masa depan.

Menurut Heizer dan Render (2000, p434) manajemen rantai

pasokan (supply chain management) adalah pengintegrasian aktivitas

pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah

jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan.

2.1.3 Tujuan Supply Chain Management

Menurut Heizer dan Render (2000, p435) tujuan supply chain

management adalah untuk membangun sebuah rantai yang terdiri dari

para pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai

bagi pelanggan.

Menurut Dilworth (2000, p374) tujuan supply chain management

adalah merencanakan dan mengkoordinasi semua kegiatan yang terdapat

dalam supply chain, sehingga akan tercapai pelayanan kepada customer

yang maksimal dengan biaya yang relatif rendah.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

9

2.1.4 Strategi Supply Chain

Strategi supply chain menurut Heizer dan Render (2000, p438) :

1) Banyak pemasok (many supplier).

Dengan strategi banyak pemasok (many supplier), pemasok

menanggapi permintaan dan spesifikasi “permintaan dan

penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada

umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

terendah.

2) Sedikit pemasok (few supplier).

Strategi yang memiliki sedikit pemasok (few supplier)

mengimplikasikan bahwa daripada mencari atribut jangka pendek,

seperti biaya rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka

panjang dengan beberapa pemasok yang setia.

3) Integrasi vertikal (vertical integration).

Integrasi vertikal (vertical integration) berarti mengembangkan

kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya

dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor.

4) Jaringan Keiretsu (Keiretsu networks).

Keiretsu adalah sebuah istilah bahasa Jepang untuk

menggambarkan para pemasok yang menjadi bagian dari sebuah

perusahaan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

10

5) Perusahaan virtual (virtual company).

Perusahaan virtual (virtual company) adalah perusahaan yang

mengandalkan beragam hubungan pemasok untuk menyediakan

jasa atas permintaan yang diinginkan. Juga dikenal sebagai

korporasi berongga atau perusahaan jaringan.

2.2 Supply Chain Operations Reference (SCOR)

2.2.1 Pengertian Supply Chain Operations Reference

(SCOR)

Menurut Rolf G. Poluha ([Http 1]) Supply Chain Operations

Reference (SCOR) adalah model proses referensi yang sudah

dikembangkan dan didukung Supply Chain Council (SCC) sebagai

standar de fakto alat diagnostik lintas industri bagi manajemen rantai

pasokan. SCOR memungkinkan pemakai untuk mengerjakan,

memajukan, dan memberitahukan kenyataan dalam manajemen rantai

pasokan dan diantara semua pihak yang berkepentingan.

2.2.2 A Process Reference Model Contains

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), A Process Reference

Model Contain :

– Uraian atau deskripsi standar dari proses manajemen.

– Satu kerangka hubungan antara proses standar.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

11

– Metrik standar untuk mengukur kinerja proses.

– Manajemen mempraktekkan yang menghasilkan kinerja terbaik

dikelasnya.

– Menyesuaikan standar untuk mencirikan dan kemampuan.

2.2.3 Boundaries of Supply Chain Operations Reference

(SCOR)

2.2.3.1 SCOR Spans

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), SCOR spans

meliputi :

– Semua interaksi pelanggan, dari pesanan masuk sampai

membayar melalui faktur.

– Semua produk (materi fisik dan jasa) transaksi, dari penyalur

penyalurmu untuk pelanggan pelangganmu, meliputi alat-alat

perlengkapan, barang persediaan, onderdil, kumpulkan

produk, perangkat lunak, dsb.

– Semua interaksi pasar, dari pemahaman dari permintaan

agregat ke pemenuhan dari masing-masing pesanan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

12

2.2.3.2 SCOR does not attempt to describe every

business process or activity

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), SCOR tidak

mencoba untuk mendeskripsikan tiap-tiap proses bisnis atau

aktivitas, termasuk:

– Penjualan dan pemasaran (demand generation).

– Penelitian dan pengembangan teknologi.

– Pengembangan produk.

– Beberapa unsur dari post-delivery customer support.

Hubungan terkait dapat dibuat untuk memproses tidak

termasuk pada model scope, seperti pengembangan produk, dan

beberapa dicatat di SCOR.

2.2.3.3 SCOR assumes but does not explicitly

address

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), SCOR assumes

but does not explicitly address :

– Pelatihan.

– Kualitas.

– Teknologi Informasi (IT).

– Administrasi (bukan SCM).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

13

2.2.4 SCOR Contain Schematic Level 1 of Process

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), SCOR Contain

Schematic Level 1 of Process. Lihat Gambar 2.1.

Gambar 2.1 SCOR Contain Schematic Level 1 of Process

Sumber : ([Http 2]) Supply Chain Council, (2008)

2.2.5 Level 1 Process Definitions

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), Level 1 Process

Definitions yaitu :

1) Plan

Proses yang keseimbangan permintaan agregat dan persediaan

untuk mengembangkan satu pelaksanaan rencana dimana mencari

sumber daya yang baik, produksi dan pengiriman kebutuhan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

14

2) Source

Proses yang memperoleh barang dan jasa sesuai perencanaan atau

permintaan aktual.

3) Make

Proses yang mentransformasikan produk sampai titk akhir sesuai

perencanaan atau permintaan aktual.

4) Deliver

Proses yang menyediakan barang jadi dan jasa sesuai perencanaan

atau permintaan aktual, secara detail meliputi manajemen

permintaan, manajemen pengiriman, dan manajemen distribusi.

5) Return

Proses berhubungan dengan pengembalian atau penerimaan

kembali produk karena beberapa alasan. Proses ini memperluas ke

post-delivery customer support.

2.2.6 Scope of Supply Chain Operations Reference

(SCOR) Processes

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), Scope of SCOR

Processes yaitu :

1) Plan (Permintaan / perencanaan persediaan dan manajemen).

– Keseimbangkan sumber daya dengan kebutuhan dan

menetapkan atau mengomunikasikan rencana untuk

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

15

keseluruhan rantai pasokan, meliputi return dan proses

pelaksanaan dari source, make , dan deliver.

– Manajemen dari ketentuan bisnis, kinerja rantai pasokan,

pengumpulan data, persediaan, asset modal, transportasi,

merencanakan konfigurasi, pengaturan kebutuhan dan izin, dan

resiko rantai pasokan.

– Menyesuaikan rencana rantai posokan dengan rencana

keuangan.

2) Source (Sourcing stocked, make-to-order, dan engineer-to-order

product).

– Jadwal pengiriman; menerima, verifikasi, dan kirim produk;

dan otorisasi pembayaran penyalur.

– Identifikasi dan memilih sumber pasokan ketika tidak

dipersiapkan sebelumnya, seperti untuk engineer-to-order

product.

– Mengatur ketentuan bisnis, kinerja akses pemasok, dan

pemeliharaan data.

– Mengatur persediaan, asset modal, produk pemasukan, jaringan

pemasok, impor / ekspor kebutuhan, kesepakatan pemasok, dan

sediakan risiko rantai pasokan.

3) Make (Make-to-stock, make-to-order, dan engineer-to-order

production execution).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

16

– Jadwal aktivitas produksi, keluarkan produk, hasilkan dan uji,

paket, tingkat produk, dan mengeluarkan produk untuk dikirim.

– Penyelesaian rancang bangun untuk engineer-to-order product.

– Mengatur ketentuan, kinerja, data, in-process products (WIP),

alat-alat perlengkapan dan fasilitas, transportasi, jaringan

produksi, kepatuhan pengatur untuk produksi, dan resiko rantai

pasokan.

4) Deliver (Order, warehouse, transportation, dan installation

management for stocked, make-to-order, dan engineer-to-order

product).

– Semua tahapan manajemen pemesanan dari memproses

pemeriksaan pelanggan dan mencatat untuk merencanakan

pengiriman dan pemilihan bawaan.

– Manajemen gudang dari penerimaan dan pemilihan produk

untuk mengisi dan pengiriman produk.

– Menerima dan verifikasi produk di lokasi pelanggan dan

menginstal, kalau perlu.

– Invoicing pelanggan.

– Mengatur ketentuan bisnis deliver, kinerja, keterangan,

persediaan barang jadi, asset modal, transportasi, daur hidup

produk, impor / mengekspor kebutuhan, dan resiko rantai

pasokan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

17

5) Return (Return of raw materials dan receipt of returns of finished

goods).

– Semua produk cacat kembali dari tahap source yaitu

mengidentifikasi kondisi produk, produk disposisi, minta

otorisasi produk yang kembali, jadwalkan pengiriman produk,

dan kembalikan produk cacat dan deliver yaitu memberi

otorisasi produk yang kembali, jadwalkan kuitansi kembali,

menerima produk, dan kirim produk cacat.

– Semua pemeliharaan kembali, reparasi, dan periksa secara

seksama tahapan produk dari tahap source yaitu

mengidentifikasi kondisi produk, produk disposisi, minta

otorisasi produk yang kembali, jadwalkan pengiriman produk,

dan kembalikan produk MRO (Maintenance, Repair,

Overhaul) dan deliver yaitu memberi otorisasi produk yang

kembali, jadwalkan kuitansi kembali, menerima produk, dan

kirim produk MRO (Maintenance, Repair, Overhaul).

– Semua kelebihan produk kembali dari tahap source yaitu

mengidentifikasi kondisi produk, produk disposisi, minta

otorisasi produk dikembalikan, jadwalkan pengiriman produk,

dan kembalikan kelebihan produk dan deliver yaitu memberi

otorisasi produk yang kembali, jadwalkan kuitansi kembali,

menerima produk, dan kirim kelebihan produk.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

18

– Mengatur ketentuan bisnis pengembalian, kinerja,

pengumpulan data, pengembalian persediaan, asset modal,

transpotasi, konfigurasi jaringan, pengaturan kebutuhan dan

izin, dan resiko rantai pasokan.

2.2.7 Performance Attributes and Level 1 Strategic

Metrics

Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), Level 1 Metrics are

primary, high level measures that may cross multiple SCOR processes.

Level 1 Metrics do not necessarily relate to a SCOR Level 1 process

(PLAN, SOURCE, MAKE, DELIVER, RETURN). Lihat gambar 2.1

Performance Attributes and Level 1Metric.

Gambar 2.2 Performance Attributes and Level 1Metric.

Sumber : ([Http 2]) Supply Chain Council, (2008)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

19

1) Perfect Order Fulfillment

Menurut Supply Chain Excellence (SCE) Limited ([Http 3]),

Perfect Order Fulfillment adalah satu pengukuran terpisah

mendefinisikan seperti persentase dari pemesanan

1) Pengiriman "tepat waktu dan terpenuhi" untuk meminta tanggal

dan / atau untuk persetujuan tanggal.

2) Seperti menjumpai pelanggan 3 cara mencocokan (faktur, PO,

dan kuitansi).

3) Tidak punya issu produk berkualitas. Perfect Order Fulfillment

sering dipergunakan untuk mengukur kinerja pengiriman

pemasok dan pencapaian jadwal pembuatan. Mengganti order

pesanan pembelian atau order pembuatan untuk pesanan

pelanggan berturut-turut.

Menurut APQC( [Http 10]), Untuk penggunaan dari survei ini,

perfect order performance referes untuk pengembilan dengan

sempurna dan pemenuhan pesanan pelanggan dan termasuk

pengambilan order dengan benar, mengalokasikan persediaan

dengan seketika, mengirimkan produk tepat waktu, dan kirim faktur

dengan akurat. Perkiraan nilai berada diantara 0 sampai 100.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

20

Menurut Supply-Chain Council ([Http 11]), persentase dari

pengiriman pesanan tepat waktu, secara penuh. Komponen termasuk

semua barang dan kuantitas tepat waktu menggunakan ketentuan

pelanggan dari tepat waktu dan kelengkapan dokumentasi.

2) Order Fulfillment Cycle Time

Menurut Supply Chain Excellence (SCE) Limited ([Http 4]),

Order Fulfillment Cycle Time adalah satu pengukuran

berkepanjangan didefinisikan sebagai sejumlah waktu dari otorisasi

pelanggan dari satu order penjualan ke kuitansi pelanggan dari

produk. Segmen utama dari waktu meliputi order entry, dwell time

for future dated orders, manufacturing, distribusi, dan transportasi.

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), waktu rata-rata

siklus sebenarnya secara terus-menerus mencapai untuk mememnuhi

pemesanan pelanggan.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

21

Menurut APQC ([Http 10]), Order fulfillment cycle time

(dipergunakan yang dapat bertukar tempat dengan waktu siklus

pesanan pelanggan) adalah rata-rata actual cycle time secara

konsisten mencapai untuk penuhi pesanan pelanggan. Untuk masing-

masing order perorangan, awal waktu siklus ini dari kuitansi order

dan akhir dengan pelanggan menerima dari order.

3) Upside Supply Chain Flexibility

Menurut Supply Chain Excellence (SCE) Limited ([Http 5]),

Upside Supply Chain Flexibility adalah satu pengukuran terpisah

didefinisikan sebagai sejumlah waktu ini mengambil supply chain

untuk menjawab ke satu 20% peningkatan tidak direncanakan laku

tanpa jasa atau biaya penalty. Tantangan dengan pengukuran adalah

untuk membuat pengetahuan ini seilmiah mungkin. Dengan

pengetahuan di pikiran, kemudian, kita harus pergi ke item master

untuk data. Untuk masing-masing data biasanya "replenishment

lead time" yang menjumlahkan MAKE dan DELIVER planned lead

times. Dengan ini harus menambahkan waktu proses terpanjang

terencana dari the components pada BOM (Bill of Materials).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

22

Idenya, di sini, adalah waktu proses terencanamu adalah penyajian

terbaik dari fleksibilitas tanpa hukuman biaya atau jasa.

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), jumlah dari hari

yang diharuskan mencapai pertambahan dapat dipertahankan

sebanyak 20% yang diluar rencana di kuantitas-kuantitas yang

dikirimkan.

Menurut APQC ([Http 8]), Upside supply chain flexibility

adalah penjumlahan waktu lalu hari di antara kejadian dari peristiwa

tidak direncanakan dan perampungan dengan rencana didukung,

plan, source, make, deliver dan return performance. Hari waktu

terlewatkan tidak perlu penjumlahan dari hari memerlukan bagi

seluruh aktivitas sebagai beberapa mungkin terjadi secara serempak.

(Ketika menghitung metrik ini, pertimbangkan bahwa 20 persen

adalah sejumlah menyediakan untuk penggunaan penolokan. Untuk

beberapa industri dan beberapa organisasi 20 persen mungkin dalam

beberapa hal yang tidak dapat diperoleh atau di pihak lain juga

konservatif. Sebagai tambahan, metrik komponen (Upside Source

Flexibility, Upside Make Flexibility, dll) dapat ditingkatkan pada

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

23

paralel dan sebagai hasil, hitungan ini memerlukan hasil yang paling

sedikit sejumlah waktu untuk mencapai hasil diinginkan).

4) Upside Supply Chain Adaptability

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), pertambahan dapat

dipertahankan dikuantitas-kuantitas yang bisa tercapai pada 30 hari

(tanpa pemesanan kembali, biaya hukuman atau persediaan).

Menurut APQC ([Http 8]), Upside supply chain adaptability

adalah yang berkelanjutan maksimum persentase bertambah di

kuantitas pengiriman yang telah dilakukan bisnisnya dapat mencapai

pada 30 hari. (Ketika menghitung metrik ini, pertimbangkan bahwa

30 hari adalah satu angka berubah-ubah menyediakan untuk

penggunaan penolokan. Untuk beberapa industri dan beberapa

organisasi 30 hari mungkin dalam beberapa hal yang tidak dapat

diperoleh atau di pihak lain juga konservatif. Metrik komponen

(Daya Penyesuaian Sumber sebelah atas, Daya Penyesuaian

Perbuatan sebelah atas, dsb.) dapat ditingkatkan pada paralel dan

sebagai hasil, hitungan ini memerlukan hasil peningkatan paling

sedikit di yang berkelanjutan kuantitas pada 30 hari).

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

24

5) Downside Supply Chain Adaptability

Menurut APQC ([Http 9]), Downside supply chain adaptability

adalah persentase maksimum reduksi di kuantitas mengorder yang

telah dilakukan dalam bisnis dapat mendukung pada 30 hari utama

kepada pengiriman dengan tidak ada hukuman barang inventaris atau

biaya. (Ketika menghitung metrik ini, pertimbangkan bahwa 30 hari

adalah satu angka berubah-ubah menyediakan untuk penggunaan

penolokan. Untuk beberapa industri dan beberapa organisasi 30 hari

mungkin dalam beberapa hal yang tidak dapat diperoleh atau di pihak

lain juga konservatif. Hitungan dari downside menyediakan daya

penyesuaian rangkai memerlukan hitungan berlandaskan

pengurangan paling sedikit berkelanjutan ketika mempertimbangkan

Source, Make, dan Deliver components).

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), penurunan dapat

dipertahankan dikuantitas-kuantitas yang bisa tercapai pada 30 hari

(tanpa pemesanan kembali, biaya hukuman atau persediaan).

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

25

6) Supply Chain Management Cost

Menurut Supply Chain Excellence (SCE) Limited ([Http 6]),

Total Supply Chain Management Cost adalah satu pengukuran

terpisah didefinisikan sebagai tetap dan biaya operasi

menghubungkan dengan Plan, Source, Make, dan Deliver proses

supply chain. Ini "activity based lite" pandangan dari biaya supply

chain mempertimbangkan manajemen order (Deliver), material

acquisition (Source), inventory carrying (Indirect Plan),

planning/finance (Plan), dan information technology costs (Indirect

Enable).

Menurut APQC( [Http 8]), supply chain management costs

meliputi supply chain IT ditambah finance dan perencanaan

ditambah inventory carrying di tambah material acquisition

ditambah order management costs ditambah returns management

costs.

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), semua biaya

langsung dan tak langsung yang berhubungan dengan pelaksanaan

proses rantai pasokan perusahaan melalui rantai pasokan.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

26

7) Cost of Goods Sold

Menurut Reimers (2007, p226) harga pokok atau biaya biaya

dari barang dagang yang dijual selama periode tersebut.

Menurut APQC( [Http 9]), cost of goods sold (COGS) adalah

jumlah pada ikhtisar rugi laba yang mewakili ongkos bahan baku

dan pembuatan produk jadi.

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), biaya yang

berhubungan dengan pembelian bahan mentah dan menghasilkan

barang jadi. Biaya ini termasuk biaya (pekerja, material) dan biaya

tidak langsung.

8) Cash-to-Cash Cycle Time

Menurut Supply Chain Excellence (SCE) Limited ([Http 7]),

Cash-to-Cash Cycle Time adalah satu ukuran berkepanjangan yang

didefinisikan dengan menambahkan jumlah hari dari persediaan ke

jumlah hari dari receivables outstanding dan kemudian mengurangi

jumlah hari dari payables outstanding. Hasilnya adalah angka hari

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

27

dari working capital organisasi telah terikat pada pengelola rantai

pemasokan.

Menurut APQC( [Http 9]), Cash-to-cash cycle time adalah

waktu ini mengira satu investasi membuat ke aliran kembali ke dalam

perusahaan setelah ini telah dibelanjakan untuk bahan baku. Untuk

jasa, ini mewakili waktu titik darimana sekawanan upah untuk

sumber daya yang dikonsumsi pada kinerja dari satu jasa ke waktu

yang perusahaan yang mendapat pembayaran dari pelanggan untuk

jasa itu. cash-to-cash cycle adalah jumlah hari dari persediaan

ditambah jumlah hari sales outstanding di kurang pembayaran rata-

rata periode untuk bahan.

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), waktu yang

diperlukan untuk investasi uang dimaterial untuk mengalir kembali

kedalam perusahaan sesudah barang jadi sudah dikirimkan ke

pelanggan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

28

9) Return on Supply Chain Fixed Assets

Menurut APQC( [Http 8]), Return on supply chain fixed assets

ukuran pengembalian pendapatan organisasi berdasarkan modal yang

diinvestasikan di supply chain fixed assets. Ini meliputi aktiva tetap

yang dipergunakan di Plan, Source, Make, Deliver, dan Return.

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), pengembalian

terhadap organisasi menerima modal yang diinvestasikan di rantai

pasokan aktiva tetap. Aktiva tetap ini termasuk digunakan untuk

Plan, Source, Make, Deliver dan Return.

Menurut Bized ([Http 12]),

10) Return on Working Capital

Menurut APQC( [Http 8]), Return on working capital adalah

satu pengukuran yang mengkaji nilai dari investasi sehubungan

dengan perusahaan posisi working capital membandingkan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

29

pendapatan yang menghasilkan dari supply chain. Komponen

meliputi accounts receivable, accounts payable, inventory, supply

chain revenue, cost of goods sold dan supply chain management

costs.

Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), pengembalian

dimodal kerja adalah ukuran yang menilai besarnya investasi relatif

keperusahaan posisi modal kerja dibandingkan pendapatan yang

dihasilkan dari rantai pasokan. Termasuk komponen piutang, hutang,

persediaan, pendapatan rantai pasokan, harga pokok penjualan, dan

biaya manajemen rantai pasokan.

Menurut Bized ([Http 12]).

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

30

2.3 Analisis Laporan Keuangan

Menurut Reimers (2007, p625) menggunakan rasio untuk menganalisis

serta menginterpretasikan kinerja keuangan dan kondisi suatu perusahaan.

2.3.1 Liquidity ratios.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang

telah jatuh tempo.

1. Rasio lancar (Current ratio)

Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh

kewajiban lancarnya dengan menggunakan seluruh aktiva lancarnya.

2. Rasio cepat (Quick ratio)

Mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka

pendek.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

31

3. Modal kerja (Working capital)

Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan

kewajiban jangka pendeknya. Walaupun secara teknis bukan rasio,

working capital sering diukur sebagian laporan keuangan.

2.3.2 Efficiency ratios.

Menurut Morningstar ([Http 16]), apapun jenis dari bisnis

perusahaan, harus menanam uang dalam aset untuk melakukan

pelaksanaannya. Rasio efisiensi mengukur bagaimana secara efektif

perusahaan menggunakan aset ini, sebaik sebagai bagaimana baik

mengelola pertanggung-jawabannya.

1. Rasio perputaran persediaan (Inventory turnover ratio)

Untuk mengukur berapa kali persediaan telah terjual dan digantikan

dalam setahun.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

32

2. Periode penagihan rata-rata (Average collect. period)

Menurut Spireframe Software LLC ([Http 14]), periode penagihan

rata-rata mengukur jumlah rata-rata hari yang dibutuhkan bagi

perusahaan untuk mengumpulkan pendapatan dari penjualan kreditnya.

Rata-rata penjualan per hari adalah penjualan bersih yang dibagi oleh

365 hari pada satu tahun. Perusahaan biasanya akan memberitahukan

kebijakan kreditnya di laporan keuangannya, oleh sebab itu periode

penagihan rata-rata dengan mudah bisa diukur sebagai ke apakah

menunjukkan informasi positif atau negatif.

3. Perputaran aktiva tetap (Fixed asset turnover)

Menurut Spireframe Software LLC ([Http 15]), perputaran aktiva tetap

sama dengan perputaran jumlah aktiva, yang kedua sama-sama

mengukur keefektifan perusahaan dalam meningkatkan pendapatan

penjualan bersih dari investasi kembali ke dalam perusahaan. Tetapi,

rasio perputaran aktiva tetap menilai hanya aktiva tetap bersih.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

33

4. Perputaran jumlah aktiva (Total asset turnover)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar perbandingan antara modal

asing (pinjaman) terhadap ekuitas yang digunakan dalam membiayai

aktiva perusahaan.

2.3.3 Leverage ratios.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi

likuidasi.

1. Rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to equity ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar perbandingan antara modal

asing (pinjaman) terhadap ekuitas yang digunakan dalam membiayai

aktiva perusahaan.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

34

2. Rasio hutang terhadap jumlah aktiva (Debt to total asset)

Menurut Business Dictionary ([Http 17]), pengukuran aset keuangan

perusahaan melalui utang dan, oleh karena itu, ukuran risiko

keuangannya. Yang lebih rendah rasio ini, secara umum yang lebih

baik tidak jauh dari perusahaan.

2.3.4 Profitability ratios.

Rasio ini mengukur operasional atau kinerja penghasilan dari

perusahaan. Mengingat tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh

keuntungan, oleh sebab itu rasio jenis ini memeriksa bagaimana

perusahaan mencapai tujuan.

1. Rasio laba kotor (Gross profit ratio)

Untuk memastikan perusahaan menguntungkan. Ukuran ini

mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang lebih rinci. Juga

menjelaskan berapa banyak yang dapat dikeluarkan untuk beban

umum dan administrasi, iklan dan pemasaran, riset dan pengembagan,

dengan tetap mencapai profitabilitas akhir yang memuaskan.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

35

2. Rasio laba operasi (Operating profit ratio)

Menurut Universal Teacher Publications ([Http 18]), laba operasi

artinya keuntungan berhasil didapat oleh perhatian dari kegiatan

usahanya dan tidak dari sumber lain. Ketika memperhitungkan laba

bersih mengenai semua pendapatan termasuk yang bukan bagian dari

kegiatan usahanya seperti uang sewa dari pemondok, bunga pada

investasi, dan lain-lain ditambahkan dan semua biaya bukan kegiatan

usahanya dikurangi. Oleh sebab itu, ketika menghitung laba operasi

semua ini diabaikan dan perhatian kembali untuk mengetahui tentang

pendapatan perusahaan dari kegiatan usahanya.

3. Rasio marjin laba bersih (Net profit margin ratio)

Menurut Investing for Beginners ([Http 19]), marjin laba mengatakan

kepada anda berapa banyak keuntungan perusahaan didapat setiap $1

itu menghasilkan di pendapatan. Marjin laba berubah-ubah oleh

industri, tetapi sama sekali kalau tidak setara, yang lebih tinggi majin

laba perusahaan dibandingkan dengan saingannya, yang lebih baik.

Beberapa buku keuangan, tempat, dan sumber penghasilan

mengatakan kepada seorang penanam modal untuk mengambil

sesudah-pajak laba bersih dibagi dengan penjualan. Sedangkan ini

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

36

standar dan secara umum disetujui, beberapa analis lebih suka

menambahkan kembali bunga minoritas ke dalam persamaan, untuk

memberi gagasan seberapa uang diperoleh oleh perusahaan terlebih

dahulu yang bermanfaat ke luar ke minoritas “owners”. Salah satu

dari kedua cara dapat diterima, walaupun anda harus konsisten di

perhitungan anda. Semua perusahaan harus dibandingkan atas dasar

sama.

4. Rasio pengembalian atas aktiva (Return on assets)

Untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam mempergunakan

aktivanya untuk mendapatkan penghasilan bagi pemilik dan kreditor,

mereka yang membiayai perusahaan. Karena bunga adalah sebagian

dari apa yang didapatkan untuk membayar kreditor, sering tambahan

kembali ke pembilang. Laba bersih adalah pengembalian kepada

pemilik dan beban bunga adalah pengembalian kepada kreditor. Rata-

rata jumlah aktiva adalah rata-rata aktiva awal dan aktiva selama

setahun.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

37

2.4 Analisis Altman Z-Score

Menurut Wikipedia ([Http 12]), Z-score rumusan untuk memperkirakan

kebangkrutan telah dikembangkan pada 1968 oleh Edward I. Altman, seorang

pakar ekonomi keuangan dan profesor di Leonard N. Stern School of Business

di New York University. Z-score rumusan multivariate yang mengukur

kesehatan keuangan perusahaan dan meramalkan kemungkinan kebangkrutan

dalam dua tahun.

Belajar mengukur keefektifan Z-score sudah memperlihatkan model

untuk menjadi tepat dengan >70% keterpercayaan (Eidleman). Z-score

menggabungkan empat atau lima rasio perusahaan biasa yang mempergunakan

sistem pembobotan yang diperhitungkan oleh Altman untuk menentukan

kemungkinan kebangkrutan. Sistem pembobotan semula berdasarkan data dari

pengusaha pabrik yang dipegang di depan umum, tetapi sejak sudah diubah

untuk manufaktur pribadi, non-manufaktur dan perusahaan servis.

Menurut My Stock Market Power (Http 13]),

Z1 = Working Capital / Total Assets

Z1 adalah mengukur likuiditas untuk menentukan seberapa cair aset

perusahaannya. Rasio ini membolehkan kita untuk mengerti, peristiwa di

saat krisis, seberapa cepat perusahaan akan dapat untuk menunjang uang.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

38

Z2 = EBIT / Total Assets

Z2 mengukur keuntungan perusahaan secara keseluruhan.

Z3 = Net Sales / Total Assets

Z3 mengukur seberapa cepat perusahaan memutar aset mereka kembali.

Jumlah ini lebih tinggi, lebih baik.

Z4 = Market Value of Equity / Total Liabilities

Z4 mengukur fluktuasi ekuitas yang kemungkinan besar bisa

memperingatkan masalah di depan. Lehman Brothers, Freddie Mac, dan

Fannie Mae semua ini contoh luar biasa selama Credit Meltdown 2008.

Z5 = Retained Earnings / Total Assets

Z5 adalah keuntungan diukur melalui potensi laba perusahaan.

Z - Score Weightings

Sekarang, bagaimana memeriksa pembobotan yang telah digabungkan ke

masing-masing bagian ini.

Public Companies

ZScore = 1.2 * Z1 + 3.3 * Z2 + Z3 + 0.6 * Z4 + 1.4 * Z5

Hasil bersih rumus ini mempunyai impikasi berikut:

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Center 2_09-138.pdf · penawaran”, (request for quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran

39

Z-Score > 3 - Menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kedudukan

keuangan yang kuat.

Z-Score antara 2,7 & 3 - Menunjukkan secara tidak langsung bagian di mana

penanam modal sebaiknya mulai mempergunakan kewaspadaan dengan

saham ini.

Z-Score antara 1,8 dan 2,7 - Menunjukkan potensi kebangkrutan dalam 2 tahun

mendatang.

Z-Score di bawah 1,8 menunjukkan kuat kemungkinan untuk bangkrut.