BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/YOHANNES...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/YOHANNES...
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perencanaan Strategi Sistem Informasi
2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Menurut O’Brien (2006, p5) sistem informasi merupakan kombinasi teratur
apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya
data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi.
2.1.2. Strategi Sistem Informasi Menurut Ward dan Peppard (2002, p44), strategi sistem informasi adalah
strategi yang mendefinisikan kebutuhan organisasi atau perusahaan terhadap
informasi dan sistem yang mendukung keseluruhan strategi bisnis yang dimiliki
organisasi tersebut.
Sebuah strategi sistem informasi harus meliputi kebutuhan bisnis untuk
kedepannya agar lebih selaras dengan strategi bisnis. Hal ini juga harus
mendefinisikan dan memprioritaskan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai
portofolio aplikasi. (Issa-Salwe, Ahmed, Aloufi, dan Kabir, 2010)
Sekarang ini pengetahuan akan informasi merupakan hal yang vital bagi pada
manager. Disamping organisasi membutuhkan sistem informasi untuk bertahan dan
7
meningkat, sistem informasi dapat membantu organisasi mengembangkan cakupan
mereka, dengan memberikan produk baru dan pelayanan yang lebih baik. Sistem
informasi meningkatkan daya guna teknologi dan jika hal tersebut tidak diatur dengan
baik dan tidak berhubungan dengan strategi bisnis organisasi, hal tersebut akan
menekan organisasi dalam keunggulan kompetitif. (Kearns dan Lederer, 1997)
2.1.3. Perencanaan Strategi Sistem Informasi
Perencanaan Strategi Sistem Informasi merupakan sekumpulan tujuan jangka
panjang yang menggambarkan tujuan sistem dan arsitektur teknologi informasi untuk
mencapai tujuan perusahaan. (Turban 2003, p432)
Menurut Wijaya (2006), Sistem teknologi informasi dikenal dengan nama
senjata strategi (strategy weapon) karena dapat digunakan untuk menerapkan strategi
yang dapat memberikan keuntungan kompetitif. Organisasi membutuhkan
perencanaan strategi untuk sumber daya teknologi informasinya dengan beberapa
alasan sebagai berikut:
• Hasil dari perencanaan sistem teknologi informasi dapat dibagikan kepada
manajemen dan ahli – ahli sistem teknologi informasi. Diskusi dan
persetujuan akan hasil perencanaan ini dapat menyediakan pemahaman
bersama antara ahli – ahli sistem teknologi informasi dan manajer –
manajer bisnis tentang bagaimana cara terbaik bagi organisasi untuk
menggunakan sumber daya informasinya.
8
• Mengembangkan suatu rencana untuk sumber daya informasi yang dapat
membantu mengkomunikasikan masa depan organisasi itu kepada pihak
lain di dalam organisasi.
• Diskusi mengenai perencanaan strategi sering kali banyak membantu
manajer – manajer bisnis dan ahli – ahli sistem teknologi informasi dalam
membuat keputusan yang mendasar mengenai bagaimana sistem teknologi
informasi akan diarahkan untuk membantu bisnis organisasi.
• Dengan perencanaan yang baik, jika sesuatu yang buruk terjadi=
mendadak di organisasi, maka organisasi sudah siap menghadapinya.
• Hasil dari perencanaan sistem teknologi informasi dapat membantu
mengalokasikan sumber – sumber daya ke proyek – proyek sistem
teknologi informasi yang penting dan bermanfaat bagi organisasi. Hasil
dari perencanaan ini didampingi dengan anggaran biaya yang
mencerminkan prioritas bisnis untuk sistem teknologi informasi yang
harus dikembangkan.
• Alat komunikasi dengan manajemen puncak. Banyak manajer sistem
teknologi informasi meminta kenaikan anggaran yang signifikan untuk
pengembangan sistem teknologi informasi. Suatu rencana sitem teknologi
informasi yang baik, harus dengan jelas dihubungkan kepada arah bisnis.
Hasil perencanaan yang baik juga menjelaskan bagaimana organisasi akan
mencapainya. Permintaan anggaran akan terlihat lebih masuk akal dan
9
lebih mudah disetujui bagi manajemen puncak yang ada diluar
departemen sistem teknologi informasi.
• Membantu pemasok. Arsitektur dan rencana dari sistem teknologi
informasi adalah suatu cara efektif bagi organisasi untuk berkomunikasi
dengan penjual/pemasok tentang kebutuhan dari produk-produk sistem
teknologi informasi masa depan yang dibutuhkan oleh organisasi. Dengan
memahami kebutuhan masa depan ini, maka pemasok dapat
mempersiapkan jauh sebelumnya.
Menurut Pant dan Hsu (1995), perencanaan sistem informasi dimulai dengan
mengidentifikasi kebutuhan organisasi. Pengembangan berbagai jenis sistem
berbasiskan komputer sebaiknya merespon terhadap kebutuhan tersebut, mulai dari
tingkat transaction processing sampai tingkat aplikasi yang lebih kompleks (support
systems). Perencanaan sistem informasi sangat menyerupai perencanaan strategi
dalam ilmu manajemen. Objective, prioritas, dan otorisasi untuk suatu proyek sistem
informasi perlu diformulasikan. Rencana pengembangan sistem sebaiknya
mengidentifikasi spesifik proyek untuk untuk masa depan perusahaa, prioritas setiap
proyek disesuaikan dengan sumber daya perusahaan, prosedur umum, dan hambatan
untuk setiap area aplikasi.
Pengertian akan strategi dan objective bisnis merupakan salah satu langkah
awal dalam melakukan perencanaan sistem informasi. Dengan mengerti strategi dan
objective bisnis akan membuat fungsi sistem informasi dapat berkontribusi positif dan
proaktif pada strategi dan objective bisnis. Tanpa adanya pengertian tersebut akan
10
membuat investasi IT tidak akan efektif memenuhi kebutuhan perusahaan. (Teo dan
Ang, 2000)
Implementasi TI yang dilakukan secara sungguh-sungguh sebagai penyangga
visi dan misi serta mencapai keunggulan kompetitif adalah sama halnya melakukan
perubahan dalam organisasi. Perubahan ini terkait dengan perubahan sistem,
prosedur, sumber daya manusia, sistem informasi, struktur dan kebijakan, sehingga
menimbulkan kecemasan kepada staf organisasi dan sering kali terjadi pertentangan
dalam organisasi baik secara eksplisit maupun implisit. Sejumlah metodologi
perencanaan strategi sistem informasi yang dihasilkan oleh para akademisi dan
praktisi masih terjadi kegagalan mencapai keunggulan kompetitif, dan tidak
menjamin keberhasilan implementasi TI secara sempurna. Karena elemen-elemen
perencanaan strategi teknologi informasi lebih berfokus kepada aspek teknologi dan
kurang mewadahi aspek-aspek non-teknologi. Untuk mencapai keberhasilan
perencanaan strategi sistem informasi dalam implementasinya, perlu pendekatan yang
disesuaikan dengan lingkungan organisasi. Tidak ada metodologi perencanaan
strategi sistem informasi yang bersifat universal untuk semua bentuk organisasi,
beberapa metodologi perencanaan strategi sistem informasi yang ada hanya boleh
digunakan sebagai pendekatan. (Malik, Raja, dan Mohamed, 2003)
Aspek utama yang terkandung dalam perencanaan strategi sistem informasi
adalah menyelaraskan perencanaan sistem informasi dengan perencanaan bisnis
melalui koordinasi antara bisnis dan fungsi perencanaan sistem informasi dan
aktivitasnya. (Teo dan Ang, 1999)
11
2.2. Perencanaan Strategi Teknologi Informasi 2.2.1. Teknologi Informasi
Konsep-konsep utama, pengembangan, dan berbagai isu manajemen teknologi
informasi yaitu meliputi hardware, software, jaringan, manajemen data dan teknologi
berbasis internet (O’Brien, 2006, p9).
Sedangkan menurut Ward dan Peppard (2002, p3), teknologi informasi
menunjuk pada spesifikasi mengenai teknologi, khususnya hardware, software dan
jaringan telekomunikasi.
Menurut Porter dan Millar (1985), teknologi informasi tidak hanya
berimplikasi bagimana individu melakukan aktifitasnya, tetapi juga berimplikasi pada
aliran informasi, hal ini berpengaruh besar dalam meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk menghubungakan antaran aktifitas perusahaan, baik internal
maupun eksternal. Pada akhirnya teknologi akan sangat mendukung keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Sistem informasi memungkinkan perusahaan dapat
mengkoordinasikan aktivititas dalam rantai nilai perusahaan untuk meraih
keunggulan kompetitif dari sisi biaya. Selain itu keunggulan kompetitif dapat
diciptakan dengan melakukan diferensiasi rantai nilai yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut melakui dukungan sistem informasi.
12
2.2.2. Strategi Teknologi Informasi
Menurut Ward dan Peppard (2002, p44), strategi teknologi informasi adalah
strategi yang berfokus pada penetapan visi tentang bagaimana teknologi dapat
mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi dan sistem dari sebuah informasi.
2.3. Strategi Bisnis
Menurut Rangkuti (2006, p7), strategi bisnis adalah strategi fungsional yang
berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran,
strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi-
strategi yang berhubungan dengan keuangan dari suatu bisnis.
Menurut Ward dan Peppard (2002, p69), strategi bisnis adalah sekumpulan
tindakan terintegrasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang dan
kekuatan perusahaan untuk menghadapi para pesaing. Suatu strategi bisnis biasanya
meliputi beberapa hal seperti berikut :
• Vission, pencapaian dari sebuah misi atau dapat diartikan sebagai sebuah
pandangan masa depan dari sebuah bisnis yang menjadi tujuan umum
sebuah perusahaan.
• Mission, adalah pernyataan yang memberikan arahan tentang apa yang
akan dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam mencapai visinya.
• Business Driver, adalah beberapa faktor kritis pendorong perubahan yang
dapat memberikan fokus pada bisnis sehingga dapat memenuhi
sasarannya.
13
• Objectives, adalah sasaran-sasaran yang ditetapkan dan harus dipenuhi
oleh perusahaan dalam pencapaian visi perusahaan.
• Strategies, adalah kebijakan atau tindakan langsung yang dipilih
perusahaan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan memenuhi misinya.
• Critical Success Factors (CSF), adalah beberapa area kunci dimana
sesuatu harus berjalan dengan baik sehingga keberhasilan bisnis dapat
dicapai.
• Business Area Plans, adalah perencanaan dari berbagai area bisnis yang
ada yang berkaitan dengan strategi bisnis perusahaan.
2.4. Hubungan Antara Strategi Bisnis, Strategi SI dan Strategi TI
Menurut Earl (Ward and Peppard (2002, p40)), dalam membuat suatu
strategic application tidak boleh hanya memfokuskan pada analisis terhadap
teknologi saja. Earl menyarankan bahwa jalur yang efektif untuk menghasilkan
keuntungan dari SI atau TI adalah dengan mengkonsentrasikan pada pemikiran
tentang bisnis, yaitu : dengan menganalisis masalah bisnis yang ada dan perubahan
lingkungannya, menyadari bahwa SI atau TI adalah hanya salah satu bentuk solusi
yang ditawarkan, karena ia menemukan bahwa strategi SI/TI saat ini lebih banyak
mengidentifikasikan persoalan teknologi dan terminology teknikal saja, tetapi sedikit
mengidentifikasikan kebutuhan organisasi akan aplikasi dan kebutuhan bisnis. “Earl”
menyarankan agar strategi SI fokus dalam mengidentifikasikan kebutuhan perusahaan
14
terhadap sistem informasi dan strategi TI fokus dalam mengidentifikasikan kebutuhan
perusahaan terhadap teknologi informasi dan infrastrukturnya. Hubungan ini dapat
digambarkan seperti gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Hubungan antara Strategi Bisnis, Strategi SI dan Strategi TI (Ward and Peppard, 2002, p41)
Gambar diatas mengilustrasikan hubungan antara strategi bisnis, strategi SI,
dan strategi TI dalam suatu pendekatan untuk menyusun strategi sistem dan teknologi
15
informasi yang terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan. Untuk merencanakan
suatu strategi SI/TI terlebih dahulu perlu diketahui kondisi lingkungan, arah dan
tujuan bisnis perusahaan, informasi apa yang dibutuhkan, peluang dan hambatan
bisnis yang dihadapi serta alternatif solusinya. Setelah mengetahui kondisi
lingkungan, arah dan tujuan dari kegiatan bisnis perusahaan, maka kita dapat
mengevaluasi sistem apa yang sesuai dengan kebutuhan dan mendukung strategi
bisnis perusahaan dalam pencapaian visi dan misi perusahaan, selanjutnya untuk
menghasilkan suatu sistem informasi yang strategis bagi perusahaan, perlu dilakukan
penyeleksian dan pemilihan secara tepat teknologi apa yang paling sesuai untuk
digunakan dalam menunjang sistem informasi tersebut.
Menurut Teubner dan Mocker (2005), Perencanaan strategi sistem informasi
harus sepenuhnya menyatu dengan perencanaan bisnis perusahaan. Intergrasi akan
tercapai pada saat perusahaan melakukan alignment antara perencanaan bisnis dan
perencanaan sistem informasi. Perencanaan sistem informasi dapat dimulai dari visi
bisnis dari perusahaan yang di break down ke dalam sasaran-sasaran yang
dikategorikan dalam empat dimensi seperti yang diusulkan oleh Kaplan dan Norton
dalam bentuk balanced scorecard.
Penyelarasan stategi sistem informasi dan sasaran dari organisasi akan
berdampak pada strategi organisasi kedepannya. Ada dua pandangan untuk melihat
hubungan antara TI dengan bisnis perusahaan. Ketika driver dari strategi sistem
informasi adalah bisnis (Business IT), dimana portofolio aplikasi di rancang untuk
mendukung proses bisnis saat ini dan potensial dari TI tidak diikuti secara penuh.
Pada pandangan lainnya, jika driver dari strategi sistem informasi dari sisi kemajuan
16
TI (IT Business), dimana risiko yang dapat terjadi adalah investasi pada
unprofitable applications. Dan hal lain yang mungkin digunakan adalah pendekatan
tertimbang (Business IT), pendekatan ini memungkinkan peluang bisnis dan
kemajuan teknologi dari TI dipertimbangkan secara bersamaan untuk memungkinkan
timbulnya inovasi, tetapi tentunya realistis dengan perencanaan. (Vitale, Ives, dan
Beath, 1986)
Perubahan lingkungan SI/TI sangat cepat sekali, khususnya dalam hal
pengembangan teknologi, hal ini membuat perusahaan sulit untuk menetapkan proses
perencanaan yang standard dalam konteks perencanaan sistem informasi. Oleh
karena itu perencanaan sistem informasi dalam kaitannya dengan proses perencanaan
harus dirancang dan diselaraskan dengan perencanaan bisnis/organisasi. (Pollack,
2010)
Menurut Teo dan King (1997) menegaskan bahwa arti penting dan kegunaan
integrasi Business Planning- Information System Planning (BP – ISP) telah
dibuktikan secara empiris dapat meningkatkan kontribusi sistem informasi terhadap
kinerja organisasi. Sayangnya, seringkali nilai investasi di bidang sistem informasi
tidak dapat direalisasikan secara penuh sebagai akibat dari kurang padu dan padannya
penyelarasan strategik antara strategi bisnis dan strategi sistem informasi dalam suatu
organisasi. Dengan demikian, peningkatan kinerja maupun keunggulan kompetitif
akan sulit tercapai. Untuk itu, diperlukan model penyelarasan strategik antara strategi
bisnis dan strategi sistem/teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi.
Strategi bisnis merujuk pada Porter (1980) merupakan pilihan-pilihan utama
perusahaan tersebut dalam area bisnisnya. Mengacu pada Henderson dan
17
Venkatraman (1993) bahwa tingkat kepentingan strategi bisnis dipengaruhi oleh
kebijakan strategis perusahaan pada keputusan “make-or-buy”, yakni kemitraan dan
aliansi. Kemitraan diterjemahkan sebagai seberapa tinggi ketergantungan
pengembangan bisnis perusahaan pada mitra strategisnya. Sementara aliansi
dijabarkan menurut tingkat ketergantungan pengembangan bisnis perusahaan pada
aktivitas alihdaya (outsourcing). Penyelarasan strategik strategic aligment) sendiri
diturunkan dari kata “penyelarasan” (aligment) dan “strategi” (strategy).
Penyelarasan merupakan “co-ordination” yang dapat dicapai ketika strategi
sistem/teknologi informasi perusahaan diturunkan dari strategi organisasi (Lederer
dan Mandelow, 1989), meliputi:
• Content linkage yang mengacu pada konsistensi antara rencana bisnis dan
rencana sistem/teknologi informasi. Semakin konsisten antara rencana
bisnis dan rencana sistem/teknologi informasi, maka tingkat penyelerasan
akan semakin baik sehingga kinerja organisasi akan mengalami
peningkatan, begitu pula sebaliknya.
• Timing linkage mengacu pada apakah rencana sistem/teknologi informasi
dikembangkan setelah, beriringan atau sebelum rencana bisnis dibuat.
Dalam hal ini berpegang pada perencanaan, pelaksanaan, penganggaran,
pengendalian dan evaluasi. Sistem/teknologi informasi dapat
dikembangkan setelah rencana bisnis jika kebutuhan sistem/teknologi
informasi pada organisasi tidak bersifat mendesak atau penting.
Pengembangan rencana sistem/teknologi informasi dikembangkan secara
18
beriringan dengan rencana bisnis jika kebutuhan tersebut bersifat paralel
dan berjalan secara simultan. Dengan kata lain, bila rencana
sistem/teknologi informasi tidak diiringi dengan rencana bisnis atau
sebaliknya, maka kinerja organisasi tidak akan mengalami kemajuan,
tetapi stagnan bahkan mengalami penurunan. Untuk pengembangan
rencana sistem/teknologi informasi sebelum rencana bisnis, maka
kebutuhan sistem/teknologi informasi bersifat mendesak atau sesuatu yang
sangat penting. Ini dapat dikatakan bahwa rencana bisnis tidak akan
berjalan atau mengalami hambatan bila rencana sistem/teknologi
informasi tidak dikembangkan terlebih dahulu. Pengembangan rencana
sistem/teknologi informasi dengan rencana bisnis, baik setelah, beriringan
maupun sebelum pada kedua rencana tersebut perlu diperhatikan juga
kemampuan anggaran pada organisasi. Dengan memperhatikan
perencanaan dan penganggaran, maka keputusan untuk pelaksanaan
rencana tersebut, baik sebelum, beriringan dan setelah dapat berjalan
secara optimal.
Berbagai literatur telah menegaskan arti penting penyelarasan strategik.
Penyelarasan didefinisikan oleh Luftman dan Brier (1999) sebagai penerapan sistem
teknologi infromasi di waktu dan cara yang tepat dan harmoni dengan strategi-
strategi, tujuan-tujuan, dan kebutuhan-kebutuhan bisnis. Boar (1994) misalnya,
menyebutkan bahwa organisasi perlu membangun, menyelaraskan, dan
mengembangkan keunggulan kompetitif melalui pemberdayaan sistem/teknologi
19
informasi untuk menjawab tantangan kompetisi global. Khandelwal (2001. p14)
menambahkan penyelarasan strategik jelas bagi perusahaan untuk mencapai
tujuannya dengan dukungan sistem informasi dalam proses bisnis untuk memberikan
informasi pengelolaan yang benar. Untuk melakukan ini, teknologi informasi pada
perusahaan harus selaras dengan tujuan organisasional. Menurut Premkumar dan
King (1992) penyelarasan strategi adalah kaitan antara rencana sistem informasi
dengan rencana bisnis information systems planning – business planning alignment).
Idealnya, rencana bisnis dan rencana sistem informasi, baik fungsi produksi maupun
fungsi perencanaan organisasi seharusnya saling terkait satu sama lain melalui
pemetaan langsung strategi sistem informasi terhadap satu atau lebih strategi bisnis
dalam konteks untuk memaksimalkan imbalan yang diperoleh organisasi (Calhoun
dan Ledere, 1990). Melalui penyelarasan antara rencana sistem informasi dan rencana
bisnis, sumberdaya informasi akan mendukung tujuan bisnis dan meraih keuntungan
dalam meraih peluang guna pemanfaatan strategis sistem informasi. (Premkumar dan
King, 1991)
Kefi dan Kalika (2005) menjabarkan perspektif penyelarasan strategik
tersebut ke dalam: (1) Business execution. Pada tataran ini penyelarasn strategik
ditentukan dan diputuskan terkait dengan bisnis yang ada pada organisasi, (2)
Competitve potential. Penyelarasan strategik merupakan upaya untuk meningkatkan
potensi persaingan suatu organisasi terhadap organisasi lain. Potensi persaingan
berupa keunggulan kompetisi terkait dengan impelementasi sistem/teknologi
informasi pada suatu organisasi. (3) IT potential. Organisasi dalam menjalankan
bisnisnya didukung oleh potensi IT. Semakin besar potensi IT dalam penggunaan di
20
organisasi akan meningkatkan kinerja organisasi serta, (4) Service level. Pada
organisasi pelayanan dapat ditingkatkan dengan sistem/teknologi informasi.
Pelayanan yang ditunjang dengan sistem/teknologi informasi akan menjangkau
pelayanan dari tingkat sub unit sampai organisasi secara keseluruhan.
Penyelarasan strategik (strategic aligment) merupakan konsep yang
dikembangkan dan diperoleh dari co-variation atribut tingkat kepentingan strategi
bisnis dan strategi sistem/teknologi informasi pada waktu tertentu. Penyelarasan
merupakan “co-ordination” yang dapat dicapai ketika strategi sistem/teknologi
informasi perusahaan diturunkan dari strategi organisasi meliputi content linkage,
timing linkage, dan personel linkage serta dengan persepektif business execution,
competitive potential, information technology potential, dan service level. Organisasi
yang terlihat baik kinerjanya adalah organisasi dimana ada penyelarasan antara
realisasi strategi bisnis dan realisasi strategi sistem informasi. Untuk itu, organisasi
perusahaan yang mencapai penyelarasan dapat membangun strategi keuntungan
kompetitif yang akan meningkatkan organisasi dengan peningkatan visibilitas,
efisiensi, dan profitabilitas pada persaingan dalam perubahan pasar saat ini. (Hamzah,
2007)
Menurut Jogiyanto (2005, p65) Terdapat empat macam keselarasan atau
integrasi yaitu sebagai berikut ini:
• Integrasi administratif (administrative integration). Integrasi ini
menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara perencanaan strategik
bisnis (PSB) dan perencanaan strategik sistem teknologi informasi
(PSSTI) yan berarti tidak ditemukan usaha yang signifikan dari
21
penggunaan sistem teknologi informasi untuk mendukung rencana-
rencana bisnis.
• Integrasi urut satu-arah (one-way sequential integration). Integrasi ini
menunjukkan hubungan integrasi satu arah dari PSB ke PSSTI yang
berarti PSSTI dilakukan untuk mendukung rencana-rencana bisnis.
• Integrasi bolak-balik dua-arah (two-way reciprocal integration). Integrasi
ini menunjukkan hubungan integrasi dua arah dari PSB ke PSSTI dan
sebaliknya dari PSSTI ke PSB yang berarti PSSTI dilakukan untuk
mendukung dan sekaligus mempengaruhi rencana-rencana bisnis.
• Integrasi penuh (full integration). Integrasi ini menunjukkan tidak adanya
perbedaan antara PSB dan PSSTI dan keduanya dilakukan bersamaan di
dalam satu perencanaan yang terintegrasi. Dengan demikian, peningkatan
kinerja dapat dicapai dan keunggulan kompetitif akan diperoleh sehingga
organisasi dapat terus bertumbuh serta mampu bertahan dalam kompetisi
yang kian sengit.
2.5. Model Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi
Informasi
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan pada subbab-subbab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan atas pengertian dari Perencanaan Strategi
Sistem dan Teknologi Informasi, yaitu suatu proses analisis yang menyeluruh dan
sistematis dalam merumuskan tujuan dan sasaran perusahaan serta menentukan
22
strategi yang memanfaatkan keunggulan sistem informasi dan dukungan teknologi
informasi dalam menunjang strategi bisnis dan memberikan perusahaan suatu
keunggulan jangka panjang untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan
lainnya.
Model kerangka kerja dari perencanaan strategi sistem dan teknologi
informasi dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan penjelasannnya adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas Inputs :
• Internal Business Environment, yaitu strategi bisnis yang lama
atau saat ini, objek-objek bisnis, sumbernya, prosesnya, dan
kebudayaannya serta nilai bisnisnya.
• Eksternal Business Environment, yaitu meliputi ekonomi, industry
dan persaingannya yang mempengaruhi operasional perusahaan.
• Internal IS/IT Environment, yaitu SI/TI yang lama atau saat ini
dalam bisnis, yang membantu jalannya bisnis dan merupakan salah
satu skill dan sumber serta infrastruktur teknologi dalam
perusahaan.
• Eksternal IS/IT Environment, yaitu meliputi trend teknologi baru
dan peluang penggunaan SI/TI yang lain, dan melihat SI/TI dari
pelanggan dan pesaing.
23
b. Proses perencanaan strategi SI/TI
Proses dimana informasi yang diperoleh, serta hasil analisis yang
diperoleh dari inputs, akan diolah untuk menghasilkan outputs.
c. Aktivitas Outputs :
• Business IS strategy, yaitu merupakan suatu strategi baru dari SI
bisnis yang mungkin akan menghilangkan atau menambahkan
beberapa unit atau fungsi bisnis yang telah ada.
• IS/IT Management Strategy, yaitu meliputi elemen-elemen umum
dari strategi yang dipakai pada keseluruhan perusahaan.
• IT Strategy, merupakan strategi untuk mengelola teknologi dan
sumber daya khusus yang berhubungan dengan TI.
d. Future application portfolio
Rincian yang menjelaskan usulan aplikasi yang akan digunakan
perusahaan dalam waktu kedepan, untuk mengintegrasikan setiap unit dari
perusahaan dan menyesuaikan perkembangan teknologi dengan
perkembangan perusahaan.
24
e. Current application portfolio
Rincian mengenai aplikasi sistem informasi yang diterapkan
diperusahaan saat ini, dengan melihat keuntungan dan kekuatan yang
diperoleh dengan menggunakan aplikasi tersebut serta melihat dukungan
aplikasi yang ada terhadap kegiatan operasional dan perencanaan strategi
sistem dan teknologi informasi bagi perusahaan untuk menghadapi persaingan
dan pasar pada saat sekarang ini.
Gambar 2.2 Model Perencanaan Strategi SI/TI (Ward dan Peppard, 2002, p341)
25
2.6. Teknik Analisis Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi
2.6.1. Analisis Lingkungan Eksternal Bisnis
Analisis lingkungan eksternal bisnis dari sebuah perusahaan terdiri dari
faktor-faktor pada dasarnya diluar dan terlepas dari perusahaan. Faktor – faktor utama
yang biasa diperhatikan adalah faktorfaktor politik, ekonomi, social dan teknologi.
Lingkungan eksternal bisnis ini memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk
maju, sekaligus dapat menjadi hambatan untuk maju. Adapun teknik-teknik analisis
digunakan untuk memahami kondisi situasi pada lingkungan eksternal bisnis
diantaranya adalah :
2.6.1.1. Analisis Lima Daya Persaingan Porter
Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan di
mana bisnis perusahaan berada. Akibatnya faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki
perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisa.
Michael E.Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisa
persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan
Bersaing (Husein Umar, 2001, p78-83). Secara lengkap aspek atau variabel yang
membentuk model untuk strategi bersaing tersebut serta penjelasanya dipaparkan
berikut ini :
26
1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi
perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, tejadinya
perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi bagi
perusahaan yang telah ada. Ada beberapa faktor penghambat (enrty barrier)
pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yaitu :
• Skala ekonomi
• Diferensiasi produk
• Kecukupan modal
• Biaya peralihan
• Akses ke saluran distribusi
• Peraturan pemerintah.
2) Persaingan Diantara Perusahaan Sejenis
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan, menurut Porter tingkat persaingan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
• Jumlah Kompetitor
• Tingkat pertumbuhan industry
• Karakteristik produk
• Biaya tetap yang besar
• Kapasitas
• Hambatan keluar
27
3) Ancaman Dari Produk/Jasa Pengganti
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industry tertentu
akan bersaing pula dengan produk/jasa pengganti. Walaupun karakteristiknya
berbeda, barang subtitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama.
Ancaman produk subtitusi menjadi kuat bilamana konsumen dihadapkan pada
switching cost (biaya peralihan) yang sedikit dan jika produk subtitusi itu
mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih
tinggi dari produk-produk suatu industri.
4) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu
mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga produk, meningkat mutu
dan pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya. Kekuatan
tawar pembeli akan kuat apabila perusahaan dihadapkan pada kondisi sebagai
berikut :
• Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan
• Sifat produk tidak teridentifikasi dan banyak pemasok
• Switching cost pemasok adalah kecil
• Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah, sehingga sensitive
terhadap harga dan diferensiasi service
• Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli
dengan mudahnya mencari subtitusinya.
28
5) Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka
menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk atau servis. Pemasok
menjadi kuat apabila beberapa kondisi berikut terpengaruhi :
• Jumlah pemasok sedikit
• Produk/jasa yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching cost
yang besar
• Tidak tersedia produksi subtitusi
• Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk
yang dihasilkan menjadi produk yang sama dengan yang dihasilkan
perusahaan.
Gambar 2.3 Lima Daya Persaingan Porter
(Husein Umar, 2001, p79)
29
Analisa lima kekuatan bersaing dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
peluang dan ancaman dari SI/TI bagi perusahaan, dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut (Ward dan Peppard, 2002, p104) :
• Bagaimana SI/TI meningkatkan entry barrier ?
• Bagaimana SI/TI merubah peta kompetisi ?
• Bagaimana SI/TI membuat switching cost bagi pelanggan ?
• Bagaimana SI/TI merubah kekuatan pemasok ?
• Bagaimana SI/TI menghasilkan produk/jasa pengganti ?
Kerangka kerja kekuatan kompetitif Porter digunakan untuk mengidentifikasi
6 kategori dari peluang keunggulan kompetitif perusahaan (Parsons, p5):
• Meningkatkan switching costs pelanggan melalui penambahan nilai dari
layanan dan infirmasi yang berbasiskan TI.
• Mengurangi switching costs yang dimiliki dengan pemasok.
• Menggunakan TI untuk mendukung inovasi produk.
• Melakukan kooperasi dengan pesaingan pilihan untuk berbagi sumber
daya TI.
• Substitusi TI untuk para pekerja.
• Menggunakan informasi untuk memuaskan pelanggan perusahaan yang
berada pada segmentasi terbaik.
30
Implikasi penting dari kerangka kerja kekuatan Porter adalah ide untuk
extended rivalry. Dimana perusahaan harus mengerti kompetisi di dalam industri.
Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah kompetitor saat ini termasuk pelanggan,
pemasok, perusahaan yang menghasilkan substitusi produk, dan potensial dari
pendatang baru. Perusahaan secara umum harus berusaha untuk melakukan
manipulasi dari kekuatan kompetitif yang berada dalam industri untuk mencapai
comparative advantage diantara para kompetitor yang ada saat ini. (Bakos dan
Treacy, 1986)
Lima model daya saing (Five Competitive Forces Model) merupakan skema
yang mempunyai cangkupan yang luas dengan tujuan memaparkan perencanaan
strategis dengan mendeskripsikannya dalam beberapa tahapan yang terkandung
dalam skema tersebut. Skema yang ada dalam lima model daya saing dimulai dengan
melakukan sebuah analisa dengan mendeskripsikan bisnis dan membuat formulasi-
formulasi visi dan strategi sampai dengan menetapkan lingkungan eksternal dan
internal dalam organisasi tersebut yang berperan. Tentunya, visi dan strategi yang
dibentuk akan berhubungan dengan lingkungan organisasi baik internal maupun
eksternalnya. (Arons dan Waalewijn, 2000)
Sangatlah penting bagi suatu perusahaan untuk dapat bertahan menghadapi
lima model daya saing ini dan menjadikan kelima hal tersebut suatu kekuatan yang
mendukung perusahaan karena akan berdampak pada strategi perusahaan (Porter,
2008), contohnya adalah inovasi atau pengenalan terhadap produk yang mempunyai
kedudukan yang sama, dimana akan melawan ancaman terhadap produk pengganti,
pendatang baru, dan kompetisi cengan kompetitor lama. (Shin, 2001)
31
2.6.1.2. Analisis PEST (Politic, Economic, Social, Technology)
Menurut Ward dan Peppard (2002, p70-72) analisis PEST adalah analisis
terhadap faktor lingkungan eksternal bisnis yang meliputi bidang politik, ekonomi,
sosial dan teknologi. PEST digunakan untuk menilai pasar dari suatu unit bisnis atau
unit organisasi. Arah analisis PEST adalah kerangka untuk menilai sebuah situasi,
dan menilai strategi atau posisi, arah perusahaan, rencana pemasaran atau ide.
Dimana analisis ini dapat diambil suatu peluang atau ancaman baru bagi perusahaan.
a) Faktor Politik
Faktor politik meliputi kebijakan pemerintah, masalah-masalah
hukum, serta mencakup aturan-aturan formal dan informal dari lingkungan
dimana perusahaan melakukan kegiatan. Contoh : kebijakan tentang pajak,
peraturan ketenaga kerjaan, peraturan perdagangan, stabilitas politik dan
peraturan daerah.
b) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi meliputi semua faktor yang mempengaruhi daya
pembelian dari pelanggan dan mempengaruhi iklim dari bisnis suatu
perusahaan. Contoh : pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, standar nilai
tukar, tingkat inflasi, hargaharg produk dan jasa.
32
c) Faktor Sosial
Faktor sosial meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi
kebutuhan dari pelanggan dan mempengaruhi ukuran dari besarnya pangsa
pasar yang ada. Contoh : tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan
penduduk, kondisi lingkungan sosial, kondisi lingkungan kerja, keselamatan
dan kesejahteraan sosial.
d) Faktor Teknologi
Faktor teknologi meliputi semua hal yang dapat membantu dalam
menghadapi tantangan bisnis dan mendukung efisiensi proses bisnis. Contoh :
aktivitas penelitian dan pengembangan teknologi, automatisasi, kecepatan
transfer teknologi, tingkat kadarluasa teknologi.
Tabel 2.1 Analisis PEST (Ward dan Peppard, 2002, p71)
Politik
• Pajak /Tarif • Perundang-
undangan • Tekanan atau
adaya Lobby group tertentu
• Situasi politik dan keamanan
Sosial • Tren gaya hidup • Demografi • Tingkah laku
konsumen • Tingkat pendidikan • Angka kelahiran dan
kematian • Tingkat penghasilan • Pengelompokan umur
Ekonomis • Situasi ekonomi
dalam negeri • Bunga pinjaman • Tingkat inflasi • Upah regional • Nilai tukar mata
uang
Teknologi • Industri yang
menggunakan R&D • Penemuan teknologi
baru • Teknologi informasi • Hak paten teknologi • Transfer teknologi
33
2.6.2. Analisis Lingkungan Internal Bisnis
Analisis lingkungan bisnis dari perusahaan digunakan untuk mengetahui
strategi bisnis perusahaan pada saat ini dan visi misi perusahaan, aktivitas dan proses
bisnis perusahaan, sumber daya yang dimiliki dan informasi yang dibutuhkan
perusahaan. Adapun teknik – teknik analisis yang digunakan dalam memahami
kondisi situasi lingkungan internal bisnis diantaranya adalah :
2.6.2.1. Analisis Value Chain (Manufacture)
Menurut Michael Porter (Ward dan Peppard (2002, p244)) value chain
analysis adalah kegiatan menganalisa kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk
merancang, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk atau
jasa.
Gambar 2.4 Value Chain Service Business (Ward dan Peppard, 2002, p265)
34
Pendekatan rantai nilai (value chain) dibedakan menjadi dua tipe aktivitas
bisnis (Ward dan Peppard, 2002, p263):
1. Aktivitas Utama (Primary Activities)
Aktivitas-aktivitas utama pada perusahaan yang pada akhirnya
memberikan kepuasan pada pelanggan. Aktivitas-aktivitas tersebut tidak
hanya dilakukan dengan baik, tapi juga harus saling berhubungan dengan
efektif jika keseluruhan performa bisnis hendak dioptimalkan. Aktivitas
utama terdiri dari inbound logistic, outbound logistics, sales & marketing dan
services.
A. Inbound Logistics
Mendapatkan, menerima, menyimpan, dan pengadaan input
kunci dan sumber daya dalam kualitas dan kuantitas yang tepat bagi
bisnis. Ini mungkin termasuk merekrut staf serta membeli bahan,
komponen dan jasa dan berurusan dengan subkontraktor dan
memperoleh peralatan.
B. Operations
Mengubah input menjadi produk atau layanan yang diperlukan
oleh para pelanggan. Ini mencakup sumber daya dan membawa bahan
bersama-sama untuk membuat produk atau menyediakan layanan.
35
C. Outbound logistics
Mendistribusikan produk ke pelanggan baik secara langsung
kepada pelanggan atau ke agen yang sesuai untuk didistribusi,
sehingga pelanggan dapat memperoleh produk atau jasa dan
membayarnya dengan tepat.
D. Sales and marketing
Menyediakan cara-cara di mana pelanggan dan konsumen
sadar akan produk atau jasa dan bagaimana mereka dapat memperoleh
itu, termasuk cara untuk membujuk mereka untuk membeli atau
menggunakan produk atau jasa.
E. Services
Memberikan nilai tambah lebih jauh kepada pelanggan dengan
memastikan pelanggan mendapatkan keuntungan penuh atau nilai dari
produk yang dibeli.
2. Aktivitas pendukung :
Merupakan aktivitas yang dibutuhkan untuk mengontrol dan
mengembangkan bisnis dari waktu ke waktu dengan cara menambahkan nilai
secara tidak langsung, nilainya akan diketahui melalui kesuksesan dari
aktivitas utama.
36
a. Technology
Menjelaskan teknologi apa saja yang dignakan dalam
perusahaan tersebut.
b. Human Resources
Merupakan cara dari perusahaan dalam mengatur SDMnya,
misalnya dengan memberikan pelatihan atau pembekalan skill dan
ilmu.
c. Infrastructure
Infrastruktur merupakan sarana dan prasarana yang diperlukan
oleh perusahaan.
d. Procurement
Suatu proses lengkap untuk mendapatkan barang dan jasa dari
persiapan mulai dari persiapan dan pengolahan dari sebuah daftar
permintaan atas invoice untuk pembayaran.
Menurut Jogiyanto (2005, p334) teknologi informasi merupakan alat
yang potensial untuk digunakan dalam menciptakan atau menambah nilai-
nilai dan teknologi informasi dimaksud untuk melihat sampai sejauh mana
peran sistem dan teknologi informasi di perusahaan saat ini di rantai nilai.
37
Dari analisa ini dapat diketahui dan dijawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini. :
1. Di kegiatan-kegiatan mana saja sistem informasi sudah
mempunyai peran dalam menciptakan atau menambah nilai di
rantai nilai?
2. Apakah peran sistem informasi sudah optimal atau masih dapat
ditingkatkan di kegiatan-kegiatan yang sudah memanfaatkanya?
3. Di kegiatan-kegiatan mana saja sistem informasi masih belum
berperan menciptakan atau menambah nilai di rantai nilai?
4. Apakah sistem informasi dapat diterapkan di kegiatan-kegiatan
yang belum memanfaatkanya?
Rockart dan Scott Morton (1984) telah memperkenalkan penggunaan
dari nilai tambah rantai nilai untuk menggambarkan peluang potensial yang
akan dicapai dari teknologi informasi. Mereka mengidentifikasi tiga tipe
peluang untuk menciptakan keunggulan kompetitif: (1) mengembangkan
setiap fungsi yang menambahkan nilai, (2) menghubungkan pelanggan
dengan pemasok untuk meningkatkan switching costs, dan (3) menciptakan
bisnis baru melalui layanan dan produk.
38
2.6.3. Analisis Lingkungan Eksternal SI/TI
Analisis ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman tentang keadaan
perkembangan SI/TI diluar lingkungan perusahaan, yang memberikan dampak dan
pengaruh bagi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan
utama dari analisis ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang peluang-
peluang baru dalam penggunaan SI/TI, dan tidak hanya terbatas pada peluang untuk
mengimplementasikan teknologi namun juga dapat berupa peluang untuk
menggunakan teknologi yang sudah ada dengan cara yang lebih hemat dan tepat
dalam penggunaannya atau peluang untuk menggunakan teknologi dengan cara lain
yang tidak terpikirkan sebelummnya.
Bagian dari analisis ini juga meliputi pengetahuan tentang SI/TI yang
digunakan oleh pihak eksternal seperti pemasok, pesaing atau perusahaan-perusahaan
lain yang memiliki hubungan dan mempengaruhi bisnis perusahaan. Salah satu aspek
dari analisis ini adalah untuk dapat mengkategorikan elemen-elemen yang potensial
dan berharga dari teknologi untuk dapat dievaluasi dan dimanfaatkan oleh
perusahaan. Inti dari analisis ini adalah untuk dapat menyediakan informasi yang
menyeluruh tentang eksternal SI/TI untuk digunakan sebagai salah satu bentuk
masukan dalam bentuk pross perencanaan strategi SI/TI (Ward dan Peppard, 2002,
p203-204).
39
2.6.4. Analisis Lingkungan Internal SI/TI
Analisis ini akan menyediakan informasi yang menyeluruh tentang
lingkungan SI/TI perusahaan saat ini, yang dapat digunakan sebagai salah satu bentuk
masukan dalam proses perencanaan strategi SI/TI. Analisis lingkungan internal SI/TI
mengetahui pandangan SI/TI terhadap bisnis pada masa sekarang ini, pengalaman
perusahaan dalam bisnis, cakupan bisnis dan kontribusinya terhadap pasar,
kemampuan perusahaan, sumber daya didalam perusahaan dan infrastruktur teknologi
yang digunakan. Aplikasi portfolio saat ini dari sistem yang berjalan dan sistem yang
sedang dalam pengembangan (Ward dan Peppard, 2002, p153).
2.6.4.1. Analisis Portfolio Aplikasi (McFarlan)
Menurut Ward dan Peppard (2002, p42), portfolio aplikasi menampilkan
sebuah analisis dari keseluruhan aplikasi perusahaan, baik yang ada saat ini, potensial
ataupun yang masih direncanakan. Portfolio aplikasi adalah cara untuk membawa
bersama sistem informasi yang telah ada, yang direncanakan dan potensial kemudian
menilai kontribusi bisnisnya, umumnya berupa matrik 2x2, yang merupakan metode
yang sangat popular untuk menjelaskan dampak dari variabel yang tidak berkaitan
namun saling mempengaruhi. Dalam portfolio aplikasi, sebuah aplikasi dapat
dikategorikan sebagai strategic, high potential, key operational, dan support
tergantung dari peranannya dalam mendukung strategi bisnis perusahaan, baik saat
ini maupun disaat mendatang. Kategori dalam portfolio aplikasi adalah sebagai
berikut :
40
• Strategic, adalah aplikasi yang memiliki pengaruh kritis terhadap
keberhasilan bisnis perusahaan dimasa mendatang. Aplikasi strategis
adalah aplikasi yang mendukung perusahaan dengan memberikan
keunggulan bersaing. Teknologi yang digunakan tidak menentukan
apakah suatu aplikasi strategis atau tidak, dampaknya pada bisnis
perusahaanlah yang menentukan.
• Key Operational, adalah aplikasi yang menunjang kelangsungan bisnis
perusahaan. Apabila terhenti, perusahaan tidak bisa beroperasi dengan
normal dan ini akan mengakibatkan menurunnya keunggulan perusahaan.
• Support, adalah aplikasi yang mendukung perusahaan dalam
meningkatkan efisiensi bisnis dan efektivitas manajemen namun tidak
memberikan keunggulan bersaing.
• High Potential, adalah aplikasi yang mungkin dapat menciptakan peluang
keunggulan bagi perusahaan dimasa mendatang, tapi masih belum
terbukti.
Gambar 2.5 Aplikasi Portfolio McFarlan
(Ward dan Peppard, 2002, p42)
Strategis Berpotensi tinggi Aplikasi yang kritikal untuk berkelanjutan strategi bisnis dimasa depan
Aplikasi yang mungkin penting dalam mencapai kesuksesan dimasa depan
Aplikasi yang pada saat ini digunakan enterprise untuk kesuksesan
Aplikasi yang berharga tapi tidak kritikal untuk kesuksesan
Kunci operasional Pendukung
41
2.6.4.2. Analisis Audit Grid
Menurut Earl (1989, p74) analisis aplikasi yang ada sekarang harus dilakukan
oleh setiap perusahaan sebelum memulai/memperbaharui perencanaan sistem
informasi pada perusahaan tersebut. Untuk mempermudah mengevaluasi aplikasi
yang ada, digunakan pendekatan audit grid seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.6 Diagram Audit Grid Earl (1989, p74)
Pada sumbu horizontal pada gambar diatas menunjukkkan kualitas teknis
suatu sistem aplikasi yang menyangkut tentang bagaimana kehandalan aplikasi,
kemudahan pemeliharaan sistem atau aplikasi dan efisiensi dari biaya sistem atau
aplikasi tersebut. Pada sumbu vertikal menunjukkan nilai bisnis dari suatu sistem
meliputi bagaimana dampak sistem atau aplikasi tersebut terhadap bisnis, tingkat
kemudahan penggunaan sistem atau aplikasi tersebut dan frekuensi penggunaan
sistem atau aplikasi tersebut.
42
2.7. Analisis SWOT( Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Menurut Rangkuti (2006, p18-19), analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
dilakukan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dan secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jadi, analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal
kekuatan dan kelemahan. Analisis ini terbagi atas 4 komponen dasar, yaitu :
• S : Strength, merupakan kekuatan dari organisasi.
• W: Weakness, merupakan kelemahan dari organisasi.
• O : Opportunity, merupakan peluang dari luar organisasi dan memberikan
peluang kepada organisasi untuk berkembang dimasa mendatang.
• T: Threat, merupakan ancaman dari luar bagi organisasi dan dapat
mengancam eksistensi organisasi dimasa mendatang.
Gambar 2.7 Analisis SWOT (Rangkuti, 2006, p19)
43
Banyak proses termasuk didalam analisis situasi dalam bentuk Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT). Analisis ini menempatkan
pengaruh internal dan eksternal organisasi, formulasi strategi, dan sasaran spesifik
dengan perencanaan operasional dan taktikal untuk mencapai sasaran tersebut
(Semiawan dan Middleton, 1999)
2.7.1. Penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Menurut Rangkuti (2006, p22-23), sebelum membuat matrik faktor strategi
eksternal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui faktor strategi eksternal (EFAS).
Tabel 2.2 Tabel EFAS (Rangkuti, 2006, p23)
FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X
RATING
KOMENTAR
PELUANG
Total Peluang
ANCAMAN Total Ancaman
TOTAL EFAS
44
Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masingmasing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,
diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, rating adalah 1. Sebaliknya,
jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masingmasing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh
total skor bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
45
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan kelompok industri yang sama.
2.7.2. Penentuan Faktor Strategi Internal (IFAS)
Menurut Rangkuti (2006, p24-25), setelah faktorfaktor strategi internal suatu
perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis
Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam
kerangka Strength and Weakness perusahaan.
Tabel 2.3 Tabel IFAS (Rangkuti, 2006, p25)
FAKTOR STRATEGI INTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X
RATING
KOMENTAR
KEKUATAN
Total Kekuatan
KELEMAHAN Total Kelemahan
TOTAL IFAS
Tahapnya adalah:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-
46
faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat
baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industry atau dengan
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.
Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan
rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan
dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.
2.7.3. Matrik SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
Matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal (EFAS) yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan (IFAS) yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternative strategis (Rangkuti, 2006, p31). Cara membuat matrik
SWOT adalah dengan menggunakan faktor-faktor strategis eksternal maupun internal
sebagaimana telah dijelaskan dalam tabel EFAS dan IFAS, yaitu dengan Mentransfer
peluang dan ancaman dari tabel EFAS serta mentransfer kekuatan dan kelemahan
47
dari table IFAS kedalam sel yang sesuai dalam matrik SWOT. Kemudian dengan
membandingkan faktor-faktor strategis tersebut lalu dibuatkan 4 set kemungkinan
alternatif strategi (SO, ST, WO, WT) (Rangkuti, 2006, p35):
• Strategi SO : strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan,
yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
• Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
• Strategi WO : strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
• Strategi WT : strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
IFAS
EFAS
Strength ( S ) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Weakness ( W ) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal.
Opportunity ( O ) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
48
Threats ( T ) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Gambar 2.8 Matrik SWOT (Rangkuti, 2006, p31)
2.8. Konsep Balanced Scorecard
Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000, p8), Balanced
Scorecard adalah suatu sistem manajemen penilaian dan pengendalian yang secara
cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer
tentang kinerja bisnis. Kaplan dan Norton telah memperkenalkan Balanced Scorecard
pada tingkat organisasi enterprise. Prinsip dasar dari Balanced Scorecard ini adalah
titik pandang penilaian sebuah perusahaan hendaknya tidak hanya dilihat dari segi
finansial saja tetapi juga harus ditambahkan dengan ukuran-ukuran dari perspektif
lainnya seperti tingkat kepuasan pelanggan, proses internal dan kemampuan
melakukan inovasi. Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis
atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan Balanced Scorecard
sebagai sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang dan
menghasilkan proses manajemen seperti:
• Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.
49
• Mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan ukuran
strategis.
• Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis.
• Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
BSC membagi strategi dan pengukurannya ke dalam empat perspektif, yaitu
keuangan, proses bisnis internal, pelanggan, dan inovasi. Empat perspektif ini bisa
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, jadi bisa ditambah ataupun diganti.
• Perspektif Keuangan
Dalam perspektif ini BSC masih menggunakan indikator keuangan
perusahaan yang sering digunakan, misalnya return on investment, return on
equity, economic value added, dan lain-lain. Pengukuran ini untuk melihat
apakah penerapan strategi bisa mendatangkan manfaat ekonomis bagi
perusahaan, karena kinerja keuangan menentukan apakah perusahaan masih
bisa menjalankan bisnisnya.
• Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini kita mencoba untuk mengidentifikasi proses
bisnis yang tengah berjalan dan kemungkinan untuk peningkatan kinerja
50
proses bisnis ataupun penciptaan proses baru. Ukuran yang sering digunakan
adalah tingkat kecepatan respons, waktu pelayanan, dan lain-lain.
• Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif ini perusahaan mengidentifikasi segmen pasar di
mana perusahaan akan berkompetisi. Ukuran yang sering dipakai adalah
customer satisfaction, customer retention, new customer aqcuisition, customer
profitability, dan lain-lain.
• Perspektif Inovasi
Perspektif ini juga sering disebut sebagai learning and growth. Dalam
perspektif ini yang menjadi sorotan adalah kinerja di masa mendatang dan
faktor-faktor yang mendukungnya. Kalau ketiga perspektif terdahulu
mengidentifikasi tujuan perusahaan di masa depan, maka di perspektif ini
dijabarkan kemampuan organisasi seperti apa yang mampu mendukung tujuan
yang telah ditetapkan. Ukuran yang sering dipakai misalnya tingkat kepuasan
karyawan, jumlah usulan oleh karyawan, dan lain-lain.
51
Berikut adalah gambar empat perspektif BSC (Gambar 2.9):
Gambar 2.9 Balanced Scorecard (Ward dan Peppard, 2002, p208)
Konsep BSC didasarkan pada asumsi bahwa efisiensi penggunaan modal
investasi tidak lagi menjadi penentu tunggal untuk keunggulan kompetitif, tapi faktor
seperti modal intelektual, penciptaan pengetahuan atau orientasi pelanggan yang
sangat baik menjadi lebih penting. BSC digunakan untuk berkomunikasi dan
mengkoordinasikan deskripsi strategi bisnis. Kesenjangan antara perencanaan
strategis dan operasi bisa dijembatani dan pencapaian jangka panjang dari tujuan
strategis dijamin dengan aplikasi yang konsisten dan perumusan strategi bisnis yang
sebelumnya ditetapkan dalam empat perspektif BSC. (Figge, Hahn, Schaltegger, dan
Wagner, 2002)
Dengan adanya konsep Balanced Scorecard akan terus memelihara arah dan
kemajuan perusahaan sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Selain
52
itu Balanced Scorecard akan membantu perusahaan dalam menyelaraskan tujuan
dengan satu strategi yang ingin diterapkan, karena Balanced Scorecard membantu
mengeliminasi berbagai macam strategi manajemen puncak yang tidak sesuai dengan
strategi karyawan dengan cara membantu karyawan untuk memahami bagaimana
peran serta mereka dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
(Ciptani, 2000)
Banyak perusahaan menerapkan konsep balanced scorecard untuk
meningkatkan kinerja sistem pengukuran. Mereka mencapai hasil yang nyata, tetapi
terbatas. Mengadopsi konsep tersebut memberikan klarifikasi, konsensus, dan fokus
pada peningkatan kinerja yang diinginkan. Baru-baru ini, kita telah melihat
perusahaan memperluas penggunaan balanced scorecard, menggunakan itu sebagai
dasar dari suatu sistem manajemen strategi terpadu. Banyak perusahaan
menggunakan scorecard untuk :
‐ Mengklarifikasi dan memperbaharui strategi.
‐ Mengkomunikasikan strategi ke perusahaan.
‐ Menyelaraskan tujuan masing-masing unit dan individu dengan strategi
‐ Menghubungkan tujuan strategis untuk target jangka panjang dan budget
tahunan.
‐ Mengidentifikasi dan menyelaraskan gagasan strategi
‐ Melakukan tinjauan kinerja secara berkala untuk mempelajari dan
meningkatkan strategi.
Balanced scorecard memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan proses
manajemen dan seluruh organisasi berfokus pada pelaksanaan strategi jangka
53
panjang. Pada National Insurance, scorecard menyediakan CEO dan manajernya
dengan kerangka kerja terpusat, mereka dapat merancang ulang setiap bagian dari
sistem manajemen perusahaan. Dan karena hubungan sebab akibat yang melekat
dalam scorecard, perubahan dalam satu komponen sistem yang diperkuat perubahan
sebelumnya yang dibuat di tempat lain. Oleh karena itu, setiap perubahan yang
dilakukan selama periode 30 bulan ditambah dengan momentum yang membuat
organisasi bergerak maju dalam arah yang telah disepakati. Tanpa balanced
scorecard, kebanyakan organisasi tidak dapat mencapai visi dan tindakan yang sama
secara konsisten sebagai usaha mereka untuk mengubah arah dan memperkenalkan
strategi dan proses baru. Balanced scorecard memberikan kerangka kerja untuk
mengelola pelaksanaan strategi sementara juga memungkinkan strategi itu sendiri
untuk berkembang sebagai respon terhadap perubahan dalam pasar kompetitif
perusahaan,, dan lingkungan teknologi. (Kaplan dan Norton, 1996)
2.9. IT Balanced Score Card
Tabel 2.4 di bawah ini menunjukkan standard IT Balanced Scorecard.
Perspektif orientasi pengguna menggambarkan evaluasi user terhadap IT. Perspektif
penyempurnaan operasional menggambarkan proses IT yang dikerjakan untuk
mengembangkan dan memenuhi aplikasi. Perspektif orientasi masa depan
menggambarkan sumber daya manusia dan teknologi yang dibutuhkan IT untuk
memberikan pelayanan. Perspektif kontribusi perusahaan menjelaskan nilai bisnis
dari investasi IT . (Grembergen, 2000)
54
Tabel 2.4 Standard IT Balanced Scorecard
Perspektif Misi Strategi
Kontribusi
perusahaan
Bagaimana
manajemen
memandang
divisi IT ?
Untuk mencapai
kontribusi bisnis
terhadap investasi
IT.
• Pengendalian biaya IT.
• Nilai bisnis dari proyek
IT .
• Menyediakan
kemampuan bisnis baru
.
Orientasi
pengguna
Bagaimana
pengguna
memandang
divisi IT ?
Untuk menjadi
penyedia sistem
informasi pilihan.
• Penyedia aplikasi
pilihan
• Penyedia operasi pilihan
• Kerjasama dengan
pengguna
• Kepuasan pengguna
Penyempurnaan
operasional
Memberikan
produk dan layanan
IT yang maksimal.
• Pengembangan aplikasi
yang maksimal.
55
Perspektif Misi Strategi
Seberapa efektif
dan efisien
proses IT ?
Efektif dan efisien . • Operasi yang efisien dan
efektif .
Orientasi masa
depan
Seberapa baik IT
diposisikan
untuk memenuhi
kebutuhan di
masa depan ?
Mengembangkan
kesempatan utnuk
menjawab
tantangan masa
depan .
• Melatih dan mendidik
keahlian staff IT .
• Penelitian terhadap
perkembangan IT saat
ini
• Umur aplikasi .
Sangat penting untuk mengembangkan sebuah hubungan sebab akibat di
dalam IT Balanced Scorecard yang menjelaskan pengukuran hasil dan performance
drivers. IT Balance Scorecard yang baik membutuhkan perpaduan yang baik dari dua
tipe pengukuran. Pengukuran hasil seperti produktivitas programmer tidak
memperhatikan bagaimana cara hasil tersebut dicapai. Dan performance drivers tanpa
pengukuran hasil dapat menyebabkan investasi yang besar namun tanpa sebuah
pengukuran apakah strategi ini efektif. Hubungan sebab akibat ini perlu didefinisikan
ke dalam seluruh scorecard (Gambar 2.10) : pelatihan staff IT yang semakin baik
(Perspektif orientasi masa depan) akan mendukung (performance driver) terhadap
56
pengembangan sistem dengan kualitas yang lebih baik (perspektif penyempurnaan
operasional) yang akan menyebabkan kepuasan user meningkat (perspektif orientasi
pengguna) yang pada akhirnya akan berdampak pada nilai bisnis dari IT yang
meningkat (perspektif kontribusi perusahaan).
Gambar 2.10 Hubungan Sebab Akibat
• Perspektif Kontribusi Perusahaan
Perspektif ini mengevaluasi performance IT dari pandangan
manajer eksekutif, dewan direksi, dan pemegang saham. Hal yang
dibahas dalam kontribusi perusahaan ini yaitu kontribusi strategis,
performance yang sinergis, nilai bisnis dari proyek IT dan
manajemen dari investasi IT. Tolok ukur yang digunakan
JIKA
Keahlian staff IT meningkat ( perspektif orientasi masa depan)
MAKA
Hal ini akan menghasilkan pengembangan sistem dengan kualitas yang lebih baik (penyempurnaan operasional)
MAKA
Hal ini akan menyebabkankepuasan user yang meningkat (perspektif orientasi pengguna)
MAKA
Hal ini akan menambah dukungan terhadap proses bisnis
( perspektif kontribusi perusahaan)
57
berdasarkan standar obyektif yang tersedia atau yang dapat
ditentukan dan hampir semua kasus berasal dari sumber eksternal.
• Perspektif Orientasi Pengguna
Perspektif orientasi pengguna mengevaluasi performance IT dari
pandangan pelaku bisnis serta pelanggan dari unit bisnis. Hal yang
dibahas dalam orientasi pengguna yaitu kepuasan pelanggan,
penggabungan IT atau bisnis, keberhasilan pengembangan aplikasi dan
tingkat keberhasilan pelayanan. Divisi IT merupakan bagian dari
sebuah organisasi, maka yang dimaksud pengguna divisi adalah
pengguna internal. Ada tiga fokus yang diperhatikan di sini yaitu
menjadi penyedia apliaksi pilihan, bekerja sama dengan pengguna dan
menjamin kepuasan pengguna. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan
pada pengembangan hubungan bisnis dan pengimplementasian
organisasi IT yang baru dan proses IT-nya.
• Perspektif Penyempurnaan Operasional
Perspektif penyempurnaan operasional mengevaluasi keberhasilan IT
dari pandangan manajemen IT dan badan audit serta pokok – pokok
pengaturannya. Hal yang dibahas dalam pennyempurnaan operasional
yaitu proses keunggulan, proses yang cepat tanggap, pengelolaan
jaminan, dan perlindungan serta keamanan. Penyempurnaan
58
operasional memiliki kontribusi yang penting karena berakibat pada
dua hal, yaitu kualitas produk dan penekanan biaya IT.
• Perspektif Orientasi Masa Depan
Perspektif orientasi masa depan mengevaluasi keberhasilan IT dari
pandangan perusahaan khususnya divisi IT itu sendiri yaitu proses
kepemilikan, pelaksana dan pendukung tenaga ahli. Hal yang dibahas
dalam orientasi masa depan yaitu peningkatan kemampuan
perusahaan, keefektifan manajemen karyawan, perkembangan
arsitektur IT perusahaan, dan penelitian terhadap teknologi-teknologi
baru yang muncul. Perspektif ini bertanggung jawab untuk
menyiapkan personil IT dalam menghadapi tantangan masa depan.
2.10 Hasil Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi Hasil atau output dari sebuah proses perencanaan SI/TI adalah gabungan dari
hasil yang bersifat hard dan soft. Hasil yang bersifat hard adalah dokumen yang
mendefinisikan strategi-strategi dan rencana-rencana, dapat juga berisi materi yang
berhubungan dengan komputer, matrik-matrik dan model analisis. Sedangkan hasil
yang bersifat soft barhubungan dengan faktor manusia seperti standar keahlian yang
dibutuhkan dan lainnya (Ward dan Peppard, 2002, p162). Struktur dari sebuah hasil
perencanaan SI/TI adalah mengacu pada Gambar 2.2 yang terdapat pada subbab 2.5
59
tentang model perencanaan strategi SI/TI. Berikut ini akan diuraikan secara merinci
mengenai hasil perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi.
2.10.1. Business IS Strategies
Business IS Strategies adalah strategi yang menjelaskan bagaimana sebuah
bisnis akan memanfaatkan sistem dan teknologi informasi dalam pencapaian
tujuannya. Tujuan utamanya adalah untuk menghubungkan sistem dan teknologi
informasi secara jelas dan mendasar dengan strategi bisnis perusahaan. Strategi ini
mendefinisikan kebutuhan layanan dari manajemen dan end-user yang disesuaikan
dengan rencana bisnis dan kegiatan bisnis serta disesuaikan dengan semua prioritas
pengembangan infrastruktur atau sistem aplikasi perusahaan. Tidak semua kebutuhan
yang didefinisikan mengarah pada pengembangan aplikasi baru, beberapa kebutuhan
dapat juga mengarah pada penyempurnaan sistem operasional yang sudah ada agar
menjadi lebih baik dan efektif (Ward 2002, p164) Business IS Strategies juga
mencakup penjelasan tentang portfolio aplikasi dimasa mendatang, yang tak hanya
berisi penjelasan mengenai kebutuhan-kebutuhan sistem dan informasi, tapi juga
mencakup penjelasan tentang aplikasi yang potensial serta usulan-usulan untuk
peningkatan strategi bisnis dimasa mendatang (Ward, 2002, p167).
60
2.10.2. IT Strategy IT Strategy adalah strategi yang bertujuan untuk mendefinisikan bagaimana
sumber daya dan teknologi akan diperoleh, diatur dan dikembangkan sehingga dapat
menunjang Business IS Strategies. Strategi ini juga harus dapat beradaptasi dengan
perkembangan teknologi informasi saat ini yang dapat menimbulkan peluang dan
hambatan dimasa yang akan datang. IT Strategy memiliki fokus pada area dimana
perubahan sangat diperlukan berdasar pada kebutuhan bisnis atau focus pada
peluang-peluang baru yang muncul karena adanya kemajuan dan perubahan pada
teknologi, pengalaman atau juga kemampuan. Faktor dukungan yang diberikan IT
Strategy (Ward, 2002, p167) adalah sebagai berikut :
• Manajemen portfolio aplikasi.
• Organisasi dari SI/TI, mengatur sumber daya dan masalahmasalah
administrasi.
• Mengatur sumber daya informasi dan pencapaian tujuan dari layanan
informasi.
• Mengatur pengembangan aplikasi.
• Mengatur teknologi.
2.10.3. IS/IT Management Strategy IS/IT Management Strategy adalah strategi yang mencakup keseluruhan
elemen strategi yang diterapkan pada perusahaan, strategi yang menjamin konsistensi
kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen yang berkaitan dengan sistem dan
61
teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan. Kebijakan tersebut dapat
berupa struktur organisasi yang dapat mendukung sistem informasi perusahaan,
kebijakan investasi perusahaan, kebijakan yang berhubungan dengan pemasok,
kebijakan yang berkaitan dengan sumber daya manusia dan kebijakan akuntansi yang
berkaitan dengan sistem informasi perusahaan (Ward, 2002, p168-170).