BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf ·...

35
18 BAB II LANDASAN TEORI A. Keuangan Daerah 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber penerimaan daerah yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Hal ini berdasarkan pada Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah dengan sistem pemerintahan desentralisasi dan sudah mulai efektif dilaksanakan sejak 1 januari 2001. Misi utama Undang-undang nomor 33 tahun 2004 adalah bukan hanya melimpahkan kewenangan pembangunan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi yang lebih penting adalah efisiensi dan efektifitas sumber daya keuangan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut. Sementara Mamesah menyatakan bahwa keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat yang dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keuangan Daerah

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk

mengelola dan memanfaatkan sumber penerimaan daerah yang

dimilikinya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Hal ini

berdasarkan pada Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah dengan sistem

pemerintahan desentralisasi dan sudah mulai efektif

dilaksanakan sejak 1 januari 2001. Misi utama Undang-undang

nomor 33 tahun 2004 adalah bukan hanya melimpahkan

kewenangan pembangunan dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah, tetapi yang lebih penting adalah efisiensi dan efektifitas

sumber daya keuangan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah

adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan

uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah

tersebut. Sementara Mamesah menyatakan bahwa “keuangan

daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang

dapat yang dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

19

baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara

atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai

ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku.”1

Menurut Halim dari definisi diatas terdapat dua hal yang

perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut:

1) Yang dimaksud dengan semua hak adalah hak untuk

memungut sumber-sumber penerimaan daerah seperti

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik

daerah, dan lain-lain, dan/atau hak untuk menerima

sumber-sumber penerimaan lain seperti dana alokasi

umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang

ditetapkan. Hak tersebut akan menaikan kekayaan

daerah. 2) Yang dimaksud dengan semua kewajiban

adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk

membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka

penyelenggaraan fungsi pemerintahan, infrastuktur,

pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi.

Kewajiban tersebut akan menurunkan kekayaan daerah.2

Kebijakan keuangan daerah senantiasa diarahkan pada

tercapainya sasaran pembangunan, terciptanya perekonomian

daerah yang mandiri sebagai usaha bersama atas asas

kekeluargaan berdasarkan demokrasi ekonomi yang

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang merata.

Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 pasal 66 ayat

1, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisiensi ekonomis, efektif,

1 Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah (

Jakarta : Salemba Empat, 2012), 25 2 Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, 25-

26

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

20

transparan, bertanggungjawaban dengan memperhatikan asas

keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk masyarkat.

Ruang lingkup keuangan daerah menurut Abdul Halim

meliputi beberapa aspek diantaranya:

1) Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan

retribusi daerah serta melakukan pinjaman, 2) kewajiban

daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan

dan membayar tagihan pihak ketiga, 3) penerimaan

daerah, 4) pengeluaran daerah, 5) kekayaan daerah yang

dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan daerah, dan 6) kekayaan pihak lain

yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau

kepentingan umum.3

2. Pengelolaan keuangan daerah

Salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus

diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan

daerah dan anggaran daerah. Proses pengelolaan keuangan

daerah dimulai dengan perencanaan anggaran pendapatan dan

belanja daerah (APBD). Anggaran daerah adalah rencana

pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu

periode tertentu (satu tahun).4 Anggaran daerah menduduki

posisi sentral dalam upaya pengembangkan kapabilitas,

efesiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

3 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

di Indonesia (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), 357 4 Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah

(Yogyakarta:ANDI, 2004), 9

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

21

merupakan instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah

daerah.Pada hakikatnya APBD merupakan instrument kebijakan

yang dipakai untuk meningkatkan pelayanan umum dan

kesejahteraan masyarakat di daerah.

Dalam ketentuan umum pada PP Nomor 58 Tahun 2005,

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan dan pertanggungjawaban, pengawasan daerah. Dalam

pengelolaan anggaran/keuangan daerah harus mengikuti

prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik.

Pada Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tentang

Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007

menyatakan bahwa APBD harus disusun dengan

memperhatikan prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik,

sebagai berikut: (a) Partisipasi Masyarakat, (b) Transparansi

dan Akuntabilitas Anggaran, (c) Disiplin Anggaran, (d)

Keadilan Anggaran, (e) Efisiensi dan Efektifias Anggaran dan

(f) Taat Asas.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 sudah tentu berpengaruh

terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan

daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu

sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah

menurut adalah sebagai berikut :

(a) Pertanggungjawaban (Accountability), pemerintah

daerah harus mempertanggungjawabkan tugas keuangan

kepada lembaga atau orang yang berkepentingan. Unsur

tanggungjawab ini adalah meliputi keabsahan dengan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

22

berpangkal pada ketentuan hokum dan perundang-

undangan yang berlaku.Sedangkan pengawasan

merupakan tatacara yang efektif untuk menjaga

kekayaan uang dan barang, mencegah penghamburan

dan penyelewengan, dan memastikan bahwa semua

sumber pendapatan dan penggunaannya tepat dan sah.

(b) Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan

daerah harus dikelola sedemikian rupa sehingga mampu

melunasi semua ikatan keuangan, baik jangka pendek

maupun jangka panjang. (c) Kejujuran. Urusan

keuangan harus diserahkan kepada pegawai yang jujur

dan kesempatan untuk berbuat curang dipersempit. (d)

Efisiensi dan Efektifitas. Tata cara mengurus keuangan

daerah harus menggunakan manajemen pengawasan

yang baik, sehingga memungkinkan daerah dengan

biaya seefisien mungkin dan memerlukan jangka waktu

pelaksanaan seefektif mungkin. (e) Pengendalian.

Petugas keuangan daerah, DPRD, dan petugas pengawas

harus melakukan pengendalian agar tujuan yang

direncanakan bisa tercapai.5

Menurut Halim Berdasarkan peraturan-peraturan manajemen

keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah memiliki

karakteristik antara lain:

(a) Pengertian Daerah adalah propinsi dan kota atau

kabupaten. Istilah Pemerintah Daerah Tingkat I dan II,

juga kota madya tidak lagi digunakan. (b) Pengertian

Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta

perangkat lainnya.Pemerintah ini adalah badan

eksekutif, sedang badan legislatif di daerah adalah

DPRD (pasal 14 UU No.22 Tahun 1999). Oleh karena

itu, terdapat pemisahan yang nyata antara legislatif dan

eksekutif. (c) Perhitungan APBD menjadi satu laporan

dengan pertanggung jawaban Kepala Daerah (pasal 5 PP

Nomor 108 Tahun 2000). (d) Pinjaman APBD tidak lagi

5 Devas dkk, Keuangan Pemerintah Indonesia.Terjemahan Marsi Maris

(Jakarta: UI-Press, 1987), 279-280

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

23

masuk dalam pos pendapatan (yang menunjukkan hak

Pemda) tetapi masuk dalam pos penerimaan (yang

belum tentu menjadi hak Pemda) Masyarakat termasuk

didalam unsur-unsur penyusunan APBD disamping

pemerintah daerah yang terdiri atas Kepala Daerah dan

DPRD. (e) Indikator kinerja pemerintah daerah tidak

hanya mencakup Perbandingan antara anggaran dan

realisasinya, perbandingan antara standar biaya dan

realisasinya, target dan persentase fisik proyek, tetapi

juga meliputi standar pelayanan yang diharapkan. (f)

Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir

tahun anggaran yang bentuknya laporan perhitungan

APBD dibahas oleh DPRD dan mengandung

konsekuensi terhadap masa jabatan Kepala Daerah

apabila dua kali ditolak oleh DPRD. (g) Digunakan

akuntansi didalam pengelolaan keuangan daerah.6

Pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah

yang diatur dalam Peeaturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun

2000 merupakan aturan yang bersifat umum dan lebih

menekankan pada hal yang bersifat prinsip, norma, asas, dan

landasan umum dalam pengelolaan keuangan daerah. Sementara

itu, sistem dan prosedur pengelolaan keuangan secara rinci

ditetapkan oleh masing-masing daerah.7 Kebinekaan

dimungkinkan terjadi sepanjang hal tersebut masih sejalan atau

tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah. Dengan upaya

kreatif, dan mampu mengambil inisiatif dalam perbaikan dan

pemutakhiran sistem dan prosedurnya serta meninjau kembali

sistem tersebut secara terus menerus, dengan tujuan

6 Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah (

Jakarta : Salemba Empat, 2012), 4 7 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

di Indonesia (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), 357

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

24

memaksimalkan efisiensi dan efektifitas berdasarkan keadaan,

kebutuhan dan kemampuan daerah.

3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu

organisasi8. Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat

pencapaian dari suatu hasil kerja dibidang keuangan daerah

yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan

menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu

kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu

periode anggaran.Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut

merupakan rasio keuangan yang terbentuk dari unsur laporan

pertanggungjawaban kepada kepala daerah berupa perhitungan

APBD.

Menurut Mohamad Mahsun “Kinerja adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi dan visi organisasi yang teruang dalam stategic planning

suatu organisasi.”9

Sedangkan Sedarmayanti menyatakan bahwa “Kinerja

(performance) diartikan sebagai hasil kerja seorang pekerja,

sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara

8 Indra Bastian, Sistem Akuntansi Sektor Publik (Jakarta: SalembaEmpat,

2006), 177 9 Mohamad Mahsun, Pengukuran Kinerja Sektor Publik (Yogyakarta: BPFE,

2006), 25

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

25

keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat diukur

dengan dibandingkan standar yang telah ditentukan.”10

Menurut Mardiasmo, “Sistem pengukuran kinerja sektor

publik adalah suatu sistem yang bertujuan untk membantu

manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat

ukur finansial dan nonfinansial.”11

Dalam penelitian ini, istilah

yang penulis maksudkan dengan Kinerja Keuangan Pemerintah

Daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang

keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah

dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan

melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan

selama satu periode anggaran. Bentuk kinerja tersebut berupa

rasio keuangan yang terbentuk dari unsur laporan

pertangggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan

APBD.

Pengukuran kinerja yang digunakan secara umum oleh

perusahaan yang berorientasi pada pencapaian laba antara lain

melalui penetapan rasio keuangan. Rasio yang dimaksud dalam

laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan

hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya.Suatu rasio

tersebut diperbandingkan dengan perusahaan lainnya yang

sejenis, sehingga adanya perbandingan ini maka perusahaan

tersebut dapat mengevaluasi situasi perusahaan dan kinerjanya.

10

Sedarmayanti, Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Manajeman

Perkantoran (Bandung: Mandar Maju, 2003), 64 11

Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah

(Yogyakarta:ANDI, 2004),121

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

26

4. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan

Daerah

Prestasi pelaksanaan program yang dapat diukur akan

mendorong pencapaian prestasi tersebut. Pengukuran prestasi

yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik

untuk upaya perbaikan secara terusmenerus dan pencapaian

tujuan di masa mendatang. Salah satu alat menganalisis kinerja

pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah

dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD

yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Menurut Abdul

Halim hasil analisis rasio keuangan ini bertujuan untuk:

(a) Menilai kemandirian keuangan daerah dalam

membiayai penyelenggaraan otonomi daerah. (b)

Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan

pendapatan daerah. (c) Mengukur sejauh mana aktivitas

pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan

daerahnya. (d) Mengukur kontribusi masing-masing

sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan

daerah. (e) Melihat pertumbuhan/perkembangan

perolehan pendapatan dan pengeluran yang dilakukan

selama periode waktu tertentu.12

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Meurut pasal 1 UU Nomor 32 tahun 2004 APBD adalah

rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.Penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah, didanai dan atas beban

12

Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah (

Jakarta : Salemba Empat, 2012), 126

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

27

anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), sementara

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerintah di daerah, didanai dari dan atas beban

Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN).

Sementara Abdul Halim menyatakan APBD adalah

Suatu rencana pekerjaan keuangan (Financial work

plan) yang dibuat dalam jangka waktu tertantu dimana

badan legislatif memberikan kredit kepada badan-badan

eksekutif untuk melakukan pembiayaan sehubungan

dengan kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan

rencana yang menjadi dasar (grondsleg) penetapan

anggaran, dan yang menunjukan semaua penghasilan

untuk menutup pengeluaran tadi.13

APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional

keuangan pemerintah daerah, di mana pada satu pihak

menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna

membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama

satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan

perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna

menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.14

Sedangkan definisi APBD pada orde lama adalah kegiatan

badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan

eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna

kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang

menjad dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang

13

Abdul Halim,Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/Kota di

Jawa dan Bali (Jakarta, 2004), 15 14

Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, 21

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

28

menunjukan semua penghasilan untuk menutupi pengeluaran

tadi.

Dari kedua definisi tersebut, menunjukan bahwa APBD

sebagai anggaran daerah memiliki unsur-unsur sebagai

berikut: (a) Rencana kegiatan suatu daerah, beserta

uraiannya secara terperinci. (b) Adanya sumber

penerimaan yang merupakan target minimal untuk

menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya

biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran

yang akan dilaksanakan. (c) Jenis kegiatan dan proyek

yang dituangkan dalam bentuk angka. (d) Periode

anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun.15

2. Fungsi-Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Fungsi APBN/APBD sesuai dengan ketentuan dalam Pasal

3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yaitu:

a. Fungsi Otoritasi

Fungsi Otoritasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi

dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun

bersangkutan.Tanpa dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan

tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan.

b. Fungsi Perencanaan

Fungsi Perencanaan bermakna bermakna bahwa anggaran

daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan

kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

c. Fungsi Pengawasan

Fungsi Pengawasan bermakna Anggaran daerah menjadi

pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan

15

Abdul Halim dan Syam Kusufi, Teori, Konsep, dan Aplikasi :Akuntansi

Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemeintah Hingga

Temapat Ibadah (Jakarta: Salemba Empat, 2012), 38

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

29

pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

d. Fungsi Alokasi

Fungsi Alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah

harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi

pengangguran, dan pemborosan sumberdaya, serta

meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah.

e. Fungsi Distribusi

Fungsi Distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan

dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan.

f. Fungsi Stabilitasi

Fungsi Stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah

menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan

keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

3. Stuktur APBD

Dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah maka

akan membawa konsekuensi terhadap berbagai perubahan

dalam keuangan daerah, termasuk terhadap struktur APBD

berdasarkan PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah sebagai berikut :

a. Pendapatan daerah

Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas

daerah.Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi

terdiri atas pendapatan dan pembiayaan.Pendapatan Daerah

adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

30

Pendapatan adalah semua rekening kas umum negara/daerah

yang menambah ekuitas dana lancar dari periode tahun

anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan

tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.16

Pendapatan

daerah meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbang dan

Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

1) Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua

penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli

daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan

daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retibusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk

memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali

pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai

perwujudan asas desentralisasi.17

Sektor pendapatan daerah

memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor

ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai

kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

Menurut pasal 6 ayat (1) UU Nomor 33 Tahun 2004

menjelaskan bahwa sumber pendapatan asli daerah (PAD)

terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

16

Dalam Standar Akuntansi Pemerintah (2005, hal. 107) 17

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 44

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

31

2) Dana Perimbangan

Dana perimbangan terdiri dari:

a) Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB), dan penerimaan sumber daya alam

(SDA)

b) Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan

antardaerah dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.18

c) Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBD yang dialokasikan kepada daerah

tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai

dengan perioritas nasional.19

3) Lain-lain Pendapatan yang sah

Pada peraturan sebelumnya yaitu Kepmendagri Nomor 29

Tahun 2002, pendapatan ini dikelompokan dalam jenis

pendapatan bantuan dana kontinjensi/penyeimbang dari

pemerintah dan dana darurat.

18

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

di Indonesia, 142 19

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

di Indonesia, 165

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

32

Sesuai dengan peraturan terbaru Permendagri Nomor 13

Tahun 2006, pendapatan ini dibagi menurut jenis

pendapatan yang mencakup:

a) Pendapatan hibah

b) Pendapatan dana darurat

c) Pendapatan lainnya.

b. Belanja Daerah

Belanja daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004

merupakan semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran

yang bersangkutan.Belanja daerah adalah belanja yang tertuang

dalam APBD yang diarahkan untuk mendukung

penyelenggaraan pemeritahan, pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan. Menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002,

belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam

periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah.

Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah atau

kewajiban yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

dalam periode satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah.20

Belanja daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak

langsung dan belanja langsung.Belanja tidak langsung

merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara tidak

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.Sementara

20

Sony Yuwono dkk, Penganggaran Sektor Publik (Surabaya: Bayumedia

Publishing, 2005), 108

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

33

belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

c. Pembiayaan daerah

Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun

pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Selisih antara

penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan dalam

periode tahun anggaran dicatat dalam pos pembiayaan neto.

Pembiayaan dikatagorikan menjadi dua, yaitu;

1) Penerimaan Pembiayaan: Penggunaan SILPA tahun lalu,

pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan

daerah yang dipisahkan, pinjaman dalam negeri kepada

pemerintah pusat, pinjaman dalam negeri kepada

pemerintah daerah lainnya, pinjaman dalam negeri

kepada lembaga keuangan bank, pinjaman dalam negeri

lainnya, penerimaan kembali pinjaman kepada

perusahaan negara, perusahaan daerah, dan pemerintah

daerah lainnya.

2) Pengeluaran Pembiayaan: pembentukan dana cadangan,

penyertaan modal pemerintah daerah pembayaran pokok

pinjaman dalam negeri kepada pemerintah daerah

lainnya, pemerintah pusat, lembaga keuangan bank, dan

lembaga keuangan non bank.21

21

Mahmudi, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Edisi Dua

(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010), 76

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

34

C. Efektifitas

1. Pengertian Efektifitas

Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 efektifitas

merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah

ditentukan, yaitu dengan cara membandingkan pengeluaran

dengan hasil. Sementara Mardiasmo mengemukaan bahwa

efektifitas merupakan tingkat penca paian hasil program dengan

target yang ditetapkan.22

Sedangkan Georgopolous dan

Tannenbaum dalam bukunya yang berjudul Efektivitas

Organisasi (1985) mengemukakan bahwa Efektivitas ditinjau

dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu

organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran

organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam

mengejar sasaran dengan kata lain, penilaian efektivitas harus

berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.Secara

sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan

output.

Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu

organisasi dalam mencapai tujuannya.23

Apabila suatu

organisasi berhasil dalam mencapai tujuannya, maka organisasi

tersebut dikatakan telah berjalan efektif.Hal ini menunjukan

bahwa efektifitas sebagi suatu kegiatan yang tepat sasaran,

berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan dalam

implementasi suatau kegiatan tertentu. Efektifitas pada dasarnya

berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kegiatan.

22

Mardiasmo,Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta:ANDI, 2009), 4 23

Mardiasmo,Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta:ANDI, 2009),14

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

35

Efektifitas merupakan hubungan anatara keluaran dengan tujuan

atau sasaran yang harus dicapai.24

Kegiatan operasional ini

dikatakan efektif apabila proses kegegiatan mencapai tujuan dan

sasaran akhir kebijakan (spending wisely).25

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa

efektifitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena

mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu

organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan

bahwa efektifitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari

aktifitas-aktifitas yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan

tingkat yang telah ditetapkan sebelumnya. Besarnya efektifitas

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:26

Tingkat efektifitas dapat diukur dengan

membandingkan antara rencana atau target yang telah

ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil

pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika

usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai

dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak

efektif. Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu

organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi

tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting

24

Ihyaul Ulum, intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 26 25

Deddi Nordiawan dan Ayuningtyas Hertanti, Akuntansi Sektor Publik

(Jakarta:SalembaEmpat, 2010), 161 26

Ihyaul Ulum, Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris 32

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

36

yang perlu di catat adalah bahwa efektivitas tidak

menyatakantentang berapa besar biaya yang telah di keluarkan

untuk mencapai tujuan tersebut.27

Biaya boleh jadi melebihi apa

yang telah di anggarkan boleh jadi dua kali lebih besar atau

bahkan tiga kali lebih besar. Efektifitas hanya melihat suatu

program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah di

tetapkan.28

Efektifitas terkait dengan hubungan antara hasil

yang di harapkan dengan hasil yang sesunguhnya dicapai.

Efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan.

Maka semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian

tujuan ,maka semakin efektif organisasi,program atau kegiatan.

2. Rasio Efektifitas Keuangan Daerah

Rasio efektifitas keuangan daerah otonom selanjutnya

disebut Rasio efektifitas menunjukkan kemampuan

pemerintahan daerah dalam merealisasikan pendapatan asli

daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target

yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Adapun rasio

efektifitas keuangan daerah dapat diformulasikan sebagai

berikut:

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas

dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal 1

(satu) 100 persen.Namun, semakin tinggi rasio efektifitas

menggambarkan kemampuan daerah semakin baik.

27 Ihyaul Ulum, Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar,28

28Mardiasmo,Efisiensi dan Efektifitas (Jakarta:ANDI, 2004), 134

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

37

Kriteria Rasio Efektifitas Keuangan Daerah menurut

Mohamad Mahsun adalah:29

“(a) Jika diperoleh nilai kurang

dari 100% ( x < 100%) berarti tidak efektif. (b) Jika diperoleh

nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas

berimbang (c) Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%)

berarti efektif”

D. Efisiensi

1. Pengertian Efisiensi

Sesuai dengan Permendagri No 13 Tahun 2006 efisiensi

adalah hubungan antara masukan (input) dengan keluaran

(output), efisiensi merupakan ukuran apakah penggunaan

barang dan jasa yang dibeli dan digunakan oleh organisasi

perangkat pemerintahan dapat mencapai tujuan organisasi

tertentu. Efisiensi berhubungan erat dengan konsep

produktivitas.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang

digunakan (cost of output).proses kegiatan operasional dapat

dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu

dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang

serendah-rendahnya.30

Efisiensi diukur dengan ratio antara

output dengan input. Semakin besar output di banding

29

Mohammad Mahsun, Pengukuran Kinerja Sektor Publik. (Yogyakarta:

BPFE, 2012), 187 30

Ihyaul ulum, Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2012), 26

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

38

input,maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.31

Dengan demikian efisiensi dapat di rumuskan sebagai berikut:

Berdasarkan rumusan tersebut penilaian efisiensi

dikatakan sangat efisien apabila hasil perhitungan di bawah

60%. Karena efisiensi di ukur dengan membandingkan keluaran

dan masukan,maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan

cara:

(1) Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.

(2) Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih

besar daripada proporsi peningkatan input. (3)

Menurunkan input pada tingkatan output yang sama. (4)

Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar

daripada proporsi penurunan output. 32

Dalam pengukuran kinerja pengeloalaan organisasi sektor

publik, efisiensi dapat dibedakan atas: “(1) Efisiensi Alokasi,

Terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan

sumberdaya input pada tingkat efektivitas optimal. (2) Efisiensi

Teknis (Manajerial), Terkait dengan kemampuan

mendayagunakan sumberdaya input pada tingkat output

tertentu.” 33

31Mardiasmo,Efisiensi dan Efektifitas (Jakarta: ANDI, 2004), 133

32 Ihyaul ulum, Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2012), 27 33

Ihyaul ulum, Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar, 28

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

39

2. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD)

menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi

pendapatan yang diterima. Kinerja Keuangan Pemerintahan

Daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan

dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1

(satu) atau di bawah 100%. Semakin kecil Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah berarti Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung

secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk

merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga

dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya

tersebut efisien atau tidak.

Efisiensi pengelolaan keuangan daerah merupakan

perbandingan antara realisasi belanja dan realisasi pendapatan

yang diterima. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio

ini adalah sebagai berikut :

Kriteria Rasio Efisensi Keuangan Daerah menurut

Mohamad Mahsun adalah:34

a) Jika diperoleh nilai kurang dari 100% ( x < 100%)

berarti efisien

34

Mohammad Mahsun, Pengukuran Kinerja Sektor Publik. (Yogyakarta:

BPFE, 2012), 187

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

40

b) Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%)

berarti efektivitas berimbang.

c) Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%)

berarti tidak efisien

E. Kemandirian Keuangan Daerah

1. Pengertian Kemandirian Keuangan Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004,

kemandirian keuangan daerah berarti pemerintah dapat

melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan

sendiri, melaksanakan sendiri dalam rangka asas desentralisasi.

Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan

Pemerintah Daerah dalam membiayai kegiatan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah

membayar pajak dan retribusi sebagai sumber yang diperlukan

daerah.35

Kemandirian keuangan daerah ditenjukan oleh besar

kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan

pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya

bantuan pemerintah pusat ataupun pinjaman.36

Bantuan

pemerintah pusat dalam konteks otonomi daerah bisa dalam

bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Alokasi

Khusus (DAK).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah

35

Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah (

Jakarta : Salemba Empat, 2012), 232 36

Ihyaul ulum, Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2012), 31

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

41

daerah dalam menggali dan mengelola sumber daya atau

potensi daerah yang dimilikinya secara efektif dan efisien

sebagai sumber utama keuangan daerah yang berguna untuk

membiayai kegiatan penyelengaraan pemerintah di daerah.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Keuangan Daerah

Tangkilisan mengemukakan bahwa terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi kemandirian keuangan daerah,

antara lain:

(1) Potensi ekonomi daerah, indikator yang banyak

digunakan sebagai tolak ukur potensi ekonomi daerah

adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). (2)

Kemampuan Dinas Pendapatan Daerah, artinya

kemandirian keuangan daerah dapat ditingkatkan secara

terencana melalui kemampuan atau kinerja institusi atau

lembaga yang inovotif dan pemanfaatan lembaga

Dispenda untk meningkatkan penerimaan daerah. 37

3. Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Kuangan Daerah

Menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam

membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya

pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah

yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan

37

Tangkilisan, Hessel Nogi S, Manajemen Publik (Jakarta: Gramedia Widia

Sarana Indonesia, 2007), 89-92

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

42

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Berikut Rasio untuk

mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah.38

( )

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menggambarkan

Ketergantungan daerah terhadap Pendapatan Transfer (sumber

dana ekstern). Transfer dana dari pemerintah pusat ini dilakukan

dengan mekanisme dana perimbangan, yang terdiri dari Dana

Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Alokasi Khusus (DAK). Transfer dari pemerintah pusat atau

disebut juga dengan perimbangan keuangan ini merupakan

suatu sistem pembiayaan dalam kerangka Negara kesatuan yang

mencangkup pembagian keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Semakin tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap

bantuan pihak ekstern semakin rendah dan demikian pula

sebaliknya, sehingga kinerja keuangan daerah semakin baik.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah juga menggambarkan

tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.

Semakin tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, semakin

tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan

retribusi daerah yang merupakan komponen utama Pendapatan

Asli Daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan

retribusi daerah menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan

masyarakat semakin tinggi. Sebagai pedoman dalam melihat

38

Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah (

Jakarta : Salemba Empat, 2012), 128

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

43

pola hubungan dengan kemampuan daerah (dari sisi keuangan )

dapat dikemukakan tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1

Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah39

Kemampuan

Keuangan

Kemandirian

(%)

Pola Hubungan

Rendah Sekali 0%-25% Instruktif

Rendah 25%-50% Konsultatif

Sedang 50%-75% Partisipatif

Tinggi 75%-100% Delegatif

1) Pola hubungan instruktif, di mana peranan pemerintah pusat

lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah

(daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah).

2) Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah

pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit

lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.

3) Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat sudah

mulai berkurang,

mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya

mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.

39

Hermi Oppier, “Analisis Pengaruh Pelaksanaan Otonomi Daerah

Terhadap Keuangan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara”, Jurnal Benchmark

Volume II (November, 2013),82

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

44

4) Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat

sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan

mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

F. Kajian Teori Yang Digunakan Menurut Prespektif Islam

1. Keuangan Daerah Berdasarkan Prinsip Keuangan Publik

Islam

Menurut ulama Islam klasik, seperti Abu Ubaid yang

menulis kitab Al-Amwal, ungkapan yang digunakan olehnya

mengenai ekonomi publik adalah: sunuful amwaal allati

yahliihaa al-a’immah liirro’iyyah, yang artinya beberapa

macam bentu kekayaan yang dikelola oleh pemerintah oleh

rakyat.40

Nurul Huda menyimpulkan bahwa terdapat empat

konsep dalam definisi di atas, yaitu amwal (harta kekayaan),

wilayah (pengelolaan), imamah (pemerintah), dan ro’iyyah

(rakyat).

Yang dimaksud dengan amwal adalah kekayaan atau

hak milik yang diatur oleh pemerintah untuk kepentingan

rakyat, sedangkan wilayah dapat diartikan sebagai konsep

perwalian/pengelolaan kekayaan publik. Sedangkan yang

dimaksud dengan imamah dan ro’iyyah adalah pemerintah dan

rakyat, dimana syariat mutlak suatu pemerintahan adalah

kepercayaan (amanah).Otoritas publik diharuskan memerintah

berdasarkan kita Allah, bertanggung jawab dan adil, jika

40

Nurul Huda dan Ahmad Muti, Keuangan Publik Islam Pendekatan Al-

Kharaj (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 9

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

45

pemerintah dapat memenuhi persyaratan tersebut, maka wajib

bagi rakyat untuk mematuhinya.41

Sementara keuangan publik menurut ulama kontemporer

diantaranya oleh As-syayiji, yaitu kumpulan prinsip dan kaidah

kekayaan publik yang diambil dari sumber syariat Islam yaitu

Al-Quran, sunah dan ijma yang menjelaskan dan mengatur

aktivitas ekonomi publik serta temuan para pakar yang berupa

aturan dan solusi yang diterjemahkan dari sumber dasar tersebut

sesuai waktu dan tempat.42

Keuangan publik berhubungan dengan peran Negara

dalam menganalisa dampak-dampak perpajakan dalam

pembelanjaan Negara terhadap situasi ekonomi individu dan

lembaga, juga menyelidiki damapaknya terhadap ekonomi

secara keseluruhan.43

Dalam sejarah islam, keuangan publik

berkembang bersamaan dengan pengembangan masyarakat

muslim dan pembentukan Negara islam oleh Rosulullah SAW.,

kemudian diteruskan oleh para sahabat. Sebelum Negara

dibentuk perintah-perintah wahyu menegaskan perintah

menyantuini orang miskin secara sukarela. Sebagaimana salah

satu firman Allah SWT., dalam Q.S Al-Ma’arij ayat 24-25:

41

Nurul Huda dan Ahmad Muti, Keuangan Publik Islam Pendekatan Al-

Kharaj (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 9-10 42

Nurul Huda dan Ahmad Muti, Keuangan Publik Islam Pendekatan Al-

Kharaj (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 10 43

Sabahuddin Azmi, Menimbang Ekonomi Islam (Bandung: Nuansa, 2005),

25

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

46

Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian

tertentu, Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang

yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau

meminta) (Q.S Al- Ma’arij : 24-25).44

Abu Ubaid berpendapat bahwa andil pemerintah/Negara

begitu besar dalam perekonomian, karena tugas

pemerintah/Negara adalah menegakan kehidupan sosial dan

menumbuhkan kepedulian sosial. Melalui peraturan

administrasi keuangan Negara secara efektif, sehingga

penyediaan kebutuhan pokok, fasilitas umum, distribusi

pendapatan dapat menjamin kemaslahatan umat yang pada

akhirnya terselenggara kegiatan ekonomi yang berkeadilan.Abu

Ubaid juga berpendapat, bahwa pemerintah harus menjaga

keamanan, meningkatkan kesejahtraan, melindungi hak-hak

rakyat, mengatur kekayaan publik, dan menjamin terpeliharanya

maqashid syariah.45

Menurut M. Umar Chapra, efisiensi da efektifitas

merupakan landasan pokok dalam kebijakan pengeluara

pemerintah. Dalam ajaran Islam tersebut dipandu oleh kaidah-

kaidah syariah dan penentuan skala perioritas.46

Umar Chapra

menjelaskan bahwa pemerintah Islam wajib meminimalkan

pinjaman dengan menegakan displin dalam program

pengeluaran dan tidak melampauinya.

44

Tim penerjemah Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro,

2005), 456 45

Nurul Huda dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teori dan Sejarah

(Jakarta: Kencana, 2012), 6 46

Nurul Huda dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teori dan Sejarah,

168

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

47

2. Prinsip Pendapatan Negara Menurut Sistem Ekonomi Islam

Dalam Sistem Ekonomi Islam ada beberapa prinsip yang

harus ditaati oleh Ulil Amri dalam melaksanakan pemungutan

pendapatan Negara, yaitu sebagai berikut:

a. Harus Ada Nash yang Memerintahnya

Setiap pendapatan dalam Negara Islam harus

diperoleh sesuai dengan hokum syara’ dan juga disalurkan

sesuai hukum-hukum syara’.47

Prinsip kebijakan

penerimaan Negara yang pertama adalah harus ada Nash

(Al-Quran dan Hadis) yang memerintahnya, sebagaimana

firman Allah SWT.,

Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian

yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada

hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada

harta orang itu dengan (jalan berbuat dosa), padahal

kamu mengetahui (Q.S Al-Baqarah [2]:188)48

b. Harus ada pemisahan muslim dan non muslim

Islam membedakan antara subjek zakat dengan pajak

muslim dengan non muslim. Zakat misalnya hanya

bersumber dari kaum muslim dan hanya digunakan untuk

47

Abdul Qadim Zallum, Sistem Keuangan di Negara Khilafah, Edisi

terjemahan oleh Ahmad S, dkk (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), 115 48

Tim penerjemah Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro,

2005), 23

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

48

kepentingan kaum muslim. Sedangkan kepada non

muslimdipungut jizyah.Hal tersebut tercantum dalam firman

Allah QS. At-Taubah [9]: 29

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada

Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan

mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan

oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan

agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang)

yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai

mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka

dalam Keadaan tunduk (Q.S At-Taubah: 29).49

c. Hanya golongan kaya yang menanggung beban

Prinsip kebijakan pemasukan terpenting ketiga adalah

bahwa sistem zakat dan pajak harus menjamin bahwa hanya

golongan kaya dan makmur yang mempunyai kelebihan yang

memiliki beban utama. Hal ini sesuai firman Allah SWT., :

....

49

Tim penerjemah Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro,

2005), 27

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

49

Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka

nafkahkan. Katakanlah: yang lebih dari

keperluan.”demikian Allah menerangkan ayat-ayatnya

kepadamu supaya kamu berpikir. (QS Al-Baqarah [2]:

219)50

d. Adanya tuntutan kemaslahatan umum

Prinsip kebijakan penerimaan Negara keempat adalah

adanya tuntutan kemaslahatan umum, yang mesti didahulukan

untuk mencegah kemudharatan. Dalam keadaan tertentu

(darurat), Ulil Amri wajib mengadakan kebutuhan tersebut,

besar kemungkinan akan datang kemudharatan yang lebih besar

lagi. Atas dasar tuntutan umum inilah Negara boleh

mengadakan suatau jenis pendapatan tambahan.

G. Penelitian yang Relevan

Tabel 2.2

Penelitian yang Relevan

No

.

Nama Peneliti Judul

Peneliti

Hasil Penelitian

1. Dori saputra,

Program

Studi

Akuntansi,

Fakultas

Ekonomi

Analisis

kemandirian

dan

efektivitas

keuangan

daerah Pada

Hasil penelitian tersebut

menunjukan bahwa secara

rata-rata rasio kemandirian

rendah sekali karena berapada

pada 0%-25% dan trend

kemandirian keuangan daerah

50

Tim penerjemah Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro,

2005),

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

50

Universitas

Negeri

Padang

(2014)

kabupaten

dan kota di

propinsi

Sumatera

barat.

menandakan cenderung

menurun berada pada 95.3%

kurang dari 100%. Kemudian

untuk rasio efektifitas sangat

efektif karna berada pada

kecenderungan sebesar

109,8% dan trend efektifitas

cenderung naik berada diatas

100%.

2. Vera Sri

Endah,

Fakultas

Ekonomi

Universitas

Sam

Ratulangi

(2014)

Analisis

Efisiensi

Dan

Efektivitas

Serta

Kemandiria

n

Pengelolaan

Keuangan

Daerah Di

Kabupaten

Minahasa

Utara

Dalam penelitian ini

digunakan analisis rasio

efektifitas dan rasio efisiensi

untuk melihat sejauh mana

pemerintah kabupaten

minahasa utara mengelola

keuangan yang dimiliki dan

mampu meningkatkan

perekonomiannya.Penghitunga

n rasio yang dilakukan

menghasilkan angka efisiensi

rata-rata diatas 75 persen

selama tahun penelitian (2009

- 2013), sementara untuk

efektivitas kinerja mencapai

angka rata-rata 90 persen per

tahunnya.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

51

Stevany

Hanalyna

Dethan,

Fakultas

Ekonomi

Universitas

Mahasaraswat

i Mataram

(2016)

Efektivitas

Dan

Efisiensi

Pengelolaan

Keuangan

Daerah

Provinsi

Nusa

Tenggara

Barat

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat

efektivitas pengelolaan

keuangan daerah Provinsi

Nusa Tenggara Barat berada

pada tingkat pengelolaan

keuangan daerah yang cukup

efektif dan efektif. Sementara

itu, tingkat efisiensi

pengelolaan keuangan daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat

berada pada tingkat

pengelolaan keuangan daerah

yang tidak efisien dan kurang

efisien.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena baru didasari teori bukan

fakata. Soeratno dan Lincolin Arsyad mengungkapkan bahwa:

Hipotesis berasal dari kata hipo (hypo) dan tesis.Hipo berarti

kurang dari dan teas berarti pendapat.Jadi hipoteisi adalah suatu

pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara belum

bener-benar berstatus sebagai tesis. Sifat sementara dari

hipoteisis ini mempunyai arti bahwa hipoteisis dan diubah atau

diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat. Hal ini

dimungkinkan karena hipotesis yang diperoleh biasanya

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/1274/3/BAB II.pdf · umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ... Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi

52

tergantug pada masalah yang diteliti dan konsep-konsep yang

digunakan.51

Hipotesis dari rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

H1 = Diduga kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Serang

berdasarkan tingkat efektifitas Keuangan Daerah Kabupaten

Serang selama periode 2011-2016 belum efektif ,

H2 = Diduga kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Serang

berdasarkan tingkat efisien Keuangan Daerah Kabupaten Serang

selama periode 2011-2016 belum efisien.

H3 = Diduga kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Serang

berdasarkan tingkat kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten

Serang selama periode 2011-2016 belum mencapai

kemandirian.

51

Soeratno & Lincolin Arsyad, Metodolologi Penelitian untuk Ekonomi dan

Bisnis (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2008), 19