BAB II LANDASAN TEORI -...

23
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pendidikan Kualitas mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian kualitas, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif (Suryasubroto, 2004). Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kualitas Pendidikan

Kualitas mengandung makna derajat (tingkat)

keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik

berupa barang maupun jasa; baik yang tangible

maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan

pengertian kualitas, dalam hal ini mengacu pada proses

pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses

pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input,

seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik),

metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana

sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana

dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana

yang kondusif (Suryasubroto, 2004).

Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi

mensinkronkan berbagai input tersebut atau

mensinergikan semua komponen dalam interaksi

(proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan

sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik

konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik

dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang

non-akademis dalam suasana yang mendukung proses

pembelajaran. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan”

mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada

setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

10

akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun).

Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student

achievement) dapat berupa hasil test kemampuan

akademis (misalnya ulangan umum, Ebta atau

Ebtanas) (Depdiknas, 2004). Dapat pula prestasi di

bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga,

seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya :

komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi

sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat

dipegang (intangible) seperti suasana disiplin,

keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan

sebagainya.

Antara proses dan hasil pendidikan yang

bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses

yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam

artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu

oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai

untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya.

Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada

mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata

lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality

improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung

jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai. Untuk

mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah „

terutama yang menyangkut aspek kemampuan

akademik atau “kognitif” dapat dilakukan

benchmarking (menggunakan titik acuan standar ,

misalnya: NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi

terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

11

baik yang sudah ada patokannya (benchmarking)

maupun yang lain (kegiatan ekstra-kurikuler)

dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri

dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan

proses pendidikan tahun berikutnya (Mulyono, 2010).

Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran

dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario

bagaimana mencapainya.

Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah, sekolah dapat bekerja dalam koridor - koridor

tertentu antara lain sebagai berikut; Sumber daya;

sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur

semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan

setempat. Selain pembiayaan operasional/administrasi,

pengelolaan keuangan harus ditujukan untuk: (i)

memperkuat sekolah dalam menentukan dan

mengalolasikan dana sesuai dengan skala prioritas

yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu,

(ii) pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari

proses pengadaannya, dan (iii) pengurangan kebutuhan

birokrasi pusat (Engkoswara, 2009).

Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah

dituntut untuk memiliki akuntabilitas baik kepada

masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan

perpaduan antara komitmen terhadap standar

keberhasilan dan harapan/tuntutan orang

tua/masyarakat. Pertanggungjawaban (accountability)

ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana

masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

12

yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk

menyajikan informasi mengenai apa yang sudah

dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus

memberikan laporan pertanggung-jawaban dan

mengkomunikasikannya kepada orang tua/masyarakat

dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara

komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas

sekolah dalam proses peningkatan mutu (Rohiat, 2010).

Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar

yang telah ditentukan secara nasional, sekolah

bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum

baik dari standar materi (content) dan proses

penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi

tersebut ada mafaat dan relevansinya terhadap siswa,

sekolah harus menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan melibatkan semua indera dan

lapisan otak serta menciptakan tantangan agar siswa

tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan

menguasai ilmu pengetahuan, terampil, memilliki sikap

arif dan bijaksana, karakter dan memiliki kematangan

emosional. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam

kegiatan ini yaitu (Suryasubrata, 2004);

1) Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi

kebutuhan siswa.

2) Bagaimana mengembangkan keterampilan

pengelolaan untuk menyajikan kurikulum tersebut

kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan

efisien dengan memperhatikan sumber daya yang

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

13

ada.

3) Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu

mengatur perubahan sebagai fenomena alamiah di

sekolah.

Untuk melihat pencapaian kurikulum, siswa

harus dinilai melalui proses test yang dibuat sesuai

dengan standar nasional dan mencakup berbagai aspek

kognitif, afektif dan psikomotor maupun aspek

psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan

masukan ulang secara obyektif kepada orang tua

mengenai siswa dan kepada sekolah yang bersangkutan

maupun sekolah lainnya mengenai performa sekolah

sehubungan dengan proses peningkatan mutu

pendidikan.

Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab

dan terlibat dalam proses rekruitmen (dalam arti

penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan

struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala

sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu

pembinaan profesional dalam rangka pembangunan

kapasitas/kemampuan kepala sekolah dan pembinaan

keterampilan guru dalam pengimplementasian

kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya

dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah.

Untuk itu birokrasi di luar sekolah berperan untuk

menyediakan wadah dan instrumen pendukung. Dalam

konteks ini pengembangan profesional harus

menunjang peningkatan mutu dan penghargaan

terhadap prestasi perlu dikembangkan. Manajemen

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

14

peningkatan mutu berbasis sekolah memberikan

kewenangan kepada sekolah untuk mengkontrol

sumber daya manusia, fleksibilitas dalam merespon

kebutuhan masyarakat, misalnya pengangkatan tenaga

honorer untuk keterampilan yang khas, atau muatan

lokal. Demikian pula mengirim guru untuk berlatih di

institusi yang dianggap tepat.

Konsekuensi logis dari itu, sekolah harus

diperkenankan untuk (Mulyasa, 2004):

1) Mengembangkan perencanaan pendidikan dan

prioritasnya didalam kerangka acuan yang dibuat

oleh pemerintah.

2) Memonitor dan mengevaluasi setiap kemajuan yang

telah dicapai dan menentukan apakah tujuannya

telah sesuai kebutuhan untuk peningkatan mutu.

3) Menyajikan laporan terhadap hasil dan

performannya kepada masyarakat dan pemerintah

sebagai konsumen dari layanan pendidikan

(pertanggung jawaban kepada stakeholders).

Uraian tersebut di atas memberikan wawasan

pemahaman bahwa tanggung jawab peningkatan

kualitas pendidikan secara mikro telah bergeser dari

birokrasi pusat ke unit pengelola yang lebih dasar yaitu

sekolah. Dengan kata lain, didalam masyarakat yang

komplek seperti sekarang dimana berbagai perubahan

yang telah membawa kepada perubahan tata nilai yang

bervariasi dan harapan yang lebih besar terhadap

pendidikan terjadi begitu cepat, maka diyakini akan

disadari bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

15

tepat dan cepat dapat merespon perubahan keinginan

masyarakat tersebut.

Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah membawa isu desentralisasi dalam manajemen

(pengelolaan) pendidikan dimana birokrasi pusat bukan

lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun

mikro, tetapi hanya berperan sebagai penentu

kebijakan makro, prioritas pembangunan, danstandar

secara keseluruhan melalui sistem monitoring dan

pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih

memfokuskan diri kepada tanggung jawab individu

sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk

merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan

mengevaluasi hasilnya, dan secara terus menerus

menyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam

pengimplementasian manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah ini harus berakhir kepada

peningkatan mutu siswa (lulusan).

Secara singkat dapat ditegaskan bahwa akhir

dari itu semua bermuara kepada mutu pendidikan.

Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk

menjadi pusat mutu (center for excellence) dan ini

mendorong masing-masing sekolah agar dapat

menentukan visi dan misi nya untuk mempersiapkan

dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.

Dalam rangka mengimplementasikan konsep

manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah

ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari

orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

16

institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan

sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai

berikut (Hadis, 2010):

1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih

presentatif, akurat, valid dan secara sistematis

menyangkut berbagai aspek akademis, administratif

(siswa, guru, staf), dan keuangan.

2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk

menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai

sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja

dalam mengembangkan dan mencapai target

kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa

berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan

keterampilan, maupun aspek lainnya.

Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus

mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan

merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka

menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya

sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan

nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu

diperhatikan sehubungan dengan identifikasi

kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah

bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan

pengelolaan kurikulum termasuk indikator pencapaian

peningkatan mutu tersebut.

Berangkat dari visi, misi dan tujuan

peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama

dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun

program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

17

termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat

sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan

sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan

dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi

perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan

datang. Perencanaan program sekolah ini harus

mencakup indikator atau target mutu apa yang akan

dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses

peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM

rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi

dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Program

sekolah yang disusun bersama-sama antara sekolah,

orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan

dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan

sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep

manajemen ini adalah mutu siswa, maka program yang

disusun harus mendukung pengembangan kurikulum

dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah

ditetapkan, langkah untuk menyampaikannya di dalam

proses pembelajaran dan siapa yang akan

menyampaikannya.

Dua aspek penting yang harus diperhatikan

dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah total sumber

daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksanakan

program. Oleh karena itu, sehubungan dengan

keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa

program tertentu lebih penting dari program lainnya

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

18

dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar.

Kondisi ini mendorong sekolah untuk menentukan

skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut.

Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan

peralatan bukan kepada output pembelajaran. Oleh

karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep

manajemen tersebut sekolah harus membuat skala

prioritas yang mengacu kepada program-program

pembelajaran bagi siswa. Sementara persetujuan dari

proses pendanaan harus bukan semata-mata

berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan harus

merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut.

Anggaran harus jelas terkait dengan program yang

mendukung pencapaian target mutu. Hal ini

memungkinkan terjadinya perubahan pada

perencanaan sebelum sejumlah program dan

pendanaan disetujui atau ditetapkan (Tim Dosen UPI,

2009).

Standar kualitas dalam pendidikan pada

dasarnya merupakan suatu paduan antara barang atau

jasa termasuk sistem manajemennya yang relatif sesuai

dengan kebutuhan (Engkoswara, 2009). Sallis

(Engkoswara, 2009) mengemukakan bahwa standar

kualitas dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:

1. Standar produk atau jasa yang ditunjukkan dengan

(a) sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dan (b)

sesuai dengan tujuan

2. Standar yang ditunjukkan dengan adanya kepuasan

dari masyarakat

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

19

Sedangkan menurut Baker (Engkoswara, 2009)

standar kualitas pendidikan yang bermutu adalah:

1. Administrator dan jajarannya serta guru-guru

adalah para profesional yang handal.

2. Tersedia kurikulum yang luas bagi seluruh siswa.

3. Memiliki filosofi yang selalu dikomunikasikan

bahwa seluruh anak dapat belajar dengan

harapan yang tinggi.

4. Iklim yang baik untuk belajar, aman, bersih,

mempedulikan dan terorganisasi baik

5. Suatu sistem penilaian berkelanjutan yang

didukung supervisi.

6. Keterlibatan masyarakat yang tinggi

7. Membantu para guru mengembangkan strategi,

teknik instruksional dan mendorong kerjasama

kelompok.

8. Menyusun jadwal secara terprogram untuk

memberikan pelatihan dalam jabatan dan

seminar untuk seluruh staf

9. Pengorganisasian SDM untuk melayani seluruh

siswa

10. Komunikasi dengan orangtua dan menyediakan

waktu yang cukup untuk dialog

11. Menetapkan dan mengartikulasikan tujuan

secara jelas

12. Kerjasama guru dan orangtua untuk

menyediakan dukungan pelayanan dalam

pemecahan permasalahan siswa

13. Memelihara hubungan baik dengan pemerintah

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

20

Jika berpedoman pada standar mutu pendidikan

sebagaimana yang tertera dalam standar nasional

pendidikan, kriteria minimal pendidikan meliputi

(Engkoswara, 2009)

1. Standar kompetensi lulusan

2. Standar isi berkaitan dengan cakupan dan

kedalaman materi pelajaran

3. Standar proses berkaitan dengan prosedur dan

pengorganisasi pengalaman belajar

4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan,

merupakan rasio antara guru dengan siswa dan

guru memiliki kualifikasi yang dinyatakan dengan

sertifikasi guru.

5. Standar sarana dan prasarana, sarana yang

memadai serta mendukung kegiatan pembelajaran.

6. Standar pengelolaan

7. Standar pembiayaan

8. Standar penilaian pendidikan

Upaya untuk meningkatkan kualitas dalam

bidang pendidikan menurut Juran (Rohiat, 2010) ada

beberapa langkah, yaitu:

1. Membangun kepedulian untuk peningkatan

maupun perbaikan

2. Menentukan tujuan-tujuan untuk peningkatan

3. Mengorganisasi untuk mencapai tujuan tersebut

4. Menyelenggarakan pelatihan

5. Mendorong upaya pemecahan masalah

6. Melaporkan perkembangan

7. Memberikan penghargaan atas pencapaian tujuan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

21

8. Mengkomunikasikan hasil-hasil dengan pihak

terkait

9. Evaluasi terhadap kegiatan yang dicapai

Dalam penelitian ini standar kualitas

pendidikan yang digunakan adalah sesuai dengan

pendapat Engkoswara yang meliputi 8 aspek yaitu

standar kompetensi lulusan, standar isi, standar

proses, standar pendidik, standar sarana prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar

penilaian pendidikan.Mengacu pada Peraturan

Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan hal yang harus diperhatikan

untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu:

1) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

2) Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat

kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang

kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran, dan silabus

pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta

didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

3) Standar proses, adalah standarnasional pendidikan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

pada satu satuan pendidikan untuk mencapai

standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

22

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik

4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah

kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik

maupun mental, serta pendidikan dalam

jabatan.Standar pendidik dan tenaga kependidikan

diuraikan dengan beberapa bagian standar, yakni

standar kualifikasi akademik dan kualifikasi guru

dijabarkan dengan Permendiknas No. 16 Tahun

2007, Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

dijabarkan dengan Permendiknas No. 12 Tahun

2007, Standar Kepala Sekolah/Madrasah dijabarkan

dengan Permendiknas No. 13 Tahun 2007.

5) Standar sarana dan prasarana adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,

bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

berekreasi, serta sumber belajar lain, yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,

termasuk penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi.

6) Standar pengelolaan, adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,

provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

23

Pengelolaan dijabarkan dengan Permendiknas No.

19 Tahun 2007.

7) Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur

komponen dan besarnya biaya operasi satuan

pendidikan yang berlaku selam satu tahun.

Persyaratan minimal tentang biaya investasi:

meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumberdaya manusia, dan modal

kerja tetap. Persyaratan minimal tentang biaya

personal: meliputi biaya pendidikan yang harus

dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti

proses pembelajaran secara teratur dan

berkelanjutan

8) Standar penilaian pendidikan, adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik. Standar Penilaian dijabarkan

dengan Permendiknas No. 20 Tahun 2007.

Standar nasional pendidikan ini berfungsi

sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan, pendidikan dalam rangka mewujudkan

pendidikan nasional yang bermutu.Juga bertujuan

untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat.Salah satu standar diatas yang paling

penting untuk diperhatikan yaitu standar pendidik

dan kependidikan. Dimana seorang pendidik harus

memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

24

jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini, yaitu: kompetensi

peadagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional, dan kompetensi sosial.

Ada empat (4) standar kualitas pendidikan

dalam urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: guru

(teacher), kurikulum (curriculum), atmosfer akademik

(academic atmosphere), dan sumber keilmuan

(academic resource). Berikut ini uraian dari standar

kualitas diatas:

1. Guru (Teacher)

Mutu pendidikan amat ditentukan kualitas dan

komitmen seorang guru.Profesi guru menjadi tidak

menarik di banyak daerah karena tidak menjanjikan

kesejahteraan finansial dan penghargaan

profesional.Oleh karena itu, dengan dirumuskannya

jenjang profesionalitas yang jelas, maka kualitas guru-

guru dapat dijaga dengan baik.Tentunya hal ini juga

berkaitan dengan penghargaan profesionalitas yang

didapat dalam setiap jenjang tersebut.

Guru juga harus bertanggung jawab dalam

membangun atmosfer akademik di dalam

kelas.Atmosfer ini sebenarnya bertujuan untuk

membentuk karakter siswa terutama berkaitan dengan

nilai-nilai akademik utama yaitu sikap ilmiah dan

kreatif.Guru perlu menekankan nilai-nilai inti yang

berhubungan dengan pengembangan sikap ilmiah dan

kreatif dalam setiap tugas yang diberikan kepada

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

25

siswanya, dalam membimbing siswa memecahkan

suatu persoalan atau juga dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Untuk dapat

mengajar secara efektif, maka guru-guru akan

ditraining secara kontinyu (bukan hanya sekali saja)

dan terutama akan dibekali pengetahuan tentang cara

mengajar yang baik dan bagaimana cara menilai yang

efektif. Sehingga diharapkan guru tersebut dapat

mengembangkan cara mengajarnya sendiri, dapat

meningkatkan pengetahuan mereka sendiri dan juga

dapat berkolaborasi dengan guru yang lain.

2. Kurikulum (Curriculum)

Kurikulum di sini bukan sekedar kumpulan

aktivitas saja, ia harus koheren antara aktivitas yang

satu dengan yang lain. Dalam kurikulum, juga harus

diperhatikan bagaimana menjaga agar materi-materi

yang diberikan dapat menantang siswa sehingga tidak

membuat mereka merasa bosan dengan pengulangan-

pengulangan materi saja.Tentu saja hal ini bukan

berarti mengubah-ubah topik yang ada tetapi lebih

kepada penggunaan berbagai alternatif cara

pembelajaran untuk memperdalam suatu topik atau

mengaplikasikan suatu topik pada berbagai masalah

riil yang relevan.

Kurikulum juga harus memuat secara jelas

mengenai cara pembelajaran (learning) dan cara

penilaian (assesment) yang digunakan di dalam

kelas.Cara pembelajaran yang dijalankan harus

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

26

membuat siswa memahami dengan benar mengenai

hal-hal yang mendasar.Pemahaman ini bukan hanya

berdasarkan hasil dari pengajaran satu arah dari guru

ke siswa, tetapi lebih merupakan pemahaman yang

muncul dari keaktifan siswa dalam membangun

pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman

pembelajaran di kelas dan pengetahuan yang telah

dimilikinya sebelumnya.

3. Atmosfer Akademik (Academic Atmosphere)

Atmosfer akademik bertujuan untuk membentuk

karakter siswa terutama berkaitan dengan nilai-nilai

akademik utama yaitu sikap ilmiah dan

kreatif.Atmosfer ini dibangun dari interaksi antar siswa,

dari interaksi antara siswa dengan guru, interaksi

dengan orang tua siswa dan juga suasana lingkungan

fisik yang diciptakan.Guru memegang peran sentral

dalam membangun atmosfer akademik ini dalam

kegiatan pengajarannya di kelas dan berlaku untuk

semua yang terlibat dalam sistem pendidikan.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana

membangun sikap ilmiah dan kreatif ini dalam kegiatan

operasional pendidikan sehari-harinya?Untuk ini kita

perlu menyadari nilai-nilai inti yang harus ditanamkan

ke semua komponen yang terlibat dalam kegiatan

pendidikan yang diselenggarakan. Sikap ilmiah yang

dimaksud adalah sikap yang menghargai hasil-hasil

intelektual baik yang berasal dari dirinya sendiri

maupun orang lain, disamping kritis dalam menerima

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

27

hasil-hasil intelektual tersebut. Sedangkan sikap kreatif

disini mempunyai maksud sikap untuk terus-menerus

mengembangkan kemampuan memecahkan soal dan

mengembangkan pengetahuan secara mandiri.

Untuk membangun Sikap Ilmiah perlu

ditanamkan nilai kejujuran (honesty), dan nilai

kekritisan (skeptics).Sedangkan untuk membangun

sikap kreatif perlu ditanamkan nilai ketekunan

(perseverence), dan nilai keingintahuan (curiosity).

Selanjutnya nilai-nilai inti ini perlu

diterjemahkan dalam berbagai kode etik yang menjadi

pedoman dalam kegiatan operasional pendidikan

sehari-hari, seperti larangan keras mencontek,

dorongan untuk mengemukakan pendapat dan

bertanya, penghargaan atas perbedaan pendapat,

penghargaan atas kerja keras, dorongan untuk

memecahkan soal sendiri, keterbukaan untuk dikoreksi

dan seterusnya. Aktivitas-aktivitas ini selanjutnya

harus dilakukan setiap hari dan terus dipantau

perkembangan oleh mereka yang diberi kewenangan

penuh.

4. Sumber Keilmuan (Academic Resource)

Sumber Keilmuan disini adalah berupa prasarana

dalam kegiatan pengajaran, yaitu buku, alat peraga dan

teknologi. Semua hal ini harus dapat dieksploitasi

dengan baik untuk mendukung setiap proses

pengajaran dan juga dalam membangun atmosfer

akademik yang hendak diciptakan. Apalagi pengajaran

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

28

menganut pendekatan yang kongkrit, maka guru harus

dapat menggunakan hal-hal yang umum disekitar kita

seperti: mata uang dan jam, sebagai alat peraga.

2.2. Pendidikan di Taman Kanak-kanak

Lembaga Taman Kanak-kanak (TK), meskipun

sebagai lembaga pendidikan formal, sangat berbeda

dengan lembaga pendikan SD, SMP, dan seterusnya.

Dari nama lembaganya, yakni “taman” bukan

“sekolah”. Sebutan “Taman” pada Taman Kanak-kanak

mengandung makna “tempat yang aman dan nyaman

(safe and comfortable) untuk bermain” sehingga

pelaksanaan pendidikan di TK harus mampu

menciptakan lingkungan bermain yang aman dan

nyaman sebagai wahana tumbuh kembang anak

(Moeslichatoen, 2009).

Taman Kanak-kanak merupakan salah satu

bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan non-formal dengan mengutamakan kegiatan

bermain sambil belajar. Dalam buku yang diterbitkan

oleh Depdiknas (2007) tentang pedoman teknis

penyelenggaraan Taman Kanak-kanak dikemukakan

bahwa:

Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) pada jalur

pendidikan non-formal yang menyelenggarakan

program pendidikan sekaligus program kesejahteraan

bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun.

Bermain bersama sangat bermanfaat bagi seseorang

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

29

anak dari pada bermain sendiri, karena dengan

bermain bersama-sama anak bisa mendapatkan

berbagai pengetahuan serta anak juga lebih mudah

bersosialisasi. Bermain bersama-sama akan

mendapatkan sesuatu yang tidak akan mungkin

didapat dari bermain sendiri, seperti tenggang rasa,

berpandangan positif, belajar menjadi seorang pemberi,

pemurah dan berperasaan terhadap orang lain, tolong

menolong serta dapat mengeksprerisikan kemampuan

dan kebolehannya.

Tujuan kegiatan pendidikan pada Taman Kanak-

kanak yang diterbitkan oleh Direktorat PADU (2002)

yaitu “mengembangkan berbagai potensi anak sejak

dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya termasuk

siap memasuki pendidikan dasar”.

Prinsip-prinsip pendidikan dalam Taman Kanak-kanak

1) Setiap anak itu unik. Mereka tumbuh kembang dari

kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman

dan latar belakang keluarga yang berbeda.

2) Anak usia 2-6 tahun adalah anak yang senang

bermain. Bagi mereka bermain adalah cara mereka

belajar.

3) Pendidik yang bertugas dalam kegiatan bermain

adalah pendidik yang memiliki kemauan dan

kemampuan mendidik, memahami anak, besedia

mengembangkan potensi yang dimiliki anak, penuh

kasih sayang dan kehangatan serta bersedia bermain

dengan anak.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

30

Anak yang dapat ditampung di TK adalah usia 4 –

6 tahun dengan lama Pendidikan 1 atau 2 tahun. Dan,

pendidikan dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok

A bagi anak usia 4 – 5 tahun dan kelompok B untuk

anak usia 5 – 6 tahun. Pengelompokan ini bukan

merupakan jenjang yang harus diikuti oleh setiap anak

didik. Dengan kata lain, bahwa setiap anak didik dapat

berada selama 1 (satu) tahun pada Kelompok A atau

Kelompok B, atau selama 2 (dua) tahun pada Kelompok

A dan Kelompok B (Moeslichatoen, 2009).

Tujuan Pendidikan TK pada dasarnya adalah

(Moeslichatoen, 2009):

1. Membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Pasal

1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003);

2. Mengembangkan kepribadian dan potensi diri

sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik

(Penjelasan Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003);

3. Membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan

sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta

yang diperlukan oleh anak didik dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan

untuk pertumbuhan serta perkembangan

selanjutnya (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 27 Tahun 1990).

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2497/3/T2_942008110_BAB II.pdf · memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya

31

Berdasarkan Surat Edaran Mandikdasmen

Depdiknas Nomor 1839/C.C2/TU/2009, Pelaksanaan

pendidikan di TK menganut prinsip: ”Bermain sambil

Belajar dan Belajar seraya Bermain”. Bermain

merupakan cara terbaik untuk mengembangkan

potensi anak didik. Sebelum bersekolah, bermain

merupakan cara alamiah untuk menemukan

lingkungan, orang lain dan dirinya sendiri.

Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat

mengembangkan aspek psikis dan fisik yang meliputi

moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif,

bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Pada

prinsipnya bermain mengandung makna yang

menyenangkan, mengasikkan, tanpa ada paksaan dari

luar diri anak, dan lebih mementingkan proses

mengeksplorasi potensi diri daripada hasil akhir.

Pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di

TK hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia

dan kemampuan anak didik, yaitu secara berangsur-

angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar

(unsur bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya

bermain (unsur belajar mulai dominan). Dengan

demikian anak didik tidak merasa canggung

menghadapi pendekatan pembelajaran pada jenjang

pendidikan selanjutnya.