BAB II LANDASAN TEORI -...

59
8 BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian mengenai pengaruh gaya mengajar dan kepemimpinan guru terhadap motivasi belajar di kalangan siswa kelas XII SMK Negeri I Salatiga. Landasan teori ini memberikan penjelasan dari konsep secara jelas agar tidak terjadi penyimpangan. Teori-teori yang dibahas adalah gaya mengajar, kepemimpinan guru, dan motivasi belajar. 2.1. Gaya Mengajar 2.1.1. Pengertian Mengajar Mengajar secara umum dapat diartikan sebagai proses penitisan nilai dan pengetahuan, mengajar juga merupakan proses pengangkatan potensi-potensi yang terdapat dalam diri anak didik yang tujuannya untuk menemukan dan mengarahkan anak didik menjadi dirinya sendiri. Menurut De Quelyu mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman kecakapan kepada anak didik atau usaha mewariskan nilai-nilai kebudayaan kepada generasi muda atau penerus. Banyak definisi tentang mengajar berikut ini definisi mengajar menurut para ahli, yaitu mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat (Gasali). Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar (Usman). Mengajar adalah usaha guru untuk mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi anak didik (Hamalik). Tugas guru yaitu bagaimana membangkitkan potensi anak didik melalui

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian

mengenai pengaruh gaya mengajar dan kepemimpinan guru terhadap motivasi belajar

di kalangan siswa kelas XII SMK Negeri I Salatiga. Landasan teori ini memberikan

penjelasan dari konsep secara jelas agar tidak terjadi penyimpangan. Teori-teori yang

dibahas adalah gaya mengajar, kepemimpinan guru, dan motivasi belajar.

2.1. Gaya Mengajar

2.1.1. Pengertian Mengajar

Mengajar secara umum dapat diartikan sebagai proses penitisan nilai dan

pengetahuan, mengajar juga merupakan proses pengangkatan potensi-potensi

yang terdapat dalam diri anak didik yang tujuannya untuk menemukan dan

mengarahkan anak didik menjadi dirinya sendiri. Menurut De Quelyu

mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman

kecakapan kepada anak didik atau usaha mewariskan nilai-nilai kebudayaan

kepada generasi muda atau penerus. Banyak definisi tentang mengajar berikut

ini definisi mengajar menurut para ahli, yaitu mengajar adalah menanamkan

pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat (Gasali).

Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam

hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan

proses belajar (Usman). Mengajar adalah usaha guru untuk mengorganisasi

lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi anak didik (Hamalik).

Tugas guru yaitu bagaimana membangkitkan potensi anak didik melalui

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

9

transfer pengetahuan yang tidak bersifat indoktriner ataupun pendiktean

dengan guru sebagai instrumen dan fasilitatornya. Pada dasarnya mengajar

merupakan media aktualisasi dari tindakan dan pengetahuan guru. Guru

mengaktualisasikan pengetahuan guru dengan mengajarkannya pada orang

lain. Guru mengajar berdasarkan apa yang guru tahu. Guru mengajar adalah

sesuatu yang benar-benar guru tahu.

2.1.2. Pengertian Gaya Mengajar

Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat proses belajar

mengajar baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Bersifat kurikuler

adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata

pelajaran tertentu. Bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan

dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil belajar

mengajar. Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan siswa

mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek,

perilaku mengajar yang dipertunjukkan guru sangat beraneka ragam,

meskipun maksudnya sama. Aneka ragam perilaku guru mengajar ini biladi

telusuri akan diperoleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, isi

atau bahan pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975:1)

diistilahkan “Gaya Mengajar” atau teaching style. Gaya mengajar adalah cara

atau metode yang dipakai leh guru ketika sedang melakukan pengajaran. gaya

mengajar guru biasanya sangat erat kaitannya dengan gaya belajar anak didik.

Chatib mengatakan bahwa hakikatnya gaya mengajar yang dimiliki guru

adalah strategi transfer informasi yang diberikan kepada anak didiknya. Gaya

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

10

mengajar dan gaya belajar anak didik adalah dua hal yang sangat berkaitan,

saling mendukung satu sama lain, dan sangat menentukan keberhasilan suatu

proses mengajar belajar.

2.1.3. Variasi Gaya Mengajar

Dalam proses mengajar belajar variasi gaya mengajar juga sangat

dibutuhkan, karena hal ini dilakukan untuk menghindari kebosanan dan

kejenuhan. Variasi gaya mengajar merupakan keterampilan yang harus

dikuasai oleh guru. Tujuan dari variasi mengajar adalah untuk menarik dan

meningkatkan perhatian anak didik terhadap materi pengajaran, memberi

kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat terhadap berbagai

hal baru, menanamkan perilaku positif anak didik dalam pembelajaran, serta

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi gaya mengajar meliputi

variasi intonasi suara, variasi gerak anggota badan, dan variasi gerak anggota

badan, dan variasi posisi guru dalam kelas. Bagi anak didik, semua variasi

dilihat sebagai sesuatu yang positif, energik, bersemangat, menyenangkan,

dan semuanya memiliki hubungan yang erat terhadap pencapaian hasil belajar

yang maksimal. Variasi gaya mengajar yang dilakukan guru akan membuat

suasana belajar yang dinamis, hidup, dan meningkatkan komunikasi yang

baik antara guru dan anak didik. Variasi gaya mengajar juga menjadi stimulus

yang positif terhadap proses penerimaan pelajaran yang sedang berlangsung.

Variasi gaya mengajar yang dimaksud adalah meliputi beberapa aspek:

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

11

a. Variasi suara

Variasi suara yang dimaksud adalah dalam hal intonasi, volume,

nada, kecepatan, serta isi pembicaraan dan penggunaan bahasa.

b. Penekanan

Penekanan berfungsi untuk mefokuskan perhatian anak didik pada

suatu aspek yang penting atau aspek kunci, digunakan penekanan

verbal. Penekanan tersebut dikombinasikan dengan gerakan anggota

badan yang dapat menunjukkan dengan jari, memberi tanda pada

papan tulis, atau perubahan mimik wajah.

c. Pemberian waktu

Untuk mendapatkan perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan

mengubah suasana menjadi sepi, hening, dari suatu kegiatan menjadi

tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran kebagian

berikutnya. Dalam ketrampilan bertanya, pemberian waktu dapat

diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk

mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya.

d. Kontak pandang

Guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya

mengarahkan pandangan ke seluruh kelas. Menatap mata anak didik

dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya

kepribadian.

e. Petunjuk wajah

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

12

Wajah dapat menjadi petunjuk atau menjadi media komunikasi

antara guru dan anak didik. Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan

ada yang tidak (Jalaluddin Rahmat). Wajah merupakan instrumen

atau alat untuk menyampaikan pesan dan makna. Guru dapat

menggunakan bahasa wajah dalam proses pembelajaran untuk

mengontrol, meningkatkan hubungan emosional, dan mengawasi

anak didik.

f. Gerakan anggota badan

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian

yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik

perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikan arti

pembicaraan. Dalam “Psikologi Komunikasi” karya Jalaluddin

Rahmat gerakan anggota badan bisa disebut sebagai petunjuk

kinesik.

g. Pindah posisi

Perpindahan posisi guru dalam ruangan kelas dapat membantu

menarik perhatian siswa atau anak didik, dapat juga meningkatkan

kepribadian guru. Gerakan tersebut misalnya dari depan kebelakang,

dari sisi kiri ke sisi kanan atau posisi duduk kemudian berubah

menjadi posisi berdiri.

2.1.4. Tujuan Penggunaan Variasi Mengajar

Penggunaan variasi mengajar dilakukan untuk menarik perhatian

anak didik agar lebih berkonsentrasi kepada pelajaran yang diberikan oleh

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

13

guru. Penggunaan variasi mengajar mempunyai beberapa tujuan, antara

lain:

a. Meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap

relevansi proses belajar mengajar.

Perhatian anak didik dalam pelajaran yang diberikan oleh guru selama

proses pembelajaran amat penting karena menpengaruhi keberhasilan

tujuan belajar mengajar yang ditunjukan oleh penguasaan meteri

pelajaran pada setiap anak didik. Indikator penguasaan anak didik

terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri

anak didik.

b. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.

Anak didik tidak akan belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada

dorongan kuat yang menggerakan anak didik tersebut, dorongan

tersebut disebut motivasi. Motivasi setiap anak didik berbeda terhadap

suatu bahan pelajaran, oleh karena itu seorang guru selalu ingin

memberikan motivasi terhadap anak didik yang kurang memberikan

perhatian terhadap meteri pelajaran yang diberikan.

c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

Tanggapan anak didik kepada guru bermacam-macam, masalah akan

muncul apabila anak didik tertentu yang kurang senang terhadap

gurunya, yang mengakibatkan bidang pelajaran yang dipegang oleh

guru tersebut menjadi tidak disenangi. Oleh sebab itu jadilah guru

yang bijaksana adalah dimana guru mampu menempatkan diri dan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

14

pandai mengambil hati anak didik dengan cara mempunyai gaya

mengajar dan pendekatan yang sesuai dengan psikologis anak didik,

misalnya di sela-sela pelajaran selalu diselengi humor dengan

pendekatan edukatif.

d. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar

individual.

Seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai ketrampilan yang

mendukung dalam proses belajar mengajar. Penguasaan metode

pelajaran yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode,

tetapi lebih banyak lagi. Selain itu seorang guru harus menguasai tiga

ketrampilan, yaitu metode, media, dan pendekatan.

e. Mendorong anak didik untuk belajar.

Seorang guru harus menyediakan lingkungan belajar, kewajiban anak

didik adalah belajar, kedua kegiatan tersebut menyatu dalam sebuah

interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan

pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong

anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan belajar

mengajar. Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak

didik adalah motivasi intrinsik yang lahir dari kesadaran akan

pentingnya ilmu pengetahuan.

2.1.5. Macam-macam gaya mengajar guru

Gaya mengajar yang perlu diterapkan guru dalam proses belajar

mengajar sebaiknya bersifat variatif, inovatif, serta mudah diterima oleh

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

15

siswa dalam penyampaian materi pelajaran. Thoifuri (2007:83),

membedakan gaya mengajar guru yang dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran menjadi beberapa macam, yaitu gaya mengajar: klasik,

teknologis, personalisasi, dan interaksional.

a. Gaya Mengajar Klasik

Guru dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan konsepsi

sebagai satu-satunya cara belajar dengan berbagai konsekuensi yang

diterimanya. Guru masih mendominasi kelas dengan tanpa memberi

kesempatan pada siswa untuk aktif sehingga akan menghambat

perkembangan siswa dalam proses pembelajaran. Gaya mengajar

klasik tidak sepenuhnya disalahkan manakala kondisi kelas yang

mengharuskan seorang guru berbuat demikian, yaitu kondisi kelas

dimana siswanya mayoritas pasif.

b. Gaya Mengajar Teknologis

Guru yang menerapkan gaya mengajar teknologis sering menjadi

bahan perbincangan yang tidak pernah selesai. Argumentasinya bahwa

setiap guru dengan gaya mengajar tersebut mempunyai watak yang

berbeda-beda, yaitu kaku, keras, moderat, dan fleksibel. Gaya

mengajar teknologis ini mensyaratkan seorang guru untuk berpegang

pada berbagai sumber media yang tersedia. Guru mengajar dengan

memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan stimulan untuk

mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari pengetahuan yang sesuai

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

16

dengan minat masing-masing, sehingga memberi banyak manfaat

pada diri siswa.

c. Gaya Mengajar Personalisasi

Guru yang menerapkan gaya mengajar personalisasi menjadi salah

satu kunci keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa. Guru

memberikan materi pelajaran tidak hanya membuat siswa lebih pandai

semata-mata, melainkan agar siswa menjadikan dirinya lebih pandai.

Guru dengan gaya mengajar personalisasi ini akan selalu

meningkatkan belajarnya dan juga senantiasa memandang siswa

seperti dirinya sendiri. Guru tidak dapat memaksakan siswa untuk

menjadi sama dengan gurunya, karena siswa tersebut mempunyai

minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.

d. Gaya Mengajar Interaksional

Guru profesional cenderung berpola pikir untuk menjadi guru dengan

gaya mengajar interaksional. Guru dengan gaya mengajar

interaksional lebih mengedepankan dialogis dengan siswa sebagai

bentuk interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan

siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi

subyek pembelajaran dan tidak ada yang dianggap paling baik atau

sebaliknya paling jelek.

Menurut De Porter dan Hernacki dalam Suparman (2009:64), gaya

mengajar bisa diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

17

a. Visual Teaching Style

Gaya mengajar dimana seorang guru di dalam memberikan

pelajaran menggunakan gambar-gambar, sketsa-sketsa,

diagram-diagram, grafik-grafik, atau ilustrasi-ilustrasi yang

berhubungan dengan topik pembelajaran. Ciri-ciri seorang

guru yang tergolong memiliki Visual Theaching Style adalah :

1) Mengajar dengan asosiasi visual seperti dengan

menggunakan gambar-gambar, ilustrasi-ilustrasi, diagram-

diagram, dan sebagainya

2) Lebih suka mendemontrasikan sesuatu daripada berpidato

3) Seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak

pandai melukiskan dalam kata-kata

4) Sulit mengingat perintah lisan kecuali jika dituliskan, dan

sering meminta siswa mengulang ucapannya

5) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya”

atau “tidak”

6) Berbicara dengan cepat

7) Mementingkan penampilan, selalu berpenampilan rapi dan

teratur dengan jadwal

b. Auditory Teaching Style

Gaya mengajar dimana seorang guru memberikan atau

menerangkan dengan menggunakan penjelasan secara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

18

langsung sepanjang waktu mengajarnya. Ciri-ciri seorang guru

yang tergolong memiliki Auditory Teaching Style adalah :

1) Berbicara dengan fasih

2) Menjelaskan materi dengan terperinci

3) Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu

dengan panjang lebar

4) Lebih suka berdialog secara eksternal dan internal

5) Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata

dengan keras daripada menuliskannya

6) Berbicara dengan pola berirama

7) Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik dan

mudah terpecah konsentrasinya

c. Kninestetic Teaching Style

Gaya mengajar dimana guru menggabungkan siswa dengan

kegiatan fisik seperti subyek yang siswa pelajari. Ciri-ciri

seorang guru yang tergolong memiliki Kninestetic Teaching

Style adalah :

1) Menanggapi perhatian fisik dan banyak gerak fisik

2) Mengajar dengan praktek dan manipulasi

3) Banyak menggunakan bahasa tubuh

4) Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang

lama

5) Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

19

6) Menggunakan alat bantu penunjuk ketika membaca materi

pelajaran

7) Berbicara dengan perlahan dan lambat

2.2. Kepemimpinan

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling

mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk

dipahami (Richard L. Daft, 1999). Kepemimpinan menjelaskan bahwa

sifat-dasar kepemimpinan sangat kompleks sehingga kepemimpinan

tersebut dapat dikatakan suatu masalah yang kompleks dan sulit. C.Rost

dalam Safari (2004) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sebuah

hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut

yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan

bersamanya. Proses kepemimpinan tersebut melibatkan keinginan dan

niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai

tujuan yang diinginkan bersama.

Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam,

yang terjadi diantara orang-orang yang menginginkan perubahan

signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki

bersama oleh pemimpin dan pengikutnya. Pengaruh dalam hal ini berarti

sebuah hubungan diantara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu

yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa

paksaan. Terry dalam Kartono (2005:57) berpendapat bahwa

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

20

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka

suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Howard H.Hoyt

menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku

manusia, kemampuan untuk membimbing orang.

Ordway Tead mengatakan kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Dari berbagai definisi diatas maka dapat

diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seorang

pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk

bekerjasama mencapai suatu tujuan kelompok. Unsur-unsur yang ada

dalam kepemimpinan dapat disimpulkan antara lain kemampuan

mempengaruhi orang lain, kemampuan mengarahkan tingkah laku orang

lain, dan untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

2.2.2. Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Seorang pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak

dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya

yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya hidup pemimpin akan

mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Sehingga timbul tipe-tipe

kepemimpinan, antara lain:

1. Tipe Karismatis

Tipe pemimpin karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan

wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga

mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan bisa dipercaya.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

21

2. Tipe Paternalistis

Tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain,

menganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa,

bersikap terlalu melindungi, jarang memberikan kesempatan

kebawahannya untuk mengambil keputusan sendiri, hampir tidak

pernah memberi kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, dan

bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Militeristis

Tipe ini bersifat lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando

terhadap bawahannya keras sangat otoriter, menghendaki kepatuhan

mutlak dari bawahanya, tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan

kritikan-kritikan dari bawahannya.

4. Tipe Otokratis

Kepemimpinan otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan dan

paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpin selalu berperan

sebagai pemain tunggal dalam a one-man show. Perintah dan

kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Semua

pujian dan kritikan terhadap bawahan diberikan atas pertimbangan

pribadi pemimpin sendiri. Sikap dan prinsip-prinsipnya sangat

konservatif dan kaku.

5. Tipe Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire pemimpin cenderung praktis tidak

memimpin, dia membiarkan kelompok dan setiap orang berbuat

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

22

semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kegiatan

kelompoknya. Pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh

bawahan sendiri. Pemimpin laissez faire pada hakikatnya bukanlah

seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya. Sebab bawahan

dalam situasi kerja sedemikian itu sama sekali tidak terpimpin, tidak

terkontrol, tanpa disiplin, masing-masing orang bekerja semaunya

sendiri.

6. Tipe Populistis

Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third World

mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang

dapat membangunkan solidaritas rakyat. Kepemimpinan populistis ini

berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga

kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang

luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan

nasionalisme.

7. Tipe Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif adalah kepemimpinan yang mampu

menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedangkan

para pemimpin terdiri dari teknokrat dan administratur-administratur

yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan.

Dengan kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis

yaitu teknologi, industri, manajemen modern dan perkembangan

sosial di tengah masyarakat.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

23

8. Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan

memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.

Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan

penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerja sama yang

baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis terletak pada partisipasi

aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis

menghargai potensi setiap individu mau mendengarkan nasihat sugesti

bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan

bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap

anggota seefektif mungkin pada saat dan kondisi yang tepat.

2.2.3. Asas dan Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan mempunyai fungsi yaitu memandu, menuntun,

membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-

motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan

komunikasi yang baik memberikan pengawasan yang efisien, dan

membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai

dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Tugas-tugas kepemimpinan di

dalamnya tercakup pemberian insentif sebagai motivasi untuk bekerja

lebih giat. Insentif materiil dapat berupa uang, sekuritas fisik, jaminan

sosial, jaminan kesehatan, premi, bonus, kondisi kerja yang baik. Selain

itu dapat pula diwujudkan dalam bentuk insentif sosial yang berupa

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

24

promosi jabatan, status sosial tinggi, martabat diri, respek dan lain-lain.

Insentif sosial disebut juga sebagai insentif imateriil.

Asas-asas Kepemimpinan adalah sebagai berikut:

a. Kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu

pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan

potensi dan kemampuan setiap individu demi tujuan-tujuan human.

b. Efisien, efisien teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya

sumber-sumber, materi, dan jumlah manusia atas prinsip

penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas

manajemen modern.

c. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada

yang lebih tinggi.

2.2.4. Kepemimpinan Guru

Kepemimpinan sebagai perilaku seorang pimpinan dalam

mempengaruhi individu dan kelompok orang dapat berlangsung di mana

saja. Kepemimpinan dalam organisasi sekolah adalah kepemimpinan

pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan proses aktivitas

peningkatan pemanfaatan sumberdaya manusia dan material di sekolah

secara lebih kreatif, mengintegrasikan semua kegiatan dalam

kepemimpinan, sedangkan manajemen dan administrasi pendidikan

membuat membuat keputusan untuk kelangsungan pembelajaran secara

efektif. Menurut Sue dan Glover (2000) dalam konteks pembelajaran,

peran guru adalah menolong murid untuk mengembangkan kapasitas

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

25

pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen, struktur

organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan

mengajar dan paluang belajar para murid secara maksimal. Jadi yang

menjalankan kepemimpinan dalam pembelajaran adalah guru, karena

proses mempengaruhi murid agar mau belajar dengan sukarela dan senang

memungkinkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. semakin

senang perasaan anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan

pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal.

Menurut Davis (1996) dalam konteks peran guru, memimpin adalah

pekerjaan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi,

mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan siap untuk

mencapai tujuan belajar yang telah disepakati. Menurut Sriyono et al

(1992) dilihat dari segi hubungan guru dengan murid dalam konteks

kepemimpinan, ada beberapa gaya kepemimpinan guru, yaitu:

a. Guru yang otoriter

Guru yang otoriter adalah guru yang mementingkan kerja

keras dan mengontrol kegiatan siswanya. Semua siswa diarahkan

sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Siswa menerima dan

bersikap pasif. Akibat gaya guru seperti ini ada kecenderungan

timbulnya sikap apatis dan bergantung pada guru serta muncul

kecanggungan untuk bekerja sama atau sikap kurang sopan dan

agresif kepada temannya sendiri dalam kelas. Nasution (2000)

menjelaskan dengan hukuman dan ancaman anak dipaksa untuk

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

26

menguasai mata pelajaran. Tidak jarang guru menjadi otoriter dan

menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih

jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi

perkembangan anak.

b. Guru yang memberikan kebebasan

Guru yang tidak mau atau enggan memberikan bimbingan

kepada siswa. Dalam situasi ini, siswa yang aktif atau berinisiatif

dalam menentukan apa yang ingin mereka pelajari dan bagaimana

cara mengerjakannya. Akibatnya gaya guru seperti ini, maka siswa

cenderung membentuk hubungan baik sesama temannya, ragu-ragu

dalam berbuat sehingga sering meminta bantuan guru. Nasution

(2000) sikap permissive para guru membiarkan anak berkembang

dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah,

atau paksaan.

c. Guru yang demokratis

Peran guru sebagai pemimpin dalam proses belajar

mengajar adalah fasilitator belajar dalam kelompok. Guru

memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan

belajar mengajar. Bahkan siswa diberikan kesempatan memberikan

koreksi terhadap guru dan gagasan murid sangat diperhatikan untuk

menciptakan hubungan timbal balik yang harmonis. Dalam gaya

kepemimpinan guru seperti ini akan muncul sikap bersahabat,

terbuka, kreatif dan kerja sama.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

27

Ada perbedaan signifikan antara guru demokratis dan guru

otoriter dalam pembelajaran. Pemimpin otoriter, cenderung berbuat

banyak untuk mengambil keputusan, sedangkan pemimpin

demokratis membagi kepada kelompok untuk membuat keputusan.

Nasution (2000) fungsi guru yang utama adalah memimpin anak-

anak, membawa mereka ke arah tujuan yang tegas.

2.2.5 Tugas-Tugas Kepemimpinan

Tugas-tugas Kepemimpinan berdasarkan pengertian bahwa

kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tingkah laku yang

mengandung indikasi serangkaian tugas penting seorang pemimpin yaitu

(Wahjosumidjo 2002:40) :

a. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi

Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila

seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah

organisasi.

b. Pemimpin merupakan pengejawantahan

Tujuan organisasi dalam tugas ini pemimpin harus menciptakan

kebijaksanaan ke dalam tatanan atau keputusan terhadap sarana

untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

c. Mempertahankan keutuhan organisasi

Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi

dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu

melalui otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan, dan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

28

koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan. Mengendalikan

konflik internal yang terjadi di dalam organisasi.

2.3. Motivasi

2.3.1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan

sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan

individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara

langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa

ransangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah

laku tertentu. Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif

biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan

organisme demi kelanjutan hidupnya; (2) motif sosiogenetis, yaitu motif-

motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang

tersebut berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi

dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat; (3) motif teologis,

dalam motif ini manusia adalah sebagai mahkluk yang berketuhanan,

sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya.

Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu

menelaah pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah

daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu,

demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

29

Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut

motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan

keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh

tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk

berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan keingintahuan seseorang

terhadap sesuatu.

McClelland et al, berpendapat bahwa “A motive is the

redintegration by a cue of a change in an affective situation”, yang berarti

motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari

(redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif.

Motivasi merupakan istilah umum yang mencakup keseluruhan dorongan

keinginan, kebutuhan, dan gaya yang sejenisnya. Banyak teori motivasi

yang didasarkan dari asas kebutuhan. Kebutuhan yang menyebabkan

seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya. Wahosumidjo dalam Uno

(2010:8) motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang

untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Motivasi

melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan

mempertahankan perilaku. Perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang

mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan (Santrock,

2009:199). Dorongan, usaha atau upaya diukur secara intensitas, semakin

besar tingkat intensitasnya maka semakin besar motivasi yang dimiliki

oleh individu. Daft dalam Safari (2004:174) mengatakan motivasi adalah

dorongan yang bersifat internal atau eksternal pada diri individu yang

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

30

menimbulkan antusiasme dan ketekunan untuk mengejar tujuan-tujuan

spesifik. Motivasi diartikan sebagai sebuah proses yang dimulai dari

adanya kekurangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang

memunculkan perilaku atau dorongan yang diarahkan untuk mencapai

sebuah tujuan spesifik atau insentif (Luthans, 1995). Dapat dipahami

bahwa motivasi tidak sama dengan perilaku, dan hal yang menentukan

munculnya suatu perilaku tertentu tidak saja disebabkan oleh adanya motif

atau kebutuhan tertentu, tetapi dipengaruhi pula oleh faktor penengah lain

seperti kepribadian atau faktor situasional.

2.3.2. Teori Motivasi

Teori tentang motivasi mencoba untuk menentukan motif-motif

apa saja yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat.

Pendekatan ini mencari isi motif-motif dan menegaskan bahwa motif yang

tidak terpuaskan akan menimbulkan kekurangan bagi individu dan

kekurangan ini harus dipenuhi, jika tidak maka individu akan mengalami

ketegangan, sehingga untuk menghilangkan ketegangan tersebut

kebutuhan ini harus dipenuhi. McClelland menemukan tiga macam motif

yang sangat mempengaruhi kemajuan, keberhasilan dan kinerja organisasi

yaitu motif berprestasi (n Ach), motif kekuasaan (n Pow), dan motif

afiliasi (n Aff). Dalam lingkup yang lebih luas, ketiga macam motif ini

juga menentukan kemajuan beradaban suatu negara.

a. Motif kekuasaan (n Pow)

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

31

Motif kekuasaan ditandai dengan keinginan individu untuk

memegang kendali atas orang lain, mempengaruhi orang lain dan

sekaligus menguasai kehidupan orang lain. Individu yang tinggi

pada motif kekuasaan akan menunjukkan sikap dominasi yang

kentara, seperti selalu ingin menguasai forum diskusi, selalu ingin

menjadi pemimpin, dan selalu ingin pendapatnya diikuti oleh

banyak orang. Efek negatif yang mungkin muncul jika pemimpin

memiliki motif kekuasaan yang tinggi adalah pemimpin berlaku

otoriter, menuntut ketaatan serta kepatuhan bawahannya secara

mutlak, tidak ingin ditentang pendapatnya, tidak mau mengakui

kesalahan, tidak mau dikritik, dan sulit untuk menerima pendapat

orang lain.

b. Motif Affiliasi (n Aff)

Motif affiliasi berkaitan dengan kebutuhan individu untuk menjalin

hubungan sosial secara harmonis dengan orang lain dan berusaha

untuk diterima oleh lingkungan sosialnya. Motif affiliasi dalam

kenyataannya mempunyai bentuk yang beraneka ragam seperti

cinta, kasih sayang, perhatian, kehangatan, persahabatan, saling

menghargai atau saling menghormati antara sesama manusia

menjadi bagian dari motif ini.

c. Motif Berprestasi (n Ach)

Motif berprestasi ditandai dengan dorongan dari individu untuk

memperoleh kesuksesan yang maksimal, menyukai tantangan

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

32

pekerjaan, ingin menghasilkan prestasi yang tinggi dan semangat

bersaing untuk menjadi yang terbaik. McClelland meneliti motif ini

melalui sebuah tes yang dinamakan TAT (The Tematic

Apperception Test) yaitu sebuah tes psikologi yang berisi gambar-

gambar manusia yang sedang beraktivitas di dalam berbagai setting

dan kondisi. Menurut McClelland, motif berprestasi ini harus

dikembangkan dan ditumbuhkan pada anggota organisasi, untuk

menjamin kemajuan organisasii itu sendiri.

Pace dalam safari (2004:195-200) menyimpulkan bahwa ada empat

komponen utama dari teori persepsi-motivasi yaitu harapan, peluang,

pemenuhan, dan kinerja.

a. Harapan (Expectancy)

Harapan berisikan impian tentang keadaan dan kondisi yang sangat

diidamkan untuk diperoleh. Kebanyakan harapan berpijak pada

kenyataan bukan sesuatu yang utopis. Sebuah harapan terpenuhi,

maka motivasi akan semakin tinggi untuk memperoleh harapan-

harapan baru dan jika harapan itu tidak terpenuhi, maka

ketidakpuasan dan kekecewaan akan mempengaruhi motivasi.

b. Peluang (Opportunity)

Peluang merupakan unsur yang paling kuat dari keempat unsur

yang ada dalam mempengaruhi motivasi. Seseorang bila tidak

mendapatkan peluang, maka keadaan ini secara potensial akan

merusak munculnya motivasi. Peluang didefinisikan sebagai suatu

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

33

situasi atau kondisi yang menyenangkan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Adanya peluang akan mempengaruhi aspek internal

pada diri seseorang yang mencakup penghargaan diri, aspirasi,

komitmen, energi, dan pemecahan masalah.

c. Pemenuhan (Fulfillment)

Suatu harapan yang tidak terpenuhi berarti menunjukkan kegagalan

dalam hidup. Hidup tanpa harapan sama dengan orang yang

menderita sakit parah dan hanya tinggal menunggu mati.

Pemenuhan akan membawa dampak positif dalam kehidupan.

Pemenuhan akan menciptakan perasaan bahwa kesuksesan hidup

telah dicapai akibatnya kepuasan meningkat dan akan memberikan

peluang untuk lebih giat.pemenuhan yang kurang akan

mengakibatkan ketidakpuasan sehingga menurunkan motivasi.

d. Kinerja (Performance)

Kinerja tercapai karena harapan yang terpenuhi melalui peluang-

peluang luas yang diberikan. Kinerja menjadi baik ketika seorang

pemimpin menghargai bawahanya bukan sebaliknya

mengacuhkannya. Maka dari itu motivasi akan timbul.

2.3.3. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Sudjana dalam Suparman (2010:50), motivasi dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Motivasi Intrinsik

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

34

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri setiap

individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan.

Misalnya, seorang anak yang membeli buku pelajaran biologi karena

dia membutuhkan buku tersebut untuk dibaca supaya menambah

wawasan dan pengetahuannya di bidang biologi.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri

seseorang, timbul karena adanya stimulus (ransangan) dari luar

dirinya atau lingkungannya. Misalnya, seseorang yang mengikuti

sebuah kejuaraan karena ingin mendapatkan hadiah utama yaitu uang.

Dalam kasus ini, maka uang menjadi motivasi orang tersebut.

Dalam proses mengajar belajar, kedua motivasi ini yaitu intrinsik

dan ekstrinsik sangatlah diperlukan. Keduanya merupakan dua hal yang

saling berhubungan satu sama lain.

2.3.4. Faktor-Faktor dalam Motivasi

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada

umumnya dengan beberapa indikator meliputi :

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

35

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

seseorang siswa dapat belajar dengan baik

Perbuatan atau perilaku individu manusia ditentukan oleh faktor-faktor

di dalam diri, yaitu faktor pribadi, dan faktor lingkungan individu yang

bersangkutan. Sesungguhnya, faktor pribadi dan faktor lingkungan sering

berbaur, sehingga sulit menentukan apakah sesuatu benar-benar faktor

pribadi. Oleh karena itu, motif individu untuk melakukan sesuatu,

misalnya motif untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan,

diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain,

melalui pengaruh lingkungan.

2.3.5. Pengertian Belajar

Beberapa teori menjelaskan tentang belajar, baik yang beraliran

behaviorisme, kognitivisme, humanisme, maupun sibernetika. Aliran-

aliran teori belajar tersebut sekedar mengarahkan dan memilah jenis teori

belajar mana yang menjadi pijakan melakukan kegiatan belajar. Thorndike

seoarang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya

bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang berupa

pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahan

tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau

yang nonkonkret (tidak bisa diamati). Teori belajar yang lain yang

mendasari belajar dapat dilihat dari tiga pakar, yaitu Clark Hull, Edwin

guthrie, dan B.F. Skinner. Ketiga pakar tersebut menggunakan variabel

stimulus-respon untuk menjelaskan teori-teori mereka. Driscoll

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

36

menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar, yaitu (1)

belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, dan

(2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil

dari interaksi siswa dengan lingkungan. Pernyataan ini dapat diartikan,

apabila siswa belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya

melakukan suatu kegiatan baru yang bersifat menetap daripada yang

dilakukan sebelumnya sebagai akibat atau hasil dari interaksi siswa

dengan lingkungan.

Belajar merupakan suatu penekanan yang diperoleh berkat adanya

interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukkan

suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang, berdasarkan

praktik dan pengalaman tertentu. Dalam hal ini belajar perlu dibedakan

dengan konsep yang berhubungan dengan berfikir, brperilaku,

perkembangan, dan perubahan. Uno (2003) mengatakan tentang

pengertian belajar diantaranya adalah (1) memodifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman, (2) suatu proses perubahan tingkah laku

individu dengan lingkungannya, (3) perubahan tingkah laku yang

dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau

mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang

terdapat dalam bidang studi, atau dalam berbagai aspek kehidupan atau

pengalaman yang terorganisasi, (4) belajar selalu menunjukkan suatu

proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

37

pengalaman tertentu. Selanjutnya, belajar adalah proses seseorang

memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan dan sikap.

2.3.6. Ciri-Ciri dan Tujuan Belajar

Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang

relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Defini

belajar tersebut mencakup tiga unsur, yaitu; (1) belajar adalah perubahan

tingkah laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena latihan

atau pengalaman, (3) perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen

atau tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Belajar merupakan proses

internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut

adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara

tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal

siswa tidak dapat diamati, akan tetapi dapat dipahami oleh guru. Perilaku

belajar merupakan respon siswa terhadap tindakan mengajar atau tindakan

pembelajaran dari guru.

Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik. Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku

belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan, yaitu; (1) ranah kognitif

(Bloom, dkk), yang mecakup enam jenis atau tingkatan perilaku, (2) ranah

afektif (Krathwohl, Bloom dkk), yang mencakup lima jenis perilaku, (3)

ranah psikomotor (simpson) yang terdiri dari tujuh perilaku atau

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

38

kemampuan psikomotorik. Masing-masing ranah tersebut dijelaskan

berikut ini :

1. Ranah Kognitif (Bloom, dkk), terdiri dari enam jenis perilaku:

a) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal

yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan.

b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna

hal-hal yang dipelajari.

c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah

untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke

dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat

dipahami dengan baik.

e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru,

misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu

program kerja.

f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Keenam jenis perilaku ini bersifat hirarkis, artinya perilaku

tersebut menggambarkan tingkattan kemampuan yang dimiliki

seseorang.

2. Ranah Afektif (Krathwohl dan Bloom dkk), terdiri dari lima jenis

perilaku, yaitu:

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

39

a) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan

kesediaan memperhatikan hal tersebut.

b) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan

dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup penerimaan

terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan

sikap.

d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan

menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai

kehidupan pribadi.

Kelima jenis perilaku ini menunjukkan bahwa seseorang

yang belajar adalah suatu proses menuju perubahan internal

berkenaan dengan aspek-aspek afektif.

3. Ranah Psikomotor (Simpson), terdiri dari tujuh perilaku atau

kemampuan motorik, yaitu:

a) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan

(mendeskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari adanya

perbedaan antara sesuatu tersebut.

b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam

suatu keadaan dimana akan terjadi suatu gerakkan atau

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

40

rangkaian gerakkan, kemampuan ini mencakup aktivitas jasmani

dan rohani (mental).

c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan

sesuai contoh.

d) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-

gerakan tanpa contoh.

e) Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan

atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar,

efisien dan tepat.

f) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan

perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan

khusus yang berlaku.

g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerak

gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

Proses ini merupakan suatu kegiatan yang dinamis, dimana

siswa melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus

mengembangkan kemampuan atau ketrampilan motoriknya untuk

mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan motorik yang lebih

tinggi melalui proses belajar atau latihan yang dilakukan.

2.3.7. Prinsip-Prinsip Belajar

Pada proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu

mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya

untuk mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

41

tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur

dalam periode tertentu. Indikator terjadinya perubahan kearah

perkembangan pada peserta didik dapat dicermati melalui instrumen-

instrumen pembelajaran yang dapat digunakan guru. Seluruh proses dan

tahapan pembelajaran harus mengarah pada upaya mencapai

perkembangan potensi-potensi anak. Davies dalam Aunurrahman

(2009:113-114), mengatakan hal-hal yang dapat dijadikan kerangka dasar

bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Hal apapun yang dipelajari siswa, maka siswa harus

mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan

kegiatan belajar tersebut untuknya.

b. Setiap murid belajar menurut tempo sendiri dan untuk setiap

kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera

diberi penguatan.

d. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah

pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.

e. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari

sendiri, maka akan lebih termotivasi untuk belajar, dan akan belajar

mengingat lebih baik.

Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus

dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses

pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

42

Prinsip-prinsip belajar memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya

dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses

pembelajaran.

2.3.8. Masalah–Masalah Belajar Siswa

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh

aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Bentuk kegiatan-kegiatan guru,

mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menentukan materi,

pendekatan, strategi dan metode pembelajaran, memilih dan menentukan

teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan siswa.

Supaya aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih

terarah, dan guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar yang

seringkali atau pada umumnya terjadi pada kebanyakan siswa dalam

berbagai bentuk aktivitas pembelajaran, maka akan lebih baik bilamana

guru memiliki bekal pemahaman tentang masalah-masalah belajar.

Pemahaman tentang masalah belajar memungkinkan munculnya masalah

yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Melalui

pemahaman itu guru dapat menemukan solusi tindakan yang dianggap

tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam pelaksanaan proses

pembelajaran. Masalah-masalah belajar siswa dapat muncul dari dalam

yang disebut internal dan luar yang disebut eksternal, yaitu:

a. Masalah-masalah Internal Belajar

Masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan

belajar dapat berhubungan dengan karakteristik/ciri siswa, baik

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

43

berkenaan dengan minat, kecakan maupun pengalaman-

pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali

berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, kosentrasi,

pengolahan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menggali

kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil belajar. Sesudah

belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan

prestasi atau ketrampilan yang sudah diperoleh melalui proses

belajar sebelumnya. Sedangkan dalam dimensi guru, masalah

belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses

belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar

seringkali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama

proses belajar, masalah belajar seringkali berkenaan dengan bahan

belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar,

masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan

evaluasi hasil belajar.

b. Masalah-masalah Eksternal Belajar

Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh faktor-faktor

internal namun juga turut dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.

Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada diluar diri siswa

yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar

yang dicapai siswa. Pada berbagai kegiatan pembelajaran lain dapat

dilihat dalam contoh yang nyata, bahwa tidak sedikit siswa yang

sebelumnya diketahui memiliki hasil belajar yang relatif rendah,

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

44

akan tetapi karena guru mampu merencanakan kegiatan belajar

yang baik, menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran

yang tepat, serta kondisi siswa, ternyata mampu mengubah hasil

belajar siswa yang rendah menjadi baik. Karena itu dapat dipahami

bahwa hasil belajar selain ditentukan oleh faktor intern, juga

dipengaruhi faktor ekstern. Faktor-faktor ekstern yang

mempengaruhi belajar siswa antara lain faktor guru, lingkungan

sosial, kurikulum sekolah, sarana dan prasarana.

2.3.9. Mengenal dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak hanya

berkewajiban menyajikan materi pelajaran dan mengevaluasi pekerjaan

siswa, akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

bimbingan belajar. Sebagai pembimbing belajar siswa, guru harus

mengadakan pendekatan instruksional dan pendekatan pribadi (personal

approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Abdillah

dalam Aunurrahman (2009:196-197), mengemukakan bahwa sebagai

pembimbing dalam proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan

mampu;

a. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar.

b. Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi

yang dihadapinya.

c. Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah

dilakukannya.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

45

d. Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid

dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.

e. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual

maupun secara kelompok.

2.3.10. Motivasi Belajar

Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat

menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-

potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk

mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan

nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara

lain nempak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat,

menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekan

sesuatu dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Di dalam

aktivitas belajar sendiri, motivasi individu dimanifestasikan dalam bentuk

ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak

isi pelajaran, kesungguhan dalam mengerjakan tugas. Siswa-siswa yang

tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang mampu bertahan

untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh di dalam belajar.

Rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini

memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

46

penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi

belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan

berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada

umumnya dengan beberapa indikator meliputi : (1) Adanya hasrat dan

keinginan berahasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,

(3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) Adanya penghargaan

dalam belajar, (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)

Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

2.3.11. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Menurut Sardiman dalam Suparman (2010:52-54), ada beberapa

bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar anak didik, yaitu:

a. Memberi angka

Pemberian angka atau nilai akan menjadi motivasi tersendiri bagi anak

didik. Dia bisa memilih untuk mendapatkan angka yang lebih tinggi

lagi, atau minimal mempertahankan angka yang telah didapatnya.

b. Hadiah

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

47

Hadiah dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa. Misalnya, guru

menjanjikan hadiah bagi anak didik yang berhasil mencapai angka

standar, atau berhasil menjawab pertanyaan.

c. Saingan dan kompetisi

Cara ini dapat memotivasi siswa, yang penting anak didik diarahkan

untuk bersaing secara sehat dan positif denganteman-temannya.

Misalnya bersaing untuk mendapatkan juara di dalam kelas.

d. Ego-involement

Anak didik akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai

prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya. Guru harus

menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan dan

menyadari betapa pentingnya tugas dan mnerimanya sebagai

tantangan yang harus diselesaikan.

e. Memberi ulangan

Memberikan ulangan dapat memacu siswa untuk belajar lebih giat.

Yang perlu diperhatikan guru adalah jangan terlalu memberi ulangan

karena bisa menimbulkan kebosanan dan kejenuhan dalam diri anak

didik.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaannya, akan mendorong anak didik

agar lebih giat lagi dalam belajar. Jika siswa tahu bahwa hasil

belajarnya senantiasa mengalami peningkatan, maka dengan

sendirinya akan memotivasi siswa untuk terus belajar.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

48

g. Pujian

Pujian yang baik dan positif akan memupuk suasana yang

menyenangkan dan meningkatkan gairah belajar. Yang perlu

diperhatikan guru adalah ketepatan dalam memberi pujian, karena

pujian bisa juga berdampak negatif di mana bisa jadikan anak didik

sombong.

h. Hukuman

Hukuman tidak selamanya berdampak negatif jika diberikan pada saat

yang tepat dengan alasan yang jelas, dan dengan jenis hukuman yang

logis sesuai dengan kesalahannya.

i. Minat

Minat adalah instrumen motivasi yang kedua setelah kebutuhan.

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika dilandasi minat untuk

belajar.

j. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang muncul dalam diri anak

didik, yang mengakibatkan anak didik mau belajar lebih giat lagi.

k. Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh anak didik

merupakan instrumen motivasi yang sangat penting. Sebab, dengan

memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk

terus belajar dengan giat dan sungguh-sungguh.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

49

2.3.12. Hal-Hal yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono, ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi motivasi belajar anak didik, yaitu:

a. Cita-cita dan aspirasi anak didik

Cita-cita akan dapat memperkuat motivasi anak didik untuk belajar.

Misalnya, anak didik bercita-cita ingin menjadi seorang dokter, maka

dia akan menjaga kesehatannya, belajar dengan giat seputar dunia

kedokteran, membeli buku-buku kedokteran, dan lain-lain.

b. Kemampuan anak didik

Kemauan harus senantiasa dibarengi dengan kemampuan atau

kecakapan untuk mencapainya. Misalnya, seorang anak ingin

menjuarai lomba lari akan tetapi lemah dalam berlari. Kemudian dia

melakukan latihan secara rutin dan teratur di bawah asuhan pelatih

yang profesional, sehingga dia mencapai apa yang diinginkan.

c. Kondisi anak didik

Meliputi kondisi jasmani dan rohani. Kondisi jasmani dan rohani

sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar anak didik. Anak yang

sakit dan anak sehat dalam hal jasmani dan rohani tentu sangat

berbeda ketika sedang melakukan proses pembelajaran.

d. Kondisi lingkungan anak didik

Lingkungan anak didik berupa lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, dan alam sekitar. Anak yang hidup di daerah kumuh

dengan tingkat penyakit dan kriminalitas yang tinggi, tentunya akan

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

50

sangat berbeda dengan anak yang hidup dilingkungan yang bersih dan

sehat, dengan kehidupan yang harmonis. Begitu juga dengan

ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran.

e. Upaya guru dalam membejarkan anak didik

Guru adalah seorang pendidik, pengajar, fasilitator, dan mediator bagi

anak didiknya. Interaksi yang sehat, positif, efektif dan efisien antara

anak didik dan guru akan berpengaruhi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak didik.

Dalam proses mengajar belajar guru senantiasa harus bisa

memberikan dan memunculkan motivasi dalam diri anak didik, agar anak

didik senantiasa bergairah dalam belajar, terlepas dari motivasi dalam diri

anak didik itu sendiri.

2.3.13. Peranan Motivasi Dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang

belajar. Ada beberapa peranan penting dai motivasi dalam belajar dan

pembelajaran, antara lain dalam (1) menentukan hal-hal yang dapat

dijadikan penguat belajar; (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak

dicapai; (3) menentukkan ragam kendali terhadap ransangan belajar; (4)

menentukan ketekunan belajar. Motivasi adalah dorongan yang

menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan. Perbuatan belajar

pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan perbuatan

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

51

belajar. Motivasi dipandang berperan dalam belajar karena motivasi

mengandung nilai-nilai sebagai berikut :

1) Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak

yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan

pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang

pernah dilaluinya.

2) Peran Motivasi dalm memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya

dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,

jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati

manfaatnya bagi anak.

3) Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan

berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan

memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi

untu belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya

seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka

tidak akan tahan lama belajar. Mudah tergoda untuk mengerjakan hal

yang lain dan bukan belajar. Berarti motivasi sangat berpengaruh

terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

52

2.3.14. Teknik-Teknik Motivasi dalam Pembelajaran

Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran sebagai berikut :

1) Pernyataan penghargaan secara verbal

Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil kerja atau

hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif

untuk meningkatkan motif belajar siswa kepada hasil belajar yang

baik. Pernyataan seperti “bagus sekali”, “hebat”, disamping

menyenangkan siswa, pernyataan verbal mengandung makna interaksi

dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan

penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan atau

pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan di

depan orang banyak.

2) Menggunakan Nila Ulangan sebagai Pemacu Keberhasilan

Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan

motif belajar siswa.

3) Menimbulkan Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motif belajar

siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang dapat

mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi,

menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, menemukan suatu hal

yang baru, meghadapi teka-teki.hal tersebut menimbulkan semacam

konflik konseptual yang membuat siswa merasa penasaran, dengan

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

53

sendirinya menyebabkan siswa tersebut berusaha keras untuk

memecahkannya. Dalam upaya yang keras itulah motif beajar siswa

bertambah besar.

4) Menggunakan Simulasi dan Permainan

Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari

atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Baik

simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik

bagi siswa. Suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar

menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu

yang bermakna akan lestari diingat, dipahami atau dihargai.

5) Memberikan Contoh yang Positif

Banyak guru yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan

pekerjaan para siswa tanpa kontrol. Biasanya dia memberikan suatu

tugas pada kelas, dan guru meninggalkan kelas untuk melaksanakan

pekerjaan lain. Keadaan itu bukan saja tidak baik, tetapi dapat

merugikan siswa. Untuk menggiatkan belajar siswa, guru tidak cukup

dengan cara memberi tugas saja, melainkan juga harus dilakukan

pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa

mengerjakan tugas kelas. Selain itu, dalam mengontrol dan

membimbing siswa mengerjakan tugas guru seyogianya memberikan

contoh yang baik.

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

54

2.3.15. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat mengambil berbagai macam bentuk dan

akhirnya akan menjadi suatu karakteristik pribadi yang secara luas

ditentukan melalui proses belajar. Ada empat pengaruh utama dalam

motivasi belajar seorang anak, yaitu budaya, keluarga, sekolah, dan diri

anak itu sendiri.masing-masing pengaruh utama tersebut itu mewakili

sebuah sistem. Masing-masing sistem muncul dan memberikan

pengaruhnya melalui perspektif yang melibatkan sudut pandang

psikologis, sosiologis, antropologis dan historis.

Sehubungan dengan pengertian motivasi yaitu suatu istilah yang

mencakup keseluruhan dorongan keinginan, kebutuhan, dan gaya yang

sejenisnya, Malone dalam Uno (2010:66) membedakan dua bentuk

motivasi yang meliputi motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi instrinsik

Motivasi instrinsik timbul tidak memerlukan ransangan dari luar

karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau

sejalan dengan kebutuhan. Santrock (2009:204) berpendapat bahwa

motivasi instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu

demi hal itu sendiri. Ada empat jenis motivasi instrinsik diantaranya

(1) determinasi diri dan pilihan personal; (2) pengalaman optimal dan

penghayatan; (3) minat, dan (4) keterlibatan kognitif dan tanggung

jawab terhadap diri sendiri.

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

55

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya ransangan dari luar individu.

Misalnya dalam bidang tugas yang dilakukan guru terkait dengan

minatnya dalam melakukan tugas sebagai guru. Minat tersebut timbul

dari diri seorang guru untuk melakukan tugas karena berhubungan

dengan manfaat yang diperolehnya dari tugas yang dilaksanakannya.

Santrock (2009:204) berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah

melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi

ekstrinsik sering kali dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti

penghargaan dan hukuman.

2.3.16. Faktor-Faktor Yang Menurunkan Motivasi Belajar Peserta Didik

Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah

satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan

mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal

terjadinya pembelajaran yang baik. Pembelajaran dikatakan baik jika

tujuan awal, umum dan khusus tercapai. Orang dewasa yang mempunyai

need to know/kebutuhan akan keingintahuan yang tinggi, mempunyai

karakteristik yang berbeda dalam hal psikologis mereka. Motivasi belajar

tentu berkaitan dengan psikologis peserta didik orang dewasa. Terkadang,

motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab, berikut

dijabarkan berbagai sebab/faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar

peserta didik orang dewasa:

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

56

a. Kehilangan harga diri

Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar.

Tanpa harga diri, peserta didik orang dewasa akan berlaku sangat

emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi

tutor/guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar belakang

dan tidak menyinggung perasaan orang lain merupakan hal yang harus

diperhatikan tutor/guru untuk peserta didik orang dewasa.

b. Ketidaknyamanan fisik

Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk

meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya

selalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak

membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun.

c. Frustasi

Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang dewasa

merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang

tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi

biasanya akan cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus

utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu.

Motivasi untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa

frustasinya. Tutor/guru seharusnya dapat memahami apa yang dihadapi

peserta didiknya. Tutor/guru harus dapat menyampingkan rasa frustasi

peserta didiknya dengan menjadikan proses pembelajaran sebagai

sesuatu yang menyenangkan dan refreshing.

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

57

d. Teguran yang tidak dimengerti

Orang dewasa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan

pengalaman luas ttapi juga prasangka yang besar pula. Jika tutor/guru

menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang dewasa itu pun

akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada

akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya.

e. Menguji yang belum dibicarakan/diajarkan

Tutor/guru yang tidak memahami peserta didiknya dan mempunyai jam

terbang rendah, nampaknya kesulitan dan dapat saja ia lupa atau

sengaja untuk menampilkan soal-soal ujian yang sulit atau belum

diajarkanya karena berbagai sebab. Peserta didik orang dewasa yang

mengikuti pembelajarannya akan tidak dapat menjawab atau menjawab

dengan kurang tepat sehingga mereka merasa kesal atau merasa

dipermainkan tutornya. Hal ini menjadi kontra produktif terhadap

proses pembelajaran tersebut.

f. Materi terlalu sulit/mudah

Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan

pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak

diperhatikan tutor/guru sehingga materi yang diajarkan terlalu

sulit/mudah. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat

bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan

materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar

peserta didik ketingkat terendah.

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

58

g. Persaingan yang tidak sehat

Setiap peserta didik orang dewasa mempunyai perbedaan satu sama

lainya. Kadang-kadang dalam ujian ada saja yang berbuat curang.

Peserta didik yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang

mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-

sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini

menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses

belajar tidak lagi kondusif.

h. Presentasi yang membosankan

Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus

dapat menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi

seluruh materi menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika

hal itu bertolak belakang, peserta didik orang dewasa akan cepat bosan

dan menurunkan motivasinya untuk belajar.

i. Pelatih/fasilitator tidak menaruh minat

Tutor dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk

memperlihatkan minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak,

peserta didik orang dewasa akan berfikir bahwa materi tersebut tidak

penting dan membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada

penurunan motivsi belajar mereka.

j. Tidak mendapatkan umpan balik

Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada

komponen komunikasi antar individu. Peserta didik orang dewasa dan

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

59

tutor/guru selayaknya mendapatkan umpan balik satu dan lainnya. Jika

hal ini tidak terjadi, peserta dan tutor/guru akan mengarah pada

komunikasi searah saja. Hal ini berkebalikan dengan proses

pembelajaran yang seharusnya. Peserta tidak mendapatkan apa yang ia

butuhkan dan begitu juga guru/tutor tidak mendapatkan respon dari

peserta. Penurunan motivasi belajar tentu terjadi karena hal tersebut.

k. Harus belajar dengan kecepatan yang sama

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pesrta didiknya memiliki

perbedaan baik dalam hal kecepatan daya serap atau pengalaman dan

kemampuan lainnya. Jika tutor memberikan pola pengajaran yang

kecepatannya sama tiap-tiap peserta didik, dikhawatirkan akan terjadi

kebosanan pada pesrta didik orang dewsa yang lebih cepat

penyerapannya dan terjadi rasa frusrtasi yang sangat bagi peserta didik

yang proses penyerapannya lambat. Kedua hal ni dapat menurunkan

motivsi belajar pesrta didik orang dewasa.

l. Berkelompok dengan peserta yang sama sama kurang

Metode pembelajaran kelompok merupakan suatu metode stratgis untuk

tutor/guru agar peserta didik dapat saling mengisi dan menanggulangi

masalah yang disampaikan tutor/guru. Jika dalam satu kelompok

anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok tidak

akan berjalamn baik. Proses yang diharapkan guru/tutor agar saling

mengisi dan bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan seluruh

anggorannya berkemampuan rendah. Peserta didik pun akan merasa

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

60

tidak mencapai progres yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan

tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.

2.4. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Ratna Sari, 2005

tentang Pengaruh Kepemimpinan dan Kemampuan Berkomunikasi

Guru terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa

Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun

Pelajaran 2005/2006. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang. Hasil analisis regesi ganda memperoleh persamaan regresi =

1,021 + 0,860X1 + 0,593X2. Uji keberartian persamaan regesi secara

parsial dengan uji t diperole thitung

untuk variabel motivasi sebesar 3,124

dengan probabilitas 0.000 < 0.05, yang berarti secara parsial, ada

pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dengan motivasi belajar

siswa sedangkan untuk variabel kemampuan berkomunikasi guru

diperoleh thitung

sebesar 3,480 dengan probabilitas 0,000 < 0.05, yang

berarti secara parsial, ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan

berkomunikasi guru dengan motivasi belajar siswa. Uji secara simultan

dengan uji F diperoleh Fhitung

= 25,779 dengan probabilitas 0.000 <

0.05, yang berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara

kepemimpinan dan kemampuan berkomunikasi guru dengan motivasi

belajar siswa. Besarnya pengaruh secara simultan antara kepemimpinan

dan kemampuan berkomunikasi guru terhadap prestasi belajar adalah

67,5%. Besarnya pengaruh masing-masing variabel yaitu

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

61

kepemimpinan terhadap motivasi belajar siswa sebesar 14,62%, dan

pengaruh kemampuan berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar

siswa sebesar 17,52%.

b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agnes Sutanto, 2008

tentang Hubungan Gaya Mengajar Dan Cara Belajar Siswa Dengan

Hasil Belajar Siswa Dalam Pelajaran Matematika (Studi Kasus Pada

SMUK. St. Augustinus Kediri Periode Tahun Ajaran 2005-2007).

Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya. Teknik analisis

data yang digunakan menggunakan uji chi square dan contigency

coefficient. Dari hasil analisi data menunjukkan ada hubungan yang

kuat antara gaya mengajar guru matematika SMUK. St. Augustinus

Kediri dan cara belajar siswa kelas X-XII SMUK. St. Augustinus

Kediri Periode tahun ajaran 2005-2007 dalam pelajaran matematika

dengan hasil belajar menurut nilai rata-rata ulangan harian dalam

pelajaran matematika di SMUK. St. Augustinus Kediri.

c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ady prabowo, 2012 tentang

Pengaruh Kepemimpinan dan Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar Terhadap Hasil Belajar Dikalangan Siswa Smk Pelita

salatiga. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen

Satya Wacana. Hasil analisis regesi ganda memperoleh persamaan

regresi Y = 56,228 + 0,183X1 +0,136X2. Uji keberartian persamaan

regesi secara parsial dengan uji t diperole thitung

untuk variabel

kepemimpinan sebesar 3,241 dengan probabilitas 0.002 < 0.05, yang

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

62

berarti secara parsial, ada pengaruh yang signifikan antara

kepemimpinan dengan hasil belajar siswa sedangkan untuk variabel

kreativitas guru diperoleh thitung

sebesar 3,504 dengan probabilitas 0,001

< 0.05, yang berarti secara parsial, ada pengaruh yang signifikan antara

kreativitas guru dengan hasil belajar siswa. Uji secara simultan dengan

uji F diperoleh Fhitung

= 23,905 dengan probabilitas 0.000 < 0.05, yang

berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara

kepemimpinan dan kemampuan kreativitas guru dengan hasil belajar

siswa. Besarnya pengaruh secara simultan antara kepemimpinan dan

kreativitas guru terhadap hasil belajar adalah 45,2%.

2.5. Kerangka Berpikir

Pendidikan akan berhasil tergantung dari guru dan siswa. Seorang guru

dikatakan berhasil apabila dapat menumbuhkan motivasi belajar pada siswa

sehingga siswa dapat mencapai kesuksesan belajar untuk mencapai nilai yang

diharapkan. Motivasi menurut Daft dalam Safari (2004:174) adalah dorongan

yang bersifat internal atau eksternal pada diri individu yang menimbulkan

antusiasme dan ketekunan untuk mengejar tujuan-tujuan spesifik. Motivasi

sangat penting untuk mendorong siswa belajar, baik motivasi intrinsik maupun

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini mampu menumbuhkan semangat

belajar dalam diri siswa karena tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar.

Motivasi ekstrinsik yang dapat mempengaruhi belajar siswa diantaranya yaitu

gaya mengajar dan kepemimpinan guru.

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

63

Gaya mengajar guru juga mempengaruhi motivasi belajar siswa yang

merupakan motivasi ekstrinsik. Gaya mengajar adalah bentuk penampilan

guru saat proses belajar mengajar baik yang bersifat kurikuler maupun

psikologis. Bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan

tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Bersifat psikologis adalah guru

mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas, dan

evaluasi hasil belajar mengajar. Dengan tujuan untuk mengatasi kebosanan

siswa dalam belajar sehingga siswa bersemangat, bergairah dan berminat

terhadap pelajaran di sekolah.

Sebagai pemimpin guru harus dapat mengarahkan, mempengaruhi,

mendidik dan menggerakkan siswa untuk belajar. Sebagai pemimpin di kelas

seorang guru dituntut mempunyai keterampilan-keterampilan dalam

memimpin seperti keterampilan dalam menggunakan metode dan tehnik

pengajaran untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif. Kemampuan

seorang guru untuk bekerjasama dengan orang lain akan menumbuhkan

persahabatan antara guru dengan siswa atas dasar saling percaya. Kemampuan

guru untuk memecahkan masalah dapat membantu siswa yang mengalami

kesulitan belajar sehingga siswa dapat menemukan cara belajar yang baik.

Dari uraian tersebut, dengan kepemimpinan yang baik dari guru akan

mendorong siswa untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru

serta perhatian siswa akan terfokus pada apa yang disampaikan oleh guru.

Oleh karena itu kepemimpinan guru akan menimbulkan motivasi belajar dari

dalam diri siswa.

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

64

Hal ini terjadi pada guru SMK Negeri I Salatiga berdasarkan dari

observasi PPL dan wawancara SMK Negeri I Salatiga diketahui adanya

sebagian guru yang memiliki gaya mengajar yang membuat siswa bosan dan

kurang menyenangkan sehingga siswa cenderung melakukan kegiatan yang

lain seperti mengobrol, tidur, membaca komik dan bahkan siswa lebih asyik

bermain dengan Hp nya dari pada mendengarkan guru mengajar.

Berdasarkan observasi, terlihat bahwa belum semua guru mampu

menjalankan perannya sebagai pemimpin di dalam kelas yang bertugas

mengatur jalannya proses pembelajaran. Guru yang seharusnya mengelola

kondisi kelas agar tertib selama proses pembelajaran sehingga perhatian siswa

terfokus pada materi yang diberikan oleh guru ternyata belum sepenuhnya

dapat dijalankan.

Dari teori mengenai gaya mengajar dan kepemimpinan guru dapat

diasumsikan ada keterkaitan terhadap motivasi belajar. Dalam gaya mengajar,

guru dituntut mampu menyampaikan materi pelajaran pada siswa sesuai

dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas sehingga siswa bisa menerima

pesan yang disampaikan guru dan bisa menerima pelajaran yang disampaikan

oleh guru.

Begitu juga dalam kepemimpinan diharapkan guru mampu

mempengaruhi siswa agar mau melakukan proses belajar dan mengajar dan

diharapkan dapat memberi motivasi bagi siswa agar mengikuti belajar sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

65

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Pengaruh Gaya Mengajar Dan Kepemimpinan Guru

Terhadap Motivasi Belajar Di Kalangan Siswa Kelas XII

SMK Negeri I Salatiga

Keterangan :

X1 = Gaya Mengajar

X2 = Kepemimpinan Guru

Y = Motivasi Belajar

2.6. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:96), hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis tersebut akan

diuji menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga akan diketahui

kebenarannya secara empiris. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan

kerangka pemikiran yang telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut :

a. Hipotesis Kerja

1. Gaya mengajar berpengaruh signifikan terhadap variabel motivasi

belajar.

Y

X2

X1

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7447/2/T1_162008053_BAB II.pdf · Ada yang sangat sensitif pada wajah, dan ada yang tidak (Jalaluddin

66

2. Kepemimpinan guru berpengaruh signifikan terhadap variabel

motivasi belajar.

3. Gaya mengajar dan kepemimpinan guru secara bersama sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel motivasi belajar.

b. Hipotesis Statistik

- Ho : µ1 = 0

Ha : µ1 ≠ 0

- Ho : µ2 = 0

Ha : µ2 ≠ 0

- Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≥ µ2