BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK...

22
9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1991:2). “Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.” Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya adalah sebagai berikut: 1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5) menyatakan “Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” 2. Pengertian pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dari disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Azas Gotong Royong” menyatakan “ Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia

II.1.1. Definisi Pajak

Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang

pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku Pengantar Ilmu

Hukum Pajak (1991:2).

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh

yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi

kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang

menyelenggarakan pemerintahan.”

Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya adalah

sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan

Pajak Pendapatan (1990:5) menyatakan “Pajak adalah iuran kepada kas Negara

berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.”

2. Pengertian pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dari disertasinya yang

berjudul “Pajak Berdasarkan Azas Gotong Royong” menyatakan “ Pajak adalah

iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

10 

 

norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa

kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

Menurut Pasal 1 angka 1 (satu) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang dimaksud dengan pajak adalah

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya yang

sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual

oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih dapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public

investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

II.1.2. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2008), pajak mempunyai 2 (dua) fungsi yang berbeda dalam

pelaksanaannya, antara lain:

a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

11 

 

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur).

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah

dalam bidang sosial dan ekonomi.

II.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2008), terdapat 3 (tiga) sistem pemungutan pajak, yaitu:

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah

(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib

Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak

sendiri.

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

12 

 

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

II.1.4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Menurut Pasal 1 angka 2 (dua) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang

dimaksud dengan Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan, meliputi pembayar

pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

A. Hak Wajib Pajak

1. Hak untuk menerima Tanda Bukti Pemasukkan Surat Pemberitahuan (Pasal 6

Ayat (1) KUP).

2. Hak mengajukan permohonan dan penundaan penyampaian Surat

Pemberitahuan (Pasal 3 Ayat (4) KUP).

3. Hak melakukan pembetulan dengan kemauan sendiri Surat Pemberitahuan

(SPT) yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis

dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan

(Pasal 8 Ayat (1) KUP).

4. Hak untuk mengajukan permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran

pajak termasuk kekurangan pembayaran yang terutang berdasarkan Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 12 (dua belas) bulan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

13 

 

yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan (Pasal 9 Ayat (4) KUP).

5. Hak mengajukan permohonan perhitungan atau pengembalian kelebihan

pembayaran pajak serta berhak memperoleh kepastian terbitnya surat

keputusan kelebihan pembayaran pajak, surat keputusan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak (Pasal 11 Ayat (1) jo. Pasal 17 Ayat (2) KUP).

6. Hak mengajukan permohonan pembetulan salah tulis atau salah hitung atau

kekeliruan yang terdapat dalam SKP dalam penerapan Peraturan Perundang-

Undangan Perpajakan (Pasal 16 KUP).

7. Hak mengajukan Surat Keberatan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia

dengan mengemukakan jumlah pajak terutang, jumlah pajak yang dipotong

atau dipungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak dalam

jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim Surat Ketetapan Pajak (Pasal

25 Ayat (2) dan (3) KUP).

8. Hak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan secara tertulis

dalam Bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan

sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri salinan Surat

Keputusan Keberatan tersebut (Pasal 27 KUP).

9. Hak mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan pengenaan

sanksi administrasi perpajakan (Pasal 36 Ayat (1) KUP).

10. Hak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan

hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (Pasal 32 Ayat (3) KUP).

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

14 

 

B. Kewajiban Wajib Pajak

1. Mendaftarkan diri dan meminta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Pasal 2

KUP).

2. Kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (Pasal 3 Ayat (1) KUP).

Setiap Wajib Pajak, wajib mengisi SPT, dan menandatangani serta

menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak

terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Pajak.

3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan

Surat Setoran Pajak ke kas Negara melalui tempat pembayaran yang diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (Pasal 10 Ayat (1)

KUP).

4. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan (Pasal 28 KUP).

Pada prinsipnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha

atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia, wajib

menyelenggarakan pembukuan. Namun, Wajib Pajak Orang Pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung

penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan Penghasilan Neto

dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas, dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan

tetapi wajib melakukan pencatatan. Pencatatan terdiri dari data yang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

15 

 

dikumpulkan secara teratur tentang peredaran bruto dan/atau penerimaan

penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.

5. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak,

Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit

sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil

pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan (Pasal 25 Ayat (3a) KUP).

6. Wajib Pajak yang diperiksa wajib memperlihatkan dan/atau meminjamkan

buku atau catatan serta dokumen yang berhubungan dengan penghasilan yang

diperoleh, memberi kesempatan untuk memasuki tempat/ruang yang dipandang

perlu, dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, serta memberi

keterangan lain yang diperlukan (Pasal 29 Ayat (3) KUP).

II.2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Pendaftaran Wajib Pajak/Nomor Pokok Wajib Pajak diatur dalam Pasal 2 Undang-

Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Setiap Wajib Pajak yang

telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat

Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai suatu sarana

dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

Wajib Pajak.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

16 

 

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya,

karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak

terutang.

Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah:

• Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan

Wajib Pajak Badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 (satu) bulan setelah

saat usaha mulai dijalankan.

• Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak

melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu

bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib

mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP

akan dikenakan sanksi perpajakan.

II.2.1. Fungsi NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak;

2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan

administrasi perpajakan.

II.2.2. Format NPWP

NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan Kode

Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.

Formatnya adalah sebagai berikut: XX. XXX. XXX. X. XXX. XXX

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

17 

 

Lebih lanjut NPWP dapat dirinci sebagai berikut:

• 2 digit pertama adalah identitas Wajib Pajak;

• 6 digit kedua merupakan nomor registrasi/urut yang diberikan Kantor Pusat DJP

kepada KPP;

• 1 digit ketiga diberikan untuk KPP sebagai alat pengaman agar tidak terjadi

pemalsuan dan kesalahan NPWP;

• 3 digit keempat adalah kode KPP;

• 3 digit terakhir adalah status Wajib Pajak (Tunggal, Pusat, atau Cabang).

II.2.3. Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP dapat dilakukan dalam hal:

1) Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.

2) Wanita kawin.

3) Warisan yang sudah dibagi.

4) Wajib Pajak Badan yang sudah dibubarkan.

5) Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya.

II.3. Surat Pemberitahuan (SPT)

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

(SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan

dan/atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak dan/atau harta dan

kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang KUP juga menegaskan kewajiban bagi setiap

Wajib Pajak untuk mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

18 

 

Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan

menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib

Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Pajak.

Dan ditegaskan pada Pasal 3 Ayat (2) bahwa untuk setiap Wajib Pajak yang wajib

mengisi SPT dan Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk

menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain

Rupiah, mengambil sendiri SPT atau mengambil dengan cara lain yang tata caranya

diatur oleh Menteri Keuangan.

II.3.1. Fungsi SPT

Menurut Mardiasmo (2008), fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak

Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui

pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian

Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

c. Harta dan kewajiban; dan/atau

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan

pajak Orang Pribadi atau Badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana

untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

19 

 

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang

dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan

b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha

Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotongan atau pemungutan pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah

sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong

atau dipungut dan disetorkannya.

II.3.2. Pembetulan SPT

Sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa Wajib Pajak dengan

kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan

dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum

melakukan tindakan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan

menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan

paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.

Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan

maupun Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih

besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per

bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran

sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)

bulan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

20 

 

Walaupun telah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan

penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak, terhadap

ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan apabila

Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya

tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang

sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus

lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat

Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan

kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang

ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai keadaan

yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;

b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;

c. Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau

d. Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan tetap

dilanjutkan.

Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ini

beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak

yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri

dimaksud disampaikan.

Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah

disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima ketetapan pajak, Surat Keputusan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

21 

 

Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan

Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang

menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan

dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu

3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat

Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan

syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

II.3.3. Jenis SPT

Jenis SPT sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 181/PMK 03/2007

meliputi:

1. Surat Pemberitahuan Masa, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak

yang terdiri dari:

a. SPT Masa Pajak Penghasilan;

b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan

c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

2. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, yaitu Surat Pemberitahuan untuk

suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

II.3.4. Batas Waktu Penyampaian SPT

Sesuai Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT diatur:

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir

Masa Pajak;

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

22 

 

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;

c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling

lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

II.4. Sanksi Keterlambatan Pembayaran dan Penyetoran Pajak Terutang

Keterlambatan dalam pembayaran dan penyetoran berakibat dikenai sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo

pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1

(satu) bulan.

Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur pula batas waktu pembayaran

kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan yaitu

harus dibayar lunas sebelum SPT Pajak Penghasilan disampaikan atau yang dikenal

dengan Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh Pasal 29). Apabila Wajib Pajak membayar atau

menyetor PPh Pasal 29 setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan, dikenai

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung mulai dari

berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran

dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Demikian pula untuk Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat

Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan

Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,

harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Khusus

Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

23 

 

dimaksud dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

II.5. Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana Sehubungan Dengan SPT dan NPWP

Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi

pidana.

1. Apabila Surat Pemberitahuan Wajib Pajak tidak disampaikan dalam jangka waktu

yang telah ditetapkan atau batas waktu perpanjangan Surat Pemberitahuan dikenai

sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)

untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah)

untuk SPT Masa lainnya; dan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT

Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan; serta Rp 100.000,00 (seratus ribu

rupiah) untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Pasal 38 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan menyatakan bahwa, apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT,

atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau

melampirkan keterangan yang isinya tidak benar karena kealpaan Wajib Pajak

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dan perbuatan

tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP, didenda paling sedikit 1 (satu)

kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

24 

 

(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana

kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

3. Pasal 39 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan menyatakan apabila dengan sengaja Wajib Pajak tidak menyampaikan

SPT atau menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar, atau

tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6

(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang

tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang dibayar. Untuk mencegah adanya pengulangan tindak

pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak selesainya

menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan dikenai pidana

lebih berat yaitu ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana yang

diatur di atas.

4. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana

menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 Ayat (1)

huruf b Undang-Undang KUP, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau

keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud

pada Pasal 39 Ayat (1) huruf d Undang-Undang KUP, dalam rangka mengajukan

permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau perkreditan pajak,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

25 

 

(dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan

dan/atau kompensasi atau perkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat)

kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau perkreditan yang

dilakukan.

II.6. Kebijakan Penghapusan Sanksi Administrasi (Sunset Policy)

II.6.1. Pengertian

Sunset Policy adalah fasilitas penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa

bunga yang diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007).

II.6.2. Latar Belakang

Undang-Undang KUP Tahun 2007 memberikan kewenangan kepada Direktorat

Jenderal Pajak untuk menghimpun data perpajakan dan mewajibkan instansi pemerintah,

lembaga, asosiasi, dan pihak lainnya untuk memberikan data kepada Direktorat Jenderal

Pajak. Ketentuan ini memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak mengetahui

ketidakbenaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan oleh

masyarakat. Untuk menghindarkan masyarakat dari pengenaan sanksi perpajakan yang

timbul apabila masyarakat tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya secara benar,

Direktorat Jenderal Pajak di tahun 2008 memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

masyarakat untuk mulai memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela dan

melaksanakannya dengan benar.

II.6.3. Dasar Hukum

a. Pasal 37A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan;

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

26 

 

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 66/PMK.03/2008 tanggal 29 April 2008

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

12/PMK.03/2009 tanggal 02 Februari 2009;

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-27/PJ./2008 tanggal 19 Juni 2008

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor: PER-13/PJ./2009 tanggal 23 Februari 2009;

d. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-31/PJ./2008 tanggal 19 Juni 2008

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Nomor: SE-33/PJ./2008 tanggal 27 Juni 2008;

e. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-34/PJ./2008 tanggal 31 Juli 2008;

f. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tanggal 31

December 2008.

II.6.4. Yang Dapat Memanfaatkan Sunset Policy

Yang dapat memanfaatkan Sunset Policy, adalah:

1. Orang Pribadi yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang

dalam tahun 2008 secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan

menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2007 dan tahun-tahun pajak

sebelumnya paling lambat 31 Maret 2009.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang telah memiliki NPWP sebelum tahun

2008, yang menyampaikan pembetulan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2006 dan

tahun-tahun pajak sebelumnya untuk melaporkan penghasilan yang belum

diperhitungkan dalam pelaporan SPT Tahunan PPh yang telah disampaikan.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

27 

 

II.6.5 Orang Pribadi Yang Belum Memiliki NPWP

Orang Pribadi yang belum memiliki NPWP dapat memanfaatkan Sunset Policy

dengan cara:

1. Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP secara langsung ke Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) tempat Orang Pribadi tersebut bertempat tinggal (KPP Domisili) atau

melalui e-registration dalam tahun 2008.

2. Mengisi SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2007 dan tahun-tahun pajak sebelumnya

(sejak memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak).

3. Melunasi pajak yang harus dibayar berdasarkan SPT Tahunan PPh ke Bank

Persepsi atau Bank Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

4. Menyampaikan SPT Tahunan PPh yang dilampiri dengan SSP, paling lambat

tanggal 31 Maret 2009, ke KPP Domisili (KPP tempat Wajib Pajak terdaftar).

II.6.6. Orang Pribadi atau Badan Yang Telah Memiliki NPWP

Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang telah memiliki NPWP dapat

memanfaatkan Sunset Policy dengan cara:

1. Membetulkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2006 dan/atau tahun-tahun pajak

sebelumnya yang telah disampaikan dengan cara mengisi kembali formulir SPT

Tahunan tersebut, apabila menurut Wajib Pajak masih terdapat kekurangan pajak

yang harus dibayar.

2. Melunasi kekurangan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan pembetulan

SPT Tahunan PPh ke Bank Persepsi atau Bank Devisa Persepsi atau Kantor Pos

Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

28 

 

3. Menyampaikan pembetulan SPT Tahunan PPh yang dilampiri dengan SSP paling

lambat tanggal 31 Desember 2008 (diperpanjang sampai dengan tanggal 28

Februari 2009 sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2008) ke Kantor Pelayanan Pajak

tempat Wajib Pajak terdaftar.

II.6.7. Keuntungan Memanfaatkan Sunset Policy

1. Tidak dikenai sanksi administrasi berupa bunga;

2. Tidak dilakukan pemeriksaan, kecuali SPT yang disampaikan menjadi Lebih Bayar

atau di kemudian hari ditemukan data atau keterangan lain yang ternyata belum

dilaporkan di SPT tersebut;

3. Apabila Wajib Pajak sedang diperiksa dan belum disampaikan Surat

Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), pemeriksaan akan dihentikan;

4. Data dan/atau informasi yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh terkait dengan

pemanfaatan Sunset Policy tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan

Surat Ketetapan Pajak atas jenis pajak lainnya.

II.6.8. Pemeriksaan Pajak

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri dan

menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya, tidak

dilakukan pemeriksaan, kecuali:

a. Terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan tersebut tidak benar, atau

b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menyatakan lebih bayar atau

rugi.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

29 

 

Dalam hal terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang telah

disampaikan dilakukan pemeriksaan karena memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada huruf a atau huruf b, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan

Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak atas seluruh kewajiban

perpajakan.

2. Apabila Wajib Pajak membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan yang sedang dilakukan pemeriksaan, berlaku ketentuan sebagai

berikut:

Pemeriksaan tersebut dihentikan kecuali untuk pemeriksaan terhadap Surat

Pemberitahuan atas pajak lainnya yang menyatakan lebih bayar, atau Pemeriksaan

tersebut tetap dilakukan berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang dibetulkan ternyata

menyatakan lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan dianggap sebagai pencabutan atas permohonan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan yang dibetulkan.

4. Wajib Pajak yang dalam tahun 2008 (diperpanjang sampai dengan tanggal 28

Februari 2009 sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2008) menyampaikan pembetulan

SPT Tahunan Pajak Penghasilan tidak dilakukan pemeriksaan, kecuali terdapat

data atau keterangan yang menyatakan bahwa pembetulan Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan tersebut tidak benar.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-dasar Perpajakan ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2009-2-00001-AK Bab 2.pdf · Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan

30 

 

5. Terhadap pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang telah

disampaikan dilakukan pemeriksaan karena memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada angka 4, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak atas seluruh kewajiban perpajakan.