BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991)...

37
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Laba dan Discretioanry Accrual 2.1.1. Pengertian Manajemen Laba Earning management (Manajemen Laba) didefinisikan oleh beberapa penelitian akuntansi secara berbeda-beda, sebagai berikut: 1. Widyaningdyah (2001:92) membagi definisi manajemen laba menjadi dua yaitu: a) Definisi sempit Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit adalah sebagai perilaku manajer dalam “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba. b) Definisi luas Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991)...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

11 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Manajemen Laba dan Discretioanry Accrual 2.1.1. Pengertian Manajemen Laba

Earning management (Manajemen Laba) didefinisikan oleh beberapa penelitian akuntansi

secara berbeda-beda, sebagai berikut:

1. Widyaningdyah (2001:92) membagi definisi manajemen laba menjadi dua

yaitu:

a) Definisi sempit

Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan

metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit adalah

sebagai perilaku manajer dalam “bermain” dengan komponen

discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba.

b) Definisi luas

Earning management merupakan tindakan manajer untuk

meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit

dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan

(penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

12 

 

 

 

2. Assih dan Gundono (2000:37) mengartikan manajemen laba sebagai proses

yang dilakukan dengan sengaja dalam batas General Accepted Accounting

Principples (GAAP) untuk mengarah pada satu tingkat yang diinginkan atas

laba yang dilaporkan.

3. Healy dan Wahlen (1999:368) memberikan definisi manajemen laba yang

ditinjau dari sudut pandang penetap standar, yaitu manajemen laba terjadi

ketika para manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan

keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga

menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang

diperoleh perusahaan untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan

angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

4. Scipper (1989:92) mengartikan manajemen laba dari sudut pandang fungsi

pelaporan pada pihak eksternal, sebagai disclosure management, dalam

pengertian bahwa manajemen melakukan intervensi terhadap proses pelaporan

keuangan kepada pihak eksternal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

pribadi.

Earning management dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahan yang dipengaruhi oleh laba yang dilaporkan, sehingga bisa memberikan

informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak

dialami perusahaan. Tindakan manajer melakukan manajemen laba tersebut bisa

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

13 

 

 

 

dikategorikan sebagai suatu penipuan dan tidak etis (Merchant dan Rocknes, 1994 dalam

Gumanti, 2001).

Healy dan Wahlen (1998) berpendapat dalam earning management mempunyai pengertian

yang luas karena di dalam pengertian tersebut terdapat tiga aspek penting. Pertama adalah

nampak bahwa banyak alasan atau justifikasi yang diajukan oleh manajer untuk

mempengaruhi berbagai alasan untuk mengestimasi berbagai kejadian masa depan,

misalnya umur mesin, nilai sisa (salvage value) asset jangka panjang, penundaan pajak

atau kerugian sebagai akibat dari adanya bad debt. Manajer juga dituntut untuk memilih

beberapa metode penyusutan, menentukan kebijakan tentang manajemen modal kerja,

memutuskan, mengakui atau menunda pendapatan dan biaya, dan dituntut untuk

menetapkan apakah perlakuan-perlakuan khusus harus digunakan dalam kaitanya dengan

strukturisasi transaksi-transaksi besar perusahaan (corporate transaction). Misalnya, dalam

kasus penggabungan usaha (merger) dan kontrak lease penggunaan.

Faktor-faktor yang memicu terjadinya manajemen laba menurut Setyawati dan Na’im

(2000) yaitu:

1. Dalam kontrak antara manajer dan pemilik (melalui kompensasi). Penelitian

Healy (1985) membuktikan bahwa kompensasi yang didasarkan atas data

akuntansi merupakan insentif bagi para manajer untuk memilih prosedur dan

metode akuntansi yang dapat memaksimumkan besarnya bonus yang akan

diperoleh.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

14 

 

 

 

2. Sebagai sumber informasi bagi investor di pasar modal. Sebagai suatu

perusahaan, akan mencoba membuat laporan keuangan secara agresif pada

saat pertama kali go public agar dapat menarik calon investor.

3. Dalam kontak utang. Salah satu persyaratan dalam pemberian kredit seringkali

mencakup kesediaan debitur untuk mempertahankan tingkat rasio modal kerja

minimal, rasio debt to equity minimal, maksimal pemberian deviden ke

pemegang saham, atau batasan-batasan lain yang umumnya dikaitan dengan

data akuntansi perusahaan.

4. Dalam penetapan pajak oleh pemerintahan, penentuan proteksi terhadap

produk, penentuan denda dalam suatu kasus, dan lain sebagainya berpengaruh

terhadap besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Cristie dan

Zimmermen (1994) membuktikan bahwa reduksi tingkat pajak tersebut

merupakan merupakan insentif bagi manajemen untuk melakukan rekayasa

laba akuntansi. Dalam penelitian itu juga membuktikan bahwa penghematan

pajak menjadi insentif bagi manajer (khusus manajer yang mengalami not

operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya

dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan mengalami net

operating loss diijinkan untuk mengkompensasikan rugi operassi tersebut

dengan laba 3tahun sebelumnya atau dengan laba 15 tahun yang akan datang.

Dampak dari kompensasi rugi terhadap laba adalah restitusi pajak (tax refund.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

15 

 

 

 

5. Oleh pesaing, kondisi laporan keuangan digunakan dalam menentukan

keputusan yang diambil alih ataupun untuk penetapan strategi persaingan.

6. Oleh karyawan kenaikan laba perusahaan digunakan untuk meminta kenaikan

upah, dan sebagainya.

Pada penelitian Gumanti (2000) menyebutkan bahwa hal yang menjadi pertimbangan para

manajer dalam menerapkan pendekatan manajemen laba, sebagai berikut:

1. Laba atau earning telah dijadikan sebagai suatu target dalam proses penelitian

prestasi usaha suatu departmen secara khusus (manajer) atau perusahaan

(organisasi) secara umum.

2. Laba atau tingkat keuntungan merupakan alat untuk mengurangi biaya

keagenan (agency cost), dari sisi keagenan (agency theory), dan juga biaya

kontrak, dari sisi teori (contracting theory). Misalnya pada saat keuntungan

dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini akan menciptakan

dorongan kepada manajer untuk mengatur data keuangan agar dapat menerima

bonus seperti yang diinginkan.

3. Adanya tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer sehubungan dengan

praktek manajemen laba. Ketiga sasaran tersebut adalah minimisasi biaya

politis (politicial cost minimization). Maximisasi kesejahteraan manajer

(manager wealth maximization), dan minimisasi biaya financial (minimization

financing cost).

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

16 

 

 

 

2.1.2. Motivasi Manajemen Laba Scott (2000) mengungkapkan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba yaitu :

1. Bonus purpose

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak

secara opportunistic untuk memaksimalkan laba saat ini.

2. Political motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada

perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan

karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan

peraturan yang lebih ketat.

3. Taxation motivation

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling

nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan untuk tujuan penghematan pajak

pendapatan.

4. Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikan pendapatan

untuk meningkatkan bonus mereka. Apabila kinerja perusahaan buruk maka

mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

17 

 

 

 

5. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar dan menyebabkan

manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam

propectus mereka dengan harapan dapat menaikan harga saham perusahaan.

6. Informasi kepada Investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor

sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa

perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.1.3. Teknik dan Pola Manajemen Laba

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen

untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap estimasi akuntansi

antara lain, estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu

depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya

garansi, dan lain-lain.

2. Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

18 

 

 

 

untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah depresiasi aktiva tetap, dari

metode depresiasi angka tahun ke metode garis lurus.

3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Metode ini juga disebut juga

dengan manipulasi keputusan operasional. Contohnya rekayasa periode biaya

atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk

penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda

pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda

pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang

sudah tak dipakai.

Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan

Agency Theory. Dalam PAT terdapat tiga jenis hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya

manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986) yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya

yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar

berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang

meningkatkan laba yang dilaporkan.

2. Debt Covenant Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung

memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

19 

 

 

 

untuk untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.

3. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan

dalam memilih metode akuntansi dalam menurunkan laba. Hal tersebut

dikarenakan laba yang tinggi, pemerintah akan segera mengambil tindakan,

misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikan pajak pendapatan

perusahaan dan lain-lain.

Scott (2000) juga mengemukakan bentuk-bentuk manajemen laba yang dilakukan oleh

manajer antara lain:

1. Taking a bath, dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan

tidak bisa dihindari pada periode berjalan dengan cara mengakui biaya-biaya

pada periode-periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan.

2. Income minimization, dilakukan pada saat perusahaan memperoleh

profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara

politis. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan,

riset, dan pengembangan yang cepat dan sebagainya. Cara ini mirip dengan

taking a bath namun kurang ekstrim.

3. Income maximization, yaitu memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang

lebih besar. Demikian pula dengan perusahaan yang mendekati suatu

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

20 

 

 

 

pelanggaran kontrak hutang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut akan

cenderung untuk memaksimalkan laba.

4. Income smoothing, merupakan bentuk manajemen laba yang sering dilakukan

dan populer. Melalui income smoothing manajer menaikan atau menurunkan

laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan

terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.

Manajemen laba dapat dilakukan melalui kebijakan akrual. Dalam mengaplikasikan

kebijakan akrual digunakan accrual, deferral dan prosedur alokasi yang bertujuan untuk

menyesuaikan beban dan pendapatan dengan periodenya, bukan mengkaitkan beban dan

pendapatan berdasarkan atas pengeluaran dan penerimaan kas (cash basic). Dengan

demikian kebijakan akrual dalam mengaplikasikan standar akuntansi dapat dimanfaatkan

untuk melakukan manajemen laba. Penelitian – penelitian tentang manajemen laba hampir

seluruh menggunakan pendekatan accruals. Pendekatan yang paling banyak digunakan

dalam pengujian manajemen laba adalah model yang dikembangkan oleh Jones. Dalam

pendekatan Jones (1991) total accrual didapat dari laba bersih dikurangi aliran kas dari

aktivitas operasi, sedangkan dalam pendekatan modifikasi Jones, total accrual dan

pendapatan operasi digunakan untuk mencari discretionary accrual. Salah satu kelebihan

dari pendekatan ini adalah pendekatan ini memiliki potensi dalam mengungkapkan cara-

cara untuk menurunkan atau menaikan keuntungan, dimana hal ini kurang mendapatkan

perhatian untuk bisa diketahui oleh pihak luar (outsider).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

21 

 

 

 

Model-model yang dapat digunakan antara lain:

1. Model Jones (1991)

 

Keterangan:

- TA adalah Total Akrual yang diperoleh dari selisih antara laba sebelum

extraordinary items dengan arus kas bersih dari total operasional,

- adalah Total Asset tahun sebelumnya

- adalah selisih Piutang Dagang tahun yang diteliti dengan Piutang dagang

tahun sebelumnya,

- adalah total property, plant, dan equipment tahun yang diteliti, dan

- adalah nilai residu yang akan digunakan untuk perhitungan pengelolaan laba.

Semua variabel diskala dengan total asset tahun lalu.

2. Model Jones dimodifikasi (modified Jones model) (1991)

Keterangan:

Manajemen laba (DACC) dapat diukur melalui discretionary accruals yang dengan

cara menselisihkan Total Accruals (TACC) dan Nondiscretionary Accruals

(NDACC). Modifikasi dari model Jones yang didesain untuk mengeliminasi

kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang bisa salah dari model Jones

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

22 

 

 

 

untuk menentukan discretionary accrual.

3. Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow et al. (1995)

 

Keterangan:

Model ini merupakan midifikasi dari Model Jones sebelumnya, pengukuran variabel

dan perhitungannya juga hampir sama, hanya ditambah dengan menggunakan

, yaitu selisih pendapatan tahun yang diteliti dengan satu tahun sebelumnya.

4. Model Kaznik (1999)

 

Keterangan:

Model ini merupakan pengukuran dan perlakuan model Dechow sebelumnya,

ditambah dengan penggunaan yaitu selisih arus kas dari hasil operasi tahun

yang diteliti dengan satu tahun sebelumnya.

5. Model Kothari et al. (2005)

 

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

23 

 

 

 

Keterangan:

Pengukuran dan perlakuan model Kasznik ini juga serupa dengan model Dechow

sebelumnya, ditambah dengan ROA dari tahun yang diteliti.

6. Model KasKot

 

Keterangan:

Pengukuran model KasKot ini mengkombinasikan pada Kasznik dengan

pada model Kothari. Model ini dicobakan untuk ikut diujikan karena diduga

dapat memperlihatkan faktor kebijakan akrual non-diskresioner yang selama ini

ditampung dalam kebijakan akrual diskresioner (error). Misalnya, pada model

Kasznik hanya memasukan dalam komponen komponen kebijakan akrual

non- diskresioner sebagai tambahan dari model Dechow yang memberikan

implikasi bahwa factor lain masuk sebagai komponen kebijakan akrual diskresioner.

Padahal, model Kothari membuktikan bahwa ROA juga bagian dari komponen

kebijakan akrual non-diskresioner. Dengan demikian, dengan mencoba memasukkan

semua komponen akrual non-diskresioner yang telah teruji diharapkan dapat

memberikan tambahan bukti bahwa ∆CFO dan ROA secara bersama-sama memang

sebagai komponen kebijakan akrual non-diskresioner. Sehingga, nilai akrual yang

bersifat diskresioner akan lebih akurat. Dalam penelitian dengan menggunakan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

24 

 

 

 

Model Jones yang telah dilakukan modifikasi sebagai cara dalam melakukan

pendeteksian perilaku pengelola laba di perusahaan. Alasan digunakannya model

Jones lebih baik dalam melakukan deteksi terhadap manipulasi pendapatan dan bad

debt. Model Jones mengasumsikan bahwa semua perubahan dalam penjualan kredit

diperoleh dari manajemen laba. Hal ini menjadi dasar alasan yang mudah untuk

mengatur laba dengan melakukan kebijakan melalui pengakuan pendapatan pada

penjualan kredit daripada melalui tunai.

2.1.4. Pengertian Discretionary Accrual

Satwika dan Damayanti (2005) menyatakan bahwa akrual merupakan jumlah penyesuaian

akuntansi yang dibutuhkan untuk mengubah arus kas operasi menjadi laba bersih. Akrual

kemudian dibagi menjadi dua jenis, antara lain:

1. Nondicretionasry Accrual (Normal Accruals) yaitu pengakuan akrual yang wajar

dan tunduk pada saat standar atau peraturan akuntansi yang berlaku umum.

2. Discretionary Accrual (Abnormal Accruals) yaitu pengakuan akrual yang bebas,

tidak diatur, dan merupakan kebijakan manajemen.

Dengan berbasis akrual akan menyediakan banya keleluasaan bagi manajer dalam hal

pengakuan pendapatan dan beban. Manajemen perusahaan kemudian dapat melakukan

manipulasi dengan menggunakan discretionary accrual. Pendapat lain yang dinyatakan oleh

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

25 

 

 

 

Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa discretionary accrual merupakan komponen akrual

hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi

dan pemakaian standard akuntansi. Terdapat beberapa metode yang bisa dipakai manajer

perusahaan untuk merekayasa besar kecilnya discretionary accrual ini sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai, misalnya kebebasan menentukan estimasi dan memilih metode

depresiasi aktiva tetap, menentukan estimasi prosentase sejumlah piutang tak tertagih,

memilih metode penentu sejumlah persedeiaan dan sebagainya. Sementara itu Sulistyanto

(2008) juga menyatakan bahwa pengertian non-discretionary accrual merupakan komponen

akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti

standard yang diterima secara umum, misalnya metode depresiasi dan penentuan persediaan

yang dipilih harus mengikuti metode yang diakui dalam prinsip akuntansi.

2.2. As imet r i In formasi Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai lebih banyak informasi

tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan dengan principal.

Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent menggunakan informasi yang

dimilikinya untuk dapat melakukan manipulasi laporan keuangan dengan tujuan untuk

memaksimalkan kemakmurannya. Asimetri informasi ini dapat mengakibatkan terjadinya

moral hazard yaitu berupa usaha manajemen untuk melakukan manajemen laba (earning

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

26 

 

 

 

management) (Rahmawati, dkk. 2006). Menurut Scott(2000), terdapat dua macam asimetri

informasi yaitu sebagai berikut:

1. Adverse selection, yaitu bahwa manajer serta orang-orang dalam lainnya

biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan

dibandingkan dengan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang tidak

disampaikan kepada principal.

2. Moral Hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor) sehingga

manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang

melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak

layak dilakukan.

Schift dan Lewin (1970) dalam Ujiyanto dan Bambang (2007), menyatakan bahwa agent

berada pada posisi yang memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,

lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan principal.

Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri

sendiri, maka dengan asimetri informasi yang dimilikinya akan mendorong agent untuk

menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dalam

kondisi semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan. Dalam

penyajian informasi akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan, agent juga

memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel dalam mempengaruhi

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

27 

 

 

 

pelaporan keuangan dalam memaksimalkan kepentingannya. Tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keungan, kinerja serta perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2009). Dengan adanya kondisi yang

asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam

laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba (earning management).

Model asimetri informasi (Copeland dan Galai. 1983) mengasumsikan adanya

tiga jenis agen di pasar yaitu pedagang terinformasi (informed traders) yang merupakan

pemroses informasi potensial, pedagang tidak terinformasi (uninformed traders) dan risk

neutral specialist. Pedagang terinformasi melakukan transaksi perdagangan dengan

dilatarbelakangi oleh informasi privat yang mereka miliki yang tidak terefleksi dalam harga

saham dan mereka bersifat spekulatif, sedangkan pedagang tidak terinformasi atau yang

lebih dikenal dengan pedagang likuid, berdagang dengan tujuan untuk menyesuaikan

portfolio yang dimilikinya. Spesialis merupakan partisipan pasar yang bisa bertindak

sebagai broker atau dealer. Broker melakukan transaksi guna memenuhi pesanan dari

investor yang menjadi kliennya, sedangkan dealer merupakan broker sekaligus memiliki

kewenangan untuk melakukan transaksi untuk dirinya sendiri.

Lev dalam penelitiannya (1988) berpendapat bahwa ukuran pengamatan atas

likuiditas pasar dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat penerimaan asimetri

informasi yang dihadapi partisipan di dalam pasar modal. Bid-asks spreads adalah salah satu

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

28 

 

 

 

ukuran dalam likuiditas pasar yang digunakan secara luas dalam penelitian terdahulu

sebagai pengukur asimetri informasi antara masyarakat dan pemegang saham perusahaan.

Penelitian Richardson (1998) menunjukan adanya hubungan antara asimetri

informasi dengan manajemen laba. Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidak

memiliki sumber daya yang cukup, insentif, atau akses atas informasi yang relevan untuk

memonitor tindakan manajemen, dimana hal ini memberikan kesempatan atas praktek

manajemen laba, dimana hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba.

Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak

sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.

2.2.1. Teori Bid Ask Spread

Literatus mikrostruktur (O Hara, 1995) dalam Puput (2001) mengenai Bid Ask Spread

menyatakan bahwa terdapat komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap

kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Kos pemrosesan pesanan (order processing cost) terdiri dari biaya yang

dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan

pesanan pembelian dan penjualan dengan kompensasi untuk waktu yang

diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

29 

 

 

 

2. Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost) yaitu kos yang

ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar

dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan.

3. Adverse Selection Component, menggambarkan suatu upah (reward) yang

diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika

berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini

terkait dengan arus informasi di pasar modal.

Berkaitan dengan Bid Ask Spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen Adverse

Selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal. Beberapa riset

yang dilakukan, Bagehot dan Easley dan O’Hara sebagaimana yang dikutip oleh Callahan

dkk (1997) telah mengembangkan model teoritis yang menghubungkan arus informasi

terhadap Bid Ask Spread. Sesuai dengan pernyataan bahwa sebagian investor memiliki lebih

banyak informasi mengenai nilai saham dibandingkan pedagang sekuritas (dealer).

Pedagang efek (dealer) mengetahui bahwa informed investor ini hanya akan berdagang jika

dipandang menguntungkan bag i mereka. Disisi lain, pedagang sekuritas juga mengetahui

bahwa ia akan memperoleh keuntungan bila berdagang dengan investor yang kurang

informed(uninformed trader).

   

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

30 

 

 

 

2 .3 . K iner ja Perusahaan  

2.3.1. Pengertian Kinerja Perusahaan

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi yang mana memiliki tujuan tertentu yang

ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Dimana hasil dari

keberhasilan dalam mencapai tujuannya merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi

atau kinerja perusahaan diukur karena hal ini dapat dipakai sebagai dasar dalam mengambil

keputusasn baik pihak internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan sutu

gambaran tentang bagaimana kondisi keuangan perusahaan yang dapat dianalisis dengan

alat-alat analisi keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan

keuangan suatu perusahaan yang mana mencerminkan prestasi kinerja dalam periode

tertentu. Penilaian kinerja keuangan merupakan cara yang dapat dilakukan oleh manajemen

dalam memenuhi kewajibannya terhadap pada penyandang dana dan dalam mencapai tujuan

perusahaan yang telah ditetapkan.

Helfert (1996:67) menyatakan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan

individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Pendapat tersebut menyatakan

bahwa kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan manajemen. Manajemen

dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun eksteren melalui informasi yang

dituangkan dalam laporan keuangan perusahaan.

Stoner et al, (1996:9) menyatakan bahwa performance adalah ukuran seberapa efesien dan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

31 

 

 

 

efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai.

Adapun pengertian efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber

daya dalam mencapai organisasi berarti dapat melakukan dengan tepat, sedangkan

efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai berarti melakukan

hal yang tepat.

Pengertian kinerja menurut G.Sugiyarso dan F Winarni (2005:11) adalah tingkat

pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat

pencapaian tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Mulyadi (2001:415)

penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu operasional

suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaaran, standard dan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya. Saat ini yang masih dilakukan dalam melakukan pengukuran

terhadap kinerja perusahaan adalah rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan seperti rasio

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas, menurut Bambang

Riyanto (2001:338) rasio adalah perbandingan antara data yang didapat dalam rugi laba,

rasio merupakan sarana analisis untuk mengetahui kinerja perusahaan serta untuk

mengetahui hubungan antara pos-pos tersebut. Menurut Bambang Riyanto (2001:340)

terdapat jenis – jenis rasio keuangan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban financialnya.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

32 

 

 

 

2. Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur sampai seberapa besar efektifitas

perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya.

3. Rasio Leverage

Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

dengan hutang perusahaan

4. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen berdasarkan

hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio ini

merupakan rasio yang sering digunakan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan.

Mulyadi (2001:434) menjelaskan adanya tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu:

1. Ukuran Kinerja Tunggal (Singel Criterion)

Ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu macam ukuran untuk menilai kinerja

manajer.

2. Ukuran Kinerja Beragam (Multiple Criterion)

Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja

manajer.

3. Ukuruan Kinerja Gabungan (Composite Criterion)

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

33 

 

 

 

Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran memperhitungkan bobot

masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh

kinerja manajer.

2.3.2. Manfaat dan Tujuan Kinerja Perusahaan

Penilaian kinerja perusahaan sebaiknya dapat dijadikan sebagai syarat mutlak bagi

penempatan sumber daya ketika akan melaksanakan kegiatan baru, memperhitungkan

pendapatan dan biaya serta investasi suatu proyek.

Menurut Mulyadi (2001:415), penilaian kinerja perusahaan dimanfaatkan oleh manajemen

dalam rangka untuk sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui memotivasi

karyawan secara maksimal

2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan seperti

promosi, transfer, dan pemberhentian

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasan menilai mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah sebagai berikut:

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

34 

 

 

 

a) Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh

kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan

untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.

b) Meningkatkan solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya apabila perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan

jangka pendek maupun jangka panjang.

c) Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

d) Mengetahui tingkat stabilitas usaha, kemampuan perusahaan untuk melakukan

usahanya dengan stabil, yang mana diukur dengan mempertimbangkan kemampuan

perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk

membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan

membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami

hambatan atau krisis keuangan.

2 .3 .3 . Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan salah satu bagian dari rasio profitabilitas dalam analisa

laporan keuangan atau pengukuran kinerja perusahaan, bentuk yang paling mudah dari

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

35 

 

 

 

analisis profitabilitas dalam menghubungkan laba bersih (EBIT) yang dilaporkan terhadap

total aktiva. Pengertian Return on Asset (ROA) menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul

Halim (2004:75) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh perusahaan setelah disesuaikan dengan

biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Menurut Mardiyanto (2009:196) adalah rasio

yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang

berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003:120) rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Semakin

besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut

dan semakin baik pula perusahaan tersebut dalam segi penggunaan assetnya. Menurut

Lestari dan Sugiarto (2007:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

keuntungan bersih yang diperoleh dari aktiva. Dengan kata lain semakin tinggi rasio ini

maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal tersebut

yang selanjutnya meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya

tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena

tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada

harga saham dari peruahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga

ROA akan berpengaruh terhadap saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto

(2007:196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. ROA dapat membantu

perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

36 

 

 

 

efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang

mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan

terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah perencanaan strategi.

2 .4 . Cash F low f rom Opera t ing Act iv i tes /CFO Menurut Belkaoui (2006) pengertian dari laporan arus kas itu sendiri adalah: “ Laporan arus

kas memberikan gambaran kas masuk dan kas keluar sebagai hasil dari aktivitas investing,

financing dan operating serta memberikan gambaran tentang tentang net cash flow from

operating activities , cash flow from investing activities dan cash flow from financing.” Arus

kas operasi adalah arus kas yang diperoleh dari penghasilan utama perusahaan, dimana hal

ini mempengaruhi laba atau rugi. Menurut Philip, Pincus, dan Rego(2003) yang berpendapat

bahwa peningkatan arus kas operasi mencerminkan peningkatan kinerja sekarang dan

mengurangi keperluan manajemen dalam melakukan pengaturan terhadap laba perusahaan.

Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan kas dan pembayaran kas berdasarkan

aktivitasnya, yaitu sebagai berikut:

1. Operating cash flow (CFO), adalah arus kas yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan

dalam Laporan Laba/Rugi dan juga dari kegiatan operasional lainnya.

2. Investing Cash Flow (CFI), adalah arus kas yang berhubungan dengan perolehan fasilitas

investasi dan non kas lainnya yang digunakan oleh perusahaan.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

37 

 

 

 

3. Financing Cash Flow (CFF), adalah arus kas yang berhubungan dengan kegiatan untuk

mendapatkan dana dari perusahaan dan pembayaran kembali kepada pemilik dan kreditur

atas dana yang diberikan sebelumnya.

2 .5 . Growth

Pertumbuhan (growth) merupakan salah satu indikator dalam mengukur maju tidaknya

suatu perusahaan. Perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan yang lebih baik

apabila dilihat dari konsistensinya dalam aktivitas utama dalam operasinya. Pertumbuhan

tinggi yang dimiliki oleh perusahaan akan menimbulkan kesenjangan informasi antara

manajer dan investor yang mana hal ini berkaitan dengan kualitas proyek investasi

perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (1991) Penjualan memiliki pengaruh yang

strategis dalam suatu perusahaan karena penjualan yang dilakukan harus didukung dengan

adanya asset yang tersedia sehingga dengan demikian dapat dikatakan asset akan

meningkat. Pandey (2001) dalam Supriyaanti dan Falikhatun (2008) perusahaan yang

penjualannya tumbuh secara cepat perlu untuk menambah aset tetapnya, sehingga

pertumbuhan penjualan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan mencari dana yang lebih

besar.

Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan melihat

pertumbuhan penjualan. Pengukuran ini hanya dapat dilihat pertumbuhan perusahaan

tersebut dari aspek pemasaran perusahaan saja. Pengukuran yang lainnya dengan melihat

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

38 

 

 

 

pertumbuhan laba operasi perusahaan, melalui pengukuran ini perusahaan dapat melihat

aspek pemasaran tetapi juga efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang

dimilikinya. Pengukuran tersebut dengan mengukur laba bersih, dimana diinputnya laba

bersih ini adalah modal sedangkan outputnya adalah laba.

2 .6 . S ize Ukuran perusahaan atau skala perusahaan adalah ukuran perusahaan yang ditentukan dari

jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan dapat ditentukan oleh laba

yang diperoleh dari perusahaan. Besar ukuran perusahan juga dapat dinyatakan dalam total

aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan

kapitalisasi pasar maka semakin besar juga ukuran perusahaan tersebut. Penelitian yang

dilakukan Defond dalam Veronica dan Bachtiar (2008) mengidentifikasi bahwa ukuran

perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengelolaan laba, perusahaan yang besar

mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba dimana salah satu

alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspekstasi dari investor

atau pemegang sahamnya.

Menurut Watts dan Zimmerman (1986) motivasi dalam memaukan size adalah political cost

hypothesis yaitu perusahaan besar sering menjadi sasaran politik yang menimbulkan biaya,

kondisi ini mendorong manajer untuk memilih metode akuntansi yang menghindari biaya.

Size dapat diukur dengan menggunakan natural log total aktiva, nilai penjualan, kapitalisasi

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

39 

 

 

 

pasar sekuritas, modal perusahaan.

2 .7 . Market to Book Va lue o f Equ i ty

Market to book value of equity ini merupakan rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar

merupakan alat untuk mengukur invesment opportunity set (IOS) yang dianggap paling baik

untuk menggambarkan invesment opportunity set (IOS) perusahaan. Rasio ini dapat

diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham

terhadap total ekuitas. Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham

perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola

modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan

modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, semakin besar kemungkinan harga saham

perusahaan tersebut diperkirakan meningkat, return saham pun akan meningkat. Menurut

Myers (1977) menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai suatu kombinasi antara

aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan. Menurut Gaver (1983) opsi

investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek

yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan

perusahaan dalam mengekploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan

perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

40 

 

 

 

2 .8 . Pene l i t ian Sebe lumnya dan Pengembangan Hipotes is

2 .8 .1 . Hubungan antara As imet r i In formas i te rhadap Discre t ionary Accrua l

Manajemen dapat melakukan tindakan meningkatkan nilai perusahaan dengan cara

pengungkapan informasi tambahan dalam laporan keuangan yang mana hal ini dapat

mengurangi asimetri informasi sehingga kesempatan untuk melakukan discretionary

accrual akan menjadi lebih kecil. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Richardson

(1998) menemukan hubungan yang positif antara asimetri informasi dengan manajemen

laba (earning management). Penelitian tersebut didukung oleh penemuan yang dilakukan

oleh Lobo dan Zhou (2001), Halim dkk (2005), serta Rahmawati (2006). Lobo dan Zhou

(2001) menemukan manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan keuangan memiliki

hubungan negatif. Suatu perusahaan yang melakukan manajemen laba (earning

management) akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih sedikit dalam laporan

keuangannya dalam melakukan pencegahan pendektesian oleh pihak terkait.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, penulis ingin

mencari apakah terdapat pengaruh antara asimetri informasi dengan manajemen laba.

H1: Terdapat pengaruh antara asimetri informasi pada discretionary accrual .

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

41 

 

 

 

2 .8 .2 . Hubungan antara K iner ja Keuangan te rhadap Discre t ionary Accrua l

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suyudi (2009), penelitian ini menguji apabila

kinerja perusahaan buruk pihak manajemen akan melakukan tindakan manajemen laba yaitu

dengan cara menaikan laba akuntansinya, begitu pula sebaliknya bila perusahaan berkinerja

baik pihak manajemen akan melakukan tindakan manajemen laba yaitu dengan menurunkan

laba akuntansinya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Baik et al (2011), Hamza dan

Lakhal (2010), serta Shimin et al (2009) yang menemukan hasil penelitian adanya pengaruh

positif kinerja perusahaan dengan rasio profitabilitas yang di proksi dengan Return on Asset

(ROA) pada discretionary accrual. Namun penelitian tersebut bertentangan dengan

penelitian Omid et al(2012), Anjun et al(2012), Tahir et al(2011), Aji dan Mita(2010) serta

Herni Susanto (2008) menunjukan pengaruh negatif Return On Asset (ROA) pada

manajemen laba (earning management) yang mana berarti bahwa semakin baik kinerja

perusahaan yang diproksi dengan ROA maka tindakan manajemen laba (earning

management) semakin menurun. Hal ini berarti pada perusahaan yang dimiliki kinerja

perusahaan yang baik maka perilaku oportunis dari pihak manajemen dalam hal ini tindakan

manajemen laba akan menurun. Hal ini membuktikan bahwa pihak manajemen tidak tertarik

dalam melakukan manajemen laba karena dilihat dari kinerja perusahaan yang sudah sesuai

dengan ekspektasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, penulis ingin

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

42 

 

 

 

mencari apakah terdapat pengaruh antara kinerja perusahaan dengan manajemen laba.

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dinyatakan hipotesis sebagai berikut:

H2: Terdapat pengaruh antara kinerja perusahaan yang diproksi dengan Return On Asset

(ROA) pada discretionary accrual.

2 .8 .3 . Hubungan antara Arus Kas Operas i te rhadap Discre t ionary Accrua l

Menurut penelitian Rahmawati dkk (2006) arus kas operasi berpengaruh terhadap praktik

manajemen laba.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, penulis ingin

mencari apakah terdapat pengaruh antara arus kas operasi dengan manajemen laba.

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dinyatakan hipotesis sebagai berikut:

H3: Terdapat pengaruh antara arus kas operasi pada discretionary accrual.

2 .8 .4 Hubungan antara Growth t e rhadap Discre t ionary Accrua l

Pertumbuhan yang diukur dengan sales growth adalah yaitu perubahan jumlah penjualan

perusahaan yang terjadi pada tahun ini dengan jumlah penjualan tahun sebelumnya dibagi

dengan jumlah penjualan tahun sebelumnya. Menurut Mc Nichols (2000) menyebutkan

besarnya discretionary accrual terkait dengan growth perusahaan, karena perusahaan

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

43 

 

 

 

umumnya ingin memperlihatkan tingkat pertumbuhannya yang konstan. Menurut penelitian

Rahmawati dkk (2006) penghasilan bersih berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, penulis ingin

mencari apakah terdapat pengaruh antara penghasilan bersih dengan manajemen laba.

H4: Terdapat pengaruh antara penghasilan bersih pada discretionary accrual.

2 .8 .5 Hubungan antara Ukuran Perusahaan te rhadap Discre t ionary Accrua l

Menurut penelitian Rahmawati dkk (2006) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik

manajemen laba. Perusahaan yang besar mempunyai peluang dalam melakukan praktik

manajemen laba dalam memenuhi keinginan investor dan pemegang saham.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, penulis ingin

mencari apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba.

H5: Terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan pada discretionary accrual.

2 .8 .6 . Hubungan antara Market to Book Va lue o f

Equ i ty te rhadap Mana jemen Laba Menurut Zmijewski dan Hagerman (1981) yang menyatakan bahwa biaya politik meningkat

seiring berkembangnya dan besarnya perusahaan dan risiko terkait dengan perusahaan,

dengan demikian adalah salah satu proxy yang mana untuk menilai besarnya perusahaan dan

resiko perusahaan yaitu rasio market to book value of equity. Menurut penelitian Richardson

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

44 

 

 

 

(1998) market to book value of equity berpengaruh terhadap praktik discretionary accrual.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, penulis ingin

mencari apakah terdapat pengaruh antara market to book value of equity dengan

discretionary accrual.

H6: Terdapat pengaruh market to book value of equity perusahaan pada discretionary

accrual.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

45 

 

 

 

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

46

 

 

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id II-r-2015... · operating loss pada tahun 1986- 1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di USA, perusahaan

47

 

 

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual