BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK...

32
12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah GCG Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika Serikat pada tahun 1980-an yang terancam kepentingannya (Budiati, 2012). Dimana pada saat itu di Amerika terjadi gejolak ekonomi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi dengan menjalankan segala cara untuk merebut kendali atas perusahaan lain. Tindakan ini menimbulkan protes keras dari masyarakat atau publik. Publik menilai bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan mengabaikan kepentingan-kepentingan para pemegang saham sebagai pemilik modal perusahaan. Merger dan akuisi pada saat itu banyak merugikan para pemegang saham akibat kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan. Untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep pemberdayaan Komisaris sebagai salah satu wacana penegakan GCG. Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan Direksi, Anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang Saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Di Indonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997 krisis yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan– perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat dengan 12

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

12

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Good Corporate Governance (GCG)

II.1.1 Sejarah GCG

Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika

Serikat pada tahun 1980-an yang terancam kepentingannya (Budiati, 2012). Dimana

pada saat itu di Amerika terjadi gejolak ekonomi yang luar biasa yang mengakibatkan

banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi dengan menjalankan segala cara

untuk merebut kendali atas perusahaan lain. Tindakan ini menimbulkan protes keras dari

masyarakat atau publik. Publik menilai bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan

mengabaikan kepentingan-kepentingan para pemegang saham sebagai pemilik modal

perusahaan. Merger dan akuisi pada saat itu banyak merugikan para pemegang saham

akibat kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan. Untuk menjamin dan

mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep pemberdayaan Komisaris

sebagai salah satu wacana penegakan GCG. Komisaris Independen adalah Anggota

Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan Direksi, Anggota Dewan

Komisaris lainnya dan Pemegang Saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis

atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Di Indonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997

krisis yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan–

perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat dengan

12

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

13

praktek (korupsi, kolusi, nepotisme) KKN (Budiati, 2012). Bermula dari usulan

penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek

Indonesia/BEI) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEI

yang mewajibkan untuk mengangkat Komisaris Independen dan membentuk Komite

Audit pada tahun 1998, GCG mulai di kenalkan pada seluruh perusahaan publik di

Indonesia.

Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan (Letter

of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong terciptanya iklim

yang lebih kondusif bagi penerapan GCG. Pemerintah Indonesia mendirikan lembaga

khusus, yaitu Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang

memiliki tugas pokok dalam merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan

nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang

corporate governance di Indonesia.

Sejauh ini penegakan aturan untuk penerapan CGG belum ada sanksi bagi

perusahaan yang belum menerapkan maupun yang sudah menerapkan tetapi tidak sesuai

standar pelaksanaan GCG. Namun pelaksanaan penerapan GCG memberi nilai tambah

bagi perusahaan. Perusahaan yang melakukan peningkatan pada kualitas GCG

menunjukan peningkatan penilaian pasar, sedangkan perusahaan yang mengalami

penurunan kualitas GCG, cenderung menunjukan penurunan pada penilaian pasar

(Cheung, 2011).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

14

II.1.2 Definisi GCG

Istilah tata kelola perusahaan di Indonesia merupakan terjemahan dari

corporate governance. Kata governance berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu

gouvernance yang berarti pengendalian (control) atau regulated dan dapat dikatakan

sebagai suatu keadaan yang berada dalam kondisi yang terkendali (Subroto, 2005).

GCG merupakan masalah yang tidak akan berakhir dan terus akan menjadi

bahan pembahasan bagi pelaku bisnis, akademis, pembuatan kebijakan dan lain

sebagainya. Perhatian terhadap GCG kian meningkat seiring banyak bermunculan

masalah skandal keuangan di lingkungan bisnis. Konsep GCG telah banyak

dikemukakan oleh banyak ahli dan badan sebagai alat control dan pengawasan terhadap

kinerja manajemen.

Definisi GCG menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 adalah suatu proses atau struktur yang digunakan oleh

BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka waktu panjang dan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-

undangan dan nilai-nilai etika. Sehubungan dengan tidak berlakunya Keputusan Menteri

Negara BUMN tersebut yang selama ini digunakan sebagai dasar penerapan GCG, yaitu

Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep–117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli

2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara karena

digantikan dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-

01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (tanggal 1 Agustus 2011), maka definisi

GCG berubah menjadi prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

15

pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika

berusaha.

Menurut Muh. Arief Effendi (2009) dalam bukunya The Power of Good

Corporate Governance, pengertian GCG adalah suatu sistem pengendalian internal

perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna

memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan

nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.

Definisi GCG yang dikemukakan diatas berbeda namun memiliki maksud

yang sama. Dari definisi diatas dapat disimpulkan GCG adalah sistem atau seperangkat

peraturan yang mengatur, mengelola dan mengawasi hubungan antara para pengelola

perusahaan dengan stakeholders disuatu perusahaan. GCG tidak hanya sebagai alat

pengatur dan pengendali saja namun juga sebagai nilai tambah bagi suatu perusahaan.

II.1.3 Teori GCG

II.1.3.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Konsep GCG timbul berkaitan dengan principal-agency theory, yaitu untuk

menghindari konflik antara principal dan agent-nya (www.bpkp.go.id, 2012). Konflik

muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola dengan baik sehingga

tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. Teori agensi menekankan pentingnya

pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada

tenaga-tenaga ahli (agent) yang lebih mengerti dalam menjalankan pengelolaan

perusahaan (Sutedi, 2011). Pemisahan dalam pengelolaan perusahaan dari pemiliknya

ditujukan agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal dengan

biaya yang seefisien mungkin. Tugas para agent adalah menjaga kepentingan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

16

perusahaan dan menjalankan manajemen perusahaan sesuai fungsi yang telah

ditetapkan. Dengan kata lain agent adalah perantara para pemegang saham dalam

menjalankan pengelolaan perusahaan, sementara para pemegang saham hanya

mengawasi kinerja para agent-nya dan memastikan bahwa para agent bekerja sesuai

dengan fungsi, tugasnya, dan menjunjung tinggi kepentingan perusahaan sehingga

tujuan perusahaan dapat tercapai. Kinerja manajemen dapat dilihat dari keberhasilannya

dalam memaksimalkan laba perusahaan yang berpengaruh terhadap keberlangsungan

hidup perusahaan.

Keleluasaan manajemen dalam mengelola dana guna mencapai hasil yang

maksimal bagi perusahaan bisa mengarah pada memaksimalkan tambahan ekonomis

bagi kepentingan pribadi (kepentingan para agent ) dengan beban dan biaya yang harus

ditanggung oleh perusahaan, sehingga dalam menyajikan laporan atas penggunaan dan

pengelolaan dana oleh para agent tidak melaporkan informasi keuangan perusahaan

sesuai dengan yang sebenarnya (Ernawan, 2011). Dengan kata lain, para agent

merekayasa laporan keuangan perusahaan guna menghindari resiko ditemukannya fraud

yang dilakukan. Disamping itu, kinerja manajemen yang diukur dari keberhasilannya

dalam memaksimalkan laba perusahaan, mendorong para agent untuk melakukan

earnings management dalam penyusunan laporan keuangan, dimana agent merekayasa

laba perusahaan agar kinerja dalam mengelola perusahaan dinilai baik oleh para

pemegang saham.

Teori agensi tersebut mendorong munculnya konsep GCG dalam pengelola

bisnis perusahaan, dimana GCG diharapkan dapat meminimumkan hal-hal tersebut

melalui pengawasan terhadap kinerja para agent. GCG memberikan jaminan kepada

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

17

para pemegang saham bahwa dana yang diinvestasikan dikelola dengan baik dan para

agent bekerja sesuai dengan fungsi, tanggung jawab dan untuk kepentingan perusahaan.

II.1.3.2 Teori Stakeholders

Pengertian stakeholders atau para pemangku kepentingan menurut Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01 /MBU/2011 Tentang

Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada

Badan Usaha Milik adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

(BUMN) karena mempunyai hubungan hukum dengan perusahaan (BUMN). Perusahaan

tidak hanya memandang bahwa stakeholders adalah investor dan kreditor saja,

melainkan antara lain pemerintah, pelanggan, pemasok, karyawan (tenaga kerja),

masyarakat dan lingkungan.

Pemerintah dapat dikatakan sebagai stakeholders bagi perusahaan karena

pemerintah mempunyai kepentingan atas aktivitas perusahaan dan keberadaan

perusahaan sebagai salah satu elemen sistem sosial dalam sebuah negara. Oleh kerena

itu perusahaan tidak bisa mengabaikan peran pemerintah dalam menjalankan

pengelolaan bisnis (Sarwako, 2003). Terdapatnya birokrasi yang mengatur jalannya

perusahaan dalam sebuah negara yang harus ditaati oleh perusahaan melalui kepatuhan

terhadap peraturan pemerintah menjadikan terciptanya sebuah hubungan yang baik

antara perusahaan dengan pemerintah.

Pelanggan dianggap sebagai salah satu stakeholders dari suatu perusahaan

karena pelanggan memberikan kontribusi pendapatan dari pemakaian produk atau jasa

perusahaan. Secara umum pelanggan menuntut agar produk atau jasa tersebut dapat

dipercaya dengan tingkat harga yang seminimal mungkin, serta menuntut pula adanya

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

18

pelayanan yang diberikan oleh produk, garansi yang cocok, riset dan pengembangan

perbaikan produk dan jasa.

Pemasok merupakan salah satu stakeholders dengan tuntutan adanya sumber

usaha yang berkelanjutan, pelaksanaan dari perjanjian kredit yang tepat waktu,

hubungan yang profesional dalam pengontrakan untuk pembelian dan penerimaan

barang dan jasa. Karyawan dianggap pula sebagai pihak yang mempunyai pengaruh bagi

kegiatan operasional perusahaan. Karyawan mengharapkan perusahaan menyediakan

lingkungan kerja yang dinamis yang memberikan imbalan yang memuaskan dan yang

mendorong untuk pengembangan keahlian, pengetahuan dan karir. Pihak yang paling

penting dalam menjalankan pengelolaan perusahaan adalah masyarakat dan lingkungan,

dimana perusahaan dituntut dapat memberi pekerjaan yang produktif dan sehat dalam

masyarakat dan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan

hidup.

Dalam teori ini menunjukkan adanya peran penting stakeholders dalam

perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu memberikan kepuasan terhadap

stakeholders, dimana perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi semua tuntutan

stakeholders agar dapat mendukung pencapai tujuan perusahaan. Dalam tesisnya,

Sarwako (2003) menyimpulkan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengelola

tuntutan stakeholders adalah dengan menerapkan GCG secara efektif.

II.1.3.3 Stewardship theory

Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia

yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh

tanggung jawab memiliki, integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

19

tersirat dalam tuntutan yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain,

stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak

dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders

pada khususnya.

II.1.4 Prinsip-Prinsip GCG

Menurut KNKG, Prinsip-prinsip GCG adalah sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

Dalam prinsip ini, perusahaan dituntut mampu menyediakan informasi yang

penting atau materiil dan relevan secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten,

comparable dan mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders karena keyakinan dan

kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan tergantung pada pengungkapan informasi

tersebut. Untuk itu, perusahaan hendaknya menggunakan prinsip-prinsip akuntansi dan

audit yang lazim digunakan dan dapat diterima secara luas dalam pengungkapan laporan

keuangan. Disamping itu, perusahaan diharapkan mempublikasikan laporan keuangan

dan informasi agar investor mudah dalam mengakses informasi yang dibutuhkan,

sehingga dapat menghindari benturan kepentingan (conflict of interest). Selain laporan

keuangan, perusahaan harus menyediakan informasi-informasi penting lainnya dan

kebijakan-kebijakan perusahaan kepada stakeholders, khususnya para pemegang saham.

Informasi yang disajikan oleh perusahaan harus mencerminkan keadaan yang

sesungguhnya (transparency), tanpa rekayasa oleh pihak manapun.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

20

2. Akuntabilitas (Accountability)

Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan dapat mempertanggungjawabkan

kinerjanya secara transparan dan wajar. Prinsip ini ditujukan untuk menghindari agency

problem yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara Pemegang Saham

dan Direksi. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan prinsip ini antara lain

dengan memisahkan secara jelas fungsi, hak, wewenang dan tanggungjawab masing-

masing organ perusahaan, dan memastikan setiap organ perusahaan mampu

melaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika bisnis dan pedoman

perilaku perusahaan.

Untuk meyakinkan bahwa tidak adanya penyimpangan fungsi, hak dan

wewenang, maka dibentuk suatu sistem pengendalian internal (SPI) yang efektif dalam

pelaksanaan pengelolaan perusahaan. Disamping itu perusahaan harus memiliki ukuran

kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha

perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment

system) untuk mendorong semua organ perusahaan melaksanakan tugas dan kewajiban

dengan penuh tanggungjawab.

3. Responsibilitas (responsibility)

Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan patuh terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan pajak, hubungan industrial,

perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian,

dan persaingan yang sehat. Mengingat dalam menjalankan operasinya perusahaan

seringkali menghasilkan dampak yang negatif yang harus ditanggung masyarakat, untuk

ini tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sangat diperlukan. Perusahaan juga

diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi terjadinya kesenjangan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

21

pendapatan dan kesempatan kerja yang terjadi pada segmen masyarakat yang belum

mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar. Dengan perusahaan mematuhi hukum dan

perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan tanggung jawab kepada lingkungan

dan masyarakat maka kesinambungan usaha dalam jangka panjang akan terwujud dan

perusahaan mendapatkan penghargaan sebagai Good Corporate Citizen.

4. Independensi (Independency)

Dalam hal ini perusahaan dikelola secara independent, dimana perusahaan

harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak dipengaruhi oleh

kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan dari segala pengaruh dan tekanan

pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif.

Dalam hal ini pula, setiap organ perusahaan dituntut untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya sesuai dengan yang telah ditentukan, tidak mendominasi atau melempar

tanggung jawab satu sama lain sehingga kejelasan tugas dan tanggung jawab dapat

terlihat. Untuk mewujudkan prinsip ini dapat ditempuh dengan penetapan job

description secara jelas dan memastikan setiap organ telah melakukan tanggung

jawabnya dengan baik sesuai apa yang telah ditentukan.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)

Dapat dipastikan semua investor pasti membutuhkan jaminan bahwa setiap

asset atau capital yang mereka tanamkan dikelola secara aman. Untuk itu perusahaan

dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh kepentingan pemegang saham

secara fair, termasuk kepada pemegang saham minoritas. Perlindungan tersebut

termasuk perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya praktek korporasi yang

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

22

merugikan seperti fraud, insider trading dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan

prinsip ini, dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

a. Dalam pengambilan keputusan, perusahaan melibatkan para pemangku

kepentingan untuk memberikan kesempatan menyampaikan saran, masukan

serta pendapat.

b. Membuat peraturan untuk melindungi kepentingan saham minoritas dalam

perusahaan.

c. Menetapkan secara jelas peran, fungsi dan tanggung jawab semua organ

perusahaan.

d. Menyampaikan informasi penting secara terbuka dan secara wajar.

e. Memberikan perlakuan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan

melaksanakan tugasnya secara professional.

II.1.5 Faktor Keberhasilan Penerapan GCG

Menurut KNKG (2009), keberhasilan pelaksanaan GCG pada perusahaan

ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Komitmen dari organ perusahaan yang dilandasi oleh itikad baik untuk

menerapkan GCG secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan.

2. Penciptaan sistem pelaksanaan GCG di semua lapisan serta melakukan

deseminasi dan sosialisasi secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan

dengan mengikutsertakan semua pihak yang ada dalam perusahaan dan

pemangku kepentingan lainnya.

3. Penyesuaian peraturan dan kebijakan perusahaan dengan sistem pelaksanaan

GCG.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

23

4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seluruh jajaran perusahaan yang

mengacu pada pedoman perilaku (code of conduct).

5. Dukungan dari pihak stakeholders.

6. Evaluasi pelaksanaan GCG yang dilakukan berkala oleh perusahaan sendiri

maupun dengan menunjuk pihak lain yang kompeten dan independen.

II.1.6 Tujuan dan Manfaat Penerapan Prinsip-Prinsip GCG

Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

: PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, maka dapat diketahui tujuan

dari penerapan prinsip-prinsip GCG antara lain:

1. Penerapan prinsip-prinsip GCG untuk memaksimalkan nilai BUMN agar

BUMN memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun

internasional, sehingga tujuan BUMN dapat dicapai.

2. Agar BUMN dalam menjalankan usahanya dapat dijalankan secara

professional, transparant, efisien, serta memberdayakan fungsi dan

meningkatkan kemandirian organ-organ perusahaan.

3. Agar setiap keputusan yang diambil dilandasi oleh nilai moral dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, serta memperhatikan kepentingan-

kepentingan para stakeholder (melindungi hak stakeholders).

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

5. Meningkatkan iklim investasi nasional.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

24

II.1.7 Organ Persero

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, organ persero terdiri dari Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS), Dewan Pengawas, dan Direksi.

II.1.7.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 75 sampai dengan pasal 91, RUPS merupakan sebuah

forum dimana para Pemegang Saham memiliki kewenangan untuk memperoleh

informasi-informasi mengenai perusahaan, baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris.

Informasi-informasi itu merupakan landasan bagi RUPS untuk menentukan kebijakan

dan langkah strategis perusahaan dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan

hukum. Dalam forum RUPS, mekanisme penyampaian keterangan dan keputusan itu

disusun secara teratur dan sistematis sesuai agendanya. Dalam forum RUPS, para

peserta tidak dapat memberikan keterangan dan keputusan diluar agenda rapat, kecuali

RUPS itu dihadiri oleh semua Pemegang Saham dan mereka menyetujui penambahan

agenda rapat itu dengan suara bulat.

RUPS menetapkan Indikator Pencapaian Kinerja (Key Performance

Indicators) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan usulan dari Dewan

Komisaris/Dewan Pengawas yang bersangkutan. Selanjutnya Dewan Komisaris/ Dewan

Pengawas wajib menyampaikan laporan triwulanan perkembangan realisasi Indikator

Pencapaian Kinerja kepada para Pemegang Saham/Menteri.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

25

Sebagai sebuah forum, pada prinsipnya RUPS harus diselenggarakan di

Indonesia. Penyelenggaraan itu dilakukan di tempat kedudukan perusahaan atau di

tempat perusahaan melakukan kegiatan operasional. Selain di tempat perusahaan, RUPS

juga dapat diselenggarakan melalui media elektronik, misalnya media telekonferensi

atau video konferensi. Semua peserta RUPS yang diselenggarakan dengan media

elektronik harus bisa saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi

di dalam rapat. Meskipun sifatnya telekonferensi, RUPS itu juga harus dibuatkan risalah

rapatnya dan ditandatangani oleh semua peserta rapat.

Jenis RUPS dapat terdiri dari :

a. RUPS Tahunan adalah RUPS yang wajib diselenggarakan Direksi minimal 6

bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam RUPS Tahunan, Direksi

mengajukan semua dokumen dari Laporan Tahunan Perseroan.

b. RUPS Lainnya adalah RUPS yang dapat diadakan setiap waktu berdasarkan

kebutuhan untuk kepentingan Perusahaan.

Pemegang Saham dapat mengambil keputusan di luar RUPS, dengan syarat

semua Pemegang Saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan

menandatangani keputusan yang dimaksud. Keputusan Pemegang Saham ini mempunyai

kekuatan hukum mengikat yang sama dengan keputusan RUPS secara fisik. Keputusan

Pemegang Saham di luar RUPS dapat dilakukan dalam bentuk surat keputusan atau surat

biasa, yang keduanya mempunyai kekuatan mengikat sebagai Keputusan RUPS/Menteri.

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor :

PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

26

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, hak-hak Pemegang Saham

antara lain:

1. Mendapatkan perlakuan yang sama (setara) antar Pemegang Saham.

2. Menghadiri dan mempunyai hak mengemukakan pendapat dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Mendapatkan informasi-informasi yang penting berkaitan dengan BUMN

secara tepat waktu, terukur dan teratur. Informasi tersebut antara lain :

a. Panggilan untuk RUPS.

b. Informasi laporan metode perhitungan, penentuan serta rincian atas gaji,

honorarium, fasilitas, tunjangan.

c. Informasi mengenai Rencana Kerja Perusahaan dan Anggaran

Perusahaan.

d. Informasi keuangan perusahaan.

e. Informasi yang berkaitan dengan agenda RUPS yang diberikan sebelum

dan atau pada saat RUPS berlangsung.

4. Menerima deviden sesuai dengan komposisi modal yang ditanamkan.

5. Menerima sisa kekayaan hasil likuidasi.

II.1.7.2 Dewan Komisaris ( Dewan Pengawas)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 1, definisi Dewan Komisaris (Dewan Pengawas)

adalah organ perusahaan yang menjalankan tugas pengawasan secara umum dan/ atau

khusus sesuai dengan anggaran dasar yang telah ditetapkan perusahaan serta

memberikan nasihat kepada Direksi.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

27

Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01 /MBU/2011 pasal 12, diatur mengenai fungsi Dewan Komisaris, antara lain:

1. Mengawasi kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada BUMN dan

memberikan nasihat kepada Direksi.

2. Menjalankan tugasnya dengan menjunjung tinggi kepentingan BUMN.

3. Membuat pembagian tugas yang diatur oleh mereka sendiri.

4. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Dewan Komisaris yang

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RKAP.

5. Memantau dan memastikan implementasi GCG dilakukan secara efektif dan

berkelanjutan.

6. Memastikan bahwa dalam Laporan Tahunan BUMN telah memuat informasi

mengenai identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan Dewan

Komisaris/Dewan Pengawas di perusahaan lain, termasuk rapat-rapat yang

dilakukan dalam satu tahun buku (rapat internal maupun rapat gabungan

dengan Direksi), serta honorarium, fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang

diterima dari BUMN yang bersangkutan.

II.1.7.3 Dewan Direksi (Board Of Director/BOD)

Tugas dan fungsi utama Dewan Direksi menjalankan dan melaksanakan

pengurusan Perseroan. Jadi Perseroan diurus, dikelola dan di-manage oleh Direksi

(Harahap, 2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan tugas pokok Dewan

Direksi adalah:

1. Bertanggungjawab penuh atas kepengurusan perusahaan.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

28

2. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan maksud, tujuan perusahaan dan demi

kepentingan perusahaan.

3. Mewakili perusahaan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan

ketentuan anggara dasar perusahaan.

II.1.8 Komite Penunjang Dewan Komisaris

Untuk membantu Komisaris dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan

anggaran dasar yang telah ditetapkan, maka Komisaris dapat meminta saran, nasihat,

pendapat pihak ketiga atau membentuk komite khusus. Komite tersebut antara lain:

1. Komite audit

Komite Audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris dalam

melaksanakan tugasnya. Ketua Komite Audit bertanggungjawab penuh kepada Dewan

Komisaris dalam bentuk laporan berkala .Menurut KNKG (2006), komite audit

membantu dewan komisaris untuk memastikan:

a. Laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar dan transparan.

b. Dalam melaksanakan audit (eksternal maupun internal) telah dilaksanakan

sesuai standar audit yang berlaku.

c. Pengendalian perusahaan telah dilaksanakan dengan maksimal.

d. Memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan tata kelola perusahaan

sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

e. Menindaklanjuti temuan audit yang dilakukan oleh manajemen.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

29

2. Komite Nominasi

Komite Nominasi bertugas menyusun kriteria pemilihan dan penilaian

kinerja Komisaris dan Direksi (Effendi, 2009). Tanggung jawab Komite Nominasi

mencakup :

a. Pengkajian kompetensi calon Anggota Direksi dan Komisaris untuk posisi

yang dimaksud.

b. Pengkajian rencana suksesi.

c. Evaluasi kinerja Komisaris dan Direksi.

d. Pengusulan, menilai, dan memberikan rekomendasi atas calon-calon Direksi

dan komisaris BUMN.

3. Komite Remunerasi

Komite ini bertugas membantu Komisaris dalam menentukan jumlah

kompensasi bagi Direksi dan dalam mengevaluasi mekanisme dalam pelaksanaannya

(Effendi, 2009). Tanggung jawab Komite Remunerasi antara lain:

a. Menyusun kebijakan penggajian, insentif Direksi dan Komisaris.

b. Memastikan jumlah dan komposisi yang layak dan wajar dari remunerasi di

perusahaan.

4. Komite Manajemen Risiko

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor :PER-

01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, dalam setiap mengambil tindakan dan

keputusan, direksi harus mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi. Atas hal

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

30

tersebut Direksi wajib melaksanakan program manajemen risiko korporasi secara

terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG. Pelaksanaan program

manajemen risiko dapat dilakukan dengan membentuk unit kerja tersendiri yang ada di

bawah Direksi atau memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk

menjalankan fungsi manajemen risiko.

Kewenangan dan tanggung jawab Komite Manajeman Risiko antara lain :

1. Memberikan saran, masukan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan

pedoman manajeman risiko dan menerapkannya.

2. Mensosialisasikan kebijakan, strategi, dan pedoman manajeman risiko

keseluruh stakeholders.

3. Melakukan evaluasi atas kebijakan, strategi dan pedoman manajemen risiko.

II.1.9 Sekretaris Perusahaan

Sekretaris Perusahaan merupakan elemen penting dalam perusahaan yang

mendukung keberhasilan implementasi GCG. hal tersebut disebabkan Sekretaris

Perusahaan merupakan pihak penting bagi perusahaan dalam berhadapan dengan pihak

ketiga (Effendi, 2009). Dalam hal ini, Sekretaris Perusahaan mempunyai kewajiban

untuk menyampaikan informasi secara terbuka yang berkaitan dengan perusahaan

kepada stakeholders. Sekretaris Perusahaan diangkat dengan kualifikasi profesionalisme

yang memadahi dan diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan mekanisme internal

perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris. Kinerja Sekretaris Perusahaan

diawasi dan dievaluasi oleh Dewan Direksi.

Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

: PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

31

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, fungsi sekretaris perusahaan

adalah:

1. Memastikan BUMN dalam menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip-

prinsip GCG.

2. Memberikan informasi kepada Dewan Komisaris dan Dewan Direksi apabila

dibutuhkan.

3. Sebagai penghubung antara perusahaan dan pemangku kepentingan

4. Menatausahakan serta menyimpan dokumen perusahaan.

II.1.10 Sistem Pengendalian Internal (SPI)

Direksi wajib menyelenggarakan pengawasan intern yang salah satu caranya

dilakukan dengan membentuk Satuan Pengawas Internal (SPI) yang dipimpin oleh

seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama berdasarkan

mekanisme internal perusahaan dengan persetujuan Dewan Komisaris. Fungsi pengawas

internal antara lain:

a. Evaluasi atas efektifitas pelaksanaan pengendalian intern, manajemen risiko,

dan proses tata kelola perusahaan, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan perusahaan.

b. Pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektifitas di bidang keuangan,

operasional, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan kegiatan

lainnya;

Sistem pengendalian internal (internal control) merupakan salah satu bentuk

implementasi pelaksanaan GCG (Effendi, 2009). Implementasi sistem pengendalian

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

32

dalam perusahaan dapat menghindari timbulnya fraud di lingkungan perusahaan.

Pengendalian intern yang efektif berguna untuk menjaga asset perusahaan dari tindakan

pencurian, penyalahgunaan, maupun KKN.

II.1.11 Pengukuran Terhadap Pelaksanaan GCG

Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, mewajibkan BUMN melakukan

pengukuran terhadap penerapan GCG. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan:

1. Penilaian (assessment)

Penilaian (assessment) adalah program untuk mengidentifikasikan

implementasi GCG pada BUMN melalui pengukuran pelaksanaan dan penerapan GCG

di BUMN yang dilaksanakan secara berkala setiap 2 (dua) tahun. Sebelum melakukan

penilaian didahului dengan mensosialisasikan GCG pada semua lapisan BUMN.

Penilaian dilakukan oleh penilai (assessor) independen yang ditunjuk oleh Dewan

Komisaris melalui proses dan ketentuaan yang berlaku. Penilaian juga dapat dilakukan

dengan menggunakan jasa Instansi Pemerintah yang berkompenten di bidang GCG,

yang ditunjuk oleh Direksi secara langsung. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan

menggunakan indikator yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian BUMN.

Sebelum melaksanakan penelitian, penilai menandatangani perjanjian kerja

dengan Direksi BUMN yang terkait. Perjanjian tersebut mengatur tentang hak-hak dan

kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu dan biaya pelaksanaan. Hasil

penilaian dilaporkan kepada RUPS/ Menteri bersamaan dengan penyampaian Laporan

Tahunan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

33

2. Evaluasi (review)

Evaluasi (review) adalah program untuk menggambarkan tindak lanjut

pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilakukan pada tahun berikutnya

setelah penilaian, yang mencakup evaluasi terhadap hasil penilaian dan tindak lanjut atas

perbaikan. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh BUMN itu sendiri (self assessment).

Dalam pelaksanaan evaluasi dapat dibantu oleh penilai independen atau Jasa Instansi

Pemerintah yang berkompeten, tetapi penilai independen atau Jasa Instansi Pemerintah

tidak dapat menjadi penilai pada tahun berikutnya. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan indikator yang ditetapkan Sekretaris Kementerian BUMN. Hasil evaluasi

dilaporkan kepada RUPS/ Menteri bersamaan dengan penyampaian Laporan Tahunan.

II.1.12 Peraturan Nasional Yang Terkait Dengan Implementasi GCG di

Indonesia

II.1.12.1 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

Pemerintah mengesahkan peraturan yang mengatur mengenai Perseroan

Terbatas yaitu Undang-undang No. 40 Tahun 2007 untuk menggantikan UU Perseroan

Terbatas No. 1 Tahun 1995. Tujuan pembaruan undang-undang tersebut adalah untuk

mendukung implementasi GCG. Prinsip GCG mengacu pada Undang-Undang No. 40

Tahun 2007. Dalam Undang-undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip GCG harus

mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Transparansi

Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh undang-undang seperti dilakukan

oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

34

hal penerapan manajemen keterbukaan, informasi kepemilikan Perseroan

yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada para pemangku kepentingan.

2.

kuntabilitas

Adanya keterbukaan informasi dalam bidang finansial dalam hal ini ada dua

pengendalian yang dilakukan oleh Direksi dan Komisaris. Direksi

menjalankan operasional perusahaan, sedangkan Komisaris melakukan

pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan

keuangan. Sehingga adanya jaminan tersedianya mekanisme, peran dan

tanggung jawab jajaran manajemen yang profesional atas semua keputusan

dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional

Perseroan.

3.

esponsibilitas

Pertanggung jawaban perseroan kepada stakeholders dengan tidak merugikan

kepentingan stakeholders. Yang ditekankan dalam undang-undang ini

Perseroan haruslah berpegang pada hukum yang berlaku.

4.

eadilan

Prinsip keadilan menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang

diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepetingan. Selain itu

prinsip keadilan ini tercermin dalam Pasal 53 ayat 2 “ Setiap saham dalam

klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama.”

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

35

Pasal ini menunjukkan unsur fairness (non diskriminatif) antar Pemegang

Saham dalam klasifikasi yang sama untuk memperoleh hak-haknya, seperti

hak untuk mengusulkan dilaksanakannya RUPS, hak untuk mengusulkan

agenda tertentu dalam RUPS dan lain-lain.

II.1.12.2 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01

/MBU/2011.

Penerapan tata kelola perusahaan pada BUMN di Indonesia terus

ditingkatkan mengingat adanya pembaruan hukum di bidang perseroan terbatas dan

BUMN, serta memperhatikan perkembangan dunia usaha yang semakin dinamis dan

kompetitif. Peningkatan itu dapat dilihat dari adanya pembaruan Peraturan Menteri

BUMN mengenai tata kelola perusahaan, dimana dikeluarkannya Peraturan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) menggantikan Keputusan Menteri BUMN Nomor:KEP-117/M-

MBU/2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha

Milik Negara (BUMN). Dalam pembaruan peraturan menteri tersebut ada beberapa hal

yang mengalami perubahan materi secara keseluruhan maupun penyempurnaan materi,

Penambahan materi yang sebelumnya tidak tercantum dalam Kep-117/M-MBU/2002,

dan Penghapusan materi yang sebelumnya tercantum dalam Kep-117/M-MBU/2002.

(Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran II )

II.1.12.3 Pedoman Umum GCG di Indonesia oleh KNKG

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

36

Pedoman Umum GCG di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG), merupakan acuan bagi semua perusahaan di Indonesia

dalam melaksanakan penerapan implementasi GCG dalam menjalankan pengelolaan

perusahaan. Pedoman KNKG tersebut adalah :

1. Penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan GCG

Dalam bagian ini memaparkan bahwa penerapan GCG perlu didukung oleh

tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai

regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai

pengguna produk dan jasa dunia usaha.

2. Asaz GCG

Dalam bagian ini menegaskan bahwa setiap perusahaan harus memastikan

bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran

perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai

kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan

para pemangku kepentingan (stakeholders).

3. Etika bisnis dan pedoman perilaku.

Dalam bagian ini menjelaskan bahwa pedoman perilaku yang dapat menjadi

acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-

nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya

perusahaan.

4. Organ perusahaan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

37

Dalam bagian ini menjelaskan bahwa organ perusahaan harus menjalankan

fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa

masing-masing organ mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas,

fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

5. Pemegang Saham

Dalam bagian ini memaparkan tentang hak dan kewajiban pemegang saham

serta tanggung jawab perusahaan terhadap hak dan tanggung jawab

pemegang saham.

6. Pemangku kepentingan

Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pemangku kepentingan (selain pemegang

saham) adalah mereka yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan

mereka yang terpengaruh secara langsung oleh keputusan strategis dan

operasional perusahaan, yang antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis,

dan masyarakat terutama sekitar tempat usaha perusahaan. Antara perusahaan

dengan pemangku kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan

asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) berdasarkan ketentuan yang berlaku

bagi masing-masing pihak.

7. Pernyataan tentang pedoman penerapan GCG.

Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan

GCG dengan pedoman GCG ini dalam Laporan Tahunannya. Pernyataan

tersebut harus disertai laporan tentang struktur dan mekanisme kerja organ

perusahaan serta informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan

GCG. Dengan demikian, Pemegang Saham dan pemangku kepentingan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

38

lainnya, termasuk regulator, dapat menilai sejauh mana Pedoman GCG pada

perusahaan tersebut telah diterapkan.

8. Pedoman praktis penerapan GCG

Dalam bagian ini menyatakan bahwa perusahaan wajib membuat pedoman

pelaksanaan GCG

II.1.13 Penelitian Terdahulu

II.1.13.1 Penelitian Fenny Wijaya berjudul (2007) “EVALUASI PENERAPAN

PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT

ASTRA INTERNASIONAL TBK”

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran seberapa jauh

penerapan GCG dan kualitas tata kelola perusahaan pada PT Astra Internasional Tbk.

Penelitian ini menggunakan teknik evaluasi GCG berdasarkan Undang-Undang RI

Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), Lampiran Keputusan Badan

Pengawas Pasar Modal, dan Code for Good Corporate Governance yang disusun oleh

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Pembahasan dalam skripsi ini

merupakan evaluasi penerapan prinsip-prinsip GCG yang dicerminkan melalui 5 aspek

yaitu: hak-hak pemegang saham, kebijakan corporate governance, praktik corporate

governance, pengungkapan (disclosure), dan audit. Hasil evaluasi penerapan GCG yang

dilakukan perusahaan, kemudian akan digunakan untuk mengetahui dan menilai kualitas

tata kelola perusahaan yang menjadi objek penelitian. Metode penelitian yang dilakukan

adalah studi kepustakaan dan studi lapangan melalui kuesioner. Melalui kuesioner

tersebut, penulis memperoleh gambaran seberapa jauh penerapan GCG di PT Astra

Internasional Tbk .

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

39

Hasil dari penelitian adalah penerapan GCG pada PT Astra Internasional Tbk

telah disosialisasikan, dilaksanakan, di-review pelaksanaannya, dan secara konsisten

terus ditingkatkan implementasinya. Pada dasarnya penerapan GCG yang dilakukan PT

Astra Internasional Tbk sudah baik, tetapi masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki

dalam hal isi dari website, kurangnya pengungkapan atas resiko, dan tidak adanya

komite GCG. Saran atas kekurangan dalam penerapan GCG diperbaiki dengan

menambah isi dan memaksimalkan fungsi dari website perusahaan, membuat

pengungkapan resiko usaha perusahaan, meningkatkan penerapan prinsip-prinsip GCG,

dan membentuk komite GCG.

II.1.13.2 Penelitian Cheesy Sundae Fluff (2007) berjudul “EVALUASI

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE PADA PT KRAKATAU STEEL (PERSERO)”

Penelitian yang dilakukan pada PT Krakatau Steel (Persero) yaitu

mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip GCG apakah telah sesuai dengan peraturan dan

atau pedoman yang berlaku atau belum. Metode penelitian yang dilakukan meliputi

penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan dengan

meminta data yang berhubungan dengan corporate governance, melakukan wawancara

serta membagikan kuesioner. Sedangkan penelitian kepustakaan dilakukan dengan

membandingkan implementasi prinsip corporate governance pada perusahaan dengan

teori dan peraturan yang berlaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Krakatau Steel (Persero)

sudah memiliki divisi khusus yang menangani masalah GCG. Tetapi dalam prakteknya,

PT Krakatau Steel (Persero) belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip tersebut ke

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

40

dalam tubuh perusahaan. Belum optimalnya kinerja para Direksi dan Komisaris dalam

mendukung terciptanya GCG menjadi salah satu penyebabnya. Sosialisasi yang kurang

tentang penerapan GCG juga dapat mengakibatkan kurang pedulinya karyawan

terhadap praktek GCG. Pemilihan dan pengangkatan Komite Audit telah dilakukan

sesuai dengan Komite Audit charter yang ada. Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite

Audit berhubungan dengan SPI, sedangkan SPI harus bertanggung jawab serta patuh

terhadap Direksi. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakbebasan SPI dalam

melakukan pengawasan. Pemilihan dan penunjukan KAP (Kantor Akuntan Publik)

diusulkan oleh Dewan Komisaris dan diputuskan serta disetujui melalui RUPS.

Berdasarkan hasil penelitian, PT Krakatau Steel (Persero) belum optimal

dalam menerapkan prinsip GCG. Langkah yang dapat dilakukan yaitu, sebaiknya

dilakukan koordinasi yang baik antara Direksi dan Komisaris dalam mendukung

terciptanya good corporate governance yang baik. Sosialisasi mengenai pedoman dan

pelaksanaan GCG seharusnya dilakukan sampai ke level bawah. Terkait dengan

kemandirian fungsi SPI, Komite Audit akan meningkatkan dan memperbaiki kerja sama

yang saling menguntungkan dengan SPI dan manajemen eksekutif.

II.1.13.3 Penelitian Haris Sarwako (2003) berjudul “ EVALUASI PENERAPAN

PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT

ANEKA TAMBANG Tbk”.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, mengevaluasi, serta

menganalisis kendala-kendala penerapan prinsip-prinsip GCG pada PT Aneka Tambang

Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian diskriptif kualitatif,

dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Responden

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

41

dari penelitian tersebut adalah pemegang saham dan manajemen PT Aneka Tambang

Tbk yang memahami tentang GCG.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa prinsip-prinsip GCG dalam PT Aneka

Tambang Tbk belum berjalan dengan semestinya. Hal tersebut tercermin dengan belum

adanya pedoman corporate governance, code of conduct secara tertulis, komisaris

independen hanya terdiri dari satu orang dan ditunjuk oleh Mentri Negara BUMN,

belum ada Komite nominasi, Komite kompensasi, kepatuhan dan manajemen resiko,

mekanisme market of corporate control belum berjalan. Kendala-kendala yang dihadapi

PT Aneka Tambang Tbk adalah penentuan keputusan perusahaan yang masih ada di

tangan para pemegang saham mayoritas yaitu Pemerintah RI, sehingga proses GCG

belum berjalan dengan maksimal.

Dalam penelitian ini, penulis menyarankan agar perusahaan dapat

menerapkan prinsip-prinsip GCG dengan baik, dengan menyusun pedoman GCG secara

tertulis, Code of Conduct, membentuk komisaris independen yang dipilih oleh bukan

pemilik saham pengendali agar terciptanya kesamaan hak bagi para pemegang saham.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

42

Tabel II.1

Penelitian Terdahulu

Nama peneliti (tahun

penelitian)

Pertanyaan riset Metode Penelitian Hasil penelitian

Fenny Wijaya (2007)

1. Bagaimana gambaran penerapan GCG pada PT Astra Internasional Tbk ?

2. Bagaimana kualitas tata kelola perusahaan PT Astra Tbk ?

1. Penelitian explanatory dengan pendekatan case study.

2. Data diperoleh dengan: Studi kepustakaan dan studi lapangan.

1. Penerapan GCG pada PT Astra Internasional Tbk telah disosialisasikan, dilaksanakan, di-review pelaksanaannya, dan secara konsisten terus ditingkatkan implementasinya.

2. Kekurangan dalam penerapan GCG yang perlu diperbaiki dalam hal isi dari website.

3. Kurangnya pengungkapan atas risiko oleh perusahaan

4. Tidak adanya komite GCG dalam perusahaan

Cheesy Sundae Fluff (2007)

1. Apakah penerapan GCG pada PT Krakatau Steel (Persero) sesuai dengan kebijakan pemerintah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan pengelolaan perusahaan yang baik ?

2. Apakah ada kelemahan dalam penerapan prinsip-prinsip GCG ?

1. Penelitian: explanatory. 2. Metode pengumpulan data:

studi lapangan dan studi kepustakaan.

1. PT Krakatau Steel (Persero) belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip GCG ke dalam tubuh perusahaan.

2. Belum optimalnya kinerja para Direksi dan Komisaris dalam mendukung terciptanya GCG menjadi salah satu penyebabnya.

3. Sosialisasi yang kurang tentang penerapan GCG juga dapat mengakibatkan kurang pedulinya karyawan terhadap praktek GCG.

4. Pemilihan dan pengangkatan Komite Audit telah dilakukan sesuai dengan Komite Audit charter yang ada.

5. Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit berhubungan dengan SPI, sedangkan SPI harus bertanggung jawab serta patuh terhadap direksi. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakbebasan SPI dalam melakukan pengawasan.

6. Pemilihan dan penunjukan KAP (Kantor Akuntan Publik) diusulkan oleh Dewan Komisaris dan diputuskan serta disetujui melalui RUPS.

Haris Sarwako (2003)

1. Apakah PT Aneka Tambang (Persero) sudah menerapkan

1. Penelitian deskriptif analitis. 2. Metode penelitian: studi

1. Penerapan prinsip-prinsip GCG dalam PT Aneka Tambang Tbk

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI (GCG) - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00483-AK Bab2001.pdf · 12 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Good Corporate Governance (GCG) II.1.1 Sejarah

43

Nama peneliti (tahun

penelitian)

Pertanyaan riset Metode Penelitian Hasil penelitian

prinsip-prinsip GCG? 2. Apakah kendala-kendala yang

dihadapi PT Aneka Tambang (Persero) dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG?

kepustakaan dan kuesioner belum berjalan dengan semestinya. 2. Belum adanya pedoman corporate

governance, code of conduct secara tertulis.

3. Komisaris independen hanya terdiri dari satu orang dan ditunjuk oleh Meneg BUMN.

4. Belum ada komite nominasi, komite kompensasi, kepatuhan dan menejemen resiko.

5. Mekanisme market of corporate control belum berjalan.

6. Kendala-kendala yang dihadapi PT Aneka Tambang Tbk adalah penentuan keputusan perusahaan yang masih ada di tangan para pemegang saham mayoritas yaitu Pemerintah RI, sehingga proses GCG belum berjalan dengan maksimal.

(Disarikan dari berbagai sumber)