BAB II LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Besaran Listrik
Terdapat tiga buah besaran listrik dasar yang digunakan di dalam teknik
elektro, yaitu beda potensial atau sering disebut sebagai tegangan listrik, arus
listrik dan daya listrik. Ketiga besaran tersebut merupakan satu kesatuan pokok
pembahasan di dalam masalah – masalah teknik tenaga listrik. Selain ketiga
besaran tersebut, masih terdapat satu faktor penting di dalam pembahasan teknik
listrik, yaitu faktor daya adalah sudut yang dibentuk oleh hubungan pada daya
listrik.
2.1.1. Beda Potensial
Ketika suatu muatan listrik positif mengalami perpindahan sepanjang
lintasan di dalam medan listrik ld E , maka energi potensial elektrostatiknya
adalah :
∫ •−= ldEqW ( 2.1 )
Di mana : = perubahan energi potensial (J) W
= muatan listrik (C) q
E = medan listrik (N/C)
= panjang lintasan (m) ld
6
Beda potensial V sebagai kerja (sumber dari luar) yang digunakan untuk
memindahkan suatu muatan listrik positif dari suatu titik ke titik lain adalah
perubahan energi potensial listrik yang sebanding dengan muatan listriknya :
∫ •−==akhir
awal
dEq
WV l ( 2.2 )
Beda potensial dinyatakan dalam satuan Joule per Coulomb yang didefinisikan
sebagai Volt, sehingga beda potensial sering disebut sebagai voltase atau tegangan
listrik. Beda potensial VAB adalah beda potensial berasal dari luar, yang digunakan
untuk memindahkan satu muatan listrik dari titik awal B sampai titik akhir A,
sehingga :
( 2.3 ) ∫ •−=A
BAB dEV l
( 2.4 ) ABAB VVV −=
Setiap potensial diukur terhadap suatu titik acuan nol. Didalam
pengukuran eksperimental fisis, titik acuan yang sering digunakan adalah “bumi”,
yaitu potensial permukaan bumi. Sehingga setiap titik mempunyai potensial
terhadap titik nol. Potensial A adalah nilai yang diukur dari titik A terhadap titik
acuan nol dan potensial B adalah nilai yang diukur dari titik B terhadap acuan nol.
2.1.2. Arus Listrik
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran sejumlah muatan listrik yang
melalui suatu luasan penampang melintang. Menurut konvensi, arah arus listrik
7
dianggap searah dengan aliran muatan positif. Arus listrik diukur dalam satuan
Ampere (A), adalah satu Coulomb per detik. Arus listrik dirumuskan :
dtdqI = ( 2.5 )
Di mana : I = arus listrik (A)
= sejumlah muatan (C) dq
= waktu (detik) dt
2.1.3. Daya Listrik dan Faktor Daya
Di dalam konsep fisika, daya yang digunakan untuk kerja didefiniskan
sebagai energi yang digunakan per satuan waktu. Daya kerja diukur dalam satuan
Watt, adalah satu Joule per detik. Daya kerja dirumuskan sebagai :
dtdWP = ( 2.6 )
Di mana : = daya kerja (Watt) P
= perubahan energi (Joule) dW
= waktu (detik) dt
Di dalam konsep teknik tenaga listrik, terdapat tiga buah jenis daya, yaitu
daya nyata atau daya aktif, daya reaktif Q dan daya kompleks atau daya semu
. Perbedaan ketiga daya tersebut disebabkan karena di dalam konsep teknik
tenaga listrik terdapat tiga buah jenis beban yang berbeda, yaitu resistif, induktif
dan kapasitif.
P
S
8
Daya semu atau daya kompleks adalah gabungan dari daya aktif dan
reaktif. Daya kompleks ini merupakan daya listrik yang dijual oleh PLN kepada
pelanggannya. Daya semu diukur dalam satuan VA, merupakan hasil kali
antara tegangan dan arus listrik. Daya semu dirumuskan sebagai :
S
IVS .= ( 2.7 )
Di mana : = daya kompleks (VA) S
V = tegangan (V)
I = arus listrik (A)
Daya nyata atau daya aktif adalah daya yang digunakan untuk kerja,
misalnya digunakan sebagai putaran motor, cahaya dalam lampu penerangan dan
panas. Daya nyata diukur dalam satuan Watt, di rumuskan sebagai : P
ϕϕ coscos VISP == ( 2.8 )
Daya reaktif terdiri dari dua jenis, yaitu daya reaktif yang bersifat induktif
dan daya reaktif yang bersifat kapasitif. Daya reaktif yang bersifat induktif
digunakan untuk membangkitkan medan magnet, yang diserap oleh beban listrik
yang bersifat induktif, misalnya induktor atau gulungan. Daya reaktif yang
bersifat kapasitif digunakan untuk membangkitkan medan listrik, yang diserap
oleh beban bersifat kapasitif misalnya adalah kapasitor. Daya reaktif Q diukur
dalam satuan VAR, dirumuskan sebagai :
ϕϕ sinsin VISQ == ( 2.9 )
9
Hubungan antara ketiga daya di dalam konsep teknik tenaga listrik,
digambarkan dalam bentuk segitiga daya, seperti yang diperlihatkan pada gambar
2.1. berikut ini.
P
QS
ϕ
Gambar 2.1. Segitiga daya
ϕ adalah sudut yang dibentuk antara daya nyata dan daya kompleks. ϕcos adalah
perbandingan antara daya nyata dan daya kompleks, yang dirumuskan sebagai :
SP
=ϕcos ( 2.10 )
ϕcos disebut juga sebagai faktor daya atau ( power factor, pf). Untuk beban yang
bersifat induktif, lagging di mana arusnya tertinggal dari tegangannya. Dan
untuk beban yang bersifat kapasitif, leading di mana arusnya mendahului
tegangannya.
pf
pf
2.2. Teknik Penerangan
Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber cahaya memancarkan energi,
di mana sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan
cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang elektromagnetik.
Sehingga cahaya merupakan gejala getaran. Gejala-gejala getaran yang sejenis
dengan cahaya adalah gelombang panas, radio, televisi, radar dan sebagainya.
10
Kecepatan rambat gelombang elektromagnetik di ruang bebas adalah
3.10
v
5 km per detik. Apabila frekuensi dan panjang gelombang nya f λ , maka
berlaku :
fv
=λ ( 2.11 )
Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 380 – 780 mµ, dibagi atas
beberapa daerah panjang gelombang, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.1.
berikut ini.
Tabel. 2.1. Spektrum Cahaya
No. Panjang Gelombang (mµ) Warna Cahaya
1 380 – 420 Ungu
2 420 – 495 Biru
3 495 – 566 Hijau
4 566 – 589 Kuning
5 589 – 627 Jingga
6 627 – 780 Merah
Gambar 2.2. Grafik kepekaan mata manusia
11
Selain memiliki warna tertentu, setiap panjang gelombang juga memberikan
intensitas tertentu. Mata manusia paling peka terhadap cahaya dengan panjang
gelombang 555 mµ, yaitu cahaya berwarna kuning-hijau. Warna-warna lainnya
tampak kurang terang. Gambar 2.2. di atas memperlihatkan grafik kepekaan mata
manusia.
Apabila intensitas suatu energi radiasi tertentu dengan panjang gelombang
555 mµ, digunakan sebagai acuan untuk mengukur energi 1 W dari suatu sumber
cahaya yang dipancarkan, maka dapat dikatakan bahwa sumber cahaya tersebut
dinilai dengan 1 Watt cahaya. Jumlah watt yang dipancarkan lampu sebagai
energi nampak tidak sama dengan jumlah watt yang dinilai oleh mata. Untuk
mendapatkan jumlah watt cahaya, jumlah watt energi setiap panjang gelombang
harus dikalikan dengan faktor kepekaan mata untuk panjang gelombang tersebut
Gambar 2.3. Grafik energi – panjang gelombang sebuah lampu
2.3. Arus Cahaya
Arus cahaya atau disebut juga fluks cahaya adalah aliran rata-rata energi
cahaya yang dipancarkan setiap detik, yang merupakan jumlah keseluruhan watt
cahaya di mana jumlah tersebut adalah semua hasil kali antara energi setiap
12
panjang gelombang dengan faktor kepekaan mata. Fluks cahaya dinyatakan dalam
satuan lumen (lm). Satu watt cahaya kira-kira sama dengan 680 lumen. Angka
perbandingan 680 ini dinamakan ekivalen pancaran fotometris.
Sebuah lampu 100 watt hanya memancarkan 8 watt saja sebagai cahaya
tampak, sisanya hilang sebagai panas karena konduksi dan radiasi. Dari 8 watt ini
setelah dikalikan dengan faktor kepekaan mata, hanya 2,25 watt cahaya saja. Jadi
fluks cahaya lampu 100 watt tersebut sama dengan 2,25 x 680 = 1530 lumen.
Setiap lampu mempunyai nilai efikesi, yaitu perbandingan besarnya lumen
yang dihasilkan setiap lampu dengan daya nyata lampu, yaitu :
Pefikesi Φ
= ( 2.12 )
Di mana : = fluks cahaya / arus cahaya (lumen) Φ
= daya nyata lampu P
2.4. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah energi radiasi yang dipancarkan oleh lampu sebagai
cahaya ke suatu jurusan tertentu. Intensitas cahaya dinyatakan dalam candela (cd).
Istilah candela berasal dari kata candle yang berarti lilin, merupakan satuan tertua
pada teknik penerangan dan diukur berdasarkan intensitas cahaya standar.
Suatu sumber cahaya ditempatkan di dalam bola dan memancarkan 1 cd ke
setiap jurusan, akan menyebabkan permukaan bola akan mendapatkan penerangan
yang merata. Apabila intensitas cahaya 1 cd melalui sudut ruang 1sr (steradian),
maka akan mengalir arus cahaya 1 lumen, sehingga intensitas cahaya dapat
13
didefinisikan sebagai arus cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke
suatu arah tertentu.
ωΦ
=cI ( 2.13 )
Di mana : = intensitas cahaya (cd) cI
= arus cahaya (lumen) Φ
ω = sudut ruang (steradian, sr)
Apabila suatu sumber cahaya bernetuk titik ditempatkan di pusat bola, di mana
bola dilingkupi oleh sudut ruang sebesar 4π steradian, maka persamaan 2.13
menjadi :
π4
Φ=cI ( 2.14 )
Atau
cIπ4=Φ ( 2.15 )
2.5. Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan atau iluminasi di suatu bidang adalah fluks atau arus
cahaya yang jatuh pada bidang seluas 1 m2. Intensitas penerangan diukur dalam
satuan lux (lx), yang besarnya adalah 1 lumen per m2.
AE Φ
=~
( 2.16 )
14
Di mana : ~E = intensitas penerangan (lux)
= fluks cahaya (lumen) Φ
A = luas bidang permukaan (m2)
Apabila suatu sumber cahaya di tempatkan pada pusat bola, maka persamaan 2.15
disubtitusikan ke persamaan 2.16. menjadi :
AI
E cπ4=
~ ( 2.17 )
Karena luas permukaan bola adalah 4πr2 (r adalah jari-jari bola) maka :
244
rI
E c
ππ
=~
( 2.18 )
Umumnya bidang yang diterangi bukanlah permukaan bola, sehingga
persammaan di atas hanya berlaku untuk satu titik tertentu (Titik P) dari bidang
tegak lurus yang diterangi seperti pada gambar 2.2. (S adalah titik sumber
cahaya), sehingga :
2h
IE c
P =~
( 2.19 )
Di mana : = intensitas penerangan di titik P(lux) PE~
= intensitas cahaya (cd) cI
= jarak dari sumber cahaya ke titik penerangan h
pada bidang (m)
15
θ
Gambar 2.4. Posisi sumber cahaya terhadap titik penerangan
Apabila titik Q mempunyai jarak r terhadap sumber cahaya S, seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.4, maka intensitas penerangan di titik Q adalah :
2rI
E cQ =
~ ( 2.20 )
22 lhI
E cQ
+=
~ ( 2.21 )
karena θcosrh = atau θcoshr = ( 2.22 )
maka persamaan 2.20 menjadi :
( )2θcos
~
hI
E cQ = ( 2.23 )
θ22 cos
~
hI
E cQ = ( 2.24 )
θ2cos~~
PQ EE = ( 2.25 )
16
2.6. Luminasi
Luminasi adalah suatu ukuran untuk terang dari suatu benda. Luminasi yang
terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti lampu pijar tanpa armatur. Luminasi
L dari suatu sumber cahaya adalah intensitas cahaya dibagi luas semu
permukaan, yaitu :
s
c
AI
L = ( 2.26 )
Di mana : L = luminasi (cd/cm2)
= intensitas cahaya (cd) cI
= luas permukaan semu (cmsA 2)
Luas permukaan semu adalah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu
bidang rata tegak lurus pada arah pandang, bukan luas permukaan keseluruhan.
Sebagai contoh, benda berbentuk bola, luas permukaan semunya adalah luas
lingkaran bola.
2.7. Penerangan Jalan Raya
Penerangan jalan umum dibuat untuk mempermudah dan membantu
manusia dalam melihat obyek di jalan pada waktu malam hari atau suasana gelap.
Penerangan jalan umum mempunyai 3 fungsi, yaitu sebagai fungsi keamanan,
fungsi ekonomi dan fungsi estetika. Keamanan pengguna jalan berkaitan dengan
kuat penerangan sesuai dengan kecepatan kendaraan, serta kerataan penerangan
pada bidang jalan. Kebutuhan daya penerangan pada suatu ruas jalan sangat
bervariasi tergantung pada geometri permukaan jalan, lampu yang digunakan dan
faktor refleksi permukaan jalan. Fungsi ekonomi jalan berkaitan dengan distribusi
17
baran erkaitan
n dan kenyamana pengguna jalan.
1.
enerangan didasarkan pada kecepatan maksimal yang
2.
andingan kuat penerangan pada bagian tengah lintasan
pi jalan. Sebagai nilai acuan, perbandingan tersebut
3.
aan tidak
i sebagai filter cahaya.
mbentukan bayangan. Sumber penerangan untuk
5.
ya lampu pelepasan gas tinggi khususnya lampu merkuri
6.
aling sensitif terhadap mata, sehingga tepat digunakan
pada daerah berkabut. Lampu SON atau SOX tepat untuk penerangan jalan
Terdapat lima klasifikasi jalan beserta kuat rata-ratanya, seperti yang
diperlihatkan pada tabel berikut ini.
g serta kelancaran mobilitas pengguna jalan. Fungsi estetika b
dengan keindahan jala
Penerangan jalan mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain :
Kuat penerangan
Besarnya kuat p
diizinkan terhadap kendaraan yang melaluinya.
Distribusi cahaya
Kerataan cahaya pada jalan raya sangat penting, di mana faktor kerataan
cahaya adalah perb
kendaraan dengan pada te
tidak lebih dari 3:1
Tingkat kesilauan cahaya
Cahaya yang menyilaukan dapat menyebabkan keletihan mata, peras
nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk mengurangi silau digunakan
akrilik atau gelas pada armatur yang berfungs
4. Arah pancaran cahaya dan pe
jalan raya dipasang menyudut 50 hingga 150.
Warna dan perubahan warna
Warna caha
berpengaruh terhadap warna tertentu, misalnya warna merah.
Lingkungan
Lingkungan berkabut maupun berdebu mempunyai faktor absorsi terhadap
cahaya yang dpancarkan oleh lampu. Cahaya kuning kehijauan mempunyai
panjang gelombang p
pada daerah tersebut.
18
Tabel 2.2. Kuat penerangan pada setiap jenis jalan
No Jenis Kua an
Jalan t Penerang
Rata-rata
1 Jalan bebas hambatan atau TOL > 20 Lux
2 Utama, jalan yang menuju atau melingkar 15 – 20 Lux Jalan
kota
3 Jalan penghubung, percabangan jalan utama 7 – 10 Lux
4 Jalan Kampung atau lokal 3 – 5 Lux
5 an Setapak atau gang 3 – 5 Lux Jal
Kehilangan cahaya pada sumber penerangan jalan dipengaruhi oleh dua
1. kemampuan sumber penerangan (lampu dan armatur) karena
2. engotoran maupun
perubahan sifat lastik maupun prismatik penutup armatur.
Tabe n cahaya pad ya
aktu Pema ian (Tahun)
faktor, yaitu :
Penurunan
pemakaian
Pengotoran terhadap armaturnya, dapat disebabkan p
l 2.3. Faktor kehilanga a lampu penerangan jalan ra
W kaKeadaan Lingkungan
1 2 3
Sangat Bersih 0,98 0,94 0,93
Bersih 0,95 0,92 0,90
Sedang 0,92 0,87 0,84
Kotor 0,87 0,81 0,75
Sangat Kotor 0,72 0,63 0,57
19
2.8.
hun 1877
Thoma
listrik digolongkan dalam tiga
yaitu :
elepasan Gas (Discharge Lamp)
. Lampu Electroluminescent.
2.8.1.
bohlam
Lampu Listrik
Di alam semesta terdapat dua buah macam sumber cahaya, yaitu sumber
cahaya alami matahari dan sumber cahaya buatan, salah satunya adalah lampu
listrik. Lampu listrik adalah lampu yang mengeluarkan atau menghasilkan cahaya
apabila disambungkan terhadap sumber tenaga listrik. Lampu listrik mulai
digunakan sekitar tahun 1810, di mana pada saat itu lampu yang digunakan adalah
lampu busur yang menggunakan karbon sebagai elektrodanya. Pada ta
s Alfa Edison menggunakan lampu pijar untuk pertama kalinya.
Di dalam perkembangannya, lampu
kategori berdasarkan prinsip kerjanya,
1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)
2. Lampu Tabung atau Lampu P
3
Lampu Pijar
Lampu pijar atau Incandescent Lamp adalah lampu yang menghasilkan
cahaya akibat memijarnya filamen. Lampu pijar tergolong lampu listrik generasi
awal yang masih digunakan hingga saat ini. Jenis – jenis lampu yang termasuk
lampu pijar adalah lampu pijar dengan filamen tungsten (sering dikenal dengan
), lampu pijar dengan filamen karbon, lampu halogen dan lampu reflektor.
Sejarah lampu pijar dimulai kira-kira tahun 1765, di mana seorang warga
negara Inggris yang bernama Lord Londsdale menyalurkan gas batu bara dari
pabrik batu bara ke kantornya untuk keperluan penerangan. Kemudian Welsbach
20
mengembangkan penerangan dengan prinsip pemijaran dengan menggunakan
mantel sebagai bahannya. Pada tahun 1810 Sir Hamprhrey Davy
mendemonstrasikan busur api karbon dan pemasangan instalasi permanen yang
pertama busur api sebagai lampu listrik. Perkembangan selanjutnya seorang
Inggris bernama Frederik De Moleyns pada tahun 1840 menemukan cara terbaru
membuat lampu yang terdiri dari dua kawat platina yang kedua ujungnya
mengeluarkan cahaya. Pada tahun 1872, seorang Rusia menemukan lampu pijar
menggunakan grafit yang diopersikan dalam suatu globe yang diisi gas netrogen.
Lampu pijar pertama yang dianggap paling berhasil adalah hasil temuan Thomas
Alfa Edison pada tahun 1877 dan lampu tersebut dapat digunakan secara
maksim l.
Gambar 2.5. Konstruksi lampu pijar
a
21
Cahaya yang dikeluarkan oleh lampu pijar berdasarkan prinsip pemijaran,
sehingga lampu ini panas sebagai akibat pemijaran filamen. Ketika terdapat arus
listrik yang mengalir melalui filamen yang mempunyai resistivitas tinggi,
sehingga menyebabkan kerugian tegangan, selanjutnya akan menyebabkan
kerugian daya yang menyebabkan panas pada filamen sehingga filamen akan
berpijar. Bola lampu pijar dibuat hampa udara atau diisi gas mulia. Temperatur
kerja filamen yang berpijar dapat mencapai 25000C hingga 30000C, sehingga
umur lampu pijar ini cukup pendek (hanya kira-kira 1000 jam).
Daya yang didesipasikan (watt) oleh filamen lampu pijar, dipengaruhi
oleh tegangan kerja V (volt) dan resistansi filamen pada kondisi panas
P
R (ohm),
di mana :
RVP
2
= ( 2.27 )
2.8.2. Lampu Tabung
Lampu tabung (Tubelair Lamp, TL) atau lampu pelepasan gas (Discharge
Lamp) adalah lampu listrik yang mengeluarkan cahaya akibat adanya pelepasan
elektron (electron discharge). Berdasarkan jenis gas yang digunakannya, lampu
tabung dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Lampu merkuri, yaitu lampu tabung yang menggunakan gas merkuri untuk
pelepasan elektronnya dalam menghasilkan cahaya. Lampu merkuri ini di
golongkan menjadi dua jenis, yaitu lampu merkuri tekanan rendah dan lampu
merkuri tekanan tinggi
22
2. Lampu sodium yaitu lampu tabung yang menggunakan gas sodium (natrium)
untuk pelepasan elektronnya dalam menghasilkan cahaya. Lampu sodium ini
di golongkan menjadi dua jenis, yaitu lampu sodium tekanan rendah dan
lampu sodium tekanan tinggi
Lampu Flouresen adalah lampu tabung merkuri tekanan rendah, karena selain gas
floresen pada tabung lampu tersebut juga dimasukkan gas merkuri dengan tekanan
rendah, sekitar 0,4 Pa.
Berdasarkan cara kerjanya, rangkaian lampu tabung dibedakan menjadi
dua, yaitu rangkaian dengan starter (Switch-start Circuit) dan rangkaian tanpa
stater. Stater lampu tabung terdiri dari bimetal yang diletakkan di dalam tabung
gelas kecil dan diisi dengan gas argon. Dala keadaan tidak bekerja (off) bimetal
stater membuka, karena stater ini berfungsi sebagai tombol Normally Open NO.
Kapasitor C dan resistor R yang ditempatkan dalam tabung luar stater berfungsi
untuk mengurangi interferensi radio. Selain starter, pada lampu tabung juga
dilengkapi ballast, yaitu suatu alat yang berfungsi untuk membatasi arus apabila
lampu sudah menyala normal. Ballast lampu tabung terdiri dari induktor yang
dihubungkan seri dengan salah satu elektroda.
Gambar 2.6. Konstruksi Lampu Tabung
23
Prinsip kerja dari lampu tabung dimulai ketika saklar dalam posisi
terhubung, maka starter akan menerima tegangan kerja penuh yang membuat
bimetal terhubung satu dengan yang lain sebagai hasil dari terjadinya panas dalam
tabung starter sehingga terjadi hubungan tertutup. Sehingga arus mengalir melalui
ballast, elektroda pertama, starter, elektroda kedua dan kembali ke netral. Saat
arus mengalir melalui bimetal, temperatur dalam tabung gelas starter akan turun
seperti semula (dingin) dan bimetal terlepas kembali ke posisi semula, sehingga
akan menjadi hubungan terbuka. Pada saat arus mengalir melalui elektroda, maka
elektroda akan panas dan memijar sehingga gas argon yang ada di dalam tabung
lampu menjadi terionisasi.
Gambar 2.7. Rangkaian lampu tabung
Dengan terlepasnya bimetal, tegangan induktif yang cukup tinggi kira-kira
1000 volt dibangkitkan dalam rangkaian lampu. Tegangan kejut ini mampu untuk
membuat terjadinya pelepasan elektron dalam gas berlangsung secara kontinu,
dari elektroda satu ke elektroda yang lainnya. Panas yang dibangkitkan dalam
tabung akibat terionisasinya gas argon dapat membuat gas merkuri menjadi uap.
Selain itu, tegangan jepit antar elektroda akan turun menjadi 100 atau 110 volt,
24
dan tegangan ini tidak akan cukup untuk membuat starter bekerja. Pelepasan
elektron yang terjadi melalui uap merkuri akan membangkitkan radiasi ultraviolet.
Radiasi ultraviolet ini akan diubah menjadi cahaya nampak oleh lapisan fluoresen.
2.8.3. Lampu Electroluminescent.
Lampu elektroluminescent adalah lampu yang menghasilkan cahaya
karena adanya emisi cahaya hasil dari eksitasi di dalam suatu padatan. Efek
tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan medan listrik pada bahan kristalin
yang mempunyai sifat pemendaran khusus dan dapat dikontrol. Hingga saat ini,
hanya terdapat dua sumber cahaya elektroluminescent, yaitu Ligth Emiting Diode
(LED) dan panel elektroluminescent.
LED adalah bahan semikonduktor yang mengeluarkan cahaya ketika arus
listrik melaluinya. Sebagaimana dioda, LED terdiri dari pasangan bahan
semikonduktor P dan N. Bila sumber arus searah diberikan pada LED, maka
lubang (hole) akan mengalir ke arah N dan elektron akan mengalir ke arah P.
Cahaya yang dihasilkan LED bermacam-macam sesuai dengan bahan
semikonduktor yang digunakannya.
Panel elektroluminescent adalah sumber cahaya datar yang cahayanya
merupakan emisi bahan –bahan dielektrik sehingga sumber cahaya ini dapat pula
dikatakan sebagai ligth-emiting capasitor. Dasar pemikirannya,serbuk fluoresen
dapat diaktifkan oleh medan listrik baik yang disebabkan oleh arus searah maupn
arus bolak-balik.
25
2.9. Lampu HPL – N
Lampu HPL – N adalah jenis lampu merkuri fluoresen bertekanan tinggi, di
mana lampu jenis merupakan keluarga lampu tabung. HPL – N adalah nama
produk dari lampu jenis merkuri fluoresen yang dikenal di Eropa. Di Inggris dan
Australia lampu merkuri fluoresen bertekanan tinggi dikenal dengan nama MBF,
di Amerika dikenal dengan nama HX dan DX, sedangkan di Jepang lebih dikenal
dengan nama HF.
Gambar 2.8. Konstruksi Lampu Merkuri Tekanan Tinggi (HPL – N)
Prinsip kerja lampu merkuri sama dengan prinsip kerja lampu tabung
fluoresen, di mana cahaya yang dihasilkan berdasarkan terjadinya lucutan elektron
(electron discharge) di dalam tabung lampu. Konstruksi lampu merkuri berbeda
26
dengan konsruksi lampu fluoresen. Lampu merkuri terdiri dari dua tabung, yaitu
tabung dalam yang disebut Arc Tube dan tabung luar yang disebut bohlam (Bulb).
Tabung dalam diisi merkuri yang berguna untuk menghasilkan radiasi ultraviolet
dan gas argon yang berfungsi untuk keperluan starting. Sedangkan bohlam luar
berfungsi sebagai tabung dn menjaga kestabilan suhu di sekitar tabung.
Lampu merkuri merupakan keluarga lampu tabung, sehingga pada lampu ini
harus dipergunakan ballast untuk membatasi arus listrik. Biasanya ballast lampu
merkuri berupa reaktor autotrafo, tergantung dari karakteristiknya. Lampu
merkuri bekerja pada daya yang rendah. Pada dasarnya, jenis sinar yang
dihasilkan oleh lampu merkuri adalah dominan radiasi ultraviolet yang harus
diubah menjadi cahaya tampak (Visible light) dengan cara melapisi dinding
bagian dalam bohlam dengan serbuk phospor, sama halnya dengan lampu
fluoresen.
Lampu merkuri membutuhkan 5 – 7 menit untuk dapat menyala normal, hal
ini disebabkan tekanan gas di dalam tabung membutuhkan waktu tertentu untuk
memungkinkan terjadinya pengionisasian merkuri untuk menghasilkan radiasi
ultra violet. Apabila lampu dimatikan, kemudian dinyalakan kembali, akan
membutuhkan waktu lebih lama dari pada waktu yang dibutuhkan untuk
penyalakkan norma, yaitu sekitar 5 – 10 menit. Hal ini disebabkan oleh adanya
tekanan tinggi di dalam tabung saat lampu dimatikan, sehingga tidak
memungkinkan untuk starting kembali. Apabila tekan gas sudah turun kembali
dalam waktu tertentu, maka starting mulai dapat berlangsung kembali.
27
Lampu HPL – N atau lampu merkuri bertekanan tinggi fuoresen mempunyai
umur rata-rata 12.000 jam sampai 20.000 jam. Sedangkan fluks cahaya yang
dihasilkan berkisar antara 1.800 lumen sampai 54.200 lumen. Karena colour
renderingnya cukup baik, sehingga lampu ini baik digunakan untuk penerangan
jalan umum dan industri.
2.10. Lampu SON – T
Lampu sodium tekanan tinggi lebih sering disebut lampu SON – T . Prinsip
kerjanya sama dengan lampu sodium tekanan rendah atau SOX – E, yaitu
berdasarkan pelepasan elektron di dalam tabung lampu. Lampu sodium tekanan
tinggi SON maupun sodium tekanan rendah SOX adalah keluarga lampu tabung
atau discharge lamp. Sesuai dengan namanya, lampu ini mempunyai tekanan gas
di dalam tabungnya kira-kira 250 mm Hg, sehingga temperatur kerja tabung
lampu ini juga tinggi.
Gambar 2.9. Konstruksi Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON – T)
28
Lampu sodium tekanan tinggi terdiri dari dua tabung, yaitu tabung gas atau
arc tube, dan tabung luar atau bohlam. Tabung gas terbuat dari bahan yang tahan
terhadap uap sodium yang harus bekerja pada temperatur tingi, misalnya stellox.
Di dalam tabung gas diisikan sodium dan merkuri. Merkuri berfungsi untuk
menaikkan tekanan gas dan tegangan kerja lampu sampai batas tertentu. Selain
sodium dan merkuri, di dalam tabung gas juga dimasukkan gas mulia Neon untuk
keperluan starting. Bohlam luar terbuat dari gelas yang sama sekali terpisah dari
udara luar. Bohlam ini berfungsi untuk mencegah tabung gas dri kerusakan akibat
bahan kimia dan juga berfungsi untuk mempertahankan kestabilan temperatur
tabung gas.
Karena diameter tabung gas terlalu kecil, maka lampu sodium tekanan tinggi
tidak mempunyai elektroda bantu seperti pada lampu merkuri. Untuk keperluan
starting, diperlukan campuran gas argon, xenon serta penambahan perlengkapan
start diluar tabung gas. Lampu sodium tekanan tinggi membutuhkan waktu kira-
kira sampai 10 menit untuk dapat menyala normal. Hal ini disebabkan sodium di
dalam tabung gas membutuhkan pemanasan awal sampai dapat menghasilkan
cahaya yang sebenarnya. Sedangkan untuk penyalaan ulang, lampu sodium
tekanan tinggi akan membutuhkan waktu yang lebih singkat dari pada penyalaan
normal, karena gas dalam tabung masih dalam keadaan panas tinggi saat lampu
dimatikan.
Sekalipun merkuri dimasukkan ke dalam tabung gas pada lampu sodium
tekanan tinggi, hal ini bukan berarti merkuri akan mempengaruhi cahaya ang
dihasilkan lampu. Karena temperatur dalam tabng gas mencapai 3000 K, di mana
29
hanya sodium yang mampu untuk memancarkan cahaya, sedangkan merkuri
membutuhkan temperatur 4000 K. Sehingga cahaya lampu yang dihasilkan
berwarna putih emas dengan panjang gelombang terbentang sepanjang spektrum
cahaya tampak.
Lampu SON – T atau lampu sodium tekanan tinggi mempunyai efisiensi
yang baiksekitar 90 sampai 120 lm/watt serta mempuyai umur 12.000 – 20.000
jam. Lampu ini sesuai untuk penerangan jalan umum, namun lampu ini
mempunyai colour rendering yang rendah, sehingga perubahan warna obyek ang
disinari sangat besar.
2.11. Energi Listrik Yang Diserap Oleh Lampu
Energi adalah daya kerja yang telah digunakan dalam satu satuan waktu,
sehingga :
tPW .= ( 2.28 )
Di mana = Energi (Joule) W
= Daya (Watt) P
t = waktu (detik)
Daya listrik lebih sering menggunakan satuan kWatt dan dalam satuan waktu jam
(hours), sehingga persamaan 2.28 menjadi :
36001000
txPW = kWH ( 2.29 )
kWH ( 2.30 ) PtW 710782 −= .,
Dari persamaan 2.30 didapatkan bahwa energi listrik 1 Joule sama dengan
2,78.10-7 kWH, atau sebaliknya energi listrik 1 kWH sama dengan 3,6.106 Joule.
30
Karena PLN menjual energi listrik kepada konsumen menggunakan daya
kompleks VA, maka energi listrik yang diserap oleh lampu adalah :
( 3.31 ) tSW .=
tpfPW .= ( 3.32 )
Di mana : = daya kompleks (VA) S
t = waktu (detik)
= faktor daya pf
Apabila digunakan satuan kW untuk daya listriknya dan dalam satu satuan waktu
jam, maka energi yang diserap oleh lampu adalah :
xpf
kWW = jam pf
kWH=
kVAW =
( 3.33 )
( 3.34 )
.12. Biaya Penggunaan Lampu
alah energi yang diserap lampu dikalikan
dengan
H
2
Biaya penggunaan lampu ad
tarif energi per kWHnya, maka :
Biaya W= x tarif ( 3.35 )
pfkWH x tarif ( 3.36 ) Biaya =
Biaya kVAH= x tarif ( 3.37 )
31