BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG EFEKTIVITAS ...

27
18 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN ADZ DZIKR 1. Pengertian metode Adz-Dzikr Pengertian metode adz dzikr adalah sebuah cara belajar mengajar baca Al-Qur’an yang dibaca langsung tanpa dieja dan bertajwid praktis yang disusun oleh Tim dari LP Ma’arif kota Mojokerto. Metode ini mempunyai ciri-ciri pengajaran sebagai berikut: a. Diajarkan secara klasikal b. Dibaca langsung tanpa diuai dan langsung praktek tajwid c. Praktis; diterangkan dengan singkat, member contoh dan yang penting dril d. CBSA; mengaktifkan santri dengan bimbingan ustaz/ustadzah e. Terdiri dari 5 jilid. Jilid 1, 2, 3 menggunakan system terapan 5 langkah. Jilid 4, 5 menggunakan system terapan 3 langkah Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan bagi pengajar buku jilid “Adz Dzikr antara lain: a. Penguasaan materi yang diajarkan harus benar-benar maksimal b. Mengetahui dan memahami pokok bahasan c. Memilih metode yang tepat (sesuai sikon) d. Menguasai santri (jangan memulai mengajar sebelum santri siap belajar) e. Menguasai metode ad dzikr yaitu dengan 3 tingkatan (1, 2, 3)

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG EFEKTIVITAS ...

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN

ADZ DZIKR

1. Pengertian metode Adz-Dzikr

Pengertian metode adz dzikr adalah sebuah cara belajar mengajar baca

Al-Qur’an yang dibaca langsung tanpa dieja dan bertajwid praktis yang disusun

oleh Tim dari LP Ma’arif kota Mojokerto.

Metode ini mempunyai ciri-ciri pengajaran sebagai berikut:

a. Diajarkan secara klasikal

b. Dibaca langsung tanpa diuai dan langsung praktek tajwid

c. Praktis; diterangkan dengan singkat, member contoh dan yang penting dril

d. CBSA; mengaktifkan santri dengan bimbingan ustaz/ustadzah

e. Terdiri dari 5 jilid. Jilid 1, 2, 3 menggunakan system terapan 5 langkah. Jilid

4, 5 menggunakan system terapan 3 langkah

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan bagi pengajar buku jilid “Adz

Dzikr antara lain:

a. Penguasaan materi yang diajarkan harus benar-benar maksimal

b. Mengetahui dan memahami pokok bahasan

c. Memilih metode yang tepat (sesuai sikon)

d. Menguasai santri (jangan memulai mengajar sebelum santri siap belajar)

e. Menguasai metode ad dzikr yaitu dengan 3 tingkatan (1, 2, 3)

19

2. Sejarah Munculnya Metode Adz-Dzikr

Lahirnya metode adz dzikr ada sebab yang melatar belakangi yaitu:

a. Dibekukannya metode Qiroati pada tahun 1998 Di Mojokerto.

b. Hasil Study Banding LP Maarif NU Tulung Agung.

c. Setelah itu pimpinan maarif memberikan tugas atas amanah PC LP Maarif NU

supaya mabin PQ segera menyusun buku metode pembelajaran baca AL-

Qur’an.

d. Nama Adz dzikr hasil istikhoroh beberapa Kyai utamanya KH. Samsul Bahar,

Sokoanyar Ngoro Mojokerto.

3. Keutamaan metode Adz-Dzikr

Keutamaan metode adz dzikr antara lain yaitu:

a. Penyusunan metode adz dzikr menggunakan ruh dari metode Qiroati, sehingga

tidak berbeda jauh antara metode Qiroati dan adz dzikr.

b. Metode adz dzikr produksi dalam negeri kab Mojokerto sendiri dan disusun

oleh tim yang dibentuk oleh LP Maarif NU kabupaten Mojokerto

c. Harga lebih murah dan mudah didapatkan

d. Telah teruji hasilnya dalam pembelajaran di TPQ LP Maarif Kabupaten

Mojokerto

e. Membantu pengembangan organisasi Mabin TPQ LP Maarif NU Kabupaten

Mojokerto

f. Wisuda santri dapat dilaksanakan setiap waktu apabila membutuhkan.

4. Langkah penerapan metode Adz-Dzikr

Sistem terapan dalam metode ad dzikr ada 5 langkah. Langkah-langkah

tersebut adalah:

20

a. Ustadz/ustadzah menerangkan materi yang akan diajarkan

b. Ustadz /ustadzah membaca diikuti santri

c. Santri membaca bersama-sama, ustadz/dzah member ketukan.

d. Santri membaca satu persatu

e. Evaluasi dengan cara santri membaca dihadapan ustadz/dzah.

Adapun cara mengajarkan metode Adz-Dzikr adalah sebagai berikut:

a. Cara Mengajarkan Jilid 1

1) Setiap menerangkan PB harus ditulis dipapan dan disertakan 1 baris materi

untuk contoh, untuk jilid 1 huruf hijaiyah diatas juga harus ditulis.

2) Bacalah huruf hijaiyah diatas dengan diikuti santri.

3) Lingkari pokok bahasan dan tunjukkan bahwa ini bunyinya A (awas jangan

terjebak membaca terlalu panjang) Suruh santri membaca berkali kali sampai

faham.

4) Lanjutkan dengan mempraktekkan terapan 5 langkah.

5) Cara membaca dibaca 3 kali ke 1 pelan dengan didahului ketuk dan 2, 3 cepat

diikuti ketuk.

6) Ajarkan makhorijul huruf setiap habis pelajaran sebelum evaluasi dengan

bahasa yang mudah difahami (bahasa ibu).

b. Cara Mengajarkan Jilid 2

1) Sama dengan jilid 1 point satu

2) Sebelum masuk materi jilid II dihari pertama, supaya diajarkan makhorijul

huruf secara kelompok bunyi seperti dsb.

21

3) Dalam menerangkan mulailah dengan menanyakan huruf berharakat yang

santri kenal. contoh:Anak anak ini bacanya apa?

Kalau santri sudah faham maka kita mulai mengenalkan pelajaran yang baru

dengan melingkari materi yang kita tuju yaitu dengan berbicara kalau itu

berharakat fathah berbunyi A, maka ini berharakat kasroh berbunyi I, apa anak-

anak …. . | apa…. . | apa …. . | lagi …. . |. hal ini sampai benar-benar faham.

4) Halaman 1 sampai 10 cara menerangkannya sama.

5) Halaman 11 kenaikan titiknya dan beri tahu bahwa keduanya sama hanya

beda bentuk wadahnya dan keduanya bunyinya sama.

6) Halaman 12 mulai kita ajarkan bacaan panjang (mad) disini supaya sanrti di

ajak membaca bacaan pendek 3 kali kemudian bacaan panjang 3 kali yaitu

dua huruf ini ditulis sejajar.

7) halaman 12 – 28 cara menerangkannya sama.

8) Halaman 29 kita ajarkan bahwa ini bukan bacaan panjang tapi bacaan lunak,

begitu juga dengan halaman 31.

9) Halaman 34 kita harus banyak melatih huruf mati dengan rumus.

10) setelah menjelaskan maka terapan 5 harus kita lanjutkan.

11) cara membaca:

(a). dibaca 3 kali dengan didahului 2 ketukan oleh ustadz / dzah.

(b). potongan yang panjang hendaknya dilakukan ala “adz-dzikr” dibaca 3 kali.

c. Cara Mengajarkan Jilid 3

1) Sama dengan jilid 2 point satu

2) Halaman 1 agar diterangkan bahwa dibaca mati dan pendek seperti tanpa alif.

22

3) Halaman 3 agar diterangkan bahwa bertemu dibaca terang tanpa dengung.

Lihat dibuku ini ada titik satu.

4) Halaman 4 agar diterangkan bahwa tanwin itu sama dengan nun sukun, karena

tanwin menyimpan bunyi nun sukun karena itu apabila ada tanwin bertemualif

juga harus dibaca terang.

5) Halaman 1 sampai 20 cara menerangkannya sama.

6) Halaman 21 agar diterangkan bahwa dibaca mendengung. Coba tunjukkan

perbedaan bacaan terang dengan dengung yang titiknya tiga. Ajak membaca

berulang-ulang

7) Halaman 24 agar diterangkan bahwa nun sukun bertemu lam harus dibaca

masuk tanpa mendengung, yaitu bunyi nun hilang sebab masuk dan diganti

dengan bunyi lam.

8) Halaman 30 agar diterangkan bahwa bila ada mim sukun bertemu huruf 26

dibaca terang. Mohon perhatian setiap membaca contoh bacaan mim sukun

agar santri disuruh untuk mencari bacaanya.

9) Halaman 34 – 38 agar di terangkan bahwa bila ada bacaan panjang dua

harokat bertemu huruf mati karena waqaf boleh dibaca panjang 2-6 harakat.

10) Halaman 38 agar diterangkan bahwa bila ada fathatain di akhir kalimat harus

dibaca panjang dua harakat.

11) Setelah menerangkan, maka terapan 5 harus kita lanjutkan.

12) Cara membaca:

(a). mulai halaman 1 s/d 33 dibaca 3x tanpa waqaf disertai lagu ala “adz-dzikr”

(b). mulai halaman 34 sampai habis dibaca sama tetapi harus diwaqafkan.

23

d. Cara Mengajarkan Jilid 4

1) Sama dengan jilid 3 point satu

2) Halaman 1 agar diterangkan bahwa bila ada nun sukun bertemu yak dibaca

masuk dan mendengung yaitu bunyi nun sukun hilang diganti bunyi yak sukun

serta dibaca dengung yang lama.

3) Halaman 2 agar diterangkan bahwa tanwin sama dengan nun sukun sebab

tanwin menyimpan bunyi nun sukun, karena itu bila ada tanwin bertemu yak

sama dengan nun sukun bertemu dengan yak.

4) Halaman 1 sampai 22 sama cara menerangkannya

5) Halaman 23 bila ada mim sukun bertemu dengan mim harus dibaca

mendengung yang lama.

6) Halaman 25 agar diterangkan bahwa nun iwadl baru dibaca bila ayat dibaca

washol. Bila waqaf, maka nun iwadl tidak terbaca, sebab nun iwadl itu berasal

dari nunnya tanwin akhir ayat sebelumnya. Caranya membaca khusus halaman

25 ialah:

(a). lagu satu membaca ayat pertama

(b). lagu kedua membaca ayat ke 2 diwasolkan

(c). lagu ketiga membaca ayat ke dua saja

7) halaman 26 tunjukan perbedaan bacaan idz-gham, hati-hati ada yang

mendengung ada yang terang

8) halaman 27 sampai 28 latihlah santri bermakhorijul huruf yang benar

9) halaman 29 terangkan bahwa tak terbaca, sebab masuk pada huruf berikutnya.

24

10) halaman 33 sampai 37 bacaan panjang, ada yang wajib dibaca 6 harakat, ada

yang boleh dibaca 2 sampai 6 harakat, tetapi sebaiknya santri diajak membaca

rata-rata 6 harakat agar tidak bingung.

11) halaman 38 sampai 40 latihlah santri membaca huruf faawatihus-suara sesuai

dengan 4 cara membacanya ………… yang ditulis.

12) Cara membaca jilid ini:

(a). Dibaca dengan 3 kali waqaf semuanya dan di lagukan “adz-dzikr”

(b). Kecuali pada halaman 25 telah diatur sendiri pada point ke-6 diatas.

e. Cara Mengajarkan Jilid 5

1) Sama dengan jilid 4 point 1

2) Halaman 1 agar diterangkan bahwa apabila ada nun mati yang bertemu dzal,

maka harus dibaca samar (nun mati dibunyikan dengan mulut

menggambarkan huruf berikutnya) danmendengung, begitu pula bila tanwin

bertemu dengan dzal.

3) Halaman 1 sampai 9 cara menerangkannya sama

4) Halaman 10 agar dijelaskan bahwa bila mim sukun bertemu dengan ba’ harus

dibaca samar di bibir dan mendengung.

5) Halaman 12 lam jalalah tafkhim harus dibaca tebal (loh). Hati-hati banyak

santri membaca lam jalalah tebal kurang tepat. Sedangkan lam tarqiq/ tipis

dibaca (lah)

6) Halaman 17 terangkan bila huruf qalqalah mati asli dipantulkannya

kecil/ringan. Halaman 18 terangkan bila huruf qalqalah mati waqaf di

pantulkannya tebal/ berat.

25

7) Halaman 21 ro’ tebal / tafkhim di baca dengan cara bibir berkumpul ke muka.

Halaman 23 ro’ tipis / tarqiq di baca dengan cara bibir terpisah.

8) Halaman 26 membaca huruf isti’la’ agar di angkat (bibir di moncongkan).

9) Halaman 29 dan 31 usadz dan ustadzah harus benar-benar menguasai

membaca akhir kalimat, agar tidak salah mengajarkannya

B. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN TAMAN PENDIDIKAN AL

QUR’AN

1. Pembelajaran Taman Pendidikan Al Qur-an

Penyelenggaraan Pendidikan adalah merupakan bagian dari proses yang

diharapkan mampu menuju kepada sesuatu titik akhir yaitu tujuan yang ditetapkan

sebelumnya. Tujuannya adalah : dunia cita yakni suasana ideal yang ingin

diwujudkan.

Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir

yang essensinya ditentukan oleh masyarakat serta dirumuskan secara

singkat dan padat, seperti terbentuknya kepribadian muslim, kematangan

dan integritas kesempurnaan Kepribadian.1

Tujuan pendidikan selalu terkait dengan perkembangan zaman atau

dengan kata lain bahwa rumusan tujuan pendidikan dapat dibaca unsur filsafat dan

kebutuhan yang mempengaruhinya. Suatu tujuan yang hendak dicapai dalam

pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang

terbentuk dalam diri masing-masing pribadi manusia sebagaimana yang

diinginkan.

1Pusat Studi Interdisipliner tentang Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya,

Pembangunan Pendidikan dalam Pandangan Islam, IAIN Sunan Ampel, Surabaya,

Cet. I, 1986. Hal. 153

26

Dengan demikian tidak dapat diketahui secara pasti tujuan pendidikan

tersebut, kecuali setelah diketahui siapa penyelenggara pendidikan itu dan dimana

pendidikan tersebut berlangsung. Suatu contoh dapat diambil yaitu tentang tujuan

pendidikan di Indonesia, maka pasti identik dengan cita-cita bangsa Indonesia,

begitu juga pendidikan yang diselenggarakan di negara-negara lain dan

pendidikan yang diselenggarakan oleh agama-agama lain di dunia yang juga

mempunyai tujuan mengarah kepada apa yang dikehendaki oleh masing-masing

agama.

Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah identik dengan cita-cita dan tujuan hidup manusia menurut syari'at

agama, yakni mengabdi kepada Allah agar mencapai kebahagiaan hidup didunia

dan di akherat, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ad Dzariyat ayat : 56 yang

berbunyi :

Artinya :

Dan aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah

Ku.2

Disamping beribadat kepada Allah, maka setiap muslim didunia ini

mempunyai cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup baik didunia maupun di

akherat.

Hal ini seperti bunyi firman Allah dalam Surah Al Baqoroh ayat : 201

2 Departemen Agama, RI, Al Qur-an Dan Terjemahnya, Proyek

Pengadaan Al Qur-an Depag, Jakarta, 1989, hal. 862

27

Artinya :

Dan diantara mereka yang berdo’a : Ya Tuhan ku, berilah kami kebaikan

di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.3

Selain tujuan yang tersebut diatas, disini dikemukakan pula beberapa

rumusan tujuan pendidikan Islam (Taman Pendidikan Al Qur-an) yang

dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan agama khususnya pendidikan agama

Islam, yakni sebagai berikut :

a. Menurut DR. Athiyah Al Abrasyi :

Tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti

yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral baik laki-laki

maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang

benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya,

menghormati hak-hak manusia tahu membedakan buruk dan baik, memilih

suatu fadilah menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat

Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.4

b. Menurut H, M. Arifin M. Ed.

Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta

menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berbudi

pekerti yang luhur menurut ajaran Islam.5

3 Ibid, hal., 31

4 M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Agama Islam,

Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hal. 103

5 H. M. Arifin M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Cet.I.

1991, Hal. 41

28

Disini jelaslah, bahwa tujuan pendidikan Islam itu tidak sempit akan

tetapi menjangkau seluruh lapangan hidup manusia yang selalu berorientasi pada

penyerahan diri kepada Allah.

Jadi cita-cita dan nilai yang ingin diwujudkan oleh pendidikan Islam

adalah kebahagiaan hidup baik didunia maupun setelah manusia mati.

Adapun secara spesifik, tujuan yang dilaksanakannya pendidikan luar

sekolah dalam hal ini adalah pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur-an,

sebagaimana disebutkan dalam buku “Pedoman Pendidikan Luar sekolah” tentang

peraturan pemerintah RI yang memuat tentang pendidikan luar sekolah dan

tercantum dalam bab II, pasal 2 sebagai berikut :

Pendidikan luar sekolah ( Non Formal bertujuan ) :

1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh, berkembang sedini

mungkin hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu

kehidupannya.

2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan ketrampilan dan

sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja

mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat / jenjang yang lebih tinggi

dan.

3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi

dalam jalur pendidikan sekolah.6

2. Kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an.

Menurut beberapa pendidikan, kurikulum itu ada semua pengetahuan,

kegiatan dan pengalaman-pengalaman belajar yang terarah dan teratur secara

sistematis dan metodis yang diberikan kepada anak didik, dalam mencapai suatu

tujuan pendidikan.

6 Undang-Undang RI tentang Sistem pendidikan Nasional, Sinar Grafika,

Jakarta, 1993, hal. 8

29

Pengertian kurikulum menurut Muhammad Ali Al Khouli yang telah

dikutip oleh Drs. Muhaimin MA, dkk., dalam bukunya pemikiran pendidikan

adalah :

Seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga

pendidikan dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan7

Sesuai dengan pengertian kurikulum secara umum yaitu semua

pengetahuan, kegiatan dan pengalaman-pengalaman belajar yang diatur secara

sistematis, metodis dan diterima anak didik untuk mencapai tujuan. Dalam

memberikan pengertian masalah kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an yang

perlu dikupas adalah pengertian kurikulum pendidikan agama dan pengertian

pendidikan non formal.

Berangkat dari pengertian kurikulum secara umum tersebut, maka kita

dapat mengambil pengertian kurikulum pendidikan agama yakni bahan-bahan

pendidikan agama yang berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang

dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan agama atau dengan kalimat yang lebih sederhana ;

semua pengetahuan, aktifitas dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis

diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama.

Dengan demikian kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an adalah

seperangkat pengetahuan aktifitas dan pengalaman yang dilaksanakan dalam

lembaga pendidikan non formal untuk mencapai tujuan pendidikan agama yang

telah ditetapkan.

7 Drs. Muhaimin MA. dkk, Pemikitan Pendidikan Islam, Tri genda

Karya, 1993. Hal. 184

30

Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka kurikulum

harus disusun berdasarkan konsep yang ada dengan memperhatikan beberapa

faktor :

1. Persesuaian dengan pendidikan agama

2. Persesuaian dengan tingkatan usia, tingkat perkembangan kejiwaan

anak dan kemampuan anak didik.8

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa sesuai dengan

kekhususannya, maka penyusunan kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an yang

sebagian besar adalah bersifat abstrak philosophis yang sulit diadakan pendekatan

secara scientific, oleh karena itu diharapkan kemampuan dan ketrampilan

pendidik berusaha sedapat mungkin untuk mengkongkritkan semua bahan yang

berada dalam kurikulum tersebut.

Dalam Taman Pendidikan Al Qur-an, secara khusus perumusan

kurikulum bukanlah satu-satunya hal yang wajib, hal ini digunakan dalam jalur

pendidikan luar sekolah secara umum yakni mencakup pendidikan non formal dan

informal yang disusun secara sistematis sesuai dengan jenjang pendidikan yang

berlaku, akan tetapi kurikulum yang ada pada jalur luar sekolah khususnya

pendidikan non formal adalah disusun sebagai patokan kerja bagi lembaga

pendidikan yang bersangkutan serta kurikulum itu disusun khusus untuk Taman

Pendidikan Al Qur-an, dan kemungkinan tujuan serta materi yang diajarkan pada

setiap Taman Pendidikan Al Qur-an yang satu akan berbeda dengan Taman

8 Ibid, hal.,59

31

Pendidikan Al Qur-an yang lain karena belum adanya patokan kurikulum secara

nasional.

Jadi jelaslah bahwa kurikulum pendidikan agama non formal itu hanya

sebagai patokan dan pedoman kerja bagi Taman Pendidikan Al Qur-an yang antara

lembaga –lembaga tersebut bergerak pada jalur dan tujuan atau visi dan misi yang

sama.

3. Metode Pembelajaran Taman Pendidikan Al Qur-an

Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur-

an diperlukan suatu metode yang digunakan untuk menyampaikan seperangkat

kurikulum atau pengajaran yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan

seluruh materi yang telah dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang telah

diharapkan. Untuk itu perlu adanya kesesuaian antara materi dan metode yang

akan dipergunakan.

Adapun metode pengajaran Taman Pendidikan Al Qur-an yang perlu

diterapkan ada bermacam-macam, sebagaimana yang telah di kemukakan oleh

para ahli pendidikan. Namun dalam pembahasan kali ini tidak mungkin akan kita

uraikan secara menyeluruh, akan tetapi yang perlu kita kaji adalah beberapa

metode yang sudah populer diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan non

formal khususnya pada Taman Pendidikan Al Qur-an yang diikuti oleh masing-

masing-masing santri.

Dalam kaitannya dengan masalah ini, telah dikemukakan oleh Badan

Kesejahteraan Masjid ( BKM ) Pusat Jakarta, bahwa : permasalahan yang

mendasar tentang pendidikan agama Islam non formal selama ini adalah belum

adanya metode proses belajar mengajar yang tepat. Namun demikian disamping

32

metode ceramah, tanya jawab, masih banyak metode yang dapat digunakan, hal

ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan Pengajaran

Tujuan atau cita-cita pada hakekatnya merupakan pedoman pokok

dlmpenggunaan metode pengajaran, karena semua metode apapun harus

disesuaikan dengan tujuan.

2) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah materi pelajaran yang hendak disajikan, apakah

mutu dan isinya sesuai dengan kematangan serta kesiapan mental anak didik

sebagai santri.

3) Ustadz atau pendidik

Yakni kemampuan Ustadz/Ustadzah itu sendiri dalam hal penguasaan

terhadap berbagai metode yang ada, adalah merupakan faktor penentu keefektifan

penggunaan metode.

4) Anak didik

Yang dimaksud adalah kondisi santri atau anak didik, apakah mereka

mempunyai kemampuan memberi respon terhadap metode yang dipakai.

5) Situasi mengajar

Yang dimaksud situasi mengajar adalah situasi dimana anak didik sedang

melaksanakan kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar.

6) Faktor-faktor lain yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

jenis metode tersebut.

33

Adapun metode pengajaran di Taman Pendidikan Al Qur-an, sampai saat

ini masih belum menemukan secara pasti tentang metode yang pas dan sesuai,

namun yang jelas banyak sekali metode yang dapat dipergunakan dalam

menemukan secara pasti tentang metode yang pas dan sesuai, namun yang jelas

banyak sekali metode yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pendidikan,

khususnya di Taman Pendidikan Al Qur-an yaitu antara lain :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara

lisan oleh Ustadz/ustadzah didepan kelas atau kelompok, metode ini merupakan

metode paling tua yang digunakan dalam setiap lembaga pendidikan. Metode

ceramah ini lebih fleksibel dalam waktu terbatas bahan dapat dipersingkat,

diambil yang penting saja begitu sebaliknya. Metode cara ini banyak dipakai oleh

para Rasul dalam menyampaikan dakwahnya. Hal ini dapat dilihat pada waktu

Nabi Musa AS menyampaikan tugasnya beliau mohon kepada Allah SWT, dalam

doanya yang terdapat dalam Al-Qur'an surah Thaha ayat 25 – 28 yang berbunyi :

Artinya :

“Berkatalah Musa : Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan

mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekuatan dari lidahku,

supaya mereka mengerti perkataanku.”9

9 Departemen Agama RI, Op- Cit, hal. 478

34

Disamping itu metode ceramah ini juga dipakai oleh Nabi Muhamad

SAW, dalam menyampaikan hampir semua materi atau dakwahnya.

Namun dibalik semua itu kita tahu bahwa tidak ada satupun metode yang

sempurna, oleh sebab itu seorang guru yang menggunakan metode ceramah ini

harus memperhatikan :

1. Bahan pelajaran harus disesuaikan dengan taraf perkembangan Psychologi

anak didik, santri, baik yang berhubungan dengan lingkungan sosial maupun

kebudayaan.

2. Hendaknya guru / pendidik dapat menyesuaikan bahasa yang dipergunakan

dengan taraf kecerdasan murid / santri.

3. Gaya bahasa supaya diperhatikan, baik berupa ucapan, tempo melodi, ritme

maupun dinamikanya.

4. Guru agama sebagai penceramah, baik sikap dan cara berdirinya harus

menimbulkan simpatik.

5. Menampakkan wajah serta mimik yang ramah dan menarik.

6. Hendaknya guru agama dapat memberikan pesan kepada murid, bahwa ia

sendiri sangat berminat pada bahan yang ia bicarakan.

7. Guru dalam memberikan pelajaran hendaknya menggunakan variasi dalam

berbagai metode dan alat lain.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawaban adalah penyampaian pelajaran dengan jalan tanya

jawab antara murid dengan guru. Pada umumnya metode ini sebagai rangkaian

tindak lanjut metode ceramah.

35

Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan dan

merangsang obyek dengan berbagai cara, agar obyek tersebut menarik perhatian

anak didik / santri. Metode ini dapat dilaksanakan oleh Ustadz baik didalam kelas

atau diluar kelas.

c. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan melalui kegiatan-

kegiatan secara nyata / langsung.

Dalam pelaksanaan pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur-an banyak

sekali dipergunakan metode demonstrasi, terutama dalam menjelaskan tentang

cara wudlu, sholat, cara membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya. Dengan metode

ini diharapkan anak didik dapat menerima langsung pelajaran, sehingga

kemungkinan kecil terjadinya verbalisme.

d. Metode drill

Metode drill adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran

dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah

diberikan.10

Metode drill atau latihan siap ini biasanya digunakan untuk

menyampaikan pelajaran bersifat motoris, seperti pelajaran menulis, membaca Al-

Qur'an, pelajaran bahasa dan ketrampilan serta pelajaran yang bersifat kecakapan /

berfikir cepat.

10

Dra. Zuhairini.dkk, Op-Cit, hal..106

36

e. Metode Uswatun Hasanah

Metode uswatun hasanah ini merupakan metode yang tertua dan

tergolong paling sulit dan mahal. Metode ini merupakan warisan dari Nabi

Muhammad SAW.

Metode uswatun hasanah besar pengaruhnya dalam misi pendidikan

agama Islam, bahkan jadi faktor penentu apa yang menjadi tujuannya. Dalam

dunia modern, istilah metode uswatun hasanah sering disebut metode sebagai

metode imitasi atau tiruan. Dilihat dari bentuknya, maka metode ini menjadi

metode merupakan bentuk “non ferbal” dari metode pendidikan agama Islam.

Selain metode-metode tersebut diatas ada lagi yang seakan-akan menjadi

suatu keharusan. Yaitu metode BCM ( Bermain, Bercerita dan Menyanyi) metode

ini merupakan perpaduan antara metode ceramah, metode demonstrasi dan

metode uswatun hasanah. Dari keterangan yang singkat mengenai pelaksanaan

metode latihan, maka jelaslah bahwa seorang ustadz memegang peranan penting

dalam penerapan metode tersebut..

C. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Istilah prestasi

menurut kamus Umum Bahasa Indonesia :

Prestasi : hasil yang telah dicapai, dilakukan atau diajarkan.11

Istilah prestasi pada umumnya dihubungkan dengan hasil yang telah

dicapai oleh seseorang, baik bidang pekerjaan maupun bidang pendidikan.

11

Prof. Drs. Wjs Poerwodarminta, Op Cit, hal., 768

37

Seorang dikatakan berprestasi atau prestasinya baik apabila hasil usaha yang

dicapai mendekati apa yang diharapkan.

Sebaliknya usaha dikatakan menurun apabila prestasi tersebut diatandai

dengan hasil yang telah atau lebih buruk daripada sebelumnya, Sedangkan istilah

belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkahj laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Belajar adalah proses penyajian bahan pengetahuan yang dimulai dari

keseluruhan lebih dahulu kemudian unsur-unsurnya yang semakin kecil.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. para ahli pendidikan dan

psyichologi pada umumnya telah sepakat. Jadi perubaha perilaku adalah

hasil belajar bila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dilakukan

sebelumnya.12

Dari uraian pendapat-pendapat diatas dapat dikatakan apa arti belajar yang

sesungguhnya, menurut penulis dapat diambil suatu pelajaran bahwa: Belajar

adalah proses usaha yang dilaksanakan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan tingkah laku tersebut adalah sebagai

dari hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya,

perubahan yang terjadi merupakan pokok dalam belajar.

Adapun ciri-ciri perubaha tingkah laku dalam belajar / pengertian belajar

adalah sebagai berikut :

1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Perubahan tersebut bersifat kontinyu, dan berfungsi sebagai hasil belajar.

3. Perubahan tersebut selalu dalam bentuk yang positif

12

De Cocco dan Crawford,psyichologi, Siti Rahayu, Jakarta, 1971, hal.11

38

Dengan demikian makin banyak usaha belajar yang akan diperoleh atau

dapat dikatakan masih banyak perubahan yang diperolehnya dan perubahan

tersebut tidak bersifat sementara.

Jadi seseorang dikatakan belajar sesuatu sebagai hasilnya, ia akan

mngalami perubahan tiingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan

pengetahuan dan sebagainya, setelah ia ketahui masing-masing prestasinya dalam

arti prestasi belajarnya.

Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tertinggi

dalam belajar, yang telah dicapai untuk itu menurut kemampuan anak

dalam mengerjakan suatu pada saat anak belajar13

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh secara maksimal berupa

kecakapan dari sebuah kegiatan belajar pada saat tertentu, setiap perubahan dari

setiap kegiatan belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh

masing-masing dan orang dan faktor penunjangnya adalah faktor pendidik, anak

didik, orang tua dan masyarakat lingkungannya.

Menurut kebiasaan prestasi belajar adalah yang dicapai dalam raport atau

ujian akhir yang terdapat pada STTB (surat tanda tamat belajar) apabila

nilai dalam raport atau hasil evaluasi belajar tahap akhir itu nilai tertinggi

maka prestasinya itu dikatakan baik atau dalam kata lain prestasi anak itu

tertinggi.14

Untuk menunjang keberhasilan prestasi belajar dan pendewasaan peserta

didik, kewibawaan pendidikan mencakup intuisi. Prestasi belajar akan tercapai

13

Drs. Sumartono, Evaluasi Pendidikan, Siti Rahayu, Jakarta, 1971, hal..

18

14

Depdikbud Pusat, Kurikulum Bidang Studi Agama, Balai Pustaka,

Jakarta, 1987, hal.. 42

39

apabila kesadaran meraih kesuksesan disekolah dengan melalui kewibawaan. Di

sekolah ada tiga unsur pendidikan yang terpadu, antara kepala sekolah, peserta

didik dan pendidik maka program pendidik sukses yang berarti ranah (Kognitif,

afektif dan ranah psikomotor) berjalan secara simultan / serentak, ketiga ranah

yang terdapat pada individu anak didik, akan menjadikan anak didik yang kreatif

dan produktif.

2. Aspek Prestasi Belajar

Didalam pengajaran Pendidikan Agama Islam hasil yang diharapkan

dicapai oleh anak, tidaklah seperti yang diharapkan pendidikan bidang studi yang

lainnya. Akan tetapi dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam hasil belajar

ditekankan pada perubahan tingkah laku laku. Oleh karena itu, sasarannya bukan

pada penguasaan agama saja, akan tetapi ada sasaran lain yang lebih penting. Hal

ini sebagaimana yang dikatakan oleh Hasan langulung dalam bukunya beberapa

Pemikiran dalam pendidikan Islam sebagai berikut :

Tetapi nampaknya bukan sekedar pengetahuan saja ada aspek lain. Dan

aspek lain ini lebih penting dari pada pengetahuan. Aspek afektif

misalnya, dan begitu pula dengan aspek tingkah laku.(behavioral)15

Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa :

Hasil belajar atau tingkah laku yang diharapkan itu, meliputi tiga aspek, pertama aspek kognitif, yang meliputi perubahan-perubahan dari segi penguasaan pengetahuan dan pelembagaan ketrampilan atau kemampuan dan hal yang diperlakukan untuk menggunakan kemampuan tersebut. Kedua aspek afektif meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental,

15

Hasan Langulung, Beberapa Aspek Pemikiran dalam Pendidikan

Islam, PT Al Ma’arif, Bandung, 1990, hal. 33

40

perasaan, dan kesadaran. Ketiga aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk motorik.

16

Dari pembahasan diatas dapatlah dipahami bahwa prestasi belajar anak

dalam pendidikan agama yang diharapkan adalah meliputi tiga aspek, yaitu :

Aspek Kognitif, aspek Motorik dan aspek psikomotorik.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Hasil belajar tergantung pada banyaknya hal atau faktor-faktor yang

mempengaruhinya, tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang sama, besar

adanya peranan yang sangat penting ada pada proses belajar yang mempunyai

hasil pada anak yang pasif dalam belajar.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:

1. Faktor pada diri siswa. (faktor intern) yang meliputi :

a. Fisik anak didik

b. Faktor mental psyichologis anak didik.

2. Faktor yang timbul dari luar diri anak didik

a. Faktor alam fisik

b. Faktor sosial psyichologi 17

Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Faktor pada diri siswa. (faktor intern)

Faktor pada diri anak (faktor Intern) adalah faktor yang ada pada diri

anak sejak ia dilahirkan. Pada dasarnya anak sejak lahir sudah dibekali macam-

macam kemampuan, bahkan antara anak yang satu dengan yang lainnya tidak

sama. Hal ini dapat dipengaruhi dalam proses belajarnya dengan cara :

16

Tayar Yusuf, Metode Pengajaran Agama, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 1995, hal. 144

17

Drs. Mansyur, Psyichologi Pendidikan, Pustaka Abadi, Jakarta, 1989,

hal. 36

41

a. Faktor Fisik

(1) Kesehatan

Faktor kesehatan sangat mempengaruhi prestasi belajar anak, karena

anak yang sehat akan lebih cepat menerima materi pelajaran yang diberikan oleh

pendidik daripada anak yang kurang sehat.

(2) Cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh pada anak didi juga mempengaruhi kondisi anak

didik dalam belajarnya. Juga tanggung jawab untuk mengatasinya hendaknya ia

diberikan fasilitas khusus berupa pendidikan khusus (Sekolah Luar biasa).

b. Faktor mental psykologis

Faktor mental psykologis juga sangat menentukan dalam ketrampilan

atau keberhasilan seseorang dalam mencapai suatu prestasinya, faktor itu antara

lain:

(1) Kemauan

Kemauan merupakan faktor penggerak perbuatan belajar, jika seorang

tidak ada kemauan belajar pastilah ia tidak akan berhasil dalam mempelajari

sesuatu. Sebaliknya jika ia dalam mempelajari sesuatu mempunyai kemauan yang

keras, berlangsung secara intensif maka hasilnya akan baik.

(2) Motivasi

Motivasi berarti memberi dorongan-dorongan berupa motif-motif pada

diri siswa. Yang membuat manusia berbuat dalam suatu tujuan untuk

menggerakkan motif dapat merasakan adanya kebutuhan terhadap sesuatu yang

42

serupa dengan dorongan dari dalam yang menggerkkan motif, misalnya ilmu

pengetahuan.

Seorang ahli psyichologi pendidikan yang bernama Robert M Gagne

dalam bukunya “CONDITION OF LEARNING” membagi kondisi belajar

menjadi 2 macam yaitu kondisi intern dan kondisi ekstern.

Kondisi ekstern dapat dibagi menjadi tiga macam :

(a) Kontinyuitas

(b) Latihan

(c) Penguatan18

Sebagai unsur yang dipengaruhi belajar adalah peristiwa belajar yang

hampir secara serentak antara perangsang (stimulus) dan motivasi yang datang

dari dalam diri siswa dan motivasi yang datang dari luari diri siswa.

(3) Minat

Minat adalah kecenderungan dalam diri siswa untuk tertarik pada suatu

obyek atau menyenangi suatu obyek, minat besar pengaruhnya terhadap belajar,

karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,

pelajaran tidak akan diterima oleh siswa, dan siswa tidak mau belajar karena tidak

ada daya tarik baginya untuk belajar, ia segan untuk belajar. Oleh karena itu guru

harus mampu membangkitkan minat siswa untuk mengikuti jalannya Proses

Belajar Mengajar.

18

Ibid, hal. 38

43

(4) Penguatan (reinforcement)

Penguatan adalah unsur yang sangat penting untuk mempengaruhi

perbuatan belajar, bentuk penguatan dalam belajar adalah pemujaan, pemberian

hadiah, dan lain lain. Seorang ahli yang terkenal “Thordika” dalam

eksperimennya menghasilkan adanya hukum yang diberi nama hukum Akibat,

hukum tersebut berbunyi : Respon yang dihargai cenderung diulang pada situasi

tertentu, sedangkan responnya tidak diberi penghargaan cenderung untuk tidak

diulang.19

D. PENGARUH EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN ADZ

DZIKR TERHADAP PRESTASI BACA AL QUR’AN BAGI SANTRI

TPQ DI MADIN AL AZHAR MOJORANU SOOKO MOJOKERTO

Taman Pendidikan Al Qur-an atau yang sering kita kenal dengan sebutan

TPQ adalah sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan agama non formal

yang keberadaannya telah menjamur di pelosok negeri ini, hal ini tentunya banyak

sekali manfaatnya bagi masyarakat yang mayoritas beragama Islam.

Pemilihan metode pendidikan akan mempunyai peran yang signifikan

dalam menentukan berhasil tidaknya tujuan pendidikan. Hubungan antara metode

pendidikan dengan tujuan pendidikan, bisa dikatakan merupakan hubungan sebab

akibat, artinya jika metode pendidikan yang digunakan baik dan tepat, maka

akibatnya tujuan pendidikan yang telah dirumuskannya pun besar kemungkinan

19

Ibid, hal. 38

44

dapat tercapai dengan gemilang. Metode pembelajaran Adz Dzikr mempunyai

pengaruh yang efektif terhadap prestasi baca Al Qur’an bagi santri TPQ.

Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa ada pengaruh yang

signifikan efektivitas metode pembelajaran Adz Dzikr terhadap Prestasi baca Al

Qur’an bagi Santri TPQ di Madin Al Azhar Mojoranu Sooko Mojokerto.