BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG EFEKTIVITAS ...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG EFEKTIVITAS ...
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN TENTANG EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN
ADZ DZIKR
1. Pengertian metode Adz-Dzikr
Pengertian metode adz dzikr adalah sebuah cara belajar mengajar baca
Al-Qur’an yang dibaca langsung tanpa dieja dan bertajwid praktis yang disusun
oleh Tim dari LP Ma’arif kota Mojokerto.
Metode ini mempunyai ciri-ciri pengajaran sebagai berikut:
a. Diajarkan secara klasikal
b. Dibaca langsung tanpa diuai dan langsung praktek tajwid
c. Praktis; diterangkan dengan singkat, member contoh dan yang penting dril
d. CBSA; mengaktifkan santri dengan bimbingan ustaz/ustadzah
e. Terdiri dari 5 jilid. Jilid 1, 2, 3 menggunakan system terapan 5 langkah. Jilid
4, 5 menggunakan system terapan 3 langkah
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan bagi pengajar buku jilid “Adz
Dzikr antara lain:
a. Penguasaan materi yang diajarkan harus benar-benar maksimal
b. Mengetahui dan memahami pokok bahasan
c. Memilih metode yang tepat (sesuai sikon)
d. Menguasai santri (jangan memulai mengajar sebelum santri siap belajar)
e. Menguasai metode ad dzikr yaitu dengan 3 tingkatan (1, 2, 3)
19
2. Sejarah Munculnya Metode Adz-Dzikr
Lahirnya metode adz dzikr ada sebab yang melatar belakangi yaitu:
a. Dibekukannya metode Qiroati pada tahun 1998 Di Mojokerto.
b. Hasil Study Banding LP Maarif NU Tulung Agung.
c. Setelah itu pimpinan maarif memberikan tugas atas amanah PC LP Maarif NU
supaya mabin PQ segera menyusun buku metode pembelajaran baca AL-
Qur’an.
d. Nama Adz dzikr hasil istikhoroh beberapa Kyai utamanya KH. Samsul Bahar,
Sokoanyar Ngoro Mojokerto.
3. Keutamaan metode Adz-Dzikr
Keutamaan metode adz dzikr antara lain yaitu:
a. Penyusunan metode adz dzikr menggunakan ruh dari metode Qiroati, sehingga
tidak berbeda jauh antara metode Qiroati dan adz dzikr.
b. Metode adz dzikr produksi dalam negeri kab Mojokerto sendiri dan disusun
oleh tim yang dibentuk oleh LP Maarif NU kabupaten Mojokerto
c. Harga lebih murah dan mudah didapatkan
d. Telah teruji hasilnya dalam pembelajaran di TPQ LP Maarif Kabupaten
Mojokerto
e. Membantu pengembangan organisasi Mabin TPQ LP Maarif NU Kabupaten
Mojokerto
f. Wisuda santri dapat dilaksanakan setiap waktu apabila membutuhkan.
4. Langkah penerapan metode Adz-Dzikr
Sistem terapan dalam metode ad dzikr ada 5 langkah. Langkah-langkah
tersebut adalah:
20
a. Ustadz/ustadzah menerangkan materi yang akan diajarkan
b. Ustadz /ustadzah membaca diikuti santri
c. Santri membaca bersama-sama, ustadz/dzah member ketukan.
d. Santri membaca satu persatu
e. Evaluasi dengan cara santri membaca dihadapan ustadz/dzah.
Adapun cara mengajarkan metode Adz-Dzikr adalah sebagai berikut:
a. Cara Mengajarkan Jilid 1
1) Setiap menerangkan PB harus ditulis dipapan dan disertakan 1 baris materi
untuk contoh, untuk jilid 1 huruf hijaiyah diatas juga harus ditulis.
2) Bacalah huruf hijaiyah diatas dengan diikuti santri.
3) Lingkari pokok bahasan dan tunjukkan bahwa ini bunyinya A (awas jangan
terjebak membaca terlalu panjang) Suruh santri membaca berkali kali sampai
faham.
4) Lanjutkan dengan mempraktekkan terapan 5 langkah.
5) Cara membaca dibaca 3 kali ke 1 pelan dengan didahului ketuk dan 2, 3 cepat
diikuti ketuk.
6) Ajarkan makhorijul huruf setiap habis pelajaran sebelum evaluasi dengan
bahasa yang mudah difahami (bahasa ibu).
b. Cara Mengajarkan Jilid 2
1) Sama dengan jilid 1 point satu
2) Sebelum masuk materi jilid II dihari pertama, supaya diajarkan makhorijul
huruf secara kelompok bunyi seperti dsb.
21
3) Dalam menerangkan mulailah dengan menanyakan huruf berharakat yang
santri kenal. contoh:Anak anak ini bacanya apa?
Kalau santri sudah faham maka kita mulai mengenalkan pelajaran yang baru
dengan melingkari materi yang kita tuju yaitu dengan berbicara kalau itu
berharakat fathah berbunyi A, maka ini berharakat kasroh berbunyi I, apa anak-
anak …. . | apa…. . | apa …. . | lagi …. . |. hal ini sampai benar-benar faham.
4) Halaman 1 sampai 10 cara menerangkannya sama.
5) Halaman 11 kenaikan titiknya dan beri tahu bahwa keduanya sama hanya
beda bentuk wadahnya dan keduanya bunyinya sama.
6) Halaman 12 mulai kita ajarkan bacaan panjang (mad) disini supaya sanrti di
ajak membaca bacaan pendek 3 kali kemudian bacaan panjang 3 kali yaitu
dua huruf ini ditulis sejajar.
7) halaman 12 – 28 cara menerangkannya sama.
8) Halaman 29 kita ajarkan bahwa ini bukan bacaan panjang tapi bacaan lunak,
begitu juga dengan halaman 31.
9) Halaman 34 kita harus banyak melatih huruf mati dengan rumus.
10) setelah menjelaskan maka terapan 5 harus kita lanjutkan.
11) cara membaca:
(a). dibaca 3 kali dengan didahului 2 ketukan oleh ustadz / dzah.
(b). potongan yang panjang hendaknya dilakukan ala “adz-dzikr” dibaca 3 kali.
c. Cara Mengajarkan Jilid 3
1) Sama dengan jilid 2 point satu
2) Halaman 1 agar diterangkan bahwa dibaca mati dan pendek seperti tanpa alif.
22
3) Halaman 3 agar diterangkan bahwa bertemu dibaca terang tanpa dengung.
Lihat dibuku ini ada titik satu.
4) Halaman 4 agar diterangkan bahwa tanwin itu sama dengan nun sukun, karena
tanwin menyimpan bunyi nun sukun karena itu apabila ada tanwin bertemualif
juga harus dibaca terang.
5) Halaman 1 sampai 20 cara menerangkannya sama.
6) Halaman 21 agar diterangkan bahwa dibaca mendengung. Coba tunjukkan
perbedaan bacaan terang dengan dengung yang titiknya tiga. Ajak membaca
berulang-ulang
7) Halaman 24 agar diterangkan bahwa nun sukun bertemu lam harus dibaca
masuk tanpa mendengung, yaitu bunyi nun hilang sebab masuk dan diganti
dengan bunyi lam.
8) Halaman 30 agar diterangkan bahwa bila ada mim sukun bertemu huruf 26
dibaca terang. Mohon perhatian setiap membaca contoh bacaan mim sukun
agar santri disuruh untuk mencari bacaanya.
9) Halaman 34 – 38 agar di terangkan bahwa bila ada bacaan panjang dua
harokat bertemu huruf mati karena waqaf boleh dibaca panjang 2-6 harakat.
10) Halaman 38 agar diterangkan bahwa bila ada fathatain di akhir kalimat harus
dibaca panjang dua harakat.
11) Setelah menerangkan, maka terapan 5 harus kita lanjutkan.
12) Cara membaca:
(a). mulai halaman 1 s/d 33 dibaca 3x tanpa waqaf disertai lagu ala “adz-dzikr”
(b). mulai halaman 34 sampai habis dibaca sama tetapi harus diwaqafkan.
23
d. Cara Mengajarkan Jilid 4
1) Sama dengan jilid 3 point satu
2) Halaman 1 agar diterangkan bahwa bila ada nun sukun bertemu yak dibaca
masuk dan mendengung yaitu bunyi nun sukun hilang diganti bunyi yak sukun
serta dibaca dengung yang lama.
3) Halaman 2 agar diterangkan bahwa tanwin sama dengan nun sukun sebab
tanwin menyimpan bunyi nun sukun, karena itu bila ada tanwin bertemu yak
sama dengan nun sukun bertemu dengan yak.
4) Halaman 1 sampai 22 sama cara menerangkannya
5) Halaman 23 bila ada mim sukun bertemu dengan mim harus dibaca
mendengung yang lama.
6) Halaman 25 agar diterangkan bahwa nun iwadl baru dibaca bila ayat dibaca
washol. Bila waqaf, maka nun iwadl tidak terbaca, sebab nun iwadl itu berasal
dari nunnya tanwin akhir ayat sebelumnya. Caranya membaca khusus halaman
25 ialah:
(a). lagu satu membaca ayat pertama
(b). lagu kedua membaca ayat ke 2 diwasolkan
(c). lagu ketiga membaca ayat ke dua saja
7) halaman 26 tunjukan perbedaan bacaan idz-gham, hati-hati ada yang
mendengung ada yang terang
8) halaman 27 sampai 28 latihlah santri bermakhorijul huruf yang benar
9) halaman 29 terangkan bahwa tak terbaca, sebab masuk pada huruf berikutnya.
24
10) halaman 33 sampai 37 bacaan panjang, ada yang wajib dibaca 6 harakat, ada
yang boleh dibaca 2 sampai 6 harakat, tetapi sebaiknya santri diajak membaca
rata-rata 6 harakat agar tidak bingung.
11) halaman 38 sampai 40 latihlah santri membaca huruf faawatihus-suara sesuai
dengan 4 cara membacanya ………… yang ditulis.
12) Cara membaca jilid ini:
(a). Dibaca dengan 3 kali waqaf semuanya dan di lagukan “adz-dzikr”
(b). Kecuali pada halaman 25 telah diatur sendiri pada point ke-6 diatas.
e. Cara Mengajarkan Jilid 5
1) Sama dengan jilid 4 point 1
2) Halaman 1 agar diterangkan bahwa apabila ada nun mati yang bertemu dzal,
maka harus dibaca samar (nun mati dibunyikan dengan mulut
menggambarkan huruf berikutnya) danmendengung, begitu pula bila tanwin
bertemu dengan dzal.
3) Halaman 1 sampai 9 cara menerangkannya sama
4) Halaman 10 agar dijelaskan bahwa bila mim sukun bertemu dengan ba’ harus
dibaca samar di bibir dan mendengung.
5) Halaman 12 lam jalalah tafkhim harus dibaca tebal (loh). Hati-hati banyak
santri membaca lam jalalah tebal kurang tepat. Sedangkan lam tarqiq/ tipis
dibaca (lah)
6) Halaman 17 terangkan bila huruf qalqalah mati asli dipantulkannya
kecil/ringan. Halaman 18 terangkan bila huruf qalqalah mati waqaf di
pantulkannya tebal/ berat.
25
7) Halaman 21 ro’ tebal / tafkhim di baca dengan cara bibir berkumpul ke muka.
Halaman 23 ro’ tipis / tarqiq di baca dengan cara bibir terpisah.
8) Halaman 26 membaca huruf isti’la’ agar di angkat (bibir di moncongkan).
9) Halaman 29 dan 31 usadz dan ustadzah harus benar-benar menguasai
membaca akhir kalimat, agar tidak salah mengajarkannya
B. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN TAMAN PENDIDIKAN AL
QUR’AN
1. Pembelajaran Taman Pendidikan Al Qur-an
Penyelenggaraan Pendidikan adalah merupakan bagian dari proses yang
diharapkan mampu menuju kepada sesuatu titik akhir yaitu tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Tujuannya adalah : dunia cita yakni suasana ideal yang ingin
diwujudkan.
Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir
yang essensinya ditentukan oleh masyarakat serta dirumuskan secara
singkat dan padat, seperti terbentuknya kepribadian muslim, kematangan
dan integritas kesempurnaan Kepribadian.1
Tujuan pendidikan selalu terkait dengan perkembangan zaman atau
dengan kata lain bahwa rumusan tujuan pendidikan dapat dibaca unsur filsafat dan
kebutuhan yang mempengaruhinya. Suatu tujuan yang hendak dicapai dalam
pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang
terbentuk dalam diri masing-masing pribadi manusia sebagaimana yang
diinginkan.
1Pusat Studi Interdisipliner tentang Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya,
Pembangunan Pendidikan dalam Pandangan Islam, IAIN Sunan Ampel, Surabaya,
Cet. I, 1986. Hal. 153
26
Dengan demikian tidak dapat diketahui secara pasti tujuan pendidikan
tersebut, kecuali setelah diketahui siapa penyelenggara pendidikan itu dan dimana
pendidikan tersebut berlangsung. Suatu contoh dapat diambil yaitu tentang tujuan
pendidikan di Indonesia, maka pasti identik dengan cita-cita bangsa Indonesia,
begitu juga pendidikan yang diselenggarakan di negara-negara lain dan
pendidikan yang diselenggarakan oleh agama-agama lain di dunia yang juga
mempunyai tujuan mengarah kepada apa yang dikehendaki oleh masing-masing
agama.
Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah identik dengan cita-cita dan tujuan hidup manusia menurut syari'at
agama, yakni mengabdi kepada Allah agar mencapai kebahagiaan hidup didunia
dan di akherat, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ad Dzariyat ayat : 56 yang
berbunyi :
Artinya :
Dan aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
Ku.2
Disamping beribadat kepada Allah, maka setiap muslim didunia ini
mempunyai cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup baik didunia maupun di
akherat.
Hal ini seperti bunyi firman Allah dalam Surah Al Baqoroh ayat : 201
2 Departemen Agama, RI, Al Qur-an Dan Terjemahnya, Proyek
Pengadaan Al Qur-an Depag, Jakarta, 1989, hal. 862
27
Artinya :
Dan diantara mereka yang berdo’a : Ya Tuhan ku, berilah kami kebaikan
di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.3
Selain tujuan yang tersebut diatas, disini dikemukakan pula beberapa
rumusan tujuan pendidikan Islam (Taman Pendidikan Al Qur-an) yang
dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan agama khususnya pendidikan agama
Islam, yakni sebagai berikut :
a. Menurut DR. Athiyah Al Abrasyi :
Tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti
yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral baik laki-laki
maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang
benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya,
menghormati hak-hak manusia tahu membedakan buruk dan baik, memilih
suatu fadilah menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat
Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.4
b. Menurut H, M. Arifin M. Ed.
Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta
menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berbudi
pekerti yang luhur menurut ajaran Islam.5
3 Ibid, hal., 31
4 M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Agama Islam,
Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hal. 103
5 H. M. Arifin M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Cet.I.
1991, Hal. 41
28
Disini jelaslah, bahwa tujuan pendidikan Islam itu tidak sempit akan
tetapi menjangkau seluruh lapangan hidup manusia yang selalu berorientasi pada
penyerahan diri kepada Allah.
Jadi cita-cita dan nilai yang ingin diwujudkan oleh pendidikan Islam
adalah kebahagiaan hidup baik didunia maupun setelah manusia mati.
Adapun secara spesifik, tujuan yang dilaksanakannya pendidikan luar
sekolah dalam hal ini adalah pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur-an,
sebagaimana disebutkan dalam buku “Pedoman Pendidikan Luar sekolah” tentang
peraturan pemerintah RI yang memuat tentang pendidikan luar sekolah dan
tercantum dalam bab II, pasal 2 sebagai berikut :
Pendidikan luar sekolah ( Non Formal bertujuan ) :
1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh, berkembang sedini
mungkin hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu
kehidupannya.
2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan ketrampilan dan
sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja
mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat / jenjang yang lebih tinggi
dan.
3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah.6
2. Kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an.
Menurut beberapa pendidikan, kurikulum itu ada semua pengetahuan,
kegiatan dan pengalaman-pengalaman belajar yang terarah dan teratur secara
sistematis dan metodis yang diberikan kepada anak didik, dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan.
6 Undang-Undang RI tentang Sistem pendidikan Nasional, Sinar Grafika,
Jakarta, 1993, hal. 8
29
Pengertian kurikulum menurut Muhammad Ali Al Khouli yang telah
dikutip oleh Drs. Muhaimin MA, dkk., dalam bukunya pemikiran pendidikan
adalah :
Seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan7
Sesuai dengan pengertian kurikulum secara umum yaitu semua
pengetahuan, kegiatan dan pengalaman-pengalaman belajar yang diatur secara
sistematis, metodis dan diterima anak didik untuk mencapai tujuan. Dalam
memberikan pengertian masalah kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an yang
perlu dikupas adalah pengertian kurikulum pendidikan agama dan pengertian
pendidikan non formal.
Berangkat dari pengertian kurikulum secara umum tersebut, maka kita
dapat mengambil pengertian kurikulum pendidikan agama yakni bahan-bahan
pendidikan agama yang berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang
dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan agama atau dengan kalimat yang lebih sederhana ;
semua pengetahuan, aktifitas dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama.
Dengan demikian kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an adalah
seperangkat pengetahuan aktifitas dan pengalaman yang dilaksanakan dalam
lembaga pendidikan non formal untuk mencapai tujuan pendidikan agama yang
telah ditetapkan.
7 Drs. Muhaimin MA. dkk, Pemikitan Pendidikan Islam, Tri genda
Karya, 1993. Hal. 184
30
Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka kurikulum
harus disusun berdasarkan konsep yang ada dengan memperhatikan beberapa
faktor :
1. Persesuaian dengan pendidikan agama
2. Persesuaian dengan tingkatan usia, tingkat perkembangan kejiwaan
anak dan kemampuan anak didik.8
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa sesuai dengan
kekhususannya, maka penyusunan kurikulum Taman Pendidikan Al Qur-an yang
sebagian besar adalah bersifat abstrak philosophis yang sulit diadakan pendekatan
secara scientific, oleh karena itu diharapkan kemampuan dan ketrampilan
pendidik berusaha sedapat mungkin untuk mengkongkritkan semua bahan yang
berada dalam kurikulum tersebut.
Dalam Taman Pendidikan Al Qur-an, secara khusus perumusan
kurikulum bukanlah satu-satunya hal yang wajib, hal ini digunakan dalam jalur
pendidikan luar sekolah secara umum yakni mencakup pendidikan non formal dan
informal yang disusun secara sistematis sesuai dengan jenjang pendidikan yang
berlaku, akan tetapi kurikulum yang ada pada jalur luar sekolah khususnya
pendidikan non formal adalah disusun sebagai patokan kerja bagi lembaga
pendidikan yang bersangkutan serta kurikulum itu disusun khusus untuk Taman
Pendidikan Al Qur-an, dan kemungkinan tujuan serta materi yang diajarkan pada
setiap Taman Pendidikan Al Qur-an yang satu akan berbeda dengan Taman
8 Ibid, hal.,59
31
Pendidikan Al Qur-an yang lain karena belum adanya patokan kurikulum secara
nasional.
Jadi jelaslah bahwa kurikulum pendidikan agama non formal itu hanya
sebagai patokan dan pedoman kerja bagi Taman Pendidikan Al Qur-an yang antara
lembaga –lembaga tersebut bergerak pada jalur dan tujuan atau visi dan misi yang
sama.
3. Metode Pembelajaran Taman Pendidikan Al Qur-an
Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur-
an diperlukan suatu metode yang digunakan untuk menyampaikan seperangkat
kurikulum atau pengajaran yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan
seluruh materi yang telah dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang telah
diharapkan. Untuk itu perlu adanya kesesuaian antara materi dan metode yang
akan dipergunakan.
Adapun metode pengajaran Taman Pendidikan Al Qur-an yang perlu
diterapkan ada bermacam-macam, sebagaimana yang telah di kemukakan oleh
para ahli pendidikan. Namun dalam pembahasan kali ini tidak mungkin akan kita
uraikan secara menyeluruh, akan tetapi yang perlu kita kaji adalah beberapa
metode yang sudah populer diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan non
formal khususnya pada Taman Pendidikan Al Qur-an yang diikuti oleh masing-
masing-masing santri.
Dalam kaitannya dengan masalah ini, telah dikemukakan oleh Badan
Kesejahteraan Masjid ( BKM ) Pusat Jakarta, bahwa : permasalahan yang
mendasar tentang pendidikan agama Islam non formal selama ini adalah belum
adanya metode proses belajar mengajar yang tepat. Namun demikian disamping
32
metode ceramah, tanya jawab, masih banyak metode yang dapat digunakan, hal
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan Pengajaran
Tujuan atau cita-cita pada hakekatnya merupakan pedoman pokok
dlmpenggunaan metode pengajaran, karena semua metode apapun harus
disesuaikan dengan tujuan.
2) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah materi pelajaran yang hendak disajikan, apakah
mutu dan isinya sesuai dengan kematangan serta kesiapan mental anak didik
sebagai santri.
3) Ustadz atau pendidik
Yakni kemampuan Ustadz/Ustadzah itu sendiri dalam hal penguasaan
terhadap berbagai metode yang ada, adalah merupakan faktor penentu keefektifan
penggunaan metode.
4) Anak didik
Yang dimaksud adalah kondisi santri atau anak didik, apakah mereka
mempunyai kemampuan memberi respon terhadap metode yang dipakai.
5) Situasi mengajar
Yang dimaksud situasi mengajar adalah situasi dimana anak didik sedang
melaksanakan kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar.
6) Faktor-faktor lain yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
jenis metode tersebut.
33
Adapun metode pengajaran di Taman Pendidikan Al Qur-an, sampai saat
ini masih belum menemukan secara pasti tentang metode yang pas dan sesuai,
namun yang jelas banyak sekali metode yang dapat dipergunakan dalam
menemukan secara pasti tentang metode yang pas dan sesuai, namun yang jelas
banyak sekali metode yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pendidikan,
khususnya di Taman Pendidikan Al Qur-an yaitu antara lain :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara
lisan oleh Ustadz/ustadzah didepan kelas atau kelompok, metode ini merupakan
metode paling tua yang digunakan dalam setiap lembaga pendidikan. Metode
ceramah ini lebih fleksibel dalam waktu terbatas bahan dapat dipersingkat,
diambil yang penting saja begitu sebaliknya. Metode cara ini banyak dipakai oleh
para Rasul dalam menyampaikan dakwahnya. Hal ini dapat dilihat pada waktu
Nabi Musa AS menyampaikan tugasnya beliau mohon kepada Allah SWT, dalam
doanya yang terdapat dalam Al-Qur'an surah Thaha ayat 25 – 28 yang berbunyi :
Artinya :
“Berkatalah Musa : Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan
mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekuatan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku.”9
9 Departemen Agama RI, Op- Cit, hal. 478
34
Disamping itu metode ceramah ini juga dipakai oleh Nabi Muhamad
SAW, dalam menyampaikan hampir semua materi atau dakwahnya.
Namun dibalik semua itu kita tahu bahwa tidak ada satupun metode yang
sempurna, oleh sebab itu seorang guru yang menggunakan metode ceramah ini
harus memperhatikan :
1. Bahan pelajaran harus disesuaikan dengan taraf perkembangan Psychologi
anak didik, santri, baik yang berhubungan dengan lingkungan sosial maupun
kebudayaan.
2. Hendaknya guru / pendidik dapat menyesuaikan bahasa yang dipergunakan
dengan taraf kecerdasan murid / santri.
3. Gaya bahasa supaya diperhatikan, baik berupa ucapan, tempo melodi, ritme
maupun dinamikanya.
4. Guru agama sebagai penceramah, baik sikap dan cara berdirinya harus
menimbulkan simpatik.
5. Menampakkan wajah serta mimik yang ramah dan menarik.
6. Hendaknya guru agama dapat memberikan pesan kepada murid, bahwa ia
sendiri sangat berminat pada bahan yang ia bicarakan.
7. Guru dalam memberikan pelajaran hendaknya menggunakan variasi dalam
berbagai metode dan alat lain.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawaban adalah penyampaian pelajaran dengan jalan tanya
jawab antara murid dengan guru. Pada umumnya metode ini sebagai rangkaian
tindak lanjut metode ceramah.
35
Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan dan
merangsang obyek dengan berbagai cara, agar obyek tersebut menarik perhatian
anak didik / santri. Metode ini dapat dilaksanakan oleh Ustadz baik didalam kelas
atau diluar kelas.
c. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan melalui kegiatan-
kegiatan secara nyata / langsung.
Dalam pelaksanaan pendidikan di Taman Pendidikan Al Qur-an banyak
sekali dipergunakan metode demonstrasi, terutama dalam menjelaskan tentang
cara wudlu, sholat, cara membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya. Dengan metode
ini diharapkan anak didik dapat menerima langsung pelajaran, sehingga
kemungkinan kecil terjadinya verbalisme.
d. Metode drill
Metode drill adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran
dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah
diberikan.10
Metode drill atau latihan siap ini biasanya digunakan untuk
menyampaikan pelajaran bersifat motoris, seperti pelajaran menulis, membaca Al-
Qur'an, pelajaran bahasa dan ketrampilan serta pelajaran yang bersifat kecakapan /
berfikir cepat.
10
Dra. Zuhairini.dkk, Op-Cit, hal..106
36
e. Metode Uswatun Hasanah
Metode uswatun hasanah ini merupakan metode yang tertua dan
tergolong paling sulit dan mahal. Metode ini merupakan warisan dari Nabi
Muhammad SAW.
Metode uswatun hasanah besar pengaruhnya dalam misi pendidikan
agama Islam, bahkan jadi faktor penentu apa yang menjadi tujuannya. Dalam
dunia modern, istilah metode uswatun hasanah sering disebut metode sebagai
metode imitasi atau tiruan. Dilihat dari bentuknya, maka metode ini menjadi
metode merupakan bentuk “non ferbal” dari metode pendidikan agama Islam.
Selain metode-metode tersebut diatas ada lagi yang seakan-akan menjadi
suatu keharusan. Yaitu metode BCM ( Bermain, Bercerita dan Menyanyi) metode
ini merupakan perpaduan antara metode ceramah, metode demonstrasi dan
metode uswatun hasanah. Dari keterangan yang singkat mengenai pelaksanaan
metode latihan, maka jelaslah bahwa seorang ustadz memegang peranan penting
dalam penerapan metode tersebut..
C. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Istilah prestasi
menurut kamus Umum Bahasa Indonesia :
Prestasi : hasil yang telah dicapai, dilakukan atau diajarkan.11
Istilah prestasi pada umumnya dihubungkan dengan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang, baik bidang pekerjaan maupun bidang pendidikan.
11
Prof. Drs. Wjs Poerwodarminta, Op Cit, hal., 768
37
Seorang dikatakan berprestasi atau prestasinya baik apabila hasil usaha yang
dicapai mendekati apa yang diharapkan.
Sebaliknya usaha dikatakan menurun apabila prestasi tersebut diatandai
dengan hasil yang telah atau lebih buruk daripada sebelumnya, Sedangkan istilah
belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkahj laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar adalah proses penyajian bahan pengetahuan yang dimulai dari
keseluruhan lebih dahulu kemudian unsur-unsurnya yang semakin kecil.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. para ahli pendidikan dan
psyichologi pada umumnya telah sepakat. Jadi perubaha perilaku adalah
hasil belajar bila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dilakukan
sebelumnya.12
Dari uraian pendapat-pendapat diatas dapat dikatakan apa arti belajar yang
sesungguhnya, menurut penulis dapat diambil suatu pelajaran bahwa: Belajar
adalah proses usaha yang dilaksanakan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan tingkah laku tersebut adalah sebagai
dari hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya,
perubahan yang terjadi merupakan pokok dalam belajar.
Adapun ciri-ciri perubaha tingkah laku dalam belajar / pengertian belajar
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan tersebut bersifat kontinyu, dan berfungsi sebagai hasil belajar.
3. Perubahan tersebut selalu dalam bentuk yang positif
12
De Cocco dan Crawford,psyichologi, Siti Rahayu, Jakarta, 1971, hal.11
38
Dengan demikian makin banyak usaha belajar yang akan diperoleh atau
dapat dikatakan masih banyak perubahan yang diperolehnya dan perubahan
tersebut tidak bersifat sementara.
Jadi seseorang dikatakan belajar sesuatu sebagai hasilnya, ia akan
mngalami perubahan tiingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan
pengetahuan dan sebagainya, setelah ia ketahui masing-masing prestasinya dalam
arti prestasi belajarnya.
Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tertinggi
dalam belajar, yang telah dicapai untuk itu menurut kemampuan anak
dalam mengerjakan suatu pada saat anak belajar13
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh secara maksimal berupa
kecakapan dari sebuah kegiatan belajar pada saat tertentu, setiap perubahan dari
setiap kegiatan belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing dan orang dan faktor penunjangnya adalah faktor pendidik, anak
didik, orang tua dan masyarakat lingkungannya.
Menurut kebiasaan prestasi belajar adalah yang dicapai dalam raport atau
ujian akhir yang terdapat pada STTB (surat tanda tamat belajar) apabila
nilai dalam raport atau hasil evaluasi belajar tahap akhir itu nilai tertinggi
maka prestasinya itu dikatakan baik atau dalam kata lain prestasi anak itu
tertinggi.14
Untuk menunjang keberhasilan prestasi belajar dan pendewasaan peserta
didik, kewibawaan pendidikan mencakup intuisi. Prestasi belajar akan tercapai
13
Drs. Sumartono, Evaluasi Pendidikan, Siti Rahayu, Jakarta, 1971, hal..
18
14
Depdikbud Pusat, Kurikulum Bidang Studi Agama, Balai Pustaka,
Jakarta, 1987, hal.. 42
39
apabila kesadaran meraih kesuksesan disekolah dengan melalui kewibawaan. Di
sekolah ada tiga unsur pendidikan yang terpadu, antara kepala sekolah, peserta
didik dan pendidik maka program pendidik sukses yang berarti ranah (Kognitif,
afektif dan ranah psikomotor) berjalan secara simultan / serentak, ketiga ranah
yang terdapat pada individu anak didik, akan menjadikan anak didik yang kreatif
dan produktif.
2. Aspek Prestasi Belajar
Didalam pengajaran Pendidikan Agama Islam hasil yang diharapkan
dicapai oleh anak, tidaklah seperti yang diharapkan pendidikan bidang studi yang
lainnya. Akan tetapi dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam hasil belajar
ditekankan pada perubahan tingkah laku laku. Oleh karena itu, sasarannya bukan
pada penguasaan agama saja, akan tetapi ada sasaran lain yang lebih penting. Hal
ini sebagaimana yang dikatakan oleh Hasan langulung dalam bukunya beberapa
Pemikiran dalam pendidikan Islam sebagai berikut :
Tetapi nampaknya bukan sekedar pengetahuan saja ada aspek lain. Dan
aspek lain ini lebih penting dari pada pengetahuan. Aspek afektif
misalnya, dan begitu pula dengan aspek tingkah laku.(behavioral)15
Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa :
Hasil belajar atau tingkah laku yang diharapkan itu, meliputi tiga aspek, pertama aspek kognitif, yang meliputi perubahan-perubahan dari segi penguasaan pengetahuan dan pelembagaan ketrampilan atau kemampuan dan hal yang diperlakukan untuk menggunakan kemampuan tersebut. Kedua aspek afektif meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental,
15
Hasan Langulung, Beberapa Aspek Pemikiran dalam Pendidikan
Islam, PT Al Ma’arif, Bandung, 1990, hal. 33
40
perasaan, dan kesadaran. Ketiga aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk motorik.
16
Dari pembahasan diatas dapatlah dipahami bahwa prestasi belajar anak
dalam pendidikan agama yang diharapkan adalah meliputi tiga aspek, yaitu :
Aspek Kognitif, aspek Motorik dan aspek psikomotorik.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Hasil belajar tergantung pada banyaknya hal atau faktor-faktor yang
mempengaruhinya, tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang sama, besar
adanya peranan yang sangat penting ada pada proses belajar yang mempunyai
hasil pada anak yang pasif dalam belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:
1. Faktor pada diri siswa. (faktor intern) yang meliputi :
a. Fisik anak didik
b. Faktor mental psyichologis anak didik.
2. Faktor yang timbul dari luar diri anak didik
a. Faktor alam fisik
b. Faktor sosial psyichologi 17
Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Faktor pada diri siswa. (faktor intern)
Faktor pada diri anak (faktor Intern) adalah faktor yang ada pada diri
anak sejak ia dilahirkan. Pada dasarnya anak sejak lahir sudah dibekali macam-
macam kemampuan, bahkan antara anak yang satu dengan yang lainnya tidak
sama. Hal ini dapat dipengaruhi dalam proses belajarnya dengan cara :
16
Tayar Yusuf, Metode Pengajaran Agama, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1995, hal. 144
17
Drs. Mansyur, Psyichologi Pendidikan, Pustaka Abadi, Jakarta, 1989,
hal. 36
41
a. Faktor Fisik
(1) Kesehatan
Faktor kesehatan sangat mempengaruhi prestasi belajar anak, karena
anak yang sehat akan lebih cepat menerima materi pelajaran yang diberikan oleh
pendidik daripada anak yang kurang sehat.
(2) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh pada anak didi juga mempengaruhi kondisi anak
didik dalam belajarnya. Juga tanggung jawab untuk mengatasinya hendaknya ia
diberikan fasilitas khusus berupa pendidikan khusus (Sekolah Luar biasa).
b. Faktor mental psykologis
Faktor mental psykologis juga sangat menentukan dalam ketrampilan
atau keberhasilan seseorang dalam mencapai suatu prestasinya, faktor itu antara
lain:
(1) Kemauan
Kemauan merupakan faktor penggerak perbuatan belajar, jika seorang
tidak ada kemauan belajar pastilah ia tidak akan berhasil dalam mempelajari
sesuatu. Sebaliknya jika ia dalam mempelajari sesuatu mempunyai kemauan yang
keras, berlangsung secara intensif maka hasilnya akan baik.
(2) Motivasi
Motivasi berarti memberi dorongan-dorongan berupa motif-motif pada
diri siswa. Yang membuat manusia berbuat dalam suatu tujuan untuk
menggerakkan motif dapat merasakan adanya kebutuhan terhadap sesuatu yang
42
serupa dengan dorongan dari dalam yang menggerkkan motif, misalnya ilmu
pengetahuan.
Seorang ahli psyichologi pendidikan yang bernama Robert M Gagne
dalam bukunya “CONDITION OF LEARNING” membagi kondisi belajar
menjadi 2 macam yaitu kondisi intern dan kondisi ekstern.
Kondisi ekstern dapat dibagi menjadi tiga macam :
(a) Kontinyuitas
(b) Latihan
(c) Penguatan18
Sebagai unsur yang dipengaruhi belajar adalah peristiwa belajar yang
hampir secara serentak antara perangsang (stimulus) dan motivasi yang datang
dari dalam diri siswa dan motivasi yang datang dari luari diri siswa.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan dalam diri siswa untuk tertarik pada suatu
obyek atau menyenangi suatu obyek, minat besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
pelajaran tidak akan diterima oleh siswa, dan siswa tidak mau belajar karena tidak
ada daya tarik baginya untuk belajar, ia segan untuk belajar. Oleh karena itu guru
harus mampu membangkitkan minat siswa untuk mengikuti jalannya Proses
Belajar Mengajar.
18
Ibid, hal. 38
43
(4) Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah unsur yang sangat penting untuk mempengaruhi
perbuatan belajar, bentuk penguatan dalam belajar adalah pemujaan, pemberian
hadiah, dan lain lain. Seorang ahli yang terkenal “Thordika” dalam
eksperimennya menghasilkan adanya hukum yang diberi nama hukum Akibat,
hukum tersebut berbunyi : Respon yang dihargai cenderung diulang pada situasi
tertentu, sedangkan responnya tidak diberi penghargaan cenderung untuk tidak
diulang.19
D. PENGARUH EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN ADZ
DZIKR TERHADAP PRESTASI BACA AL QUR’AN BAGI SANTRI
TPQ DI MADIN AL AZHAR MOJORANU SOOKO MOJOKERTO
Taman Pendidikan Al Qur-an atau yang sering kita kenal dengan sebutan
TPQ adalah sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan agama non formal
yang keberadaannya telah menjamur di pelosok negeri ini, hal ini tentunya banyak
sekali manfaatnya bagi masyarakat yang mayoritas beragama Islam.
Pemilihan metode pendidikan akan mempunyai peran yang signifikan
dalam menentukan berhasil tidaknya tujuan pendidikan. Hubungan antara metode
pendidikan dengan tujuan pendidikan, bisa dikatakan merupakan hubungan sebab
akibat, artinya jika metode pendidikan yang digunakan baik dan tepat, maka
akibatnya tujuan pendidikan yang telah dirumuskannya pun besar kemungkinan
19
Ibid, hal. 38
44
dapat tercapai dengan gemilang. Metode pembelajaran Adz Dzikr mempunyai
pengaruh yang efektif terhadap prestasi baca Al Qur’an bagi santri TPQ.
Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan efektivitas metode pembelajaran Adz Dzikr terhadap Prestasi baca Al
Qur’an bagi Santri TPQ di Madin Al Azhar Mojoranu Sooko Mojokerto.