BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat...

30
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Siswa Menurut Sudjana (2008:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Namun menurut Ward Kingsley (dalam Sudjana 2008:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita- cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan menurut Gagne (dalam Sudjana 2008:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (dalam sudjana 2008:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni : 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2.1 Hakikat Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Siswa

Menurut Sudjana (2008:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Namun menurut

Ward Kingsley (dalam Sudjana 2008:22) membagi tiga macam hasil belajar, “yakni

(a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-

cita”. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan menurut Gagne (dalam Sudjana 2008:22)

membagi lima kategori hasil belajar, “yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan

intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris”.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom (dalam sudjana 2008:22) yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah yakni :

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dua

faktor utama “yakni faktor intern (Faktor Internal) yang berasal dari dalam diri

individu yang sedang belajar dan faktor ekstern (Faktor Eksternal) yang berasal dari

lingkungan”. Faktor intern mencakup faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor

kelelahan sedangkan faktor ektern mencakup tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat. Untuk mengukur kemampuan-kemampuan siswa guru

dapat menggunakan tes sebagai alat penilaian untuk mengumpulkan informasi

sebagai laporan hasil belajar siswa, seperti yang dikemukakan Sudjana (2008:35) “tes

sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa

untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk

tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Tes pada umumnya

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil hasil

belajar kognitif berkenaan dengan pengusaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan

pendidikan dan pengajaran.

2.2 Hakikat Mata Pelajaran Geografi

2.2.1 Pengertian Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

geosfer dari sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

1.3 Tinjauan Umum Tentang Materi Hidrologi

2.3.1 Pengertian Hidrologi

Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Hidrosfer

dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Daerah

perairan ini meliputi samudra, laut, danau, sungai, glister, air tanah dan uap air yang

terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir tiga per empat muka bumi tertutup oleh

air. Hidrosfer merupakan wilayah perairan yang mengelilingi bumi. Hidrosfer

meliputi samudra, laut, sungai, danau, air tanah, mata air, hujan dan air yang berada

di atmosfer.

Menurut Kodoatie (1996:3) “siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang

keseimbangan air secara global dan juga menunjukan semua hal yang berhubungan

dengan air”.

Menurut Asdak (2010:7) daur hidrologi secara alamiah dapat ditunjukan

seperti terlihat pada Gambar 1.1 “yaitu menunjukan gerakan air di permukaan bumi”.

Selama berlangsungnya daur hidrologi yaitu, perjalanan air dari permukaan air ke

atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kemudian kembali ke laut yang tidak

perna berhenti, air tersebut akan bertahan (sementara) di sungai dan dalam tanah

sehingga dapat di manfaatkan oleh manusia atau makluk hidup yang lainnya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Gambar 1.1 Daur hidrologi

Kurniawan (2013)

2.3.2 Macam – macam siklus air

Menurut Asdak (2007:7) ada tiga macam siklus air, yaitu siklus pendek, siklus

sedang dan siklus panjang.

1) Siklus pendek

Siklus ini terjadi jika uap air laut mengalami kondensasi di atas laut,

selanjutnya membentuk awan dan jatuh sebagai hujan di laut setempat.

2) Siklus sedang

Siklus ini terjadi jika air laut mengalami kondensasi, selanjutnya membentuk

awan yang terbawa angin menuju daratan dan jatuh sebagai hujan.

Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan uap

airnya saja yang terbawa ke daratan. Setelah di daratan uap air berubah

menjadi awan dan jatuh sebaga hujan. Air hujan yang jatuh di darat ada yang

menjadi aliran permukaan, meresap kedalam tanah dan mengalir ke sungai

kemudian kembali kelaut.

3) Siklus panjang

Siklus ini terjadi jika air laut mengalami kondensasi, selanjutnya seperti pada

siklus sedang, uap air atau awan terbawa angin menuju daratan hingga

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

pegunungan tinggi, oleh karena pengaruh suhu, uap air menjadi Kristal-

kristtal es atau salju, kemudian jatuh sebagai hujan es atau salju yang

membentuk gletser, mengalir masuk ke sungai dan kembali ke laut.

Menurut Asdak (2007:7) Terjadinya siklus air tersebut disebabkan oleh

adanya proses-proses yang mengikuti gejalah meteorologist, antara lain:

1) Evaporasi yaitu penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses perubahan

wujud air menjadi gas/uap. 2) Transpirasi adalah proses penguapan pada

tumbuhan melalui mulut daun (stomata). 3) Evapotranspirasi adalah proses

gabungan evaporasi dan transpirasi. 4) Kondensasi yaitu proses perubahan wujud

air dari gas menjadi cair karena pendinginan. 5) Adveksi yaitu transpirasi air pada

gerakan horizontal seperti transportasi panas dan uap air dari lokasi satu ke lokasi

lain oleh gerakan udarah mendatar. 6) Konveksi yaitu gerakan uap air dari satu

tempat ke tempat yang lain karena pergerakan angin secara vertikal. 7) Presipitasi

yaitu segalah bentuk curahan hujan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang

meliputi hujan air, hujan es dan hujan salju. 8) Run-off (aliran permukaan) yaitu

pergerakan aliran air di permukaan bumi/tanah. 9) Infiltrasi yaitu

perserapan/pergerakan air masuk kedalam tanah melalui pori tanah secarah

vertikal. 10) Perkolasi yaitu perembesan atau pergerakan air kedalam tanah

melalui pori tanah secarah horizontal.

1.3.3 Perairan darat

Perairan darat adalah semua bentuk air yang terdapat di daratan. Air dapat

berupa benda cair atau benda padat (es dan salju), sedangkan yang banyak digunakan

manusia berwujud cair, yaitu berupa air, baik air permukaan, air tanah, sungai, danau

dan sebagian air rawa.

Sungai

Menurut Haryani (2005:12) “pengertian sungai adalah bentuk aliran air yang

melalui saluran atau lembah alami, besar ataupun kecil”. Sungai mengalir dari

pegunungan atau perbukitan melewati dataran rendah akhirnya bermuara ke laut,

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

rawa atau danau. Bentuk aliran air selain terbentuk oleh proses alami yang di sebut

sungai tersebut ada yang di buat oleh manusia yang disebut kanal.

Menurut Haryani (2005:12) sungai berdasarkan pola aliranya, sungai

dibedakan sebagai berikut:

a) Pola aliran radial atau menjari. Pola aliran radial dibedakan menjadi radial

sentrifugal dan radial sentripental. Pola aliran sentrifugal adalah pola aliran yang

meninggalkan pusat, misalnya pola aliran di daerah gunung yang berbentuk

kerucut. Pola aliran sentripental adalah pola aliran yang menuju pusat, misalnya

pola aliran di daerah basin atau ledokan.

b) Pola aliran dendritik yaitu pola aliran yang tidak teratur, biasannya terdapat di

dataran pantai dan di daerah plato.

c) Pola aliran trelis yaitu pola aliran yang berbentuk sirip daun atau trellis. Ada di

pegunungan lipatan.

d) Pola aliran rektangular yaitu pola aliran yang membentuk siku-siku dan terdapat

di daerah patahan atau pada daerah yang tingkat kekerasan batuanya berbeda.

e) Pola aliran anular yaitu pola aliran yang semula merupakan pola aliran radial

sentrifugal. Selanjutnya, muncul sungai subsekuen yang sejajar, sungai obsekuen

dan resekuen. Pola aliran anular terdapat di daerah kubah (dome) stadium dewasa

atau pegunungan tua.

Rawa

Menurut Haryani (2005:31) “rawa adalah tubuh perairan dangkal di daratan,

terbentuk pada daerah yang drainasenya kurang baik, letaknya rendah dan di muara

sungai-sungai besar”. Drainase kurang baik dapat diakibatkan oleh lerengnya datar

bahkan berupa cekungan, gradient, rendah karena dekat pantai, aliran air terhalang

oleh bentukan alam atau buatan manusia, material penyusunya halus (lempungan) dan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

curah hujan tinggi. Sumber air pada rawa dapat berasal dari air hujan, air banjir, atau

air pasut.

Danau

Menurut Haryani (2005:32) “danau adalah tubuh perairan di daratan yang

berupa cekungan alami dan terisi air yang menggenang”. Sumber air danau berasal

dari air hujan, air tanah, mata air atau air sungai.

Air Tanah

Menurut Asdak (2010:244) “Air yang berada di wilayah jenuh di bawa

permukaan tanah di sebut air tanah”. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang

berada di planet bumu ini lebih dari 79 % terdiri atas air tanah. Tampak bahawa

perairan air tanah di bumi adalah penting. Air tanah dapat di jumpai hampir semua

tempat di bumi. Ia dapat ditemukan di bawa gurun pasir yang paling kering

sekalipun, demikian juga di bawa tanah yang membeku karena tertutup lapisan salju

dan es.

1.3.4 Perairan laut

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:170) “Perairan laut merupakan massa

air asin dengan kadar garam yang cukup tinggi (rata-rata 3,45%)”. Laut merupakan

bagian dari samudra. Bumi memiliki lima samudra, yaitu Samudra Pasifik, Atlantik,

Hindia, Antartika Dan Arktik. Lautan di bumi memiliki luas kira-kira 361.000.000

km². Jadi, lebih dari 70% luas permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata 3.730 m.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:170) “Sebutan planet bumi sebagai

suatu wilaya daratan yang kita diami selama ini sebenarnya kurang tepat karena

kenyataannya luas daratan hanya sekitar 30% dan sisanya 70% berupa lautan dan

perairan”. Klasifikasi laut menurut proses terjadinya dan letaknya dibedakan sebagai

berikut.

1. Klasifikasi laut berdasarkan proses terjadinya

Laut Ingresi

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) “Laut ingresi merupakan laut

yang disebabkan terjadinya penurunan dasar laut. Hal ini menyebabkan laut semakin

dalam".

Laut Regresi

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) “Laut regresi merupakan laut

yang terbentuk karena penyempitan lautan atau pengangkatan daratan pada daerah

yang luas”. Proses tersebut terjadi pada saat zaman diluvium. Akibat suhu bumi yang

dingin, menyebabkan air membeku dan permukaan laut turun sampai 60 m. hal ini

menyebabkan dangkalan sunda dan sahul berubah menjadi daratan pulau Sumatra,

Jawa dan Kalimantan bersatu dengan Asia, sedangkan dangkalan sahul dan pulau-

pulau kecil dibagian timur Indonesia bersatu dengan Australia.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Laut Transgresi

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) “Laut transgresi merupakan laut

yang terbentuk akibat kenaikan permukaan air laut atau penurunan daratan secara

perlahan sehingga luas laut bertambah”. Proses ini terjadi pada masa glasial.

Pencairan es di kutub menyebabkan air laut naik dan menggenangi daratan. Laut

transgresi bersifat dangkal karena mempunya kedalaman sekitar 70 m.

2. Klasifikasi Laut Berdasarkan Letaknya

Tepi laut

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) “Tepi laut adalah laut yang

terletak di pinggir benua”. contohnya laut bering yang dipisahkan oleh kepulauan

aleut, laut jepang yang dipisahkan oleh kepulauan jepang, laut koral yang disebelah

timur Australia, dan laut cina yang dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan Filipina.

Laut Pertengahan

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) “Laut pertengahan merupakan

laut yang terletak diantara dua benua atau lebih”. Contohnya laut tenga, laut merah

dan laut-laut Indonesia yang terletak diantara benua Asia dan Australia.

Laut Pedalaman

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) “Laut pedalaman merupakan

laut yang seluruhnya dikelilingi oleh daratan”. Contohnya Laut Hitam, Laut Kaspia,

Laut Mati. Selanjutnya, berikut ini pembagian zona laut yang dibedakan berdasarkan

kedalaman dan wilayah kekuasaan suatu negara.

Zona laut berdasarkan kedalamanya

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) Berdasarkan kedalamanya, laut

dibedakan menjadi beberapa zona seperti berikut.

1. Zona litoral atau zona pesisir adalah daerah diantara garis air surut dan garis air

pasang. Pada saat air pasang akan tergenang air dan pada saat surut akan kering.

2. Zona neritis adalah zona laut dengan tingkat kedalaman sampai 200 m. pada areal

ini matahari masi di mungkinkan tembus ke dasar laut.

3. Zona bathyal adalah laut dengan kedalaman 200-1.500 m dan memiliki lereng

yang curam.

4. Zona abysal adalah zona laut yang sangat dalam dengan tingkat kedalaman lebih

dari 1.500 m. biasanya dijumpai dalam bentuk palung laut atau lubuk laut.

Zona laut berdasarkan wilayah kekuasaan suatu negara

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:171) “Indonesia merupakan Negara

kepulauan dengan wilayah perairan laut yang sangat luas. Hal ini menyebabkan

wilayah laut memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan

Negara”. Batas luas wilayah lautan Indonesia dibedakan menjadi 3 macam, yaitu

zona laut territorial, zona landas kontinen, dan zona ekonomi eksklusif.

a. Zona laut teritorial

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:172) “Zona laut teritorial adalah zona

yang dibatasi garis khayal yang berjarak 12 mil dari garis dasar kearah laut lepas”.

Jika lebar lautan yang membatasi dua negara kurang dari 24 mil, garis tetorial ditarik

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

sama jauh dari tiap-tiap negara. Pada zona ini negara mempunyai hak kedaulatan

sepenuhnya, tetapi menyediakan alur pelayaran lintas damai di atas maupun di bawa

laut. Wilayah laut teritorial Indonesia diumumkan pemerintah pada tanggal 13

Desember 1957 yang dikenal dengan deklarasi Djuanda dan diperkuat dengan

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1960.

b. Zona landas kontinen

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:172) “Zona landas kontinen

merupakan dasar laut yang secara geologis maupun morfologi merupakan lanjutan

dari sebuah kontinen (benua) dengan kedalaman laut kurang dari 150 m”. Indonesia

terletak di antara landas kontinen Asia dan Australia. Pada zona ini pemerintah

memiliki kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan

berkewajiban menyediakan alur pelayaran lintas damai. Batas landas kontinen

diumumkan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 17 Februari 1969.

c. Zona Ekonomi Eksklusif

Menurut Endarto (dalam Haryanto 2010:172) “Wilayah zona ekonomi

eksklusif (ZEE) dihitung dari garis dasar laut lurus kearah laut bebas sejauh 200 mil

laut”. Dalam zona ini negarah dapat memanfaatkan sumber daya laut untuk

kesejahteraan bangsa. Negara lain memiliki hak pelayaran dan pemasangan kabel

serta pipa di bawah permukaan laut.

2.4 Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Elaine (dalam Rusman, 2011:187) mengatakan bahwa “pembelajaran

kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

yang mewujudkan makna”. Lebi lanjut, Elaine (dalam Rusman, 2011:187)

mengatakan bahwa pembelajaran “kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran

yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan

akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa”. Jadi, pembelajaran

kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa dalam

kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari

konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.

Sejauh ini, pembelajaran masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai fakta untuk dihafal. Pembelajaran tidak hannya difokuskan pada

pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, akan

tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait

dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Dengan

demikian, inti dari pemdekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik

pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkanya bisa dilakukan berbagai

cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan

kondisi factual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber

belajar, media dan lain sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih

menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang

dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.

Ketika memberikan pengalaman belajar yang diorientasikan pada pengalaman

dan kemampuan aplikatif yang lebih bersifat praktis, tidak diartikan pemberian

pengalaman teoretis konseptual tidak penting. Sebab dikuasainya pengetahuan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

teoretis secara baik oleh para siswa akan memfasilitasi kemampuan aplikatif lebih

baik pula. Demikian pula halnya bagi guru, kemampuan melaksanakan proses

pembelajaran melalui CTL yang baik didasarkan pada penguasaan konsep apa,

mengapa, dan bagaimana CTL itu. Melalui pemahaman konsep yang benar dan

mendalam terhadap CTL itu sendiri, akan membekali kemampuan para guru

menerapkannya secara lebih luas, tegas dan penuh keyakinan, karena memang telah

disadari oleh kemampuan konsep teori yang kuat.

Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan

kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, akan tetapi bagaimana agar

pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-

permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, inti dari

pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan

kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena

memeng materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga

bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain

sebagainya, yang memang baik secara langsung, yang memang baik secara langsung

maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata.

Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan

sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung

manfaatnya.

Ketika memberikan pengalaman belajar yang diorientasikan pada pengalaman

dan kemampuan aplikatif yang lebih bersifat praktis, tidak diartikan pemberian

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

pengalaman teoretis konseptual tidak penting. Sebab dikuasainya pengetahuan

teoretis secara baik oleh para siswa akan menfasilitasi kemampuan aplikatif lebih

baik pula. Demikian pula halnya bagi guru, kemampuan melaksanakan proses

pembelajaran melalui CTL yang baik didasarkan pada penguasaan konsep apa,

mengapa dan bagaimana CTL itu. Melalui pemahaman konsep yang benar dan

mendalam terhadap CTL itu sendiri, akan membekali kemampuan para guru

menerapkanya secara lebih luas, tegas dan penuh keyakinan, karena memang telah

didasari oleh kemampuan konsep teori yang kuat.

2.4.1 Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Nurhadi (dalam Rusman, 2011:189). “Pembelajaran kontekstual (contextual

teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”.

Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa,

tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan

kepada siswa untuk melakukan, mencoba dan mengalami sendiri (learning go to),

dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua

informasi yang disampaikan guru. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual,

mengajar bukan transportasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal

sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi

lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk

bias hidup (life skill) dari apa yang dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran akan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari

segi fisik), akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa

bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi

dilingkungannya (keluarga dan masyarakat).

Menurut Howey (dalam Rusman, 2011:189) mendefinisikan CTL sebagai

berikut.

“contekstual teaching is teaching that enables learning in wich student

employ their academic understanding and abilities in a variety of in-and out

of school context to solve simulated or real world problems, both alone and

with others.”

(CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar

dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam

berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang

bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama).

Sedangkan menurut Elaine (dalam Rusman, 2011:189)

“contekstual teaching and learning enables students to connect the content of

academic subject with the immediate context of their daily lives to discover

meaning. It enlarges their personal context furthermore, by providing

students with fresh experience that stimulate the brain to make new

connection and consecuently, to discovery new meaning”.).

(CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik

dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL

memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman

segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk

menemukan makna yang baru)

Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa

melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan

menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu

dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang

memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengola, dan menemukan

pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata)

melalui keterlibatan aktifitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami

sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan

tetapi yang terpenting adalah proses.

Secara lebih terurai diungkapan oleh Reigeluth (dalam Rusman 2010:191),

bahwa fungsi dan peran desain pembelajaran, antara lain :

1. Instructional design prescribes methods a part of instructional development;

2. Instructional design prescribes procedure for instructional implementation;

3. Instructional design prescribes procedure for instructional management;

4. Instructional design identifies and remedies weaknesses as a part of instructional

evaluation.

Berdasarkan uraian singkat konsep desain di atas, maka desain pembelajaran

memiliki sifat keluesan (fleksibel) tidak kaku dalam satu model tertentu saja. Format

desain bisa dikembangkan dalam bentuk berfariasi tergantung pada tujuan dan model

pembelajaran bagaimana yang akan dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar. Dari hasil inovasi, kini ditemukan berbagai jenis model

pembelajaran seperti model terpadu, model cooperative learning model pembelajaran

quantum teaching and learning, dan lain sebagainya. Kini muncul model lain, yaitu

yang disebut dengan contekstual teaching and learning (CTL) tentu saja setiap model

tersebut di samping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu.

Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja

berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu dalam membuat desain/skenarionya

disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Menurut Reigeluth (dalam Rusman 2010:191) “Ciri khas CTL ditandai oleh

tujuh komponen utama, yaitu “1) Contructivism; 2) Inquiry; 3) Questionning; 4)

Learning Community; 5) Modelling; 6) Reflection; 7) Authentic Assessment”.

Penjelasan dari setiap komponen tersebut diungkapkan dalam materi

sebelumnya. Sekarang tinggal bagaimana melaksanakan setiap komponen tersebut

dalam bentuk pembelajaran di kelas atau di luar kelas sehingga benar-benar

mencerminkan pelaksanaan model CTL sebelum melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario

pembelajaran, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam

pelaksanaannya.

Menurut Reigeluth (dalam Rusman 2010:192) pada intinya pengembangan

setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-

langkah sebagai berikut.

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,

tanya jawab dan lain sebainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,

bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya

pada setiap siswa.

2.4.2 Komponen Pembelajaran Kontekstual

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Menurut Elaine, (dalam Rusman, 2011:192) komponen pembelajaran

kontekstual meliputi : “(1) menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making

meanimful connection) (2) meengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (duing

signitifikan work); (3) melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated

learning); (4) mengadakan kolaborasi (collaborating); (5) berfikir kritis dan kreatif

(critical and creatife thinking); (6) memberikan layanan secara individual (nurturing

the individual); (7) mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high

standars); (8) menggunakan assessment autentik (using authentic assessment.)”.

2.4.3 Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Elaine (dalam Rusman 2010:193) “CTL, sebagai suatu model, dalam

implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang

mencerminkan konsep dan prinsip CTL”. Setiap model pembelajaran, disamping

memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa berbedaan tertentu. Hal ini karena setiap

model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya

perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (skenario) yang disesuaikan dengan

model yang akan diterapkan.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang ahrus dikembangkan oleh

guru, yaitu :

1. Kontruktivisme (constructivism)

Menurut Elaine (2010:193) “Kontruktivisme merupakan landasan berfikir

(filosofi) dalam CTL, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas”. Pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia

harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata.

Batasan kontruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh

siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa

itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam

kondisi nyata.

Oleh karena itu, dalam CTL strategi untuk membelajarkan siswa

menghubungkan setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan

dibandingkan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat

oleh siswa.

Hasil penelitian ditemukan bahwa pemenuhan terhadap kemampuan

penguasaan teori berdampak positif untuk jangka pendek, tetapi tidak memberikan

sumbangan yang cukup baik dalam waktu jangka panjang. Pengetahuan teoretis yang

bersifat hafalan muda lepas dari ingatan seseorang apabila tidak ditunjang dengan

pengalaman nyata. Implikasi bagi guru dalam mengembangkan tahap kontruktivisme

ini terutama dituntut kemampuan untuk membimbing siswa mendapatkan makna dari

setiap konsep yang dipelajarinya.

Pembelajaran akan dirasakan memiliki makna apabila secara langsung

maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami

oleh para siswa itu sendiri. Oleh karna itu, setiap guru harus memiliki bekal wawasan

yang cukup luas, sehingga dengan wawasannya itu iya selalu dengan muda

memberikan ilustrasi, menggunakan sumber belajar, dan media pembelajaran yang

dapat merangsang siswa untuk aktif mencari dan melakukan serta menemukan sendiri

antara konsep yang dipelajari dengan pengalamannya. Dengan cara itu, pengalaman

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

belajar siswa akan menfasilitasi kemampuan siswa untuk melakukan transformasi

terhadap pemecahan masalah lain yang memiliki sifat keterkaitan, meskipun terjadi

pada ruang dan waktu yang berbeda.

2. Menemukan (inquiry)

Menurut Elaine (2010:194) “Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL,

melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan

keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan

hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan

sendiri”.

Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama

diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan

menemukan). Tentu saja unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL dan

inquiry and discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu

model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun

kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai pengalaman masing-masing.

Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri

nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Beranjak dari

logika yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila

dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran. Dimana hasil pembelajaran merupakan

hasil dan kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa

bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian dari guru. Untuk

menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman

belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan oleh guru.

3. Bertanya (Questioning )

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Menurut Elaine (2010:194) “Unsur lain yang menjadi karakteristik utama

CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya”. Pengetahuan yang dimiliki

seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi

utama dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru,

kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan

pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktifitas

pembelajaran. Seperti pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan

keinginan untuk bertanya, sangat di pengaruhi oleh suasana yang dikembangkan oleh

guru. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus

dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang

ada kaitanya dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah

membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan

kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata.

Oleh karena itu, cukup beralasan jika dengan pengembangan bertanya

produktifitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya, maka :

(1) Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; (2) Mengecek

pemahaman siswa; (3) Membangkitkan respons siswa; (4) Mengetahui sejaumana

keingin tahuan siswa; (5) Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa; (6) menfokuskan

perhatian siswa; (7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; (8)

menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

Elaine (2010:193)

4. Masyarakat Belajar (Learning komunity)

Menurut Elaine (2010:193) “Maksud dari masyarakat belajar adalah

membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

dari teman-teman belajarnya”. Seperti yang disarankan dalam learning comunity,

bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dari orang lain melalui berbagai

pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan

menerima, sisfat ketergantungan positif dalam learning comunity dikembangkan.

Manusia diciptakan sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial.

Hal ini berimplikasi pada saatnya seseorang bekerja sendiri untuk mencapai tujuan

yang diharapkan, namun disisi lain tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan

dari pihak lain. Penerapan learning comunity dalam pembelajaran di kelas akan

banyak bergantung pada model komunikasi pembelajaran yang dikembangkan oleh

guru. Dimana dituntut keterampilan dan profesionalisme guru untuk mengembangkan

komunikasi banyak arah (interaksi) yaitu model komunikasi yang bukan hanya

hubungan antara guru dan siswa atau sebaliknya, akan tetapi secara luas dibuka jalur

hubungan komunikasi pembelajaran antara siswa dan siswa lain.

Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam CTL

sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain

di luar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk

mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas

yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi sumber

manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kita dan siswa

dibiasakan untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat itu

pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas

lain.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

5. Pemodelan (modelling)

Menurut Elaine (2010:196) “Perkembangan ilmu dan teknologi, rumitnya

permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin berkembang

dan beranekaragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki

kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi”. Oleh karena itu, maka kini guru

bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan

dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup

heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk

mengembangan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara

menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

6. Refleksi (reflection)

Menurut Elaine (2010:197) “Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang

baru terjadi atau apa yang baru dipelajari”. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir

kebelakang tentang apa yang suda dilakukan dimasa lalu, siswa mengendapkan apa

yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan

pengayaan atau refisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi

kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati dan

melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula,

yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan, untuk kemudian dijadikan

sandaran dalam menanggapi terhadap gejala yang muncul kemudian. Melalui model

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seseorang siswa

berada di dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari bagai mana membawa

pengalaman belajar tersebut keluar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk

menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.

Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada

dunia nyata yang dihadapi akan muda diaktualisasikan mana kala pengalaman belajar

itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa siswa dan disinilah pentingnya menerapkan

unsur refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic assesment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian.

Menurut Elaine (2010:197) “Penilain adalah sebagian integral dari pembelajaran

memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses

dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL”. Penilaian adalah proses

pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau

petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan

informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan

semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar

setiap siswa.

Guru dengan cermat mengetahui kemajuan, kemunduran dan kesulitan siswa

dalam belajar, dan dengan itu pula guru akan memiliki kemudahan untuk melakukan

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langka

selanjutnya. Mengingat gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan

disepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak hanya dilakukan di akhir

program pembelajaran, akan tetapi secara integral dilakukan selama proses program

pembelajaran itu terjadi. Dengan cara tersebut, guru secara nyata akan mengetahui

tingkat kemampuan siswa yang sebenarnya.

Depdiknas (dalam Rusman 2010:198) proses pembelajaran dengan

menggunakan CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik:

1) Kerja sama; 2) Saling menunjang; 3) Menyenangkan dan tidak membosankan; 4)

Belajar dan bergairah; 5) Pembelajaran terintegrasi; 6) Menggunakan berbagai

sumber; 7) Siswa aktif; 8) Sharing dengan teman; 9) Dinding kelas dan lorong-lorong

penuh dengan hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel); 11) Laporan kepada

orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum,

karangan siswa, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencara

kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi

tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses

pembelajaran. Dalam program tersebut harus tercermin penerapan dari ketujuh

komponen CTL dengan jelas, sehingga setiap guru memiliki persiapan yang utuh

mengenai rencana yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar

mengajar di kelas.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara format program

pembelajaran konfensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini.

Adapun yang membedakannya, terletak pada penekanannya, dimana pada model

konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan

operasional), sementara program pembelajaran CTL lebih menekankan pada skenario

pembelajaranya, yaitu kegiatan tahap-demi tahap yang dilakukan oleg guru dan siswa

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu,

Elaine (dalam Rusman 2010:199) mengatakan program pembelajaran kontekstual

hendaknya:

1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan

siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan

indikator pencapaian hasil belajar.

2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajaranya.

3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan

untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

4. Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam

melakukan proses pembelajaranya.

5. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan menfokuskan pada kemampuan

sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya (proses)

maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

2.4.4 Skenario Pembelajaran Kontekstual

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja

terlebih dahulu guru harus membuat desain (Skenario) pembelajaranya, sebagai

pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Menurut

Elaine (dalam Rusman 2010:199) pengembangan setiap komponen CTL tersebut

dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang

diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,

tanya jawab, dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,

bahkan media yang sebenarnya.

2.4.5 Perbedaan antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran

konvensional

Perbedaan antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran

konvensional

Konteks Pembelajaran

Pembelajaran

Kontekstual

Pembelajaran

Konvensional

Hakikat Belajar

Konten pembelajaran

selalu dikaitakan dengan

kehidupan nyata yang

diperoleh sehari-hari

pada lingkungan

Isi pelajaran terdiri dari

konsep dan teori yang

abstrak tanpa

pertimbangan manfaat

bagi siswa

Model pembelajaran

Siswa belajar melalui

kegiatan kelompok

seperti kerja kelompok,

bersdiskusi, praktikum

kelompok, saling

bertukar pikiran, member

dan menerima informasi

Siswa melakukan

kegiatan pembelajaran

bersifat individual dan

komunikasi satu arah,

kegiatan dominan

mencatat, menghafal,

menerima intruksi guru

Kegiatan pembelajaran

Siswa ditempatkan

sebagai subyek

pembelajaran dan

berusaha menggali serta

menemukan sendiri

materi pelajaran

Siswa ditemapatkan

sebgai obyek

pembelajaran yang lebih

berperan sebagai

penerima informasi yang

pasif dan kaku

Kebermaknaan belajar

Mengutamakan

kemampuan yang

didasarkan pada

pengalaman yang

diperoleh siswa dari

Kemempuan yang

didapat siswa

berdasarkan pada latihan-

latihan dan dril yang

terus menerus

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

kehidupan nyata

Tindakan dan perilaku

siswa

Menumbuhkan kesadaran

diri pada anak didik

karena menyadari

perilaku itu merugikan

dan tidak memberikan

manfaat bagi dirinya dan

masyarakat

Tindakan dan perilaku

individu didasrakan oleh

factor luar dirinya, tidak

melakukan sesuatu

karena takut sangsi,

kalaupun melakukan

sekedar memperoleh

nialai atau ganjaran

Tujuan hasil belajar

Pengetahuan yang

dimilikibersifat tentative

karena tujuan akhir

belajar kepuasan diri

Pengetahuan yang

diperoleh dari hasil

pembelajaran bersifat

final dan absolute karena

bertujuan untuk nilai

Purwandari (2010:47)

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan penelitian orang lain yang relevan

dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi,

modivikasi dan sebagainya. Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul yang di

ambil yaitu “meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan Contextual

Teaching And Learning di kelas Xc SMA Prasetya Gorontalo” adalah sebagai

berikut:

1. Ramlan saleh (2009) dalam penelitiannya yang berjudul meningkatkan hasil

belajar peserta didik melalui pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS di

kelas VIII SMP Muhamadiyah Telaga Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian

menunjukan konsepsi-konsepsi peserta didik terhadap mata pelajaran IPS

meningkat dari siklus ke siklus, yaitu pada siklus I daya serap 80%, rata-rata kelas

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

VIII pada nilai 6,5 ke atas mencapai 74,2%, sedangkan pada sikus II memperoleh

peningkatan hasil belajar siswa di mana daya serap mencapai 94,2%, rata-rata

kelas 9,1 dan yang memperoleh nilai 6,5 ke atas 65 %.

2. Hariati Djunaid (2009) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan

pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata

pelajaran Pkn di SMP Negeri 1 Kabila dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual maka minat belajar siswa dapat di tingkatkan. Hal ini

terlihat pada peningkatan minat belajar siswa dapat di tingkatkan. Hal ini terlihat

pada peningkatan minat belajar siswa yaitu pada siklus I 36,2% menjadi 70,32%

pada siklus II.

3. Muhammad Yamin Huwoyon (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan Contextual Teaching and

Learning (suatu penelitian pada kelas Xc SMA Prasetya Gorontalo) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat pada hasil belajar pada

siklus I yaitu 73,08%, sebelum penelitian ketuntasan hanya mencapai 33%. Pada

siklus II hasil belajar siswa meningkat dari 73,08% menjadi 96,15%.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada

pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Untuk mencapai

hasil belajar yang optimal landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat diuraikan kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa banyak faktor yang

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 2.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/6456/5/2013-2-2-87202-451407024-bab2...Terbentuknya awan tidak selalu diatas laut, tetapi ada kemungkinan

mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, salah satunya adalah model

pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan pembelajarannya.

Contextual Teaching and Learning merupakan pendekatan pembelajaran

dimana siswa dapat mengkaitkan materi ajar dengan konteks kehidupan nyata,

dengan begitu siswa akan memperoleh pengalaman.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan bahwa jika dalam

pembelajaran geografi digunakan model belajar contextual teaching and Learning,

maka akan meningkat hasil belajar siswa kelas X-6 MAN Model Gorontalo.