BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi...

39
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah adjusment yang berarti suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya (Mu’tadin, 2002). Schneiders (1964) mendefinisikan penyesuaian diri yaitu proses yang melibatkan respon-respon mental serta perilaku dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, kekecewaan, dan konflik-konflik untuk mencapai keadaan yang harmonis antara dorongan pribadi dengan lingkungannya. Menurut Hurlock (2000) penyesuaian adalah seberapa jauh kepribadian individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Calhoun dan Acocella (dalam Wijaya, 2012) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar tempat individu hidup. Kartono (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan emosi negatif yang lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Diri

1. Definisi Penyesuaian Diri

Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah adjusment

yang berarti suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan

tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Penyesuaian diri merupakan suatu proses

dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan

yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya (Mu’tadin, 2002).

Schneiders (1964) mendefinisikan penyesuaian diri yaitu proses yang melibatkan

respon-respon mental serta perilaku dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan

dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, kekecewaan, dan konflik-konflik untuk

mencapai keadaan yang harmonis antara dorongan pribadi dengan lingkungannya.

Menurut Hurlock (2000) penyesuaian adalah seberapa jauh kepribadian

individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Calhoun dan Acocella

(dalam Wijaya, 2012) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi

individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan

sekitar tempat individu hidup. Kartono (2008) menyatakan bahwa penyesuaian

diri dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk mencapai harmoni pada

diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati,

prasangka, depresi, kemarahan dan emosi negatif yang lain sebagai respon

pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

15

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri

merupakan proses yang terjadi secara terus menerus yang dilakukan oleh

seseorang dengan dirinya sendiri kepada orang lain, serta lingkungannya untuk

mengatasi konflik, kesulitan, dan rasa frustasi sehingga tercipta suatu hubungan

yang serasi antara dirinya dengan lingkungan.

2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Schneiders (1964) mengungkapkan enam aspek penyesuaian diri, yaitu:

a. Kontrol terhadap emosi yang berlebihan

Menekankan adanya kontrol dan ketenangan emosi untuk menghadapi

permasalahan dan menentukan berbagai kemungkinan pemecahan

masalah. Jadi, individu bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi

lebih pada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.

b. Mekanisme pertahanan diri yang minimal

Seseorang dikategorikan normal apabila bersedia mengakui kegagalan

yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan. Seseorang dikatakan mengalami gangguan penyesuaian

apabila mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak

berharga untuk dicapai.

c. Frustasi personal yang minimal

Individu yang mengalami frustasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya

dan tanpa harapan, sehingga sulit mengorganisasikan kemampuan berpikir

dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

16

d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri

Menjelaskan seseorang yang memiliki kemampuan berpikir dan

melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik dan kemampuan

mengorganisasikan pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan

masalah, dalam kondisi sulit sekalipun akan menunjukkan penyesuaian

diri yang baik apabila seseorang dikuasai oleh emosi yang berlebihan

ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.

e. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu

Penyesuaian diri yang ditunjukkan oleh individu merupakan proses belajar

berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari

kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres.

f. Sikap realistik dan objektif

Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional,

kemampuan menilai situasi, masalah, dan keterbatasan individu sesuai

dengan kenyataan.

Menurut Mu’tadin Zainun (2002), penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu:

a. Penyesuaian Pribadi.

Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu untuk menerima

dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya

dengan lingkungan sekitarnya. Individu menyadari sepenuhnya siapa

dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu

bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

17

Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci,

lari dari kenyataan atau tanggung jawab, kecewa, dan tidak percaya diri.

Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya goncangan atau

kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa

kurang, dan keluhan terhadap nasib yang dialami. Sebaliknya, kegagalan

penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,

ketidakpuasan, dan keluhan terhadap nasib yang dialami

b. Penyesuaian Sosial.

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu

berinteraksi dengan orang lain, mencakup hubungan dengan masyarakat di

sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat secara

umum. Setiap individu merupakan bagian dari masyarakat yang saling

memengaruhi satu sama lain yang mempunyai aturan, hukum, adat, dan

nilai-nilai yang dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari. Individu dituntut

dapat mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan.

Hurlock (2000) mengemukakan aspek-aspek dalam penyesuaian diri, yaitu:

a. Penampilan nyata.

Overt performance yang diperlihatkan individu sesuai dengan norma yang

berlaku di dalam kelompoknya, berarti individu dapat memenuhi harapan

kelompok dan dapat diterima menjadi anggota kelompok tersebut.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok.

Individu mampu menyesuaikan diri secara baik dengan setiap kelompok

yang dimasukinya, baik teman sebaya maupun orang dewasa.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

18

c. Sikap sosial.

Individu mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang

lain, ikut pula berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya dengan baik

dalam kegiatan sosial.

d. Kepuasan pribadi.

Kepuasan pribadi ditandai dengan adanya rasa puas dan perasaan bahagia

karena dapat ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok dan mampu

menerima diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian akan menggunakan aspek

penyesuaian diri menurut Mu’tadin (2002) yaitu penyesuaian pribadi dan

penyesuaian sosial. Hal ini dikarenakan peneliti memandang bahwa aspek

penyesuaian diri yang diungkapkan oleh Mu’tadin (2002) sesuai dengan konstruk

yang akan diteliti oleh peneliti yaitu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan diri

sendiri maupun dengan orang lain yang berada dilingkungan sosialnya.

3. Pembentukan Penyesuaian Diri

Menurut Mu’tadin (2002), lingkungan yang dapat menciptakan penyesuaian

diri adalah:

a. Lingkungan Keluarga

Kedekatan individu dengan keluarga merupakan kebutuhan pokok untuk

perkembangan jiwa dan sangat berpengaruh terhadap kemampuan

menyesuaikan diri. Orang tua yang memperhatikan dan mengawasi anak-

anaknya dengan baik, maka anak-anaknya akan merasa mendapat

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

19

kehangatan, kebahagiaan, dan rasa aman. Banyak hal yang dipelajari

dalam lingkungan keluarga, seperti belajar tidak menjadi egois, terbuka,

berbagi dengan keluarga, belajar menghargai orang lain, belajar cara

bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, mempelajari adat dan

kebiasaan serta norma dalam kehidupan sehari-hari.

b. Lingkungan Teman Sebaya

Hubungan yang erat dalam lingkungan teman sebaya merupakan hal yang

penting bagi penyesuaian diri yaitu individu merasa nyaman dengan

teman-temannya. Seseorang dapat mencurahkan perasaannya, pemikiran,

cita-cita, dan dorongan.

c. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah tempat untuk mencari ilmu pengetahuan, informasi, dan

tanggung jawab pendidikan. Guru atau dosen adalah pendidik dalam

pembentukan kehidupan individu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara menyusun program pendidikan sesuai dengan

perkembangan. Proses pendidikan menciptakan penyesuaian individu

dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan seseuai kepentingan

perkembangan seseorang.

4. Faktor-faktor Penyesuaian Diri

Menurut Soeparwoto (2004) ada dua faktor penyesuaian diri, yaitu:

a. Faktor internal

1) Motif, yaitu motif-motif sosial seperti motif berprestasi.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

20

2) Konsep diri, yaitu cara memandang dirinya sendiri. Seseorang dengan

konsep diri tinggi akan memiliki kemampuan untuk melakukan

penyesuaian diri dibanding dengan seseorang dengan konsep diri

rendah, pesimis, atau kurang yakin terhadap diri sendiri.

3) Persepsi, yaitu pengamatan dan penilaian terhadap objek dan peristiwa.

4) Sikap, yaitu kecenderungan untuk berperilaku positif atau negatif.

Seseorang yang bersikap positif akan lebih mudah melakukan

penyesuaian diri yang baik daripada seseorang yang bersikap negatif.

5) Intelegensi dan minat, intelegensi sebagai modal untuk menalar dan

menganalisis menjadi dasar dalam penyesuaian diri. Faktor minat,

apabila seseorang telah memiliki minat terhadap sesuatu, maka proses

penyesuaian diri akan lebih cepat.

6) Kepribadian, tipe kepribadian ekstrovert akan lebih dinamis dan lentur,

sehingga akan lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibandingkan

tipe kepribadian introvert yang cenderung statis dan kaku.

b. Faktor eksternal

1) Keluarga, dalam hal ini terutama pola asuh orang tua. Pola asuh

demokratis dengan suasana terbuka akan lebih memberikan peluang

bagi seseorang untuk melakukan proses penyesuaian diri.

2) Kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang sehat akan membantu

seseorang untuk dapat menyesuaikan diri secara harmonis.

3) Kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya akan dapat

membantu pengembangan proses penyesuaian diri pada seseorang.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

21

4) Prasangka sosial. Kecenderungan sebagian orang yang berprasangka

terhadap seseorang, misalnya memberi label nakal, sulit diatur, dan

suka menentang.

5) Hukum dan norma sosial. Bila suatu masyarakat tegas dalam

menegakkan hukum dan norma yang berlaku, maka dapat membantu

seseorang untuk dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik.

Hurlock (2000) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian

diri individu di sekolah, yaitu:

a. Teman-teman sebaya.

Individu dengan teman-teman sebayanya mulai belajar bahwa standar

perilaku yang dipelajari mereka di rumah sama dengan standar teman dan

beberapa yang lain berbeda. Oleh karena itu, individu akan belajar tentang

apa yang dianggap sebagai perilaku yang dapat diterima dan apa yang

dianggap sebagai perilaku yang tidak dapat diterima.

b. Guru atau dosen.

Secara langsung guru atau dosen dapat memengaruhi konsep diri individu

dengan sikap terhadap tugas-tugas pelajaran serta perhatian terhadap siswa

atau mahasiswa. Guru atau dosen yang memiliki penyesuaian diri baik

biasanya penuh kehangatan dan bersikap menerima siswa atau mahasiswa.

c. Peraturan sekolah.

Peraturan sekolah memperkenalkan pada individu perilaku yang disetujui

dan perilaku yang tidak disetujui oleh anggota kelompok tempat individu

belajar, apa yang dianggap salah dan benar oleh kelompok sosial.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

22

B. Adversity Quotient

1. Pengertian Adversity Quotient

Dalam kamus bahasa inggris adversity berasal dari kata adverse yang artinya

kesengsaraan dan kemalangan. Quotient menurut kamus bahasa inggris adalah

jumlah dari kualitas atau karakteristik untuk mengukur kemampuan seseorang.

Stoltz (2000) mendefinisikan adversity quotient yaitu suatu ukuran untuk

mengetahui daya juang individu dalam menghadapi kesulitan, kepercayaan diri

dalam menguasai hidup dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan

hambatan yang dihadapi dalam memperoleh kesuksesan. Teori adversity quotient

yang dipublikasikan oleh Stoltz (2000) merupakan terobosan penting dalam

pemahaman manusia tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan.

Adversity quotient ini merupakan daya juang seseorang dalam menghadapi

tantangan-tantangan atau masalah dalam kehidupan (Stoltz, 2000). Adversity

quotient dapat dilihat dalam tiga bentuk (Stoltz, 2000), yaitu:

a. Adversity quotient adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk

memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan.

b. Adversity quotient adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons

seseorang terhadap kesulitan.

c. Adversity quotient adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar

ilmiah untuk memperbaiki respons seseorang terhadap kesulitan.

Berdasarkan ketiga unsur tersebut, maka adversity quotient merupakan daya

tahan seseorang untuk mengatasi krisis dan kesulitan, kemampuan menyelesaikan

masalah dan mengatasi hambatan dalam memperoleh kesuksesan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

23

Stoltz (2000) mengemukakan setiap orang dilahirkan untuk mendaki karena

hidup bagaikan mendaki sebuah gunung, tetapi setiap orang memiliki respon yang

berbeda pada pendakian. Maka, terdapat tiga kelompok manusia yaitu:

a. Quitters (Mereka yang berhenti)

Quitters adalah individu yang langsung berhenti di awal pendakian,

memilih untuk keluar, mundur dan berhenti, selalu memilih jalan keluar

yang lebih datar dan lebih mudah. Individu ini pada umumnya bekerja

sekedar untuk hidup, semangat kerja minim, tidak berani mengambil

resiko, tidak kreatif, menolak kesempatan, dan meninggalkan dorongan

manusiawi untuk mendaki. Individu ini juga tidak memiliki visi dan misi

yang jelas serta berkomitmen rendah ketika menghadapi tantangan.

b. Campers (Mereka yang berkemah)

Campers adalah individu yang berhenti dan tinggal ditengah pendakian.

Mendaki secukupnya lalu berhenti mengakhiri pendakiannya. Umumnya

setelah mencapai tingkat tertentu dari pendakiannya, ia mencari tempat

datar yang nyaman sebagai tempat persembunyian dari situasi yang tidak

bersahabat. Sifatnya adalah satisficer yaitu merasa puas diri dengan hasil

yang sudah dicapai. Berbeda dengan quitter, champer setidaknya telah

menghadapi tantangan pendakian, mereka telah mencapai tingkat tertentu.

c. Climbers (Pendaki)

Climbers adalah individu yang seumur hidupnya membaktikan dirinya

pada pendakian, tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan atau

kerugian, nasib buruk atau nasib baik. Climbers adalah pemikir yang selalu

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

24

memikirkan kemungkinan-kemungkinan dan menghiraukan hambatan

menghalangi usahanya. Para climbers yakni mereka yang mempunyai

usaha dan keberanian menghadapi resiko. Dalam konteks ini, para

climbers yaitu mereka yang memiliki adversity quotient tinggi.

2. Aspek-aspek Adversity Quotient

Stoltz (2000) menjelaskan adversity quotient terdiri atas empat dimensi yaitu

CO2RE (Control, Origin and Ownership, Reach, dan Endurance).

a. Control (Kendali)

Dimensi ini mengungkap berapa banyak kendali yang seseorang rasakan

terhadap sebuah peristiwa sulit. Perbedaan antara respon adversity

quotient yang rendah dan adversity quotient yang tinggi adalah individu

yang memiliki adversity quotient tinggi akan merasakan kendali yang

lebih besar atas peristiwa dalam hidup daripada yang memiliki adversity

quotient rendah. Individu yang memiliki adversity quotient tinggi

cenderung melakukan pendakian dan relatif kebal terhadap

ketidakberdayaan, sementara orang yang memiliki adversity quotient

rendah cenderung berkemah atau berhenti.

b. Origin dan Ownership (asal usul dan pengakuan)

Dimensi ini mengungkapkan siapa atau apa yang menjadi asal-usul

kesulitan, dan menjelaskan bagaimana seseorang memandang sumber

masalah yang ada. Apakah ia cenderung memandang masalah yang terjadi

bersumber dari dirinya atau ada faktor-faktor lain diluar dirinya. Individu

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

25

yang memiliki adversity quotient rendah cenderung melihat dirinya sendiri

sebagai penyebab kesulitan. Rasa bersalah dapat membantu individu untuk

belajar dengan cenderung merenungkan diri. Mempermasalahkan diri

sendiri boleh dilakukan hanya sampai tahap tertentu, jangan sampai

melampaui peran individu dalam mengatasi kesulitan. Individu yang

memiliki adversity quotient rendah akan mengelak dari peristiwa-peristiwa

buruk, selalu menyalahkan orang lain, dan tidak akan belajar apa-apa.

Ownership menyatakan individu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri,

tetapi tetap merasa bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan yang

dialami. Individu yang memiliki skor ownership tinggi akan mengambil

tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan. Adapun individu yang

memiliki skor ownership sedang memiliki cukup tanggung jawab atas

kesulitan yang terjadi, tapi mungkin akan menyalahkan diri sendiri atau

orang lain ketika ia lelah. Sedangkan individu yang memiliki skor

ownership yang rendah akan menyangkal tanggung jawab dan

menyalahkan orang lain atas kesulitan yang terjadi.

c. Reach (Jangkauan)

Dimensi ini mempertanyakan: sejauh mana kesulitan akan menjangkau

bagian-bagian lain dari kehidupan individu? Respon-respon dengan

adversity quotient rendah akan membuat kesulitan memasuki segi-segi lain

dari kehidupan seseorang. Semakin rendah skor R, semakin besar

kemungkinan individu menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

26

bencana. Semakin tinggi skor R, maka semakin besar kemungkinan

individu membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang dihadapi.

d. Endurance (Daya tahan)

Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan yaitu : Berapa

lamakah kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab

kesulitan itu akan berlangsung? Semakin rendah skor E, semakin besar

kemungkinan individu menganggap kesulitan dan penyebab-penyebabnya

akan berlangsung lama. Individu yang melihat kemampuannya sebagai

penyebab kegagalan cenderung kurang bertahan dibandingkan dengan

orang yang mengaitkan kegagalan dengan usaha yang mereka lakukan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek adversity quotient terdiri

atas empat dimensi, yaitu Control, Origin and Ownership, Reach, dan Endurance.

3. Teknik-teknik Meningkatkan Adversity Quotient

Stoltz (2000) menyatakan bahwa adversity quotient dapat ditingkatkan atau

diperbaiki dangan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Listen atau mendengarkan respon-respon kesulitan

b) Explore atau jajaki asal usul dan pengakuan atas akibatnya

c) Analysis atau analisis bukti-buktinya, dan

d) Do atau lakukan sesuatu.

Keempat teknik yang dikemukakan oleh Stoltz (2000) ini dapat disingkat

dengan kata LEAD. Teknik kognitif dan perilaku seperti LEAD ini efektif karena

dapat mengubah sistem di otak. Pokok pikiran akan mengubah fisiologi otak,

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

27

agar membiasakan otak untuk menghadapi dan mengatasi setiap kesulitan, dengan

mempertanyakan respon-respon distruktif terhadap peristiwa-peristiwa dalam

kehidupan. Rangkaian LEAD didasarkan pada pengertian bahwa individu dapat

mengubah keberhasilan dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan berfikir. Hasilnya

adalah keuletan emosional dan berjiwa besar sebagai respon terhadap tekanan

hidup sehari-hari (Stoltz, 2000).

C. Dukungan Sosial Teman Sebaya

1. Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya

a. Pengertian Dukungan Sosial

Gottlieb (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial terdiri dari

informasi verbal maupun nonverbal, nasehat, bantuan yang nyata, dan tingkah

laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan individu di dalam

lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Johnson dan

Johnson (2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai keberadaan orang

lain yang dapat memberikan bantuan, dorongan, penerimaan, dan perhatian

kepada seseorang. Sarafino (2011) menyatakan dukungan sosial yaitu bentuk

penerimaan dari seseorang atau sekelompok orang terhadap individu yang

menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan,

dihargai, dan ditolong.

Sarason (2001) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan,

kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

28

dan menyayangi kita. Kartika (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial

adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki

hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

merupakan dukungan yang diterima individu atau kelompok dari orang-orang

tertentu dalam kehidupannya, yang merupakan hasil dari interaksi sosial, dan

berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat penerima merasa

diperhatikan, dihargai, dan dicintai.

b. Pengertian Teman Sebaya

Teman sebaya atau peer adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia

atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama (Santrock, 2003). Dalam

kelompok teman sebaya, individu akan merasakan adanya kesamaan satu

sama lain, seperti usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat

kelompok tersebut. Fungsi dari teman sebaya ini dapat memberikan umpan

balik kepada mahasiswa mengenai kemampuan mahasiswa tersebut. Di dalam

kelompok teman sebaya, mahasiswa tahun pertama belajar untuk melihat

apakah tindakannya lebih baik, sama baik, atau kurang baik dibandingkan

dengan mahasiswa lainnya.

c. Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya

Dukungan sosial teman sebaya dapat diartikan sebagai dukungan yang

diberikan kepada individu oleh kelompok sebayanya berupa perhatian,

kenyamanan, penghargaan maupun bantuan (Kartika, 2011). Cowie dan

Wallace (2000) mengungkapkan bahwa dukungan sosial teman sebaya

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

29

merupakan dukungan sosial yang dibangun dan bersumber dari teman sebaya

yang menawarkan bantuan kepada teman lainnya, dan hal tersebut dapat

terjadi dimanapun dan di kelompok sebaya manapun serta bagaimana

memberikan dukungan di saat teman lainnya dalam kesulitan.

Berdasarkan uraian di atas, dukungan sosial teman sebaya merupakan suatu

dukungan yang diberikan orang-orang disekitarnya berupa bantuan, dorongan,

penerimaan dan perhatian kepada seseorang yang dapat membantu

mengurangi beban dalam menghadapi permasalahan dan tekanan dalam

menjalani kehidupan bermasyarakat yang berasal dari teman sebayanya.

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial Teman Sebaya

Sarafino (2011) mengklasifikasikan dukungan sosial dalam lima aspek, yaitu:

a. Emotional support (Dukungan Emosional)

Merupakan dukungan yang paling berharga karena memungkinkan

individu memperoleh kedekatan emosional sehingga menimbulkan

perasaan aman, diperhatikan, dan diterima oleh lingkungannya. Adanya

ekspresi kasih sayang, empati, dan perhatian dari orang-orang yang

memiliki hubungan dekat dapat memberikan rasa nyaman, ketenangan,

dan kepercayaan bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan.

b. Social integration / network support (Dukungan Jaringan Sosial)

Dukungan yang berasal dari jaringan sosial merupakan bentuk dukungan

dengan memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok serta berbagi

dalam hal minat dan aktivitas sosial. Hubungan sosial ini memungkinkan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

30

adanya persahabatan. Sumber dukungan ini dapat meningkatkan rasa

aman, nyaman, perasaan memiliki dan dimiliki dalam kelompok.

c. Esteem support (Dukungan Penghargaan)

Dukungan penghargaan merupakan penilaian positif yang diberikan oleh

orang lain dengan cara memberikan penghargaan, persetujuan tentang ide-

ide atau perasaan dari individu tersebut dan perbandingan positif dari

individu dengan orang lain yang keadaannya lebih baik atau lebih buruk.

Dukungan ini melibatkan penghargaan atas kemampuan seseorang dalam

menghadapi atau menyelesaikan masalah. Adanya hubungan yang saling

menerima dan menghargai menimbulkan sumber keterbukaan dan

keaktifan dalam menyelesaikan persoalan.

d. Instrumental Support (Dukungan Instrumental)

Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan langsung yang

diwujudkan dalam bentuk material atau jasa yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah secara praktis. Dukungan instrumen atau

bantuan nyata yang terjadi disaat individu mengalami keterbatasan fisik

seperti sakit atau luka, maka dukungan tersebut bersifat meringankan

beban tugas dan efisiensi waktu.

e. Information support (Dukungan Informasi)

Dukungan informasi adalah suatu dukungan yang memungkinkan individu

mendapat informasi, saran, nasehat, dan pedoman praktis untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi. Individu akan mulai mencari informasi

mengenai sebab-sebab masalah, pengetahuan tentang sumber masalah, dan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

31

petunjuk mengenai tindak solusi yang dapat diambil, ketika individu

dihadapkan kepada suatu permasalahan yang tidak dapat diselesaikan

dengan mudah dan cepat.

House (dalam Smet, 1994) mengemukakan dukungan sosial terdiri dari empat

aspek, yaitu:

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan

perhatian terhadap orang-orang yang bersangkutan. Dukungan ini meliputi

perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan mencakup ungkapan rasa hormat (penghargaan)

secara positif kepada orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan

gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan satu orang dengan

orang lain. Bentuk dukungan ini bertujuan untuk membangkitkan perasaan

berharga atas diri sendiri, kompeten, dan bermakna.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung yang diberikan oleh

orang lain berupa bantuan pinjaman atau menolong beban kerja orang lain.

Bentuk dukungan ini seperti meminjamkan uang, barang, transportasi, dan

membantu menyelesaikan tugas.

d. Dukungan informasi

Dukungan bantuan mencakup bantuan berupa pemberian nasihat,

petunjuk, saran, atau umpan balik.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

32

Weiss (dalam Cutrona, 1994) mengemukakan enam komponen dukungan

sosial yang disebut “The Social Provision Scale” yaitu:

a. Instrumental Support

1) Reliable Alliance (Ketergantungan yang dapat diandalkan)

Individu mendapat jaminan bahwa ada individu lain yang dapat

diandalkan bantuannya ketika ia membutuhkan bantuan. Bantuan yang

diberikan bersifat nyata dan langsung. Individu yang menerima

bantuan ini akan merasa tenang karena menyadari ada orang lain yang

dapat diandalkan untuk menolongnya.

2) Guidance (Bimbingan)

Berupa saran, nasihat, dan informasi yang diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini

dapat berupa feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah

dilakukan.

b. Emotional Support

1) Reassurance of Worth (Pengakuan Positif)

Berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan

kualitas individu. Dukungan ini membuat individu merasa dirinya

diterima dan dihargai.

2) Emotional Attachment (Kedekatan emosional)

Dukungan sosial ini berupa pengekspresian dari kasih sayang,

cinta, perhatian dan kepercayaan yang diterima individu, yang

dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerima.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

33

3) Social Integration (Integrasi sosial)

Dukungan sosial ini memungkinkan individu untuk memperoleh

perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk

membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan secara bersama-

sama. Dukungan semacam ini memungkinkan individu mendapatkan

rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam

kelompok yang memiliki persamaan minat.

4) Opportunity to Provide Nurturance (Kesempatan untuk mengasuh)

Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan

dibutuhkan oleh orang lain. Dukungan sosial ini memungkinkan

individu untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung

padanya untuk memperoleh kesejahteraan.

Berdasarkan berbagai pendapat dari tokoh di atas, penelitian ini menggunakan

aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh House (dalam Smet, 1994) untuk

dijadikan acuan skala dukungan sosial teman sebaya yang terbagi menjadi empat

aspek yakni dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dan dukungan informasi.

3. Fungsi Dukungan Sosial Teman Sebaya

Menurut Wills dan Shinar (2000), dukungan sosial mempunyai fungsi yaitu:

a. Esteem support.

Dalam kehidupan seseorang akan mengalami berbagai tantangan sehingga

muncul keraguan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

34

segala kesulitan tersebut. Adanya hubungan interpersonal mempunyai

pengaruh kuat untuk menetralkan setiap tantangan dengan cara

menceritakan masalah yang dihadapi kepada orang lain. Hubungan yang

tercipta yaitu saling membantu dan saling mendengarkan dengan penuh

perhatian, memberi simpati, dan dukungan berbagai pengalaman. Orang

yang mendapat penerimaan dan persetujuan dari significant others akan

meningkatkan evaluasi diri dan harga diri.

b. Informational support

Dukungan informasi berupa pengetahuan baru, nasihat, dan bimbingan

akan membantu individu melakukan pemecahan masalah sehingga

individu memperoleh jalan keluar yang efektif untuk mengatasi

permasalahannya. Jika permasalahan belum dapat diselesaikan, maka

individu akan mulai mencari informasi tentang sifat masalah dan

bimbingan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan.

c. Instrumental support

Dukungan instumental juga disebut dengan dukungan nyata, misalnya

berupa alat dan material yaitu meminjamkan uang, penyediaan

transportasi, buku, dan membantu tugas-tugas. Bantuan yang diberikan

sangat penting. Kondisi ini berkaitan dengan kesejahteraan seseorang.

d. Motivational support

Dukungan berupa semangat kepada seseorang untuk berusaha menemukan

solusi atas permasalahannya, meyakinkan individu tersebut akan sukses

dan meyakinkan bahwa permasalahan akan dapat teratasi bersama.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

35

Johnson dan Johnson (2000) mengungkapkan bahwa dukungan sosial memiliki

empat fungsi, yaitu:

a. Meningkatkan produktivitas melalui peningkatan motivasi, kualitas,

penalaran dan mengurangi dampak stress.

b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri

melalui perasaan memiliki, peningkatan harga diri, pengurangan stres dan

penyediaan sumber yang dibutuhkan.

c. Adanya hubungan dekat dengan orang lain akan meningkatkan kesehatan

fisik dibandingkan dengan individu yang terisolasi.

d. Manajemen stres dengan cara seseorang dalam menghadapi masalah yang

terfokus pada pengurangan reaksi stres melalui perhatian, informasi, dan

umpan balik yang diperlukan untuk mengurangi kecemasan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, fungsi dari dukungan

sosial teman sebaya yakni berupa esteem support, informational support,

instrumental support, dan motivational support.

D. Mahasiswa Perantauan Tahun Pertama

1. Definisi Mahasiswa Perantauan

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah

peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Menurut

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas Bab VI bagian keempat pasal 19, mahasiswa adalah sebutan akademis

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

36

untuk siswa atau murid yang telah sampai kejenjang pendidikan tertentu dalam

masa pembelajarannya.

Definisi mahasiswa juga diungkapkan oleh Sarwono (2009) yaitu setiap orang

yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan

tinggi dengan batasan usia antara 17-18 tahun. Ia juga mendefinisikan mahasiswa

sebagai suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena

ikatan dengan perguruan tinggi. Menurut Roeslan Abdul Gani (1997) mahasiswa

adalah individu yang sedang menuntut ilmu pengetahuan di perguruan tinggi.

Kata “Rantau” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai

daerah diluar daerah sendiri atau daerah di luar kampung halaman, daerah asing.

Kata “Perantau” didefinisikan sebagai seseorang yang pergi atau mencari

penghidupan di daerah lain (Mochtar, 1979). Mochtar (1979) menyatakan bahwa

perantau memiliki enam unsur pokok, yaitu:

a. Meninggalkan kampung halaman

b. Dengan kemauan sendiri

c. Jangka waktu lama atau tidak

d. Tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu, dan mencari pengalaman

e. Biasanya dengan maksud kembali pulang

f. Merantau ialah lembaga sosial yang membudaya

Mochtar (1979) mendefinisikan mahasiswa perantau adalah individu yang

memutuskan untuk menuntut ilmu diluar daerah asalnya dalam jangka waktu

tertentu dan atas kemauan sendiri.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

37

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan mahasiswa perantauan tahun

pertama adalah peserta didik yang terdaftar dan menuntut ilmu di perguruan tinggi

pada semester satu dan dua yang berasal dari luar daerah asalnya.

2. Isu yang Terjadi pada Mahasiswa Tahun Pertama

Mahasiswa tahun pertama adalah mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan

di perguruan tinggi yang sedang berada pada tahun pertama atau semester satu

dan dua. Menurut Gunarsa (2004), mahasiswa tahun pertama termasuk kedalam

remaja akhir. Sebagai insan remaja yang berada pada rentang masa remaja akhir,

mahasiswa mengalami hal serupa sebgaaimana yang dialami setiap individu pada

periode perkembangan tersebut. Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata

adoloscere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock,

2000). Menurut Hurlock (2000) remaja adalah periode yang penting dalam

kehidupan seseorang, periode peralihan, periode perubahan, usia bermasalah,

tahap pencarian identitas, dan usia yang menimbulkan ketakutan.

Beberapa ahli psikologi perkembangan menyatakan periode antara remaja

akhir sampai pertengahan atau akhir usia 20-an berada di tahap emerging

adulthood (Papalia, Feldman 2009). Mahasiswa biasanya berada pada usia 17

sampai 22 tahun belum dapat dikatakan dewasa. Tahap emerging adulthood

merupakan periode eksplorasi, waktunya melakukan segala kemungkinan dan

kesempatan untuk melakukan hal-hal baru dan cara hidup yang berbeda yaitu saat

seseorang belum siap dalam melaksanakan tugas-tugas orang dewasa.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

38

Terdapat beberapa isu perkembangan yang dialami oleh seseorang pada

periode emerging adulthood, salah satunya adalah isu pendidikan. Pada periode

ini biasanya seseorang sedang berada pada masa transisi dari Sekolah Menengah

Atas ke perguruan tinggi. Beberapa perbedaan sifat antara pendidikan di SMA dan

perguruan tinggi dapat menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam menyesuaikan

diri. Papalia dan Feldman (2009) menjelaskan bahwa banyak mahasiswa baru atau

mahasiswa tahun pertama sangat kesulitan dan tidak berdaya karena tuntutan di

perguruan tinggi.

Selaku insan remaja, mahasiswa memiliki beberapa persoalan yang dihadapi

dalam memenuhi tugas perkembangannya sebagai bagian dari civitas akademika,

yaitu:

a. Kesulitan dalam menghadapi dunia dan masyarakat baru, yaitu dalam

pemilihan jurusan, perguruan tinggi, daerah tempat belajar, dan

penyesuaian dengan lingkungan baru.

b. Kesuitan dalam mengatur diri sendiri, yang meliputi pengaturan waktu

belajar, menambah pengalaman, masalah disiplin diri, dan kebiasaan-

kebiasaan yang baik.

c. Kesulitan dalam menghadapu persaingan, baik dalam pergaulan, prestasi,

dan pengabdian di masyarakat.

Penyesuaian diri yang baik dapat menjadi modal bagi mahasisa untuk

mengatasi persoalan yang akan dihadapinya, khususnya dalam menjalankan tugas

perkembangan.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

39

3. Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan

Mahasiswa yang merantau seharusnya dapat menyesuaikan diri dengan cara

berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda etnis dan

budaya. Mahasiswa perantauan tahun pertama berada pada masa remaja akhir dan

menghadapi berbagai kesulitan terkait penyesuaian diri, sehingga mahasiswa

perantau membutuhkan bantuan baik dalam menyesuaikan diri ke statusnya

sebagai mahasiswa dengan berbagai persoalan pergaulan maupun dalam studi.

Menurut Gunarsa (2004), kesulitan penyesuaian diri pada mahasiswa yaitu:

a. Perbedaan sifat di SLTA dan Perguruan Tinggi

Kurikulum. Kurikulum di perguruan tinggi biasanya lebih sedikit daripada

SLTA, tetapi lebih mendalam. Apabila mahasiswa menyukai bidang yang

dipilihnya, maka kelanjutan kelanjutan studi dan kegiatan belajar akan

lebih lancar, sebaliknya apabila mahasiswa tidak menyukai bidang yang

dipilihnya maka bisa menimbulkan gangguan penyesuaian diri.

Kedisiplinan. Disiplin di perguruan tinggi tidak terlalu ketat dibandingkan

dengan SLTA karena mahasiswa dianggap sudah dewasa dan bisa

bertanggung jawab. Longgarnya kedisiplinan mengubah cara belajar yang

membuat mahasiswa lebih bebas dan menyebabkan kesulitan tersendiri.

b. Hubungan dosen dengan mahasiswa.

Mahasiswa harus menyesuaikan diri terhadap cara dosen memberikan

perkuliahan. Mahasiswa harus lebih rajin berdialog dengan dosen agar

terjadi hubungan baik antara dosen dengan mahasiswa.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

40

c. Hubungan sosial

Mahasiswa perantauan lebih bebas untuk bergaul ketika memasuki dunia

perkuliahan. Kebebasan tersebut dapat menjadi masalah yang cukup sulit

bagi mahasiswa, seperti kesulitan penyesuaian diri dan keterlibatan

terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa berdampak negatif.

d. Masalah ekonomi

Masalah ekonomi menentukan kelancaran studi mahasiswa. Apabila

masalah ekonomi lancar dan orang tua mampu membiayai maka studi

mahasiswa bisa lancar, namun jika masalah ekonomi tidak lancar dan

orang tua kurang mampu membiayai maka muncul masalah keuangan. Hal

ini dapat diatasi dengan mahasiswa kuliah sambil bekerja.

e. Pemilihan bidang studi atau jurusan

Mahasiswa sering mengorbankan bidang studi yang diminati karena

kesempatan tersebut sulit diperoleh, sehingga mahasiswa sulit untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus. Antara bakat dan minat

dengan kesempatan yang ada sering menimbulkan masalah.

4. Faktor-faktor Merantau

Faktor-faktor yang memengaruhi merantau menurut Mochtar (1979) adalah:

a. Faktor fisik (ekologis dan lokasi)

Terpencilnya daerah tempat tinggal dan sulitnya jangkauan sehingga

membuat seseorang merasa tertinggal dan tidak mengalami

perkembangan.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

41

b. Faktor ekonomi (tekanan ekonomi)

Sulitnya hidup di daerah, kurang kesempatan kerja di daerah, mencari

pekerjaan, berdagang, tidak dapat membangun masa depan yang lebih baik

ketika di daerah, dan lebih banyak kesempatan karir di daerah rantau.

c. Faktor pendidikan

Melanjutkan studi, menambah ilmu pengetahuan, mencari pengalaman,

mencari keterampilan, dan kurangnya fasilitas pendidikan di daerah.

d. Faktor sosial

Tekanan adat dan kebiasaan, adat terlalu sempit, pertikaian keluarga,

terlalu banyak tanggung jawab sosial, dan sistem sosial yang tertutup.

e. Faktor psikis

Tidak merasa lega hidup di daerah, mencari kebebasan emosi, pengaruh

orang lain, tradisi merantau, menuruti kata hati, ingin bersaing, ingin

bertanggung jawab pada diri sendiri, dan hidup mandiri.

E. Hubungan Adversity Quotient dan Dukungan Sosial Teman Sebaya

dengan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Perantauan Tahun

Pertama

1. Hubungan antara Adversity Quotient dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa

Perantauan Tahun Pertama

Perguruan tinggi memiliki karakteristik yang berbeda dengan Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan memiliki tuntutan yang berbeda pula. Mahasiswa

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

42

perantauan tahun pertama dihadapkan pada perubahan, tuntutan, dan

tanggungjawab yang berbeda dari mahasiswa bukan perantauan. Perubahan

tempat tinggal jauh dari rumah, perubahan ritme kegiatan harian, berada dengan

orang-orang baru, perubahan cara belajar, dan jauh dari orangtua.

Mahasiswa perantauan tahun pertama dituntut untuk dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan baru dan teman-teman baru, serta membangun relasi

pertemanan dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, dan

menyesuaikan diri dengan budaya dan aturan yang berlaku di lingkungan kampus.

Selain itu, mahasiswa perantauan tahun pertama juga harus menghadapi suasana

baru dengan sedikit teman yang dimiliki atau bahkan sama sekali tidak

mempunyai teman yang berasal dari sekolah yang sama. Oleh karena itu,

mahasiswa perantau tahun pertama pada umumnya mengalami kesulitan terkait

penyesuaian diri dengan kehidupan di perguruan tinggi.

Winkel (2004) mengemukakan gejala-gejala seseorang yang mengalami

kesulitan dalam penyesuaian diri, yaitu: perilaku membangkang, mudah

tersinggung, menarik diri dari lingkungan, dan suka menyinggung perasaan orang

lain. Kegagalan dalam penyesuaian diri dapat menyebabkan individu mengalami

gangguan psikologis, seperti stress, kecemasan, dan agresifitas (Shneiders, 1964).

Penyesuaian diri diperoleh melalui proses belajar, proses sosialisasi, dan proses

interaksi, baik dalam keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Seseorang yang

memiliki penyesuaian diri yang baik akan memiliki emosi yang cenderung stabil,

menyadari penuh siapa dirinya, menerima dan mengenali kelebihan maupun

kekurangan yang ada pada dirinya dan mampu belajar dari pengalaman.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

43

Seseorang yang telah berhasil menyesuaikan dirinya dengan baik menurut Baron

(dalam Sarwono, 2009) memiliki daya tarik atau penampilan yang menarik,

memiliki sifat-sifat yang menyenangkan, sehingga memiliki interpersonal

attraction yang positif bagi orang lain. Selain itu, orang lain akan lebih menyukai

seseorang yang memiliki perasaan senang, gembira dan mengucapkan kalimat

yang menyenangkan atau positif daripada seseorang yang memiliki perasaan

negatif seperti kesal dan marah. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang

dapat menyesuaikan diri dengan baik akan lebih mampu mengubah suasana

lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. Meskipun lingkungan di kampus

kurang mendukung, namun apabila seseorang mampu menyesuaikan diri dengan

baik, maka hubungan dengan teman-teman sebaya dan orang-orang dilingkungan

kampus akan terjalin dengan harmonis.

Penelitian Oktyavera (2009) menunjukkan bahwa penyesuaian diri mahasiswa

berkaitan positif dengan kualitas kehidupan di kampus. Kualitas kehidupan di

kampus yang tinggi menunjukkan rata-rata mahasiswa mempersepsikan secara

baik mengenai aspek-aspek yang dimiliki oleh perguruan tinggi. Mahasiswa

merasa cukup sejahtera, tidak merasa kekurangan dengan apa yang diberikan oleh

pihak kampus, cukup puas dengan apa yang diperoleh dan dialami di kampus,

seperti kurikulum pendidikan, pola hubungan dengan dosen dan mahasiswa,

kegiatan ekstrakurikuler, besar kampus, fasilitas kampus serta pola kehidupan.

Untuk mengatasi kesulitan penyesuaian diri, maka dibutuhkan kemampuan

untuk memahami, mengenali, sekaligus mengelola kesulitan yang dihadapi agar

dapat melewati segala rintangan dalam kehidupan. Disinilah peran daya juang

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

44

(adversity quotient) dalam diri seseorang. Stoltz (2000) mengemukakan bahwa

adversity quotient adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk bertahan

menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan, sekaligus mengubah kesulitan

menjadi peluang untuk meraih kesuksesan. Kemampuan inilah yang sangat

diperlukan oleh mahasiswa perantauan tahun pertama untuk menyesuaikan diri di

lingkungan yang baru. Stoltz (2000) menambahkan adversity quotient dapat

berperan dalam melihat sejauh mana seseorang mampu bertahan dalam

menghadapi kesulitan dan seberapa besar kemampuannya untuk mengatasi

kesulitan itu. Adversity quotient dapat membuat mahasiswa perantauan menjadi

seseorang yang ulet dan tekad pantang menyerah.

Lasmono (2001) menyatakan bahwa dengan adversity quotient yang tinggi,

seseorang akan semakin tegar menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi

kesulitan dengan tepat sehingga bisa bertahan dengan berbagai rintangan. Jika

daya juang rendah maka penyesuaian diri pada mahasiswa perantauan tahun

pertama kurang baik, tidak mampu untuk mengatasi masalah dan kesulitan yang

dihadapinya.

Penelitian sebelumnya yang mendukung hipotesis penelitian ini yaitu

penelitian Susanty (2011) yang menyatakan terdapat hubungan positif dan

signifikan antara kecerdasan adversitas dengan penyesuaian diri pada mahasiswa

tahun pertama. Kemudian penelitian oleh Fitriany (2008), menemukan terdapat

hubungan yang signifikan antara adversiy quotient dengan penyesuaian diri sosial

pada mahasiswa perantauan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

45

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpukan bahwa adversity quotient

mempunyai peranan penting bagi penyesuaian diri mahasiswa perantauan tahun

pertama. Mahasiswa perantauan yang tidak mudah menyerah dan tidak mudah

terjebak dalam kondisi keputusasaan menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut

dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan baru. Mahasiswa perantauan

tahun pertama yang mempunyai adversity quotient tinggi dapat melakukan

penyesuaian diri di perguruan tinggi, sebaliknya, apabila adversity quotient yang

dimiliki rendah, maka mahasiswa perantauan akan kesulitan dalam menyesuaikan

diri di perguruan tinggi.

2. Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Penyesuaian

Diri Mahasiswa Perantauan Tahun Pertama

Meningkatnya intensitas pertemuan diantara para mahasiswa mengakibatkan

dukungan sosial dari teman sebaya berperan penting bagi kehidupan mahasiswa

terutama mahasiswa perantauan. Mahasiswa yang kesulitan dalam menyesuaikan

diri dengan lingkungan mengharapkan adanya seseorang yang dapat membantu,

mengarahkan, atau memberikan dukungan emosional agar dapat menyesuaikan

diri dengan baik. Pada kalangan mahasiswa, teman sebaya sangat memengaruhi

perkembangan sosialnya. Teman sebaya sangat memiliki peran penting terutama

pada tahap perkembangan belajar, mahasiswa yang memiliki banyak teman akan

mampu meningkatkan penyesuaian diri (Wijaya, 2012).

Interaksi dengan teman sebaya menimbulkan suatu bentuk dukungan sosial

yaitu hubungan antarindividu dengan orang-orang yang ada di sekitarnya yang

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

46

dapat membantu mengurangi beban dalam menghadapi permasalahan dan tekanan

dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Effendi dan Tjahjono (1999) menyatakan

dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologis individu

yang mengalami tekanan, sehingga menimbulkan pengaruh positif yang dapat

mengurangi gangguan psikologis. Selan itu, dukungan sosial dapat dijadikan

pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan, sehingga dapat

membantu mahasiswa perantauan tahun pertama untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial yang baru.

Di saat mahasiswa mulai merantau dan menjalani kehidupan di perguruan

tinggi, mereka mulai keluar dari rumah dan bergaul dalam lingkungan sosial yang

lebih luas dengan membentuk suatu kelompok teman sebaya. Santrock (2003)

mengungkapkan remaja memiliki kebutuhan yang cukup kuat untuk disukai dan

diterima oleh teman sebaya atau kelompok, ketika mereka merasa diterima oleh

teman sebayanya maka akan timbul perasaan senang, sebaliknya ketika mereka

merasa tidak diterima, diremehkan, atau dikeluarkan dari kelompok teman

sebayanya maka mereka akan merasa tertekan dan cemas.

Menurut Zastrow dan Ashman (2007), kelompok teman sebaya dapat

membantu para remaja dalam bertransisi atau melakukan perubahan dari remaja

yang masih tergantung dengan orang tua menjadi remaja yang mandiri.

Pertemanan dengan teman-teman sebaya menjadi pengaruh bagi mahasiswa baru

yang mendominasi dalam proses identifikasi dan pengembangan dirinya

dibandingkan lingkungan keluarga. Pertemanan dimulai dengan satu, dua orang

dan terkadang jumlahnya akan semakin bertambah dan memungkinkan terbentuk

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

47

suatu kelompok sosial mahasiswa yang dasarnya dilandasi oleh persamaan hobi,

gagasan, dan gaya hidup. Persahabatan dengan teman sebaya diisi dengan

kedekatan, kehangatan, serta dukungan di kala sedih, gagal, atau juga senang.

Teman merupakan tempat membagi nilai-nilai hidup. Teman menjadi sangat

penting bagi seorang mahasiswa. Hal ini disebabkan karena mahasiswa baru

terutama perantauan lebih ingin menghabiskan waktunya jauh dari keluarga, dan

pada usia ini kebutuhan lebih tinggi terhadap dukungan sosial.

Teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah

hidup mahasiswa baru. Peranan positif dari teman sebaya bagi perkembangan

kepribadian seorang mahasiswa baru adalah mereka merasa aman dan merasa

dianggap penting dalam kelompok persahabatan, dapat tumbuh dengan baik

dalam kelompok persahabatan, mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa

kecewa, takut, khawatir, tertekan, gembira, yang mungkin tidak didapatkan di

rumah. Empati, penerimaan, dan dukungan sosial positif lainnya dari teman

sebaya dapat membantu remaja dalam melewati masa remajanya dengan baik.

Remaja mulai dapat mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara yang

lebih matang dan berusaha memperoleh kebebasan emosional dengan cara

menggabungkan diri dengan teman sebaya (Desmita, 2012). Teman sebaya

merupakan sumber afeksi, simpati, pengertian, tempat untuk bereksperimen, dan

suasana yang mendukung untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari orang

tua (Wijaya, 2012).

Santrock (2003) menekankan bahwa melalui interaksi teman sebaya anak-anak

dan remaja mulai belajar pola hubungan timbal balik dan setara. Teman sebaya

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

48

juga merupakan salah satu agen sosialisasi karena bersama teman sebaya

kebutuhan-kebutuhan tertentu dari seorang individu dapat terpenuhi serta teman

sebaya dapat memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan sosial,

kognitif, dan psikologis.

Dukungan teman sebaya merupakan tempat untuk membentuk hubungan dekat

yang berfungsi sebagai “latihan” bagi hubungan yang akan remaja bina di masa

dewasa (Saguni, 2014). Penelitian dari Aziz dan Fatma (2013) menyampaikan

bahwa dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, dari interaksi ini seseorang

bisa tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai,dan mencintai dirinya.

Individu yang mendapatkan perhatian seperti ini akan termotivasi untuk mencapai

tujuan atau keinginannya karena banyak orang yang mendukungnya.

Remaja dan kelompok teman sebaya membentuk suatu relasi yang bersifat

positif (Santrock, 2003). Contoh dari relasi positif ini yaitu mahasiswa belajar

untuk mengeksplorasi prinsip-prinsip kesadaran dan keadilan melalui pengalaman

mereka ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan teman sebayanya. Selain

itu, mahasiswa juga belajar untuk mengamati dengan teliti terhadap minat dan

pandangan teman sebaya, dengan tujuan memudahkan proses penyatuan dirinya

ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpukan bahwa dukungan sosial teman

sebaya mempunyai peranan penting bagi perkembangan emosioal dan sosial pada

mahasiswa, sehingga teman sebaya dapat mendukung kematangan perkembangan

mahasiswa hingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Mahasiswa perantauan

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

49

tahun pertama yang mendapatkan dukungan sosial dari teman sebaya yang tinggi

dapat meningkatkan penyesuaian diri di perguruan tinggi, sebaliknya apabila

dukungan sosial teman sebaya yang didapatkan rendah, maka mahasiswa

perantauan akan kesulitan dalam menyesuaikan diri di perguruan tinggi.

3. Hubungan Adversity Quotient dan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Tahun Pertama

Penyesuaian diri merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh

mahasiswa perantauan tahun pertama untuk menjalani kehidupan di perguruan

tinggi. Penyesuaian diri pada perkuliahan adalah tuntutan untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan akademik atau perkuliahan yang dihadapi untuk

menyelesaikan masalah-masalah sekarang maupun selanjutnya dimasa

mendatang, sehingga dapat memberikan suatu prestasi untuk dirinya. Mahasiswa

perantauan tahun pertama mengalami berbagai perubahan yang terjadi dalam

hidupnya, seperti berpisah dengan orang tua dan memiliki sedikit teman di

lingkungan kampus yang baru. Perubahan-perubahan itu membuat mahasiswa

harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru, seperti

lingkungan kampus dan bergaul dengan orang-orang yang bukan berasal dari

daerah asalnya.

Penyesuaian diri oleh mahasiswa perantauan tahun pertama terlihat dari daya

juang yang ada dalam diri individu untuk dapat bertahan dalam lingkungan sosial

yang baru dan belum dikenalnya. Daya juang (adversity quotient) yang dimiliki

mahasiswa akan menentukan keberhasilan dalam mengatasi permasalahan

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

50

yang dihadapi di lingkungan baru. Mahasiswa dengan adversity quotient yang

tinggi tidak mudah menyerah menghadapi kondisi sulit dan tidak akan mudah

terjebak dalam kondisi keputusasaan. Adversity quotient yang mumpuni akan

menjadikan individu sebagai pribadi yang ulet dan tekad yang pantang menyerah

dalam berbagai situasi.

Mahasiswa perantauan tahun pertama yang memiliki adversity quotient tinggi

tercermin dari aspek-aspek adversity quotient yaitu control, origin and ownership,

reach, dan endurance. Control menunjukkan kemampuan untuk bertahan

menghadapi kesulitan-kesulitan di perguruan tinggi dan niat untuk menyelesaikan

masalah dengan tidak mudah putus asa. Ownership mencerminkan kemampuan

menghindari perilaku yang menyalahkan diri sendiri serta dapat menempatkan

tanggung jawab sesuai dengan tempatnya. Reach memperlihatkan keefektifan

untuk menahan dan membatasi jangkauan kesulitan dan merasa semakin berdaya.

Endurance menunjukkan penyebab-penyebab kesulitan hanya dianggap sebagai

sesuatu yang sifatnya sementara dan cepat berlalu.

Pertemanan dengan teman-teman sebaya dalam masa perkuliahan menjadi

pengaruh yang mendominasi pada mahasiswa dalam proses identifikasi dan

pengembangan dirinya dibandingkan lingkungan keluarga. Persahabatan dengan

teman sebaya diisi dengan kedekatan, kehangatan, serta dukungan di kala sedih,

gagal, atau senang. Teman merupakan tempat berbagi nilai-nilai hidup. Teman

menjadi sangat penting bagi seorang remaja. Hal ini disebabkan karena remaja

lebih ingin menghabiskan waktunya jauh dari keluarga, dan pada usia ini

kebutuhan lebih tinggi terhadap dukungan sosial.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

51

Menurut Mu'tadin (2002) penyesuaian diri akan melibatkan individu dengan

lingkungannya, salah satu lingkungan yang memengaruhi penyesuaian mahasiswa

tahun pertama adalah lingkungan teman sebaya. Pembentukan hubungan yang erat

diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-

masa lainnya. Dukungan sosial yang diterima dari teman sebaya akan membantu

mahasiswa menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi

yang dimilikinya. Peranan positif dari dukungan sosial teman sebaya bagi

perkembangan kepribadian mahasiswa perantauan tahun pertama adalah mereka

merasa aman dan merasa dianggap penting dalam kelompok persahabatan, dapat

tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan, mendapat tempat yang baik

bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, tertekan, gembira, yang mungkin

tidak didapatkan di rumah. Ada pula Kartika (2011) yang mengatakan dukungan

sosial teman sebaya sangat penting untuk membantu remaja menyelesaikan

kesulitan yang tengah mereka hadapi, karena itu menemukan teman sebaya

dengan minat sama akan membuat mereka bisa lebih menyesuaikan diri. Sehingga

dapat dikatakan bahwa dukungan sosial dari teman sebaya memiliki peran yang

berarti bagi remaja itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa dengan adversity quotient

dan dukungan sosial teman sebaya yang tinggi dapat membantu mahasiswa

perantauan tahun pertama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial

yang baru.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/G0112013_bab2.pdf · 15 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian

52

F. KERANGKA BERPIKIR

2 (+)

1(+)

3 (+)

Bagan 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Keterangan:

Anak panah nomor 1 : hipotesis 1

Anak panah nomor 2 : hipotesis 2

Anak panah nomor 3 : hipotesis 3

G. HIPOTESIS

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka penulis menjadikan hipotesis

penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara adversity quotient dan dukungan sosial

teman sebaya dengan penyesuaian diri mahasiswa perantauan tahun

pertama.

2. Terdapat hubungan positif antara adversity quotient dengan penyesuaian

diri mahasiswa perantauan tahun pertama.

3. Terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan

penyesuaian diri mahasiswa perantauan tahun pertama.

Mahasiswa

Perantauan

Tahun Pertama

Adversity

Quotient

Dukungan Sosial

Teman Sebaya

Penyesuaian

Diri