BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana Pada Iklan Kosmetik di
Televisi” oleh Elis Kristianti tahun 2010 Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Penelitian tersebut membahas tentang analisis Eksternal wacana pada iklan
kosmetik di televisi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang
unsur Eksternal wacana pada iklan kosmetik ditelevisi berdasarkan implikatur,
presuposisi, referensi, inferensi, konteks wacana. Data yang digunakan yaitu tuturan
pada iklan kosmetik yang muncul ditelevisi yang mengandung unsur eksternal
wacana. Sumber datanya diperoleh dari enam stasiun televisi. Tahap penyediaan data
penelitian tersebut menggunakan metode simak. Dalam prakteknya penyimakan atau
metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan penelitian. Kegiatan menyadap
biasa disebut teknik sadap. Adapun teknik lanjutannya yaitu Teknik Simak Bebas
Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Dalam tahap analisis data
menggunakan metode padan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik padan
referensial dan teknik padan pragmatik. Dalam tahap penyajian hasil analisis data
menggunakan penyediaan data dalam wujud laporan tertulis.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terletak pada jenis penelitiannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian Elis Kristianti dengan penelitian yang
dilakukan peneliti terletak pada teori, data dan sumber data yang digunakan. Teori
yang digunakan Elis Kristianti adalah unsur eksternal wacana yang meliputi
8
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
9
implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, konteks wacana, sedangkan teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu unsur eksternal wacana yaitu
praanggapan. Data Elis Kristianti adalah tuturan pada iklan kosmetik, sedangkan data
yang digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun. Kemudian, sumber data yang
digunakan Elis Kristianti adalah enam stasiun televisi Indonesia milik swasta (RCTI,
SCTV, Indosiar, Trans 7, Global, dan Trans TV), sedangkan sumber data peneliti
adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar, Trans 7 dan Mnc TV).
2. Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan Iklan Makanan pada Enam
Stasiun Televisi” oleh Setia Cristiana tahun 2012 Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Penelitian Setia Cristiana bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dan
macam-macam praanggapan yang terdapat dalam iklan makanan pada enam stasiun
televisi tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
tuturan-tuturan iklan makanan pada enam stasiun televisi yaitu RCTI, SCTV, Indosiar,
Global TV, ANTV dan Trans 7. Tahap penyediaan data, penelitian tersebut
menggunakan metode simak. Peneliti kemudian menyidap dengan menggunakan alat
secara terang-terangan. Dalam teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan berupa
teknik Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Untuk tahap
analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik dasar yang digunakan
yaitu teknik pilah unsur penentu yaitu memilah data yang akan dianalisis atau yang
menjadi penentu dalam penelitian. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu
menggunakan teknik Hubung Bidang Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data
dengan teori yang digunakan. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu
menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBM) yaitu mengolah data
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
10
dengan teori yang digunakan. Tahap penyimpulan hasil ialah melakukan penyimpulan
keseluruhan hasil analisis yang telah dikerjakan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terletak pada jenis penelitian dan teori nya. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teorinya adalah praanggapan. Perbedaan
penelitian Setia Cristiana dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada data
dan sumber data yang digunakan. Data Setia Cristiana adalah tuturan pada iklan
makanan, sedangkan data yang digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun.
Kemudian, sumber data yang digunakan Setia Cristiana adalah enam stasiun televisi
Indonesia milik swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans 7),
sedangkan sumber data peneliti adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar,
Trans 7 dan Mnc TV).
3. Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan pada Tokoh Utama dalam
Film Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal oleh Ervina Khoewati tahun
2013 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoewati bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam praanggapan yang terdapat dalam
film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Data dalam penelitian berupa tuturan-
tuturan tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal yang
mengandung praanggapan. Sumber data yang digunakan adalah bersumber dari film
“Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Dalam penyediaan data, penelitian tersebut
menggunakan metode simak. Pada penelitian tersebut teknik yang digunakan adalah
teknik simak dan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC)
dan teknik catat. Dalam analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
11
dasarnya yaitu teknik Pilih Unsur Penentu (PUP). Langkah selanjutnya adalah
menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data
dengan teori yang digunakan. Sedangkan tahap penyimpulan hasil analisis yang
terdapat dalam tuturan-tuturan tokoh utama pada film Habibi dan Ainun karya Faozan
Rizal yang telah diselesaikan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terletak pada jenis penelitian dan teori nya. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teorinya adalah praanggapan. Perbedaan
penelitian Ervina Khoewati dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada
data dan sumber data yang digunakan. Data Ervina Khoewati adalah tuturan-tuturan
tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal, sedangkan data yang
digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun. Kemudian, sumber data yang
digunakan Ervina Khoewati adalah film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal,
sedangkan sumber data peneliti adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar,
Trans 7 dan Mnc TV).
B. Pragmatik
1. Pengertian Pragmatik
Kasher (dalam Putrayasa, 2014:1) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut
diintegrasikan ke dalam konteks. Sedangkan menurut Depdiknas (2008:1209)
menyatakan bahwa pragmatik yaitu berkenaan dengan syarat-syarat yang
mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Menurut
Yule (2014 : 3) membagi definisi pragmatik ke dalam empat ruang lingkup. Yang
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
12
pertama, pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Yang kedua, Pragmatik adalah
studi tentang makna kontekstual. Yang ketiga, pragmatik adalah studi tentang
bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Yang
keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik
merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa tentang makna yang disampaikan
oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar dalam berkomunikasi. Pada asumsi
tentang tentang seberapa dekat atau jauh jarak pendengar, penutur menentukan
seberapa banyak kebutuhan yang dututurkan. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti
bila diketahui konteks nya. Batasan-batasan pragmatik adalah aturan-aturan
pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud
pembicara, konteks dan keadaan. Konteks tersebut yakni uraian atau kalimat yang
dapat mendukung atau menambah kejelasan tentang makna.
2. Bentuk-bentuk Pragmatik
Menurut Cummings (2011:111) Pragmatik mempunyai bentuk-bentuk tertentu
sesuai dengan situasi dan konteksnya dalam kalimat. Situasi tertentu akan
menimbulkan penggunaan bahasa yang berbeda dengan situasi yang lain. Demikian
pula konteks tertentu akan menyebabkan penggunaan bahasa yang berbeda-beda.
Bentuk-bentuk pragmatik terbagi menjadi enam yaitu tindak tutur, implikatur,
rujukan atau referensi, prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan praanggapan.
Sedangkan Dari berbagai macam bentuk pragmatik, penulis hanya mengkaji tentang
praanggapan.
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
13
C. Praanggapan
1. Pengertian Praanggapan
Menurut Chaer (2010:32) praanggapan atau presuposisi adalah pengetahuan
bersama yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur yang melatar belakangi suatu
tindak tutur. Menurut Nababan menyatakan bahwa praanggapan berasal dari
perdebatan dalam ilmu filsafah, khususnya tentang hakekat rujukan (apa-apa,
benda/keadaan dan sebagainya) yang dirujuk oleh kata, frasa atau kalimat dan
ungkapan-ungkapan rujukan (dalam Lubis, 1993:59). Praanggapan menurut Nababan
(dalam Mulyana, 2005:14) istilah presuposisi adalah tuturan dari bahasa inggris
presupposition yang berarti perkiraan, prasangkaan. Sebuah tuturan dapat dikatakan
mempraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidak benaran tuturan yang
dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan
mempresuposisikan tidak dapat dikatakan (Rahardi, 2005:42). Menurut Yule
(2014:43) berpendapat bahwa presuposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh
penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki
presuposisi adalah penutur, bukan kalimat.
Sebuah kalimat dapat mempresuposisikan dan mengimplikasikan kalimat yang
lain. Sebuah kalimat dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain ketidakbenaran
kalimatyang kedua (yang dipresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah
(Wijana. 1996:37). Praanggapan itu sebenarnya diketahui benar tidaknya dengan
ungkapan kebahasaan khususnya dengan ketetapan dalam peniadaan (constancy under
negation) tetap kebenarannya walaupun kalimatnya ditiadakan. Dari beberapa
pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa praanggapan adalah pengetahuan atau
asumsi yang telah dimiliki oleh penutur dan lawan tutur yang melatar belakangi suatu
tuturan.
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
14
Contoh praanggapan dalam kalimat “Kuliah analisis wacana diberikan di
semester V”. Dari kalimat tersebut maka dapat ditarik praanggapan bahwa ada kuliah
analisis wacana, dan ada semester V. Andaikata kalimat ini kita negatifkan maka akan
berbunyi “Kuliah analisis wacana tidak diberikan disemester V”. Walaupun kalimat
tersebut dinegatifkan maka praanggapannya tetap sama yaitu ada kuliah analisis
wacana da nada semester V (Nababan dalam Lubis, 1993 : 60).
Dalam koteks dialog, Stalnager mengatakan bahwa praanggapan adalah
“pengetahuan bersama” antara pembicara dan pendengar. Sumber praanggapan adalah
pembicara. Artinya perkiraan pengetahuan tentang sesuatu dimulai oleh pembaca
ketika pembicara tersebut mengutarakan suatu tuturan. Hal itu bisa terjadi karena
pembicara memperkirakan orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal yang akan
diucapkan.
Contoh :
A : “Anakmu yang bungsu sudah kelas berapa ?”
B : “Baru kelas dua SD”
Dalam pertuturan itu ada pengetahuan bersama yang dimiliki A dan B bahwa B
memiliki anak lebih seorang maka A tidak perlu bertanya kepada si B, anak B ada
berapa ?. Karena tanpa bertanya pembicara sudah beranggapan (memperkirakan)
bahwa orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal dan maksudnya. Juga ada
pengetahuan bersama bahwa ana- anak B sudah bersekolah. Tanpa pengetahuan itu,
tentu A tidak dapat mengejukan pertanyaan seperti itu, dan B tidak dapat menjawab
seperti itu juga. Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin akrab
hubungan antara pembicara dengan pasangan bicaranya, maka akan semakin banyak
kedua pihak berbagi pengalaman dan pengetahuan, dan semakin banyak pula
praanggapan antara mereka yang tidak perlu diutarakan secara verbal. Oleh karena itu
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
15
penggunaan praanggapan hanya ditunjukkan kepada pendengar yang menurut
pembicara, memiliki pengetahuan seperti yang dimiliki oleh pembicara.
Dari beberapa pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa
presupposition yang dalam bahasa Indonesia berarti praanggapan dimaknai berbeda
dari setiap ahli bahasa, tetapi para ahli menampilkan kesamaan sudut pandang. Penulis
dapat menyimpulkan bahwa praanggapan adalah anggapan dasar (awal) pembicara
secara tersirat sebagai respon awal pendengar. Praanggapan juga dapat diartikan
sebgai sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum
menghasilkan suatu tuturan. Pemahaman praanggapan melibatkan dua partisipan
utama, yaitu dua penutur yang membuat suatu pernyataan atau tuturan dan lawan
tutur. Praanggapan belum tentu benar jika belum dikaitkan dengan partisipan, konteks
situasi, dan pengetahuan bersama.
2. Bentuk-bentuk Praanggapan
Cummings, dkk (2011:120) menyatakan praanggapan dibagi menjadi dua
jenis, yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Praanggapan semantik
adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon
atau kosa katanya, sedangkan praanggapan pragmatik adalah praanggapan yag ditarik
berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan.
a. Praanggapan Semantik
Menurut Cummings, dkk (2011:120) praanggapan semantik adalah yang
ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosa katanya. Contoh
praanggapan semantik yaitu:
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
16
Contoh 1
Seseorang mengatakan sebagai berikut :
(1) Ade tidak jadi pergi.
(2) Sepeda motornya mogok.
Dari kata-kata yang ada dalam pernyataan itu dapat kita tarik praanggapan bahwa ade
mempunyai sepeda motor. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikutnya.
Contoh 2
Dodo telah berhenti merokok.
Dari kata-kata yang dipakai dalam pernyataan itu terkandung dua praanggapan,
praanggapan yang pertama yaitu bahwa Dodo selama ini biasa merokok, sedangkan
praanggapan yang kedua yaitu bahwa saat ini Dodo tidak merokok lagi.
b. Praanggapan Pragmatik
Praanggapan pragmatik adalah praanggapan yang ditarik berdasarkan atas
konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Contoh praanggapan
pragmatik yaitu pada percakapan sebagai berikut
Pada suatu waktu datang seorang tamu laki-laki kerumah Tono. Tono adalah
seorang direktur suatu perusahaan. Tono pun mempersilahkan tamu itu untuk masuk
dan duduk diruang tamu. Tamu itu ternyata teman Tono ketika sekolah di SMA.
Dia bernama Santo yang sampai saat ini belum bekerja. Sambil duduk Santo
mengatakan:
Santo : “Aku merasa capai sekali karena berjalan kaki terlalu jauh. Tidak ada
kendaraan”.
Tono : (Segera ke belakang mengambil air minum dan ia mempersilahkan
Santo meneguknya). “Silahkan minum Santo”.
Santo : “Terima kasih. Kau tahu benar aku merasa haus”.
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
17
Dari percakapan diatas dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang proses
sampainya kerumah Tono, Tono berpraanggapan bahwa ada sesuatu yang diminta
oleh Santo dan Santo ingin minum. Selain itu berdasarkan percakapan diatas dapat
diketahui praanggapan semantik kalimat tau ialah “Santo merasa capai” dan kalimat
“tidak ada kendaraan di jalan”. Dalam hal ini tampak perbedaan antara praanggapan
semantik dan praanggapan pragmatik.
3. Jenis-jenis Praanggapan
Praanggapan sudah diasosiasikan dengan pemakai sejumlah besar kata, frasa
dan struktur. Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:79) mengklasifikasikan
praanggapan ke dalam 6 (enam) jenis praanggapan. Enam jenis praanggapan tersebut
adalah praanggapan eksistensial, praanggapan faktif, praanggapan leksikal,
praanggapan non-faktif, praanggapan struktural, praanggapan konterfaktual. Keenam
jenis praanggapan tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:
a. Praanggapan Eksistensial
Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan ekstensial adalah
praanggapan yang menunjukkan ekstensi, keberadaan dan jati diri referen yang
diungkapkan dengan kata yang definitif. Praanggapan mengasosiasikan adanya suatu
keberadaan. Penyebab praanggapan ini tidak hanya di asumsikan terdapat dalam
susunan posesif tetapi juga lebih umum pada frasa nomina tertentu. Penggunaan
ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan terlibat dalam keberadaan entitas-entitas
yang disebutkan. Contoh:
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
18
Perempuan itu melangkah.
Praanggapan dalam tuturan diatas menyatakan keberadaan: (1) ada perempuan, (2)ada
perempuan melangkah.kedua praanggapan tersebut menunjukkan keberadaan atau
eksistensial.
b. Praanggapan Faktif
Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan faktif adalah
praanggapan ketika informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat
dianggap sebagai suatu kenyataan. Sejumlah kata kerja seperti: tahu, menyadari,
menyesal, sadar, mengherankan, dan gembira memiliki praanggapan faktif. Contoh:
Dia tidak menyadari bahwa dia demam.
Praanggapan dalam tuturan diatas adalah (1) dia demam. Penggunaan kata menyadari
dalam kalimat tersebut adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai
sebuah fakta dalam tuturan.
Berbeda dengan contoh kalimat sebelumnya, contoh praanggapan faktif lain juga
ditandai dengan adanya penggunaan kata mengakui. Berikut contoh tuturan:
Kami bersedih telah mengakui kebenaran tersebut
Praanggapan dalam tuturan diatas adalah (1) kami mengakui kebenaran tersebut.
Penggunaan kata tahu, menyadari, menyesal, sadar, mengherankan, dan gembira
adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai sebuah fakta dalam
tuturan. Walaupun dalam tuturan tidak terdapat kata-kata tersebut, kefaktualan suatu
tuturan yang muncul praanggapan dapat diketahui melalui partisipan tutur, konteks
situasi dan pengetahuan bersama.
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
19
c. Praanggapan Leksikal
Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan leksikal dipahami
sebagai bentuk praanggapan ketika makna yang dinyatakan secara konvensional
ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lainnya (yang tidak dinyatakan)
dipahami. Merupakan praanggapan yang dalam pemakaian suatu bentuk dengan
makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan lain
(yang tidak dinyatakan) dipahami. Didalam kasus praanggapan leksikal, pemakaian
ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk mempraanggapkan sebuah konsep lain
(tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus praanggapan faktif, pemakaian ungkapan
khusus diambil untuk mempraanggapkan kebenaran informasi yang disampaikan oleh
penutur. Contoh:
Dia berhenti minum minuman beralkohol.
Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) dulu dia minum-minuman beralkohol.
Praanggapan tersebut muncul dengan adanya kata „berhenti‟ yang menyatakan ia
pernah minum-minuman sebelumnya, namun sekarang berhenti.
d. Praanggapan Non-Faktif
Praanggapan non-faktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak
benar. Kata-kata kerja seperti “bermimpi”, “membayangkan”, “berpura-pura”, dan
lainnya. Praanggapan non-faktif ini digunakan dengan praanggapan yang
mengikutinya tidak benar. Contoh:
Saya berandai-andai kalau saya menikah dengan Rima.
Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) saya tidak menikah dengan rima.
Praanggapan berandai-andai sebagai pengandaian dapat memunculkan praanggapan
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
20
non-faktif. Selain itu, praanggapan yang tidak faktif dapat diasumsikan melalui
tuturan yang kebenarannya masih diragukan dengan fakta yang disampaikan.
Sama halnya dengan contoh sebelumnya, contoh ini juga menimbulkan praanggapan
non-faktif. tuturannya sebagai berikut:
Kalaulah saya punya banyak perusahaan
Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) saya tidak punya banyak perusahaan.
Praanggapan kalaulah sebagai pengandaian dapat memunculkan praanggapan non-
faktif. Selain itu, praanggapan yang tidak faktif dapat diasumsikan melalui tuturan
yang kebenarannya masih diragukan dengan fakta yang disampaikan.
e. Praanggapan Struktural
Praanggapan struktural mengacu pada struktur kalimat-kalimat tertentu telah
dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur
itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat Tanya, secara
konvensional diinterprestasikan dengan kata Tanya (kapan dan dimana) sudah
diketahui sebagai masalah. Dalam hal ini struktur kalimat-kalimat tertentu telah
dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian dari
struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur diasumsikan dapat
menggunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk memperlakukan informasi
seperti yang diprasangkakan (karena dianggap benar) dan dari sini kebenarannya
diterima oleh penutur. Tipe praanggapan structural ini dapat menuntun penutur untuk
mempercayai bahwa informasi yang disajikan pasti benar, bukan sekedar praanggapan
seseorang yang sedang bertanya. Pada contoh berikut digambarkan penyebab
praanggapan structural yang pertanyaan tersebut bisa memperkirakan jawaban dan
bisa diterima kebenarannya.
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
21
Contoh :
1. Bagaimana kamu tahu saya memiliki gaji besar?
2. Kamu tahu saya memiliki gaji besar.
a) Kapan dia sadar dirinya miskin?
b) Dia sadar dirinya miskin.
f. Praanggapan Konterfaktual
Praanggaan konterfaktual berarti bahwa yang dipraanggapan tidak hanya tidak
benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang
dengan kenyataan. Contoh :
Seandainya ibu kota Jawa Barat ada di Sumedang .
Dari tuturan diatas, praanggapan yang muncul adalah (1) ibu kota Jawa Barat bukan di
Sumedang. Praanggapan tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya
penggunaan kata „seandainya‟. Penggunaan kata tersebut membuat praanggapan yang
kontradiktif dari tuturan yang disampaikan.
Berbeda dengan contoh kalimat sebelumnya, contoh praanggapan konterfaktual lain
juga ditandai dengan adanya penggunaan kata kalau. Berikut contoh tuturan:
Kalau saja lelaki dapat hamil, mungkin lelaki dapat mengetahui sakitnya.
Dari tuturan diatas, praanggapan yang muncul adalah (1) lelaki tidak dapat hamil dan
tidak dapat mungkin mengetahui sakitnya. Praanggapan tersebut muncul dari
kontradiksi kalimat dengan adanya penggunaan kata „seandainya‟. Penggunaan kata
tersebut membuat praanggapan yang kontradiktif dari tuturan yang disampaikan.
4. Ciri-ciri Praanggapan
Menurut Yule (1996: 45) mengungkapkan bahwa ciri praanggapan yang paling
mendasar adalah keajegan di bawah penyangkalan. Pada dasarnya keajegan dibawah
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
22
penyangkalan berarti bahwa presuposisi suatu pernyataan akan tetap ajeg (yakni :
tetap benar) walaupun kalimat pernyataan itu dijadikan menyangkal (kalimat negatif).
Seperti contoh berikut, mempertimbangkan situasi diamana anda tidak setuju.
1) Semua orang tahu bahwa John itu seorang gay.
2) Tidak semua orang tahu bahwa John itu seorang gay.
Kalimat b merupakan bentuk negative dari kalimat a. Praanggapan dalam kalimat a
adalah john seorang gay dan semua orang mengetahui itu. Dalam kalimat b ternyata
praanggapan tersebut tidak berubah meski kalimat b mengandung penyangkal
terhadap kalimat a, yaitu memiliki praanggapan yang sama bahwa john adalah seorang
gay.
D. Iklan
1. Pengertian Iklan
Menurut Depdiknas (2008:521) iklan adalah berita pesanan untuk mendorong,
membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
Klepper (dalam Mulyana, 2005:63) iklan disejajarkan dengan konsep adversiting.
Kata adversiting berasal dari bahasa latin ad-vere yang berarti menyampaikan pikiran
dan gagasan kepada pihak lain. Sementara Wright menambahkan bahwa iklan
merupakan proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana
pemasaran, mmbantu layanan, serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu
dalam bentuk informasi yang bersifat persuasif (Mulyana, 2005:63). Swasta (1999:24)
mengatakan periklanan adalah komunikasi non-individu dengan sejumlah biaya,
melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta
individu-individu. Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industry
modern, dan hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau negara-negara yang
tengah mengalami perkembangan ekonomi secara pesat (Jefkins, 2007:2).
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
23
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa iklan adalah
proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran
melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuannya adalah untuk
membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan.
Dengan adanya iklan, maka masyarakat akan mengetahui produk-produk baru.
Produk-produk yang diiklankan tersebut dibuat semenarik mungkin karena agar
masyarakat tidak hanya mengetahui produk tersebut tetapi juga tertarik untuk membeli
atau menggunakan produk tersebut. Iklan hanya ditemukan dinegara-negara yang
sudah maju atau negara modern.
2. Jenis Iklan
Menurut Jefkins (2007:39) secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi
enam kategori pokok, yaitu iklan konsumen, iklan antarbisnis, iklan perdagangan,
iklan eceran, iklan keuangan dan iklan rekruitmen. Iklan konsumen merupakan iklan
yang sengaja disuguhkan untuk masyarakat bersama jasa konsumen, semua macam
barang diiklankan lewat media sesuai lapisan social tertentu yang hendak dibidik.
Dipasar terdapat banyak jenis barang konsumen. Yakni barang yang penjualannya
bisa berulang-ulang (merupakan kebutuhan sehari-hari) seperti makanan, minuman,
bahkan konveksi dan alat-alat pembersih.
Iklan antarbisnis merupakan iklan yang mempromosikan barang-barang dan
jasa non-konsumen. Artinya, baik pemasangan maupun sasaran iklan sama-sama
perusahaan. Produk yang diiklankan adalah barang antara yang harus diolah atau
menjadi unsur produksi. Termasuk pengiklanan barang-barang mentah, komponen
suku cadang dan asesoris-asesoris, fasilitas pabrik dan mesin, serta jasa-jasa seperti
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
24
asuransi, pasokan alat tulis kantor dn lain-lainnya. Sedangkan iklan perdagangan
secara khusus ditunjukkan kepada kalangan distributor, perdagangan-perdagangan
kulakan besar, para agen, eksportir/importer, dan para pedagang besar dan kecil.
Barang-barang yang diiklankan itu adalah barang-barang untuk dijual kembali. Media
untuk iklan perdagangan biasanya menggunakan pers perdagangan. Pos langsung
dimanfaatkan, teristimewa iklan yang berisi banyak informasi seperti rencana-rencana
kampanye iklan konsumen yang menyertakan tanggal dan waktu kapan dan dimana
iklan tersebut akan dilangsungkan, baik pers atau diradio dan Tv.
Iklan eceran merupakan suatu bentuk penjualan dengan cara eceran (retailing)
yaitu tanggapan langsung pemasaran atau kegiatan penjualan eceran tanpa iklan. Iklan
eceran sering dilakukan untuk konsumsi secara langsung tanpa melalui distributor atau
pedagang yang akan menjualnya kembali. Iklan eceran biasanya berupa barang atau
produk kebutuhan sehari-hari. Produk-produk kebutuhan sehari-hari itu misalnya
adalah gula pasir, minyak sayur, makanan ringan, minuman, sabun, shampoo, dan
laim-lain. Sedangkan Iklan keuangan adalah iklan yang meliputi iklan-iklan untuk
bank, jasa tabungan, asuransi dan investasi. Iklan keuangan disuguhkan untuk
masyarakat dengan keperluan yang berbeda-beda yaitu berupa tawaran tabungan, atau
pinjaman-pinjaman yang dikenakan jatuh tempo setiap periodenya. Iklan keuagan ini
bertujuan untuk mencari nasabah agar nasabah menabung atau meminjam uang.
Sekarang sudah banyak bank keliling atau sering disebut dengan bank harian. Bank
harian adalah bank yang menarik setoran setiap hari dari rumah ke rumah nasabah.
Iklan rekruitmen merupakan iklan yang bertujuan merekrut calon pegawai
(seperti anggota polisi, angkatan bersenjata, perusahaan swasta, dan badan-badan
umum lainnya) dan bentuknya antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
25
pelamar atau iklan sebaran biasa. Media-media lainnya seperti radio dan televisi juga
sering dimanfaatkan untuk memuat iklan-iklan lowongan. Jenis iklan rekruitmen
secara garis besar terdiri dari dua jenis yakni iklan yang diisi oleh para pencari kerja
dengan menyatakan identitas atau kotak pos, dan iklan yang berasal dari lembaga,
perusahaan biro-biro recruitment.
3. Iklan Televisi
Iklan televisi adalah iklan yang ditayangkan di media televisi. Melalui media
ini pesan dapat disampaikan melalui audio, visual dan gerak. Televisi sudah
merupakan barang umum yang mudah di jumpai dimana saja. Karena itu, potensinya
sebagai wahana iklan sangat besar karena ia mampu menjangkau begitu banyak
masyarakat atau calon konsumennya. Karena televisi merupakan sarana hiburan utama
bagi keluarga, maka produk-produk yang diiklankan ditelevisi juga kebanyakan
adalah barang-barang konsumen, baik yang dikonsumsi setiap hari maupun yang
tahan lama. (Jefkins, 2007:108).
4. Iklan Sabun
Menurut Suharso (2005:175) iklan adalah berita pesanan untuk mendorong,
membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.
Sedangkan pengertian sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci. Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan sabun adalah berita tentang bahan
yang digunakan untuk mencuci yang bertujuan untuk mendorong, membujuk
khalayak ramai agar tertarik pada barang yang ditawarkan. Sabun ada berbagai jenis.
Jenis-jenis nya yaitu sabun yang digunakan untuk membersihkan badan atau mandi
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
26
(sabun cair dan sabun padat), sabun yang digunakan untuk mencuci pakaian
(detergen), sabun yang digunakan untuk mencuci perabotan dapur dan sabun yang
digunakan untuk membersihkan wajah.
E. Kerangka Berpikir
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbiter yang digunakan oleh para
anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri (Chaer 2012:32). Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi
yang bertujuan untuk menawarkan sebuah produk, iklan juga tidak terlepas dari
penggunaan bahasa. Bisa dikatakan bahwa dari bahasalah letak keberhasilan sebuah
iklan.
Kridalaksana (2008:198) menyatakan pragmatik adalah syarat-syarat yang
mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Levinson
mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa
dengan konteks nya (Rahardi 2005:48). Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan
terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepas dari struktur bahasanya. Pragmatik
mempunyai beberapa bentuk, salah satu nya adalah praanggapan.
Terputusnya sebuah komunikasi terjadi karena kesalahan praanggapan yang
dilakukan penutur kepada mitra tutur. Demikian halnya pada sebuah iklan. Tujuan
iklan tersampaikan apabila praanggapan iklan tersebut diterima oleh pemirsa atau
mitra tutur. Praanggapan menurut Nababan istilah presuposisi adalah tuturan dari
bahasa inggris presupposition yang berarti perkiraan, prasangka (Mulyana 2005:14).
Praanggapan menurut Kridalaksana (2008:198) adalah syarat yang diperlukan bagi
benar tidaknya suatu kalimat.
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017
27
An
ali
sis
Pra
an
ggap
an
Ik
lan
Sa
bu
n p
ad
a E
na
m S
tasi
un
Tel
evis
i E
dis
i A
pri
l 2016
Prag
mat
ik
Ikla
n
Pen
gert
ian
Prag
mat
ik
Ben
tuk-
Ben
tuk
Prag
mat
ik
Ben
tuk
Praa
ngg
apan
Jen
is-J
enis
Praa
ngg
apan
Sem
anti
k Pr
agm
atik
Pen
gert
ian
Je
nis
Ikla
n Ik
lan
Tel
evis
i
1. K
on
sum
en
2. A
nta
rbis
nis
3. P
erdag
angan
4.
Ece
ran
5. K
euan
gan
6. R
ekru
itm
en
1.
Pra
ang
gap
an e
ksi
sten
sial
2.
Pra
ang
gap
an
Fak
tif
3.
Pra
ang
gap
an L
eksi
kal
4.
Pra
ang
gap
an n
on-f
akti
f
5.
Pra
ang
gap
an S
tru
ktu
ral
6.
Pra
ang
gap
an K
on
terf
aktu
al
Praa
ngg
apan
Tutu
ran
ikla
n s
abu
n
Cir
i Pra
angg
apan
Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017