BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB...

20
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana Pada Iklan Kosmetik di Televisi” oleh Elis Kristianti tahun 2010 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut membahas tentang analisis Eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang unsur Eksternal wacana pada iklan kosmetik ditelevisi berdasarkan implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, konteks wacana. Data yang digunakan yaitu tuturan pada iklan kosmetik yang muncul ditelevisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber datanya diperoleh dari enam stasiun televisi. Tahap penyediaan data penelitian tersebut menggunakan metode simak. Dalam prakteknya penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan penelitian. Kegiatan menyadap biasa disebut teknik sadap. Adapun teknik lanjutannya yaitu Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Dalam tahap analisis data menggunakan metode padan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik padan referensial dan teknik padan pragmatik. Dalam tahap penyajian hasil analisis data menggunakan penyediaan data dalam wujud laporan tertulis. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitiannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian Elis Kristianti dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada teori, data dan sumber data yang digunakan. Teori yang digunakan Elis Kristianti adalah unsur eksternal wacana yang meliputi 8 Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana Pada Iklan Kosmetik di

Televisi” oleh Elis Kristianti tahun 2010 Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

Penelitian tersebut membahas tentang analisis Eksternal wacana pada iklan

kosmetik di televisi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang

unsur Eksternal wacana pada iklan kosmetik ditelevisi berdasarkan implikatur,

presuposisi, referensi, inferensi, konteks wacana. Data yang digunakan yaitu tuturan

pada iklan kosmetik yang muncul ditelevisi yang mengandung unsur eksternal

wacana. Sumber datanya diperoleh dari enam stasiun televisi. Tahap penyediaan data

penelitian tersebut menggunakan metode simak. Dalam prakteknya penyimakan atau

metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan penelitian. Kegiatan menyadap

biasa disebut teknik sadap. Adapun teknik lanjutannya yaitu Teknik Simak Bebas

Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Dalam tahap analisis data

menggunakan metode padan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik padan

referensial dan teknik padan pragmatik. Dalam tahap penyajian hasil analisis data

menggunakan penyediaan data dalam wujud laporan tertulis.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terletak pada jenis penelitiannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian Elis Kristianti dengan penelitian yang

dilakukan peneliti terletak pada teori, data dan sumber data yang digunakan. Teori

yang digunakan Elis Kristianti adalah unsur eksternal wacana yang meliputi

8

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

9

implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, konteks wacana, sedangkan teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu unsur eksternal wacana yaitu

praanggapan. Data Elis Kristianti adalah tuturan pada iklan kosmetik, sedangkan data

yang digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun. Kemudian, sumber data yang

digunakan Elis Kristianti adalah enam stasiun televisi Indonesia milik swasta (RCTI,

SCTV, Indosiar, Trans 7, Global, dan Trans TV), sedangkan sumber data peneliti

adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar, Trans 7 dan Mnc TV).

2. Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan Iklan Makanan pada Enam

Stasiun Televisi” oleh Setia Cristiana tahun 2012 Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Penelitian Setia Cristiana bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dan

macam-macam praanggapan yang terdapat dalam iklan makanan pada enam stasiun

televisi tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

tuturan-tuturan iklan makanan pada enam stasiun televisi yaitu RCTI, SCTV, Indosiar,

Global TV, ANTV dan Trans 7. Tahap penyediaan data, penelitian tersebut

menggunakan metode simak. Peneliti kemudian menyidap dengan menggunakan alat

secara terang-terangan. Dalam teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan berupa

teknik Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Untuk tahap

analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik dasar yang digunakan

yaitu teknik pilah unsur penentu yaitu memilah data yang akan dianalisis atau yang

menjadi penentu dalam penelitian. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu

menggunakan teknik Hubung Bidang Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data

dengan teori yang digunakan. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu

menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBM) yaitu mengolah data

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

10

dengan teori yang digunakan. Tahap penyimpulan hasil ialah melakukan penyimpulan

keseluruhan hasil analisis yang telah dikerjakan.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terletak pada jenis penelitian dan teori nya. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teorinya adalah praanggapan. Perbedaan

penelitian Setia Cristiana dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada data

dan sumber data yang digunakan. Data Setia Cristiana adalah tuturan pada iklan

makanan, sedangkan data yang digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun.

Kemudian, sumber data yang digunakan Setia Cristiana adalah enam stasiun televisi

Indonesia milik swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans 7),

sedangkan sumber data peneliti adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar,

Trans 7 dan Mnc TV).

3. Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan pada Tokoh Utama dalam

Film Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal oleh Ervina Khoewati tahun

2013 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoewati bertujuan untuk

mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam praanggapan yang terdapat dalam

film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Data dalam penelitian berupa tuturan-

tuturan tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal yang

mengandung praanggapan. Sumber data yang digunakan adalah bersumber dari film

“Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Dalam penyediaan data, penelitian tersebut

menggunakan metode simak. Pada penelitian tersebut teknik yang digunakan adalah

teknik simak dan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC)

dan teknik catat. Dalam analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

11

dasarnya yaitu teknik Pilih Unsur Penentu (PUP). Langkah selanjutnya adalah

menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data

dengan teori yang digunakan. Sedangkan tahap penyimpulan hasil analisis yang

terdapat dalam tuturan-tuturan tokoh utama pada film Habibi dan Ainun karya Faozan

Rizal yang telah diselesaikan.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terletak pada jenis penelitian dan teori nya. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teorinya adalah praanggapan. Perbedaan

penelitian Ervina Khoewati dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada

data dan sumber data yang digunakan. Data Ervina Khoewati adalah tuturan-tuturan

tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal, sedangkan data yang

digunakan peneliti adalah tuturan iklan sabun. Kemudian, sumber data yang

digunakan Ervina Khoewati adalah film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal,

sedangkan sumber data peneliti adalah enam stasiun televisi (SCTV, RCTI, Indosiar,

Trans 7 dan Mnc TV).

B. Pragmatik

1. Pengertian Pragmatik

Kasher (dalam Putrayasa, 2014:1) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu

yang mempelajari bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut

diintegrasikan ke dalam konteks. Sedangkan menurut Depdiknas (2008:1209)

menyatakan bahwa pragmatik yaitu berkenaan dengan syarat-syarat yang

mengakibatkan serasi atau tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Menurut

Yule (2014 : 3) membagi definisi pragmatik ke dalam empat ruang lingkup. Yang

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

12

pertama, pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Yang kedua, Pragmatik adalah

studi tentang makna kontekstual. Yang ketiga, pragmatik adalah studi tentang

bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Yang

keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik

merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa tentang makna yang disampaikan

oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar dalam berkomunikasi. Pada asumsi

tentang tentang seberapa dekat atau jauh jarak pendengar, penutur menentukan

seberapa banyak kebutuhan yang dututurkan. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti

bila diketahui konteks nya. Batasan-batasan pragmatik adalah aturan-aturan

pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud

pembicara, konteks dan keadaan. Konteks tersebut yakni uraian atau kalimat yang

dapat mendukung atau menambah kejelasan tentang makna.

2. Bentuk-bentuk Pragmatik

Menurut Cummings (2011:111) Pragmatik mempunyai bentuk-bentuk tertentu

sesuai dengan situasi dan konteksnya dalam kalimat. Situasi tertentu akan

menimbulkan penggunaan bahasa yang berbeda dengan situasi yang lain. Demikian

pula konteks tertentu akan menyebabkan penggunaan bahasa yang berbeda-beda.

Bentuk-bentuk pragmatik terbagi menjadi enam yaitu tindak tutur, implikatur,

rujukan atau referensi, prinsip kerja sama, prinsip kesopanan, dan praanggapan.

Sedangkan Dari berbagai macam bentuk pragmatik, penulis hanya mengkaji tentang

praanggapan.

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

13

C. Praanggapan

1. Pengertian Praanggapan

Menurut Chaer (2010:32) praanggapan atau presuposisi adalah pengetahuan

bersama yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur yang melatar belakangi suatu

tindak tutur. Menurut Nababan menyatakan bahwa praanggapan berasal dari

perdebatan dalam ilmu filsafah, khususnya tentang hakekat rujukan (apa-apa,

benda/keadaan dan sebagainya) yang dirujuk oleh kata, frasa atau kalimat dan

ungkapan-ungkapan rujukan (dalam Lubis, 1993:59). Praanggapan menurut Nababan

(dalam Mulyana, 2005:14) istilah presuposisi adalah tuturan dari bahasa inggris

presupposition yang berarti perkiraan, prasangkaan. Sebuah tuturan dapat dikatakan

mempraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidak benaran tuturan yang

dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan

mempresuposisikan tidak dapat dikatakan (Rahardi, 2005:42). Menurut Yule

(2014:43) berpendapat bahwa presuposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh

penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki

presuposisi adalah penutur, bukan kalimat.

Sebuah kalimat dapat mempresuposisikan dan mengimplikasikan kalimat yang

lain. Sebuah kalimat dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain ketidakbenaran

kalimatyang kedua (yang dipresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah

(Wijana. 1996:37). Praanggapan itu sebenarnya diketahui benar tidaknya dengan

ungkapan kebahasaan khususnya dengan ketetapan dalam peniadaan (constancy under

negation) tetap kebenarannya walaupun kalimatnya ditiadakan. Dari beberapa

pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa praanggapan adalah pengetahuan atau

asumsi yang telah dimiliki oleh penutur dan lawan tutur yang melatar belakangi suatu

tuturan.

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

14

Contoh praanggapan dalam kalimat “Kuliah analisis wacana diberikan di

semester V”. Dari kalimat tersebut maka dapat ditarik praanggapan bahwa ada kuliah

analisis wacana, dan ada semester V. Andaikata kalimat ini kita negatifkan maka akan

berbunyi “Kuliah analisis wacana tidak diberikan disemester V”. Walaupun kalimat

tersebut dinegatifkan maka praanggapannya tetap sama yaitu ada kuliah analisis

wacana da nada semester V (Nababan dalam Lubis, 1993 : 60).

Dalam koteks dialog, Stalnager mengatakan bahwa praanggapan adalah

“pengetahuan bersama” antara pembicara dan pendengar. Sumber praanggapan adalah

pembicara. Artinya perkiraan pengetahuan tentang sesuatu dimulai oleh pembaca

ketika pembicara tersebut mengutarakan suatu tuturan. Hal itu bisa terjadi karena

pembicara memperkirakan orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal yang akan

diucapkan.

Contoh :

A : “Anakmu yang bungsu sudah kelas berapa ?”

B : “Baru kelas dua SD”

Dalam pertuturan itu ada pengetahuan bersama yang dimiliki A dan B bahwa B

memiliki anak lebih seorang maka A tidak perlu bertanya kepada si B, anak B ada

berapa ?. Karena tanpa bertanya pembicara sudah beranggapan (memperkirakan)

bahwa orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal dan maksudnya. Juga ada

pengetahuan bersama bahwa ana- anak B sudah bersekolah. Tanpa pengetahuan itu,

tentu A tidak dapat mengejukan pertanyaan seperti itu, dan B tidak dapat menjawab

seperti itu juga. Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin akrab

hubungan antara pembicara dengan pasangan bicaranya, maka akan semakin banyak

kedua pihak berbagi pengalaman dan pengetahuan, dan semakin banyak pula

praanggapan antara mereka yang tidak perlu diutarakan secara verbal. Oleh karena itu

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

15

penggunaan praanggapan hanya ditunjukkan kepada pendengar yang menurut

pembicara, memiliki pengetahuan seperti yang dimiliki oleh pembicara.

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa

presupposition yang dalam bahasa Indonesia berarti praanggapan dimaknai berbeda

dari setiap ahli bahasa, tetapi para ahli menampilkan kesamaan sudut pandang. Penulis

dapat menyimpulkan bahwa praanggapan adalah anggapan dasar (awal) pembicara

secara tersirat sebagai respon awal pendengar. Praanggapan juga dapat diartikan

sebgai sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum

menghasilkan suatu tuturan. Pemahaman praanggapan melibatkan dua partisipan

utama, yaitu dua penutur yang membuat suatu pernyataan atau tuturan dan lawan

tutur. Praanggapan belum tentu benar jika belum dikaitkan dengan partisipan, konteks

situasi, dan pengetahuan bersama.

2. Bentuk-bentuk Praanggapan

Cummings, dkk (2011:120) menyatakan praanggapan dibagi menjadi dua

jenis, yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Praanggapan semantik

adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon

atau kosa katanya, sedangkan praanggapan pragmatik adalah praanggapan yag ditarik

berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan.

a. Praanggapan Semantik

Menurut Cummings, dkk (2011:120) praanggapan semantik adalah yang

ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosa katanya. Contoh

praanggapan semantik yaitu:

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

16

Contoh 1

Seseorang mengatakan sebagai berikut :

(1) Ade tidak jadi pergi.

(2) Sepeda motornya mogok.

Dari kata-kata yang ada dalam pernyataan itu dapat kita tarik praanggapan bahwa ade

mempunyai sepeda motor. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikutnya.

Contoh 2

Dodo telah berhenti merokok.

Dari kata-kata yang dipakai dalam pernyataan itu terkandung dua praanggapan,

praanggapan yang pertama yaitu bahwa Dodo selama ini biasa merokok, sedangkan

praanggapan yang kedua yaitu bahwa saat ini Dodo tidak merokok lagi.

b. Praanggapan Pragmatik

Praanggapan pragmatik adalah praanggapan yang ditarik berdasarkan atas

konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Contoh praanggapan

pragmatik yaitu pada percakapan sebagai berikut

Pada suatu waktu datang seorang tamu laki-laki kerumah Tono. Tono adalah

seorang direktur suatu perusahaan. Tono pun mempersilahkan tamu itu untuk masuk

dan duduk diruang tamu. Tamu itu ternyata teman Tono ketika sekolah di SMA.

Dia bernama Santo yang sampai saat ini belum bekerja. Sambil duduk Santo

mengatakan:

Santo : “Aku merasa capai sekali karena berjalan kaki terlalu jauh. Tidak ada

kendaraan”.

Tono : (Segera ke belakang mengambil air minum dan ia mempersilahkan

Santo meneguknya). “Silahkan minum Santo”.

Santo : “Terima kasih. Kau tahu benar aku merasa haus”.

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

17

Dari percakapan diatas dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang proses

sampainya kerumah Tono, Tono berpraanggapan bahwa ada sesuatu yang diminta

oleh Santo dan Santo ingin minum. Selain itu berdasarkan percakapan diatas dapat

diketahui praanggapan semantik kalimat tau ialah “Santo merasa capai” dan kalimat

“tidak ada kendaraan di jalan”. Dalam hal ini tampak perbedaan antara praanggapan

semantik dan praanggapan pragmatik.

3. Jenis-jenis Praanggapan

Praanggapan sudah diasosiasikan dengan pemakai sejumlah besar kata, frasa

dan struktur. Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:79) mengklasifikasikan

praanggapan ke dalam 6 (enam) jenis praanggapan. Enam jenis praanggapan tersebut

adalah praanggapan eksistensial, praanggapan faktif, praanggapan leksikal,

praanggapan non-faktif, praanggapan struktural, praanggapan konterfaktual. Keenam

jenis praanggapan tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:

a. Praanggapan Eksistensial

Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan ekstensial adalah

praanggapan yang menunjukkan ekstensi, keberadaan dan jati diri referen yang

diungkapkan dengan kata yang definitif. Praanggapan mengasosiasikan adanya suatu

keberadaan. Penyebab praanggapan ini tidak hanya di asumsikan terdapat dalam

susunan posesif tetapi juga lebih umum pada frasa nomina tertentu. Penggunaan

ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan terlibat dalam keberadaan entitas-entitas

yang disebutkan. Contoh:

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

18

Perempuan itu melangkah.

Praanggapan dalam tuturan diatas menyatakan keberadaan: (1) ada perempuan, (2)ada

perempuan melangkah.kedua praanggapan tersebut menunjukkan keberadaan atau

eksistensial.

b. Praanggapan Faktif

Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan faktif adalah

praanggapan ketika informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat

dianggap sebagai suatu kenyataan. Sejumlah kata kerja seperti: tahu, menyadari,

menyesal, sadar, mengherankan, dan gembira memiliki praanggapan faktif. Contoh:

Dia tidak menyadari bahwa dia demam.

Praanggapan dalam tuturan diatas adalah (1) dia demam. Penggunaan kata menyadari

dalam kalimat tersebut adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai

sebuah fakta dalam tuturan.

Berbeda dengan contoh kalimat sebelumnya, contoh praanggapan faktif lain juga

ditandai dengan adanya penggunaan kata mengakui. Berikut contoh tuturan:

Kami bersedih telah mengakui kebenaran tersebut

Praanggapan dalam tuturan diatas adalah (1) kami mengakui kebenaran tersebut.

Penggunaan kata tahu, menyadari, menyesal, sadar, mengherankan, dan gembira

adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai sebuah fakta dalam

tuturan. Walaupun dalam tuturan tidak terdapat kata-kata tersebut, kefaktualan suatu

tuturan yang muncul praanggapan dapat diketahui melalui partisipan tutur, konteks

situasi dan pengetahuan bersama.

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

19

c. Praanggapan Leksikal

Menurut Yule (dalam Putrayasa, 2014:80) praanggapan leksikal dipahami

sebagai bentuk praanggapan ketika makna yang dinyatakan secara konvensional

ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lainnya (yang tidak dinyatakan)

dipahami. Merupakan praanggapan yang dalam pemakaian suatu bentuk dengan

makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan lain

(yang tidak dinyatakan) dipahami. Didalam kasus praanggapan leksikal, pemakaian

ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk mempraanggapkan sebuah konsep lain

(tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus praanggapan faktif, pemakaian ungkapan

khusus diambil untuk mempraanggapkan kebenaran informasi yang disampaikan oleh

penutur. Contoh:

Dia berhenti minum minuman beralkohol.

Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) dulu dia minum-minuman beralkohol.

Praanggapan tersebut muncul dengan adanya kata „berhenti‟ yang menyatakan ia

pernah minum-minuman sebelumnya, namun sekarang berhenti.

d. Praanggapan Non-Faktif

Praanggapan non-faktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak

benar. Kata-kata kerja seperti “bermimpi”, “membayangkan”, “berpura-pura”, dan

lainnya. Praanggapan non-faktif ini digunakan dengan praanggapan yang

mengikutinya tidak benar. Contoh:

Saya berandai-andai kalau saya menikah dengan Rima.

Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) saya tidak menikah dengan rima.

Praanggapan berandai-andai sebagai pengandaian dapat memunculkan praanggapan

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

20

non-faktif. Selain itu, praanggapan yang tidak faktif dapat diasumsikan melalui

tuturan yang kebenarannya masih diragukan dengan fakta yang disampaikan.

Sama halnya dengan contoh sebelumnya, contoh ini juga menimbulkan praanggapan

non-faktif. tuturannya sebagai berikut:

Kalaulah saya punya banyak perusahaan

Praanggapan pada tuturan diatas adalah (1) saya tidak punya banyak perusahaan.

Praanggapan kalaulah sebagai pengandaian dapat memunculkan praanggapan non-

faktif. Selain itu, praanggapan yang tidak faktif dapat diasumsikan melalui tuturan

yang kebenarannya masih diragukan dengan fakta yang disampaikan.

e. Praanggapan Struktural

Praanggapan struktural mengacu pada struktur kalimat-kalimat tertentu telah

dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur

itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat Tanya, secara

konvensional diinterprestasikan dengan kata Tanya (kapan dan dimana) sudah

diketahui sebagai masalah. Dalam hal ini struktur kalimat-kalimat tertentu telah

dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian dari

struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur diasumsikan dapat

menggunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk memperlakukan informasi

seperti yang diprasangkakan (karena dianggap benar) dan dari sini kebenarannya

diterima oleh penutur. Tipe praanggapan structural ini dapat menuntun penutur untuk

mempercayai bahwa informasi yang disajikan pasti benar, bukan sekedar praanggapan

seseorang yang sedang bertanya. Pada contoh berikut digambarkan penyebab

praanggapan structural yang pertanyaan tersebut bisa memperkirakan jawaban dan

bisa diterima kebenarannya.

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

21

Contoh :

1. Bagaimana kamu tahu saya memiliki gaji besar?

2. Kamu tahu saya memiliki gaji besar.

a) Kapan dia sadar dirinya miskin?

b) Dia sadar dirinya miskin.

f. Praanggapan Konterfaktual

Praanggaan konterfaktual berarti bahwa yang dipraanggapan tidak hanya tidak

benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang

dengan kenyataan. Contoh :

Seandainya ibu kota Jawa Barat ada di Sumedang .

Dari tuturan diatas, praanggapan yang muncul adalah (1) ibu kota Jawa Barat bukan di

Sumedang. Praanggapan tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya

penggunaan kata „seandainya‟. Penggunaan kata tersebut membuat praanggapan yang

kontradiktif dari tuturan yang disampaikan.

Berbeda dengan contoh kalimat sebelumnya, contoh praanggapan konterfaktual lain

juga ditandai dengan adanya penggunaan kata kalau. Berikut contoh tuturan:

Kalau saja lelaki dapat hamil, mungkin lelaki dapat mengetahui sakitnya.

Dari tuturan diatas, praanggapan yang muncul adalah (1) lelaki tidak dapat hamil dan

tidak dapat mungkin mengetahui sakitnya. Praanggapan tersebut muncul dari

kontradiksi kalimat dengan adanya penggunaan kata „seandainya‟. Penggunaan kata

tersebut membuat praanggapan yang kontradiktif dari tuturan yang disampaikan.

4. Ciri-ciri Praanggapan

Menurut Yule (1996: 45) mengungkapkan bahwa ciri praanggapan yang paling

mendasar adalah keajegan di bawah penyangkalan. Pada dasarnya keajegan dibawah

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

22

penyangkalan berarti bahwa presuposisi suatu pernyataan akan tetap ajeg (yakni :

tetap benar) walaupun kalimat pernyataan itu dijadikan menyangkal (kalimat negatif).

Seperti contoh berikut, mempertimbangkan situasi diamana anda tidak setuju.

1) Semua orang tahu bahwa John itu seorang gay.

2) Tidak semua orang tahu bahwa John itu seorang gay.

Kalimat b merupakan bentuk negative dari kalimat a. Praanggapan dalam kalimat a

adalah john seorang gay dan semua orang mengetahui itu. Dalam kalimat b ternyata

praanggapan tersebut tidak berubah meski kalimat b mengandung penyangkal

terhadap kalimat a, yaitu memiliki praanggapan yang sama bahwa john adalah seorang

gay.

D. Iklan

1. Pengertian Iklan

Menurut Depdiknas (2008:521) iklan adalah berita pesanan untuk mendorong,

membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.

Klepper (dalam Mulyana, 2005:63) iklan disejajarkan dengan konsep adversiting.

Kata adversiting berasal dari bahasa latin ad-vere yang berarti menyampaikan pikiran

dan gagasan kepada pihak lain. Sementara Wright menambahkan bahwa iklan

merupakan proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana

pemasaran, mmbantu layanan, serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu

dalam bentuk informasi yang bersifat persuasif (Mulyana, 2005:63). Swasta (1999:24)

mengatakan periklanan adalah komunikasi non-individu dengan sejumlah biaya,

melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta

individu-individu. Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industry

modern, dan hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau negara-negara yang

tengah mengalami perkembangan ekonomi secara pesat (Jefkins, 2007:2).

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

23

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa iklan adalah

proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran

melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuannya adalah untuk

membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan.

Dengan adanya iklan, maka masyarakat akan mengetahui produk-produk baru.

Produk-produk yang diiklankan tersebut dibuat semenarik mungkin karena agar

masyarakat tidak hanya mengetahui produk tersebut tetapi juga tertarik untuk membeli

atau menggunakan produk tersebut. Iklan hanya ditemukan dinegara-negara yang

sudah maju atau negara modern.

2. Jenis Iklan

Menurut Jefkins (2007:39) secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi

enam kategori pokok, yaitu iklan konsumen, iklan antarbisnis, iklan perdagangan,

iklan eceran, iklan keuangan dan iklan rekruitmen. Iklan konsumen merupakan iklan

yang sengaja disuguhkan untuk masyarakat bersama jasa konsumen, semua macam

barang diiklankan lewat media sesuai lapisan social tertentu yang hendak dibidik.

Dipasar terdapat banyak jenis barang konsumen. Yakni barang yang penjualannya

bisa berulang-ulang (merupakan kebutuhan sehari-hari) seperti makanan, minuman,

bahkan konveksi dan alat-alat pembersih.

Iklan antarbisnis merupakan iklan yang mempromosikan barang-barang dan

jasa non-konsumen. Artinya, baik pemasangan maupun sasaran iklan sama-sama

perusahaan. Produk yang diiklankan adalah barang antara yang harus diolah atau

menjadi unsur produksi. Termasuk pengiklanan barang-barang mentah, komponen

suku cadang dan asesoris-asesoris, fasilitas pabrik dan mesin, serta jasa-jasa seperti

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

24

asuransi, pasokan alat tulis kantor dn lain-lainnya. Sedangkan iklan perdagangan

secara khusus ditunjukkan kepada kalangan distributor, perdagangan-perdagangan

kulakan besar, para agen, eksportir/importer, dan para pedagang besar dan kecil.

Barang-barang yang diiklankan itu adalah barang-barang untuk dijual kembali. Media

untuk iklan perdagangan biasanya menggunakan pers perdagangan. Pos langsung

dimanfaatkan, teristimewa iklan yang berisi banyak informasi seperti rencana-rencana

kampanye iklan konsumen yang menyertakan tanggal dan waktu kapan dan dimana

iklan tersebut akan dilangsungkan, baik pers atau diradio dan Tv.

Iklan eceran merupakan suatu bentuk penjualan dengan cara eceran (retailing)

yaitu tanggapan langsung pemasaran atau kegiatan penjualan eceran tanpa iklan. Iklan

eceran sering dilakukan untuk konsumsi secara langsung tanpa melalui distributor atau

pedagang yang akan menjualnya kembali. Iklan eceran biasanya berupa barang atau

produk kebutuhan sehari-hari. Produk-produk kebutuhan sehari-hari itu misalnya

adalah gula pasir, minyak sayur, makanan ringan, minuman, sabun, shampoo, dan

laim-lain. Sedangkan Iklan keuangan adalah iklan yang meliputi iklan-iklan untuk

bank, jasa tabungan, asuransi dan investasi. Iklan keuangan disuguhkan untuk

masyarakat dengan keperluan yang berbeda-beda yaitu berupa tawaran tabungan, atau

pinjaman-pinjaman yang dikenakan jatuh tempo setiap periodenya. Iklan keuagan ini

bertujuan untuk mencari nasabah agar nasabah menabung atau meminjam uang.

Sekarang sudah banyak bank keliling atau sering disebut dengan bank harian. Bank

harian adalah bank yang menarik setoran setiap hari dari rumah ke rumah nasabah.

Iklan rekruitmen merupakan iklan yang bertujuan merekrut calon pegawai

(seperti anggota polisi, angkatan bersenjata, perusahaan swasta, dan badan-badan

umum lainnya) dan bentuknya antara lain iklan kolom yang menjanjikan kerahasiaan

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

25

pelamar atau iklan sebaran biasa. Media-media lainnya seperti radio dan televisi juga

sering dimanfaatkan untuk memuat iklan-iklan lowongan. Jenis iklan rekruitmen

secara garis besar terdiri dari dua jenis yakni iklan yang diisi oleh para pencari kerja

dengan menyatakan identitas atau kotak pos, dan iklan yang berasal dari lembaga,

perusahaan biro-biro recruitment.

3. Iklan Televisi

Iklan televisi adalah iklan yang ditayangkan di media televisi. Melalui media

ini pesan dapat disampaikan melalui audio, visual dan gerak. Televisi sudah

merupakan barang umum yang mudah di jumpai dimana saja. Karena itu, potensinya

sebagai wahana iklan sangat besar karena ia mampu menjangkau begitu banyak

masyarakat atau calon konsumennya. Karena televisi merupakan sarana hiburan utama

bagi keluarga, maka produk-produk yang diiklankan ditelevisi juga kebanyakan

adalah barang-barang konsumen, baik yang dikonsumsi setiap hari maupun yang

tahan lama. (Jefkins, 2007:108).

4. Iklan Sabun

Menurut Suharso (2005:175) iklan adalah berita pesanan untuk mendorong,

membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.

Sedangkan pengertian sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci. Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan sabun adalah berita tentang bahan

yang digunakan untuk mencuci yang bertujuan untuk mendorong, membujuk

khalayak ramai agar tertarik pada barang yang ditawarkan. Sabun ada berbagai jenis.

Jenis-jenis nya yaitu sabun yang digunakan untuk membersihkan badan atau mandi

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

26

(sabun cair dan sabun padat), sabun yang digunakan untuk mencuci pakaian

(detergen), sabun yang digunakan untuk mencuci perabotan dapur dan sabun yang

digunakan untuk membersihkan wajah.

E. Kerangka Berpikir

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbiter yang digunakan oleh para

anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasikan diri (Chaer 2012:32). Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi

yang bertujuan untuk menawarkan sebuah produk, iklan juga tidak terlepas dari

penggunaan bahasa. Bisa dikatakan bahwa dari bahasalah letak keberhasilan sebuah

iklan.

Kridalaksana (2008:198) menyatakan pragmatik adalah syarat-syarat yang

mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Levinson

mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa

dengan konteks nya (Rahardi 2005:48). Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan

terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepas dari struktur bahasanya. Pragmatik

mempunyai beberapa bentuk, salah satu nya adalah praanggapan.

Terputusnya sebuah komunikasi terjadi karena kesalahan praanggapan yang

dilakukan penutur kepada mitra tutur. Demikian halnya pada sebuah iklan. Tujuan

iklan tersampaikan apabila praanggapan iklan tersebut diterima oleh pemirsa atau

mitra tutur. Praanggapan menurut Nababan istilah presuposisi adalah tuturan dari

bahasa inggris presupposition yang berarti perkiraan, prasangka (Mulyana 2005:14).

Praanggapan menurut Kridalaksana (2008:198) adalah syarat yang diperlukan bagi

benar tidaknya suatu kalimat.

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. “Analisis …repository.ump.ac.id/2790/3/BAB II_NITA DWI ASTUTI_PBSI... · 2017-07-19 · 8 BAB II LANDASAN TEORI . A. Penelitian

27

An

ali

sis

Pra

an

ggap

an

Ik

lan

Sa

bu

n p

ad

a E

na

m S

tasi

un

Tel

evis

i E

dis

i A

pri

l 2016

Prag

mat

ik

Ikla

n

Pen

gert

ian

Prag

mat

ik

Ben

tuk-

Ben

tuk

Prag

mat

ik

Ben

tuk

Praa

ngg

apan

Jen

is-J

enis

Praa

ngg

apan

Sem

anti

k Pr

agm

atik

Pen

gert

ian

Je

nis

Ikla

n Ik

lan

Tel

evis

i

1. K

on

sum

en

2. A

nta

rbis

nis

3. P

erdag

angan

4.

Ece

ran

5. K

euan

gan

6. R

ekru

itm

en

1.

Pra

ang

gap

an e

ksi

sten

sial

2.

Pra

ang

gap

an

Fak

tif

3.

Pra

ang

gap

an L

eksi

kal

4.

Pra

ang

gap

an n

on-f

akti

f

5.

Pra

ang

gap

an S

tru

ktu

ral

6.

Pra

ang

gap

an K

on

terf

aktu

al

Praa

ngg

apan

Tutu

ran

ikla

n s

abu

n

Cir

i Pra

angg

apan

Analisis Praanggapan Iklan…, Nita Dwi Astuti, FKIP UMP. 2017