BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/4323/3/NOVA DWI INDRAWATI BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/4323/3/NOVA DWI INDRAWATI BAB...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Relevan
Penelitian mengenai analisis gaya bahasa, sebelumnya pernah dilakukan.
Beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh
Mustakim dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2010 dengan judul
Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran 2009-2010. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan adanya jenis gaya bahasa. Jenis gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran adalah gaya bahasa
klimaks dan gaya bahasa repetisi. Jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makna yang terdapat dalam tuturan guru adalah gaya bahasa apofasis, gaya bahasa
kiasmus, gaya bahasa eufeminismus, gaya bahasa litotes, gaya bahasa histeron
proteron, gaya bahasa perisfrasis, gaya bahasa silepsis, gaya bahasa hiperbol, gaya
bahasa oksimoron, gaya bahasa persamaan atau simile, gaya bahasa metafora, gaya
bahasa metonimia, gaya bahasa ironi, dan gaya bahasa inuedo. Selain itu penggunaan
gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makna tidak diteliti dalam penelitian tersebut.
Penelitian lainnya yaitu oleh Vanny Putra Dewangga dari Universitas
Lampung tahun 2016 dengan judul Gaya Bahasa Mario Teguh pada Acara Mario
Teguh The Golden Ways dan Rancangan Pembelajarannya untuk Bahasa Indonesia di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Semester II. Hasil penelitian tersebut
menemukan bahwa Mario Teguh menggunakan beragam gaya bahasa sebagai upaya
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
8
menunjukkan identitas. Penggunaan gaya bahasa sebagai alat komunikasi, Mario
Teguh bertujuan agar fungsi komunikatif yang terdapat dalam tuturan memiliki daya
tarik untuk didengar audien. Setiap tuturan gaya bahasa yang digunakan tersebut
mengandung tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang menjadi fungsi komunikatif
pada tuturan gaya bahasa.
Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian
sebelumnya yaitu sama-sama menganalisis gaya bahasa dari tuturan lisan. Perbedaan
penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian sebelumnya yaitu terletak
pada objek yang dikaji, sumber data, dan jenis gaya bahasa yang diteliti. Pada
penelitian yang berjudul Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran 2009-
2010 objek yang dikaji adalah tuturan guru pada kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia dikelas VII SMP N 3 Cilacap. Sumber data yang digunakan yaitu berupa
rekaman langsung. Jenis gaya bahasa yang diteliti yaitu gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
Pada penelitian berjudul Gaya Bahasa Mario Teguh pada Acara Mario Teguh
The Golden Ways dan Rancangan Pembelajarannya untuk Bahasa Indonesia di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Semester II objek yang dikaji adalah tuturan
Mario Teguh pada acara Mario Teguh The Golden Ways. Sumber data yang
digunakan yaitu berupa video atau rekaman. Jenis gaya bahasa yang diteliti yaitu
tindak tutur gaya bahasa Mario Teguh. Pada penelitian ini objek yang dikaji yaitu
tuturan komentator sepak bola pada pertandingan laga final piala AFF Suzuki Cup
2016. Sumber data diambil dari youtube, sementara pada penelitan sebelumnya
sumber data diambil secara langsung. Jenis gaya bahasa yang dikaji dalam penelitian
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
9
ini yaitu mencakup gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan
nada, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna.
B. Pengertian Retorika
Menurut Keraf (2010: 1-3) retorika merupakan suatu istilah secara tradisional
diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa secara seni, yang didasarkan pada suatu
pengetahuan yang tersusun baik. Ada dua aspek yang perlu diketahui dalam retorika,
yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik, dan kedua
pengetahuan mengenai obyek tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa tadi.
Retorika berusaha pula mempengaruhi sikap dan perasaan orang, maka retorika dapat
mempergunakan semua unsur yang bertalian dengan kaidah-kaidah keefektifan dan
keindahan gaya bahasa, misalnya: ketepatan pengungkapan, keefektifan struktur
kalimat, penggunaan bahasa kiasan yang serasi, penampilan yang sesuai dengan
situasi, dan sebagainya. Retorika adalah sistem dan peyelidikan mengenai alat-alat
stilistis ragam bahasa resmi (Kridalaksana, 1982: 145).
Menurut Sudjiman (1984: 64) retorika adalah ketrampilan pemakaian bahasa
secara efektif. Titik tolak dari retorika yaitu berbicara. Berbicara berarti
mengungkapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi
motivasi). Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu reden atau
Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan
teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
10
jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara
dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika moderen
mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik
pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika
moderen adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan
kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika
berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atau cara yang lebih efektif,
mengungkapkan kata-kata yang benar dan mengesankan. Dalam seni berbicara
dituntut juga penguasaan bahasa (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa
(verbal) (Hendrikus, 1991: 14-15).
Retorika sebagai “ilmu bicara” sebenarnya diperlukan setiap orang. Bagi ahli
komukasi atau komunikator retorika adalah conditio sine qua non (Rakhmat, 2006: 2).
Dalam studi retorika dikenal adanya tiga tahap dalam memaparkan gagasan. Pertama
adalah invensi (invention), yakni tahap perlintasan gagasan dan penemuan ide. Kedua
adalah disposisi (disposition), yakni tahap penyususnan gagasan hingga membentuk
kesatuan isi tertentu sesuai ide yang ingin disampaikan. Ketiga adalah cara (style)
dalam memaparkan isi tuturan yang telah disusun melalui wahana kebahasaan. Karena
aspek style terpisah dari invensi dan disposisi dapat dimaklumi bila konsep gaya pada
masa tersebut hanya dihubungkan dengan aspek bentuk kebahasaan. Wawasan
retorika klasik pada sisi lain juga menentukan konsep style. Istilah retorika itu sendiri
lazim diartikan sebagai seni dalam menekankan gagasan dan memberikan efek
tertentu bagi penyapanya, untuk menekankan gagasan sehingga lebih persuasif perlu
digunakan cara tertentu. Penggunaan cara tersebut dapat menyangkut manipulasi
penggunaan bahasa maupun teknik pemaparannya (Aminuddin, 1997: 24-25).
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
11
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa retorika adalah seni berbicara.
Seni berbicara tersebut dapat dicapai melalu bakat alami atau keterampilan yang
dimiliki oleh pembicara. Dalam kegiatan bertorika hendaknya memperhatikan
penggunaan bahasa yang baik dan santun. Retorika sangat penting dilakukan untuk
mempermudah atau sebagai pendukung kegiatan berkomunikasi. Tujuan dari retorika
yaitu untuk persuasi atau mempengaruhi orang lain.
C. Gaya Bahasa
1. Pengertian Gaya Bahasa
Aminudin (1997: 1) mengemukakan gaya adalah perwujudan penggunaan bahasa
oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan
membuat efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakan. Gaya
bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata
latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis di atas lempengan lilin. Keahlian
menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi.
Pergeseran makna terjadi pada waktu fokus pada keahlian untuk menulis indah atau
mempergunakan kata-kata secara baik, indah, dan tepat guna (Ensiklopedi Sastra
Indonesia, 2007: 274-275).
Menurut Keraf (2010: 112-113) gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal
dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa (style) menjadi masalah atau bagian
dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata,
frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya
bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa,
klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
12
Bahkan nada yang tersirat dibalik sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya
bahasa. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa.
Dengan demikian style (gaya bahasa) dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
(pemakai bahasa).
Menurut Ratna (2013: 67) tujuan utama gaya bahasa adalah menghadirkan
aspek keindahan. Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa
sebagai sistem model pertama, dalam ruang lingkup lingustik, maupun sebagai sistem
model kedua, dalam ruang lingkup kreativitas sastra. Pemahaman gaya bahasa sebagai
bagian ilmu bahasa terbatas sebagai analisis struktur. Dalam gaya bahasa, kata-kata
selain memiliki arti tertentu juga berfungsi untuk mengevokasi sehingga keseluruhan
aspek berfungsi secara maksimal (Ratna, 2013: 150-151).
Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan.
Perbedaanya dalam kehidupan sehari-hari, dalam aktivitas non seni gaya menduduki
posisi sekunder, sedangkan dalam karya sastra dan karya seni pada umumnya
keindahan merupakan gaya domain. Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh
penulisnya. Dalam penulisan, dalam rangka memperoleh aspek keindahan secara
maksimal, untuk menemukan satu kata atau kelompok kata yang dianggap tepat
penulis melakukan secara berulang-ulang (Ratna,2013: 161).
Minderop (2011: 51) berpendapat bahwa pada umumnya gaya bahasa adalah
semacam bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya
tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek. Bahasa dan gaya bahasa
merupakan dua bentuk yang sama dengan muatan yang berbeda. Misalnya pada
kalimat Bunga mawar di desaku sudah layu dapat disebut sebagai bahasa sekaligus
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
13
gaya bahasa. Sebagai bahasa, kalimat tersebut mengindikasi bunga mawar yang benar-
benar layu, mungki karena tidak disiram atau akarnya mengalami pembususkan.
Sebagai gaya bahasa kalimat tesebut dimaksudkan dengan bunga mawar adalah
„gadis‟, sedangkan sudah layu berarti „sudah tidak perawan (sudah ternoda)‟, secara
tradisional disebut sebagai makna denotatif dan konotatif. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa secara khas dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat secara khusus.
2. Klasifikasi Gaya Bahasa
Keraf (2010: 116-145) membedakan gaya bahasa berdasarkan titik tolak unsur
bahasa yang dipergunakan atau dilihat dari sudut bahasa:
a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata yang paling tepat
dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan
kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain,
gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-
situasi tertentu. Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1) Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuk yang lengkap, gaya
bahasa yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan
baik dan terpelihara. Misalnya amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
14
mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai
yang memuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa
resmi.
2) Gaya Bahasa Tidak Resmi
Gaya bahasa tidak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan
dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal
atau kurang formal. Menurut sifatnya, gaya bahasa tidak resmi ini dapat
memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi
(yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa tidak resmi
yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum pelajar.
3) Gaya Bahasa Percakapan
Pada gaya bahasa percakapan, pilihan kata yang digunakan adalah kata-kata
populer atau percakapan. Gaya bahasa percakapan dapat diumpamakan sebagai bahasa
dalam pakaian sport. Itu berarti gaya bahasanya masih lengkap untuk suatu
kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini
agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tidak resmi. Dalam
bahasa percakapan, terdapat banyak kontruksi yang digunakan oleh orang-orang
terpelajar, tetapi tidak pernah digunakan bila ia harus menulis sesuatu. Kalimat-
kalimat singkat dan bersifat fragmenter; sering kalimat-kalimat itu terdengar seolah-
olah tidak dipisahkan oleh perhentian-perhentian final, seakan-akan disambung terus-
menerus.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
15
b. Gaya Bahasa Berdasarkan Nada
Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari
rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan
lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang
dihadapi adalah bahasa lisan. Gaya bahasa dilihat dari sudut nada yang terkandung
dalam sebuah wacana, dibagi atas:
1) Gaya Bahasa Sederhana
Gaya bahasa ini cocok untuk memberikan intruksi, perintah, pelajaran,
perkuliahan, dan sejenisnya. Karena gaya bahasa ini biasanya dipakai dalam memberi
intruksi, pelajaran, dan sebagainya, maka gaya ini cocok pula digunakan untuk
menyampaikan fakta atau pembuktian-pembuktian.
2) Gaya Mulia Bertenaga
Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi dan
biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu, menggerakkan tenaga dan
vitalitas pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan.
Nada yang agung dan mulia dapat menggerakan emosi setiap pendengar. Dalam
keagungan terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif dan meyakinkan
bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di balik keagungan dan kemulian
terdapat penggerak yang luar biasa, tenaga yang benar-benar mampu menggerakan
emosi para pendengar atau pembaca.
3) Gaya Menengah
Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk
menimbulkan suasana senang dan damai. Karena tujuannya adalah menciptakan
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
16
suasana tenang dan damai, maka nadanya juga bersifat lemah lembut, penuh kasih
sayang, dan mengandung humor yang sehat. Karena sifatnya yang lemah lembut dan
sopan santun, maka gaya ini biasanya mempergunakan metafora bagi pilihan katanya.
Ia akan lebih menarik bila mempergunakan perlambang-perlambang itu. Ia
memperkenalkan pula penyimpangan-penyimpangan itu yang menarik hati, cermat
dan sempurna nadanya serta menyenangkan pula refleksinya.
c. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya
bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana
tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat
yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang. Berdasarkan ketiga macam
struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh gaya-gaya
bahasa sebagai berikut:
1) Klimaks
Menurut Ensiklopedi Sastra Indoesia (2007: 424) klimaks merupakan gaya
bahasa yang melukiskan keadaan atau peristiwa dengan cara memaparkan setingkat
demi setingkat, mulai dari yang kecil (rendah atau sedikit) sampai pada yang besar
(tinggi atau banyak). Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat
periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan
sebelumnya. Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum
yang sebenarnya menunjuk kepada tingkatan atau gagasan tertinggi. Bila klimaks
terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya,
maka disebut anabasis.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
17
2) Antiklimaks
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 71) antiklimaks yaitu suatu
ragam gaya bahasa yang melukiskan beberapa peristiwa secara berurut mulai dari
peristiwa yang lebih penting (lebih besar), kemudian menurun kepada peristiwa yang
kuran penting (lebih kecil). Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang bersetruktur
mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan gagasan-
gagasannya yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang
kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena yang penting ditempatkan
pada awal kalimat, sehingga pembicara atau pendengar tidak lagi memberi perhatian
pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
3) Paralelisme
Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 590) pararelisme merupakan
gaya bahasa yang melukiskan suatu hal dengan mengulangnya kembali pada bagian
ucapan berikutnya. Gaya ini merupakan ciri khas bahasa puitis. Pararelisme sering
digunakan untuk memperkuat suatu gagasan. Gaya bahasa pararelisme berusaha
mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi
yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula membentuk anak kalimat yang bergantung
pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang
berimbang.
4) Antitesis
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
18
berlawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Secara luas, antitesis adalah
suatu perbandingan berimbang yang dibentuk dengan sepasang atau beberapa pasang
benda atau konsep yang paling berlawanan (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 72).
5) Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi
seperti halnya pararelisme dan antitesis, lahir dari klaimat yang berimbang.
d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
1) Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk
mencapai efek tertentu. Macam-macam gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut :
a) Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsosnan
yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk
perhiasan atau untuk penekanan. Misalnya :
Takut titik lalu tumpah.
Di dalam narasi gaya bahasa ini sering juga digunakan untuk perhiasan atau
penekanan (Ensiklopedia Sastra Indonesia, 2007: 42).
b) Asonansi
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 93) asonansi adalah perulangan
beberapa bunyi yang berdekatan yang terdapat pada beberapa kata yang menyebabkan
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
19
bunyi-bunyi enak didengar. Asonansi merupakan pemanfaatan unsur bunyi secara
berulang-ulang dalam satu sajak. Dalam sastra Indonesia, asonansi umumnya
berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi,
kadang-kadang dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar
keindahan. Misalnya :
Ini muka penuh luka siapa punya.
c) Anastrof
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 58) anastrof adalah gaya bahasa
yang membalikan urutan penggunaan kata dalam susunan kalimat untuk menarik
perhatian orang terhadap subjek atau pelaku pebuatan. Anastrof atau inversi adalah
semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa
dalam kalimat.
Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peraginya.
d) Apofasis atau Preterisio
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 75) apofasis adalah gaya bahasa
yang seolah-olah menyembunyikan sesuatu sebagai suatu rahasia, tetapi malah
sebaliknya membuka rahasia itu secara halus, atau sebaliknya. Pada mulanya hendak
melihatkan sesuatu, tetapi malah kemudian menyagkal apa yang hendak diperlihatkan
tersebut.
Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan sebuah gaya dimana penulis
atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura
membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya menekankan hal ini. Berpura-pura
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
20
melindungi atau menyembunyikan sesuatu, tetapi sebenarnya memamerkannya.
Misalnya:
Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa Saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
e) Apostrof
Adalah semacam gaya yang membentuk semacam pengalihan amanat dari para
hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.
Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kamu perjuangkan.
f) Asindenton
Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 90) asindenton adalah gaya
bahasa yang melukiskan sesuatu keadaan dengan jalan menghindari pemakaian kata
hubung itu dengan tanda koma. Adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat
padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak
dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja
dengan koma. Perhatikan contoh berikut:
Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksistensi dari cogito ergo sum
dicoba, medium bahasa dieksploitir, imaji-imaji, metode, prosedur dijungkir
balik, masih itu-itu juga.
g) Polisindenton
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 628) polisidenton merupakan
gaya bahasa yang melukiskan suatu keadaan dengan cara menggunakan kata hubung
secara berulang-ulang. Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari
asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama
lain dengan kata-kata sambung.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
21
Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak
menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokan bulu-bulunya?
h) Kiasmus
Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari
dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu
sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan
frasa atau klausa lainnya.
Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk
melanjutkan usaha itu.
i) Elipsis
Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 246) elipsis merupkan gaya
bahasa yang sengaja menghilangkan (tidak meneruskan penggunaan) kata pada akhir
kalimat, karena berdasarkan kata-kata sebelumnya kata yang dihilangkan itu dapat
diduga maksudnya. Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu
unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca
atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang
berlaku.
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa,
badanmu sehat; tetapi psikis...
j) Eufeminismus
Gaya bahasa eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan
yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk
menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung persaan
atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (=mati).
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
22
k) Litotes
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 469) litotes merupakan majas
yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan betuk negatif,
tidak jelek untuk menyatakan baik. Majas ini digunakan untuk menyederhanakan
sesuatu yang hendak disampaikan. Litotes sering digunakan untuk sesuatu yang
bersifat rendah hati atau berbasa-basi. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang
dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal
dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan
menyangkal lawan katanya.
Saya tidak akan mersa bahagia bila mendapat warisan satu milyar rupiah.
l) Histeron Proteron
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonsia (2007: 325) histeron proteron adalah
gaya bahasa yang sengaja menojolkan sesuatu (benda-benda) yang lebih kecil untuk
menyatakan sesuatu yang lebih besar. Histeron semacam gaya bahasa yang
merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar,
misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa.
Saudara-saudara, sudah lama terbukti bahwa anda sekalian tidak lebih baik
sedikit dari para perusuh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang
akhir-akhir ini.
m) Pleonasme dan Tautologi
Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan
kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau
gagasan. Walaupun secara praktis kedua istilah itu disamakan saja, namun ada yang
membedakan keduanya. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
23
dihilangkan, artinya tetap utuh. Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata
yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan kata yang berlebihan itu
sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain.
Misalnya :
Saya telah medengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
Ungkapan di atas adalah pleonasme karena acuan itu tetap utuh dengan makna
yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata dengan telinga saya.
Ia telah tiba jam 20.00 malam waktu setempat.
Acuan di atas disebut tautologi karena kata itu sebenarnya mengulang kembali
gagasan yang sudah disebut sebelumnya, yaitu malam sudah tercakup dalam jam
20.00.
n) Perifrasis
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007:615) perifrasis adalah gaya
bahasa yang menggunakan sepatah kata untuk menggantikan serangkaian kata yang
sama artinya untuk kata yang menggantikan. Sebenarnya perifrasis adalah gaya yang
mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang
diperlukan. Perbedaanya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu
sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya:
Dia telah berisirahat dengan damai (mati atau meninggal).
o) Prolepsis atau Antisipasi
Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang
mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau
gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya:
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
24
Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat
itu.
p) Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang
dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih
mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya
suatu jawaban. Gaya ini biasanya dipergunakan sebagai salah satu alat yang efektif
oleh para orator. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu
jawaban yang mungkin.
Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing menghendaki pula
imbalan jasa. Herankah saudara-saudara kalau harga-harga itu terlalu
tinggi?
q) Silepsis dan Zeugma
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 740) silepsis merupakan gaya
bahasa yang memanfaatkan penggunaan suku kata yang mempunai makana lebih dari
satu konstruksi sintaksis. Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang
menggunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan
dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata
pertama. Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar,
tetapi secara semantik tidak benar.
Ia sudah kehilangan topi semangatnya.
Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya,
sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya (baik secara logis maupun
secra gramatikal). Misalnya:
Dengan membelakkan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
25
r) Koreksio atau Epanortosis
Koreksio atau Epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula
mengaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.
s) Hiperbol
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonsia (2007: 325) hiperbol adalah gaya bahasa
yang melukiskan sesuatu benda atau peristiwa yang di besar-besarkan atau berlebih-
lebihan untuk mendapat suatu efek tertetu. Adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu
hal.
Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku.
t) Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang
nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga semua hal yang menarik
perhatian karena kebenarannya. Gaya bahasa yang menggunakan pernyataan yang
isinya secara simpatis seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi jika
ditilik dengan seksama ternyata pernyataan itu ada benarnya (Ensiklopedi Sastra
Indonesia, 2007: 586).
Musuh sering merupakan kawan yang akrab.
u) Oksimoron
Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menghubungkan kata-kata
untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan oksimoron adalah
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
26
gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari
paradoks.
Keramah-tamahan yang bengis.
2) Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang penyimpangannya lebih
jauh, khususnya dalam bidang makna. Macam-macam gaya bahasa kiasan:
a) Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang
dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang
secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, bagaikan,
laksana, dan sebagainya.
Kikirnya seperti kepiting batu
Kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang
mau dibandingkan, seperti:
Bagai air di daun talas
b) Metafora
Metofora adalah semacam analogi yang membandinkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati,
cindra mata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak
mempergunakan kata: seperti, bak, bagaikan, dan sebagainnya, sehingga pokok
pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
27
Struktur dasar metafora sangat sederhana, yaitu sesuatu yang dibicarakan, dan
ada sesuatu yang dipakai sebagai perbandingan. Sehingga Badudu dalam Pateda
(2010: 234-235) menyatakan bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang
memperbandingkan suatu benda dengan benda yang lain.
c) Alegori, Parabel, dan Fabel
Menurut Waluyo (1995: 144) jenis alegori yang terkenal ialah parabel yang
juga disebut dongeng perumpamaan. Alegori merupakan suatu cerita singkat yang
mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya.
Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya
selalu jelas tersurat. Makna istilah alegori adalah cerita yang digunakan sebagai
lambang (ibarat atau kias) untuk mendidik (terutama moral), atau untuk menerangkan
sesuatu (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 38).
Parabel (parabola) merupakan suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh
biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai untuk
menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk
menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual. Parabel adalah suatu
bentuk perumpamaan, yakni cerita yang dimaksud menyakinkan pendengar (pembaca)
secara moral (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 585).
Fabel adalah metafora bentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana
binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-
olah sebagai manusia. Tujuan fabel seperti parabel ialah menyampaikan ajaran moral
atau budi pekerti. Fabel menyampaikan suatu prinsip tingkah laku melalui analogi
yang trasparan dari tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makhluk yang tak
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
28
bernyawa. Fabel ingin mengambarkan sesuatu kebenaran yang telah dikenal, maka
parabel ingin menyamapikan suatu pengertian baru yang berkaitan dengan situasi
manusia, kini dan di akhirat (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 585).
d) Personifikasi atau Prosopopoeia
Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-
olah memiliki sifat-sifat kemanusian. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu
corak khusus dari metafora, yang mengisahkan benda-benda mati bertindak, berbuat,
berbicara seperti manusia.
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi
ketakutan kami.
e) Alusi
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 45) alusi merupakan suatu jenis
majas pertautan yang merujuk secara tak langsung ke suatu karya sastra, salah seorang
tokoh, atau suatu peristiwa. Alusi adalah semacam acuan yang berusaha
mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini
adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-
tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra
yang terkenal. Misalnya dulu sering dikatakan bahwa Bandung adalah Paris van
Jawa. Demikian dapat dikatakan: Kartini kecil itu turut memperjuangkan haknya.
f) Eponim
Adalah sebuah gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubung-
hubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
29
itu. Misalnya Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dari Troya untuk
menyatakan kecantiakan.
g) Epitet
Adalah suatu gaya di mana seseorang yang menyatakan suatu sifat atau ciri
yang khusus dari seorang atau suatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif
yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. Misalnya:
Lonceng pagi untuk ayam jantan
h) Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian
dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan
keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Misalnya:
Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-
Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Thailand di
stadion Pakansari Bogor, tuan rumah menang 2-1.
i) Metonimia
Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan
itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki,
akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan
sebagainya. Metonimia dengan demikian adalah suatu bentuk dari sinekdoke.
Ialah yang menyebabkan air mata gugur.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
30
j) Antonomasia
Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang
berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi,
atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Misalnya:
Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
k) Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu
dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada
sebuah kata lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu
kebailikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan. Misalnya:
Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah
manusianya, bukan bantalnya).
l) Ironi, Sinisme, dan Sarkasme
Sindiran dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu baik sindiran halus, sindiran
agak kasar, maupun sindiran kasar. Dihubungkan dengan gaya bahasa, hal ini disebut
gaya bahasa ironi untuk sindiran halus; gaya bahasa sinisme untuk gaya bahasa agak
kasar; gaya bahasa sarkasme untuk sindiran yang kasar (Pateda, 2010: 239).
Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan
makna atau sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung
dalam rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya literer yang efektif
karena ia menyampaikan impresi yang mengandung pergerakan yang besar. Misalnya:
“Hei, engkau hampir kesiangan, ya?” (Padahal sudah pukul 10.00)
Sinisme yang diartikan sebagai suatu sindiran yang bentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati. Misalnya:
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
31
“Harum benar badanmu” (Padahal bau busuk karena belum mandi, atau
karena bau badan yang memang busuk).
Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.
Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.
Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa
gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar. Misalnya:
“Hei Anjing, kau keluar dari sini!”
m) Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini
tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan
manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis.
n) Inuedo
Inuedo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya. Inuedo menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering
tampaknya tidak menyakiti hati kalau dilihat sambil lalu. Misalnya:
Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan
minum.
o) Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-
kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Lihatlah sang Rakasasa telah tiba (maksudnya si Cebol).
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
32
p) Pun atau Paronomasia
Pun atau Paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi
atau permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan
besar dalam maknanya.
Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
D. Komentator Sepak Bola
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 515) komentator adalah orang
yang (pekerjaanya) mengomentari atau mengulas suatu berita dan sebagainnya. Sama
halnya dengan komentator sepak bola yakni bertugas mengomentari jalanya
pertandingan. Seorang komentator sepak bola harus berbicara sepanjang pertandingan,
mengingat-ingat nama pemain, peristiwa yang terjadi selama pertandingan, bahkan
harus mengomentari strategi yang digunakan oleh pelatih. Pada saat mengomentari
jalanya pertandingan sepak bola, komentator biasanya menciptakan istilah-istilah baru
yang terlontar dari lisannya. Membutuhkan kemampuan khusus untuk menjadi
seorang komentator sepak bola ( https://adyrazan.blogspot.com›Bola diakses pada
tanggal 26 Juli 2017, pukul 10.25 WIB).
Menjadi seorang komentator sepak bola harus memiliki standar tertentu.
Berikut ini beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang komentator sepak bola:
1. Mengenal karakteristik serta historisitas pemain-pemain dari klub yang betanding.
Tidak jarang seorang komentator sepak bola harus mengulas line-up atau formasi
yang diturunkan oleh pelatih dari tim yang sedang bertanding. Mengenali
karakteristik pemain akan membantu penikmat sepak bola untuk memahami
bagaimana membaca strategi yang sedang diusung oleh tim kesayangannya.
Komentator sepak bola seolah-olah membimbing para penikmat sepak bola, untuk
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
33
mengetahui kualitas kedalaman sebuah tim, melalui analisa formasi, pemain inti
dan pengganti, potesi perubahan formasi, dan bahkan filosofi strategi. Selain itu,
tidak kalah penting untuk mengenal historisitas atau kesejarahan dari pemain
tersebut. Tidak jarang, cara dan gaya seorang pemain dipengaruhi oleh masa
lalunya. Historisitas juga merupakan kunci untuk memudahkan para pendukung
sebah kesebelasan untuk mengenal respon emosi internal yang terjadi dilapangan.
2. Memiliki data statistik terkait dengan klub maupun pemain yang sedang
bertanding. Statistik serngkali diragukan keabsahannya. Namun, secara paradoks,
data statistik seringkali menolong para penikmat sepak bola untuk mengetahui
atribut-atribut tertentu yang menarik untuk disajikan.
3. Memiliki kemampuan verbal. Mencakup kosak kata, intonasi suara, dan
dramatisasi kejadian. Kemampuan berbicara adalah kemampuan yang wajib
dimiliki seorang komentator. Elmen yang penting dibahas mengenai kemampuan
verbal adalah kosakata, intonasi suara, dan kemampuan untuk mendramatisasi
kejadian. Kosak kata haruslah luas dengan berbagai variasi kreatif.
4. Tidak melakukan kesalahan penyebutan nama pemain. Seorang komentator sepak
bola biasanya juga mengalami kesalahan menyebutkan nama pemain, namun jika
kesalahan dilakukan berulang kali, maka hal itu merupakn kesalahan yang fatal
dan memalukan.
5. Mengetahui kejadian-kejadian tertentu di luar lapangan yang berpotensi terkait
dengan pertandingan. Poin plus bagi komentator apabila mengetahui berita terkini
mengenai kondisi di luar lapangan menjelang pertandingan.
6. Bersikap netral dan tidak berat sebelah. Sebagai seorang komentator sepak bola
wajib untuk memiliki sikap profesionalisme untuk tetap tidak berat sebelah
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
34
(https://m.kaskus.co.id›thread›standar-yang-h...diakses pada tanggal 26 Juli 2017,
pukul 10.38 WIB).
E. Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016
Kejuaraan AFF 2016, yang diseponsori Suzuki dan secara resmi dikenal
sebagai AFF Suzuki Cup 2016 adalah kejuaraan AFF kesebelas dari kejuaraan AFF.
Peserta turnamen tersebut yaitu negara-negara yang berafiliasi dengan Fedrasi Sepak
Bola ASEAN. Seluruh turnamen berlangsung dari tanggal 19 November 2016
samapai 17 Desember 2016. Setelah pengakuan FIFA sebagai turnamen “kategori A”,
edisi 2016 dari turnamen tersebut akan memberikan point peringkat internasional
untuk setiap pertandingan. Tahap kelompok kejuaraan diadakan untuk pertama
kalinya di Myanmar dan Filipina dari tanggal 19-25 November 2016.
Pada pertemuan Dewan Fedrasi Sepak Bola ASEAN kesebelas di Naypyidaw
pada tanggal 21 Desember 2013, Myanmar dan Filipina ditunjuk sebagai tuan rumah
kejuaraan tersebut. Hal ini menandai untuk perama kalinya kedua negara akan
menjadi tuan rumah dalam babak penyisihan grup dari kompetisi tersebut. Fedrasi
Sepak Bola Filipina (FFP) pada awalnya mengundurkan diri sebagai tuan rumah di
babak grup pada bulan Februari 2016, dengan menyebutkan masalah yang terjadi di
Stadion Rizal Memorial dan ketersediaan tempat yang lain. Malaysia, Singapura, dan
Vietnam mengumunkan bahwa mereka memiliki atau mengajukan permohonan
sebagai tuan Rumah. Tuan rumah pengganti tersebut akan diumumkan pada tanggal
12 Maret 2016. Kemudian Filipina mengumumkan akan mengajukan banding untuk
mempertahankan hak hosting mereka.
Pada tanggal 7 Maret 2016, AFF menerima banding dari Filipina sementara
Malaysia diberi nama “host siaga”, dengan Vietnam dan Singapura menarik tawaran
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
35
mereka. Filipina mendapat kesempatan untuk mendapatkan kontrak untuk
menggunakan Philippine Sports Stadium (PSS) sebagai tempat. Stadion Rizal
Memorial akan digunakan sebagai tempat kedua selama pertandingan grup simultan
terakhir. Pada tanggal 12 Maret, dikonfirmasi bahwa Filipina mempertahankan hak
hosting, mengikuti Rapat Dewan AFF di Da Nang, Vietnam. PFF dapat
mempresentasikan kontrak dengan PSS ke AFF dan juga surat jaminan dari Komisi
Olahraga Filipina. Selama Pertemuan Dewan AFF di Naypyidaw (Myanmar),
Kamboja ditunjuk sebagai tuan rumah untuk turnamen kualifikasi tersebut. Myanmar
dan Filipina secara otomatis lolos ke babak final sebagai tuan rumah
(https://en.wikipedia.org/wiki/2016_AFF_Championship diakses pada tanggal 30 Juli
2016, pukul 07.07 WIB.
Undian babak grup Piala AFF Suzuki Cup 2016 diselenggarakan pada tanggal
2 Agustus 2016. Indonesia dan Thailand berhasil lolos ke babak final. Final pertama
diadakan di Stadion Pakansari Bogor, Indonesia mengalahkan Thailand 2-1.
Sementara final kedua diadakan di Stadion Rajamanggala Bangkok, Thailand
mengalahkan Indonesia 2-0. Thailand menjadi juara untuk kelima kalinya setelah
mengalahkan Indonesia di final.
F. Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013
Menurut Mahsun (2014: 92) pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan
dalam satuan rangkaian pengembangan delapan setandar yang terkait dengan
reformasi bidang pendidikan, yaitu empat standar yang menjadi substansi kurikulum
itu sendiri, yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses
(Pembelajaran), Standar Penilaian, dan empat standar lainnya diluar kurikulum, tetapi
terkait erat dengan pencapaian reformasi pada empat standar yang mencakup
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
36
kurikulum itu sendiri. Dengan demikian, pengembanagn kurikulum 2013 diharapkan
dapat diimplementasikan secara baik karena telah didukung dengan pengembanagan
empat standar lainnya yang dicanangkan dalam reformasi pendidikan. Suatu
keistimewaan dalam kurikulum 2013 adalh menempatkan bahasa sebagai penghela
ilmu pengetahuan (Nuh dalam Mahsun, 2014: 94).
Penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan di samping
memberi penegasan akan pentingnya kedudukan bahasa Indonesia sebgai bahasa
nasional dan mempersatukan etnis yang berbeda latar belakang bahasa lokal dan
kedudukannya sebagai bahasa resmi negara; juga menjadikan langkah awal dalam
mewujudkan hajat para pendiri bangsa dalam yang mengumandangkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan sejak kongres bahasa Indonesia pertama
tahun 1938. Oleh karena itu, penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu
pengetahuan dalam Kurikulum 2013 memberi harapan baru bagi tumbuhnnya
keyakinan bangsa ini pada kebesaran apa yang menjadi lambang identitas
kebangsaannya, yaitu bahasa Indonesia. Perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks selain keutamaan, juga memberi ruang pada peserta didik untuk
mengembangkan berbagai jenis struktur berpikir, karena setiap teks memiliki struktur
berpikir yang berbeda satu sama lain. Semakin banyak jenis teks yang dikuasai
semakin banyak struktur berpikir yang dikuasai peserta didik (Mahsun, 2014: 94-95).
G. Kerangka Pikir
Analisis gaya bahasa komentator sepak bola pada laga final piala AFF Suzuki
Cup 2016 terdiri dari beberapa teori yang dikemukakan yaitu meliputi teori retorika,
teori gaya bahasa, pengertian komentator sepak bola, dan laga final piala AFF Suzuki
Cup 2016. Teori-teori tersebut bersumber dari beberapa pakar bahasa.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
37
Teori retorika mencakup pengertian retorika. Pengertian retorika yang
dipaparkan berisi pengertian-pengertian retorika yang berasal dari beberapa pendapat
pakar bahasa. Dalam pengertian-pengertian retorika mencangkup pengertian retorika
moderen dan retorika klasik.
Teori gaya bahasa yaitu meliputi pengertian gaya bahasa dan tujuan utama
gaya bahasa. Pengertian gaya bahasa yang dipaparkan berisi pengertian-pengertian
gaya bahasa berdasarkan pendapat beberapa ahli bahasa dan klasifikasi gaya bahasa.
Gaya bahasa berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan atau
dilihat dari sudut bahasa dapat diklasifikasikan menjadai emapat macam yaitu: (1)
gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) gaya bahasa berdasarkan nada, (3) gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat, (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makna. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata terdiri dari: gaya bahasa resmi, gaya
bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa berdasarkan nada terdiri
dari: gaya bahasa sederhana, gaya bahasa mulia bertenaga, dan gaya bahasa
menengah. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari: klimaks,
paralelisme, antitesis, dan repetisi. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makana dapat dibagai menjadi dua yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
Gaya bahasa retoris meliputi: aliterasi; asonansi; anastrof; apofasis atau preterisio;
apostrof; asindenton; polisindenton; kiasmus; elipsis; eufeminismus; litotes; histeron
proteron; pleonasme dan tautologi; perifrasis; prolepsis atau antisipasi; erotesis atau
pertanyaa retoris; silepsis dan zeugma; koreksio atau epanortosis; hiperbol; paradoks;
oksimoron. Gaya bahasa kiasan meliputi: persamaan atau simile; metafora; alegori,
parabel, dan fabel; personifkasi atau prosopopoeia; alusi; eponim; epite; sinekdoke;
metonimia; antonomasia; hiplase; ironi, sinisme, dan sarkasme; satire; inuedo;
antifrasis; pun atau paronomasia.
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017
38
Bagan 1. Kerangka Pikir
Gaya Bahasa Berdasarkan
Pilihan Kata
a. Gaya Bahasa Resmi
b. Gaya Bahasa Tak
Resmi
c. Gaya Bahasa
Percakapan
Gaya Bahasa
Berdasarkan Nada
a. Gaya Bahasa
Sederhana
b. Gaya Bahasa
Mulia dan
Bertenaga
c. Gaya Bahasa
Menegah
Gaya Bahasa
Berdasarkan Struktur
Kalimat
a. Klimaks
b. Antiklimaks
c. Paralelisme
d. Antitesis
e. Repetisi
Gaya Bahasa Berdasarkan
Langsung Tidaknnya Makna
Gaya Bahasa
Retoris
Analisis Gaya Bahasa Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016
Gaya Bahasa
Kiasan
Retorika
Gaya Bahasa
Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF
Suzuki CUP 2016
Gaya Bahasa Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016
38
Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017