BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/4323/3/NOVA DWI INDRAWATI BAB...

32
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai analisis gaya bahasa, sebelumnya pernah dilakukan. Beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Mustakim dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2010 dengan judul Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran 2009-2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya jenis gaya bahasa. Jenis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran adalah gaya bahasa klimaks dan gaya bahasa repetisi. Jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdapat dalam tuturan guru adalah gaya bahasa apofasis, gaya bahasa kiasmus, gaya bahasa eufeminismus, gaya bahasa litotes, gaya bahasa histeron proteron, gaya bahasa perisfrasis, gaya bahasa silepsis, gaya bahasa hiperbol, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa persamaan atau simile, gaya bahasa metafora, gaya bahasa metonimia, gaya bahasa ironi, dan gaya bahasa inuedo. Selain itu penggunaan gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna tidak diteliti dalam penelitian tersebut. Penelitian lainnya yaitu oleh Vanny Putra Dewangga dari Universitas Lampung tahun 2016 dengan judul Gaya Bahasa Mario Teguh pada Acara Mario Teguh The Golden Ways dan Rancangan Pembelajarannya untuk Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Semester II . Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa Mario Teguh menggunakan beragam gaya bahasa sebagai upaya Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/4323/3/NOVA DWI INDRAWATI BAB...

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

Penelitian mengenai analisis gaya bahasa, sebelumnya pernah dilakukan.

Beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh

Mustakim dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2010 dengan judul

Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran 2009-2010. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan adanya jenis gaya bahasa. Jenis gaya bahasa berdasarkan

struktur kalimat yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran adalah gaya bahasa

klimaks dan gaya bahasa repetisi. Jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya

makna yang terdapat dalam tuturan guru adalah gaya bahasa apofasis, gaya bahasa

kiasmus, gaya bahasa eufeminismus, gaya bahasa litotes, gaya bahasa histeron

proteron, gaya bahasa perisfrasis, gaya bahasa silepsis, gaya bahasa hiperbol, gaya

bahasa oksimoron, gaya bahasa persamaan atau simile, gaya bahasa metafora, gaya

bahasa metonimia, gaya bahasa ironi, dan gaya bahasa inuedo. Selain itu penggunaan

gaya bahasa berdasarkan pilihan kata dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya

makna tidak diteliti dalam penelitian tersebut.

Penelitian lainnya yaitu oleh Vanny Putra Dewangga dari Universitas

Lampung tahun 2016 dengan judul Gaya Bahasa Mario Teguh pada Acara Mario

Teguh The Golden Ways dan Rancangan Pembelajarannya untuk Bahasa Indonesia di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Semester II. Hasil penelitian tersebut

menemukan bahwa Mario Teguh menggunakan beragam gaya bahasa sebagai upaya

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

8

menunjukkan identitas. Penggunaan gaya bahasa sebagai alat komunikasi, Mario

Teguh bertujuan agar fungsi komunikatif yang terdapat dalam tuturan memiliki daya

tarik untuk didengar audien. Setiap tuturan gaya bahasa yang digunakan tersebut

mengandung tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang menjadi fungsi komunikatif

pada tuturan gaya bahasa.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian

sebelumnya yaitu sama-sama menganalisis gaya bahasa dari tuturan lisan. Perbedaan

penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian sebelumnya yaitu terletak

pada objek yang dikaji, sumber data, dan jenis gaya bahasa yang diteliti. Pada

penelitian yang berjudul Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP N 3 Cilacap Tahun Ajaran 2009-

2010 objek yang dikaji adalah tuturan guru pada kegiatan pembelajaran bahasa

Indonesia dikelas VII SMP N 3 Cilacap. Sumber data yang digunakan yaitu berupa

rekaman langsung. Jenis gaya bahasa yang diteliti yaitu gaya bahasa berdasarkan

struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.

Pada penelitian berjudul Gaya Bahasa Mario Teguh pada Acara Mario Teguh

The Golden Ways dan Rancangan Pembelajarannya untuk Bahasa Indonesia di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Semester II objek yang dikaji adalah tuturan

Mario Teguh pada acara Mario Teguh The Golden Ways. Sumber data yang

digunakan yaitu berupa video atau rekaman. Jenis gaya bahasa yang diteliti yaitu

tindak tutur gaya bahasa Mario Teguh. Pada penelitian ini objek yang dikaji yaitu

tuturan komentator sepak bola pada pertandingan laga final piala AFF Suzuki Cup

2016. Sumber data diambil dari youtube, sementara pada penelitan sebelumnya

sumber data diambil secara langsung. Jenis gaya bahasa yang dikaji dalam penelitian

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

9

ini yaitu mencakup gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan

nada, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan

langsung tidaknya makna.

B. Pengertian Retorika

Menurut Keraf (2010: 1-3) retorika merupakan suatu istilah secara tradisional

diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa secara seni, yang didasarkan pada suatu

pengetahuan yang tersusun baik. Ada dua aspek yang perlu diketahui dalam retorika,

yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik, dan kedua

pengetahuan mengenai obyek tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa tadi.

Retorika berusaha pula mempengaruhi sikap dan perasaan orang, maka retorika dapat

mempergunakan semua unsur yang bertalian dengan kaidah-kaidah keefektifan dan

keindahan gaya bahasa, misalnya: ketepatan pengungkapan, keefektifan struktur

kalimat, penggunaan bahasa kiasan yang serasi, penampilan yang sesuai dengan

situasi, dan sebagainya. Retorika adalah sistem dan peyelidikan mengenai alat-alat

stilistis ragam bahasa resmi (Kridalaksana, 1982: 145).

Menurut Sudjiman (1984: 64) retorika adalah ketrampilan pemakaian bahasa

secara efektif. Titik tolak dari retorika yaitu berbicara. Berbicara berarti

mengungkapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk

mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi

motivasi). Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu reden atau

Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan

teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

10

jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara

dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika moderen

mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik

pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika

moderen adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan

kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika

berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atau cara yang lebih efektif,

mengungkapkan kata-kata yang benar dan mengesankan. Dalam seni berbicara

dituntut juga penguasaan bahasa (res) dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa

(verbal) (Hendrikus, 1991: 14-15).

Retorika sebagai “ilmu bicara” sebenarnya diperlukan setiap orang. Bagi ahli

komukasi atau komunikator retorika adalah conditio sine qua non (Rakhmat, 2006: 2).

Dalam studi retorika dikenal adanya tiga tahap dalam memaparkan gagasan. Pertama

adalah invensi (invention), yakni tahap perlintasan gagasan dan penemuan ide. Kedua

adalah disposisi (disposition), yakni tahap penyususnan gagasan hingga membentuk

kesatuan isi tertentu sesuai ide yang ingin disampaikan. Ketiga adalah cara (style)

dalam memaparkan isi tuturan yang telah disusun melalui wahana kebahasaan. Karena

aspek style terpisah dari invensi dan disposisi dapat dimaklumi bila konsep gaya pada

masa tersebut hanya dihubungkan dengan aspek bentuk kebahasaan. Wawasan

retorika klasik pada sisi lain juga menentukan konsep style. Istilah retorika itu sendiri

lazim diartikan sebagai seni dalam menekankan gagasan dan memberikan efek

tertentu bagi penyapanya, untuk menekankan gagasan sehingga lebih persuasif perlu

digunakan cara tertentu. Penggunaan cara tersebut dapat menyangkut manipulasi

penggunaan bahasa maupun teknik pemaparannya (Aminuddin, 1997: 24-25).

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

11

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa retorika adalah seni berbicara.

Seni berbicara tersebut dapat dicapai melalu bakat alami atau keterampilan yang

dimiliki oleh pembicara. Dalam kegiatan bertorika hendaknya memperhatikan

penggunaan bahasa yang baik dan santun. Retorika sangat penting dilakukan untuk

mempermudah atau sebagai pendukung kegiatan berkomunikasi. Tujuan dari retorika

yaitu untuk persuasi atau mempengaruhi orang lain.

C. Gaya Bahasa

1. Pengertian Gaya Bahasa

Aminudin (1997: 1) mengemukakan gaya adalah perwujudan penggunaan bahasa

oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan

membuat efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakan. Gaya

bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata

latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis di atas lempengan lilin. Keahlian

menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi.

Pergeseran makna terjadi pada waktu fokus pada keahlian untuk menulis indah atau

mempergunakan kata-kata secara baik, indah, dan tepat guna (Ensiklopedi Sastra

Indonesia, 2007: 274-275).

Menurut Keraf (2010: 112-113) gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal

dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa (style) menjadi masalah atau bagian

dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata,

frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya

bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa,

klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

12

Bahkan nada yang tersirat dibalik sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya

bahasa. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa.

Dengan demikian style (gaya bahasa) dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan

pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis

(pemakai bahasa).

Menurut Ratna (2013: 67) tujuan utama gaya bahasa adalah menghadirkan

aspek keindahan. Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa

sebagai sistem model pertama, dalam ruang lingkup lingustik, maupun sebagai sistem

model kedua, dalam ruang lingkup kreativitas sastra. Pemahaman gaya bahasa sebagai

bagian ilmu bahasa terbatas sebagai analisis struktur. Dalam gaya bahasa, kata-kata

selain memiliki arti tertentu juga berfungsi untuk mengevokasi sehingga keseluruhan

aspek berfungsi secara maksimal (Ratna, 2013: 150-151).

Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan.

Perbedaanya dalam kehidupan sehari-hari, dalam aktivitas non seni gaya menduduki

posisi sekunder, sedangkan dalam karya sastra dan karya seni pada umumnya

keindahan merupakan gaya domain. Proses penciptaan gaya bahasa jelas disadari oleh

penulisnya. Dalam penulisan, dalam rangka memperoleh aspek keindahan secara

maksimal, untuk menemukan satu kata atau kelompok kata yang dianggap tepat

penulis melakukan secara berulang-ulang (Ratna,2013: 161).

Minderop (2011: 51) berpendapat bahwa pada umumnya gaya bahasa adalah

semacam bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya

tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek. Bahasa dan gaya bahasa

merupakan dua bentuk yang sama dengan muatan yang berbeda. Misalnya pada

kalimat Bunga mawar di desaku sudah layu dapat disebut sebagai bahasa sekaligus

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

13

gaya bahasa. Sebagai bahasa, kalimat tersebut mengindikasi bunga mawar yang benar-

benar layu, mungki karena tidak disiram atau akarnya mengalami pembususkan.

Sebagai gaya bahasa kalimat tesebut dimaksudkan dengan bunga mawar adalah

„gadis‟, sedangkan sudah layu berarti „sudah tidak perawan (sudah ternoda)‟, secara

tradisional disebut sebagai makna denotatif dan konotatif. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa secara khas dengan

menggunakan kata-kata atau kalimat secara khusus.

2. Klasifikasi Gaya Bahasa

Keraf (2010: 116-145) membedakan gaya bahasa berdasarkan titik tolak unsur

bahasa yang dipergunakan atau dilihat dari sudut bahasa:

a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata yang paling tepat

dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan

kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain,

gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-

situasi tertentu. Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

1) Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuk yang lengkap, gaya

bahasa yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan

baik dan terpelihara. Misalnya amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

14

mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai

yang memuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa

resmi.

2) Gaya Bahasa Tidak Resmi

Gaya bahasa tidak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan

dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal

atau kurang formal. Menurut sifatnya, gaya bahasa tidak resmi ini dapat

memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi

(yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa tidak resmi

yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum pelajar.

3) Gaya Bahasa Percakapan

Pada gaya bahasa percakapan, pilihan kata yang digunakan adalah kata-kata

populer atau percakapan. Gaya bahasa percakapan dapat diumpamakan sebagai bahasa

dalam pakaian sport. Itu berarti gaya bahasanya masih lengkap untuk suatu

kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini

agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tidak resmi. Dalam

bahasa percakapan, terdapat banyak kontruksi yang digunakan oleh orang-orang

terpelajar, tetapi tidak pernah digunakan bila ia harus menulis sesuatu. Kalimat-

kalimat singkat dan bersifat fragmenter; sering kalimat-kalimat itu terdengar seolah-

olah tidak dipisahkan oleh perhentian-perhentian final, seakan-akan disambung terus-

menerus.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

15

b. Gaya Bahasa Berdasarkan Nada

Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari

rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan

lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang

dihadapi adalah bahasa lisan. Gaya bahasa dilihat dari sudut nada yang terkandung

dalam sebuah wacana, dibagi atas:

1) Gaya Bahasa Sederhana

Gaya bahasa ini cocok untuk memberikan intruksi, perintah, pelajaran,

perkuliahan, dan sejenisnya. Karena gaya bahasa ini biasanya dipakai dalam memberi

intruksi, pelajaran, dan sebagainya, maka gaya ini cocok pula digunakan untuk

menyampaikan fakta atau pembuktian-pembuktian.

2) Gaya Mulia Bertenaga

Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi dan

biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu, menggerakkan tenaga dan

vitalitas pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan.

Nada yang agung dan mulia dapat menggerakan emosi setiap pendengar. Dalam

keagungan terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif dan meyakinkan

bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di balik keagungan dan kemulian

terdapat penggerak yang luar biasa, tenaga yang benar-benar mampu menggerakan

emosi para pendengar atau pembaca.

3) Gaya Menengah

Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk

menimbulkan suasana senang dan damai. Karena tujuannya adalah menciptakan

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

16

suasana tenang dan damai, maka nadanya juga bersifat lemah lembut, penuh kasih

sayang, dan mengandung humor yang sehat. Karena sifatnya yang lemah lembut dan

sopan santun, maka gaya ini biasanya mempergunakan metafora bagi pilihan katanya.

Ia akan lebih menarik bila mempergunakan perlambang-perlambang itu. Ia

memperkenalkan pula penyimpangan-penyimpangan itu yang menarik hati, cermat

dan sempurna nadanya serta menyenangkan pula refleksinya.

c. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya

bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana

tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat

yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang. Berdasarkan ketiga macam

struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh gaya-gaya

bahasa sebagai berikut:

1) Klimaks

Menurut Ensiklopedi Sastra Indoesia (2007: 424) klimaks merupakan gaya

bahasa yang melukiskan keadaan atau peristiwa dengan cara memaparkan setingkat

demi setingkat, mulai dari yang kecil (rendah atau sedikit) sampai pada yang besar

(tinggi atau banyak). Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat

periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan

pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan

sebelumnya. Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum

yang sebenarnya menunjuk kepada tingkatan atau gagasan tertinggi. Bila klimaks

terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya,

maka disebut anabasis.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

17

2) Antiklimaks

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 71) antiklimaks yaitu suatu

ragam gaya bahasa yang melukiskan beberapa peristiwa secara berurut mulai dari

peristiwa yang lebih penting (lebih besar), kemudian menurun kepada peristiwa yang

kuran penting (lebih kecil). Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang bersetruktur

mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan gagasan-

gagasannya yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang

kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena yang penting ditempatkan

pada awal kalimat, sehingga pembicara atau pendengar tidak lagi memberi perhatian

pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.

3) Paralelisme

Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 590) pararelisme merupakan

gaya bahasa yang melukiskan suatu hal dengan mengulangnya kembali pada bagian

ucapan berikutnya. Gaya ini merupakan ciri khas bahasa puitis. Pararelisme sering

digunakan untuk memperkuat suatu gagasan. Gaya bahasa pararelisme berusaha

mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi

yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula membentuk anak kalimat yang bergantung

pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya ini lahir dari struktur kalimat yang

berimbang.

4) Antitesis

Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang

bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

18

berlawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Secara luas, antitesis adalah

suatu perbandingan berimbang yang dibentuk dengan sepasang atau beberapa pasang

benda atau konsep yang paling berlawanan (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 72).

5) Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang

dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi

seperti halnya pararelisme dan antitesis, lahir dari klaimat yang berimbang.

d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

1) Gaya Bahasa Retoris

Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk

mencapai efek tertentu. Macam-macam gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut :

a) Aliterasi

Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsosnan

yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk

perhiasan atau untuk penekanan. Misalnya :

Takut titik lalu tumpah.

Di dalam narasi gaya bahasa ini sering juga digunakan untuk perhiasan atau

penekanan (Ensiklopedia Sastra Indonesia, 2007: 42).

b) Asonansi

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 93) asonansi adalah perulangan

beberapa bunyi yang berdekatan yang terdapat pada beberapa kata yang menyebabkan

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

19

bunyi-bunyi enak didengar. Asonansi merupakan pemanfaatan unsur bunyi secara

berulang-ulang dalam satu sajak. Dalam sastra Indonesia, asonansi umumnya

berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi,

kadang-kadang dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar

keindahan. Misalnya :

Ini muka penuh luka siapa punya.

c) Anastrof

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 58) anastrof adalah gaya bahasa

yang membalikan urutan penggunaan kata dalam susunan kalimat untuk menarik

perhatian orang terhadap subjek atau pelaku pebuatan. Anastrof atau inversi adalah

semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa

dalam kalimat.

Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peraginya.

d) Apofasis atau Preterisio

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 75) apofasis adalah gaya bahasa

yang seolah-olah menyembunyikan sesuatu sebagai suatu rahasia, tetapi malah

sebaliknya membuka rahasia itu secara halus, atau sebaliknya. Pada mulanya hendak

melihatkan sesuatu, tetapi malah kemudian menyagkal apa yang hendak diperlihatkan

tersebut.

Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan sebuah gaya dimana penulis

atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura

membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya menekankan hal ini. Berpura-pura

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

20

melindungi atau menyembunyikan sesuatu, tetapi sebenarnya memamerkannya.

Misalnya:

Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa Saudara telah

menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.

e) Apostrof

Adalah semacam gaya yang membentuk semacam pengalihan amanat dari para

hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.

Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kamu perjuangkan.

f) Asindenton

Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 90) asindenton adalah gaya

bahasa yang melukiskan sesuatu keadaan dengan jalan menghindari pemakaian kata

hubung itu dengan tanda koma. Adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat

padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak

dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja

dengan koma. Perhatikan contoh berikut:

Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksistensi dari cogito ergo sum

dicoba, medium bahasa dieksploitir, imaji-imaji, metode, prosedur dijungkir

balik, masih itu-itu juga.

g) Polisindenton

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 628) polisidenton merupakan

gaya bahasa yang melukiskan suatu keadaan dengan cara menggunakan kata hubung

secara berulang-ulang. Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari

asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama

lain dengan kata-kata sambung.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

21

Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak

menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokan bulu-bulunya?

h) Kiasmus

Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari

dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu

sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan

frasa atau klausa lainnya.

Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk

melanjutkan usaha itu.

i) Elipsis

Menurut Ensiklopedia Sastra Indonesia (2007: 246) elipsis merupkan gaya

bahasa yang sengaja menghilangkan (tidak meneruskan penggunaan) kata pada akhir

kalimat, karena berdasarkan kata-kata sebelumnya kata yang dihilangkan itu dapat

diduga maksudnya. Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu

unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca

atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang

berlaku.

Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa,

badanmu sehat; tetapi psikis...

j) Eufeminismus

Gaya bahasa eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan

yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk

menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung persaan

atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (=mati).

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

22

k) Litotes

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 469) litotes merupakan majas

yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan betuk negatif,

tidak jelek untuk menyatakan baik. Majas ini digunakan untuk menyederhanakan

sesuatu yang hendak disampaikan. Litotes sering digunakan untuk sesuatu yang

bersifat rendah hati atau berbasa-basi. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang

dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal

dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan

menyangkal lawan katanya.

Saya tidak akan mersa bahagia bila mendapat warisan satu milyar rupiah.

l) Histeron Proteron

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonsia (2007: 325) histeron proteron adalah

gaya bahasa yang sengaja menojolkan sesuatu (benda-benda) yang lebih kecil untuk

menyatakan sesuatu yang lebih besar. Histeron semacam gaya bahasa yang

merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar,

misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa.

Saudara-saudara, sudah lama terbukti bahwa anda sekalian tidak lebih baik

sedikit dari para perusuh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang

akhir-akhir ini.

m) Pleonasme dan Tautologi

Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan

kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau

gagasan. Walaupun secara praktis kedua istilah itu disamakan saja, namun ada yang

membedakan keduanya. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

23

dihilangkan, artinya tetap utuh. Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata

yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan kata yang berlebihan itu

sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain.

Misalnya :

Saya telah medengar hal itu dengan telinga saya sendiri.

Ungkapan di atas adalah pleonasme karena acuan itu tetap utuh dengan makna

yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata dengan telinga saya.

Ia telah tiba jam 20.00 malam waktu setempat.

Acuan di atas disebut tautologi karena kata itu sebenarnya mengulang kembali

gagasan yang sudah disebut sebelumnya, yaitu malam sudah tercakup dalam jam

20.00.

n) Perifrasis

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007:615) perifrasis adalah gaya

bahasa yang menggunakan sepatah kata untuk menggantikan serangkaian kata yang

sama artinya untuk kata yang menggantikan. Sebenarnya perifrasis adalah gaya yang

mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang

diperlukan. Perbedaanya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu

sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya:

Dia telah berisirahat dengan damai (mati atau meninggal).

o) Prolepsis atau Antisipasi

Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang

mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau

gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya:

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

24

Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat

itu.

p) Erotesis atau Pertanyaan Retoris

Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang

dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya

suatu jawaban. Gaya ini biasanya dipergunakan sebagai salah satu alat yang efektif

oleh para orator. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu

jawaban yang mungkin.

Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing menghendaki pula

imbalan jasa. Herankah saudara-saudara kalau harga-harga itu terlalu

tinggi?

q) Silepsis dan Zeugma

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 740) silepsis merupakan gaya

bahasa yang memanfaatkan penggunaan suku kata yang mempunai makana lebih dari

satu konstruksi sintaksis. Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang

menggunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan

dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata

pertama. Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar,

tetapi secara semantik tidak benar.

Ia sudah kehilangan topi semangatnya.

Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya,

sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya (baik secara logis maupun

secra gramatikal). Misalnya:

Dengan membelakkan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

25

r) Koreksio atau Epanortosis

Koreksio atau Epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula

mengaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.

Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.

s) Hiperbol

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonsia (2007: 325) hiperbol adalah gaya bahasa

yang melukiskan sesuatu benda atau peristiwa yang di besar-besarkan atau berlebih-

lebihan untuk mendapat suatu efek tertetu. Adalah semacam gaya bahasa yang

mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu

hal.

Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku.

t) Paradoks

Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang

nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga semua hal yang menarik

perhatian karena kebenarannya. Gaya bahasa yang menggunakan pernyataan yang

isinya secara simpatis seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi jika

ditilik dengan seksama ternyata pernyataan itu ada benarnya (Ensiklopedi Sastra

Indonesia, 2007: 586).

Musuh sering merupakan kawan yang akrab.

u) Oksimoron

Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menghubungkan kata-kata

untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan oksimoron adalah

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

26

gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang

berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari

paradoks.

Keramah-tamahan yang bengis.

2) Gaya Bahasa Kiasan

Gaya bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang penyimpangannya lebih

jauh, khususnya dalam bidang makna. Macam-macam gaya bahasa kiasan:

a) Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang

dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung

menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang

secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, bagaikan,

laksana, dan sebagainya.

Kikirnya seperti kepiting batu

Kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang

mau dibandingkan, seperti:

Bagai air di daun talas

b) Metafora

Metofora adalah semacam analogi yang membandinkan dua hal secara

langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati,

cindra mata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak

mempergunakan kata: seperti, bak, bagaikan, dan sebagainnya, sehingga pokok

pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

27

Struktur dasar metafora sangat sederhana, yaitu sesuatu yang dibicarakan, dan

ada sesuatu yang dipakai sebagai perbandingan. Sehingga Badudu dalam Pateda

(2010: 234-235) menyatakan bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang

memperbandingkan suatu benda dengan benda yang lain.

c) Alegori, Parabel, dan Fabel

Menurut Waluyo (1995: 144) jenis alegori yang terkenal ialah parabel yang

juga disebut dongeng perumpamaan. Alegori merupakan suatu cerita singkat yang

mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya.

Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya

selalu jelas tersurat. Makna istilah alegori adalah cerita yang digunakan sebagai

lambang (ibarat atau kias) untuk mendidik (terutama moral), atau untuk menerangkan

sesuatu (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 38).

Parabel (parabola) merupakan suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh

biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai untuk

menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk

menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual. Parabel adalah suatu

bentuk perumpamaan, yakni cerita yang dimaksud menyakinkan pendengar (pembaca)

secara moral (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 585).

Fabel adalah metafora bentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana

binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-

olah sebagai manusia. Tujuan fabel seperti parabel ialah menyampaikan ajaran moral

atau budi pekerti. Fabel menyampaikan suatu prinsip tingkah laku melalui analogi

yang trasparan dari tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makhluk yang tak

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

28

bernyawa. Fabel ingin mengambarkan sesuatu kebenaran yang telah dikenal, maka

parabel ingin menyamapikan suatu pengertian baru yang berkaitan dengan situasi

manusia, kini dan di akhirat (Ensiklopedi Sastra Indonesia, 2007: 585).

d) Personifikasi atau Prosopopoeia

Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang

menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-

olah memiliki sifat-sifat kemanusian. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu

corak khusus dari metafora, yang mengisahkan benda-benda mati bertindak, berbuat,

berbicara seperti manusia.

Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi

ketakutan kami.

e) Alusi

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia (2007: 45) alusi merupakan suatu jenis

majas pertautan yang merujuk secara tak langsung ke suatu karya sastra, salah seorang

tokoh, atau suatu peristiwa. Alusi adalah semacam acuan yang berusaha

mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini

adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-

tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra

yang terkenal. Misalnya dulu sering dikatakan bahwa Bandung adalah Paris van

Jawa. Demikian dapat dikatakan: Kartini kecil itu turut memperjuangkan haknya.

f) Eponim

Adalah sebuah gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubung-

hubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

29

itu. Misalnya Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dari Troya untuk

menyatakan kecantiakan.

g) Epitet

Adalah suatu gaya di mana seseorang yang menyatakan suatu sifat atau ciri

yang khusus dari seorang atau suatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif

yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. Misalnya:

Lonceng pagi untuk ayam jantan

h) Sinekdoke

Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian

dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan

keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Misalnya:

Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-

Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Thailand di

stadion Pakansari Bogor, tuan rumah menang 2-1.

i) Metonimia

Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk

menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan

itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki,

akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan

sebagainya. Metonimia dengan demikian adalah suatu bentuk dari sinekdoke.

Ialah yang menyebabkan air mata gugur.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

30

j) Antonomasia

Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang

berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi,

atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Misalnya:

Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

k) Hipalase

Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu

dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada

sebuah kata lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu

kebailikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan. Misalnya:

Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah

manusianya, bukan bantalnya).

l) Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

Sindiran dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu baik sindiran halus, sindiran

agak kasar, maupun sindiran kasar. Dihubungkan dengan gaya bahasa, hal ini disebut

gaya bahasa ironi untuk sindiran halus; gaya bahasa sinisme untuk gaya bahasa agak

kasar; gaya bahasa sarkasme untuk sindiran yang kasar (Pateda, 2010: 239).

Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan

makna atau sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung

dalam rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya literer yang efektif

karena ia menyampaikan impresi yang mengandung pergerakan yang besar. Misalnya:

“Hei, engkau hampir kesiangan, ya?” (Padahal sudah pukul 10.00)

Sinisme yang diartikan sebagai suatu sindiran yang bentuk kesangsian yang

mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati. Misalnya:

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

31

“Harum benar badanmu” (Padahal bau busuk karena belum mandi, atau

karena bau badan yang memang busuk).

Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.

Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir.

Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa

gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar. Misalnya:

“Hei Anjing, kau keluar dari sini!”

m) Satire

Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini

tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan

manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis.

n) Inuedo

Inuedo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

sebenarnya. Inuedo menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering

tampaknya tidak menyakiti hati kalau dilihat sambil lalu. Misalnya:

Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan

minum.

o) Antifrasis

Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata

dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-

kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.

Lihatlah sang Rakasasa telah tiba (maksudnya si Cebol).

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

32

p) Pun atau Paronomasia

Pun atau Paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi

atau permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan

besar dalam maknanya.

Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

D. Komentator Sepak Bola

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 515) komentator adalah orang

yang (pekerjaanya) mengomentari atau mengulas suatu berita dan sebagainnya. Sama

halnya dengan komentator sepak bola yakni bertugas mengomentari jalanya

pertandingan. Seorang komentator sepak bola harus berbicara sepanjang pertandingan,

mengingat-ingat nama pemain, peristiwa yang terjadi selama pertandingan, bahkan

harus mengomentari strategi yang digunakan oleh pelatih. Pada saat mengomentari

jalanya pertandingan sepak bola, komentator biasanya menciptakan istilah-istilah baru

yang terlontar dari lisannya. Membutuhkan kemampuan khusus untuk menjadi

seorang komentator sepak bola ( https://adyrazan.blogspot.com›Bola diakses pada

tanggal 26 Juli 2017, pukul 10.25 WIB).

Menjadi seorang komentator sepak bola harus memiliki standar tertentu.

Berikut ini beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang komentator sepak bola:

1. Mengenal karakteristik serta historisitas pemain-pemain dari klub yang betanding.

Tidak jarang seorang komentator sepak bola harus mengulas line-up atau formasi

yang diturunkan oleh pelatih dari tim yang sedang bertanding. Mengenali

karakteristik pemain akan membantu penikmat sepak bola untuk memahami

bagaimana membaca strategi yang sedang diusung oleh tim kesayangannya.

Komentator sepak bola seolah-olah membimbing para penikmat sepak bola, untuk

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

33

mengetahui kualitas kedalaman sebuah tim, melalui analisa formasi, pemain inti

dan pengganti, potesi perubahan formasi, dan bahkan filosofi strategi. Selain itu,

tidak kalah penting untuk mengenal historisitas atau kesejarahan dari pemain

tersebut. Tidak jarang, cara dan gaya seorang pemain dipengaruhi oleh masa

lalunya. Historisitas juga merupakan kunci untuk memudahkan para pendukung

sebah kesebelasan untuk mengenal respon emosi internal yang terjadi dilapangan.

2. Memiliki data statistik terkait dengan klub maupun pemain yang sedang

bertanding. Statistik serngkali diragukan keabsahannya. Namun, secara paradoks,

data statistik seringkali menolong para penikmat sepak bola untuk mengetahui

atribut-atribut tertentu yang menarik untuk disajikan.

3. Memiliki kemampuan verbal. Mencakup kosak kata, intonasi suara, dan

dramatisasi kejadian. Kemampuan berbicara adalah kemampuan yang wajib

dimiliki seorang komentator. Elmen yang penting dibahas mengenai kemampuan

verbal adalah kosakata, intonasi suara, dan kemampuan untuk mendramatisasi

kejadian. Kosak kata haruslah luas dengan berbagai variasi kreatif.

4. Tidak melakukan kesalahan penyebutan nama pemain. Seorang komentator sepak

bola biasanya juga mengalami kesalahan menyebutkan nama pemain, namun jika

kesalahan dilakukan berulang kali, maka hal itu merupakn kesalahan yang fatal

dan memalukan.

5. Mengetahui kejadian-kejadian tertentu di luar lapangan yang berpotensi terkait

dengan pertandingan. Poin plus bagi komentator apabila mengetahui berita terkini

mengenai kondisi di luar lapangan menjelang pertandingan.

6. Bersikap netral dan tidak berat sebelah. Sebagai seorang komentator sepak bola

wajib untuk memiliki sikap profesionalisme untuk tetap tidak berat sebelah

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

34

(https://m.kaskus.co.id›thread›standar-yang-h...diakses pada tanggal 26 Juli 2017,

pukul 10.38 WIB).

E. Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016

Kejuaraan AFF 2016, yang diseponsori Suzuki dan secara resmi dikenal

sebagai AFF Suzuki Cup 2016 adalah kejuaraan AFF kesebelas dari kejuaraan AFF.

Peserta turnamen tersebut yaitu negara-negara yang berafiliasi dengan Fedrasi Sepak

Bola ASEAN. Seluruh turnamen berlangsung dari tanggal 19 November 2016

samapai 17 Desember 2016. Setelah pengakuan FIFA sebagai turnamen “kategori A”,

edisi 2016 dari turnamen tersebut akan memberikan point peringkat internasional

untuk setiap pertandingan. Tahap kelompok kejuaraan diadakan untuk pertama

kalinya di Myanmar dan Filipina dari tanggal 19-25 November 2016.

Pada pertemuan Dewan Fedrasi Sepak Bola ASEAN kesebelas di Naypyidaw

pada tanggal 21 Desember 2013, Myanmar dan Filipina ditunjuk sebagai tuan rumah

kejuaraan tersebut. Hal ini menandai untuk perama kalinya kedua negara akan

menjadi tuan rumah dalam babak penyisihan grup dari kompetisi tersebut. Fedrasi

Sepak Bola Filipina (FFP) pada awalnya mengundurkan diri sebagai tuan rumah di

babak grup pada bulan Februari 2016, dengan menyebutkan masalah yang terjadi di

Stadion Rizal Memorial dan ketersediaan tempat yang lain. Malaysia, Singapura, dan

Vietnam mengumunkan bahwa mereka memiliki atau mengajukan permohonan

sebagai tuan Rumah. Tuan rumah pengganti tersebut akan diumumkan pada tanggal

12 Maret 2016. Kemudian Filipina mengumumkan akan mengajukan banding untuk

mempertahankan hak hosting mereka.

Pada tanggal 7 Maret 2016, AFF menerima banding dari Filipina sementara

Malaysia diberi nama “host siaga”, dengan Vietnam dan Singapura menarik tawaran

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

35

mereka. Filipina mendapat kesempatan untuk mendapatkan kontrak untuk

menggunakan Philippine Sports Stadium (PSS) sebagai tempat. Stadion Rizal

Memorial akan digunakan sebagai tempat kedua selama pertandingan grup simultan

terakhir. Pada tanggal 12 Maret, dikonfirmasi bahwa Filipina mempertahankan hak

hosting, mengikuti Rapat Dewan AFF di Da Nang, Vietnam. PFF dapat

mempresentasikan kontrak dengan PSS ke AFF dan juga surat jaminan dari Komisi

Olahraga Filipina. Selama Pertemuan Dewan AFF di Naypyidaw (Myanmar),

Kamboja ditunjuk sebagai tuan rumah untuk turnamen kualifikasi tersebut. Myanmar

dan Filipina secara otomatis lolos ke babak final sebagai tuan rumah

(https://en.wikipedia.org/wiki/2016_AFF_Championship diakses pada tanggal 30 Juli

2016, pukul 07.07 WIB.

Undian babak grup Piala AFF Suzuki Cup 2016 diselenggarakan pada tanggal

2 Agustus 2016. Indonesia dan Thailand berhasil lolos ke babak final. Final pertama

diadakan di Stadion Pakansari Bogor, Indonesia mengalahkan Thailand 2-1.

Sementara final kedua diadakan di Stadion Rajamanggala Bangkok, Thailand

mengalahkan Indonesia 2-0. Thailand menjadi juara untuk kelima kalinya setelah

mengalahkan Indonesia di final.

F. Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013

Menurut Mahsun (2014: 92) pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan

dalam satuan rangkaian pengembangan delapan setandar yang terkait dengan

reformasi bidang pendidikan, yaitu empat standar yang menjadi substansi kurikulum

itu sendiri, yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses

(Pembelajaran), Standar Penilaian, dan empat standar lainnya diluar kurikulum, tetapi

terkait erat dengan pencapaian reformasi pada empat standar yang mencakup

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

36

kurikulum itu sendiri. Dengan demikian, pengembanagn kurikulum 2013 diharapkan

dapat diimplementasikan secara baik karena telah didukung dengan pengembanagan

empat standar lainnya yang dicanangkan dalam reformasi pendidikan. Suatu

keistimewaan dalam kurikulum 2013 adalh menempatkan bahasa sebagai penghela

ilmu pengetahuan (Nuh dalam Mahsun, 2014: 94).

Penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan di samping

memberi penegasan akan pentingnya kedudukan bahasa Indonesia sebgai bahasa

nasional dan mempersatukan etnis yang berbeda latar belakang bahasa lokal dan

kedudukannya sebagai bahasa resmi negara; juga menjadikan langkah awal dalam

mewujudkan hajat para pendiri bangsa dalam yang mengumandangkan bahasa

Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan sejak kongres bahasa Indonesia pertama

tahun 1938. Oleh karena itu, penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu

pengetahuan dalam Kurikulum 2013 memberi harapan baru bagi tumbuhnnya

keyakinan bangsa ini pada kebesaran apa yang menjadi lambang identitas

kebangsaannya, yaitu bahasa Indonesia. Perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia

berbasis teks selain keutamaan, juga memberi ruang pada peserta didik untuk

mengembangkan berbagai jenis struktur berpikir, karena setiap teks memiliki struktur

berpikir yang berbeda satu sama lain. Semakin banyak jenis teks yang dikuasai

semakin banyak struktur berpikir yang dikuasai peserta didik (Mahsun, 2014: 94-95).

G. Kerangka Pikir

Analisis gaya bahasa komentator sepak bola pada laga final piala AFF Suzuki

Cup 2016 terdiri dari beberapa teori yang dikemukakan yaitu meliputi teori retorika,

teori gaya bahasa, pengertian komentator sepak bola, dan laga final piala AFF Suzuki

Cup 2016. Teori-teori tersebut bersumber dari beberapa pakar bahasa.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

37

Teori retorika mencakup pengertian retorika. Pengertian retorika yang

dipaparkan berisi pengertian-pengertian retorika yang berasal dari beberapa pendapat

pakar bahasa. Dalam pengertian-pengertian retorika mencangkup pengertian retorika

moderen dan retorika klasik.

Teori gaya bahasa yaitu meliputi pengertian gaya bahasa dan tujuan utama

gaya bahasa. Pengertian gaya bahasa yang dipaparkan berisi pengertian-pengertian

gaya bahasa berdasarkan pendapat beberapa ahli bahasa dan klasifikasi gaya bahasa.

Gaya bahasa berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan atau

dilihat dari sudut bahasa dapat diklasifikasikan menjadai emapat macam yaitu: (1)

gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (2) gaya bahasa berdasarkan nada, (3) gaya

bahasa berdasarkan struktur kalimat, (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya

makna. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata terdiri dari: gaya bahasa resmi, gaya

bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa berdasarkan nada terdiri

dari: gaya bahasa sederhana, gaya bahasa mulia bertenaga, dan gaya bahasa

menengah. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari: klimaks,

paralelisme, antitesis, dan repetisi. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya

makana dapat dibagai menjadi dua yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

Gaya bahasa retoris meliputi: aliterasi; asonansi; anastrof; apofasis atau preterisio;

apostrof; asindenton; polisindenton; kiasmus; elipsis; eufeminismus; litotes; histeron

proteron; pleonasme dan tautologi; perifrasis; prolepsis atau antisipasi; erotesis atau

pertanyaa retoris; silepsis dan zeugma; koreksio atau epanortosis; hiperbol; paradoks;

oksimoron. Gaya bahasa kiasan meliputi: persamaan atau simile; metafora; alegori,

parabel, dan fabel; personifkasi atau prosopopoeia; alusi; eponim; epite; sinekdoke;

metonimia; antonomasia; hiplase; ironi, sinisme, dan sarkasme; satire; inuedo;

antifrasis; pun atau paronomasia.

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017

38

Bagan 1. Kerangka Pikir

Gaya Bahasa Berdasarkan

Pilihan Kata

a. Gaya Bahasa Resmi

b. Gaya Bahasa Tak

Resmi

c. Gaya Bahasa

Percakapan

Gaya Bahasa

Berdasarkan Nada

a. Gaya Bahasa

Sederhana

b. Gaya Bahasa

Mulia dan

Bertenaga

c. Gaya Bahasa

Menegah

Gaya Bahasa

Berdasarkan Struktur

Kalimat

a. Klimaks

b. Antiklimaks

c. Paralelisme

d. Antitesis

e. Repetisi

Gaya Bahasa Berdasarkan

Langsung Tidaknnya Makna

Gaya Bahasa

Retoris

Analisis Gaya Bahasa Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016

Gaya Bahasa

Kiasan

Retorika

Gaya Bahasa

Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF

Suzuki CUP 2016

Gaya Bahasa Komentator Sepak Bola pada Laga Final Piala AFF Suzuki Cup 2016

38

Analisis Gaya Bahasa..., Nova Dwi Indrawati, FKIP UMP, 2017