BAB II LANDASAN TEORI A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1 ...repository.iainpekalongan.ac.id/559/7/11. BAB...

25
15 BAB II LANDASAN TEORI A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Kompetensi berasal dari dua kata majemuk yaitu kompetensi dan pedagogik. Kompetensi adalah (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan suatu hal. 1 Sedangkan pedagogik berasal dari kata pedagogi yang artinya ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. 2 Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. 3 Secara harfiah kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dengan memiliki kompetensi yang memadai seseorang, khususnya guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 4 Kompetensi guru dapat dipahami sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajar. 5 1 W. J. S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 518 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 324 3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit.,(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 45 4 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009 ), hlm. 56 5 Masnur Mulich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksa, 2007), hlm. 12

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1 ...repository.iainpekalongan.ac.id/559/7/11. BAB...

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK

1. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Kompetensi berasal dari dua kata majemuk yaitu kompetensi dan

pedagogik. Kompetensi adalah (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan

suatu hal.1 Sedangkan pedagogik berasal dari kata pedagogi yang artinya

ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran.2

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi berarti

(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.

Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau

kecakapan.3

Secara harfiah kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan

dengan memiliki kompetensi yang memadai seseorang, khususnya guru

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.4 Kompetensi guru dapat

dipahami sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

terwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas sebagai agen pembelajar.5

1 W. J. S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm.

518 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 324

3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit.,(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 45

4 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa,

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009 ), hlm. 56 5 Masnur Mulich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksa, 2007),

hlm. 12

16

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan

dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.6

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)

butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.7

Dari uraian diatas nampak bahwa kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi guru menunjuk kepada penampilan dan tindakan yang

mempunyai arah dan tujuan untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam

melaksanakan tugas-tugas pendidikan.

Dengan demikian tampak bahwa kemampuan pedagogik bagi guru

bukanlah hal yang sederhana, karena kualitas guru haruslah diatas rata-rata.

Kualitas ini dapat dilihat dari aspek intelektual meliputi :8

1) Logika sebagai pengembangan kognitif mencakup kemampuan

intelektual mengenal lingkungan terdiri atas enam macam yang disususn

6Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Pasal 1

7 Dr. E. Mulyasa, M. Pd., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008), hlm. 75 8 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:

Alfabeta,2009), hlm. 32-33

17

secara hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks yaitu sebagai

berikut:

a. Pengetahuan (Kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah

dipelajari).

b. Pemahaman (Kemampuan menagkap makna atau arti sesuatu hal).

c. Penerapan (Kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah

dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata).

d. Analysis (Kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian

sehingga struktur organisasinya dapat dipahami).

e. Sintesis (Kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu

keseluruhan yang berarti).

f. Penilaian (Kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan

kriteria interen, kelompok, eksteren, atau yang telah ditetapkan

terlebih dahulu).

2) Etika sebagai pengembangan efektif mencakup kemampuan emosional

dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal meliputi lima macam

kemampuan emosional disusun secara hierarkis:

a. Kesadaran (Kemampuan untuk ingin memperhatikan sesuatu hal).

b. Partisipasi (Kemapuan untuk turut serta atau terlibat dalam sesuatu

hal).

c. Penghayatan nilai (Kemampuan untuk menerima nilai dan terikat

kepadanya).

18

d. Pengorganisasian nilai (Kemampuan untuk memiliki sistem nilai

dalam dirinya).

e. Karakterisasi diri (Kemampuan untuk memiliki pola hidup dimana

sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah

lakunya).

3) Estetika sebagai pengembangan psikomotorik yaitu kemampuan motorik

mengingatkan dan mengkoordinasikan gerakan. Yaitu terdiri dari:

a. Gerak refleks (Kemampuan melakukan tindakan-tindakan yang

terjadi secara tak sengaja menjawab sesuatu perangsang).

b. Gerak dasar (Kemampuan melakukan pola-pola gerakan bersifat

pembawaan, terbentuk dari kombinasi gerakan-gerakan refleks).

c. Kemampuan perseptual (Kemampuan menterjemahkan yang diterima

melalui alat indera menjadi gerakan-gerakan yang tepat).

d. Kemampuan jasmani (Kemampuan dan gerakan-gerakan dasar

merupakan inti perkembangan gerakan-gerakan terlatih).

e. Gerakan terlatih (Kemampuan melakukan gerakan-gerakan canggih

dan rumit dengan tingkat efisiensi tertentu).

f. Komunikasi nondiskursif (Kemampuan melakukan komunikasi

dengan isyarat gerakan badan).

19

2. Ruang lingkup Kompetensi Pedagogik

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan ini berkaitan

dengan pengertian, dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan. Untuk

memahami tentang wawasan atau landasan kependidikan ini bagi seorang

guru dibutuhkan pengalaman belajar, yang meliputi tinjauan sosiologis,

fisiologis, historis dan psikologis serta mengenai fungsi sekolah sebagai

lembaga yang berpotensi memajukan masyarakat.9

Pemahaman wawasan atau landasan oleh guru sebagai jabatan

profesi. Apabila seorang guru tidak memahami maka guru tersebut akan

kesulitan dalam melaksanakan jabatan profesinya sebagai guru.

b. Pemahaman peserta didik

Peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, oleh

karena itu seorang guru harus memahami karakteristik peserta didik yang

berbeda tersebut. Tujuan memahami karakteristik peserta didik adalah

untuk mengukur apakah peserta didik akan mampu mencapai tujuan

pembelajaran atau tidak, sampai dimana minat peserta didik terhadap

pelajaran yang dipelajari.10

Jadi guru harus mengembangkan sistem

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik agar proses

belajar dapat diikuti peserta didik dengan penuh tanggung jawab.

c. Perencanaan pengajaran

9 Zahar Idris dan Lisma Jahal, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1995), hlm. 58

10Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 146

20

Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada

pelaksanaan pembelajaran.

Kaufman mengatakan “perencanaan pengajaran adalah suatu

proyek tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan

abstrak dan bernilai, didalamnya mencakup elemen-elemen:

1. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan.

2. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan.

3. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang

diprioritaskan.

4. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.

5. Sekuensi hasi yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan yang

dirasakan.

6. Identifikasi strategi alternative yang mungkin dan alat

atau tool untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap

kebutuhan, termasuk didalamnya merinci keuntungan dan kerugian

tiap strategi dan alat yang dipakai.11

Dalam pembelajaran elemen-elemen tersebut dimasukkan kedalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan untuk

panduan pembelajaran.

d. Pelaksanaan pembelajaran

11

Harjanto, perencanaan pengajaran. (Jakarta: Rineka cipta, 2008), Hlm.2

21

Pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah

yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas utama guru adalah

mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya

perubahan tingkah laku dan pembentukan potensi peserta didik.

Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu:

1) Apersepsi, yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana kesiapan

peserta didik dalam proses belajar mengajar.

2) Kegiatan inti, dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan

pembelajaran dan pembentukan potensi peserta didik.

3) Kegiatan akhir, pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri

dengan post test. Yang berguna untuk mengetahui tingkat

penguasaan kompetensi peserta didik yang telah ditentukan.

e. Evaluasi pembelajaran

Tujuan utama evaluasi adalah untuk melihat tingkat keberhasilan,

efektifitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran.12

Selain itu digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan

pembentukan kompetensi peserta didik yang dapat dilakukan melalui:

1) Penilaian kelas, dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil

belajar peserta didik, mendiaknosa kesulitan belajar, memberikan

umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan pembentukan

kompeteni pesertadidik, serta mentukan kenaikan kelas.

12

E. mulyasa, op. cit., hlm. 108-111

22

2) Tes kemampuan dasar, dilakukan untuk mengetahui kemampuan

membaca, menulis, dan berhitung, yang diperlukan dalam rangka

memperbaiki program pembelajaran.

3) Penilaian akhir, pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran

diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran

secara menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam

satuan waktu tertentu.

4) Benchmarking, merupakan standar untuk mengukur kinerja yang

sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan

yang memuaskan. Penilaian keunggulan dapat ditentukan di tingkat

sekolah, daerah atau Nasional. Penilaian dilaksanakan secara

berkesinambungan sehingga peserta didik dapat mencapai satuan

tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan

usahanya.

5) Penilaian program, dilakukan untuk mengetahui kesesuaian krikulum

dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaian

dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman.13

B. GURU TAMAN PENDIDIKAN AL-QURAN

1. Pengertian Guru

Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan

ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam Kamus Besar Bahasa

13

E. Mulyasa, op.Cit., hlm. 109-111

23

Indonesia, “Guru adalah orang yang pekerjaannya(mata penjahariannya,

profesinya) mengajar.14

Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Pendidikan Dalam Perspektif Islam menyebutkan bahwa Guru adalah orang

yang mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik itu

potensi psikomotorik, kognitif maupun afektif.15

Sedangkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pada

pendidikan dasar dan pendidikan menengah.16

Dalam lembaga atau instansi, guru merupakan jabatan atau profesi

yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Profesi ini tidak biasa

dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlianuntuk melakukan

kegiatan pekerjaan sebagai guru.17

Menurut Saiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zain dalam buku yang

berjudul “Strategi Belajar Mengajar” mengemukakan bahwa guru adalah

tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak

didik di sekolah. Dengan kata lain guru adalah orang yang berpengalaman

14

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., hlm. 584 15

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 74 16

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, hlm. 2 17

Moh. Uzer Usman, op.cit., hlm. 5

24

dalam bidang profesinya. Dengan ilmu yang dimilikinya, ia dapat

menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.18

2. Syarat Menjadi Guru

Dalam perspektif agama, syarat menjadi guru yang ideal

sebagaimana disampaikan oleh KH. Moh. Hasyim Asy‟ari dalam buku

yang berjudul Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inofatifada 20

macam yaitu sebagai berikut19

:

1) Selalu istiqomah dalam muraqobah kepada Allah Swt.

Muraqobah adalah melihat Allah Swt dengan mata hati dan

menghubungkannya dengan perbuatan yang dilakukan selama ini,

kemudian mengambil hikmah atau jalan yang terbaik bagi dirinya

dengan merasakan adanya pemantauan Allah Swt.

2) Senantiasa berlaku khauf (takut kepada Allah) dalam segala ucapan

dan tindakan.

Guru adalah orang yang dipercaya untuk menjaga amanat, baik itu

berupa ilmu, hikmah, dan perasaan takut kepada Allah. Sedangkan

kebalikan dari hal tersebut disebut khianat.

3) Senantiasa bersifat tenang

Dalam hal ini guru harus bersifat tenanga dalam mengajar, atau

memutuskan sesuatu. Dalam memutuskannya guru harus

menggunakan nalarnya untuk menentukan sesuatu. 18

Syaiful Bahri Djamaroh, Setrategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 126-127 19

Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjagi Guru Inspiratif Kreatif dan Inovatif, (Yogyakarta: Qirtas, 2003), hlm. 69-90.

25

4) Senantiasa bersifat wara‟

Menurut Ibrahim bin Adnan, Wara‟ adalah meninggalkan perkara

suyubhat dan perkara yang tidak bermanfaat. Sedangkan menurut

Yusuf bin Abid, wara‟ adalah keluar dari setiap perkara syubhat dan

mengoreksi diri daram setiap keadaan.

5) Selalu bersifat tawadhuk

Syekh Junaidi menyatakan bahwa tawadhuk adalah merendahkan diri

dan melembutkan diri terhadap makhluk, atau patuh kepada kebenaran

dan tidak berpaling dari hikmah, hukum, dan kebijaksanaan.

6) Selalu bersifat khusyuk kepada Allah Swt

Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Imam Malik kepada Harun ar-

Rasyid terungkap “Apabila engkau mengerti suatu ilmu, maka engkau

akan melihat pengaruh ilmu tersebut, berwibawa, tenang, dan

dermawan, karena Rasulullah bersabda „para ulama adalah pewaris

Nabi”.

7) Allah Swt sebagai tempat meminta

Dalam hal ini Allah Swt sebagai tempat meminta pertolongan dalam

segala keadaan yang dihadapi.

8) Tidak menjadikan ilmu sebagai tangga duniawi

Tidak menjadikan ilmu sebagai tangga mencapai keuntungan duniawi,

baik jabatan, harta, popularitas, atau agar lebih maju di banding

temannya yang lain.

9) Tidak diskriminatif terhadap murid

26

Dalam kegiata belajar mengajar, guru dituntut untuk berlaku adil atau

tidak diskriminatif terhadap seluruh murid. Dengan ungkapan lain

tidak ada murid yang diistimewakan. Perhatian dan sikap guru

terhadap seluruh murid harus sama.

10) Bersikap zuhud dalam urusan dunia

Zuhud adalah menolak kesenangan atau kecintaan. Menurut Abu

Sulaiman ad-Darani, zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang

memalingkan diri dari Tuhan.

11) Menjauhkan diri dari tempat-tempat yang rendah dan hina

Tidak berkunjung ke tempat-tempat rendah dan hina menurut

manusia, serta menjauhkan diri hal-hal yang dibenci oleh syariat atau

adat setempat.

12) Menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor atau maksiat

Walaupun jauh dari keramaian tempat kotor dan maksiat tetaplah

tidak boleh dikunjungi. Jangan melakukan sesuatu yang bisa

mengurangi sifat muru‟ah (menjaga diri dari perbuatan yang tidak

terpuji).

13) Selalu menjaga syiar-syiar islam dan zhahir-zhahir hukum

Perbuatan itu seperti shalat berjamaah di masjid, menyebarkan salam,

amar ma‟ruf nahyi munkar, serta senantiasa sabar terhadap musibah

yang menimpanya. Selalu berpegang pada kebenaran serta

memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.

27

14) Menegakkan sunah-sunah dan menghapus segala hal yang

mengandung unsur bid‟ah.

Yaitu menjalankan sunah-sunah serta mengikis hal-hal yang

mengandung bid‟ah dalam masyarakat agar sedikit demi sedikit

kebiasaan itu bisa hilang.

15) Membiasakan diri melakukan sunah yang bersifat syariat

Seperti membiasakan diri membaca ayat-ayat suci al-Qur‟an baik

dihati atau dilisan, berdoa dan berdzikir baik siang atau malam,

melakukan shalat, puasa, haji apabila sudah mampu, membaca

shalawat kepada nabi Saw, mencintai, mengagungkan, dan

memuliakannya.

16) Bergaul dengan akhlak yang baik

Seperti menampakkan wajah berseri, banyak mengucapkan dan

menyebaarluaskan salam, memberikan makanan, menekan rasa

amarah dalam jiwa, tidak menyakiti orang lain, bersabar menerima

cobaan dari orang lain, mendahulukan orang lain namun jangan

meminta didahulukan, membantu tetapi jangan minta dibantu, selalu

mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Allah Swt, bersikap

tenang dan mantap dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,

mempertaruhkan kedudukan demi menolong orang lain, welas asih

kepada orang miskin, mengasihi tetangga, kerabat, murid, dan mau

menolong mereka.

28

17) Membersihkan hati

Membersihkan hati dari tindakan dan akhlak yang jelek dan

dilanjutkan dengan perbuatan yang baik. Termasuk akhlak jelek

adalah berprasangka jelek kepada orang lain, iri, dengki, marah bukan

karena Allah, menipu, sombong, riya, ujub (bangga diri), pamer,

bakhil angkuh, tamak, dn lain sebagainya.

18) Bersemangat

Senantiasa bersemangat dalam mengembangkan ilmu dan

bersungguh-sungguh dalam setiap aktivitas ibadah, seperti membaca,

menelaah, menghafal, sehingga tidak ada waktu yang terbuang

kecuaali untuk mencari ilmu dan mengamalkan ilmu.

19) Tidak boleh berbeda-beda

Tidak boleh berbeda-beda status, nasab, dan usia dalam mengambil

hikmah dari semua orang. Bahkan, seorang guru harus selalu mencari

faedah dimanapun ia berada.

20) Membiasakan diri untuk menyusun dan merangkum pengetahuan

Karena, hal itu akan memperdalam keilmuan dan juga memperbanyak

pembahasan dan rujukan.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa syarat menjadi

seorang guru ideal harus mempunyai landasankeagamaan yang kokoh dan

disiplin, memahami visi dan misi pendidikan secara holistik dan integral,

mempunyai kemampuan intelektual yang memadai, menguasai teknik

pembelajaran yang kreatif.

29

3. Fungsi dan Tugas Guru

Selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan yang

dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru, antara lain:

1. Educator (pendidik)

Tugas utama guru adalah mendidik murid-muridsesuai dengan

materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator,

ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti

informasi, dan responsif terhadap masalah kekinian sangat menunjang

peningkatan kualitas ilmu guru.

2. Leader (pemimpin)

Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa

menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya

tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru

harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari cara-cara

kekerasan.

Sebagai seorang pemimpin, guru juga harus pandai membaca

potensi anak didiknya yang beragam, dan mampu menggunakan multi

pendekatan dalam mengajar demi menyesuaikan potensi dan spesifikasi

yang beragam dari murid-muridnya. Ia harus memberikan sanksi kepada

muridnya yang melanggar aturan dengan tegas, adil dan bijaksana. Ia

tidak boleh pilih kasih dalam menegakkan aturan. Ia juga harus

senantiasa memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya.

3. Fasilitator

30

Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitsi murid untuk

menemukan dan mengebangkan bakatnya secara pesat. Menemukan

bakat anak didik bukan persoalan mudah, ia membutuhkan

eksperimentasi maksimal, latihan terus-menerus, dan evaluasi rutin.20

Menurut E. Mulyasa, guru sebagai fasilitator sedikitnya harus

memiliki tujuh sikap seperti yang diidentifikasikan Rogers sebagai

berikut21

:

1) Tidak berlebihan mempertahankan pendapatdan keyakinannya atau

kurang terbuka.

2) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi

dan perasaannya.

3) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovativ, dan

kreatif, bahkan yang sulit sekalipun.

4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan

peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran.

5) Dapat menerima komentar baik (feedback), baik yang bersifat positif

maupun negatif, dan menerimanya sebagai pendapat yang

konstruktif terhadap diri dan perilakunya.

6) Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama

proses pembelajaran.

7) Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah

tahu prestasi yang dicapainya.

20

Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif,op.cit.,hlm. 39-42. 21

E. Mulyasa, op. Cit., hlm. 55

31

4. Motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu

membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik

bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun kelam

masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya. Tidak ada kata

menyerah sampai titik darah penghabisan. Allah selalu menyayangi

hamba-Nya yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya dan berjanji

memberikan jalan kesuksesan. Allah tidak akan mengubah nasib

seseorang sebelum orang itu berusaha keras mengubah nasibnya sendiri.

5. Administrator

Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam

dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan

bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lain-

lain. Urusan yang ada di lingkungan pendidikan formal biasanya

memakai prosedur administrasi yang rapi dan tertib.

6. Evaluator

Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang

perlu dibenahi dan disempurnakan. Di sinilah pentingnya evaluasi

seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru biasa memakai banyak cara,

dengan merenungkan sendiri proses belajar yang diterapkan, meneliti

kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang objektif, meminta

32

pendapat dari orang lain, misalnya kepala sekolah, guru yang lain, dan

murid-muridnya.22

4. Tanggung Jawab Guru

Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai

manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, tetapi dipihak

lain dia juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang

pendidikan. Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai

dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi

nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai

baru.23

Berdasarkan peranan profesional guru modern maka tanggung jawab

guru menjadi lebih besar. Tanggung jawab itu adalah sebagai berikut24

:

1) Guru harus menuntun murid-muridnya belajar

Tanggung jawab guru yang terpenting adalah

merencanakan dan menuntut muridmurid melakukan kegiatan-

kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang

diinginkan. Guru harus membimbing murid agar mereka

memperolehketerampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan

berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan

perkembangan sikap yang serasi.

22

Jamal Ma’ruf Asmani, op.Cit., hlm. 53-54 23

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta: PT. Bumi Aksa, 2009), hlm. 39. 24

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksa, 2013), hlm. 127-133

33

2) Turut serta membina kurikulum sekolah

Untuk merubah kurikulum itu tentu tak mungkin, akan

tetapi dalam rangka membuat atau memperbaiki, proyek-proyek

pelaksanaan kurikulum, yang berhubungan dengan tugas dan

tanggung jawabnya, tentu sangat diperlukan. Paling tidak dia memberi

saran-saran yang berguna demi menyempurnakan kurikulum kepada

pihak yang berwenang. Dalam hubungan ini guru dapat melakukan

banyak hal, antara lain: Menyarankan ukuran-ukuran yang mungkin

dapat digunakan dalam memilih bahan-bahan kurikulum, berusaha

menemukan minat, kebutuhan dan kesanggupan murid, berusaha

menemukan cara-cara yang tepat agar antar sekolah dan masyarakat

terjalin hubungan kerja sama yang seimbang, mempelajari isi dan

bahan pelajaran pada setiap kelas dan meninjaunya dalam hubungan

dengan prakter sehari-hari.

3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan

jasmani)

Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan

hal yang sulit. Tetapi membina siswa agar menjadi manusia yang

berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah.

Mengebangkan watak dan kepribadiannya, sehingga mereka memiliki

kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan

bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar

nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya menjadi tanggung jawab guru.

34

4) Memberikan bimbingan kepada murid

Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal

dirinya sendiri, memecahkan masalah sendiri, mampu menghadapi

kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat

diperlukan. Oleh karena itu guru harus memahami benar tentang

masalah bimbingan belajar, bimbingan pendidikan, bimbingan

pribadi, dan terampil dalam memberikan penyuluhan dengan tepat.

5) Melakukan diaknosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan

penilaian atas kemajuan belajar

Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi

belajar dengan minat latar belakang dan kematangan siswa. Juga

bertanggung jawab mengadakan evaluasi hasil belajar dan kemajuan

belajar serta melakukan diaknosis dengan cermat terhadap kesulitan

dan kebutuhan siswa.

6) Menyelenggarakan peneletian

Sebagai seorang yang bergerak dibidang keilmuan

(scientits) bidang pendidikan maka ia harus memperbaiki cara

bekerjanya. Tidak cukup hanya melaksanakan pekerjaan rutin saja,

melainkan harus juga berusaha menghimpun banyak data melalui

penelitian yang kontinu dan intensif. Bagi seorang guru, keahlian

dalam pekerjaan penelitian merupakan tanggung jawab profesional

sebagaimana halnya para dokter, insinyor dan sebagainya. Keahlian

35

ini harus dimiliki sama baiknya seperti keahlian para pekerja peneliti

yang telah terlatih (trained investigator).

7) Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif

Guru tak mungkin melaksanakan pekerjaannya secara

efektif, jikalau ia tidak mengenal masyarakat seutuhnya dan secara

lengkap. Haru dipahami dengan baik tentang pola kehidupan,

kebudayaan, minat, aspirasi banyak sangat banyak dipengaruhi oleh

masyarakat sekitarnya.

Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang

ada dalam masyarakat. Apabila hal ini dikerjakan maka guru

mendapatkan peluang baik untuk menjelaskan tentang keadaan

sekolah kepada masyarakat itu, sehingga mendorong masyarakat

untuk turut memikirkan kemajuan pendidikan anak-anak mereka.

8) Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang

mendasari semua sendi-sendi hidup dan kehidupan nasional, baik

individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok manusia

besar seperti sekolah. Pendidikan bertujuan untung membentuk

manusia pancasila sejati, yang berarti melalui pendidikan diantaranya

sekolah, kita berusaha semaksimal mungkin agar tujuan itu tercapai.

Untuk manusia seperti yang kita itu maka sudah barang tentu suasana

belajar diorganisasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa

mengembangkan sikap, watak, moral, dan perilaku yang pancasila.

36

9) Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan

perdamaian dunia

Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa

menjadi warga negara yang aik. Pengertian yang baik adalah antara

lain memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Perasaan

demikian dapat tercipta apabila para siswa didik saling menghargai,

mengenal daerah, masyarakat, adat-istiadat, seni budaya, sikap,

hubungan-hubungan sosial, keyakinan, kepercayaan, peninggalan-

peninggalan historis setempat, keinginan, dan minat dari daerah-

daerah lain diseluruh Nusantara. Dengan pengenalan dan pemahaman

yang cermat maka akan tumbuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

10) Turut menyukseskan pembangunan

Pembangunan adalah cara yang paling tepat guna

membawa masyarakat kearah kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

Pada garis besarnya, pembangunan itu meliputi pembangunan dalam

bidang mental spiritual dan bidang fisik materiil. Turut serta dalam

kegiatan pembangunan yang sedang berlangsung di dalam masyarakat

termasuk tanggung jawab guru yang efektif.

11) Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru

Bertitik tolak dari tanggung jawab guru, maka dengan

demikian guru sangat perlu meningkatkan peran dan kemampuan

profesionalnya. Tanpa ada kecakapan yang maksimal yang dimiliki

guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan

37

melaksanakan tanggung jawabnya dengan dengan baik. Peningkatan

kemampuan itu meliputi kemampuan untuk melaksanakan tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya di dalam sekolah dan

kemampuan yang diperlukan untuk merealisasikan tanggung

jawabnya di sekolah.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPETENSI

PEDAGOGIK

Dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, khususnya

meningkatkan kompetensi pedagogik dalam proses belajar mengajar, maka

faktor-faktor yang mempengaruhi sekaligus sebagai kendala yang dihadapi,

antara lain sebagai berikut:25

1) Latar belakang pendidikan guru

Guru yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan telah mendapatkan

bekal pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar dan

lain sebagainya, sedangkan guru yang belum mengambil pendidikan

keguruan, dia akan merasa kesulitan untuk dapat meningkatkan kualitas

keguruannya.

2) Pengalaman guru dalam mengajar

Bagi guru yang pengalaman mengajarnya baru beberapa tahun atau belum

berpengalaman sama sekali, akan berbeda dengan guru yang berpengalaman

mengajarnya telah bertahun-tahun.

25

ejournal.unp.ac.id/index.php/bahana/article/download/3735/2970/diakses pada sabtu 31 Oktober 2015.

38

3). Kesehatan guru

Guru yang sehat akan dapat mengerjakan tugas-tugas sebagai guru dengan

baik, karena tugas-tugas itu menuntut energi yang cukup banyak.

Terganggunya kesehatan guru akan mempengaruhi kegiatan proses belajar

mengajar, terutama dalam meningkatkan kompetensinya. Jasmani yang

sehat harus didukung rohani yang sehat pula, dengan mental dan jiwa yang

sehat maka guru dapat menjaga keseimbangan kebutuhan jasmani dan

rohani.

4). Penghasilan guru

Perbaikan kesejahteraan ekonomi akan menumbuhkan semangat kerja guru,

sebaliknya ketika penghasilan atau gaji tidak mencukupi maka guru akan

berupaya mencari tambahan penghasilan lain.

5) Sarana pendidikan

Tersedianya sarana yang memadai akan mempermudah pencapain tujuan

pembelajaran.

6) Disiplin dalam bekerja

Disiplin dalam lingkungan sekolah tidak hanya berlaku bagi siswa saja

akan tetapi perlu diterapkan bagi kepala sekolah dan pegawai juga.

Demikian juga disiplin kerja bagi guru sebagai salah satu pelaku pendidikan

disekolah.

7). Pengawasan kepala sekolah

Pengawasan kepala sekolah bertujuan untuk pembinaan dan peningkatan

kualitas pembelajaran yang dilakukan para guru dan bersikap fleksibel

39

dengan memberi kesempatan kepada guru mengemukakan masalah yang

dihadapinya serta diberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan ide

demi perbaikan dan peningkatan hasil pendidikan.

Demikianlah landasan teori yang sudah dijabarkan di atas

kesimpulanya yaitu bahwa seorang guru harus memahami landasan

kependidikan, pemahaman peserta didik, perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi. Tidak hanya itu saja, guru juga

harus memiliki syarat atau kriteria yang baik untuk menjadi guru yang

berkompetensi baik.