BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Belajarrepository.ump.ac.id/1627/3/Linda Diana...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Belajarrepository.ump.ac.id/1627/3/Linda Diana...
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Belajar
Manusia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar.
Berbagai macam cara manusia gunakan dalam kegiatan belajar.
Menurut Morgan (1978) dalam Sagala (2010: 13) belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Djamarah (2002: 13)
menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan-perbuhan yang
terjadi. Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut
Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
9
10
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif
tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun bertindak.
Menurut Suyono (2014: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Komalasari (2011: 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diperoleh dalam jangka waktu lama dan dengan syarat bahwa
perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan
ataupun perubahan sementara karena suatu hal. Menurut Rahyubi
(2012: 2) belajar dalam arti luas adalah proses persentuhan seseorang
dengan kehidupan itu sendiri. Dari proses ini, seseorang akan
memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.
Menurut Slameto, (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan dalam dua golongan,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern, yakni sebagai berikut:
a. Faktor Intern
Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah,
faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1) Faktor jasmaniah :
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan
11
adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga siswa akan
cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-
gangguan kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta
tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki, dan patah
tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.
Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini
terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari
atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2) Faktor psikologis
a) Inteligensi
Yaitu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
12
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat.
b) Perhatian
Menurut Gazali dalam Slameto (2010:56) perhatian
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-
mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan
objek.
c) Minat
Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah
sebagai berikut: ”Interest is persisting tendency to pay
attention to and enjoy some activity or content”. Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan
rasa senang.
d) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah ”the
capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk belajar.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
13
e) Motif
James Drever memberikan pengertian tentang motif
sebagai berikut: ”Motive is an effectiveconative factor which
operates in determining the direction of an individual’s
behavior towards an end or goal, consioustly apprehended or
unconsioustly.” Jadi motif erat sekali hubungannya dengan
tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu
dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan
itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat
adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau
pendorongnya.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum
berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-
menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat
melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya
akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi
kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari
kematangan belajar.
14
g) Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever
adalah: Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah
kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan
itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan
untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar
dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan
lebih baik.
3) Faktor kelelahan
Untuk menghilangkan kelelahan baik secara jasmani
maupun rohani dapat dilakukan dengan cara-cara seperti : tidur,
istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan
obat-obatan yang melancarkan peredaran darah, rekreasi dan
ibadah yang teratur, olahraga.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
15
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti: kegiatan siswa
dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.
Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan dengan sengaja
dalam keadaan sadar sebagai hasil dari pengalaman individu yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar juga
dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki seseorang. Proses
16
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang juga
terganggu, jadi faktor kesehatan sangat mempengaruhi seseorang
dalam belajar.
2. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses belajar yang diberikan oleh
guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
mengembangkan kreatifitas siswa, dan memberikan pengetahuan
yang baru bagi siswa. Menurut Komalasari (2011: 3) pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses
membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek
didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.
Pembelajaran mempunyai suatu istilah dalam
pelaksanaannya yaitu aktivitas pembelajaran. Aktifitas
pembelajaran menurut Rahyubi (2012: 8) mempunyai tiga variabel
yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Variabel kondisi pembelajaran, yang meliputi karakteristik
siswa, karakteristik bidang studi, Kendala pembelajaran, dan
tujuan instruksional.
b) Variabel Metode pembelajaran, yang meliputi strategi
pengorganisasian, strategi pengelolaan, dan strategi
penyampaian pembelajaran.
17
c) Variabel hasil pembelajaran, yang meliputi efektifitas, efisiensi,
dan daya tarik pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2009: 255) pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik. Sagala (2010: 61) menyatakan bahwa pembelajaran
ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun
teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Menurut Rahayubi (2012: 6) pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mempunyai pengertian
yang sangat mirip dengan pengajaran walapun mempunyai
pengertian yang berbeda. Rahyubi (2012: 7) menyatakan bahwa
pengajaran memberi kesan hanya sebagai perkerjaan satu pihak
yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan pembelajaran menyiratkan
adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik sehingga terjadi perubahan ke arah
yang lebih baik dan dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik atau guru
untuk membantu siswa dalam belajar. Pembelajaran tersebut
merupakan komunikasi yang terjadi secara dua arah, mengajar
18
dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh
siswa. Guru sebagai pendidik dalam melakukan pembelajaran harus
menggunakan strategi penyampaian pembelajaran yang tepat.
3. Rasa Tanggung Jawab
Menurut Salahudin (2013: 56) tanggung jawab yaitu sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya,yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, karakter dimulai dalam sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Samani
(2012: 51) tanggung jawab merupakan melakukan tugas dengan
sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras
untuk mencapai prestasi terbaik (Giving the best), mampu
mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri,akuntabel
terhadap pilihan dan keputusan yang diambil.
Menurut Suyadi (2013: 9) Tanggung jawab yakni sikap
dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara maupun agama. Menurut Mu’in (2011:
215) tanggung jawab merupakan sikap yang menunjukan apakah
orang itu mempunyai karakter yang baik atau tidak. Orang yang
lari dari tanggung jawab sering tidak disukai, artinya itu adalah
karakter yang buruk.
19
Menurut Mustari (2014: 19) tanggung jawab adalah sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
Negara dan Tuhan. Menurut Sukanto dalam Mustari (2014: 20)
menyatakan bahwa tanggung jawab yang mesti ada pada manusia
adalah :
a. Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan
kehidupan dengan cara takut kepadanya, bersyukur, dan
memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab
kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Tak ada seorang pun
manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang
itu gila atau anak-anak.
b. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan,
penindasan dan perlakuan kejam dari mana pun datangnya.
c. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan
dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya. Dari bersifat
kekurangan ekonomi.
d. Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga.
e. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.
f. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain
dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta
20
terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk
dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan kita.
g. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan,
termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk
pencemaran.
Macam-macam Tanggung jawab menurut Mustari (2014:
20-24) yaitu :
a. Tanggung Jawab Personal
Bertanggung jawab berarti melaksanakan tugas secara sungguh-
sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkaatan
dan tingkah lakunya. Dari hal tersebut timbulah indikasi-
indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung
jawab. Ciri-ciri tersebut antaranya ialah:
1) Memilih jalan lurus.
2) Selalu memajukan diri sendiri.
3) Menjaga kehormatan diri.
4) Selalu waspada.
5) Memiliki komitmen pada tugas
6) Melakukan tugas dengan standar yang baik.
7) Mengakui semua perbuatannya.
8) Menepati janji.
9) Berani menanggung risiko atas tindakan dan ucapannya.
21
Orang yang bertanggung jawab kepada dirinya adalah orang
yang bisa melakukan kontrol internal sekaligus eksternal.
Kontrol internal adalah suatu keyakinan bahwa ia boleh
mengontrol dirinya, dan yakin bahwa kesuksesan yang
dicapainya adalah hasil dari usahanya sendiri
b. Tanggung Jawab Moral
Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa
seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu.
Tidak taat pada kewajiban-kewajiban moral, kemudian menjadi
alasan untuk diberikan hukuman. Masyarakat umumnya
beranggapan bahwa manusia bertanggung jawab atas
tindakannya, dan akan mengatakan bahwa manusia layak
mendapatkan pujian atau tuduhan atas apa yang manusia
kerjakan.
c. Tanggung Jawab Sosial
Sebegitu besarnya tanggung jawab membebani manusia,
sehingga manusia pun mesti bertanggung jawab kepada
masyarakat di sekelilingnya. Inilah yang disebut dengan
tanggung jawab sosial (sosial responsibility). Manusia secara
individual atau kumpulan manusia seperti pemerintah,
perusahaan, organisasi mempunyai tanggung jawab kepada
masyarakat secara umumnya. Nilai-nilai yang harus ada pada
22
manusia apabila berinteraksi dalam masyarakat atau dengan
orang lain di antaranya adalah :
1) Senantiasa berbicara benar, 2) Menghindarkan perasaan iri
dengki, 3) Tidak bakhil, 4) Bersikap pemaaf, 5) Adil, 6)
Amanah, 7) Tidak sombong.
Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013:142-143)
tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Indikator tanggung jawab ada dua yaitu :
1) Indikator Sekolah
a) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk lisan maupun tertulis.
b) Melakukan tugas tanpa disuruh.
c) Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam
lingkup terdekat.
d) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
2) Indikator Kelas
a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur.
b) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
c) Mengajukan usul pemecahan masalah.
23
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
yang harus dimiliki setiap individu untuk melaksanakan tugas
dan kewajibanya dengan kerja keras, disiplin, dan taat yang
berkaiatan dengan diri sendiri, masyarakat, lingkungan, bangsa
dan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap individu harus membiasakan
diri menjadi orang yang bertanggung jawab. Seseorang jika
tidak melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka
seseorang tersebut mempunyai karakter yang buruk.
4. Prestasi Belajar
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah akan
menghasilkan sebuah prestasi belajar bagi siswa yang telah
terlibat dalam kegiatan belajar. Menurut Arifin (2013:12) kata
prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian
dalam bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil
usaha. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895)
prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan dan
dikerjakan.
Menurut Winkel (1996: 482) prestasi belajar adalah
kemampuan internal yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan
instruksional, menampakan hasil belajar. Menurut Arifin (2013:
12) Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama antara
lain:
24
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai
“tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan
kebutuhan umum manusia”.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat
dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari
suatu institusi pendidikan. Indikator inten dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti
bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan
indikator tingkat kesuksesan peserta didik dimasyarakat.
Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula
dengan kebutuhan masyarakat.
25
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran,
peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang diperoleh
berdasarkan suatu hal yang dilakukan baik oleh individu atau
kelompok. Menurut fungsinya prestasi belajar juga dapat
disimpulkan sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi
siswa dan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.
Institusi pendidikan mempunyai faktor intern dan ektern. Faktor
intern yang berupa kurikulum sekolah dan faktor ekstern yang
berupa tingkat kesuksesan siswa.
5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering juga disebut
sebagai istilah pendidikan sains yang disingkat menjadi IPA.
Mata pelajaran ipa merupakan salah satu mata pelajaran yang
ada dalam kurikulum pendidikan di indonesia. Banyak peserta
didik yang mengalami kesulitan saat belajar IPA. Menurut
Susanto (2013:167) Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan
penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
26
Menurut Aly (2010: 18) IPA adalah suatu pengetahuan
teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/khusus,
yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang
lain. Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan teori yang sistematis, penerapanya secara umum
terbatas pada gejala- gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan
sebagainya.
Menurut Mulyasa (2009: 111) mata pelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha
Esa berdasarkan, keindahan dan keteraturanya alam
ciptaanya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa tanggung jawab, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
27
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk bereperan serta dalam
memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang
memahami tentang alam semesta dan gejala-gejala alam lainya
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi
dan eksperimen. Ilmu pengetahuan alam ini sangatlah
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu pengetahuan alam juga sebagai wahana untuk siswa untuk
belajar memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
disekitar.
6. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
28
kontekstual. Sistem pembelajaran dalam kooperatif merupakan
sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Isjoni
(2010: 15) cooperative learning berasal dari kata cooperative
yang artinya menegerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu
tim. Isjoni (2010: 16) menyatakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan
orang lain , siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Menurut Majid (2013: 174) pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Rusman (2013: 202) pembelajaran kooperatif
(cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari
empat sampai dengan enam orang, dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen. Menurut Lie (2010:12) cooperative
learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
29
dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem
“pembelajaran gotong royong”.
Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2013: 203)
pembelajaran kooperatif adalah strategi pembejalaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi. Rusman (2013: 205-206) menyatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian
serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995)
dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan perestasi belajar siswa dan sekaligus dapat
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi,
dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran
kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir
kritis, memecahkan masalah dan mengintergrasi pengetahuan
dengan pengalaman.
Menurut Majid (2013: 175) model pembelajaran
kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
1. Meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas- tugas
akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam
membantu peserta didik untuk memahami konsep- konsep
yang sulit.
30
2. Agar peserta didik dapat menerima teman-temanya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
3. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa; berbagai tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing
teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
dan bekerja dalam kelompok.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 21-22) ada tiga
konsep yang menjadi karakteristik cooperatif learning yaitu:
1. Pengahargaan kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok
mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar
personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling
peduli.
2. Pertanggung jawaban individu
Pertanggung jawaban tersebut menitikberatkan pada
aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam
belajar. Pertanggung jawaban individu juga menjadikan setiap
anggota siap untuk mengahadapi tes dan tugas-tugas lainnya
secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
31
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative learning menggunakan metode skoring.
Metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti dapat
beranggapan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang melibatkan partisipasi peserta didik,
pembelajaran kooperatif ini menggunakan sistem berkelompok
dan dalam kelompok tersebut terdiri dari empat sampai enam
peserta didik yang heterogen. Pembelajaran kooperatif sangatlah
cocok digunakan sebagai model pembelajaran saat mengajar,
karena model pembelajaran kooperatif ini sangat membantu
peserta didik dalam memahami konsep-konsep materi
pembelajaran, selain itu model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Pembelajaran ini juga
menuntut adanya kerjasama dan tanggung jawab dalam sebuah
kelompok sehingga akan menumbuhkan kesadaran anak dalam
hubungan sosial mau mendengarkan pendapat orang lain dan mau
memberikan pendapat.
32
b.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT)
TGT (Team Games Tournament) merupakan suatu
model pembelajaran yang melibatkan peran aktif seluruh peserta
didik dan melibatkan sebuah kerjasama tim untuk melakukan
game dan tournament kelompok yang dilakukan pada ahir
pembelajaran atau pada setiap ahir minggu. Menurut Komalasari
(2011: 67) model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan serta reinforcement. Menurut Trianto (2011:
83) pada model ini siswa memainkan permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka.
Menurut Slavin (2005: 163) TGT menggunakan
tournament akademik, dan menggunakan kuis- kuis dan sistem
skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai
wakil tim mereka dengan anggota tim yang lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Slavin
(2005 : 166-167) didalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Team Game Tournament) ada beberapa komponen-komponen
penting yaitu:
33
a. Presentasi Kelas
Materi dalam TGT (Team Game Tournament)
pertama- tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering
kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang di pimpin oleh
guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual.
Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka
harus benar- benar memberikan perhatian penuh selama
presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan game akademik dengan
sebaik- baiknya, dan skor yang didapat dalam turnamen akan
menentukan skor tim mereka.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis
kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah
memastikan bahwa semua anggota tim benar- benar belajar,
dan lebih khusus lagi, adalah untuk mempersiapkan
anggotanya untuk bisa mengerjakan game yang baik. Setelah
guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk
memperlajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Paling
sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan
34
mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim
ada yang membuat kesalahan.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam TGT.
Pada tiap poinnya, yang di tekanankan adalah membuat
anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi
kinerja akademik penting dalam pembelajaran dan itu adalah
untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang
penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar
kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa
mainstream.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang
kontennya relevan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi dikelas dan
pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja
dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim
yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-
nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama.
Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus
menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu
tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan
para pemain saling menantang jawaban masing- masing.
35
d. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game
berlangsung. Biasanya berlangsung pada ahir minggu atau
ahir unit, setelah guru memberikan presentasi dikelas dan tim
telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar
kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa
untuk berada pada meja turnamen tiga siswa berprestasi
tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2,
dan seterusnya. Dibawah ini merupakan skema ilustrasi dari
meja turnamen.
TIM A
TIM B TIM C
Gambar 2.1 Skema penempatan peserta didik kedalam
meja turnamen menurut Slavin (2005: 168).
Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar
meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terahir.
Pemenang pada setiap meja “naik tingkat” kemeja berikutnya
36
yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 4 ke meja 3) skor
tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan skor
yang paling rendah di “turunkan”. Menggunakan cara ini,
jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk
seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan
sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang
sesungguhnya.
e.Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan
yang lain (hadiah) apabila skor rata- rata mereka mencapai
kriteria tertentu . Skor tim siswa dapat digunakan untuk
menentukan peringkat mereka yang telah dilakukan
kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang
telah di sepakati. Ada 3 tingkatan penghargaan yang
berdasarkan pada skor rata-rata tim yaitu :
Tabel 2.1 Pengahargaan berdasarkan skor rata-rata tim
menurut Slavin (2005: 175)
Kriteria (Rata-Rata Tim) Pengahargaan
40 Tim Baik (Good Team)
45 Tim Sangat Baik (Great Team)
50 Tim Super (Super Team)
37
Menurut Slavin (2005: 169) ada beberapa persiapan yang
harus dilakukan sebelum memulai TGT (Team Game
Tornament) yaitu :
a. Materi yang akan diajarkan
Materi yang diajarkan yaitu materi yang terkait
dengan materi yang akan diajarkan oleh guru, materi itu bisa
bersumber dari buku paket atau buku cetak atau dari materi
yang dibuat oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran.
b. Menempatkan siswa kedalam tim
Tiap tim terdiri dari empat anggota yang heterogen.
Untuk menentukan berapa tim yang akan dibentuk, jumlah
siswa yang ada di kelas dibagi empat, hasil bagi tersebut
tentunya merupakan jumlah tim beraggotakan empat siswa.
Untuk menempatkan siswa kedalam tim, gunakan daftar
peringkat siswa berdasarkan kinerjanya (peringkat kelas).
Bagikan huruf atau angka tim kepada masing-masing siswa.
Misalnya, dalam delapan tim yang ada di kelas akan
menggunakan huruf A samapai H. Mulailah dari atas daftar
dengan huruf A, lanjutkan huruf berikutnya kepada peringkat
menengah . bila sudah sampai pada huruf yang terahir,
lanjutkan penamaan huruf tim dengan arah yang berlawanan.
Misalnya, jika menggunakan huruf A sampai H, siswa ke
38
delapan dan ke sembilan akan ditempatkan kedalam tim H,
dan yang ke sepuluh dalam tim G, selanjutnya dalam tim F,
dan seterusnya. Jika sudah sampai huruf A, berhentilah dan
ulangi prosesnya mulai dari bawah ke atas, seterusnya
lanjutkan lagi mulai dan ahiri dengan huruf A.
c. Menempatkan siswa kedalam meja turnamen
Tulislah daftar nama siswa dari atas ke bawah sesuai
urutan kinerja mereka sebelumnya, gunakan peringkat yang
sama seperti yang digunakan untuk membentuk tim.
Hitunglah jumlah siswa di dalam kelas. Jika jumlahnya habis
dibagi empat, semua meja turnamen akan mempunyai empat
peserta, tunjuklah empat siswa pertama dari daftar tadi untuk
menempati meja satu, berikutnya ke meja dua, dan
seterusnya. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi empat,
satu atau dua dari meja turnamen pertama akan
beranggotakan lima peserta.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tornament (TGT) memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu
sebagai berikut :
a) Kelebihan Team Game Tournament (TGT)
1) Didalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk
berinteraksi dan menemukan pendapat.
2) Rasa tanggung jawab siswa semakin meningkat.
39
3) Rasa percaya diri pada diri siswa meningkat.
4) Partisipasi siswa meningkat.
5) Perilaku mengganggu siswa lain jadi lebih kecil.
6) Memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa tidak
mudah jenuh.
7) Hasil belajar siswa dapat meningkat.
b) Kekurangan Team Game Tournament (TGT)
1) Sering terjadi dalam pembelajaran tidak semua siswa ikut
serta menyumbangkan pendapatnya.
2) Kurangnya waktu pembelajaran, karena model
pembelajaran ini memerlukan banyak waktu.
3) Kemungkinan terjadi kegaduhan jika guru tidak dapat
mengelola kelas dengan baik.
Dari pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa model TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan yang didalamnya melibatkan peran aktif
seluruh siswa didalam kelas dan kerja sama tim yang terdiri dari
empat sampai lima orang yang berisikan game dan tournament
pada setiap ahir pembelajaran atau ahir minggu. Model
pembelajaran TGT memberikan Rekognisi tim atau
penghargaan tim yang mendapatkan skor tertinggi, skor sedang,
dan skor rendah.
40
B. Penelitiuan yang Relevan
Hasil penelitian yang diambil dari jurnal pendidikan kimia (JPK),
volume 1, nomor 1 tahun 2012 ISSN 2337-9995, yang dilakukan oleh
Luluk Fajri Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret.
Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Fajri dilaksankan dalam dua silkus.
Terdapat beberapa peningkatan yang terjadi yaitu pada hasil belajar siswa
dan keatifan siswa. Peningkatan pada keaktifan siswa pada siklus I yaitu
60,72% dan pada siklus II naik menjadi 71,43%. Peningkatan hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
siklus I ketuntasan belajar 64,29% dengan rata-rata nilai 72,3 dan pada
siklus II presentase ketuntasan belajar menjadi 89,29% dengan rata-rata
nilai 76,1. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran kimia dan keaktifan belajar siswa di SMA Negeri 2
Boyolali.
Hasil penelitian yang kedua diambil dari jurnal pendidikan kimia
volume 1, nomor 1 tahun 2012 yang dilakukan oleh Diah Megasari
Tyasning dilaksanakan dalam dua siklus. Terdapat peningkatkan yaitu
pada hasil belajar siswa dan pada aktifitas siswa. Peningkatan pada hasil
belajar siswa pada siklus I yaitu 41,67% sedangkan pada siklus II yaitu
83,33% sehingga hasil belajar siswa naik 41,66%. Peningkatan pada
aktifitas siswa pada siklus I 67,06% sedangkan pada siklus II yaitu 85,65%
41
sehingga aktifitas siswa meningkat 18,59%. Penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Diah Megasari
Tyasning dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa di SMA 1 Batik
Surakarta karena dengan menggunakan model TGT ini mampu mendorong
siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, aktif bertanya,
berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
Hasil penelitian di atas menjadi acuan untuk melaksanakan
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournamen (TGT). Penelitian yang akan dilakukan yaitu Penelitian
Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Rasa Tanggung
Jawab dan Prestasi belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Team Games Tournament(TGT) Mata Pelajaran IPA Materi Pembentukan
Tanah Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Somagede. Persamaan dengan
penelitian Luluk Fajri dan Diah Megasari Tyasning adalah pada model
pembelajaran yang diambil yaitu model pembelajaran TGT .
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar ini masih sering
menggunakan model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ceramah
ini akan menjadikan siswa cepat merasa bosan ketika menerima pelajaran,
hal ini bisa menyebabkan prestasi belajar siswa menurun. Prestasi belajar
siswa menurun diakibatkan juga oleh tingkah laku siswa yang masih
42
seenaknya sendiri. Siswa yang masih suka berbicara dan bermain-main
sendiri saat pelajaran berlangsung, tidak memperhatikan guru saat
pembelajaran juga mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun. Sikap
siswa ketika diberikan tugas oleh guru, siswa kurang tanggap ketika
diberikan tugas individu maupun kelompok hal ini menunjukan tanggung
jawab siswa masih kurang.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa
untuk dapat meningkatkan prestasi belajar dan dapat menunjukan sikap
tanggung jawab yang baik. Model pembelajaran yang akan digunakan
yaitu Team Games Tournament (TGT). Model pembelajaran ini dirancang
adanya sebuah permainan dan turnamen pada ahir pembelajaran.
Permainan dan turnamen ini akan menjadikan siswa lebih antusias dalam
belajar, tidak merasa bosan. Menggunakan model pembelajaran Team
Games Tournament (TGT)dapat juga meningkatkan tanggung jawab siswa
karena setiap siswa akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan
kelomponya saat turnamen berlangsung.
D. Hipotesis Tindakan
Untuk mengatasi permasalahan yang ada diatas, maka hipotesis
yang diambil sebagai berikut :
1. Melalui modelpembelajaran Team Games Tournament (TGT)dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa mata pelajaran IPA materi
pembentukan tanah di SDN 2 Somagede.
43
2. Melalui model pembelajaranTeam Games Tournament
(TGT)dapatmeningkatkan prestasi belajar peserta didik mata
pelajaranmata pelajaran IPA materi pembentukan tanah di SDN 2
Somagede.