BAB II LANDASAN TEORI A.repository.ump.ac.id/6320/3/ANGGUN ISFANDIARI BAB II.pdf · Iklan pada...

22
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Analisis Wacana Persuasi Iklan pada Brosur Penawaran Barang dan Jasa di Purwokerto dengan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis meninjau dua penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 1. Skripsi berjudul Analisis Wacana Persuasi Iklan Sepeda Motor oleh Umi Uswatun Khasanah, NIM 0601040130, Tahun 2010. a. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan metode simak yang dilanjutkan dengan metode Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Proses analisis didasarkan pada ciri teknik-teknik persuasi, bentuk tindak tutur dan aspek komunikasi. b. Hasil yang diperoleh 1) Teknik persuasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan sepeda motor pada surat kabar Suara Merdeka adalah teknik rasionalisasi, identifikasi, sugestif, konformitas, kompensasi, dan penggantian. Teknik tersebut dikaitkan dengan bentuk tindak tutur, yaitu tindak lokusi pernyataan, ilokusi menyatakan fakta, ilokusi asertif membual, ilokusi ekspresif memuji, ilokusi direktif memerintah, dan ilokusi komisif menawarkan. Tindak 7 Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A.repository.ump.ac.id/6320/3/ANGGUN ISFANDIARI BAB II.pdf · Iklan pada...

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sejenis yang Relevan

Untuk membedakan penelitian yang berjudul Analisis Wacana Persuasi

Iklan pada Brosur Penawaran Barang dan Jasa di Purwokerto dengan

penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis meninjau dua

penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

1. Skripsi berjudul Analisis Wacana Persuasi Iklan Sepeda Motor oleh Umi Uswatun Khasanah, NIM 0601040130, Tahun 2010.

a. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan metode simak yang

dilanjutkan dengan metode Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Proses analisis

didasarkan pada ciri teknik-teknik persuasi, bentuk tindak tutur dan aspek

komunikasi.

b. Hasil yang diperoleh

1) Teknik persuasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan sepeda

motor pada surat kabar Suara Merdeka adalah teknik rasionalisasi,

identifikasi, sugestif, konformitas, kompensasi, dan penggantian. Teknik

tersebut dikaitkan dengan bentuk tindak tutur, yaitu tindak lokusi pernyataan,

ilokusi menyatakan fakta, ilokusi asertif membual, ilokusi ekspresif memuji,

ilokusi direktif memerintah, dan ilokusi komisif menawarkan. Tindak

7

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

8

perlokusi membuat t tahu, membuat t melakukan sesuatu dan membuat t

berfikir.

2) Aspek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan sepeda

motor pada surat kabar Suara Merdeka adalah aspek sosial, dan aspek

ekonomi yang disampaikan dengan menggunakan kalimat berita, perintah,

harapan.

2. Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Barang Elektronik pada Surat Kabar Suara Merdeka oleh Eti Veriyani, NIM 071040104, Tahun 2011.

a. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan metode simak dengan teknik

dasar teknik sadap yang dilanjutkan dengan metode Simak Bebas Libat Cakap

(SBLC). Proses analisis didasarkan pada teknik-teknik persuasi, bentuk tindak

tutur serta aspek dan efek komunikasi.

b. Hasil yang diperoleh

1) Teknik persuasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan barang

elektronik pada surat kabar Suara Merdeka adalah rasionalisasi, identifikasi,

sugestif, konformitas, kompensasi, dan penggantian. Dalam wacana tersebut

terdapat tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi

2) Aspek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan barang

elektronik pada surat kabar Suara Merdeka adalah aspek fisik, aspek

psikologi, aspek sosial dan aspek komunikasi.

Efek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi dalam iklan barang

elektronik pada surat kabar Suara Merdeka adalah efek positif dan negatif.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

9

Bertolak dari pembahasan yang telah dilakukan oleh kedua penelitian di atas

dapat dinyatakan bahwa, yang membedakan penelitian ini dengan kedua

penelitian di atas adalah sumber data penelitian ini adalah brosur penawaran

barang dan jasa, sedangkan penelitian di atas adalah iklan sepeda motor dan iklan

barang elektronik pada surat kabar Suara Merdeka.

Masalah penelitian di atas adalah teknik-teknik pesuasi, bentuk tindak tutur,

aspek dan efek komunikasi, sedangkan masalah peneliti mengenai jenis-jenis

tindak tutur, bentuk tindak tutur dan aspek komunikasi.

Dari segi metodologi kedua penelitian di atas menggunakan metode simak

yang dilanjutkan dengan metode teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) teknik

dasar teknik sadap yang dilanjutkan dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap

(SBLC) sedangkan penelitian ini menggunakan simak yang dilanjutkan dengan

metode teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) selanjutnya pada tahap analisis

data setelah data diperoleh akan dianalisis berdasarkan tiga komponen yaitu,

berdasarkan jenis tindak tutur, bentuk tindak tutur, dan aspek komunikasi yang

menggunakan metode padan dengan teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP) serta

metode agih dengan teknik dasar baca markah.

B. Pengertian Wacana

Wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini

direalisasikan dalam bentuk karanagan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia,

dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang

terlengkap (Kridalaksana, 2008: 258).

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

10

Menurut Tarigan (2009: 24), wacana adalah organisasi bahasa di atas

kalimat atau di atas klausa. Dengan perkataan lain unit-unit linguistik yang lebih

besar daripada kalimat atau klausa seperti penukaran-penukaran percakapan atau

teks-teks tertulis. Secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat

bagi ujaran (utterance).

Deese (dalam Tarigan, 2009: 24) berpendapat bahwa wacana adalah

seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa

kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.

Dari berbagai macam pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian

wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan

satuan gramatikal tertinggi di atas kalimat atau di atas klausa sehingga wacana

dapat pula dikatakan seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk

menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.

C. Jenis-jenis Wacana

Menurut Mulyana (2005: 47-66) klasifikasi atau pembagian wacana sangat

tergantung pada aspek dan sudut pandang yang digunakan. Dalam hal ini

setidaknya wacana dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu: (1) bentuk, (2)

media, (3) jumlah penutur, dan (4) sifat.

1. Berdasarkan bentuk, wacana terdiri atas enam jenis, yaitu: (a) wacana naratif,

(b) wacana prosedural, (c) wacana ekspositori, (c) wacana hortatori, (d)

wacana epistoleri, dan (e) wacana dramatik.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

11

2. Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dibagi ke dalam dua jenis,

yaitu: (a) wacana tulis, dan (b) wacana lisan.

3. Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu: (a) wacana monolog, dan (b) wacana dialog.

4. Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: (a)

wacana fiksi, wacana fiksi dapat dipilah menjadi tiga jenis, yaitu: (1) wacana

prosa, (2) wacana puisi, (3) wacana drama. (b) wacana non fiksi.

5. Berdasarkan tujuannya, menurut Marwoto (1987: 150-176) wacana dapat

digolongkan menjadi lima, yaitu: (1) wacana narasi, (2) wacana deskripsi, (3)

wacana eksposisi, (4) wacana argumentasi, (5) wacana persuasi.

Dalam penelitian ini penulis hanya menganalisis wacana berdasarkan media

penyampaiannya yaitu wacana tulis dan berdasarkan tujuannya yaitu wacana

persuasi. Mulyana (2005: 51) mengemukakan bahwa wacana tulis adalah jenis

wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya

dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan

masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan

berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apa pun yang dapat mewakili

kreativitas manusia. Sedangkan wacana persuasi adalah wacana yang berisi

paparan berdaya bujuk, berdaya ujuk, ataupun berdaya himbau yang dapat

membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk menuruti himbauan implisit

maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya (Marwoto, 1987:

176).

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

12

D. Wacana Persuasi

1. Pengertian Wacana Persuasi

Istilah persuasi merupakan alihan bentuk kata persuation dalam bahasa

Inggris. Pentuk persuation tersebut diturunkan dari kata kerja to persuade yang

artinya membujuk atau menyakinkan. Jadi wacana persuasi adalah wacana yang

berisi paparan berdaya bujuk, ataupun berdaya himbau yang dapat

membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk menuruti himbauan implisit

maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya (Marwoto, 1987:

176).

Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang

yang menerima persuasi. Oleh sebab itu wacana persuasi memerlukan upaya-

upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan

keinginan penulis. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti,

walaupun tidak setegas yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk

persuasi yang dikenal umum adalah: (1) propaganda yang dilakukan oleh

golongan-golongan atau badan-badan tertentu, (2) iklan dalam surat kabar,

majalah, atau media masa lainnya, (3) selebaran, kampanye lisan dan sebagainya.

(http://babeheko.blogspot.com/2010/08/paragraf-persuasi_21.html)

Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan

emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi para hadirin.

Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain, ia berusaha agar

orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk

menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan suatu dasar

yaitu kepercayaan (Keraf, 2007: 118-119).

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

13

E. Iklan

1. Pengertian Iklan

Iklan adalah sebuah karya kreatif yang menggunakan media audio visual

dan media verbal. Dengan media verbal, manipulasi kata-kata dan ungkapan

seringkali dilakukan secara leluasa sehingga dalam beberapa hal ada

kecenderungan melanggar kaidah kebahasaan yang berlaku. Wreight (dalam

Mulyana, 2005: 63-64) menambahkan iklan merupakan proses berkomunikasi

yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran, membantu layanan,

serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang

bersifat persuasif.

Iklan termasuk bentuk wacana persuasi, karena iklan mempunyai tujuan

untuk membujuk para pembaca agar melakukan apa yang diinginkan oleh

pembuat iklan.

Bahasa iklan memiliki ciri dan karakter tertentu yaitu menggunakan bahasa

emotif, dan menarik. sehingga orang yang membaca tertarik atau terpengaruh

untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.

Dalam iklan penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi

keberhasilan iklan. Oleh karena itu, bahasa iklan harus mampu menjadi

manifestasi atau presentasi dari hal yang diinginkan pihak pengiklan kepada

masyarakat luas. Tujuannya ialah untuk mempengaruhi masyarakat agar tertarik

terhadap sesuatu yang diiklankan. Bahasa iklan di samping memiliki fungsi

informatif juga mengandung fungsi persuasif, fungsi ini kiranya justru ditekankan

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

14

untuk mendapatkan dampak nyata (efek perlokusi) dari suatu tuturan (Mulyana,

2005: 65).

2. Tujuan Iklan

Produsen di dalam membuat iklan mempunyai beberapa tujuan. Adapun

tujuan iklan adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang suatu barang, jasa

atau ide.

b. Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa

ataupun ide yang disajikan dengan memberikan preferensi kepadanya.

c. Menyakinkan komunikan akan kebenaran sesuatu yang dianjurkan dalam

iklan dan menggerakkan mereka untuk berusaha memiliki atau menggunakan

barang atau jasa yang dianjurkan (Susanto, 1989: 213).

3. Jenis-Jenis Iklan

Menurut Kloter (2002: 658), iklan berdasarkan tujuannya dapat diklasifikasikan

menjadi tiga jenis yaitu, (1) Iklan Informatif (Informative Advertising), (2) Iklan

Persuasif (Persuasive Adversiting), (3) Iklan Reminder (Reminder Adversiting). Hal ini

dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

15

(Sulistyawati, 2007: http://enikkireii. Multiply.com/journal/item/12/jenis-iklan-dan

contohnya).

Jenis-Jenis Iklan

Iklan Informatif (Informative Advertising)

Iklan Persuasif (Persuasive Adversiting)

Iklan Reminder (Reminder Adversiting)

Ciri-ciri Iklan Informatif (Informative Advertising) 1. Bertujuan untuk

membentuk atau menciptakan kesadaran, pengenalan tentang produk atau fitur-fitur baru dari produk yang sudah ada,

2. Menginformasikan perubahan harga dan kemasan produk,

3. Menjelaskan cara kerja produk

4. Mengurangi ketakutan kosumen, dan

5. mengkoreksi

Ciri-ciri Iklan Persuasif (Persuasive Adversiting)

1. Bertujuan untuk

menciptakan kesukaan, preferensi dan keyakinan sehingga konsumen mau membeli dan menggunakan barang dan jasa,

2. mempersuasif khalayak untuk memilih merk tertentu,

3. menganjurkan untuk membeli,

4. mengubah persepsi konsumen, dan

5. membujuk untuk membeli sekarang.

Ciri-ciri Iklan Reminder (Reminder Adversiting)

1. Bertujuan untuk

mendorong pembelian ulang barang dan jasa,

2. Mengingatkan bahwa suatu produk memiliki kemungkinan akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat,

3. Mengingatkan pembeli di mana membeli produk,

4. Menjaga kesadaran akan produk (consumer’s state of mind), dan

5. Menjalin hubungan baik dengan konsumen.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

16

F. Pengertian Brosur

Iklan biasanya dapat disampaikan melalui dua media, yaitu media elektronik

dan media cetak. Media elektronik antara lain televisi, radio, dan internet. Media

cetak antara lain koran, majalah, tabloid, spanduk, selebaran brosur dan baliho.

Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga

sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam

sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler,

benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid

keras.

Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak

dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit lima

halaman (http://id.wikipedia.org/wiki/Brosur).

Moeliono (2008: 220) mendefinisikan brosur adalah bahan informasi tertulis

mengenai suatu masalah yang disusun secara sistematis yang dipublikasi hanya

terdiri dari beberapa halaman dan dijepit tanpa dijilid.

Dengan pengertian lain brosur adalah media iklan yang terdiri dari atas satu

halaman. Terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil

halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit.

Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler, benang, atau

kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras serta

dipublikasi hanya terdiri dari beberapa halaman dan dijepit tanpa dijilid.

Berdasarkan wujud produk yang diiklankan terdapat tiga jenis iklan brosur yaitu:

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

17

1. iklan barang atau suatu produk,

2. iklan jasa atau fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah,

3. iklan barang dan jasa.

(http://www.scribd.com/doc/57740630/16/Brosur-Penawaran-Barang-atau-Jasa) G. Pragmatik

Menurut Wijana (2009: 3-4) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan

itu digunakan di dalam komunikasi. Pragmatik mencangkup studi interaksi antara

pengetahuan kebahasaan dan unsur pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh

pendengar atau pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah

pada studi tentang keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks.

Selain itu pragmatik dapat diartikan adalah salah satu cabang ilmu bahasa

yang mempelajari bahasa secara eksternal yaitu antara bahasa dan konteks situasi

yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun

nonverbal), dan dampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-

bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan Firth (dalam Wijana,

1996: 5). Beberapa ciri atau gambaran konteks adalah adanya pengetahuan

tentang: norma (norma pembicara dan kaidah sosial), dan status (konsep-konsep

status sosial), ruang dan waktu, tingkat formalitas, media (sarana), tema, wilayah

bahasa (Djajasudarma, 2006: 54).

Mulyana (2005: 79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap

wcana mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti:

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

18

a. paralingual (intonasi, nada, pelan, keras),

b. kinesik (gerak tubuh dalam komunikasi, gerakan mata, tangan kaki, dan

sebagainya),

c. proksemik (jarak yang diambil oleh para penutur),

d. kronesik (penggunaan dan srtukturisasi waktu dalam interaksi).

Di samping itu, kancah yang mempelajari pragmatik mencangkup empat hal

yaitu: (a) dieksis, (b) praanggapan, (c) tindak tutur, dan (d) implikatur (Mulyana,

2005; 79). Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada tindak tutur.

H. Pengertian Tindak Tutur

Menurut Searle (dalam Rohmadi, 2004: 29), dalam semua komunikasi

linguistik terdapat tindak tutur. Searle mengungkapkan bahwa komunikasi bukan

sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk

atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur

(fire performance of speech acts).

Tindak tutur dapat dikatakan produk atau hasil dari suatu kalimat dalam

kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang

dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya.

Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang

mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1983: 5-6) menyatakan

bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu

dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak

tutur; dan mengkaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana,

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

19

bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan identitas yang bersifat sentral di

dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di

bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip

kerjasama dan prinsip kesantunan.

I. Jenis-Jenis Tindak Tutur

Menurut Wijana (2009: 35) menjelaskan bahwa jenis tindak tutur dapat

dibedakan menjadi tindak tutur langsung, dan tindak tutur tidak langsung, tindak

tutur literal dan tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak

langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung

tidak literal.

1. Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act)

Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat

berita (deklaratifi), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan

sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu; dan kalimat

perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan.

Tindak tutur langsung biasanya berupa kalimat berita, tanya, dan perintah. Untuk

jelasnya perhatikan kalimat (1) dan (2) berikut ini.

(1) Sidiq memiliki dua ekor kucing. (2) Ambilkan buku saya!

Kalimat (1) berupa kalimat berita karena hanya berupa berita

menginformasikan tentang Sidiq yang memiliki dua ekor kucing, sedangkan

kalimat (2) berupa kalimat perintah yang merupakan kalimat perintah yang

merupakan perintah kepada lawan tuturnya untuk mengambilkan buku.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

20

2. Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act)

Tindak tutur tidak langsung (Indirect Speech Act) ialah tindak tutur untuk

memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu secara tindak langsung. Tindakan

ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang

yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Untuk jelasnya perhatikan

kalimat (3) dan (4) berikut ini.

(3) “Upik, sapunya di mana?” (4) Ada makanan di almari.

Kalimat (3) selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk

mengambilkan sapu. Demikian pula tuturan (4) bila diucapkan kepada seorang

teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan

tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar

untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan.

3. Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act)

Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act) adalah tindak tutur yang

maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 2009: 31).

Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat (5) berikut ini.

(5) Penyanyi itu suaranya bagus.

Tuturan (5) merupakan tindak tutur literal bila diutarakan untuk maksud

memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan.

4. Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act)

Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act) adalah tindak tutur yang

maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang

menyusunnya. Contoh kalimatnya sebagai berikut.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

21

(6)Suaramu bagus, (tapi tak usah nyanyi saja)

Kalimat (6) karena penutur memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak

bagus dengan mengatakan tak usah nyanyi saja.

5. Tindak Tutur Langsung Literal (Direct Literal Speech Act)

Tindak tutur langsung literal (direct literalspeech act) adalah tindak tutur

yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud

pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah,

memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya,

dan sebagainya (Wijana, 2009: 32). Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat (7)

berikut ini.

(7) Orang itu sangat pandai.

Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam kalimat (7)

dimaksudkan untuk memberitakan bahwa orang yang dibicarakan sangat pandai.

6. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (Indirect Speech Act)

Tindak tutur tidak langsung literal (Indirect Speech Act) adalah tindak tutur

yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud

pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa

yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan

dengan kalimat berita atau kalimat tanya (Wijana, 2009: 32-33). Untuk lebih

jelasnya perhatiakan kalimat (8) dan (9) berikut ini.

(8) Lantainya kotor. (9) Di mana handuknya?

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

22

Dalam tuturan kalimat (8) bila diutarakan oleh seorang ibu rumah tangga

kepada pembantunya tuturan ini tidak hanya informasi tetapi terkandung maksud

memerintah yang diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat berita.

Makna kata-kata yang menyusun. Kalimat (9) tuturan seorang istri kepada

suaminya dengan maksud memerintah untuk mengambilkan handuk diungkapkan

secara tidak langsung dengan kalimat tanya, dan makna kata-kata yang

menyusunnya sama dengan yang dikandung.

7. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (Direct Nonliteral Speech Act)

Tindak tutur langsung tidak literal (Direct Nonliteral Speech Act) adalah

tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud

tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama

dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat

perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita (Wijana, 2009:

34). Untuk lebihnya perhatikan kalimat berikut.

(10) Suaramu bagus, kok.

Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam kalimat (10)

memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus.

8. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (Indirect Nonliteral Speech

Act)

Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (Indirect Nonliteral Speech

Acti) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna

kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Untuk lebih

jelasnya perhatikan kalimat (11) berikut ini.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

23

(11) Lantainya bersih sekali.

Kalimat (11) untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang

kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan nada tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan jenis tindak tutur dapat dilihat dari

maksud yang terkandung dalam wacana iklan sehingga muncul bentuk tindak

tutur yang diutarakan berupa tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Selain dari

maksud yang terkandung dalam wacana iklan, cara penyampaiannya juga dapat

dilihat dari jenis-jenis tindak tutur yang ada dalam wacana iklan brosur penawaran

barang dan jasa. Jadi peneliti akan mengamati jenis-jenis tindak tutur dan bentuk

tindak tutur yang terdapat dalam wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa.

J. Tindak Tutur

Menurut Yule (2006: 83-84) pada suatu saat, tindakan yang ditampilkan

dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak yang saling

berhubungan. Yang pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar

tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Yang kedua

tindak ilokusi yaitu yang ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu

tuturan yang mengakibatkan tuturan untuk membuat suatu pernyataan, tawaran,

penjelasan atau maksud-maksud komunikatif lainnya. Kemudian yang ketiga

adalah tindak perlokusi yaitu tindak tutur yang bergantung pada keadaan atau

akibat perlokusi. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai tindak

lokusi, ilokusi dan perlokusi menurut (Wijana, 2009: 20-24).

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

24

1. Tindak Lokusi (Locutionary Act)

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur

ini sering disebut sebagai The Act of Saying Something. Sebagai contoh tindak

lokusi adalah kalimat berikut:

(12) Ikan paus adalah binatang menyusui. (13) Jari tangan jumlahnya lima.

Kedua kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk

menginformasikan sesuatu tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang

paling mudah diindentifikasi, karena dalam pengidentifikasian tindak lokusi tidak

memperhitungkan konteks tuturannya (Rohmadi, 2004: 30).

2. Tindak Ilokusi (Ilocutionary)

Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau

menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak

ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Sebagai contoh pada kalimat

berikut:

(14) Saya tidak dapat datang. (15) Rambutmu sudah panjang.

Kalimat (14) jika diucapkan oleh seseorang kepada temannya yang baru

saja merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu,

tetapi untuk melakukan sesuatu, yakni meminta maaf. Sedangkan kalimat (15)

jika diucapkan oleh seorang lelaki kepada pacarnya, mungkin berfungsi untuk

menyatakan kekaguman atau kegembiraan. Akan tetapi, bila diutarakan oleh

seseorang ibu kepada anak lelakinya, atau oleh seorang istri kepada suaminya,

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

25

kalimat ini dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintah agar sang suami

memotong rambutnya. Tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi karena terlebih

dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di

mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya.

Searle (dalam Leech, 1993: 164-165) membagi klasifikasi tindak tutur

ilokusi menjadi 5 kategori yaitu sebagai berikut:

1) Asertif (assertive): pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi

yang diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual mengeluh,

mengemukakan pendapat, melaporkan.

2) Direktif (directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa

tindakan yang dilakukan oleh penutur, ilokusi ini misalnya, memesan,

memerintah, memohon, menuntut, memberi nasehat.

3) Komisif (commosive): pada ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada

suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, menawarkan, berkaul. Jenis

ilokusi ini cenderung berfungsi menyenangkan.

4) Ekspresif (expressives): fungsi ilokusi ini ialah mengungkapkan atau

mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaaan yang tersirat dalam

ilokusi, misalnya, mengungkapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi

maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya.

5) Deklarasi (declarations): berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan

mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya,

mengundurkan diri, memecat, memberi nama menjatuhkan hukuman,

mengucilkan/membuang, mengangkat, dan sebagainya.

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

26

3. Tindak Perlokusi (Perlocutionary)

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutarakannya dimaksudkan

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of

Affecting Someone. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali

mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang men-

dengarnya. Efek yang timbul ini bisa sengaja bisa pula tidak sengaja. Sebagai

contoh dapat dilihat pada kalimat berikut:

(16) Kemarin ayahku sakit. (17) Samin bebas SPP. Kalimat (16) jika diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri

undangan temannya, maka ilokusinya adalah untuk meminta maaf, dan

perlokusinva adalah agar orang yang mengundangnya harap maklum. Sedangkan

kalimat (17) jika diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka

ilokusinya adalah meminta agar teman-temannya tidak iri, dan perlokusinya

adalah agar teman-temannya memaklumi keadaan ekonomi orang tua Samin.

Tindak perlokusi juga sulit dideteksi, karena harus melibatkan konteks tuturnya.

Menurut Leech (1993: 323) tindak perlokusi dibagi menjadi enam belas,

yaitu: (1) Bring h to learn that (membuat t tahu bahwa), (2) persuade

(membujuk), (3) deceive (menipu), (4) encourage (mendorong), (5) irritate

(menjengkelkan), (6) frighten (menakuti), (7) amuse (menyenangkan), (8) get h to

do (membuat t melakukan sesuatu), (9) inspire (mengilhami), (10) impress

(mengesankan), (11) distract (mengalihkan perhatian), (12) get h to think about

(membuat t berpikir tentang), (13) relieve tension (melegakan), (14) embarrass

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

27

(mempermalukan), (15) attractattention (menarik perhatian), (16) bore

(menjemukan).

Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan

sekali mengandung lokusi saja, atau ilokusi dan perlokusi saja. Namun tidak

menutup kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau ketiganya

sekaligus.

K. Aspek Komunikasi

Menurut Mulyana (2007: 77), komunikasi tidak terjadi dalam ruang hampa

sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini

berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari:

pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu, udara, bentuk ruangan,

warna dinding, jumlah peserta komunikasi, dan alat untuk menyampaikan pesan.

Kedua, aspek psikologis seperti: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para

peserta komunikasi. Ketiga, aspek sosial, seperti: normal kelompok, nilai sosial

dan karakteristik budaya. Keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi

(hari, jam berapa, pagi, siang, sore malam). Dalam penelitian ini peneliti

membatasi pada Aspek sosial seperti nilai sosial dan karakteristik budaya.

Karakteristik budaya disini dapat dibagi: aspek sosial budaya, geografis, ekonomi

(komersial), politik, moral, humor dan aspek agama.

a. Aspek sosial, yaitu apabila wacana persuasi iklan brosur penawaran barang

dan jasa mengingatkan masyarakat bahwa manusia adalah makhluk sosial

yang selalu berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan

umum (suka menolong, menderma dan sebagainya) (Moeliono, 2008: 1331)

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012

28

b. Aspek budaya yaitu apabila wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa

mengungkapkan masalah adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan yang sudah sukar diubah (Moeliono, 2008: 214)

c. Aspek geografi yaitu apabila wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa

menyatakan masalah permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna serta

hasil yang diperoleh dari bumi (Moeliono, 2008: 355)

d. Aspek ekonomi yaitu apabila wacana iklan brosur penawaran barang dan jasa

mengajak masyarakat menggunakan prinsip ekonomi (pemanfaatan uang,

tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga (Moeliono, 2008: 355)

e. Aspek politik yaitu apabila pada wacana iklan brosur penawaran barang dan

jasa berisi pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti

tentang sistem pemerintahan dan sebagainya (Moeliono, 2008: 1091)

f. Aspek moral yaitu apabila pada wacana iklan brosur penawaran barang dan

jasa berisi ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan asusila (Moeliono, 2008:

929)

g. Aspek humor yaitu apabila pada wacana iklan brosur penarawan barang dan

jasa mengungkapkan sesuatu yang lucu, keadaan yang menggelikan hati,

kejenakaan dan kelucuan (Moeliono, 2008: 512)

h. Aspek agama yaitu apabila pada wacana iklan brosur penawaran barang dan

jasa berisi ajaran sistem yang mengatur fakta keimanan (kepercayaan) dan

peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang

berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya

(Moeliono, 2008: 15)

Analisis Wacana Persuasi..., Anggun Isfandiari, FKIP UMP, 2012