BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

20
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca Membaca sendiri berasal dari kata dasar baca, yaitu memahami tulisan. Membaca merupakan suatu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Tanpa membaca, manusia dapat dikatakan tidak dapat hidup dizaman sekarang ini karena hidup manusia sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya (Olivia Femi, 2008:3). Membaca adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sedini mungkin, anak diajak membaca berarti kita telah membekali keterampilan yang sangat berguna (Sumarti dan M, Thahir, 2002:109). Karena dengan membaca anak mendapatkan ilmu pengetahuan. Sedangkan Rahim (2008:166) berpendapat “Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar menghafal tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, psikolinguistik, dan metakognitif”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan salah satu proses untuk memahami tulisan yang bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin. Karenanya membaca perlu dilakukan sejak usia dini untuk mengembangkan pengetahuan, dengan membaca akan mendapatkan banyak informasi. 2. Budaya Membaca Program literasi berkontribusi dalam meningkatkan prestasi peserta didik. Upaya dalam mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah salah satunya dengan budaya membaca. Program budaya membaca merupakan suatu program yang dirancang agar siswa saat membaca tidak hanya mahir membaca, akan tetapi siswa dapat memahami isi bacaan. Hal ini sesuai dengan pengertian dari program yaitu serangkaian kegiatan yang dirancang/ direncanakan oleh suatu organisasi,

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Budaya Membaca

1. Membaca

Membaca sendiri berasal dari kata dasar baca, yaitu memahami tulisan.

Membaca merupakan suatu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan. Tanpa membaca, manusia dapat dikatakan tidak dapat hidup

dizaman sekarang ini karena hidup manusia sangat bergantung pada ilmu

pengetahuan yang dimilikinya (Olivia Femi, 2008:3).

Membaca adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sedini mungkin,

anak diajak membaca berarti kita telah membekali keterampilan yang sangat

berguna (Sumarti dan M, Thahir, 2002:109). Karena dengan membaca anak

mendapatkan ilmu pengetahuan. Sedangkan Rahim (2008:166) berpendapat

“Membacaا padaا hakikatnyaا adalahا suatu kegiatan yang rumit yang melibatkan

banyak hal, tidak hanya sekedar menghafal tulisan, tetapi juga melibatkan

aktivitasاvisual,اpsikolinguistik,اdanاmetakognitif”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan salah satu proses untuk memahami tulisan yang bertujuan untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin. Karenanya membaca perlu

dilakukan sejak usia dini untuk mengembangkan pengetahuan, dengan membaca

akan mendapatkan banyak informasi.

2. Budaya Membaca

Program literasi berkontribusi dalam meningkatkan prestasi peserta didik.

Upaya dalam mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah salah satunya dengan

budaya membaca. Program budaya membaca merupakan suatu program yang

dirancang agar siswa saat membaca tidak hanya mahir membaca, akan tetapi

siswa dapat memahami isi bacaan. Hal ini sesuai dengan pengertian dari program

yaitu serangkaian kegiatan yang dirancang/ direncanakan oleh suatu organisasi,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

10

yang dalam pelaksanaannya berlangsung melalui proses berkesinambungan.

(Wirawan, 2011: 17)

Pengertian budaya membaca sendiri adalah suatu sikap dan tindakan

membacam yang sudah menjadi bagian yang melekat dan mengikat dalam

kehidupan sehari-hari seseorang sehingga membaca dilakukan secara teratur dan

berkelanjutan. Program budaya membaca diharapkan dapat membuat para guru

dan siswa meningkatkan intensitas membaca, sehingga pengetahuan guru dan

siswa dapat meningkat.

B. Literasi

1. Pengertian Literasi

Literasi penguasaan sistem-sistem tulisan konvensi-konvensi yang

menyertainya. UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak

setiap orang dan merupakan dasar untuk sepanjang hayat. Kegiatan literasi

merupakan aktivitas membaca dan menulis yang terkait dengan pengetahuan

membaca dan menulis terkait dengan pengetahuan, bahasa dan budaya (Rahayu,

2016:18).

Literasi berasal dari Bahasa Latin yaitu littera dan memiliki arti huruf dan

mencakup penguasaan sistem tulisan dan konvensi yang ada didalamnya. Kern

(2000:68) menyatakan bahwa literasi merupakan pemanfaatan praktik dalam

situasi sosial, dan histori, serta kebudayaan sehingga dapat menciptakan dan

menginterprestasikan makna dengan menggunakan teks. Literasi membutuhkan

sebuah kepekaan mengenai hubungan antara konteks penggunaan dengan

konvensi tekstual serta kemampuan dalam berefleksi secara kritis mengenai

hubungan-hubungan tersebut. Literasi juga bermaksud peka terhadap maksud dan

tujuan sehingga tidak bersifat statis melainkan dinamis dan dapat bervariasi.

Literasi membutuhkan berbagai kemampuan diantaranya kognitif, pengetahuan

tentang genre, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, serta wawasan budaya.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut bisa disimpulkan, literasi itu membutuhkan

banyak kempuan. Pengetahuan genre merupakan pengetahuan mengenai jenis-

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

11

jenis teks yang berlaku atau digunakan untuk komunitas wacana, seperti halnya

teks naratif, deskripsi, eksposisi, dan lain-lain.

2. Macam-macam Literasi

Literasi berkaitan erat dengan kapasitas peserta didik dalam menerapkan

pengetahuan, mempunyai keterampilam terhadap mata pelajaran kunci dan

mempertimbangkan, menganalisa, serta berkomunikasi dengan efektif

sebagaimana peserta didik identifikasi, tafsirkan, dan penyelesaian permasalahan

dalam beragam permasalahan yang ditemui. Menurut Clay (2001:11-15)

menjelaskan bahwasannya “Literasi terdiri dari literasi dini, dasar, perpustakaan,

media, teknologi, dan visual. Literasi dini di Indonesia merupakan dasar untuk

memulai berliterasi menuju tahap selanjutnya”. Ada beberapa bagian literasi yang

dipaparkan lebih rinci dibawah ini:

a. Literasi Dini (Early Literacy)

Literasi dini merupakan keahlian yang dimilik sejak dini, seperi menyimak

bahasa secara lisan maupun berkomunikasi melalui ilustrasi yang terbentuk dari

pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Adanya pengalaman

peserta didik berkomunikasi menggunakan bahasa Ibu dapat membangun dasar

dari literasi itu sendiri. Dari penjelasan itu diperoleh kesimpulan berupa literasi

dini ternyata bisa membantu peningkatan pengetahuan serta kapabilitas dalam

berbahasa. Literasi juga mepermudah komunikasi anak usia dini secra lisan

maupun ilustrasi di lingkungan sekitarnya.

b. Literasi Dasar (Basic Literacy)

Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk berbicara, mendengarkan,

menulis, membaca, serta menghitung. Literasi dasar ini memiliki kemampuan

untuk berbicara, mendengarkan, menulis, membaca, sertamenghitung yang

berkaitan dengan kemampuan menganalisa yang digunakan untuk

mempersepsikan informasi, menggambarkan, mengkomunikasikan informasi

berdasarkan pengambilan kesimpulan dan pemahaman.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

12

c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy)

Literasi perpustakaan ini bertujuan membuat perpustakaan lebih maju,

menarik serta dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Seperti meningkatkan

fasilitas, memperhatikan materi pembelajaran, dan kepasitas pelayanannya.

Literasi masyarakat merupakan pendukung secara efektif perkembangan budaya

belajar. Seharusnya perpustakaan bisa berguna sebagaimana pusat pembelajaran,

serta dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat.

d. Literasi Media (Media Literacy)

Literasi media ini memiliki kemampuan untuk mengetahui berbagai media

yang berbeda, contohnya media elektronik, media cetak, media digital, maupun

mengetahui apa tujuan dalam pemanfaatan teknologi. Menggunakan media literasi

ini masyarakat mampu mengembangkan intelektual mereka dengan aktif mencari

informasi yang dibutuhkan berdasarkan referensi yang sudah ada, sehingga

informasi tersebut dapat menjawab kebutuhan yang dicari.

e. Literasi Visual (Visual Literacy)

Literasi visual merupakan suatu interpretasi lebih lanjut diantara literasi

teknologi dengan literasi media, yang menggunakan materi visual dan audiovisual

dengan bermartabat serta kritis. Menafsirkan mengenai materi-materi visual

dimana banyak ditemui di kehidupan sehari-hari, bisa berupa cetak, audiovisual

dari tv maupun dari internet harus dikelola dengan bijak. Karena didalamnya

mengandung beragam unsur yang berpotensi memanipulasi serta hiburan

berlebihan dimana hal itu harus disaring berdasarkan norma dan peraturan yang

berlaku.

f. Literasi Teknologi (Technology Literacy)

Literasi teknologi merupakan salah satu keahlian dalam menguasai berbagai

hal yang berhubungan dengan teknologi yang ada mulai dari perangkat keras

(hardware), perangkat lunak (software), dan juga cara menggunakan teknologi

secara bijaksana. Selain menguasai beberapa hal tersebut, ada beberapa keahlian

yang perlu dikuasai juga diantaranya bagaimana memaparkan suatu materi dengan

memanfaatkan teknologi yang ada, mengakses berbagai pengetahuan dari internet

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

13

serta mengubah materi dari bentuk digital menjadi bentuk cetak. Pada kenyataan

di kehidupan sehari-hari, penguasaan mengenai komputer (Computer Literacy)

didalamnya berisi bagaimana cara menyalakan dan mematikan komputer secara

baik dan benar, bagaimana cara menyimpan serta mengelola penyimpanan data

serta menjalankan perangkat lunak didalam komputer tersebut dengan baik dan

benar. Dengan begitu literasi teknologi bisa diartikan dengan keahlian yang berisi

ilmu pengetahuan, keahlian dalam berpikir secara kritis, serta pengambilan

keputusan dalam memanfaatkan teknologi secara efektif dan efisien khususnya

dalam bidang pendidikan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa komponen dari literasi

berbeda dan bervariasi dari setiap komponenya. Seperti literasi media, peseta

didik diharus memiliki keahlian dalam memahami berbagi jenis media yang

bervariasi. Sementara literasi visual lebih menghendaki penguasaan dengan lebih

lanjut diantara literasi teknologi dengan literasi media. Fakta tersebut

menunjukkan bahwasannya “literasi”ا bukanا halا yangا selaluا membacaا dan

menulis saja.

Untuk menanamkan budaya literat kepada peserta didik sangat dipengaruhi

dengan peran sekolah. Karenanya pada setiap sekolah harus ada dukungan penuh

terhadap pengembangan literasi. Membaca nyaring dan membaca dalam hati

merupakan salah satu program membaca dari kerangka besar untuk membangun

budaya membaca di sekolah. Sekolah dapat mendukung keberhasilan peserta

didik salah satunya dengan cara budaya literasi yang tinggi. Agar sekolah menjadi

garis terdepan dalam pengembangan budaya literasi.

Gerakan literasi sendiri di Indonesia mulai diperkenalkan tahun 2014,

kemudian beberapa daerah mulai untukا mendeklarasikanا sebagaiا “Kabupatenا

Literasi”. Gerakan literasi diprakarsai oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang

merupakan organisasi profesi guru yang bergerak meningkatkan profesionalisme

guru. Gerakan literasi oleh IGI bertujuan menjadikan siswa dan guruا “melek”ا

dalam membaca dan menulis.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

14

C. Gerakan Literasi Sekolah

1. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Gerakan literasi sendiri merupakan program yang dibuat oleh pemerintah

dengan berbagai alasan sebagi berikut: keterampilan membaca yang dimiliki

peserta didik, Indonesia menempati peringkat bawah, tuntutan keterampilan

membaca diabad 21 yaitu memiliki kemampuan memahami informasi secara

kritis, analitis, dan reflektif. Kemudian alasan selanjutnya yaitu pembelajaran

yang ada di sekolah belum mampu mengajarkan kompetensi abad 21. Terakhir

kebiasaan membaca di sekolah perlu lebih ditingkatkan dengan pembiasaan

membaca di keluarga dan masyarakat.

Gerakan literasi meupakan sebuah upaya yang harus dilakukan oleh sekolah

sebagai pembelajaran yag seluruh warganya literat sepanjang hayat melalui

pelibatan publik. Dari pengertian tersebut, bahwa pembiasaan literasi di sekolah

membutuhkan kerjasama dari semua pihak untuk mensukseskan lingkungan yang

literat di sekolah.

“Gerakan literasi sekolah adalah salah satu usaha atau kegiatan yang bersifat

partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah (peserta didik, kepala

sekolah, pendidik, tenaga kependidikan,pengawas sekolah, komite sekolah, orang

tua/wali murid), akademisi, penerbit, media masa, masyarakat (tokoh masyarakat

yang dapat mepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dan lain-lain), dan

pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jendral Pendidikan Dasar

dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud,

2016:15).

Mengutip dari peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 23 tahun

2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satunya mengenai “kegiatan

membaca buku non pembelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran

dimulai”. Kegiatan ini merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan

keterampilan membaca pada diri peserta didik dan merangsang imajinasinya.

Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa geraka literasi sekolah

merupakan usaha atau upaya yang dilakukan sekolah untuk menjadikan organisasi

pembelajar yang warganya literat sepanjang hanyat melalui pelibatan publik

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

15

dengan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai membaca buku

nonpelajaran. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca peserta didik.

Gerakan literasi sekolah merupakan salah satu gerakan sosial yang memliki

dukungan kolaboratif dari berbagai elemen. Usaha yang dilakukan untuk dapat

mewujudkan pembiasaan membaca peserta didik. Kegiatan literasi peserta didik

adalah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik selama proses berjalannya

gerakan literasi sekolah berlangsung. Gerakan literasi sekolah memiliki tujuan

umum yaitu menumbuhkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan pada gerakan literasi sekolah supaya

peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Dengan adanya budaya literasi yang tinggi di sekolah peserta didik akan lebih

berhasil intelektualnya dan sebagai tenaga pendidik akan lebih semangat dalam

mengajar. Program membaca ini merupakan bagian kecil dari kerangka besar

untuk mewujudkan budaya literasi sekolah.

Menurut Yayuk et al (2018) berpendapat individu yang literat sains harus

dapat membuat keputusan yang lebih berdasar. Mereka harus dapat mengenali

bahwa sains dan teknologi adalah sumber solusi. Sebaliknya, mereka juga harus

dapat melihatnya sebagai sumber risiko, menghasilkan masalah baru yang hanya

dapat diselesaikan melalui penggunaan sains dan teknologi. Oleh karena itu,

individu harus mampu mempertimbangkan manfaat potensial dan risiko dari

penggunaan sains dan teknologi untuk diri sendiri dan masyarakat. Literasi sains

tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang konsep dan teori sains, tetapi juga

pengetahuan tentang prosedur umum dan praktik terkait dengan inkuiri saintifik

dan bagaimana memajukan sains itu sendiri. Untuk semua alasan tersebut, literasi

sains dianggap menjadi kompetensi kunci yang sangat penting untuk membangun

kesejahteraan manusia di masa sekarang dan masa depan.

Tahun 2016 Kemendikbud mengatakan “pada tujuan Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) terdiri dari dua tujuan yaitu tujuan umun dan tujuan khusus.

Tujuan umumnya yaitu menumbuh kembangkan budi pekerti siswa melalui

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

16

pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka jadi pembelajar sepanjang

hayat. Sedangkan untuk tujuan khususya terdapat empat yaitu, (1)

menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah,

(2) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literal, (3)

menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak,

agar warga sekolah mampu megelola pengetahuan, (4) menjaga keberlanjutan

pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadai berbagai

strategi membaca.”

Ditarik kesimpulan dari penjelasan diatas, bahwa tujuan gerakan literasi

sekolah secara umum dan khusus adalah membuat lingkungan sekolah itu menjadi

lingkungan sepanjang hayat, dengan cara membudayaka kegiatan membaca

maupun menulis. Gerakan literasi sekolah yang terlihat mudah untuk diterapkan,

ternyata pelaksanaan di lapangan tidak mudah kelihatannya. Hal tersebut karena

disetiap sekolah memiliki kemapuan yang berbeda dalam mengakomodasi

penciptaan lingkungan sekolah yang literat.

3. Prinsip-Prinsip Gerakan Literasi Sekolah

Dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah tentunya mempunyai prinsip

yang sebagai dasar landasan. Menurut Kern (2000: 23) ada tujuh prinsip

pendidikan literasi, yaitu: (a) literasi melibatkan interpretasi, (b) literasi

melibatkan kolaborasi, (c) literasi melibatkan konvensi, (d) literasi melibatkan

pengetahuan kultural, (e) literasi melibatkan pemecahan masalah, (f) literasi

melibatkan refleksi diri, (g) dan literasi melibatkan penngunaan bahasa. Untuk

melaksanakan pendidikan literasi yang mencangkup interpretasi, kolaborasi,

konvensi, kultural, pemecahan masalah, refleksi diri serta penngunaan bahasa

sangat penting dimiliki oleh setiap peserta didik. Ada banyak cara untuk

mengajarkan pendidikan literasi pada peserta didik, salah satunya yakni dengan

Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Mempersiapkan pertimbangan kesiapan tiap sekolah sebelum membahas pada

tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah. Supaya sekolah mampu menjadi

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

17

garis terdepan dalam pengembangan budaya literasi sekolah. Ada 3 tahapan dalam

gerakan literasi sekolah yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap

pembelajaran.

a. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada Tahap Pembiasaan

Pada tahap pembiasaan ini bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan

dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Pengembangan

kemampuan literasi pada peserta didik sangat dipengaruhi oleh penumbuhan

minat baca. Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di lingkungan

sekolah.ا “Pembiasaan ini bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan dan

terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca

merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi lanjut”.

(Anderson, 2011:63).

a. Kecakapan literasi tahap pembiasaan

Tabel 2.1 Kecakapan Literasi Terhadap Pembiasaan

Sumber: Tabel Kecakapan pada tahapan pembiasaan (Utama, 2016:8)

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

18

b. Prinsip dan fokus pelaksanaan tahapan pembiasaan

Tabel 2.2 Fokus dan Prinsip Kegiatan Tahap Pembiasaan

Sumber: Tabel Kecakapan pada tahapan pembiasaan (Utama, 2016:9)

c. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pembiasaan meliputi:

1. Setiap hari membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai,

dengan membaca buku nyaring (read aloud) atau semua earga sekolah

membaca dalam hati (sustained silent reading).

2. Membangun lingkungan yang ada disekolah sebagai tempat yang kaya akan

literasi, sepertihalnya: (1) menyiapkan perpustakaan sekolah, sudut baca, dan

spot-spot baca yang nyaman; (2) mengembangkan sarana lain (UKS, kantin,

kebun sekolah); (3) penyedian koleksi teks cetak, visual, digital maupun

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

19

multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah; (4) membuat

bahan kaya teks ( print-rich materials).

b. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada Tahap

Pengembangan

Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku

pengayaan. “Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan

kemampuan memehami bacaan dan mengkaitkan dengan pengalaman pribadi,

berpikir kritis, dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif melalui

kegiatan menanggapi bacaan pengayaan” (Anderson, 2011:64).

Pengembangan lebih lanjut minat baca untuk kemampuan literasi tahap

berikutnya. Kegiatan literasi pada tahap ini diharapkan mampu mengembangkan

kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi,

berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal,

tulisan, visual, digital) melalui respons terhadap bacaan.

a. Kecakapan literasi tahap pengembangan

Tabel 2.3 Kecakapan Literasi pada Tahap Pengembangan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

20

Sumber: Tabel Kecakapan pada tahap pembiasaan (Utama, 2016:29)

b. Prinsip dan fokus pelaksanaan tahapan pembiasaan

Table 2.4 Kegiatan Literasi pada Tahap Pengembangan

Sumber: Tabel Kecakapan pada tahap pembiasaan (Utama, 2016:31)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

21

c. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pembiasaan meliputi:

1. Setiap hari membaca 15 menir sebulum kegiatan belajar mengajar dimulai

melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati,

membaca bersama, dan/atau membaca terpadu diikuti kegiatan lain dengan

tagihan nonakademik, contoh: membuat peta cerita (story map),

menggunakan graphic organizers, bincang buku.

2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif sekolah yang kaya literasi

dan menciptakan ekosistem sekolah yang menghargai keterbukaan dan

kegemaran terhadap pengetahuan dan berbagai kegiatan, antara lain: (1)

memberikan penghargaan kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial,

dan semangat belajar siswa, penghargaan ini dapat dilakukan setiap upacara

bendera Hari Senin dan/atau peringatan lain; (2) kegiatan-kegiatan akademik

lain yang mendukung terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar di kebun

sekolah, belajar di lingkungan luar, wisata perpustakaan kota/daerah dan

taman bacaan masyarakat, dll).

3. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan

sekolah/perpustakaan kota/daerah atau tamanbacaan masyarakat atau sudut

baca kelas dengan berbagai kegiatan, anatara lain: (1) membacakan buku

dengan nyaring, membaca dalam hati membaca bersama (shared reading),

membaca terpadu (guided reading), menonton film pendek, dan/ atau

membaca teks visual/digital (materi dari internet); (2) siswa merespon teks

(cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa kegiatan sederhana

seperti menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi, dan berbincang

tentang buku.

c. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap Pembelajaran

Meningkatkan kemampuan literasi pada semua mata pelajaran dengan

menggunakan strategi membaca di semua mata pelajaran dan pemanfaatan

buku pengayaan. Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran dilakukan

dengan merujuk pada keragaman teks (cetak/ visual/ digital) yang ada pada

buku-buku pengayaan. Guru diharapkan berperan secara kreatif dan proaktif

mencari referensi pembelajaran yang sesuai dan relevan serta mampu

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

22

mengurangi kebergantungan pada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja

Siswa (LKS).

a. Kecakapan literasi pada tahap pembelajaran

Tabel 2.5 Kecakapan Literasi pada Tahap Pembelajaran

Sumber: Tabel Kecakapan pada tahap pembiasaan (Utama, 2016:58-60)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

23

b. Fokus kegiatan pada tahap pembelajaran

Kegiatan yang dapat dilakukan di tahap pembelajaran antara lain

sebagai berikut.

1. Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan

2. Kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru

dapat melakukan penelitian tindakan kelas.

3. Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan

memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.

4. Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan

sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi pembelajaran.

5. Guru menerapkan berbagai strategi membaca (membacakan buku

dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama) untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.

c. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahapan pelaksanaan pembelajaran

meliputi:

1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui

kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati,

membaca bersama, dan/ atau membaca terpadu diikuti kegiatan lain

dengan tagihan non-akademik dan akademik.

2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran disesuaikan dengan tagihan

akademik di kurikulum 2013.

3. Menerapkan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata

pelajaran (misalnya dengan menggunakan graphic organizers),

menggunakan lingkungan fisik, social, afektif, dan akademik disertai

beragam variasi bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang sarat akan

literasi di luar buku teks pelajaran dalam rangka memperkaya

pengetahuan dalam mata pelajaran.

Semua tahapan yang ada pada kegiatan gerakan literasi sekolah yaitu tahapan

pembiasaan, tahapan pengembangan, dan tahapan pembelajran, mempunyai

tujuannya sendiri-sendiri. Pada tahap pembiasaan ini tujuannya yaitu dapat

menumbuhkan minat peserta didik terhadap kegiatan membaca dan terhadap

bacaan. Berbeda dengan tahap pengembangan yang bertujuan untuk

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

24

mempertahankan minat terhadap keinginan membaca dan meningkatkan

kelancaran serta pemahaman peserta didik. sedangkan dalam tahapan

pembelajaran tujuannya adalah mempertahankan minat terhadap bacaan dan

terhadap kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta didik

melalui buku pengayaan.

D. Karakteristik Kelas Tinggi (IV dan V)

Peserta didik kelas di kelas tinggi (IV dan V) pada masa ini mereka sudah

memiliki tingkat kematangan untuk belajar, sudah siap menerima dialog yang

diberikan oleh sekolah. Sangat berbeda dengan masa pra-sekolah dengan usia

sekitar 8 tahun yang tekanan belajarnya lebih difokuskanاpadaا “bermain”,ا padaا

masa sekolah dasar penekanan lebih diarahkan kepada aspek intelektualitas.

Menurut Syamsudin, Abin (2001:13) ada beberapa karakteristik kelas tinggi,

yaitu:

1) Perkembangan Fisik Motorik

Pertumbuhan fisik yang dialami sudah beranjak dewasa dan diikuti juga

dengan perkembangan motorik yang sudah terkoordinasi dengan baik.

2) Perkembangan Intelektual

Anak pada usia sekolah dasar sudah dapat mereaksi terhadap rangsangan

intelektual atau dapat dikatakan sudah bisa menanggapi persoalan-persoalan yang

bersifat kognitif yang melibatkan proses berpikir.

3) Perkembangan Bahasa

Dalam komunikasi dengan orang lain, bahasa menjadi sarana yang sangat

penting. Dengan bahasa maksud yang akan disampaikan dapat diterima atau

dimengerti oleh lawan bicara dan juga mengenal dirinya, sesama, alam semesta,

ilmi pengetahuan, nilai moral dan agama.

4) Perkembangan Emosi

Anak pada usia sekolah dasar (khususnya kelas IV dan V) mulai menyadari

bahwa dalam komunikasi, pengungkapan emosi yang kasar tidak dapat diterima

dan tidak disenangi, dengan begitu mulai ada proses belajar mengendalikan

emosi.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

25

E. Analisis Swot

Analisis Swot merupakan identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis

yang bertujuan merumuskan strategi, swot ini juga bentuk analisis situasi dan

kondisi yang bersifat deskriptif/memberi gambaran (Rachmat, 2014:285).

Sedangkan Cahyono, dkk (2015:99) menjelaskan bahwa Analisis SWOT

(Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats) didefinisikan sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strengths)

Kekuatan ini dapat diartikan sebagai kelebihan yang dimiliki oleh sekolah.

Membuat rancangan program, menjalankan program, dan mengevaluasi

program GLS sudah dilakukan oleh sekolah. Sehingga sebagian besar dapat

memenuhi indikator yang sudah ditetapkan Standart Nasional Pendidikan

untuk meningkatkan mutu sekolah.

Pada gerakan literasi sekolah ini budaya membaca perlu dilestarikan dan

dkembangkan. Terlebih yang penting adalah fasilitas yang memadai, pendidik

yang profesional, dukungan orang tua dan masyarakat sekitar, lingkungan

yang mendukung pada kegiatan membaca.

2. Kelemahan (Weaknes)

Pada kelemahan ini terletak dibagian sumber daya manusianya, baik

peserta didik, karyawan sekolah, keterbatasan anggaran dana, dan pendidik

dalam pemenuhan Standart Nasional Pendidikan.

Kelemahan program yang ada di SDN Tlogomas 02 Malang ini yaitu

sarana prasarana (gedung perpuatakaan, sudut baca yang masih kurang bersih,

dan ada beberapa buku bacaan yang sudah lama), tenaga pendidik ada yang

kurang profesional, dan juga cara pengelolahan perpustkaan yang kurang

profesional.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang ini antara lain memberikan pelatihan dan pendidikan kepada

tenaga pendidik dengan tujuan meningkatkan kualitas sekolah, pelaksanaan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

26

pembiayaan, peencanaan serta memberikan dampak positif terhadap semua

unsur operasional sekolah maupun sarana prasarana sekolah.

Pada gerakan literasi sekolah ini yang merupakan peluang meliputi

meningkatkan mutu peserta didik, menjadikan lembaga pendidikan yang

memiliki citra atau keunggulan terlebih dibidang membaca.

4. Ancaman (Theats)

Ancaman dalam program GLS ini berupa kurang maksimalnya dalam

sosialisasi, perencanaan, evaluasi, pelaksanaan serta upaya perbaikan yang

dikelola dengan management yang kurang baik dan tidak sesuai dengan

standart dari Pendidikan Nasional sehingga dapat mengganggu proses

peningkatan kualitas pendidikan yang ada di sekolah.

Ancaman yang ada dalam gerakan literasi sekolah ini meliputi

berkurangnya tenaga pendidik yang profesional karena adanya mutasi untuk

mengemangkan gerakan literasi di sekolah lain, dapat kehilangan

keunggulan/identitas yang telah diraih oleh SDN Tlogomas 02 Malang dalam

budaya membaca, dan melemahnya budaya membaca peserta didik dari ke

generasi selanjutnya.

Tujuan peneliti menggunakan penelitian dengan analisis SWOT adalah

untuk mengetahui kendala serta permasalahan yang ada dalam program GLS

melalui budaya membaca, baik dari sektor internal (kekuatan, kelemahan)

maupun sektor eksternal (peluang, ancaman) yang terdapat di SD Negeri

Tlogomas 02 Malang.

F. Kajian Penelitian yang Relevan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

27

Tabel 2.6 Kajian Penelitian yang Relevan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Budaya Membaca 1. Membaca

28

G. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir