BAB II LANDASAN TEORI A. BELAJAR DAN MENGAJAR 1....
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. BELAJAR DAN MENGAJAR 1....
BAB II
LANDASAN TEORI
A. BELAJAR DAN MENGAJAR
1. Definisi Belajar
John Deweydalam M.Ngalimin Purwanto ,(2001: 53) belajar merupakan
proses perubahan yang terjadi pada diri seorang melalui penguatan, sehingga
terjadi perubahan yang bersifat permanen pada dirinya sebagai hasil
pengalaman.
Menurut Omar Hamalik, (2001: 30) Perubahan yang dihasilkan bersifat
progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak
mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup
aspek pengetahuan, aspek afektif, maupun aspek psikomotorik. Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengetahuan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk mencapai
suatu tujuan, jadi belajar merupakan Langkah-langkah atau prosedur yang
ditempuh sehingga dapat dikatakan belajar suatu kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan setiap
jenis pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu terganggu dari proses yang dialami oleh siswa, baik
ketika disekolah, lingkungan rumah maupun keluarga. Belajar mempunyai
pengertian yang sangat kompleks, sehingga banyak ahli yang mengemukakan
pengertia belajar dengan ungkapan dan pandangan yang berbeda-beda.
Sedangkan Sardiman A.M (1986: 56) pengertian luas belajar dapat
diartiakan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi
seutuhnya.kemudian dalam arti sempit, belajar dapat diartikan sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Dari berbagai pendapat mengenai belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa, belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang
karena beraksi dengan keadaan
2. Ciri Pembelajaran
Menurut Darsono, dkk(2000: 51) pembelajaran dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar.
c. Pembelajaran dapat menyediakan belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa.
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu yang tepat dan menarik.
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
f. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik
secara fisik dan psikomotorik.
3. Belajar Mengajar
Menurut Sadirman (1986: 56) belajar dan mengajar adalah dua kegiatan
yang tunggal tetapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan
sebagai sesuatu perubahan tingkahlaku karena hasil pengalaman yang
diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang
merangsang serta mengarahkan kegiatan siswa untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan
tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Sehubungan dengan itu seorang pengajar harus dapat memberikan pengertian
kepada siswa, bahwa belajar memiliki beberapa maksud antara lain agar:
a. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan,atau konsep yang
sebelumnya tidak pernah diketahui.
b. Dapat mengajarkan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berubah,
baik tingkah laku maupun ketrampilan.
c. Mampu mengombinasikan dua pengetahuan atau lebih ke dalam suatu
pengertian baru, baik pengetahuan, ketrampilan, konsep maupun sikap
atau tingkah laku.
d. Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Dengan melihat maksud belajar di atas maka faktor keaktifan siswa
sebagai subjek belajarsangan menentukan. Menjadi kegiatan belajar pada
masalalu banyak interaksi belajar yang berjalan secara searah. Dilain pihak
fungsi dan peranan guru menjadi dominan. Disisilain pihak siswa hanya
menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan dari guru. Ini
menjadi kondisi yang professional dan guru sangat aktif dan siswa sebaliknya
menjadikan pasif dan tidak kreatif.
Menurut Nasution mengajar adalah suatu usaha dari pihak guru, yakni
mengatur lingkungan sehingga terbentuk suasana yang sebaik-baiknya bagi
anak untuk belajar.
Menurut Hasibuan dan Moejiono, mengajar adalah menciptakan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadi proses belajar lebih lanjut sehingga
belajar adalah melatih ketrampilan menyampaikan pengetahuan, membentuk
sikap dan memindahkan nilai-nilai.
Mengajar adalah kegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu
membimbing siswa untuk mendapatkan, mengubah atau mendapatkan
keahlian, tingkah laku dan pengetahuan dengan cara penyajian konsep secara
bertahap sehingga terjadi proses belajar.
Mengajar menurut Hasibuan dan Sardiman, adalah penyampaian
pengetahuan kepada anak didik. Mengajar diartikan sebagai aktivitas
mengorganisasikan atau pengaturan lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Proses belajar mengajar menurut Sumantri dan permana adalah sebuah
kegiatan yang utuh dan terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang
belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti faktor internal ( faktor yang berasal dari diri sendiri ) faktor eksternal (
faktor yang berasal dari luar ). Menurut Slameto faktor internal terdiri dari
faktor jasmani dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terjadi dari
faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan dari guru, dan
bagimana cara guru tersebut mengajarkan pengetahuan terhadap anak-anak
didiknya, menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai oleh anak.
Faktor guru yang sangat berperan dalam proses belajar anak. Guru yang dapat
mengembangkan metode pengajar dan media pembelajaran sangat membantu
siswa dalam materi pembelajaran sehingga prestasi belajarpun meningkat.
Keberhasilan proses belajar mengajar apabila guru mengetahui faktor-faktor
yang mengetahui proses belajar mengajar.
4. Hasil Belajar
Oemar Hamalik menjelaskan bahwa (2001: 21) kegiatanbelajar
mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai
dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan perilaku belajar biasanya
dapar dilihat dari adanya perubahan-perubahan kebiasaan, ketrampilan dan
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang biasanya disebut sebagi hasil belajar.
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi 3 unsur
yaitu, tujuan belajar, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil
belajar adalah hasi yang dicapai setelah mengalami proses belajar dalam waktu
tertentu untuk tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memiliki pengalaman belajarnya.
Hasil belajar dapat diperoleh mekanisme tertentu yang berupa hasil
penilaian belajar. Dalam hal ini Nana Sudjana menjelaskan bahwa:Nana Sujana
( 2001: 45) penelitian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkahlaku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidak kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh
sebab itu penulisan hasil belajar, peran tujuan intruksional yang berisi
kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dan dikuasai siswa menjadi
sebagai dasar dan acuan penelitian.
Menurut Nana Sujana adalah system pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar yang
menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ketiga ranah iniah yang digunakan dalam penelitian hasil belajar pada
kurikulum berbasis kompetensi.
Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah kurikulum
berbasis kopetensi yang berpijak dalam konsep belajar tuntas. Pencapaian hasil
belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif
dilakukan melalui ulangan harian dan ujian dan aspek efektif dilakukan melalui
pengamatan pada lembar pengamatan dan kuesyoner, sedangkan aspek
psikomotorik dilakukan melalui ujian kurikulum atau menggunakan penilaian
ujuk kerja pada saat pembelajaran berlangsung.
5. METODE PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Metode pembelajaran menurutM. Ahmad Sabri (2007: 32) adalah
cara-cara atau teknik penyajian bahan pembelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat akan menyajikan bahan pembelajaran,
baik secara individual atau secara kelompok.
Metode adalah jalan menuju tujuan, M. Mahfud (1999: 59).
Metode harus menunjang tercapainya pembelajaran dengan demikian
guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan alat efektif untuk mencapai
tujuan pengajaran. Setiap metode memiliki metode masing-masing
baik kelebihan dan kekurangan. Winarno Surachmad mengatakan
bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu latar belakang anak didik, tujuan yang akan dicapai,
situasi yang ada, fasilitas yang tersedia dan kualitas guru.
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah srategi, metode
atau prinsisp pembelajaran. Istilah metode memiliki makna yang lebih
luas dari pada strategi metode atau prosedur. Metode pembelajaran
mempunyai empat cirri khusus yanh tidak dipunyai oleh strategi
metode tertentu yaitu :
1. Rasional teoris yang disusun oleh perancangnya.
2. Tujuan pembelajaran yan akan dicapai.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil.
4. Lingkungan belajar yang di lakukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Istilah mode belajar mengikuti pendekatan suatu model
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada metode
pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa
memecahkan suatu masalah yang sudah disepakati oleh siswa dan
guru. Ketika guru sedang menerapkan pembelajaran tersebut,
seringkali siswa menggunakan macam-macam ketrampilan, prosedur
pemecahan masalah berpikir kritis Model pemecahan masalah
dikuasai oleh metode belajar kontekstual. Pada metode ini
pemebelajaran dimulai dengan menyajikan suatu masalah nyata yang
menyelesaikannya membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa.
Dalam pembelajaran model ini guru memandu siswa menguraikan
rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, yaitu guru
memberi contoh mengenai penggunaan ketrampilan dan strategi yang
dibutuhkan agar tugas-tugas dapat diselesaikan. Guru menciptakan
suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan
oleh siswa.
Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajaran, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya.
Sebagai contoh sifat pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah
pemebelajaran langsung suatu pembelajaran yang baik untuk
membantu siswa memberi ketrampilan dasar atau topik-topik yang
banyak yang berkaitan dengan peggunaan alat.
Sintaks (pola urutan) dari suatu metode pembelajaran adalah pola
yang menggambarkan suatu urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang
pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukan dengan
jelas kegiatan-kegiatan yang harus dilakuan oleh guru atau siswa.
Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki
komponen yang sama. Contoh sikap model pembelajaran diawali
dengan menarik perhatian siswa dan motivasi siswa agar terlibat
dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri
dengan tahap penutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan
merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda, misalnya metode
pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan yang fleksibel
seperti tersedianya meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada
model-model seperti ini diskusi para siswa duduk dengan bangku
yang disusun melingkar atau tapal kuda, sedangkan metode
pembelajaran langsung siswa berhadap-hadapan dengan guru.
Dalam penjelasan Winarno Surahmad (2000: 78)Perlu diketahuai
bahwa tidak ada suatu metode pun yang dicapai dianggap paling baik
diantara metode-metode yang lain. Tiap metode memiliki karakteristik
tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok
bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk
situasi yang lain, demikian suatu metode yang dianggap baik untuk
suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu kadang-
kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru yang lain.
Adakalanya seseorang guru perlu menggunakan metode dalam
pengampaian suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasai beberapa
metode penyajian pengajaran menjadi lebih hidup, misalnya pada
awal pembelajaran guru memberikan uaraian dengan metode ceramah,
kemudian memeberikan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri
dengan diskusi atau Tanya jawab disini bukan hanya guru yang aktif
berbicara melainkan siswa juga dituntut untuk berpartisipasi.
B. Fungsi Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran dalam pembelajaran ditinjau
dari segi prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap
pembelajaran harus bertujuan, sehingga dalam proses pembelajaran
akan memerlukan cara dan teknik yang efektif yang
memungkinkan dapat tercapai tujuannya.
b. Sebagai gambaran aktifitas yang harus ditempuh oleh siswa dan
guru dalam kegiatan pembelajaran.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan alat penilaian
pembelajaran. Karakteristik pembelajaran dapat dijadikan
pertimbangan untuk penilaian.
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam
kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran
tesebut perlu diberikan bimbingan individu atau kelompok.
C. Model Pembelajaran Kartu Domino
Kartu domino ini bukanlah suatu kartu yang digunakan orang
untuk berjudi, melainkan suatu media pembelajaran yang bentuknya
dibuat seperti kartu domino untuk menarik minat siswa dalam
pembelajaran IPS.
Kartu domino merupakan suatu media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran IPS. Selain
itu kartu domino juga memungkinkan siswa untuk lebih kreatif dan
proses belajar mengajar menjadi menarik, siswa dapat berpikir kritis
dalam pemecahan masalah yang muncul.
Dengan model pembelajaran Kartu Domino diharapkan siswa lebih
semangat dan menyenangkan dalam menerima pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. http://citineu.blogspot.com/2010/04/penggunaan-
media-pembelajaran-kartu.html
Di dalam buku Paul Ginnis, (2008:115) model pembelajaran Kartu
Domino strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih
diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan itu, langkah langkah pembelajaran Kartu Domino :
1. Guru menjelaskan materi pembelajaran
2. Guru menyiapkan kartu, yag berukuran HVS, atau sesuai yang
diinginkan, masing-masing dibagi menjadi dua dengan garis seperti
kartu domino. Satu sisinya berisi pertanyaan, dan sisi lainnya berisi
jawaban. Pertanyaan dan jawaban pada tiap kartu tidak sesuai.
3. Kartu dibagikan, kepada siswa
4. Setiap orang dapat mulai membaca pertanyaanya. Seseorang di
ruangan memiliki jawabanya dia membacanya dan yang lain harus
menentukan apakah menurut mereka jawabannya benar salah dengan
mengangkat jari naik keatas, jika tidak seorang pun menawarkan, guru
menanya siapa yang mereka kira mungkin memiliki jawaban yang
benar, akibatnya, beberapa orang menawarkan jawaban dan kelas
berdebat mana yang benar.
5. Siapapun yang memiliki jawaban benar menanyakan pertanyaan di
kartunya dan seterusnya. Ketika para siswa telah memainkan Kartu
domino mereka tetap memutuskan apakah jawaban siswa lain benar
atau salah.
a. Sebagai ganti guru yang membuat kartu, siswa dapat bekerja dalam
kelompok untuk membuat satu set Kartu Domino. Set-set yang
berbeda digunakan dengan kelas dan waktu yang berbeda untuk
merevisi topik yang sama. Kegiatan ini memperkuat ide bahwa
materi harus dibuka lagi dan dibua lagi agar tertanam.
b. Perbolehkan siswa mencari jawaban dalam catatan atau buku teks
mereka gunakan ini untuk menstimulasi riset dan untuk mengaris
bawahi ide bahwa mereka harus mengulang pekerjaan agar
tertanam.
c. Kartu Domino dapat dimainkan dalam kelompok kecil. Jika
kelompok telah membuat kartu mereka sendiri, mereka saling
bertukar set kartu tersebut.
d. Pertanyaan dan jawaban gambar dapat digunakan, misalnya:
menamai bagian alat, menandai diagram, mengidentifikasi alat
yang tetap untuk tujuan tertentu, memilih tujuan dan prosedur yang
benar atau salah.
e. Di level lanjut, buat pertanyaan dan jawaban yang tidak begitu
jelas, gunakan sedikit saja nuansa sudut dan detailnya untuk
menguji kemampuan siswa untuk membedakan antara poin-poin
terkecil dalam materi tersebut.
1. Kelebihan Pembelajaran dengan Menggunakan Metode KartuDomino
a. Model ini berbeda dan menyenangkan, oleh karena itu materinya
diharapkan lebih mudah diingat.
b. Model ini menuntut siswa untuk berfikir, mengingat, memprediksi,
menghitung, mereka-reka.
c. Keguanan ini menuntut semua siswa di kelas ikut aktif . kegiatan ini
membantu siswa yang pemalu ikut serta secara terbuka.
d. Di level yang lebih lanjut, pertanyaanya dapat memiliki sudut tertentu
dan jawaban biasa mempunyai perbedaan kecil, memperkuat
kebutuhan untuk membaca dengan benar dan menjawab pertanyaan
dengan tepat. Ini adalah teknik ujian yang sangat penting.
2. Kelemahan pembelajaran dengan menggunakan model Kartu Domino
a. Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif.
b. Adanya siswa yang bergantung dengan siswa yang lain.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Nova Fitria Ningsih dalam penelitia yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS Sejarah dengan model
pembelajaran Snow Ball Throwing di SMP Negeri 09 Salatiga Semester 2
tahun pelajaran 2011-2012. Kesimpulan dari penelitia tersebut pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Snow Ball Trhowing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 73,7 menjadi 88,1
pada siklus II hal ini terbukti bahwa model pembelajaran snow ball trowing
pada pemelajaran IPS Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sehingga dapat mencapai KKM.
Perbedaan kesamaan skripsi Nova Fitria Ningsih dengan skripsi Retno
Susanti. Kesamaan : Sama-sama menggunakan lembar kertas kerja (kartu-
kartu). Perbedaan : Skripsi Nova Fitria Ningsih menggunakan metode
pembelajaran Snow Ball Trowing, lembar kertas kerja tidak ditulis soal dan
jawaban, penelitian dilakukan di SMP. Sedangkan skripsi Retno Susanti
sudah ditulis soal dan jawaban penelitian di lakukan di SMK, dengan
metode Kartu Domino.
2. Nova Fitriana Novitasari dalam penelitian yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Index Card Mach Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VII-E pada mata pelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri 09 Salatiga
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012. Kesimpulan dari penelitian tersebut
pembelajaran menggunakan Model pembelajaran Index Card Mach dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus pertama 88% menjadi 97%
prosentase kutuntasan. Perbedaan model pembelajaran Index Card Mach
dengan model pembelajaran Kartu Domino adalah kartu Index Card Mach
dilakukan di SMP, dalam pelaksanaannya menggunakan kartu-kartu soal
dan jawaban yang telah dibuat oleh guru, sedangkan model pembelajaran
Kartu Domino dilakukan di SMK dan kartu-kartu soal dan jawaban di buat
oleh siswa, perbedaan yang lainnya dalam skripsi Nova Fitriana Novitasari
dengan Retno Susanti yaitu skripsi Retno Susanti pembagian kartu yang
teratur, sedangkan skripsi Nova Fitria Novitasari pembagian kartu yang
tidak teratur,. Dari penelitian tersebut nampak bahwa ada relevansinya
dengan tema penelitian yang sedang diteliti. Sedangkan, kesamaan skripsi
Nova Fitriana Novitasari dengan skripsi Retno Susanti yaitu terdapat
kesamaan dalam menggunakan lembar kertas kerja atau kartu-kartu soal dan
jawaban.
C. KERANGKA BERFIKIR
Gambar 1. Kerangka Berfikir
KEADAAN
AWAL
PERLAKUAN KEADAAN
AKHIR
BELUM
MENGGUNAKAN
MODEL KARTU
DOMINO
RENDAHNYA
KUALITAS
HASIL BELAJAR
PEMBELAJARAN
MENGGUNAK
AN MODEL
KARTU
DOMINO
SIKLUS 1
PENJELASAN
MATERI, SISWA
DIBAGI MENJADI 5
SETIAP SISWA
MEMBUAT KARTU
DOMINO YANG
BERISI
PERTANYAAN
DAN JAWABAN
YANG BERBEDA
KUALITAS
HASIL
BELAJAR IPS
MENINGKAT
SIKLUS 2
SISWA DIBERI
MATERI
MEMBENTUK
KELOMPOK
KECIL SETIAP
KELOMPOK
TERDIRI 2
ORANG DAN
MEMBAGI
KARTU DOMINO.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Hasil
belajar siswa kelas X-B program Akuntansi SMK PGRI 2 Salatiga
semesret 2 tahun ajaran 2011/2012 dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan model pembelajaran kartu
Domino.