BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Bolabasket - Portal...
-
Upload
truongthuan -
Category
Documents
-
view
221 -
download
2
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Bolabasket - Portal...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bolabasket
a. Pengertian Bolabasket
Bolabasket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim
beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak
point dengan memasukan bola kedalam keranjang lawan.
Permainan bolabasket diciptakan oleh James A. Naismith pada tahun
1891 di YMCA (Young Man Christian Association) Massachusset, Amerika
Serikat. Permainan bola basket awalnya sangat sederhana dan di lakukan
untuk mengisi kekosongan waktu istirahat para prajurit Amerika Serikat.
Permainan bola basket di bawa ke Indonesia oleh seorang bangsa Belanda
yang bernama Tonny When Dai Wimlatumenten tahun 1948.
Permainan bola basket dikenal sebagai olahraga yang dinamis dan
aktraktif, karena menuntut suatu kombinasi kemampuan fisik dan
keterampilan fisik yang berkualitas. Dilihat dari karakteristik permainan bola
basket merupakan jenis olahraga yang menuntut para atletnya menguasai
teknik dan memiliki kondisi fisik yang baik tanpa mengabaikan aspek teknik
dan mental. (R Arnot and C Gaines. 2001.)
Dewasa ini, bolabasket menjadi olahraga yang berkembang paling pesat
didunia. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut : bolabasket adalah
olahraga tontonan terkenal khususnya di TV. Jenis olahraga ini melibatkan
banyak orang. Walaupun bolabasket ditemukan sebagai olahraga dalam
ruangan (indoor sport), namun sekarang dimainkan baik didalam maupun
diluar ruangan pada semua musim. Bolabasket adalah olahraga untuk semua
orang. Walaupun bolabasket adalah olahraga anak muda dengan pemain
terbanyak pria remaja namun bolabasket bolabasket dimainkan oleh baik
pria atau wanita dari segala usia dan ukuran tubuh termasuk bahkan oleh
mereka yang cacat, termasuk yang duduk diatas kursi roda.
8
Permainan bolabasket dimainkan oleh dua regu, masing-masing terdiri
dari 5 orang pemain. Wasit yang memimpin terdiri dari 3 orang yang
senantiasa berganti posisi. Waktu bermain yang resmi kompetisi bolabasket
di Indonesia 4 x 10 menit, yang terdiri dari 4 quarter tidak termasuk masa
istirahat 10 menit, time out, dan saat pergantian pemain dan atau peluit
dibunyikan wasit karena bola keluar lapangan atau terjadi pelanggaran/
kesalahan seperti foul dan traveling.
b. Teknik Dasar Bolabasket
Teknik dasar bolabasket yang harus dikuasai antara lain cara
mengumpan (passing), menggiring bola (dribble) dan menembak (shooting).
(Vic Amber, 2006). Permainan bola basket telah banyak mengalami
perubahan hingga seperti sekarang ini.Ciri bolabasket modern adalah : body
contact, dinamis, team work. Bentuk teknik dasar bolabasket (Mick
Donovan. 2010) :
1) Mengumpan (Passing)
Passing berarti mengoper, sedangkan catching artinya menangkap.
Setiap pemula harus belajar mengenai cara mengoper dan menangkap
bola dengan temannya. Kemampuan mengoper dan menangkap harus
sama baiknya, tidak boleh hanya mahir sebagian. Dalam passing terdapat
beberapa teknik antara lain :
a) Chest pass (operan setinggi dada)
Operan ini dimulai dari memegang bola di depan dada, kemudian
bola dilempar lurus dengan telapak tangan ke arah luar.
Gambar 2.1 Chest Pass
(http://www.tutorialbolabasket.com)
9
b) Bounce pass (operan pantul)
Sama dengan chest pass, bedanya hanya lemparan diarahkan ke
lantai, usahakan titik pantulnya berada di 3/4 jarak dari pengoper
bola.
Gambar 2.2 Bounce Pass
(http://www.tutorialbolabasket.com)
c) Overhead pass (operan diatas kepala)
Operan dilakukan dengan kedua tangan berada di atas.Penerima
bola juga menangkap dengan posisi tangan di atas.
Gambar 2.3 Overhead Pass
(http://www.tutorialbolabasket.com)
d) Baseball pass
Operan ini dilakukan di atas/belakang kepala, bertujuan agar
passing melambung dan melewati lawan.Operan jarak jauh yang
dilakukan biasanya lebih dari setengah panjang lapangan.Operan ini
tidak terlalu akurat namun berguna pada fast break.
10
Gambar 2.4 Baseball Pass
(http://www.tutorialbolabasket.com)
e) Behind the back pass
Teknik gerakan behind the back pass merupakan gerakan yang
rumit untuk para pemula. Butuh latihan tekun dan berulang-ulang
untuk bisa melakukan gerakan ini dengan baik dan benar.Operan ini
sekarang sudah menjadi senjata menyerang yang umum.Keunggulan
umpan ini yaitu lawan tidak mengetahui sasaran yang ingin dituju.
Gambar 2.5 Behind The Back Pass
(http://www.tutorialbolabasket.com)
2) Menggiring bola (Dribble)
Prinsip dalam mengajarkan teknik dribble antara lain : kontrol pada
jari-jari tangan, mempertahankan tubuh tetap rendah, kepala tegak,
melatih kedua tangan agar sama-sama memiliki dribble yang bagus dan
lindungi bola (protect the ball). Macam-Macam Dribble yaitu
a) Control dribble
Dalam permainan bola basket, control dribble digunakan apabila
dijaga ketat dan bola harus tetap dijaga ketat dan dilindungi, agar
11
boal tidak berpindah ke tangan lawan. Keseimbangan dalam control
dribble merupakan dasar pengendali dalam mendribble bola dan
berguna untuk memudahkan tiga hal yaitu: menembak, mengoper
dan menggiring bola.
Dalam mendribble bola jangan lebih tinggi dari lutut dan dekat
dengan tubuh saat mengontrol bola, karena hal ini dapat menganggu
keseimbangan tubuh. Tempatkan tangan yang bebas dalam posisis
melindungi bola.
b) Speed dribble
Dalam permainan bola basket, kecepatan mendribble amat
berguna terutama ketika dijaga ketat dan bola harus dibawa dengan
cepat ke lapangan yang kosong. Untuk kecepatan mendribble bola,
maka dilakukan dengan mendribble tinggi yaitu setinggi pinggang,
angkat kepala dan lihat ke depan atau ke sisi keranjang sehingga
dapat melihat ke seluruh lapangan. Mendribble sebaiknya denagn
menggunakan bantalan jari, dengan control pada ujung jari.
c) Foot fire dribble
Foot fire dribble adalah metode berhenti sementara sambil
menjaga dribble tidak mati, ketika mendekati lawan dalam permainan
terbuka. Dribble ini sering digunakan pemain, terutama pada akhir
fast break yang memungkinkan mendapat keseimbangan dan dapat
membaca posisi pemain lawan. Ada tiga keuntungan dalam
melakukan foot fire dribble yaitu : untuk melakukan tembakan, untuk
melakukan operan dan untuk bergerak ketika mendribble bola.
Untuk mengeksekusi gerakan foot fire harus dilakukan dengan
cepat mengubah kecepatan mendribble, kemudian berhenti dengan
tetap mendribble bola. Dribble foot fire biasanya dilakukan di tempat
menghadap ke ring basket dengan kaki direntangkan selebar bahu
dan pandangan ke depan. Efektifitas gerakan foot fire didapat dari
keseimbangan dan kontrol yang prima, prediksi posisi lawan dan
pembuatan gerak tipuan sebelum gerakan selanjutnya untuk
menembak, mengoper atau membawa bola.
12
d) Retreat dribble
Dalam permainan bola basket dribble mundur dilakukan untuk
mengatasi masalah ketika mendapat tekanan dari lawan. Hal ini
biasanya dikombinasikan dengan gerakan merubah arah dari depan.
Dengan gerakan mundur dahulu ke belakang sambil tetap
mendribble, Maka dapat memperpendek jarak untuk menghindari
jebakan. Untuk melakukan retreat dribble gunakan langkah mundur
yang pendek dan cepat sementara mendribble ke belakang Ketika
melakukan retreat dribble lindungi bola dan jaga keseimbangan,
denagan cara ini bisa mengontrol perubahan arah dribble dan dapat
melewati lawan dengan mendribble cepat.
e) Crossover dribble
Dalam permainan bola basket gerakan crossover dribble ini
penting dalam menyelusuri lapangan derngan gerak cepat, untuk
mulai menjangkau keranjang dan menciptakan pembukaan untuk
membuka peluang untuk menembak. Keefektifan dalam mendribble
cara ini adalah didasarkan pada ketajaman perubahan dribble dari
satu arah ke arah yang lain. Untuk melakukan dribble menyilang
dengan cara silangkan bola di depan pada sudut belakang, putar
dribble dari satu tangan ke tangan yang lain. Crossover dribble
sebaikmya dilakukan dengan bola rendah setinggi sebatas lutut atau
lebih rendah dari Control dribble. Ketika merubah arah, angkat
tangan yang tidak mendribble dan ubah posisi kaki dan badan untuk
melindungi. Dalam gerakan ini diusahakan jangan melihat bola, hal
ini dilakukan agar lawan tidak dapat kesempatan untuk melakukan
gerakan yang sama.
f) Reverse Dribble
Dalam permainan bola basket, gerakan dribble berbalik
digunakan untuk mempertahankan posisi badan antara bola dan
lawan guna melindungi bola ketika merubah arah. Gerakan reverse
dribble dapat digunakan untuk menyerang dan mematahkan
permainan lawan yang kuat.
13
g) Behind – The Back Dribble
Dalam permainan bola basket dribble belakang digunakan untuk
mengatasi lawan yang menjaga atau yang menghalangi di muka.
Dribble ini harus dapat menjaga tubuh tetap berada di antara bola dan
penjaga sebagai perlindungan ketika berganti arah. Walaupun
gerakan mendribble belakang cukup susah, tapi manfaatnya cukup
besar dibandingkan dengan mendribble dengan perubahan dan
mendribble berputar. Dribble belakang ini lebih baik karena dapat
menjaga posisi antara bola dan penjaga musuh, disamping itu dribble
ini memudahkan untuk berganti arah tanpa pindah perhatian.
Gambar 2.6 Dribble
(http://www.tutorialbolabasket.com)
3) Menembak (Shooting)
Shooting (menembak bola ke arah keranjang) teknik shooting bola
basket yaitu:
a) kaki diregangkan sejajar bahu (boleh salah satu kaki agak maju ke
depan) dan lutut di tekuk.
b) pegang bola dengan tangan kanan sebagai pusat power untuk
menshoot, tangan kiri untuk menahan dan mengarahkan bola ke ring.
c) posisikan bola dengan keadaan di atas tepat di tengah-tengah kepala.
d) pandangan fokus ke ring.
e) shoot bola dengan meluruskan/menghentakkan tangan kanan untuk
mendorong bola dan bantuan lutut untuk power.
f) terjadi follow throw/ gerakan lanjutan dengan lecutan saat akhir
menshoot bola.
14
g) power di atur sesuai jarak tembakan,
macam-macam shooting:
a) Set shoot
Tembakan ini jarang dilakukan pada permainan biasa. Karena
jika penembak tidak melompat, maka tembakannya akan mudah
dihalangi. Umumnya tembakan ini dilakukan saat lemparan bebas
atau bila memungkinkan untuk menembak tanpa rintangan (free
throw).
b) Lay-up shoot
Lay-up dilakukan di akhir dribble. Pada jarak beberapa
langkah dari ring, penggiring bola secara serentak mengangkat
tangan dan lutut ke atas ketika melompat ke arah keranjang.
c) Jump shoot
Tembakan ini sering dilakukan saat pemain menyerang tidak
bisa mendekati keranjang.Tembakan ini sangat sulit dihalangi
karena dilakukan pada titik tertinggi lompatan vertical penembak.
d) Underhand shoot
Tembakan ini adalah jenis tembakan lay-up ketika penembak
melompat kea rah keranjang, mengangkat tangan ke atas untuk
menjauhkanbola dari jangkauan pemain bertahan.
Gambar 2.7 Shooting
(http://www.tutorialbolabasket.com)
15
4) Cara berputar (Pivot)
Pivot adalah gerakan memutar badan dengan menggunakan salah
satu kaki sebagai poros putaran (setelah kita menerima bola). Ada tiga
alternatif gerakan yang bisa dilakukan:
a) Pivot kemudian dribble (membawa bola)
b) Pivot kemudian passing (melempar bola)
c) Pivot kemudian shooting (menembakan bola)
5) Jump stop
Jump stop merupakan sebuah gerak berhenti terkendali dan dengan
menggunakan dua kaki. Jump stop bisa digunakan pemain penyerang
untuk memantapkan kaki yang akan dipakai untuk pivot (poros),
menghindari traveling, dan mempertahankan keseimbangan tubuh
dengan baik.
6) Rebound
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat rebound yaitu make
contact, box out, dan jump to the ball. Dalam era basket modern
sekarang ini diperlukan gerakan rebound dalam suatu pertandingan.
Apabila sebuah tim tidak mempunyai keinginan untuk melakukan
defensive rebound maupun offensive rebound, dapat dipastikan tim itu
akan kehilangan banyak kesempatan kedua untuk melakukan score pada
saat pertandingan.
2. Posisi Pemain Dalam Bolabasket
a) Pengertian Posisi Pemain
Dalam permainan bola basket, terdapat 5 posisi utama pemain, yaitu
center (5 - C), power forward (4 - PF), small forward (3 - SF), shooting
guard (2 - SG), dan point guard (1 - PG) dan biasa juga disebut small man
dan big man. Dimana small man terdiri dari (point guard, shooting guard
dan small forward) dan big man terdiri dari (power forward dan center).
Pemain tengah (center) biasanya ditempati oleh pemain yang bertubuh
paling tinggi dalam tim. Pada saat menyerang, Center bertugas menerima
bola dan menembakkannya ke ring, sedangkan pada saat bertahan, pemain
16
ini menjadi pertahanan terakhir. Power forward juga biasanya juga ditempati
oleh pemain bertubuh tinggi karena bertugas sebagai penangkap bola pantul
yang gagal masuk ke dalam ring (rebound), terutama saat bertahan. Dalam
posisi menyerang, seorang PF diharapkan menangkap bola rebound dan
segera menembakkannya kembali ke dalam ring. Small forward, umumnya
diisi oleh pemain yang agresif dalam melakukan serangan ke daerah musuh
dan juga memiliki tembakan yang konsisten dari bagian luar garis tembakan
bebas. Shooting guard umumnya diisi oleh pemain dengan kemampuan
bertahan dan mencuri bola yang baik. Dalam posisi menyerang, SG berperan
sebagai pemegang bola kedua dan juga menembakkan lemparan tiga angka.
Point guard adalah pemimpin penyerangan yang biasanya memiliki umpan
(passing) dan dribble.
b) Macam-macam Posisi Pemain
1) Point Guard
Point guard adalah salah satu posisi standar dalam permainan bola
basket. Biasanya, pemain yang mengisi posisi ini memiliki tubuh yang
paling pendek di dalam tim. Kemampuan seorang point guard akan lebih
banyak diukur berdasarkan jumlah assist (umpan yang menghasilkan
poin) daripada jumlah angka yang dapat dibuat. Tugas utama seorang
point guard adalah mengatur serangan tim dengan mengontrol bola dan
mengoperkannya ke pemain yang tepat di saat yang tepat untuk
mencetak skor. Ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang point guard, yaitu kemampuan memimpin, berkomunikasi,
membaca situasi pertandingan, menghadapi tekanan sistem pertahanan
penuh (full court press), dan mengontrol permainan. Secara teknik, point
guard biasanya memiliki memiliki kecepatan tinggi, mengolah dan
mengoper bola dengan baik, serta dapat menembak dari jarak jauh.
Dalam keadaan bertahan, point guard berperan sebagai lapisan
pertahanan pertama yang biasanya menjaga lawan yang menjadi
pemegang bola pertama. Selain itu, pemain pada posisi ini juga
17
diharapkan banyak mencuri bola dari lawan saat berada dalam
pertahanan.
2) Shooting Guard
Shooting guard (disebut juga off-guard atau two-guard) adalah salah
satu posisi standar dalam permainan bola basket. Pemain yang mengisi
posisi ini biasanya merupakan penembak terbaik di dalam tim. Shooting
guard diharapkan memiliki kemampuan bola yang baik karena mereka
dapat bertugas membantu dan menggantikan point guard saat sedang
menyerang ke ring lawan. Umumnya, shooting guard merupakan
penembak yang baik dari garis perimeter (daerah sekitar batas garis tiga
angka).
Pemain yang ditugaskan dalam posisi shooting guard biasanya
berpostur lebih tinggi daripada point guard, namun lebih pendek
daripada pemain forward dan center. Tinggi seorang shooting guard,
umumnya berkisar antara 1.91 meter hingga 2.01 meter. Beberapa tim
menjadikan shooting guard berperan sekaligus sebagai pembawa bola
sehingga pemain dalam posisi ini disebut sebagai combo guard. Seorang
shooting guard harus mampu menembak dari berbagai posisi di dalam
lapangan dan memiliki gerakan yang kreatif sehingga sulit dijaga dalam
pertandingan.
3) Small Forward
Small forward adalah salah satu posisi dalam permainan bola basket
yang membutuhkan pemain dengan berbagai variasi kemampuan. Tinggi
badan seorang small forward berkisar antara 6.4-6.8 kaki untuk pemain
pria dan 5.11-6.3 kaki untuk pemain wanita. Biasanya, small forward
diisi dengan pemain yang memiliki kemampuan satu-lawan-satu (one-
on-one) terbaik di tim. Posisi ini harus bermain agresif dan kuat, mampu
membawa (dribble) bola dengan lincah, dan mencetak skor dengan baik.
Dalam mencetak skor, small forward biasanya mahir dalam menembak
dari luar garis tiga angka (perimeter) maupun dari bagian dalam ring
dengan berbagai variasi permainan. Seorang small forward akan
18
menolong dan mengambil peran point guard yang berada dalam tekanan
pertahanan lawan.
Dalam keadaan bertahan, small forward harus mampu menjaga lawan
yang bermain pada posisi 2 atau 3, baik lawannya memiliki postur tubuh
lebih tinggi atau lebih pendek. Selain membutuhkan stamina yang kuat
dan kecepatan yang tinggi, bermain sebagai small forward juga dituntut
melakukan rebound, terutama saat berada dalam posisi bertahan.
4) Power Forward
Power forward (strong forward atau big forward) adalah posisi
dalam permainan bola basket yang diisi oleh salah satu pemain berpostur
tinggi dan kuat. Salah satu tugas utama power forward adalah
menangkap bola yang memantul dari ring (rebound) baik dalam keadaan
bertahan maupun menyerang. Dibandingkan dengan small forward,
posisi ini akan banyak bergerak di dekat (bawah) ring untuk menembak
dari jarak dekat atau memaksa lawan membuat pelanggaran (foul) atas
dirinya. Pemain yang menempati posisi ini sering kali berganti peran
dengan pemain tengah (center). Dulunya, memang tidak banyak
perbedaan antara power forward dan center, namun seiring
perkembangan olahraga basket, power forward bermain dan bergerak
lebih jauh dari bawah ring.
Di kompetisi NBA, seorang power forward umumnya memiliki
tinggi 6.7 - 7 kaki dan berat 240-260 pon. Dalam posisi bertahan, power
forward akan menghalangi lawan yang sedang menjaga center sehingga
center dapat mencetak skor dengan leluasa.
5) Center
Pemain tengah (bahasa Inggris: center big man) dalam permainan
basket adalah pemain dengan tubuh terbesar atau tertinggi di tim yang
mengambil posisi di area garis tembakan bebas (free-throw line). Salah
satu kemampuan utama yang harus dimiliki seorang pemain tengah
adalah memanfaatkan punggungnya untuk menghalangi lawan dan
menangkap bola pantul yang tidak masuk ke ring (rebound). Kelebihan
dari seorang pemain tengah yang berpostur tinggi adalah menyulitkan
19
lawan dalam mencetak skor dari dekat ring. Pemain tengah akan banyak
melakukan tembakan dari daerah dekat ring dan hal ini biasanya
menghasilkan banyak pelanggaran dari lawan yang mencoba
menghalangi. Oleh karena itu, pemain tengah sering mendapat
kesempatan melakukan lemparan bebas. Suatu tim yang baik harus
mengatur permainan supaya bola basket dapat dioper ke pemain tengah.
Hal ini dikarena, tembakan yang berasal dari jarak dekat memiliki
persentase keberhasilan yang cukup tinggi dibandingkan tembakan dari
luar jarak 10 kaki. Selain mencetak skor, kemampuan lain yang harus
dikuasai oleh pemain tengah adalah melakukan blok atau menghalangi
tembakan lawan (blocked-shot).
3. Latihan
a. Definisi Latihan
Latihan adalah proses yang harus dilakukan dan dijalani untuk mencapai
suatu prestasi. Menurut Harsono (1988:102) :
“Latihan adalah proses sistematis dari berlatih atau bekerja, yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari, kian menambah
beban latihan atau pekerjaan.”
Menurut Bompa, T.O (1990:2) :
“Latihan merupakan suatu aktifitas olahraga yang sistematik dalam
waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual, yang
mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologi manusia untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan.”
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah
suatu proses kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis,
bertahap dan berulang-ulang, dengan waktu yang relaktif lama, untuk
mencapai tujuan akhir dari suatu penampilan yaitu peningkatan prestasi yang
optimal. Agar latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program/
bentuk latihan disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar
individu, dengan memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-
azas pelatihan. Sistematis berarti, menurut jadwal dan menurut pola sistem
tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari
sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang maksudnya adalah gerakan-
20
gerakan yang sukar dilakukan mejadi semakin mudah dan reflektif
pelaksanaannya. Beban makin bertambah maksudnya adalah setiap kali,
secara periodik setelah tiba saatnya maka beban ditambah demi
meningkatkan perubahan-perubahan dan tercapainya prestasi.
b. Prinsip-Prinsip Latihan
Agar dapat mencapai hasil yang diharapkan, prinsip latihan dikemukakan
secara tidak seragam oleh beberapa tulisan dalam buku yang berbeda, namun
secara keseluruhan memuat konsep yang senada. Menurut Bompa (1990)
mengemukakan secara panjang lebar tentang prinsip latihan yang meliputi;
prinsip partisipasi aktif, prinsip pengembangan menyeluruh, prinsip
spesialisasi, prinsip individulisasi, prinsip variasi latihan, prinsip model
latihan dan prinsip peningkatan beban lebih. Pyke F.S. Robert, A.D.,
Woodman, L.R., Telford, R.R & Jarver, J. (2001:115-121) mengemukakan
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan sebagai
berikut, (1) prinsip beban lebih, (2) prinsip pemulihan, (3) prinsip kembali
asal (reversibility), (4) prinsip kekhususan dan (5) prinsip individualitis.
Latihan olahraga yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang optimal jika
dilakukan dengan prinsip latihan yang benar. Prinsip-prinsip latihan tersebut
diuraikan sebagai berikut :
1) Prinsip Beban Lebih (Overload Principle)
Prinsip beban lebih (overload principle) adalah konsep dasar pada
kepelatihan olahraga. Ini berarti bahwa dalam rangka meingkatkan, atlet
harus bekerja lebih keras karena mereka tubuh mereka menyesuaikan diri
dengan latihan yang ada. Overloading juga memainkan peran dalam
pembelajaran keterampilan.
Latihan haruslah diberikan berdasarkan prinsip overload. Prinsip
overload tersebut menjamin beban makin meningkat, yang diberikan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Seperti dikemukakan
Tangkudung, J. (2006:57) bahwa, ”Hanya melalui proses
overload/pembebanan yang selalu meningkat secara bertahap yang akan
menghasilkan overkompensasi dalam kemampuan biologis, dan keadaan
21
itu merupakan prasyarat untuk peningkatan prestasi”. Kemampuan
seseorang dapat meningkat jika mendapatkan beban latihan lebih berat
dari beban yang diterima sebelumnya secara teratur dan kontinyu.
Dengan beban berlebih, memaksa otot untuk berkontraksi secara
maksimal, sehingga merangsang adaptasi fisiologis yang akan
mengembangkan kekuatan dan daya tahan (Bompa, T.O., 1990:29).
Pencapaian beban latihan harus melampaui sedikit di atas batas
ambang rangsang. Beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak
mampu diadaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan
harus memenuhi prinsip moderat. Peningkatan beban dilakukan secara
progresif. Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang
dilakukan dengan menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur
dan bertahap sedikit demi sedikit. Melalui latihan yang berulang-ulang
yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu, serta adanya
peningkatan beban secara progresif, maka adaptasi tubuh terhadap
training bersifat kronis. Tubuh beradaptasi terhadap sesuatu yang
dilatihkan perlahan-lahan, sesuai dengan peningkatan bebannya yang
dilakukan secara bertahap. "Adaptasi tubuh terhadap training (latihan)
bersifat menyeluruh yang menyangkut aspek anatomis, fisiologis,
biokimia dan psikologis" (Bompa, T.O., 1990:77).
Pencapaian beban latihan harus melampaui sedikit di atas batas
ambang rangsang. Beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak
mampu diadaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan
harus memenuhi prinsip moderat. Pembebanan harus dilakukan secara
progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan yang terjadi pada
olahragawan. Apabila tubuh sudah mampu mengadaptasi beban latihan
yang diberikan, maka beban berikutnya harus ditingkatkan secara
bertahap. Untuk itu tingkat penambahan beban latihan berkaitan dengan
frekuensi, intensitas, dan durasi. Penambahan frekuensi dapat dilakukan
dengan cara menambah sesi latihan. Untuk intensitas latihan dapat
22
dengan cara meningkatkan kualitas pembebanannya. Sedang durasi dapat
dilakukan dengan cara menambah jam latihan atau bila jam latihan tetap
dapat dengan cara memperpendek waktu recovery dan interval, sehingga
kualitas latihan menjadi naik.
2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh
Perkembangan menyeluruh merupakan dasar (pondasi) bagi
pelaksanaan program latihan setiap cabang olahraga. Pada pelatihan
olahraga, pembangunan multilateral, atau pengembangan fisik secara
keseluruhan, merupakan suatu keharusan. Penggunaan rencana
pembangunan multilateral sangat penting selama tahap awal
pengembangan atlet. Pembangunan multilateral meletakkan dasar untuk
periode selanjutnya dari pelatihan ketika spesialisasi menjadi focus yang
lebih besar dari rencana pelatihan. Jika diterapkan dengan benar, tahap
pelatihan multilateral akan memungkinkan atlet untuk mengembangkan
dasar fisiologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk memaksimalkan
kinerja kemudian karirnya (Katch Mc. Ardle, 2012).
Perkembangan menyeluruh berkaitan erat dengan kesiapan kondisi
secaraanatomis dan fisiologis untuk melakukan latihan secara specifik.
Secara fungsional, spesialisasi dan kesempurnaan penguasaan suatu
cabang olahraga didasarkan pada perkembangan multilateral ini".
Dengan demikian perkembangan menyeluruh harus diberikan kepada
atlet-atlet muda sebelum memilih spesialisasi dan dalam cabang olahraga
tertentu dan mencapai prestasi puncak.
Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa
selalu ada interdepensi (saling ketergantungan) antara semua organ dan
sistem tubuh manusia, antara komponen-komponen biomotorik, dan
antara proses-proses faal dengan psikologis”. Kondisi fisik atlet
merupakan satu kesatuan utuh dari berbagai komponen-komponen yang
ada.
Pada akhirnya tujuan latihan adalah kemampuan yang bersifat khusus
sesuai olahraga yang dikembangkan, namun kemampuan yang bersifat
khusus tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik yang baik
23
secara menyeluruh. Sebelum diberikan latihan secara khusus, unsur
kondisi fisik atlet secara menyeluruh harus dikembangkan.
Perkembangan menyeluruh (multilateral) merupakan dasar bagi periode
specialisasi pada siklus latihan tahunan. Perkembangan menyeluruh
(multilateral) juga merupakan dasar pelatihan atlet jangka panjang.
Perkembangan menyeluruh sebagai dasar atlet sebelum menginjak
latihan specialisasi cabang olahraga. Gambaran perkembangan
menyeluruh pada pengembangan atlet ke arah prestasi puncak sebagai
berikut: Dasar multilateral memberikan pembangunan fisik luas yang
diperlukan untuk mempersiapkan atlet untuk pelatihan yang lebih khusus
kemudian dalam perkembangannya. Jika pelatihan diurutkan dengan
tepat dan dimulai dengan fondasi yang kuat dari pelatihan multilateral
awal dalam pengembangan atlet, atlet akan dapat mencapai tingkat yang
jauh lebih tinggi dari persiapan fisik dan penguasaan teknis dan pada
akhirnya akan mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi
3) Prinsip Kekhususan (Spesialisasi)
Prinsip kekhususan dapat juga disebut specificity principle. Pengaruh
yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan
karakteristik kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan
selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu
hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar aktivitas latihan itu mempunyai
pengaruh yang baik, latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, sesuai
dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan dikembangkan.
Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan
dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Bompa, T.O. (1990:34)
bahwa, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam spesialisasi yaitu "(1)
melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang
olahraga. dan (2) melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan
biomotorik khusus dalam olahraga". Soekarman (1987:60)
mengemukakan bahwa, "latihan itu harus khusus untuk meningkatkan
24
kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang
bersangkutan".
Prinsip kekhususan menegaskan bahwa cara terbaik untuk
mengembangkan kebugaran fisik untuk olahraga adalah untuk melatih
sistem energi dan otot sedekat mungkin dengan cara yang digunakan
dalam olahraga yang ditekuni. Cara terbaik untuk melatih untuk berlari
adalah lari, untuk berenang adalah dengan renang, dan angkat besi adalah
untuk mengangkat beban. Dalam olahraga, program pelatihan tidak
hanya membebani sistem energi dan otot yang digunakan dalam olahraga
itu, tetapi juga harus menduplikasi pola gerakan serupa (Martens, R.
2012).
Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan
dengan tujuan yang akan dicapai. Kekhususan tersebut yaitu menyangkut
sistem energi serta pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan
nomor olahraga yang dikembangkan. Bentuk latihan-latihan yang
dilakukan harus bersifat khas sesuai cabang olahraga tersebut. Baik pola
gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus
disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.
4) Prinsip Pemulihan (Recovery)
Prinsip pemulihan sering juga disebut prinsip interval. Pemulihan
diperlukan setelah melakukan kerja dengan intensitas tinggi selama
latihan. Dalam suatu latihan tubuh harus mendapat pulih asal yang
cukup. Dengan pulih asal yang cukup, tubuh akan siap kembali untuk
melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Pemulihan sangat penting
dan harus diperhatihan pada saat latihan. Istirahat diperlukan agar tubuh
untuk pulih dari pelatihan dan memungkinkan adaptasi berlangsung
(http://www.brianmac.co.uk/trnprin.htm).
Masa pemulihan setelah latihan (exercise) merupakan suatu masa
transisi dari tahap katabolik akut yang terjadi selama kerja (latihan) ke
tahap anabolic (Foss, M.L. & Keteyian, S.J. , 1998:48). Pemulihan pada
periode istirahat meliputi pemulihan oksigen dan pemulihan energi.
Pemulihan oksigen dan pemulihan energi berlangsung secara serempak
25
dan tidak dapat dipisahkan. Selama periode interval kerja pada latihan
interval anaerob terjadi pengurasan energi ATP dan PC untuk kerja otot,
sehingga terjadi hutang oksigen (oksigen debt) dan hutang alactacid
(alactacid debt). (Christos Galazoulas. 2007). Setelah latihan dengan
intensitas tinggi pada durasi waktu yang lebih lama, akan menimbulkan
akumulasi LA di dalam darah dan otot. Pada aktivitas seperti akan terjadi
hutang lactacid (lactacid debt). Pada periode istirahat atau pemulihan,
kekurangan oksigen dan pengurasan energi di otot harus segera diisi
kembali.
5) Prinsip Kembali Asal (Reversibility)
Prinsip berkebalikan (reversibility), artinya bila olahragawan berhenti
dari latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama, maka
kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi secara
otomatis. Ketika pelatihan berhenti efek pelatihan juga akan berhenti.
Secara bertahap mengurangi kira-kira sepertiga dari tingkat perolehan
(http://www.brianmac.co.uk/trnprin.htm).
Proses adaptasi yang terjadi sebagai hasil latihan akan menurun
bahkan hilang bila tidak dipraktikkan dan dipelihara melalui latihan yang
kontinyu. Dengan demikian wajar jika ada olahragawan yang mengalami
cidera sehingga tidak dapat latihan secara kontinyu akan rnenurun
prestasi dan kemampuannya. Keadaan ini harus disadari oleh para pelatih
dan olahragawan, sehingga jangan memaksakan untuk bertanding tanpa
persiapan kepada olahragawan yang lama tidak menjalankan latihan.
Kemampuan fisik seseorang tidak menetap, tetapi dapat berubah
sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan
latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik,
sebaliknya ketidakaktifan atau tanpa latihan menyebabkan kemunduran
kemampuan fisik. Menurut Soekarman (2000:60) bahwa, setiap hasil
latihan kalau tidak dipelihara akan kembali ke keadaan semula.
Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik harus secara teratur dan kontinyu.
Latihan fisik yang dilakukan seseorang harus dilakukan secara teratur
26
dan kontinyu. Prinsip keteraturan dan kontinyuitas latihan harus
dipegang teguh oleh atlet maupun pelatih.
6) Prinsip Individual
Latihan merupakan masalah yang bersifat individual bagi setiap atlet.
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi
individu atlet. Faktorfaktor karakteristik individu atlet harus
dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan latihan. (Pate, R.,
Clenaghan, M.B. & Rotella, R. 2002:318) manyatakan bahwa, “Faktor
umur, seks (jenis kelamin), kematangan, tingkat kebugaran saat itu, lama
berlatih, ukuran tubuh, bentuk tubuh dan sifat-sifat psikologis harus
menjadi bahan pertimbangan bagi pelatih dalam merancang peraturan
latihan bagi tiap olahragawan”.
Setiap atlet akan memberikan reaksi atau respon yang berbeda-beda
terhadap beban latihan yang sama yang diberikan. Penyusunan program
latihan harus dirancang dan dilaksanakan secara individual, agar latihan
tersebut menghasilkan peningkatan prestasi yang cukup baik. Sangat
bijaksana jika pelatih memberikan latihan kepada atletnya secara
individu.
4. Latihan Agility Drill
a) Pengertian Latihan Agility
Latihan agility drill adalah latihan yang dirancang untuk meningkatkan
agility seseorang. Latihan agility juga tidak terlepas dari faktor faktor lain
misalnya kecepatan, kekuatan otot, kecepatan reaksi, keseimbangan,
fleksibilitas, dan koordinasi neuromuskular.
Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan agility. Latihan agility
dilakukan sebelum seseorang mengalami kelelahan, karena jika sudah terjadi
kelelahan otot dapat mempengaruhi kecepatan larinya, dan latihan tersebut
sudah tidak sah (valid) lagi untuk digunakan sebagai latihan agility.
27
b) Prinsip-Prinsip Latihan Agility
Latihan agility dan kecepatan memiliki prinsip pengembangan sebagai
berikut:
1) Kualitas di atas Kuantitas: volume latihan rendah, durasi istirahat yang
lama untuk menjaga kualitas latihan yang tinggi.
2) Teknik yang baik setiap saat: teknik yang tidak baik akan mempengaruhi
kualitas latihan dan akan mengakibatkan cidera.
3) Pengembangan kecepatan dan Kelincahan Khusus: latihan harus
disesuaikan dengan gerakan di cabang olahraganya, misalkan latihan di
sepakbola lebih baik menggunakan bola.
4) Membangun Karakteristik Pendukung: kecepatan dan kelincahan
ditunjang faktor-faktor terkait, seperti kekuatan, teknik, dan lain lain.
5) Pemberian Umpan Balik (feed back): Pemberian feedback sangat
dibutuhkan saat latihan kecepatan, untuk memperbaiki kesalahan teknik
yang akan menghindari cidera.
6) Motivasi : Latihan kecepatan dan kelincahan membutuhkan motivasi
yang tinggi untuk menjamin kualitas latihan.
Dalam permainan permainan bola basket, latihan agility menggunakan
banyak cara misalnya cone drill exercise, ladder drill exercise, Lari bolak
balik (Shuttle Run), dan masih banyak lagi contoh latihan lainnya. (Kolakata.
2013). Dari berbagai bentuk latihan agility tersebut, penulis hanya akan
membahas bentuk latihan ladder drill exercise dan cone drill exercise.
5. Latihan Ladder Drill
a. Pengertian Ladder Drill
Latihan ladder drill adalah suatu latihan anaerobic dalam bentuk lari
dilintasan ladder. Berlari dilintasan ladder membutuhkan keseimbangan
yang bagus, kosentrasi yang tinggi dan koordinasi yang tinggi atau dengan
kata lain dibutuhkan adaptasi neuromuscular karena saat bergerak dari kotak
satu ke kotak lainnya atau gerakan yang kompleks dengan cepat dan tanpa
kehilangan keseimbangan.
28
Latihan ladder drill memiliki tiga komposisi penting yaitu jumping on
ladder, latihan ini berfungsi untuk meningkatkan fleksibilitas, koordinasi
gerak kaki, dan memperkuat stabilitas lutut. Steping on the ladder berfungsi
untuk meningkatkan agility, dan melatih keseimbangan. Bounding on the
ladder merupakan latihan untuk melatih koordinasi mata dengan kaki dan
seluruh tubuh, meningkatkan balance serta stabilisasi persendian khususnya
sendi lutut.
b. Teknik Latihan Ladder Drill
Dalam melakukan latihan ladder drill terdapat beberapa macam latihan,
diantaranya adalah :
1) Forward High Knee
Gambar 2.8 Forward High Knee Ladder Drill
(http://www. staceytisfitandfabulous.wordpress.com)
Latihan ini dimana atlet berdiri atau start dari belakang lintasan, lalu
mulai memasukin dengan gerakan seperti berlari berurutan dengan
mengangkat lutut setinggi panggul, kemudian lakukan kembali keawal
lintasan.
2) Lateral High Knee
Gambar 2.9 Lateral High Knee Ladder Drill
(http://www. staceytisfitandfabulous.wordpress.com)
Latihan ini atlet melakukan gerakan yang sama seperti forward high
knee namun gerakannya menyamping, kemudian lakukan kembali
keawal lintasan
29
3) Forward Shuffle
Gambar 2.10 Forward Shuffle Ladder Drill
(http://www. staceytisfitandfabulous.wordpress.com)
Latihan ini atlet melakukan lari cepat dengan pola maju 2 kotak
lintasan lalu mundur 1 kotak dan lakukan sampai ujung lintasan dan
kembali lagi keawal lintasan.
4) Lateral shuffle
Gambar 2.11 Lateral Shuffle Ladder drill
(http://www. staceytisfitandfabulous.wordpress.com)
Latihan ini atlet melakukan gerakan lari menyamping, dengan salah
satu kaki berbeda kotak, kemudian lakukan kembali keawal lintasan.
5) Hop scot
Gambar 2.12 Hop scot Ladder drill
(http://www. staceytisfitandfabulous.wordpress.com)
L R R R R L R R R R L L L L L L
30
Latihan ini atlet melakukan gerakan melompat dengan pola kedua
kaki masuk dan keluar lintasan hingga akhir lintasan dan langsung
kembali keawal lintasan.
6) Two in two out
Gambar 2.13 Two in two out Ladder drill
(http://www. staceytisfitandfabulous.wordpress.com)
Latihan ini atlet melakukan gerakan melompat dengan pola kedua
kaki melompat bersamaan secara menyamping hingga akhir lintasan dan
kembali lagi keawal lintasan.
7) Forward jump step
Gambar 2.14 Forward jump step Ladder drill
(http://www. staceytisfitandfabulous.wordpress.com)
Latihan ini atlet melakukan gerakan melompat dengan pola atlet ada
disalah satu sisi kotak lintasan lalu atlet melompat kekotak lintasan awal
kemudian kembali keluar lintasan tepat disebelah kotak yang dimasuki,
lalu kemudian melompat kekotak didepannya hingga akhir lintasan dan
lakukan kembali keawal lintasan.
Latihan ladder drill merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi
atau interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik
termasuk proprioseptor) dan musculoskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak
lain) yang dimodifikasi atau diatur dalam otak (control sensorik, sensorik,
31
basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan
kondisi internal dan eksternal. Latihan ini dipengaruhi juga oleh usia,
kognisi, dan kelelahan.
Latihan ini dilakukan sesuai dengan posisi digambar, dilakukan 2 set
(bolak-balik). Untuk meningkatkan kesulitan dan intensitas dapat dilakukan
dengan menggunkan patokan waktu.
6. Latihan Cone Drill
a. Pengertian Latihan Cone Drill
Latihan cone drill adalah suatu bentuk latihan untuk mengukur
agility/ketangkasan seseorang dalam olahraga. Menurut, Wood (2011)
latihan cone drill adalah latihan dengan meggunakan benda berbentuk
kerucut sebagai patokan untuk tujuan akhir merubah gerakan.
Dalam latihan menuntut konsentrasi tinggi dan koordinasi gerak yang
kompleks, hal ini akan menuntut adaptasi neuromuscular, terutama
disebabkan oleh adaptasi sistem persarafan yaitu terjadinya peningkatan
persentase aktifitas motor unit, perubahan fungsi pada kontraktil yaitu
peningkatan momen gaya kontraksi otot (twitch torque), dan terjadi
hipertropi otot-otot tungkai, serta terjadinya peningkatan pada koordinasi
sistem keterampilan motorik. Sedangkan keuntungan secara umum pada
metabolisme, otot dan saraf akibat latihan adalah kecepatan konduksi saraf
meningkat, massa otot meningkat, kosentrasi ATP/PC meningkat, glikogen
otot meningkat, peningkatan sintesis protein untuk perkembangan otot
(Carolyn Kisner, Lynn Allen Colby. 2007).
Meningkatnya kecepatan konduktifitas saraf akan meningkat koordinasi
intermuscular yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan
reaksi, hal ini akan membentuk suatu gerakan yang efektif dan efisein.
Terjadinya peningkatan kekuatan pada otot-otot tungkai (peningkatan
power) pada latihan cone drill akan menyebabkan terjadinya peningkatan
stabilitas pada tungkai dan kekuatan juga berpengaruh terhadap fleksibilitas.
32
b. Teknik Latihan Cone Drill
Gambar 2.15 T-cone Drill Exercise
(http://www. blog.nasm.org)
Peralatan yang dibutuhkan adalah 4 kerucut yang digunakan sebagai
patokan lintasan dengan jarak yang tertera pada gambar diatas, dan
stopwatch. Dengan teknik pelaksanaan awal mulai berlari mengikuti arah
panah nomor 1, lalu arah panah nomor 2 atlet berlari menyamping, pada arah
panah nomor 3 atlet melakukan gerak carioca, dan pada arah nomor 4 atlet
kembali belari menyamping serta pada arah nomor 5 atlet berlari mundur.
Latihan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan jeda tiap
pengulangan selama 1 menit.
7. Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES)
a. Pengertian Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES)
Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) merupakan suatu alat
yang menghasilkan arus listrik frekuensi rendah (low-frequenty current)
yang berfungsi untuk memberikan stimulasi elektrik atau listrik ke otot dan
saraf. NMES menggunakan dua electrode positif dan negative yang di
lekatkan dikulit untuk menghantarkan gelombang listrik dari generator ke
tubuh. Alat ini merangsang saraf motorik untuk meningkatkan kinerja otot,
sehingga NMES ini dapat digunakan untuk menstimulus otot yang diberikan
rangsangan agar dapat bekerja lebih baik serta dapat meningkatkan kekuatan
otot baik secara satu grup otot maupun satu otot.
Saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat menerima rangsangan, hal
ini tergantung dari sensitifitas permeabilitas membarn sel terhadap tegangan
listrik. Membrane sel saraf atau otot merupakan tempat bertukarnya zat
33
kimia dari dalam maupun luar sel. Jaringan permeabilitas tidak dapat
mendistribusikan atau membawa ion di luar membrane sel jika terjadi
adanya perbedaan potensial baik di dalam maupun diluar sel. Perbedaan
potensial di dalam dan di luar sel disebut dengan resting potential, karena sel
mencoba untuk mempertahankan kondisi homeostatisnya terhadap jaringan
sekitarnya.
Gambar 2.16 Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES)
Energi sepanjang membran sel dengan konsentrasi yang tinggi
menghasilkan ion positif berupa Na+
dan K+. dimana Na
+ bergerak dari
dalam sel menuju keluar membrane sel sedangkan K
+ bergerak ke dalam
membrane sel. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tingkat kosentrasi
K+
di dalam membrane sel. Hal ini terjadi akibat adanya tegangan listrik
dalam keadaan normal yaitu -70 Mv sampai -90 mV.
Gambar 2.17 Mekanisme perpindahan ion yang terjadi dalam membran
sel saraf dalam mempertahankan resting membran potensial
Untuk menghasilkan rangsangan pada jaringan saraf, resting potential
harus diturunkan dibawah tingkat ambang batasnya. Sehingga permeabilitas
membra berubah dan menghasilkan action potensial yang akan menyebarkan
rangsangan sepanjang saraf secara langsung di lokasi yang diberi rangsangan
34
sehingga menghasilkan kontraksi otot. Action potensial di hasilkan akibat
adanya rangsangan kimiawi, arus listrik, panas, dan gerak mekanik yang
disebut dengan membrane depolarisasi atau proses netralisir resting
potential. Saat terjadinya depolarisasi ion-ion bergerak berlawanan dari
membrane serat-serat saraf dibawah anoda (elektroda bermuatan negatif) dan
katoda (elektroda bermuatan positif), sehingga terjadi depolarisasi membran.
Pada katoda biasanya terjadi depolarisasi, karena konsentrasi ion negative
meningkat, sehingga tegangan potensial membrane menurun dan berada
pada ambang batas untuk didepolarisasi. Sedangkan pada anoda merubah ion
negative pada potensial membrane sel saraf menjadi ion positif, untuk
merubahnya di perlukan peningkatan ambang batas agar dapat terjadi
depolarisasi.
Gambar 2.18 A-C Depolarisasi dari membran sel saraf
Ketika impuls diterima oleh saraf, impuls tersebut dikirim ke antara
motor endplate ataupun sinaps. Disini saraf melepaskan neurotransmitter
untuk dapat mengirimkan rangsangan ke jaringan.
35
Gambar 2.19 Perubahan rangsangan elektrik dari zat-zat penghubung
(transmitter) pada motor endplate, sehingga mengaktifkan depolarisasi pada
membran sel dan terjadi kontraksi pada otot
Repon otot terhadap stimulus arus listrik, otot dapat berkontraksi
meskipun tidak ada persyarafan. Hal ini dapat terjadi karena kontraksi otot
dirangsang oleh arus listrik yang menyebabkan depolarisasi pada membrane
otot, ini merupakan sebuah konsep all or none response merupakan konsep
lain yang penting dalam penerapan stimulasi listrik terhadap saraf dan otot.
Setelah rangsang sudah mencapai ambang depolarisasi, membrane saraf dan
otot terdepolarisasi sehingga hantaran arus listrik menstimulasikan otot
untuk berkontraksi.
Berdasarkan respon stimulasi listrik terhadap otot yang sudah tersebut di
atas, di mana stimulus listrik ini dapat mengkontarsikan otot. Sehingga dapat
mendidik kembali otot yang lemah dan meningkatkan kekuatan otot. Selain
itu, NMES ini akan memberikan beberapa efek yang akan dihasilkan oleh
otot dan saraf setelah diberika stimulasi listrik. Seperti muscel co-
contraction, mengurang muscel imbalance dan memberikan efek
biofeedback. Muscel co-contraction merupakan suatu aktifasi dari otot
secara stimultan dari kelompok otot agonis dan antagonis pada sendi yang
sama dan bergerak pada bidang yang sama. Oleh karena itu NMES ini akan
mendidik kerja kelompok otot agonis dan antagonis untuk dapat
menggerakan sendi agar bergerak secara stimultan atau bersamaan. Muscel
imbalance merupakan adanya ketidak seimbangan kerja otot agonis dan
antagonis dalam mempertahankan pola fungsi dan gerak normal tubuh.
36
Dengan menggunakan NMES ini diharapkan memberikan adaptasi terhadap
pola gerak normal agar lebih terkoordinasi.
b. Mekanisme Penambahan Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES)
Pada Latihan Agility Terhadap Peningkatan Kelincahan Pemain
Bolabasket
Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) ini akan menstimulasi
saraf motorik untuk meningkatkan recruitment serabut otot atau motor unit
sehingga kinerja otot untuk dapat melakukan kontraksi akan meningkatkan
efek biofeedback pada otot yang diberikan stimulus. Oleh karena itu,
rangsangan tersebut secara langsung merangsang muscle spindle dan golgi
tendon organ (GTO) untuk meningkatkan kemampuan proprioceptic dengan
memberikan arus listrik frekuensi rendah (low frequency current) melalui
elektroda yang diletakkan pada otot penggerak utama.
Penambahan neuromuscular electrical stimulation (NMES) dalam
latihan agility drill ini diharapkan dapat meningkatkan kelincahan (agility)
karena NMES dan latihan agility drill menghasilkan faktor-faktor
propriosepsi, kekuatan otot, daya tahan, power, dan kelenturan serta
koordinasi gerak yang halus karena kinerja otot yang lebih efektif.
8. Kelincahan (Agility)
a. Pengertian Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan mempercepat, memperlambat, serta
mengubah sebuah arah gerakan dengan tidak kehilangan keseimbangan. Di
dalam permainan bolabasket, kelincahan sangat dibutuhkan dalam teknik
mengubah arah dengan gerakan yang sangat cepat.
Dengan karakteristik permainan bolabasket yang terus bergerak dengan
cepat, kelincahan sangat dipengaruhi oleh faktor kecepatan, kekuatan otot,
fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi neuromuskular, dan kecepatan
reaksi.
37
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi kelincahan
Peningkatan kelincahan dapat diperoleh jika terjadi peningkatan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan tersebut. Berikut ini akan
dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan :
1) Kecepatan
Kecepatan merupakan kemampuan seseorang dalam bergerak
sehingga terciptanya gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk
yang sama dan dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kecepatan bagian dari prinsip paling penting dalam permainan
bolabasket. Karena dengan adanya ruang lingkup lapangan yang kecil,
pemain bolabasket diharapkan mampu terus bergerak dengan cepat, agar
terciptanya peluang dalam menciptakan ruang. Terdapat dua tipe
kecepatan yaitu :
(a) Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi adalah kapasitas awal pergerakan tubuh untuk
menerima rangsangan secara tiba-tiba atau cepat.
(b) Kecepatan bergerak
Kecepatan bergerak adalah kecepatan berkontraksi dari beberapa otot
untuk menggerakan anggota tubuh secara cepat.
Dari kedua tipe kecepatan di atas, tipe yang kedua adalah yang lebih
diperlukan dalam kelincahan (agility).
2) Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan
tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis
maupun statis (Kisner, 2007). Kekuatan otot juga merupakan
kemampuan sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara
maksimal melawan beban.
Otot dalam berkontraksi dan menghasilkan tegangan sangat
memerlukan suatu tenaga atau kekuatan. Dimana kekuatan mengarah
kepada output tenaga dari kontraksi dan secara langsung berhubungan
dengan jumlah tension yang dihasilkan oleh kontraksi otot, sehingga
38
meningkatnya kekuatan otot berupa level tension, hipertropi, dan
rekruitmen serabut otot.
Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sangat kuat antara fisiologi cross-sectional area dan tegangan maksimal
otot ketika dilakukan stimulasi elektrik, “kekuatan otot-otot skeletal
manusia dapat menghasilkan kekuatan kurang lebih 3-8 kg/cm2 pada
cross-sectional area tanpa memperhatikan jenis kelamin (McArdle, 2008).
Namun variabilitas cross-sectional area pada suatu otot akan berbeda
setiap saat karena pengaruh latihan dan inaktifitas.
Kekuatan selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, dapat
dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti : faktor biomekanik,
neuromuskular (ukuran cross-sectional otot, mototr unit revruitment, tipe
kontraksi, jenis serabut otot, dan kecepatan kontraksi), faktor
metabolisme (ketersediaan energi) dan faktor psikologis.
Karena kekuatan merupakan salah satu komponen dari kecepatan,
maka semakin besar kekuatan dalam melakukan suatu gerakan, semakin
besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan mampu
meningkatkan kelincahan. Terdapat 3 klasifikasi kekuatan yaitu :
(a) Kekuatan maksimum (maximum strength)
Kekuatan ini memiliki ciri jika seseorang hanya mampu mengangkat
sekali saja beban yang diberikan dan tidak mampu mengangkat lagi
tanpa beristirahat terlebih dahulu, atau dalam istilah kebugaran biasa
disebut sebagai 1 RM (1 repetition maximum).
(b) Kekuatan yang cepat (elastic atau speed strength)
Tipe kekuatan ini memiliki ciri jika seseorang mampu mengangkat
beban dalam jumlah yang besar dengan segera (dalam satuan waktu
yang kecil). Dalam istilah yang umum kecepatan ini dapat disebut
daya ledak (explosive power).
(c) Daya tahan kekuatan (strength endurance)
Tipe kekuatan ini memiliki ciri jika seseorang mampu mengangkat
beban dalam jumlah yang besar berulang-ulang dalam waktu yang
lama.
39
3) Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak
sendi dalam jangkauan gerakan penuh dan bebas. Fleksibilitas sangat
membantu dalam memberikan hasil gerakan yang terkoordinasi dan
efisien. Selain itu fleksibiltas mampu memperluas ruang gerak untuk
mengurangi dan menghindari cidera. Kelenturan diarahkan kepada
kebebasan luas gerak sendi atau ROM dan menjadi salah satu faktor
penting dalam mempengaruhi tingkat kelincahan.
Semakin lentur jaringan otot atau jaringan yang secara bersama-sama
bekerja seperti sendi, ligamnet, dan tendon maka juga akan di dapat
dalam peningkatan kelincahan.
Apabila seseorang melakukan latihan kekuatan sangat berpengaruh
terhadap fleksibilitas, begitu juga sebaliknya seseorang melakukan
latihan fleksibiltas akan berpengaruh terhadap kekuatan. Kekuatan dan
fleksibilitas merupakan komponen dari kecepatan, sehingga mampu
meningkatkan kelincahan.
Kelentukan dapat dikembangkan melalui latihan peregangan
(stretching), yang modelnya terdiri atas :
(a) Peregangan dinamik (Dynamic stretch)
Peregangan dinamik sering disebut peregangan balistik yaitu
peregangan yang dilakukan dengan menggerakkan tubuh atau
anggota tubuh secara berirama (merengut-rengutkan badan).
(b) Peregangan static (Static stretch)
Cara lain untuk mengembangkan kelentukan adalah dengan latihan
peregangan statis (static stretching). Dalam latihan static stretch,
pelaku mengambil sikap sedemikian rupa dengan latihan
meregangkan suatu kelompok otot tertentu.
(c) Peregangan pasif
Dalam metode ini pelaku merilekskan suatu kelompok otot tertentu,
kemudian temannya membantu meregangkan otot tersebut, secara
perlahan-lahan sampai titik fleksibilitas maksimum tercapai, tanpa
40
keikutsertaan secara aktif dari pelaku. Sikap regang ini dipertahankan
selama kira-kira 20-30 detik.
(d) Proprioceptive Neuromuscular Facilitation
Pada peregangan cara PNF ini diperlukan adanya bantuan dari orang
lain (pasangan) atau menggunakan peralatan lain untuk membantu
memudahkan gerakan peregangan agar mencapai target. Bantuan dari
orang lain atau peralatan bertujuan untuk membantu meregangkan
otot hingga mencapai posisi statis dan dapat dipertahankan posisinya
dalam beberapa waktu. Dengan demikian orang yang melakukan
peregangan, otot-ototnya akan melawan tenaga (gaya) dari
pasangannya (peralatan yang dipakai) dalam bentuk kontraksi otot
secara isometrik. Untuk itu sasaran otot yang diregangkan dengan
cara PNF bersifat antagonis (berlawanan).
4) Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi.
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak.
Keseimbangan terbagi menjadi dua kelompok yaitu statis dan dinamis.
Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan
posisi tubuh dmna pusat gravitasi tidak berubah. Contoh keseimbangan
statis saat berdiri dengan menggunakan satu kaki, menggunakan papan
keseimbangan. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk
mempertahankan posisi tubuh dimana pusat gravitasi selalu berubah,
contohnya ketka berjalan.
Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari sistem
somatosensorik (vestibular, visual, propioceptor) dan motorik
muskuloskeletal(otot, sendi, dan jaringan lunak) yang keseluruhan
kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan
ekternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi basal ganglia,
cerebellum, area assosiasi. Sebagai respon terhadap perubahan kondisi
internal dan eksternal, keseimbangan juga dipengaruhi oleh faktor lain
41
seperti usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat, dan
pengalaman terdahulu.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan
kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari
faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan
keseimbangan. Tujuan tubuh mempertahankan keseimbangan adalah
untuk menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain,
untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang
dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian
tubuh lain bergerak. Keseimbangan terbagi menjadi dua :
(a) Keseimbangan Statis
Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh mempertahankan
keseimbangan dalam posisi tetap.
(b) Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan
keseimbangan pada waktu melakukan gerak satu posisi kearah posisi
lain.
5) Koordinasi Neuromuskular
Koordinasi neuromuscilar merupakan kemampuan untuk
mengintegrasi indera (visual, auditori, dan propioceptive untuk
mengetahui jarak pada posisi tubuh) dengan fungsi motorik untuk
menghasilkan akurasi dan kemampuan bergerak.
Dalam bukunya Nurhasan (2005:21) mengemukakan bahwa
komponen koordinasi menjadi dasar bagi usaha belajar yang bersifat
sensomotorik. Makin tinggi tingkat kemampuan koordinasi akan makin
cepat dan efektif dalam mempelajari suatu gerakan.
Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005:139) “Koordinasi
merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan
persendian dalam menghasilkan satu gerakan yang efektif dan efisien”.
42
6) Kecepatan Reaksi
Menurut Wahjoedi (2000), “kecepatan reaksi adalah waktu yang
diperlukan untuk memberikan respon kinetik setelah menerima suatu
stimulus atau rangsangan. Karena melalui rangsangan (stimulus) reaksi
tersebut mendapat sumber dari : pendengaran, pandangan (visual),
rabaan maupun gabungan antara pendengaran dan rabaan”.
Kecepatan reaksi sangatlah penting dalam kecepatan bergerak. Jika
waktu yang diperlukan untuk memberikan respon kinetik atas suatu
stimulus atau rangsangan cepat, maka hal ini akan mengakibatkan
terjadinya kecepatan dalam melakukan suatu pergerakan, yang dapat
meningkatkan kelincahan. Dalam permainan bolabasket yang memiliki
faktor luas lapangan yang cukup kecil dan karakteristik permainan yang
sangat rumit, maka kecepatan sangat diperlukan dalam efisiensi gerakan.
c. Fisiologi Kerja Kelincahan Pada Pemain Bolabasket
Permainan bolabasket merupakan permainan yang memerlukan gerakan
cepat dengan waktu yang cukup serta memiliki ruang gerak yang sempit.
Dalam permainan bola basket, terdapat 5 posisi utama pemain, yaitu center
power forward, small forward, shooting guard, dan point guard dan biasa
juga disebut small man dan big man. Dimana small man terdiri dari (point
guard, shooting guard dan small forward) dan big man terdiri dari (power
forward dan center).
Setiap pemain bolabasket diharuskan untuk terus melakukan pergerakan
yang terus menerus tanpa adanya kehilangan sebuah keseimbangan,
sehingga di dalam permainan bolabasket sangat dibutuhkan kelincahan
untuk melewati pemain lainnya. Fisiologi kerja adalah ilmu yang
mempelajari fungsi atau faal tubuh manusia pada saat bekerja. Untuk
membahas mengenai fisiologi kerja kelincahan pada seorang pemain
bolabasket harus dianalisa terlebih dahulu komponen dasar fisiologi apa saja
yang menyusun kelincahan. Kelincahan dikembangkan dari adanya beberapa
fungsi dasar, diantaranya adalah sistem skelet, sistem muskular, dan sistem
43
nervosum atau persarafan. Sistem skelet terletak pada persendiannya dalam
bentuk luas pergerakan persendian (Fleksibilitas).
Pada permainan bolabasket, kelincahan sangat diperlukan dalam
melakukan gerakan-gerakan, khususnya pada gerakan seperti menggiring
bola (dribbling), dan berlari pindah arah (pivot). Dalam melakukan semua
gerakan tersebut sangat diperlukan adanya sistem muscular, yang memiliki
fungsi utama untuk kontraksi otot. Timbulnya kontraksi otot dimulai dengan
adanya potensial aksi di dalam serabut-serabut otot. Potensial aksi ini
menimbulkan arus listrik yang menyebar ke bagian dalam serabut, dimana
menyebabkan dilepaskannya ion-ion kalsium dan reticulum sarkoplasma.
Selanjutnya ion-ion kalsium menimbulkan adanya peristiwa kimia untuk
proses kontraksi.
Serabut-serabut otot dirangsang oleh serabut-serabut saraf bermielin
besar. Serabut-serabut ini melekat pada serabut-serabut otot rangka dalam
hubungan saraf otot (neuromuskular junction) yang terletak pada
pertengahan otot. Ketika potensial aksi sampai pada neuromuskular junction,
terjadi depolarisasi dari membrane saraf, menyebabkan dilepaskan
acethylcholin, kemudian akan terikat pada motor end plate membrane,
menyebabkan terjadinya ikatan actin-myosin yang akhirnya menyebabkan
kontraksi otot. Oleh karena itu, potensial aksi menyebar dari tengah serabut
kearah kedua ujungnya, sehingga kontraksi hampir bersamaan terjadi di
seluruh sarkomer otot.
Ketika suatu otot berkontraksi, maka akan terjadi suatu gerakan. Pada
permainan bolabasket gerakan yang terjadi merupakan gerakan yang cepat
dalam merubah arah, posisi tubuh, dan tanpa adanya kehilangan
keseimbangan. Dalam hal ini sangat diperlukan kekuatan otot, fleksibilitas
(kelentukan), dan keseimbangan (balance).
Saat bergerak dari satu sisi yang lainnya dengan cepat dan tanpa
kehilangan keseimbangan, baik dengan bola maupun tanpa bola. Hal ini
membutuhkan koordinasi dan konsentrasi yang tinggi atau dengan kata lain
dibutuhkan adaptasi neuromuskular. Adaptasi ini disebabkan oleh adaptasi
sistem persarafan (nervosum) yaitu terjadinya peningkatan presentase
44
aktivasi motor unit, perubahan fungsi pada kontraktil yaitu peningkatan
momen gaya kontraksi otot (twitch torque), dan terjadi hipertropi otot, serta
terjadinya peningkatan pada koordinasi sistem ketrampilan motorik. Selain
itu sistem persarafan (nervosum) pada seorang pemain bolabasket
dibutuhkan untuk mengkoordinasikan fungsi otot untuk menghasilkan
ketepatan gerak.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh (Fera
Gusmin : 2015), penelitian ingin mengetahui perbedaan pemberian latihan
ladder drill dengan penambahan latihan skipping terhadap pemain basket
pemula. Penelitian ini diukur dengan Hexagonal Obstacle Test dengan
menggunakan stopwatch dalam satuan detik. Hasil yang didapat dari
penelitian ini perlakuan yang diberikan dapat meningkatkan agility pada
pemain basket pemula.
Penelitian juga dilakukan (Albert Alvian : 2013) peneliti ingin melihat
perbedaan pemberian cone drill exercise dan leg press dengan cone drill
exercise dan ladder drill exercise yang digunakan untuk meningkatkan
agility pada pemain basket. Dimana tingkat agility pada pemain basket
tersebut di ukur dengan menggunakan Hexagonal Obstacle Test dengan
menggunakan stopwatch. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah
terdapat perbedaan peningkatan agility, dimana pemberian perlakuan cone
drill exercise dan ladder drill berpengaruh besar terhadap agility.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, dapat
dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Pemberian Electrical Stimulation dan Latihan
Agility Drill Terhadap Kelincahan (Agility).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelincahan seseorang
kekuatan otot, kecepatan, kesimbangan, koordinasi, neuromuscular, dan
45
fleksibilitas. Faktor–faktor tersebut adalah sebagai penunjang untuk
kelincahan (agility) seorang pemain basket.
Penambahan neuromuscular electrical stimulation (NMES) dalam
latihan agility drill ini diharapkan dapat meningkatkan kelincahan
(agility) karena NMES dan latihan agility drill menghasilkan faktor-
faktor propriosepsi, kekuatan otot, daya tahan, power, dan kelenturan
serta koordinasi gerak yang halus karena kinerja otot yang lebih efektif.
Latihan ladder drill adalah suatu latihan anaerobic dalam bentuk lari
dilintasan ladder. Berlari dilintasan ladder membutuhkan keseimbangan
yang bagus, kosentrasi yang tinggi dan koordinasi yang tinggi. Latihan
ladder drill memiliki tiga komposisi penting yaitu jumping on ladder,
latihan ini berfungsi untuk meningkatkan fleksibilitas, koordinasi gerak
kaki, dan memperkuat stabilitas lutut. Steping on the ladder berfungsi
untuk meningkatkan agility, dan melatih keseimbangan. Bounding on
the ladder merupakan latihan untuk melatih koordinasi mata dengan kaki
dan seluruh tubuh, meningkatkan balance serta stabilisasi persendian
khususnya sendi lutut.
Latihan cone drill adalah suatu bentuk latihan untuk mengukur
agility/ketangkasan seseorang dalam olahraga untuk meningkatkan
kecepatan konduktifitas saraf dan meningkat koordinasi intermuscular
yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan reaksi, hal ini
akan membentuk suatu gerakan yang efektif dan efisein. Terjadinya
peningkatan kekuatan pada otot-otot tungkai (peningkatan power) pada
latihan cone drill akan menyebabkan terjadinya peningkatan stabilitas
pada tungkai dan kekuatan juga berpengaruh terhadap fleksibilitas.
Dari uraian diatas dengan memperhatikan pemberian neuromuscular
electrical stimulation (NMES) dan setiap tujuan latihan pada masing-
masing latihan agility drill, akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap kelincahan (agility).
46
2. Perbedaan Pengaruh Antara Posisi Pemain Small Man dan Big Man
Terhadap Kelincahan (Agility).
Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam mempercepat dan
memperlambat gerakan serta kemampuan untuk merubah arah setiap
gerakan yang dilakukan dengan mempertahankan keadaan tubuh yang
tetap stabil.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelincahan seseorang dalam
permainan bola basket, yaitu posisi pemain yang terdiri dari 5 posisi
utama pemain, yaitu center, power forward ( ) shooting guard, dan point
guard dan biasa juga disebut small man dan big man. Dimana small man
terdiri dari (point guard, shooting guard dan small forward) dan big man
terdiri dari (power forward dan center).
Dari uraian diatas posisi pemain akan mempengaruhi dari
peningkatan kelincahan, maka dapat disimpulakan bahwa antara small
man dan big man akan memberikan pegaruh yang berbeda terhadap
kelincahan (agility).
3. Interaksi Antara Pemberian Neuromuscular Electrical Stimulation
(NMES) dan Latihan Agility Drill dengan Posisi Pemain Terhadap
Kelincahan (Agility)
Neuromuscular electrical stimulation (NMES) dapat digunakan
untuk meningkatkan kelincahan (agility) karena NMES dan latihan
agility drill yang terdiri dari latihan ladder drill dan cone drill
menghasilkan faktor-faktor propriosepsi, kekuatan otot, daya tahan,
power, dan kelenturan serta koordinasi gerak yang halus karena kinerja
otot yang lebih efektif pada peningkatan kelincahan (agility) pemain
bolabasket.
Peningkatan kelincahan (agility) pemian bolabasket dipengaruhi juga
oleh posis pemain. Setiap posisi pemain yang terdiri sari small man dan
big man mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kelincahan.
Melalui pemberian neuromuscular electrical stimulation (NMES) dan
47
latihan agility drill (Ladder drill dan cone drill) maka kelincahan
(agility) bersifat reaktif dapat dibangun.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka berfikir, maka dalam
penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis, yaitu:
1. Ada perbedaan pengaruh pemberian neuromuscular electrical
stimulation (NMES) + latihan agility drill dan latihan agility drill
terhadap kelincahan (agility) pemain bolabasket.
2. Ada perbedaan pengaruh kelincahan (agility) pemain bolabasket antara
posisi pemain small man dan big man.
3. Ada interaksi antara pemberian neuromuscular electrical stimulation
(NMES) dan latihan agility drill dengan posisi pemain terhadap
peningkatan kelincahan (agility).