BAB II Landasan Teori

18
BAB II LANDASAN TEORI Kolom distilasi merupakan sarana untuk melaksanakan operasi pemisahan komponen-komponen dari campuran fasa cair yang mempunyai perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan uap tersebut akan menyebabkan fasa uap yang ada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap mengandung lebih banyak komponen yang memiliki tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih benyak menggandung komponen yang memiliki tekanan uap tinggi. Kolom distilasi berfungsi sebagai sarana pemisahan karena sistem perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagian-bagian proses yang memiliki fungsi-fungsi: a) menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler) b) mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya (terjadi di kolom distilasi) c) mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor) Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan dan peristiwa-peristiwa: a) kesetimbangan fasa b) perpindahan massa c) perpindahan panas d) perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan) 3

Transcript of BAB II Landasan Teori

Page 1: BAB II Landasan Teori

BAB II

LANDASAN TEORI

Kolom distilasi merupakan sarana untuk melaksanakan operasi pemisahan

komponen-komponen dari campuran fasa cair yang mempunyai perbedaan titik

didih dan tekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan uap tersebut akan

menyebabkan fasa uap yang ada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya

mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap

mengandung lebih banyak komponen yang memiliki tekanan uap rendah,

sedangkan fasa cair lebih benyak menggandung komponen yang memiliki tekanan

uap tinggi.

Kolom distilasi berfungsi sebagai sarana pemisahan karena sistem

perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagian-bagian proses yang memiliki

fungsi-fungsi:

a) menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)

b) mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya

(terjadi di kolom distilasi)

c) mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)

Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan dan

peristiwa-peristiwa:

a) kesetimbangan fasa

b) perpindahan massa

c) perpindahan panas

d) perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan)

e) perpindahan momentum

Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan

massa. Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan dua cara yang

berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep tahapan kesetimbangan

(equilibrium stage) dan kedua atas dasar proses laju difusi (difusional forces).

Distilasi dilaksanakan dengan rangkaian alat berupa kolom/menara yang terdiri

3

Page 2: BAB II Landasan Teori

dari piring (plate tower/tray) sehingga dengan pemanasan komponen dapat

menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan

uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan.

2.1. Kesetimbangan Uap-Cairan

Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pada keadaan setimbang

yang terjadi antara fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini

akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih mudah

menguap) dan komponen B (yang kurang mudah menguap).

Pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam keadaan bubble

temperature dan dew temperature, dengan komposisi uap seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.1, sedangkan komposisi uap dan cairan yang ada

dalam kesetimbangan ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 1 Kesetimbangan pada kondisi

bubble dan dew temperature

Gambar 2. 2 Komposisi uap dan cairan pada kesetimbangan

(xA1 dan yA1 = komposisi cairan dan uap pada kesetimbangan)

4

Page 3: BAB II Landasan Teori

Proses distilasi melibatkan kesetimbangan uap-cairan (vapour-liquid

equilibrium-VLE). Sistem kesetimbangan uap cairan yang ideal mengikuti hukum

Dalton dan hukum Raoult. Hukum Dalton untuk gas ideal:

pi = yi P …………….……………………………………...... (1)

Dimana :

pi = tekanan uap koponen

yi = fraksi komponen idi fasa uap (gas)

P = tekanan total

Hukum Raoult untuk larutan ideal:

pi = xi pio ..........................………….………............................ (2)

Dimana:

pi = tekanan uap komponen

xi = fraksi komponen idi fasa cairan

pi o = tekanan uap murni

2.2. Konstanta Kesetimbangan

Konstanta kesetimbangan didefinisikan sebagai :

……………………………………………………... (3)

Ki adalah ukuran kecenderungan komponen I untuk menguap.

Jika Ki > 1, komponen icenderung terkonsentrasi di fasa uap

Jika Ki < 1, komponen icenderung terkonsentrasi di fasa cair

Jika Ki = 1, komponen iakan terdistribusi secara sama diantara fasa uap dan fasa

cair

5

Page 4: BAB II Landasan Teori

Ki adalah fungsi dari tiga variabel, yakni : tekanan, temperatur, dan

komposisi. Pada keadaan setimbang, salah satu variabel sudah ditetapkan, oleh

karena itu Ki hanya bergantung pada dua variabel, (P dan T, P dan x, T dan x).

2.3. Relative Volatility

Hubungan komposisi uap cairan dalam keadaan setimbang dapat

dinyatakan dengan relative volatility () yang didefinisikan sebagai berikut :

...................................................... (4)

Persamaan di atas dapat disusun menjadi :

........................................................... (5)

Bila diketahui harga-harga sebagai fungsi suhu maka pada tekanan tetap,

hubungan yA dan xA sebagai fungsi suhu pada keadaan setimbang dapat ditentukan.

Nilai relative volatility merupakan ukuran kemudahan untuk pemisahan.

Persamaan (4) dapat diartikan sebagai perbandingan kecenderungan untuk

teruapkan diantara dua komponen i dan j. Jika ij = 1, maka kedua komponen

tidak dapat dipisahkan secara distilasi.

2.4. Diagram Kesetimbangan Uap-Cair

Untuk menggambarkan sistem kesetimbangan uap-cairan untuk campuran

komponen (misal: campuran biner) dapat digambarkan dalam beberapa bentuk

diagram, yakni :

Diagram x – y

Diagram T – x

Diagram x – y (Gambar 2.3), dapat diperoleh dengan mencampurkan zat A

dan zat B dengan berbagai komposisi. Tiap komposisi dikondisikan pada

temperatur yang dikehendaki. Kumpulan hasil yang diperoleh kemudian

diplotkan.

Diagram T – x (Gambar 2.4), merupakan hubungan komposisi dengan

temperatur. Kurva ABC disebut kurva saturated liquid atau garis gelembung.

6

Page 5: BAB II Landasan Teori

Pada titik B, dengan temperatur T1 dan komposisi xi, cairan mulai mendidih. Titik

B ini disebut dengan bubble point (titik gelembung). Jika uap mulai mendidih

pada T1, uap yang pertama terbentuk akan mempunyai komposisi y i, ini disebut

dew point (titik embun). Kurva ADC disebut garis embun.

Dari titik B, jika temperatur terus diubah-ubah, maka cairan akan selalu

bergerak pada garis gelembung (BEH), sedangkan uap akan bergerak pada garis

embun (DFG). Inilah yang disebut dengan kesetimbangan uap-cair dalam distilasi.

Kondisi proses distilasi akan selalu berada diantara garis gelembung dan garis

embun, yaitu berada pada area ABCDA.

Gambar 2.3 Diagram x-y [Benzen (A)-Toluen (B)] pada tekanan 1 atm

7

Page 6: BAB II Landasan Teori

Gambar 2.4 Diagram T - x [Benzen (A)-Toluen (B)] pada tekanan 1 atm

2.5. Proses Pemisahan secara Distilasi

Prinsip distilasi adalah membuat kesetimbangan fasa uap dan cairan, serta

memisahkan uap dan cairan yang berada dalam keadaan setimbang tersebut. Cara

pemisahan tersebut diperlihatkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Cara pemisahan secara distilasi

8

Page 7: BAB II Landasan Teori

Seperti terlihat pada Gambar 2.5, misalnya cairan Ln+1 dengan komposisi

xA,n+1 dicampur dengan uap Vn+1 berkomposisi yA,n+1. Pencampuran tersebut

berlangsung pada suatu tahap kesetimbangan n. Pada tahap kesetimbangan n, akan

terbentuk uap dan cairan baru dalam keadaan setimbang, yaitu Vn dan Ln. Uap Vn

mempunyai komposisi yA,n yang mengandung lebih banyak komponen A

(ya,n>yA,n+1), sedangkan cairan Ln mengandung lebih sedikit komponen A (xA,n<xA,n-

1). Operasi kesetimbangan tersebut diulang berkali-kali, sehingga diperoleh uap

yang sangat kaya A dan cairan yang sangat miskin A.

Dalam operasi distilasi, pencampuran dilakukan berturut-turut dalam

tahap-tahap (stage). Pada saat operasi berlangsung, cairan di tahap terendah

dipanaskan (Qr), sedangkan uap di tahap teratas didinginkan (Qc). Hasil atas yang

diambil disebut distilat (D) dan yang dikembalikan ke kolom disebut refluks (Lo).

Jumlah refluks dibanding distilat disebut rasio refluks (R) yang sangat

mempengaruhi hasil pemisahan.

………………..……………………….…………… (6)

Jika R tak hingga, artinya semua hasil atas kembali ke tahap I, maka operasi

distilasi disebut refluks total. Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah

tahap teoritis adalah minimum. Kalau relative volatility konstan (dapat dianggap

konstan), maka jumlah tahap minimum pada operasi dengan refluks total dapat

dihitung dengan persamaan Fenske :

........................................................... (7)

dimana :

n = jumlah tahap teoritis

xA = fraksi mol komponen yang mudah menguap

xB = fraksi mol komponen yang kurang mudah menguap

av = relative volatility rata-rata (av = √d + b)

d dan b berturut-turut adalah distilat dan bottom

Selanjutnya, efisiensi kolom dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

9

Page 8: BAB II Landasan Teori

.............…….………………. (8)

Pada kenyataannya, setiap tahap tidak akan pernah terjadi kesetimbangan

yang sempurna antara cairan dan uap yang meninggalkannya. Dengan demikian,

jumlah tahap aktual (yang sebenarnya) akan lebih banyak dari pada jumlah tahap

teoritis sehingga ada faktor efisiensi.

2.6. Metode Distilasi

Distilasi dapat dilakukan dengan 2 metoda, yaitu :

1) Distilasi batch (batch distillation)

2) Distilasi kontinyu (continuous distillation)

2.6.1. Distilasi Batch (Batch Distillation)

Pada beberapa industri kimia, terutama bila umpan (feed) jumlahnya kecil,

maka distilasi dilakukan secara batch. Pada distilasi batch dapat menghasilkan

distilat dengan komposisi yang bervariasi. Distilasi batch biasanya dilakukan pada

sebuah kolom distilasi yang jumlah platenya sudah tertentu dan umpan (feed)

dimasukkan hanya sekali pada setiap batch operasi. Distilat akan dikeluarkan

secara kontinyu, tetapi produk bawah (residu) tersebut dikeluarkan setelah operasi

per batch selesai.

Pada distilasi batch, komposisi distilat sagat tergantung pada komposisi

residu, jumlah tahap pada kolom dan rasio refluk operasi. Sesaat setelah kolom

beroperasi, maka akan dihasilkan distilat berkadar komponen yang lebih mudah

menguap. Di lain pihak, residu akan menurun kadarnya akibat tidak ada umpan

yang mengalir masuk. Akibatnya, kadar distilat selanjutnya juga akan menurun.

Berdasarkan hal tersebut, maka distilasi batch dapat beroperasi pada dua

kemungkinan, yaitu :

a) Dengan kadar distlat konstan, rasio refluk berubah

b) Dengan rasio refluk konstan, kadar distilat berubah

2.6.1.1 Distilasi Batch dengan Kadar Distilat Konstan

10

Page 9: BAB II Landasan Teori

Misal pada saat operasi dimulai, jumlah liquid yang dimasukkan ke dalam

bejana adalah F1 mol dengan kadar XF1 dan sesaat setelah mulai dihasilkan distilat

dengan kadar XD pada rasio refluk R1. Setelah interval waktu tertentu, liquid

dalam bejana tinggal F2 mol dengan kadar XF2, sedangkan kadar distilat tetap XD

karena rasio refluk diubah menjadi R2. Bila jumlah distilat yang terkumpul selama

ini adalah D mol, maka neraca massanya :

Maka diperoleh :

...........……………………………… (9)

.........……………………………….. (10)

adalah perpotongan garis operasi dengan sumbu y seperti terlihat pada

Gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Distilasi batch dengan XD konstan

11

Page 10: BAB II Landasan Teori

2.6.1.2 Distilasi Batch dengan Rasio Refluk Konstan

Bila kolom beroperasi dengan rasio refluk yang selalu sama tiap saat,

maka kadar distilat XD akan menurun secara kontinu. Misal, pada suatu interval

waktu yang sangat singkat dt, komposisi distilat berubah dari XD menjadi dXD.

Dalam waktu ini pula distilat akan bertambah dD, maka

(differensial tingkat diabaikan)

dan

tetapi dD = - dF, maka

bila diatur dan diintegrasikan diperoleh :

………...…………………………………… (11)

Dari persamaan (11) di atas, dapat ditentukan perbandingan jumlah liquid

yang berada didalam bejana sebelum dan sesudah operasi, yaitu dengan membuat

grafik XF versus 1/(XD-XF). Distilasi batch dengan rasio refluk konstan dapat

dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Distilasi batch dengan R konstan

12

Page 11: BAB II Landasan Teori

2.6.2. Distilasi Kontinu (Continuous Distillation)

Distilasi kontinu menggunakan refluk biasanya dilakukan pada kolom

distilasi yang mempunyai tray yang disesuaikan dengan kebutuhan. Metode

perhitungan dalam proses distilasi dikembangkan oleh McCabe dan Thiele

didasarkan atas neraca massa di seksi enriching (pengayaan), neraca massa di

seksi stripping (pelucutan) dan data kesetimbangan.

Asumsi untuk perhitungan McCabe Thiele adalah constant molar overflow

(equimolar overflow), yaitu jumlah mol antara umpan yang masuk sampai tray

paling atas dan tray bawah sama, hal ini dapat di jelaskan seperti Gambar 2.8.

Persamaan neraca massa total:

...................………………............................ (12)

Persamaan neraca massa komponen:

…….......………………......

(13)

dimana :

Vn+1 = Laju alir dari tray n + 1

Yn+1 = Fraksi mol uap dalam Vn+1

Ln-1 = Laju alir cairan dari tray n-1

Xn-1 = Fraksi mol cairan dalam Ln-1

Vn = Laju alir uap dari tray n

Yn = Fraksi mol uap dalam Vn

Ln = Laju alir cairan dari tray n

Xn = Fraksi mol cairan dalam Ln

13

Page 12: BAB II Landasan Teori

Gambar 2.8 Mekanisme distilasi pada tahap n dikolom distilasi

Gambar 2.9 menggambarkan seksi enriching, dimana uap dari tray paling

atas dengan komposisi y1 melewati kondensor dan terkondensasi menghasilkan

cairan.

Gambar 2.9 Diagram seksi enriching

14

Page 13: BAB II Landasan Teori

Aliran refluks L dan aliran distilat D mempunyai kompisisi yang sama (xD).

Dengan asumsi equimolaroverflow L1 = L2 = L3 = Ln dan V1 = V2 = V3 = Vn = Vn+1.

Persamaan neraca massa total untuk envelope bertitik-titik adalah :

...…………………………………………… (14)

Persamaan neraca massa komponen adalah :

…………………………………..…. (15)

Persamaan untuk seksi Stripping :

Diagram seksi stripping dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Diagram seksi Stripping

Persamaan neraca massa total untuk envelope (daerah bergaris titik-titik) adalah :

……...……………………………………… (16)

Persamaan neraca massa komponen adalah :

……………….…………………….. (17)

Dengan asumsi equimolar overflow, maka

Lm = Ln dan Vm+1 = Vn ……………………………………... (18)

15