BAB II - Landasan Teori

15
BAB II LANDASAR TEORI 1.1 Landasan Teori 1.1.1 Kompetensi guru 1.1.1.1 Pengertian kompetensi guru Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yakni "competence", yang berarti kecakapan, kemampuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Dengan demikian, tidaklah berbeda dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal senada juga dikemukakan oleh McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai

Transcript of BAB II - Landasan Teori

BAB II

LANDASAR TEORI

1.1 Landasan Teori

1.1.1 Kompetensi guru

1.1.1.1 Pengertian kompetensi guru

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yakni "competence", yang berarti

kecakapan, kemampuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi

adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.

Dengan demikian, tidaklah berbeda dengan pengertian kompetensi yang

dikemukakan oleh Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh

Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu

tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan.

Hal senada juga dikemukakan oleh McAhsan (1981:45), sebagaimana

dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi:

“…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”.

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan,

dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari

dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Akan tetapi,semua kompetensi-kompetensi tersebut tidaklah mudah untuk

dikuaisai, semua hal tersebut membutuhkan suatu proses pembelajaran agar

kompetensi-kompetensi tersebut dapat dengan benar dikuasai. Seperti yang

diungkapkan oleh Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh

seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun

pengalaman.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan semua hal yang

dikuaisai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, baik penguasaan

terhadap suatu tugas, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang

diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman, sehingga ia dapat

melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-

baiknya.

Sedangkan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsesia, Guru merupakan

sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing.

Bila menurut N.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang

berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara

individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Dari pengertian tersebut mengandung arti bahwa penggunaan sebutan

guru tidak hanya dipakai dalam dunia pendidikan, tetapi hampir semuaaktivitas

yang memerlukan seorang pelatih, pembimbing atau sejenisnya. Akan tetapi, bila

lebih mengkaji lagi bagaimanakah yang disebut sebagi guru dalam dunia

pendidikan, maka kita kan mengetahui sesungguhnya untuk menjadi seorang guru

haruslah menguasai betul seluk-beluk  pendidikan dan pengajaran dengan

berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui

masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Moh. Uzer Usman bahwa guru adalah jabatan atau profesi yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru adalah jabatan atau profesi yang

memerlukan keahlian khusus untuk mengemban tugas dalam mengajar, mendidik

dan membimbing peserta didik, baik secara individual ataupun klasikal, baik di

sekolah maupun di luar sekolah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah semua hal

yang harus dikuaisai oleh seseorang yang berprofesi sebagai guru, baik

penguasaan terhadap pengetahuan, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang

diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman, untuk

mengemban tugas dalam mengajar, mendidik, dan membimbing baik secara

individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan

sebaik-baiknya.

1.1.1.2 Dimensi – dimensi kompetensi guru

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen

pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi.

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 

dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik”.  Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini

dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini  dapat

dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,

kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar,

dan kemampuan melakukan penilaian.

2. Kompetensi Pribadi

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki

karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan sumber daya manusia.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru

dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan

keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta

merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara

simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada

umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi.

Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah

cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.

3. Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran

secara luas dan mendalam”.

Sedangkan Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional

adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya

sebagai guru profesional.

Jadi kompetensi professional adalah berbagai kemampuan yang harus

dimiliki oleh seorang guru secara luas dan mendalam agara dapat

mewujudkan dirinya sebagai guru yang professional.

4. Kompetensi Sosial

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan

berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan

perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang

Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta

didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.

1.1.2 Metode Mengajar

1.1.2.1 Pengertian metode belajar

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, pemerintah melalui

Dinas Pendidikan telah meluncurkan beberapa alternatife pemecahannya, antara

lain dengan perbaikan kurikulum yang telah berlangsung beberapa kali. Namun,

dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak mungkin akan dapat

dilakukan apabila hanya melakukan perbaikan kurikulum saja tanpa diiringi

dengan pembaharuan metode mengajar yang dilakukkan guru di lapangan.

Pada kenyataannya guru merupakan pembuat keputusan akhir dalam

memberikan kesempatan belajar atau berlatih kepada siswa. Karena itu, dapat

dikatakan bahwa efektifitas pelaksanaan kurikulum banyak ditentukan oleh

kepedulian dan kemampuan guru dalam menerapkannya yang diwujudkan melalui

metode belajar yang digunakan.

Pada proses belajar mengajar, penggunaan metode belajar yang baik dan

tepat merupakan hal yang sangat penting demi tercapainya tujuan belajar yang

diharapkan. Pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting karena metode

merupakan sarana penyalur dan pengarah secara timbal balik antara guru dan

siswa.

Mengenai metode, Surakhmad (1986:96)mengatakan “Metode merupakan

cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin baik

metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.” Kemudian Rusli Lutan

(1988:397) menjelaskan “ metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai.”

Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode merupakan suatu cara

yang diprgunakan oleh guru untuk pengorganisasian dan bimbingan belajar siswa

sehingga siswa memperoleh pengetahuan, sikap atau nilai dan ketrampilan

tertentu sesuai dengan bentuk pola pikiran yang ditetapkan dalam tujuan.

Rusli Lutan (1988:398) mengatakan :

Suatu metode sebagai metode mengajar, cenderung diartikan sebagai suatu cara yang spesifik untuk menyuguhkan tugas-tugas belajar (learning task) secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada pengusaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa metode mengajar merupakan alat untuk

merubah sikap serta tingkat pemikiran siswa melalui tindakan yang dilakukan

oleh guru melalui bimbingan-bimbingan yang dilakukannya dalam proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

1.1.3 Sarana dan Prasarana

1.1.3.1 Pengertian sarana dan prasarana

Terdapat lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar

yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu. Ketidak adaan salah satu faktor saja

dari faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. Dengan

5 faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadang-

kadang dengan hasil yang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila

ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/Sarana dan Prasaran Pendidikan.

Seperti yang diutrakan oleh Suharsimi Arikunto (1993:81) bahwa :

“Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.”

Hal senada juga diutarakan oleh E. Mulyasa (2004:49) bahwa :

“Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah

semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan,

khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,

efektif dan efesien.

Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) prasarana

berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya :

lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga, uang dan sebagainya.

Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal bahwa prasarana pendidikan adalah

semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang

pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana

pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses

pendidikan di sekolah, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju

sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

1.1.3.2 Jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan

Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau

sifatnya, yaitu:

1. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM

Prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat

menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman,

pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon,

serta perabot/mobiler.

Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat

menentukan) terhadap PBM contohnya seperti alat pelajaran, alat peraga, alat

praktek dan media pendidikan.

2. Ditinjau dari jenisnya.

Fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas

nonfisik.

Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud

benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau

melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot,

alat peraga, model, media, dan sebagainya.

Fasilitas nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat

disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan

atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.

3. Ditinjau dari sifat barangnya

Benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan

barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.

a. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan

menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai.

1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu

dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat

susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tukis,

tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya. (Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971).

2) Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai

berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam

jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar

selalu siap-pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis,

komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan

sebagainya.

b. Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah pindah letaknya

atau tidak bisa dipidahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur, menara

air, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Nawawi (1987), ditinjau dari

hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar adalah sebagai berikut:

1.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat

dikemukakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

1. Hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 2

Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.

Kompetensi seorang guru merupakan salah satu faktor yang paling penting

dalam pendidikan. Kompetensi yang ada haruslah benar-benar dimiliki oleh

seorang guru, mesekipun hal tersebut membutuhkan waktu yang lama tetapi

hal tersebut sangat penting. Kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki oleh

seoarang guru, akan sangat bermanfaat sekali pada saat proses belajar mengajar

berlangsung. Sehingga, jika guru memiliki kompetensi yang baik, maka

prestasi belajar siswa akan baik.

2. Hubungan antara metode mengajar dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri

2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.

Metode belajar merupakan salah satu bagaian yang terdapat pada saat

proses belajar berlangsung. Proses belajar mengajar tidak akan efektif tanpa

adanya perencanaan metode yang matang. Karena, hal tersebut akan

mempengaruhi terhadap materi yang disampaikan apakah dapat diterima

dengan baik oleh siswa atau tidak. Sehingga, jika guru menggunakan metode

yang baik dan tepat dalam mengajar, maka prestasi belajar siswa akan baik.

3. Hubungan antara sarana dan prasarana dengan prestasi belajar siswa SMK

Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.

Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat atau fasilitas

atau perlengkapan dasar yang secara langsung dan tidak langsung

dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan dan demi tercapainya

tujuan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang, meja kursi,

alat-alat media pengajaran, ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek

keterampilan, serta ruang laboratorium dan sebagainya.

Masalah pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan merupakan faktor

yang penting terhadap proses belajar mengajar. Untuk itu ini akan benar-benar

menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif. Sehingga, jika fungsi dan

peranan sekolah, guru, siswa dan personel sekolah dalam memanfaatkan

sarana dan prasarana pendidikan dapat terlaksana dengan baik, maka prestasi

belajar siswa akan baik.

4. Hubungan antara kompetensi guru, metode mengajar serta sarana dan

prasarana dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik

konstruksi kayu kelas XII.

Jika guru memiliki kompetensi yang bagus dan dalam proses belajar

mengajar menggunakan metode yang baik dan tepat serta dapat memanfaatkan

sarana dan prasarana yang ada dengan baik sesuai dengan fungsi serta

kebutuhannya, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar

sehingga prestasi belajar siswa akan lebih baik.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa

SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.

2. Ada hubungan positif antara metode mengajar dengan prestasi belajar siswa

SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.

3. Ada hubungan positif antara sarana dan prasarana dengan prestasi belajar siswa

SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.

4. Ada antara kompetensi guru, metode mengajar serta sarana dan prasarana

dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi

kayu kelas XII.