BAB II - Landasan Teori
-
Upload
widi-juli-budiarto -
Category
Documents
-
view
399 -
download
5
Transcript of BAB II - Landasan Teori
BAB II
LANDASAR TEORI
1.1 Landasan Teori
1.1.1 Kompetensi guru
1.1.1.1 Pengertian kompetensi guru
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yakni "competence", yang berarti
kecakapan, kemampuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi
adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.
Dengan demikian, tidaklah berbeda dengan pengertian kompetensi yang
dikemukakan oleh Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh
Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu
tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan.
Hal senada juga dikemukakan oleh McAhsan (1981:45), sebagaimana
dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi:
“…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Akan tetapi,semua kompetensi-kompetensi tersebut tidaklah mudah untuk
dikuaisai, semua hal tersebut membutuhkan suatu proses pembelajaran agar
kompetensi-kompetensi tersebut dapat dengan benar dikuasai. Seperti yang
diungkapkan oleh Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh
seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun
pengalaman.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan semua hal yang
dikuaisai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, baik penguasaan
terhadap suatu tugas, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang
diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya.
Sedangkan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsesia, Guru merupakan
sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing.
Bila menurut N.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dari pengertian tersebut mengandung arti bahwa penggunaan sebutan
guru tidak hanya dipakai dalam dunia pendidikan, tetapi hampir semuaaktivitas
yang memerlukan seorang pelatih, pembimbing atau sejenisnya. Akan tetapi, bila
lebih mengkaji lagi bagaimanakah yang disebut sebagi guru dalam dunia
pendidikan, maka kita kan mengetahui sesungguhnya untuk menjadi seorang guru
haruslah menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Moh. Uzer Usman bahwa guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus untuk mengemban tugas dalam mengajar, mendidik
dan membimbing peserta didik, baik secara individual ataupun klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah semua hal
yang harus dikuaisai oleh seseorang yang berprofesi sebagai guru, baik
penguasaan terhadap pengetahuan, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang
diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman, untuk
mengemban tugas dalam mengajar, mendidik, dan membimbing baik secara
individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan
sebaik-baiknya.
1.1.1.2 Dimensi – dimensi kompetensi guru
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen
pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini
dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat
dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar,
dan kemampuan melakukan penilaian.
2. Kompetensi Pribadi
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia.
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru
dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan
keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta
merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara
simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada
umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi.
Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah
cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.
3. Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam”.
Sedangkan Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional
adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya
sebagai guru profesional.
Jadi kompetensi professional adalah berbagai kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru secara luas dan mendalam agara dapat
mewujudkan dirinya sebagai guru yang professional.
4. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang
Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.
1.1.2 Metode Mengajar
1.1.2.1 Pengertian metode belajar
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, pemerintah melalui
Dinas Pendidikan telah meluncurkan beberapa alternatife pemecahannya, antara
lain dengan perbaikan kurikulum yang telah berlangsung beberapa kali. Namun,
dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak mungkin akan dapat
dilakukan apabila hanya melakukan perbaikan kurikulum saja tanpa diiringi
dengan pembaharuan metode mengajar yang dilakukkan guru di lapangan.
Pada kenyataannya guru merupakan pembuat keputusan akhir dalam
memberikan kesempatan belajar atau berlatih kepada siswa. Karena itu, dapat
dikatakan bahwa efektifitas pelaksanaan kurikulum banyak ditentukan oleh
kepedulian dan kemampuan guru dalam menerapkannya yang diwujudkan melalui
metode belajar yang digunakan.
Pada proses belajar mengajar, penggunaan metode belajar yang baik dan
tepat merupakan hal yang sangat penting demi tercapainya tujuan belajar yang
diharapkan. Pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting karena metode
merupakan sarana penyalur dan pengarah secara timbal balik antara guru dan
siswa.
Mengenai metode, Surakhmad (1986:96)mengatakan “Metode merupakan
cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin baik
metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.” Kemudian Rusli Lutan
(1988:397) menjelaskan “ metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai.”
Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode merupakan suatu cara
yang diprgunakan oleh guru untuk pengorganisasian dan bimbingan belajar siswa
sehingga siswa memperoleh pengetahuan, sikap atau nilai dan ketrampilan
tertentu sesuai dengan bentuk pola pikiran yang ditetapkan dalam tujuan.
Rusli Lutan (1988:398) mengatakan :
Suatu metode sebagai metode mengajar, cenderung diartikan sebagai suatu cara yang spesifik untuk menyuguhkan tugas-tugas belajar (learning task) secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada pengusaan isi dari pengalaman belajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa metode mengajar merupakan alat untuk
merubah sikap serta tingkat pemikiran siswa melalui tindakan yang dilakukan
oleh guru melalui bimbingan-bimbingan yang dilakukannya dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
1.1.3 Sarana dan Prasarana
1.1.3.1 Pengertian sarana dan prasarana
Terdapat lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar
yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu. Ketidak adaan salah satu faktor saja
dari faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. Dengan
5 faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadang-
kadang dengan hasil yang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila
ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/Sarana dan Prasaran Pendidikan.
Seperti yang diutrakan oleh Suharsimi Arikunto (1993:81) bahwa :
“Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.”
Hal senada juga diutarakan oleh E. Mulyasa (2004:49) bahwa :
“Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efesien.
Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) prasarana
berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya :
lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga, uang dan sebagainya.
Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal bahwa prasarana pendidikan adalah
semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan di sekolah, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
1.1.3.2 Jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan
Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau
sifatnya, yaitu:
1. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM
Prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat
menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman,
pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, listrik, telepon,
serta perabot/mobiler.
Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat
menentukan) terhadap PBM contohnya seperti alat pelajaran, alat peraga, alat
praktek dan media pendidikan.
2. Ditinjau dari jenisnya.
Fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas
nonfisik.
Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud
benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau
melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot,
alat peraga, model, media, dan sebagainya.
Fasilitas nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat
disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan
atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.
3. Ditinjau dari sifat barangnya
Benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan
barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.
a. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan
menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai.
1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu
dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat
susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tukis,
tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya. (Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971).
2) Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai
berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam
jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar
selalu siap-pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis,
komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan
sebagainya.
b. Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah pindah letaknya
atau tidak bisa dipidahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur, menara
air, dan sebagainya. Selanjutnya menurut Nawawi (1987), ditinjau dari
hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar adalah sebagai berikut:
1.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat
dikemukakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :
1. Hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 2
Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.
Kompetensi seorang guru merupakan salah satu faktor yang paling penting
dalam pendidikan. Kompetensi yang ada haruslah benar-benar dimiliki oleh
seorang guru, mesekipun hal tersebut membutuhkan waktu yang lama tetapi
hal tersebut sangat penting. Kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki oleh
seoarang guru, akan sangat bermanfaat sekali pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Sehingga, jika guru memiliki kompetensi yang baik, maka
prestasi belajar siswa akan baik.
2. Hubungan antara metode mengajar dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri
2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.
Metode belajar merupakan salah satu bagaian yang terdapat pada saat
proses belajar berlangsung. Proses belajar mengajar tidak akan efektif tanpa
adanya perencanaan metode yang matang. Karena, hal tersebut akan
mempengaruhi terhadap materi yang disampaikan apakah dapat diterima
dengan baik oleh siswa atau tidak. Sehingga, jika guru menggunakan metode
yang baik dan tepat dalam mengajar, maka prestasi belajar siswa akan baik.
3. Hubungan antara sarana dan prasarana dengan prestasi belajar siswa SMK
Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.
Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat atau fasilitas
atau perlengkapan dasar yang secara langsung dan tidak langsung
dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan dan demi tercapainya
tujuan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang, meja kursi,
alat-alat media pengajaran, ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek
keterampilan, serta ruang laboratorium dan sebagainya.
Masalah pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan merupakan faktor
yang penting terhadap proses belajar mengajar. Untuk itu ini akan benar-benar
menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif. Sehingga, jika fungsi dan
peranan sekolah, guru, siswa dan personel sekolah dalam memanfaatkan
sarana dan prasarana pendidikan dapat terlaksana dengan baik, maka prestasi
belajar siswa akan baik.
4. Hubungan antara kompetensi guru, metode mengajar serta sarana dan
prasarana dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik
konstruksi kayu kelas XII.
Jika guru memiliki kompetensi yang bagus dan dalam proses belajar
mengajar menggunakan metode yang baik dan tepat serta dapat memanfaatkan
sarana dan prasarana yang ada dengan baik sesuai dengan fungsi serta
kebutuhannya, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar
sehingga prestasi belajar siswa akan lebih baik.
1.3 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa
SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.
2. Ada hubungan positif antara metode mengajar dengan prestasi belajar siswa
SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.
3. Ada hubungan positif antara sarana dan prasarana dengan prestasi belajar siswa
SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi kayu kelas XII.
4. Ada antara kompetensi guru, metode mengajar serta sarana dan prasarana
dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 2 Sragen jurusan teknik konstruksi
kayu kelas XII.