BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius,...

23
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor) dan juga tamu atau orang lain yang berada ditempat kerja. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan kesehatan dan keselamatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja. Rijuna Dewi (2006). Randall dan Jackson (1999) mengatakan apabila perusahaan dapat melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktifitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim. 5. Fleksibilitas dan adaptasi yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa kepemilikan. 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius,...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan

mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja (termasuk pekerja

kontrak dan kontraktor) dan juga tamu atau orang lain yang berada

ditempat kerja.

Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu

sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada

semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun

menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada

hukum dan aturan kesehatan dan keselamatan kerja, yang tercermin pada

perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja. Rijuna Dewi

(2006).

Randall dan Jackson (1999) mengatakan apabila perusahaan dapat

melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik,

maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktifitas karena menurunnya jumlah hari kerja

yang hilang.

2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih

rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptasi yang lebih besar sebagai akibat dari

partisipasi dan rasa kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

5

perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Modjo (2007) menjelaskan mengenai manfaat penerapan

program kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan antara lain:

1. Pengurangan Absentisme.

Perusahaan yang melaksanakan program kesehatan dan keselamatan

kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan

penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak

masuk karena lasan cedera atau sakit akibat kerja pun semakin

berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.

Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar

memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya

kemungkinan untuk mengalami cedera dan sakit akibat kerja adalah

kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/

kesehatan dari mereka.

3. Pengaruh Turnover Pekerja.

Perusahaan yang menerapkan program kesehaan dan keselamatan

kerja mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa pihak

manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka,

sehingga menyebabkan para pekerja menjadi lebih bahagia dan tidak

mau keluar dari pekerjaannya.

4. Peningkatan Produktivitas.

Dari hasil penelitian yang ada memberikan gambaran bahwa baik

secara individu maupun bersama-sama penerapan program kesehatan

dan keselamatan kerja memberikan pengaruh positif terhadap

produktivitas kerja.

2.1.1 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

6

kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya, selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

gizi pegawai/tenaga kerja.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam

bekerja.

2.1.2 Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan

menyusun Undang-Undang Tentang Kecelakaan tahun 1947 Nomor 33,

yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 Januari 1951, kemudian disusul

dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan

kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti

tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan

(Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, 2002). Lalu, menurut

penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992,

menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan

aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan

dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudya perlindungan tenaga

kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja

yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawana juga

harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan

bersama.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

7

Berdasarkan Undang-undang no. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1,

syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat

aturan K3 adalah:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,

sinar, radiasi, suara dan getaran

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan

2.1.3 Bahaya

Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses, material,

dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja berhubungan dengan

pekerjaan yang menjadi berpotensi menjadi sumber kecelakaan cidera

penyakit dan kematian. Bahaya merupakan suatau keadaan yang

memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian berupa

cidera, penyakit, kematian, kerusakan atau ketidakmampuan

melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).

Bahaya (hazard) merupakan suatu keadaan (energy, tindakan, kondisi)

yang memungkinkan atau menimbulkan cidera, penyakit, kematian

ataupun kerusakan harta benda termasuk di dalamnya adalah kerusakan

lingkungan , termasuk dalam definisi bahaya ini adalah aspek lingkungan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

8

(Amminudin, 2011).

Sumber-sumber bahaya bisa berasal dari :

a. Manusia

Dari penyidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan

sangatlah penting. Selalu ditemui, dari hasil penelitian bahwa 80-85%

kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia.Bahkan

ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung,

semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia.

b. Peralatan

Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung

bahaya apabila tidak digunakan dengan semestinya, tidak ada latihan

tentang penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan

perlindungan dan pengamanan, serta tidak ada perawatan atau

pemeriksaan. Perawatan dan pemeriksaan diadakan

menurut kondisi agar bagian-bagian mesin atau alat-alat yang berbahaya

dapat dideteksi sedini mungkin.

c. Bahan atau material

Menurut Amminudin (2011), Karakteristik bahan yang ditimbulkan dari

suatu bahan tergantung dari sifat bahan, antara lain :

1) Mudah terbakar

2) Mudah meledak

3) Menimbulkan energi

4) Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringan tubuh

5) Menyebabkan kanker

6) Menyebabkan kelainan pada janin

7) Bersifat racun

8) Radioaktif

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

9

d. Proses

Bahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari teknologi yang

dipakai. Proses yang dilakukan menggunakan peralatan yang

sederhana dan peralatan yang komplek/rumit mempunyai potensi

bahaya yang berbeda. Dari proses produksi terkadang timbul debu,

asap, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti tangan terjepit,

terpotong, memar, tertimpa bahan. Hal tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja (Amminudin 2011).

e. Cara Kerja

Cara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan sendiri atau

orang yang berada di sekitar. Cara kerja yang dimaksud antara lain :

1). Cara mengangkat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahan

akan mengakibatkan cidera.

2). Cara kerja yang salah dapat mengakibatkan partikel (debu, serbuk

logam) terhambur, timbulnya percikan api serta tumpahnya

bahan kimia

3). Pemakaian alat pelindung diri yang tidak sebagaimana mestinya

serta cara pemakaian yang salah.

f. Lingkungan Kerja

Faktor-faktor bahaya lingkungan kerja antara lain :

1) Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat

lambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dll.

2) Faktor kimia, meliputi gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan,

dan benda benda padat.

3) Faktor biologi, baik golongan hewan maupun tumbuhan

4) Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja

5) Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di

antara pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan

sebagainya.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

10

2.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah yang berhubungan dengan hubungan

kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa

kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang

jelas suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak

terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta

benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu

proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang

tidak dapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat

diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak

memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kewajiban berbuat secara selamat

dan mengatur peralatan serta perlengkapan sesuai dengan standar

kewajiban oleh Undang-Undang (Bennet Silalahi N.B 1991).

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan

manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadan lingkungan yang tidak

aman (unsafe condition). Dari data kecelakaan didapatkan 85% sebab

kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia

dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan

dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam

kedaan yang aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka

kecelakan kerja (Suma’mur, 1996).

Teori trerjadinya kecelakaan kerja dirumuskan oleh Heinrich dan

kemudian disempurnakan oleh Frank E. Bird. Teori tersebut dikenel

dengan Teori Domino. Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa

kecelakaan kerja tidak datang dengan sendirinya, ada serangkaian

peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu kecelakaan kerja.

Dalam teori ini rangkaian dari beberapa peristiwa digambarkan sebagai

rangkaian kartu domino.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

11

Pada buku Practical Loos Control Leadership (1986), Frank E.

Bird dan Germain menggambarkan urutan-urutan kejadian yang saling

berhubungan dan berakhir pada kerugian yaitu cidera, kerusakan

peralatan atau terhentinya proses.

2.2.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Ranuprojo (1988) menyebutkan sebab-sebab kecelakaan

bisa dikelompokkan menjadi dua sebab utama, yaitu sebab-sebab teknis

dan sebab- sebab human (manusia). Sebab-sebab teknis biasanya

menyangkut masalah keburukan pabrik, peralatan yang digunakan,

mesin-mesin, bahan-bahan dan buruknya lingkungan kerja. Untuk

mengurangi perlu dilakukan perbaikan teknis. Sebab-sebab manusia

biasanya dikarenakan oleh deficiencies para individu seperti sikap yang

ceroboh, tidak hati-hati, tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik,

mengantuk, pecandu alkohol atau obat bius, dan lain sebagainya. Para

ahli mensinyalir 4 dari 5 kecelakaan, penyebabnya adalah manusia. Oleh

karena itu program keselamatan kerja harus lebih banyak memusatkan

kepada aspek manusianya. Di antara sebab-sebab teknis antara lain

adalah: penerangan yang kurang, mesin-mesin yang kurang terpelihara,

dan suara bising yang berlebih- lebihan. Karyawan yang sering

mengalami kecelakaan di waktu bekerja disebut sebagai accident prone

individuals.

2.2.2 Akibat yang ditimbulkan Akibat Kecelakaan Kerja

Daryanto (2002) menyatakan, akibat dari kecelakaan kerja itu

sendiri menyangkut hal berikut:

1. Kerugian bagi instansi

a. Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit.

b. Biaya pengobatan, penguburan jika korban sampai meninggal dunia.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

12

c. Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong

sehingga memperlambat kelancaran program.

d. Mencari pengganti atau melatih tenaga baru.

e. Mengganti/memperbaiki mesin yang rusak.

f. Kemunduran mental para pekerja/siswa lain.

2. Kerugian bagi korban

Kerugian yang paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu

sampai mengakibatkan ia sampai cacat atau meninggal dunia, ini

berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih

sayang orang tua terhadap putra-putrinya.

3. Kerugian bagi masyarakat dan Negara

Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya

produksi yang menyebabkan dinaikkannya harga produksi perusahaan

tersebut dan merupakan pengaruh dari harga pasaran.

2.2.3 Cara Mencegah Kecelakaan

Menurut International Labour Office, Genewa, Switzerland

(1989) dalam buku Pedoman Pencegahan Kecelakaan Kerja terdapat

berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan

kerja dalam industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenahi

hal-hal seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi,

pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan

industri, kewajiban- kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,

pengawasan kesehatan, pertolongan pertama dan pemeriksaan

kesehatan.

2. Standarisasi yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi

ataupun tidak resmi, misalnya mengenai konstruksi yang aman dari

jenis-jenis peralatan industri tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang aman

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

13

dan sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.

3. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan

yang harus dipatuhi.

4. Riset Teknis, termasuk penyelidikan peralatan dan ciri-ciri bahan

berbahaya, penelitian tentang pelindungan mesin, pengujian masker

pernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas

dan debu, atau pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta

perancangan tali kerekan dan alat-alat kerekan lainnya.

5. Riset Medis, termasuk penyelidikan dampak fungsiologis dan

patologis dari faktor-faktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-

kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya kecelakaan.

6. Riset Psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola

psikologis yang dapat menyebabkan kecelakaan.

7. Riset Statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,

berapa banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi

korban,dalam kegiatan-kegiatan seperti apa, dan apa saja yang

menjadi penyebab.

8. Pendidikan, meliputi pengajaran subyek keselamatan sebagai mata

ajaran dalam akademi teknik, sekolah-sekolah dagang atau kursus-

kursus magang.

9. Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi-istruksi praktis

bagi para pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal

keselamatan kerja.

10. Persuasi, sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi

dan imbauan untuk mengembangkan “kesadaran akan keselamatan”

11. Asuransi, yaitu dengan cara penyediaan dana-dana untuk

meningkatkan upaya-upaya pencegahan kecelakaan, misalnya pabrik-

pabrik yang telah mengadakan standar pengamanan yang tinggi.

12. Tindakan-tindakan, pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing

individu.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

14

2.2.4 Manajemen Risiko

Istilah “risiko” (risk) memiliki banyak definisi, tetapi pengertian

secara ilmiah sampai saat ini masih tetap beragam. Menurut kamus bahasa

Indonesia versi online dalam buku Mnajemen Risiko Bisnis (Pramana,

2011), risiko adalah “akibat yang kurang menyenagkan (merugikan,

membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan”. Dengan kata lain,

risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat

mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau

individu (Pramana, 2011). Secara ilmiah risiko didefinisikan sebagai

kombinasi fungsi dari frekuensi kejadian, probabilitas dan konsekuensi

dari bahaya risiko yang terjadi.

Sedangkan pengertian manajemen adalah suatu proses kegiatan

yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengukuran dan tindak

lanjut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan

sumber daya yang ada. Menurut (Bennet Silalahi N.B, 1991) manajemen

merupakan satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak

tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik

dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi.

Jadi, pengertian manajemen risiko adalah suatu upaya penerapan

kebijakan peraturan dan upaya-upaya praktis manajemen secara

sistematis dalam menganalisa pemakaian dan pengontrolan risiko untuk

melindungi pekerja serta lingkungan (Hermawan, 2010). Manajemen

Risiko adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya

kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehesif, terencana dan

terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.

2.3 Metode HIRA (Hazard Identification Risk Assesment)

Metode HIRA (Hazard Identification Risk Assesment) yang merupakan

tahapan awal dalam manajemen risiko. Metode HIRA (Hazard

Identification Risk Assesment), yaitu suatu proses pemerikasaan terstruktur

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

15

dan sistematis dari perencanaan dan proses atau operasi yang ada untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah guna mengurangi terjadinya

kecelakaan kerja (S. Gokul Raj dan N. Shivasankaran, 2014).

Menurut S. Gokul Raj dan N. Shivasankaran (2014) yang dikutip dari

AHSAS 18001, cara terbaik untuk mengurangi bahaya adalah dengan

menyingkirkan hal-hal yang mempunyai potensi bahaya terhadap

terjadinya kecelkaan kerja. Cara melakukan identifikasi bahaya adalah

dengan mengidentifikasi seluruh proses/ area yang ada dalam segala

kegiatan, mengidentifikasi sebanyak mungkin aspek keselamatan dan

kesehatan kerja pada setiap proses/ area yang telah diidentifikasi

sebelumnya dan identifikasi K3 dilakukan pada suatu proses kerja baik

pada kondisi normal, abnormal, emergency, dan maintenance.

Berikut proses identifikasi menggunakan HIRA menurut UNSW Health

and Safety (2008):

2.3.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Pada tahap ini dilakukan proses Identifikasi Bhaya dilakukan

dengan tujuan untuk mencari titik-titik bahaya yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja di perusahaan.

Identifikasi bahaya ini adalah usaha-usaha mengenal dan

mengetahui adanya bahaya pada suatu sistem (peralatan, unit kerja,

prosedur) serta menganalisa bagaimana terjadinya. Identifikasi sumber

bahaya.

Tabel 2.1. Identifikasi Hazard dan Risk

No. Event Hazard Risk Outcome

Sumber: UNSW Health and Safety, 2008

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

16

Keterangan :

a. Event adalah suatu aktivitas penyebab terjadinya kecelakaan kerja

b. Hazard adalah sumber potensi bahaya

c. Risk adalah suatu risiko yang alkan terjadi dengan adanya hazard

d. Outcome bisa diartikan sebagai akibat nantinya dengan adanya hazard

2.3.2 Analisa Risiko (Risk Assesment)

Tahap analisa risiko yang dilakukan adalah dengan

mendefinisikan sumber-sumber penyebab masalah kecelakaan kerja yang

terjadi. Adapun langkah-langkah dari analisa risiko antara lain :

1. Estimasi Kriteria-Kriteria Risiko

Mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa lama

seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Berikut contoh tabel risko

yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah perusahaan. Terdapat 2

kriteria dalam perangkingan risiko yaitu :

a. Likelihood (L) adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan

Tabel 2.2. Kriteria Likehood

Likelihood

Level Criteria Description

Kualitatif Semi Kualitatif

1 Jarang terjadi Dapat dipikirkan tetapi tidak hanya

saat keadaan yang ekstrim

Kurang dari 1 kali

dalam 10 tahun

2 Kemungkinan

Kecil

Belum terjadi tapi bisa muncul atau

terjadi pada suatu waktu

Terjadi 1 kali dalam 10

tahun

3 Mungkin Seharusnya terjadi dan mungkin

telah terjadi atau muncul disini atau

ditempat lain

1 kali per 5 tahun atau

1 kali per tahun

4 Kemungkinan

Besar

Dapat terjadi dengan mudah,

mungkin muncul dalam keadaan

Lebih dari 1 kali per

tahun hingga 1 kali per

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

17

yang paling banyak terjadi bulan

5 Hampir Pasti Sering terjadi, diharapkan muncul

dalam keadaan yang paling banyak

terjadi

Lebih dari 1 kali per

bulan

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

b. Severity and Consequences © adalah tingkat keseriusan cidera dan

kehilangan hari kerja

Tabel 2.3. Kriteria Consequences atau Severity

Likehood

Level Criteria Description

Kualitatif Semi Kualitatif

1 Tidak

Signifikan

Kejadian tidak memberikan kerugian atau

cidera pada manusia

Tidak menyebabkan

kehilangan hari kerja

2 Kecil Menimbulkan cidera ringan, kerugian

kecil dan tidak menimbulkan dampak

terhadap kelangsungan bisnis

Masih dapat bekerja

pada hari atau shift

yang sama

3 Sedang Cidera berat dan dirawat dirumah sakit,

tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian

financial sedang

Kehilangan hari kerja

dibawah 3 hari

4 Berat Menimbulkan cidera parah dan cacat tetap

serta kerugian financial besar yang

menimbulkan dampak terhadap

kelangsungan bisnis

Kehilangan hari kerja

3 hari atau lebih

5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan

kerugian parah bahkan dapat

menghentikan kegiatan binis selamanya

Kehilangan hari kerja

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

2. Penentuan Tingkat Keseriusan atau Severitas

Dilakukan proses penilaian dari masing-masing sumber bahay, kita

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

18

harus membuat keputusan tentang seberapa parah kecelakaan atau sakit

yang mungkin terjadi.

Penentuan tingkat keseriusan dari suatu kecelakaan juga

memerlukan suatu pertimbangan tentang dampak kecelakaan dan bagian-

bagian tubuh atau indera manusia mana saja yang dapat berpegaruh

dalam potensi bahaya.

Tabel 2.4 Rating Consequence and Rating Likelihood

Hazard Risk Consequence Likelihood

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

3. Matriks Klaster Risiko

Selanjutnya membuat skala risiko untuk setiap potensi bahaya yang

diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian potensi

bahaya serta risiko yang telah terjadi dengan Matriks Risiko.

Tabel 2.5 Rating Matriks

Likelihood

Rating

Concequence Rating

1 2 3 4 5

1 1 2 3 4 5

2 2 4 6 8 10

3 3 6 9 12 15

4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

19

Keterangan :

Selanjutnya dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-masing

hazard yang telah diidentifikasi dengan cara melakukan perkalian pada

tiap-tiap nilai hazard pada kriteria likelihood dan consequence, sehingga

akan diperoleh skor risko guna tindakan perbaikan.

Tabel 2.6. Perhitungan Skor Risiko

Hazard Risk Consequence Likelihood Skor Risiko

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

Skor Risiko = Consequence x Likelihood

1. Diagram Presentase Risiko

Tahap ini dilakukan proses identifikasi berdasarkan skor risiko

dengan diagram yang menjelaskan presentase dari masing-masing risiko.

Gambar 2.1 Contoh Diagram Presentase Risiko

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

Gambar 2.1 Contoh Diagram Presentase Risiko

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

20

2.3.2 Pengendalian Risiko (Risk Control)

Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai pengendalian risiko

yang dapat diterapkan pada titik-titik yang dapat menimbulkan bahaya

kerja di Perusahaan. Tujuan dari tahap ini adalah mengubah

ketidakpastian menjadi keuntungan bagi perusahaan dengan cara

menghambat terjadinya ancaman.

Prioritas tindakan perbaikan dari masing-masing potensi bahaya

(hazard) dan risiko (risk) yang akan terjadi dengan mengacu pada Tabel

Indeks Prioritas Tindakan Perbaikan dibawah ini :

Tabel 2.7 Indeks Prioritas Tindakan Perbaikan

Sumber : UNSW Health and Safety, 2008

Tahap terakhir dari pengemdalian dan perbaikan adalah

mengevaluasi masing-masing bahaya berdasarkan tingkat bahaya risiko,

diantaranya :

1. Bahaya Risiko Ekstrim

2. Bahaya Risiko Tinggi

3. Bahaya Risiko Sedang

4. Bahaya Risiko Rendah

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

21

2.3.3 Human Error

Human error didefinisikan sebagai keputusan atau perilaku

manusia yang tidak tepat yang mengurangi atau berpotensi mengurangi

efektivitas, keselamatan atau performa sistem (Sanders & McCormick,

1993). Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh manusia menimbulkan

dampak negatif bagi performansi perusahaan. Menurut Meister dalam

Eviyanti, 2013, 20%-50% kegagalan yang terjadi dalam suatu sistem

disebabkan oleh human error. Menurut Meister dalam Soesanto (2010),

human error adalah probabilitas keandalan manusia untuk menyelesaikan

suatu aktivitas secara sukses dalam kurun waktu tertentu. Ramussen

dalam Sanders & McCormick (1993) mengidentifikasi tiga tipe human

error berdasarkan tingkatan perilaku, yaitu :

1. Skill-based behavior

Skill-based behavior adalah perilaku yang dikendalikan oleh

rutinitas dan pola yang tetap. Hal ini terjadi pada operator yang bekerja

pada situasi yang rutin.Error yang termasuk dalam skill-based behavior

umumnya adalah kesalahan dalam mengeksekusi.

2. Rule-based behavior

Rule-based behavior terjadi pada situasi yang umum dimana

terdapat aturan yang digunakan untuk mengkoordinasikan perilaku sub-

rutin. Error jenis ini termasuk error dalam mengidentifikasi point

menonjol dari sebuah situasi dan mengingat serta mengaplikasikan aturan

yang benar.

3. Knowledge-based behavior

Knowledge-based behavior terjadi pada situasi yang unik dan

tidak umum dimana setiap tindakan harus direncanakan berdasarkan

tujuan akhirnya. Error jenis ini terjadi karena analisa dan pengambilan

keputusan yang kurang tepat.

Klasifikasi human error menurut Swain dalam Pulat (1992) adalah :

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

22

1. Errors of omission

Kesalahan dimana operator tidak melakukan sesuatu yang

seharusnya dilakukan. Salah satu langkah atau keseluruhan dalam

pekerjaan mungkin dihilangkan. Contoh dari Error jenis ini adalah

pekerjaan mencetak halaman pada sebuah dokumen, namun halaman

tidak tercetak. Terjadinya

errors of omission dapat disebabkan oleh training yang tidak memadai

atau terlalu tinggi atau terlalu rendahnya tingkat stress.

2. Errors of commission

Kesalahan dimana operator melakukan pekerjaannya, tetapi tidak

dilakukan dengan benar. Beberapa alasan yang mungkin menyebabkan

terjadinya errors of commission adalah kesalahan dalam pengaplikasian

tindakan, kesalahan dalam urutan pengerjaan, gagal menyelesaikan tugas

tepat waktu atau kurangnya aplikasi. Meister dalam Pulat (1992)

mengklasifikasikan error dalam jenis aktivitas yang dilakukan, yaitu :

1. Operating errors

Kesalahan yang dilakukan operator dalam lingkungan kerjanya.

Berbagai jenis kesalahan dapat terjadi dalam pengoperasian peralatan.

2. Assembly errors

Kesalahan yang dilakukan operator saat proses assembly.

Kesalahan dapat ditemukan saat proses inspeksi atau setelah menemukan

kegagalan dalam penggunaan produk.

3. Design errors

Kesalahan yang terjadi akibat tidak memadainya rancangan yang

dibuat oleh desainer yang dapat disebabkan oleh kurangnya waktu

perancangan atau dasar rancangan yang tidak cukup.

4. Inspection errors

Kesalahan yang terjadi saat proses inspkesi. Inspector tidak 100%

akurat. Mereka mungkin menolak produk/rakitan yang baik atau

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

23

melewatkan produk yang buruk.

5. Installation errors

Kesalahan yang terjadi selama proses instalasi mesin. Penyebab

dari Installation errors adalah kurang memadainya pengalaman instalasi

dan instalasi tidak sesuai dengan instruksi yang ada.

6. Maintenance errors

Kesalahan yang dilakukan oleh pekerja maintenance. Contohnya

adalah kesalahan dalam perbaikan peralatan dan kalibrasi. Menurut

Sutalaksana (1979) dalam jurnal taknik Institut Teknologi Surabaya yang

berjudul Analisis Human Error Terhadap Kecelakaan Kapal Pada Sistem

Kelistrikan Berbasis Data di Kapal, terdapat klasifikasi Human Error

untuk mengidentifikasi penyebab kesalahan tersebut yaitu System Induced

Human Error, Design Induced Human Error dan Pure Human Error

a. System Induced Human Error

System Induced Human Error adalah dimana mekanisme suatu

sistem memungkinkan manusia melakukan kesalahan, misalnya

manajemen yang tidak menerapkan disiplin secara baik dan tepat.

b. Design Induced Human Error

Design Induced Human Error adalah dimana terjadinya kesalahan

disebabkan oleh perancangan atau desain sistem kerja yang kurang baik.

c. Pure Human Error

Pure Human Error adalah kesalahan yang terjadi murni berasal

dari dalam diri manusia itu sendiri, misalnya karena skill, pengalaman

dan psikologis.

2.3.4 Human Error Probability dan Human Reliability

Human Error Probability berhubungan erat dengan Human

Reliability. Human Reliability adalah kemungkinan dari sebuah

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

24

keberhasilan dari suatu tugas dalam batas waktu tertentu, dengan

persyaratan yang ditentukan (Meister, 1971). Swain (1980) mendefinisikan

Human Reliability sebagai performansi suatu sistem dalam waktu tertentu

tetapi tidak menurunkan performansi sistem yang lain. Tujuan dari analisis

human reliability adalah untuk mengetahui daerah – daerah yang beresiko

tinggi, menemukan faktor – factor yang menyebabkan terjadinya human

error, mengetahui besar resiko yang ditimbulkan dan bagaimana melakukan

suatu perbaikan terhadap sistem yang ada sehingga dapat

meminimalisir biaya dan atau dapat mengurangi human error yang dapat

menimbulakan bahaya. Terdapat beberapa teknik untuk menganalisis human

reliability. Teknik – teknik tersebut sangat berguna dalam pengukuran nilai

human error probability (HEP) yang terjadi, sehingga dapat dilakukan

perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi dari suatu pekerjaan. Menurut

Dhillon (1998) dalam Dewi (2008) , HEP didefinisikan sebagai probabilitas

terjadinya human error pada periode waktu tertentu. Potensi terjadinya

human error dapat dilihat berdasarkan HEP (Dewi, 2008).

2.3.2 Hierarchical Task Analysis (HTA)

Hierarchical Task Analysis (HTA) merupakan sebuah metode

untuk menganalisis task yang complex. HTA sering digunakan karena

mudah, detail dan tepat sasaran dalam penggunaanya. Task Analysis

merupakan metode formal untuk mendeskripsikan dan menganalisis

interaksi manusia dengan sistem baik yang berupa aktivitas fisik maupun

aktivitas cognitive yang dilakukan untuk mencapai tujuan sistem. Pada

task analysis peran operator di dalam sistem didefinisikan secara detail.

(Findiastuti et al., 2000) HTA merupakan metode breakdown task yang

paling sering digunakan karena mudah digunakan, detail dan langsung

mengenai sasaran. Langkah awal yang dilakukan dalam HTA adalah

menentukan goal atau tujuan task. Langkah berikutnya adalah

mendeskripsikan sub goal dan merencanakan bagaimana cara mencapai

masing – masing sub goal. Representasi dan record HTA ditampilkan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

25

menggunakan hierarki diagram dan pemberian nomor untuk memberi

petunjuk urutan. HTA juga dapat ditampilkan dalam bentuk tabular

Formats (tabel)

2.3.3 Systematic Human Error Reduction and Prediction (SHERPA)

Systematic Human Error Reduction and Prediction (SHERPA)

dikembangkan oleh Embrey pada tahun 1986 . SHERPA merupakan

salah satu metode kualitatif untuk menganalisa human error dengan

menggunakan task level dasar sebagai inputnya. SHERPA lebih cocok

diterapkan untuk error yang berhubungan dengan keahlian dan kebiasaan

manusia, lebih detail dan konsisten dalam identifikasi error (Kirwan,

1994 dalam Findiastuti et al ., 2008). Langkah – langkah yang dilakukan

dilakukan dalam penerapan metode SHERPA adalah :

1. Terapkan analisa task ke dalam task yang akan diselidiki

2. Identifikasi error yang potensial terjadi dari masing – masing task level

dasar

3. Identifikasi konsekuensi error dan task berikutnya yang dapat

mengantisipasi apabila terjadi error

4. Tabulasikan error – error tersebut ke dalam tabel SHERPA

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan …eprints.umm.ac.id/43899/3/BAB 2.pdfkerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja,

26