Terorisme Mengancam Keamanan Nasional (B.D.O Siagian, Universitas Pertahanan Indonesia)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Disiplin Kerja 2.1.1 ...€¦ · Menurut siagian dalam (Sutrisno, 2016)...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Disiplin Kerja 2.1.1 ...€¦ · Menurut siagian dalam (Sutrisno, 2016)...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Disiplin Kerja
2.1.1. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja pada karyawan sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi
tujuan perusahaan akan sukar dicapai bila tidak ada disiplin kerja. Dengan adanya
disiplin kerja yang baik, berarti akan dicapai pula suatu keuntungan yang berguna,
baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan sendiri. Berikut beberapa pendapat
mengenai disiplin kerja.
Menurut (hamali, 2018) mengemukakan bahwa, “Disiplin Kerja adalah suatu
kekuatan yang berkembang di dalam tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan
dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada keputusan peraturan, dan nilai–nilai
tinggi dari pekerjaan dan perilaku”.
Menurut Keith Davis dalam (Mangkunegara, 2017) “Dicipline is
management action to enforce organization standards”. Berdasarkan pendapat dari
Keith Davis, disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
Menurut Singodimedjo dalam (Syahyuni, 2018) mengatakan bahwa:
Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan
mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin
karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin
yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian
tujuan perusahaan.
Dari pengertian disiplin kerja yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin kerja ialah suatu keharusan
karyawan dalam menaati norma-norma dan mematuhi peraturan yang berlaku
9
sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pendoman-pendoman
organisasi untuk mencapai tujuan.
2.1.2. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja
Menurut siagian dalam (Sutrisno, 2016) bentuk disiplin yang baik akan
tercermin pada suasana :
1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan
2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam
melakuakan pekerjaan.
3. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan
karyawan
5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan
2.1.3. Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut (mangkunegara, 2017) ada tiga pendekatan disiplin yaitu pendekatan
disiplin modern, disiplin dengan tradisi, dan disiplin bertujuan.
1. Pendekatan disiplin modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau
kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara
fisik
b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang
berlaku
10
c. Keputusan-keputusan yang semuanya terhadap kesalahan atau prasangka harus
diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapakan fakta-
faktanya.
d. Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus
disiplin.
2. Pendekatan disiplin dengan tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
a. Displin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjauan kembali bila telah diputuskan.
b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan
dengan tingkat pelanggarannya.
c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun
kepada kepada pegawai lainnya.
d. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus
diberi hukuman yang lebih berat.
3. Pendekatan disiplin bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa :
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dapat dipahami oleh semua pegawai
b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku
c. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik
d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
perbuatannya.
11
2.1.4. Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut Hertatik dalam (Pramularso, 2017) mengemukakan bahwa disiplin
kerja ada 5 jenis yaitu:
1. Disiplin diri Sikap disiplin dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini
merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab pribadi yang berarti
mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya
2. Disiplin Kelompok Disiplin kelompok adalah patut, taat, dan tunduknya
kelompok terhadap peraturan, perintah, dan ketentuan yang berlaku, serta mampu
mengendalikan diri dari dorongan kepentingan dalam upaya pencapaian cita-cita
dan tujuan tertentu, serta memelihara stabilitas organisasi dan menjalankan
standar-standar organisasional.
3. Disiplin preventif Disiplin preventifadalah disiplin yang ditujukan untuk
mendorong pegawai agar berdisiplin dengan menaati dan mengikuti berbagai
standar serta peraturan yang telah ditetapkan.
4. Disiplin korektif Disiplin korektif merupakan suatu upaya untuk memperbaiki
dan menindak pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang
berlaku.
5. Disiplin progresif Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih
berat terhadap pelanggaran yang berulang.
2.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut (Ganyang, 2018) banyak fator yang berpengaruh terhadap
kedisiplinan kerja karyawan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Adanya tujuan yang jelas dari perusahaan
12
Tujuan perusahaan menjadi sasaran yang harus dicapai oleh semua anggota
perusahaan yang bersangkutan. Kedisiplinan kerja akan merujuk kepada tujuan
perusahaan. Dengan demikian agar disiplin kerja karyawan dapat diwujudkan
dengan baik, maka tujuan ini harus disosialisasikan dan dipahami oleh setiap
karyawan.
2. Adanya peraturan yang dimiliki perusahaan
Peraturan yang dimiliki perusahaan harus dinyatakan secara konkrit dan tertulis,
sehingga lebih mudah disosialisasikan dan dilaksanakanoleh semua
karyawan.peraturan ini juga mencantumkan sanki yang pasti bagi para
pelanggarnya tanpa membedakan satu karyawan dengan karyawan lainnya.
Dengan demikian semua karyawan diharapkan akan taat terhadap peraturan yang
telah ditetapkan.
3. Perilaku kedisiplinan atasan
Karyawan akan mencontoh sikap dan perilaku dari atasannya. Jika atasan selalu
taat terhadap peraturan perusahaan, maka karywan akan mengikutinya.
Sebaliknya jika atasan sering melanggar peraturan misalkan berulang kali datang
ke tempat kerja secara terlambat atau pulang daritemapat kerja lebih awal, maka
karyawan tidak menutup kemungkinan akan mencari peluang untuk melakukan
tindakan sama seperti yang dilakukan atasannya.
4. Adanya perhatian dan pengarahan kepada karyawan
Atasan yang mampu memberikan perhatian secara pribadi kepada setiap
karyawan akan menimbulkan kondisi bahwa karywan merupakan bagian penting
dari perusahaan.
13
5. Adanya pengawasan kepada karyawan
Tugas yang diberikan kepada karyawan perlu mendapatkan pengawasan dari
atasan. Hal ini untuk meyakikan bahwa tugas dilaksanakan secara benar dan tepat
waktu.pengawasan yang dilakukan atasan kepada karyawan baik secara berkala
maupun pada waktu yang tidak diinformasikan sebelumnya akan menunjang
terwujudnya kedisiplinan kerja setiap karyawan.
6. Adanya reward and punishment
Reward merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang berhasil
melaksanakan tugas dengan penuh kedisiplinan. Punishment merupakan sanki
yang diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan disiplin kerja yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
7. Besar kecilnya kompensasi
akan bekerja dengan disiplin jika kompensasi yang diterima sebagai balasan jasa
atas hasil kerjanya dinilai memadai atau layak. sebaliknya jika karyawan menilai
kompensasi yang diterimanya kurang layak akan memicu mereka untuk bersikap
dan berperilaku yang melanggar peraturan kedisiplinan diperusahaan.
2.1.6. Tujuan Disiplin Kerja
Menurut (Supomo & N,E 2018) menjelaskan bahwa tujuan umum melakukan
pembinaan disiplin kerja yaitu agar kelangsungan hidup perusahaan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan organisasi. Sementara itu, tujuan khusus yang
direncanakan dari pembinaan disiplin kerja, antara lain:
1. Agar tenaga kerja menaati segala peraturan dan kebijakan ketenaga kerjaan
maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku;
2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya;
14
3.Dapat menggunakan dan memlihara sarana dan prasarana barang dan jasa
perusahan dengan sebaik-baiknya;
4. Dapat bertindak berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku pada perusahaan;
5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan
harapan perusahaan ,baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan kegiatan pengolahan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi, berikut beberapa pendapat mengenai kinerja.
Menurut Indra bastian dalam (Fahmi, 2016) menyatakan bahwa “ kinerja
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatab program
kebijaksanaan dalam mewujudkann sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.
Menurut (Dr.Kasmir, 2017) secara sederhana pengertian “ kinerja adalah hasil
kerja dan perilaku kerja yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
tanggung jawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu”.
Menurut (Erlangga, 2017) menyatakan bahwa “Manajemen kinerja
adalahkeseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan
atauorganisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja
diperusahaan tersebut”.
Menurut Mangkunegara dalam (Erri & Fajrin, 2018) mengungkapkan bahwa
“kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya”.
15
Berdasarkan menurut ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
hasil kerja atau tinggkat pencapaian karyawan yang diperoleh dalam menyelesaikan
tugas yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi atau
perusahaan
2.2.2. Elemen-elemen Kinerja Karyawan
Menurut Herman Pasolong dalam (Fahmi, 2016) kinerja mempunyai
beberapa elemen yaitu :
1. Hasil kerja di capai secara individual atau secara institusi, yang berarti kinerja
tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara sendiri atau kelompok.
2. Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberi wewenang dan tanggung
jawab, yang berarti orang atau lembaga diberi hak dan kekuasaan untuk
ditindaklanjuti, sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan baik.
3. Pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang berarti dalam melaksanakan tugas
individu atau lembaga tentu saja harus mengikuti aturan yang diterapkan.
4. Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral dan etika, artinya selain mengikuti
aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan tersebut haruslah sesuai moral
dan etika yang berlaku.
2.2.3. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
Menurut prawirosentono dalam (Ardial, 2018) terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai, anatara lain :
1. Efektivitas dan efisiensi
Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baikburuknya
kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Dikatakan efektif bila mencapai
16
tujuan, dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai
tujuan.
2. Otoritas dan tanggung jawab
Wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalan suatu organisasi akan
mendukung kinerja pegawai tersebur. Kinerja pegawai akan dapat terwujud bila
pegawai mempunyai komitmen dengan organisasinya dan ditunjang dengan
disiplin kerja yang tinggi.
3. Disiplin
Secara umum, disiplin menujukan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada
didi pegawai terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan. Disiplin meliputi
ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat anata perusahaan dan
pegawai.
4. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk
merencanakan suatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif
sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan, kalau memeang
dia atasan yang baik.
2.2.4. Kreteria-kreteria Kinerja Pegawai
Menurut Jakson dalam (priansa, 2017) mengemukakan bahwa terdapat 3
(tiga) yang berhubungan dengan kinerja yaitu:
1. Sifat
Kriteria berdasarkan sifat memusatkan diri pada karakteristik pribadi seseorang
karyawan, loyalitas, kendalan, kemampuan berkomunikasi, dan ketrampilan
memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. Jenis
17
kriteria ini memusatkan diri pada cara kerja seseorang, bukan pada yang dicapai
atau tidak dicapai seseorang dalam pekerjaanya.
2. Perilaku
Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada cara pekerjaan dilaksanakan. Kriteria
ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan antarpersonal
pegawai. Sebagai contoh, apakah pegawainya ramah atau menyenangkan.
3. Hasil
Kriteria berkenaan dengan hasil semakin popular dengan semakin populer dengan
semakin di tekannya produktivitas dan daya saing internasional. Kriteria ini
berfokus pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan daripada bagaimana sesuatu
dicapai atau di hasilkan.
2.2.5. Manfaat Kinerja
Terdapat beberapa penilaian-penilaian kinerja Menurut (Sinambela, 2017),
adalah:
1. Manfaat bagi pegawai yang dinilai
a. Meningkatkan motivasi
b. Meningkatkan kepuasan kerja
c. Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan
d. Adanya kesempatan berkomunikasi
e. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.
2. Manfaat bagi penilai
a. Meningkatkan kepuasan kerja;
b. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecendrungan kinerja
pegawai
18
c. Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun pegawai
d. Sebagai sarana meningkatkan motivasi pegawai
e. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi pegawai.
3. Manfaat bagi perusahaan
a. Perbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan;
b. Meningkatkan kualitas komunikasi;
c. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan;
d. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan untuk
masing masing pegawai.
2.3. Konsep Dasar Operasional dan perhitungan
2.3.1. Kisi-kisi Oprasional Variabel
Konsep dasar operasional berisi kisi-kisi operasional variabel yang terdapat
dimensi-dimensi yang di dalam dimensi tersebut terdapat indikator-indikator yang
selanjutnya dapat dijadikan pernyataan-pernyataan kuesioner dalam penelitian tugas
akhir ini. Dimensi-dimensi tersebut diambil berdasarkan pendapat para ahli yang ada
di dalam buku maupun jurnal untuk dijadikan pedoman sesuai dengan materi dan
bahan yang bersangkutan dengan variabel disiplin kerja dan kinerja pegawai.
Berikut ini adalah tabel yang berisi kisi-kisi operasional variabel disiplin
kerja (X) dan variabel kinerja pegawai (Y) yang dijadikan sebagai pernyataan
kuesioner yang disebar di Pusat Pemanfaat Pengindraan Jauh - LAPAN, yaitu:
19
Tabel II.1
Kisi-kisi Oprasional Variabel Disiplin Kerja
Variabel
Penelitian Dimensi Indikator No item
Variabel X
(Disiplin kerja)
Rasa kepedulian
karyawan
1. Peduli akan pencapaian
perusahaan
2. Terciptanya tujuan
perusahaan bagian dari
pekerjaan
1,2
Pencapaian tujuan
perusahaan
Semangat dan
gairah bekerja 3. Gairah dalam
melaksanakan tugas
4. Inisiatif untuk
mengerjakan pekerjaan
3,4 Inisiatif karyawan
dalam bekerja
Tanggung jawab 5. Mengerjakan pekerjaan
dengan baik
6. Menyelesaikan pekerjaan
dengan baik
5,6 Melaksanakan
tugas
Rasa memiliki 7. Peduli dengan rekan kerja
8. Membantu masalah
pekerjaan rekan kerja
7,8 Rasa solidaritas
Meningkatkan
efisien
9. Berkerja dengan tingkat
efidiensi tinggi
10. Meyelesaikan pekerjaan
dengan sebaik mungkin
9,10
Produktivitas kerja
Sumber : (Sutrisno, 2016)
Tabel II.2
Kisi-kisi Oprasional Variabel Kinerja
Variabel
Penelitian Dimensi Indikator No item
Variabel Y
( kinerja )
Hasil kerja
1. Mencapai hasil kerja yang
baik
2. Memberikan hasil kerja
yang baik pada lembaga
1,2
Wewenang dan
tanggung jawab
3. Keleluasaan dalam
mengambil keputusan
4. Bekerja sesuai kewenangan
3,4
Aturan kerja
5. Pekerjaan dilakukan sesuai
prosedur
6. Pekerjaan dilakukan sesuai
ketentuan yang berlaku
5,6
Moral dan etika
7. Tidak bertentangan dengan
etika
8. Tidak bertolak belakang
dengan keyakinan
7,8
Sumber :(Fahmi, 2016)
20
2.2.3. Uji Instrument Penelitian
Salah satu metode yang digunakan dalam sebuah penelitian adalah dengan
menggunakan kuesioner. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah memenuhi
kriteria kuesioner yang baik adalah dengan melihat validitas dan reliabilitas
instrumen data kuesioner tersebut. Uji instrument penelitian terdiri dari uji validasi
dan realibilitas, yang masing-masing memiliki penjelasan yaitu :
1. Uji Validitas
Validitas Menurut Priyatno dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) “uji validitas
item digunakan untuk mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur
objeknya”. Item dikatakan valid jika ada korelasi dengan skor total.Pengujian
validitas item dalam SPSS menggunakan dua metode analisis, yaitu korelasi
pearson atau corrected item total correlation. Teknik uji validitas item dengan
korelasi pearson dilakukan dengan cara mengkorelasi skor item dengan skor total
item, kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria r tabel pada
tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif dan r hitung ≥ r tabel,
maka item dapat dinyatakan valid (demikian pula sebaliknya).
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sujianto dalam (Jumiyati & Harumi, 2018) “reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan pengukuran”.
Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk
mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode
Alpha Cronbach’s diukur berdasarkan Skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1.
Berikut ini adalah Skala Alpha Cronbach’s.
21
Menurut (Noor, 2014) Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun cara yang digunakan untuk
menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah mengukur reliabilitas
dengan uji statistic Cronbach Alpha. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah
reliable akan dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan program
computer IBM SPSS Statistics 20.
Tabel II.3
Skala Alpha Cronbach’s
NilaiAlpha Cronbach’s Keterangan
0,00 - 0,20 Kurang reliabel
0,21-0,40 Agak reliabel
0,41-0,60 Cukup reliabel
0,61-0,80 Reliabel
0,81-1,00 Sangat reliabel
Sumber : (Jumiyati & Harumi, 2018)
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Konsep dasar perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini sebagaian
dasar dalam mengelolah data penelitian sehingga menghasilkan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, adalah :
1. Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2016) berpendapat bahwa, “populasi adalah wilayah
generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
22
tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”.
Menurut (Sugiyono, 2016) mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Adapun teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan sampling jenuh,
yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
2. Skala Likert
Menurut (Sugiyono, 2016) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian”. Untuk menganalisa
secara kuantitatif, setiap jawaban diberi bobot atau skor berikut ini:
Tabel II.4
Skala Likert
Simbol Keterangan Skor
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
RR Ragu-ragu 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : (Sugiyono, 2016)
23
3. Uji Koefisien Korelasi
Menurut (Sugiyono, 2016) uji koefisien korelasi adalah “teknik yang
digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua
variabel berbentuk interval dan dari sumber data yang sama”. Berikut rumus
teknis korelasi product moment adalah sebagai berikut :
Keterangan :
r = Koefisien korelasi yang dicari
∑x = Jumlah skor variabel bebas
∑y = Jumlah skor variabel terikat
∑x² = Jumlah variabel x setelah dikuadratkan
∑y² = Jumlah variabel y setelah dikuadratkan
∑xy = Jumlah skor variabel x setelah dikalikan dengan variabel y
n = jumlah subjek
Uji koefisien korelasi bertujuan untuk mencari kuat atau tidaknya hubungan
antara variabel (x) dan variabel (y). Kuat atau tidaknya hubungan dapat dilihat
pada interpretasi dari hasil uji korelasi sebagai berikut :
𝑟𝑥𝑦 = 𝑛∑𝑋𝑌 − ∑𝑋 ∑𝑌
𝑛∑𝑋2 − ∑𝑥 ²} 𝑛∑𝑌2 − ∑𝑌 2}
24
Tabel II.5
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi
Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Tingkat Hubungan
0,00- 0,199 Sangat Rendah
0,20- 0,399 Rendah
0,20- 0,599 Sedang
0,60- 0,799 Kuat
0,80- 1,000 Sangat Kuat
Sumber :(Sugiyono, 2016)
4. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Sugiyono dalam (Widiyanti & Fitriani, 2017) “untuk mencari
pengaruh varians variabel dapat digunakan teknik statistik dengan menghitung
besarnya koefisien determinasi”. Koefisien determinasi dihitung dengan
mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
KD = Besarnya koefisien penentu (determinasi)
r = Koefisien korelasi
𝑲𝑫 = 𝒓𝟐 𝒙𝟏𝟎𝟎%
25
5. Uji Persamaan Regresi
Menurut (Sugiyono, 2016) “rumus koefisien regresi dapat digunakan untuk
melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel
independen dimanipulasi (dirubah-ubah)”. Teknik persamaan regresi yang
penulis gunakan untuk menguji hubungan antara variabel (x) dengan variabel (y)
adalah rumus persamaan regresi product moment dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana:
Y = Nilai yang diprediksi
X = Nilai varabel independen
a = nilai konstanta atau bila X = 0
b = koefisien regresi, yaitu peningkatan atau penurunan Y yang didasarkan
pada variabel X
Keterangan :
Nilai b (koefisien regresi) dan a (konstanta)
n : Jumlah sampel
X : Nilai variabel bebas
Y : Nilai variabel terikat
Y = a + bX
𝑏 = 𝑛. ∑𝑥 − ∑𝑥. ∑𝑦
√𝑛. ∑𝑥2 − ∑𝑥 2 𝑎 =
𝑛∑𝑦 − 𝑏. ∑𝑥
𝑛