BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru...

28
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesional 2.1.1 Pengertian Kesiapan Suharsimi Arikunto (2001: 54), memberikan arti terhadap kesiapan dari seorang guru bahwa, “Kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu.” Menurut Slameto (2003: 113), “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi”. Menurut Muhaimin (2002: 137) Kesiapan ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, intelegensi, latar belakang pengalaman, motivasi, persepsi, dan faktor faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat melakukan sesuatu (Muhaimin, 2002: 137) Jadi, kesiapan adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang sudah siap melakukan sesuatu. 2.1.2 Aspek aspek Kesiapan Suatu kondisi dikatakan siap setidak-tidaknya mencakup beberapa aspek, menurut Slameto (2010:14), ”ada tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan yaitu: 1) Kondisi fisik, mental, dan emosional 2) Kebutuhan atau motif tujuan 3) Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah dipelajari”.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesional

2.1.1 Pengertian Kesiapan

Suharsimi Arikunto (2001: 54), memberikan arti terhadap kesiapan dari

seorang guru bahwa, “Kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang

yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang

cukup untuk berbuat sesuatu.”

Menurut Slameto (2003: 113), “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi

seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara

tertentu terhadap situasi”.

Menurut Muhaimin (2002: 137) Kesiapan ialah kematangan dan

pertumbuhan fisik, psikis, intelegensi, latar belakang pengalaman, motivasi,

persepsi, dan faktor faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat melakukan

sesuatu (Muhaimin, 2002: 137)

Jadi, kesiapan adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang

sudah siap melakukan sesuatu.

2.1.2 Aspek – aspek Kesiapan

Suatu kondisi dikatakan siap setidak-tidaknya mencakup beberapa aspek,

menurut Slameto (2010:14), ”ada tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan yaitu:

1) Kondisi fisik, mental, dan emosional

2) Kebutuhan atau motif tujuan

3) Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah

dipelajari”.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

Slameto juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness

atau kesiapan yaitu:

1) semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh

mempengaruhi).

2) kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh

manfaat dari pengalaman.

3) pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kesiapan.

4) kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan

(2010:15)

2.1.3 Guru Profesional

Undang – undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut

guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

Profesional berasal dari kata profesi. Menurut Howard M. Vollmer dan

Donald L. Mills yang dikutip Sudarwan Danim (2010:56) mengatakan bahwa

profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus,

yang di peroleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk

menguasai ketrampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis

pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.

Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang di sebut profesi tidak dapat di pegang

oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan

pelatihan secara khusus.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang di lakukan oleh seseorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu

serta memerlukan pendidikan profesi (Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen).

Jadi, guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas

dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

Menurut Surya (2005) yang di kutip oleh Kunandar (2009:47) mengatakan

bahwa, Guru professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-

tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.

Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh

melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus

untuk itu. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam

bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal

ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahliannya itu seorang guru

mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun sebagai

pemangku profesinya. Di samping dengan keahliannya, sosok professional guru

ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh

pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan

melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,

masyarakat, bangsa, Negara, dan agamanya.

1.2 Fungsi Guru

Menurut UU.RI.No.14 tahun 2005 bab 2 pasal 4 “Kedudukan guru

sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”

1. Guru Sebagai Sumber Belajar

Mengingat tugas guru sebagai transmisi ilmu,maka di harapkan mampu

menguasai materi yang di ajarkannya.Sebab seorang guru merupakan sumber

dari belajarnya.Apa yang tidak di pahami oleh peserta didik,diharapkan

seorang gurulah yang akan membantunya dalam memecahkan persoalan yang

di hadapi.

2. Guru Sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator seorang guru berperan sebagai pendamping belajar

para peserta didiknya dengan suasana yang menyenangkan.Agar dapat

melaksanakan tugas sebagai fasilitator ada beberapa hal yang harus di pahami

guru :

a. Memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi

masing-masimg media tersebut

b. Mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media

c. Mampu mengorganisaikan berbagai jenis media serta dapat

memanfaatkannya sebagai sumber belajar

d. Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan

peserta didik

3. Guru Sebagai Pengelola

Seorang guru sebagai pengelolah pembelajaran berperan dalam

menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan nyaman.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

Sebagai manager,guru memiliki 4 fungsi umum :

a. Merencanakan tujuan belajar

b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan

belajar

c. Memimpin,meliputi : memotivasi,mendorong dan menstimulasi peserta

didik

d. Mengawasi segala sesuatu dalam rangka mencapai tujuan

4. Guru Sebagai Demonstator

Seorang guru dapat mempertunjukkan kepada peserta didik agar

memahami dan mengerti dari setiap pesan yang di sampaikannya.

5. Guru Sebagai Pembimbing

Setiap peserta didik pada saat lahir telah memiliki potensi-potensi yang

kemudian dapat di tumbuhkembangkan sesuai dengan potensinya. Maka

seorang guru berperan dalam membimbing dan mengarahkannya.

6. Guru Sebagai Motivator

Untuk menghasilkan sistem belajar yang optimal seorang guru di tuntut

kreatif dalam membangkitkan motivati belajar peserta didiknya dengan cara :

a. Memperjelas tujuan yang ingin di capai

b. Membangkitkan minat peserta didik dalam belajar

c. Menciptakan suasana yang menyenangkan

d. Memberikan pujian terhadap keberhasilan peserta didik

e. Memberi komentar yang mendidik tentang hasil pekerjaan peserta didik

7. Guru Sebagai Evaluator

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

Dengan adanya evaluasi seorang guru dapat mengetahui apakah

siswanya telah berhasil sehingga mereka layak untuk diberikan materi yang

baru ataukah sebaliknya sehingga mereka perlu adanya remidi.

2.3 Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah

”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat

melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”. Kompetensi profesional ini

disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping

itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan

tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar

dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional

ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam

mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional.

Secara umum, kompetensi pofesional Menurut Mulyasa (2007 : 135) dapat

diidentifikasi dan disarikan berdasarkan ruang lingkup kompetensi profesional

guru yang meliputi :

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,

psikologis, sosiologis, dan sebagainya,

b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf

perkembangan peserta didik

c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi

tanggung jawabnya

d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan

sumber belajar yang relevan

f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

Mulyasa (2007 : 136) juga menjabarkan kompetensi profesional secara

lebih khusus. Penjabaran tersebut meliputi :

1) Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi :

a) Standar Isi

b) Standar Proses

c) Standar Kompetensi Lulusan

d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

e) Standar Sarana dan Prasarana

f) Standar Pembiayaan

g) Standar Penilaian Pendidikan

2) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang

meliputi :

a) Memahami Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

b) Mengembangkan Silabus

c) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

d) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik

e) Menilai hasil belajar

f) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

kemajuan zaman

3) Menguasai materi standar, yang meliputi :

a) Menguasai bahan pembelajaran

b) Menguasai bahan pendalaman

4) Mengelola Program Pembelajaran, yang meliputi :

a) Merumuskan Tujuan pembelajaran

b) Menjabarkan Kompetensi Dasar

c) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran

d) Memilih dan menyusun prsedur pembelajaran

e) Melaksanakan pembelajaran

5) Mengelola kelas, yang meliputi :

a) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran

b) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif

6) Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi:

a) Memilih dan menggunakan media pembelajaran

b) Membuat alat alat pembelajaran

c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam

rangka pembelajaran

d) Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran

e) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar

7) Menguasai landasan landasan kependidikan, yang meliputi :

a) Landasan Filosofis

b) Landasan Psikologis

c) Landasan Sosiologis

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

8) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang

meliputi:

a) Memahami fungsi pengembangan peserta didik

b) Mengadakan eksrakurikuler dalam rangka

pengembangan peserta didik

c) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam

rangka pengembangan peserta didik

9) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang

meliputi :

a) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah

b) Menyelenggarakan administrasi sekolah

10) Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi :

a) Mengembangkan rancangan penelitian

b) Melaksanakan penelitian

c) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran

11) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam

pembelajaran

a) Memberikan cotoh perilaku keteladanan

b) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran

12) Mengembangkan konsep teori dan konsep dasar kependidikan

a) Mengembangkan teori teori kependidikan yang

relevan dengan kebutuhan peserta didik

b) Mengembangkan konsep konsep dasar yang relevan

dengan kebutuhan peserta didik.”

Dengan memahami uraian tersebut, nampak bahwa kompetensi

profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya

dengan pelaksanaan tugas utama seorang guru dalam mengajar. Adanya

komponen komponen kompetensi profesional yang menunjukkan kualitas

mengajar akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas

mengajarnya. Hal ini berarti bahwa setiap guru memungkinkan untuk dapat

memiliki kompetensi mengajar secara baik dan menjadi seorang guru yang

bermutu.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

2.4 Pentingnya Kesiapan Menjadi Guru Profesional

Guru merupakan komponen penting dari proses belajar mengajar, sehingga

seorang guru harus mempunyai kualitas, cara atau metode mengajar, penguasaan

dan pengelolaan materi, penampilan dan kepribadian. Guru merupakan tugas

professional karena dalam menjalankan tugasnya, seorang guru harus memiliki

kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai

dasar yang di refleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dari seseorang

tenaga professional. Sesuai Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV menyatakan bahwa :

Pasal 8

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan pendidikan nasional.

Pasal 9

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh

melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat.

Pasal 9

Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

2.5 Faktor-faktor yang berhubungan Kesiapan menjadi Guru yang

Profesional

Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional ditentukan oleh

kemampuan dalam menguasai bidangnya, minat, bakat, keselarasan dengan tujuan

yang ingin dicapai dan sikap terhadap bidang profesinya. Tekad, semangat dan

lingkungan keluarga juga tidak terlepas dari faktor pendukung kesiapan menjadi

guru yang profesional.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

Menurut George yang dikutip oleh Edy Wahyudi (2009:22):

“Contributing factors to readiness for employment: (a) Physiological functions.

An attitude is likely to appear when the sensory organs, nervous system and other

physiological organs functions properly; (b) Physiological drive. To perform well

one must possess a good motivation and be free from emotional conflicts and

physiological constraints; (c) Experience. The level of readiness for employment

can be identified from one’s knowledge in the form of information about his

history of work and experience”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja, yaitu: (a) Faktor

fisiologis, yaitu suatu tingkah laku dapat terjadi apabila organ-organ pengindra,

sistem syaraf dan organ fisiologi yang lain telah berfungsi denga baik; (b) Faktor

psikologis, yaitu untuk melakukan pekerjan dengan baik seseorang harus memiliki

motivasi yang baik pula serta bebas dari konflik-konflik emosional, serta

halangan psikologi.; (c) Faktor pengalaman, yaitu proses kesiapan seseorang

dapat diketahui dari pengetahuan yang berupa informasi-informasi tentang

pekerjaan, serta pengalaman yang dimiliki seseorang.

Menurut Wasty Soemanto (2006:191-192), kesiapan (readiness) adalah

kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu yang selanjutnya dapat dituangkan

menjadi prinsip – prinsip kesiapan yang meliputi :

1) Semua aspek perkembangan interaksi

2) Pengalaman seseorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu

3) Pengalaman-pengalaman mempunyai efek komulatif dalam perkembangan

fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani

4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang

merupakan masa perkembangan pribadi.

2.6 Prestasi Belajar

2.6.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni

“Prestasi” dan “Belajar” mempunyai arti yang berbeda. Menurut Abdillah yang

dikutip Aunurrahman (2011:35) belajar adalah suatu usaha sadar yang di

lakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan

pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, efektif dan psikomotorik

untuk memperoleh tujuan tertentu.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

W. S Winkel (1987:36), dalam bukunya Psikologi pendidikan,

memberikan defenisi bahwa belajar adalah “Suatu aktivitas mental/psikis, yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-

sikap.”

Selanjutnya pengertian prestasi, untuk memahami pengertian tentang

prestasi berikut dikemukakan beberapa pengertian prestasi.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Asmara 2009:11 ).

Suryabrata (1984) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang di capai

seseorang dalam nilai raport dan indeks prestasi yang di peroleh berdasarkan

hasil pengukuran proses belajar. Selanjutnya, Nana Sudjana (1990) menyatakan

bahwa di antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka

ranah kognitif yang paling sering di nilai oleh para guru di sekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Beradasarkan defenisi yang di kemukakan para ahli, maka dapat di

simpulkan prestasi belajar adalah pengetahuan yang di capai mahasiswa pada

sejumlah mata kuliah tertentu, di tetapkan tiap semester yang meliputi ranah

kognitif, afektif, dan selanjutnya tertuang dalam angka yang tercantum pada

indeks prestasi kumulatif. psikomotorik sebagai tolak ukur keberhasilan

mahasiswa di perguruan tinggi yang Sedangkan yang di maksud prestasi belajar

dalam penelitian ini adalah penelitian hasil belajar semua mata kuliah yang dapat

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

dilihat nyata dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi belajar itu dilihat dalam

Indeks Prestasi Belajar (IPK).

2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kenyataan menunjukkan bahwa prestasi belajar seseorang tidaklah sama,

tetapi sangat pariatif/ berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai

faktor, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua; (1) Faktor dari

dalam diri seseoarang (intrinsic) dan (2) Faktor dari luar seseorang (Extrinsic).

a. Beberapa Faktor dari dalam (Intrinsic)

1. Inteligensi

Winkel (1986 : 153) memberi batasan tentang pengertian inteligensi

dengan mengatakan, ineteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan

mendapatkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk

berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan. Dari

pengertian ini dapat dikatkan bahwa faktor inteligensi menjadi penting dalam

proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya.

2. Motivasi

Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang

mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman

(2003) yeng menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai. Jadi jelaslah bahwa motivasi mempunyai peranan penting

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

dalam mencapai prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan

motivasi dari seseorang.

3. Sikap

Sarwono (1988:20) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan atau

kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu

rangsangan tertentu.

Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara baik positif

maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk

dikembangkan/ditanamkan kepada seseorang sehingga dapat bersikap positip

terhadap rangsangan yang diterima yang pada gilirannya akan

mengoptimalkan prestasi belajar yang optimal.

4. Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat

ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa: „minat

adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang

beberapa kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai

dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan‟ (Cony Semiawan,

1990:123). Juga menurut Winkel (1986:151) bahwa minat adalah

kecenderungan yang menetapkan untuk rasa tertarik pada bidang-bidang

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang-bidang itu. Seseorang

yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar dapat memperoleh

prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat diupayakan agar

siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat belajarnya.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

5. Bakat

Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989:42), adalah kapasitas seseorang atau

potensi hipotesis untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya

sedikit mengalami latihan atau sama sekali tidak memperoleh latihan lebih

dahulu. Jadi bakat merupakan potensi dan kecakapan pada suatu lapangan

pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka potensi

akan berkembang menjadi kecakapan yang nyata.

6. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan

perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat

dikembangkan melalui latihan.

b. Beberapa Faktor dari Luar (Extrinsic)

1. Faktor Keluarga

Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa.

Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi

keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau

pelajaran yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar

lingkungan keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya.

Pendidikan informal dan formal memerlukan kerjasama antara orang tua

dengan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-

pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang tua juga harus

menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah. Pendidikan

berlangsung seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung

jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

2. Faktor Sekolah

Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima seseorang

dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan sekolah sangat

menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri dengan baik. Guru yang

baik adalah guru yang menguasai kelas memiliki kemampuan dan

menggunakan metode Pembelajaran yang tepat, yaitu kemampuan

membelajarkan dan kemampuan memilih alat bantu pemelajaran yang sesuai

serta kemampuan menciptakan situasi dan kondisi belajar. Dengan metode

pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat menarik minat siswa, perhatian

siswa akan tertuju pada bahan pelajaran, sehingga diharapkan siswa akan dapat

mencapai prestasi belajar.

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga

dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang

baik. Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena

dari pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang

berguna bagi anak didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

berkaitan dengan prestasi belajar secara umum adalah faktor internal dan faktor

eksternal yang terdapat dalam diri seseorang. Sehingga prestasi belajar yang

dicapai juga merupakan hasil interaksi dari faktor internal dan faktor eksternal

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

yang berhubungan dengan prestasi belajar. Dengan prestasi belajar yang

dimiliki akan menggambarkan kualitas mahasiswa dengan kesiapannya

menjadi guru profesional.

2.6.3 Mengukur Prestasi Belajar

Untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai maka

diadakan evaluasi dengan alat tes. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian diolah

dengan ketentuan yang berlaku dan ditunjukan dengan nilai. Nilai merupakan

perumusan terakhir yang diberikan dalam hal ini dari dosen kepada mahasiswa

yang dinamakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Dalam peraturan penyelenggaraan kegiatan akademik, Sistem Kredit

UKSW (2012:27), Indeks Prestasi (IP) terdiri atas Indeks Prestasi Semester

(IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks Prestasi Semester (IPS)

merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa

pada semester yang sedang di jalani. Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa

secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling

akhir yang telah di tempuh.

Untuk menghitung Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks Prestasi

Kumulatif (IPK), dapat di lakukan dengan menggunakan rumus perhitungan

sebagai brikut:

IPS = Jumlah angka kualitas yang di peroleh dalam semester bersangkutan

Jumlah SKS yang keluar nilainya dalam semester bersangkutan

IPK = Jumlah angka kualitas yang di peroleh

Jumlah seluruh SKS yang di peroleh

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

Selanjutnya daftar nilai, arti, dan angka kualitas menurut panduan

penyelenggaraan kegiatan akademik dalam (2012:24), penilaian prestasi belajar

mahasiswa dinyatakan dengan lambang nilai sebagai brikut:

A = Bagus sekali, dengan angka kualitas 4,0 per kredit

AB = Lebih dari bagus, dengan angka kualitas 3,5 per kredit

B = Bagus, dengan angka kualitas 3,0 per kredit

BC = Lebih dari cukup, dengan angka kualitas 2,5 per kredit

C = Cukup, dengan angka kualitas 2,0 per kredit

CD = Kurang dari cukup, dengan angka kualitas 1,5 per kredit

D = Kurang, dengan angka kualitas 1,0 per kredit

E = Gagal/Tidak lulus, dengan angka kualitas 0 per kredit

L = Lulus, tanpa angka kualitas

TL = Tidak lulus, tanpa angka kualitas

Berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif yang di miliki seseorang

mahasiswa, predikat kelulusan menurut panduan penyelenggaraan kuegiatan

akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga (2012:28) diatur sebagai brikut:

IP 2,00 – 2,49 = Cukup

IP 2,50 – 2,74 = Baik

IP 2,75 – 2,99 = Memuaskan

IP 3,00 – 3,49 = Sangat Memuaskan

IP 3,50 – 3,74= Terpuji

IP 3,75-3,99 = Lebih dari Terpuji

IP 4,00 = Sangat Terpuji

Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar

dapat di ukur dengan melakukan penilaian terhadap hasil pendidikan dengan

cara memberikan tes, tugas, dan ujian. Bila Indeks Prestasi di gabung dengan

Indeks Prestasi semester berikutnya akan menjadi Indeks Prestasi Kumulatif.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

2.6.4 Hubungan Prestasi Belajar dengan Kesiapan Menjadi Guru

Profesional

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah di capai seseorang setelah

melakukan atau mempelajari sesuatu. Prestasi belajar merupakan salah satu

faktor yang berhubungan dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru yang

profesional. Apabila seseorang memiliki prestasi yang baik maka mahasiswa

akan menguasai ilmu pengetahuan dan materi kuliah. Demikian pula halnya para

mahasiswa calon guru yang memiliki prestasi yang baik, dapat diprediksi

memiliki pengetahuan yang tinggi. Prestasi yang tinggi diduga akan kesiapan

mahasiswa menjadi guru yang profesional yang tinggi pula. Sebaliknya, apabila

prestasi belajar mahasiswa rendah, maka akan menghasilkan kesiapan

mahasiswa menjadi guru yang profesional yang rendah.

2.7 Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua

Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi

sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,

pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

Sedang menurut (Soerjono Soekanto,2001:15) Sosial ekonomi adalah

posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti

lingkungan pergaulan,prestasinya,dan hak-hak serta kewajiban dalam hubungan

dalam sumber daya‟‟

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan pengertian

keadaan sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan,tingkat pendapatan,pemilikan

kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal.

a. Faktor-faktor yang menentukan Keadaan Sosial Ekonomi

Ada beberapa factor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan

sosial ekonomi orang tua di masyarakat, di antaranya tingkat pendidikan, jenis

pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan

kekayaan dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dalam komunitasnya. Dalam

hal ini uraian di batasi hanya 4 faktor yang menentukan, tingkat pendidikan,

pendapatan, kepemilikan kekayaan dan jenis tempat tinggal.

1) Tingkat Pendidikan

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 pada dasarnya jenjang

pendidikan adalah tahapan pendidikan yang di tetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik,tujuan yang akan di capai dan kemampuan yang di

kembangkan. Pendidikan menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang system

pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan

belajar dan proses pembelajaran gar peserta didik secara aktif pengembangan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2004). Kepribadian kecerdasan akhlak

mulia serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.

Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan

jalan membina potensi-potensi kepribadian yaitu rohani(pikir,cipta,rasa,dan hati

nurani) serta jasman i(panca indra, dan ketrampilan).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

Menurut Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 3 pendidikan

bertujuan untuk :

‘’Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembang manusia seutuhnya

,yaitu manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan ketrampilan kesehatan jasmani

danrohani,kepribadian yang mantap dan tanggung jawab ke masyarakat dan

kebangsaan’’

Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan di selenggarakan melalui jalur

pendidikan sekolah (pendidikan non formal nterdapat jenjang pendidikan sekolah

(pendidikan formal) terdapat jenjang pendididkan sekolah ,jenjang pendidikan

sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan pra sekolah ,pendidikan dasar

,pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

a. Pendidikan pra sekolah

Menurut PP No.27 Tahun 1990 dalam Kunaryo (2000:103) Pendidikan pra

sekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmaniah dan rohani peserta didik di luar lingkungan keluarga sebelum

memasuki pendidikan dasar,yang di selenggaraan di jalur pendidikan sekolah atau

jalur pendidikan luar sekolah.

b. Pendidikan Dasar

Menurut PP No.28 Tahun 1990 dalam Kunaryo (2000:79) Pendidikan

dasar adalah pendidikan umum yang lamanya Sembilan tahun.Diselenggarakan

selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah lanjutan

tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar

adalah untuk memberian bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat,warga Negara

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan menengah.

c. Pendidikan Menengah

Menurut PP No.29 Tahun 1990 dalam Kunaryo (2000:85) Pendidikan

menengah adalah pendidikan yang di selenggarakan bagi pendidian dasar.Bentuk

satuan pendidikan yang terdiri atas : Sekolah Menengah Umum , Sekolah

Menengah Kejuruan , Sekolah Menengah Keagamaan, Sekolah Menengah

Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa.

d. Pendidian Tinggi

Menurut UU No.2 Tahun 1989 dalam Kunaryo (2000:93) Pendidikan

tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang di selenggarakan untuk

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik atau professional yang dapat

menerapkan,mengembangkan,atau menciptakan ilmu pengetahuan,tenologi,dan

kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi di sebut

perguruan tinggi,yang dapat berbentu akademik, politeknik, sekolah tinggi,

institute atau universitas.

2) Pendapatan

Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan

ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status

sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004)

mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain

sebagainya.

Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:

a) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang

sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi,

sumbernya berasal dari:

1. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja

lembur dan kerja kadang-kadang.

2. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,

penjualan dari kerajinan rumah.

3. Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.

b. Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang

ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas Pitono dalam wijaksana (1992)

mendefinisikan pendapatan adalah sebagai “Seluruh penerimaan baik berupa

uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan

jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini”

Dalam penelitian ini yang di maksud dengan pendapatan orang tua adalah

penghasilan berupa uang yang di terima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari

setor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya

pendapatan yang di terima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

dengan yang lain,hal ini karena di pengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri

dalam melakuan berbagai macam kegiatan sehari-hari.

d. Pemilikan

Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status

sosial ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan. Pemilikan barang-

barang yang berhargapun dapat digunakan untuk ukuran tersebut. Semakin

banyak seseorang itu memiliki sesuatu yang berharga seperti rumah dan tanah,

maka dapat dikatakan bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang

tinggi dan mereka semakin dihormati oleh orang-orang disekitarnya.

Apabila seseorang memiliki tanah, rumah sendiri, sepeda motor, mobil,

komputer, televisi dan tape biasanya mereka termasuk golongan orang mampu

atau kaya. Apabila seseorang belum mempunyai rumah dan menempati rumah

dinas, punya kendaraan, televisi, tape, mereka termasuk golongan sedang. Sedang

apabila seseorang memiliki rumah kontrakan, sepeda dan radio biasanya termasuk

golongan biasa.

e. Jenis Tempat Tinggal

Menurut Kaare Svalastoga dalam Sumardi (2004) untuk mengukur tingkat

sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari :

1). Status rumah yang ditempati, bias rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,

menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bamboo.

Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya menempati

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

rumah permanent, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya

menengah kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.

3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada

umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang

menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran kualitas rumah.

Rumah yang dengan ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat

menunjukkan bahwa kondisi sosila ekonominya tinggi berbeda dengan rumah

yang kecil, semi permanen dan menyewa menunjukkan bahwa kondisi sosial

ekonominya rendah.

2.7.1 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Kesiapan

Menjadi Guru Profesional

Kondisi sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada

yang keadaan sosial ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Keragaman latar

belakang ekonomi orang tua tersebut sangat berhubungan dengan kemampuan

membiayai kepada anak-anaknya, sehingga keadaan sosial ekonomi orang tua

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan

mahasiswa. Karena untuk memperdalam penguasaan materi dan pengalaman

yang mengarah pembentukan kompetensi guru profesional di perlukan dukungan

pembiayaan. Bila kebutuhannya tidak terpenuhi maka ini akan menjadi

penghambat bagi mahasiswa dalam perkuliahan. Jadi jika orang tua mahasiswa

mempunyai kondisi social ekonomi yang baik, maka kesiapan mahasiswa

menjadi guru yang profesional juga tinggi, begitu pula sebaliknya.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

2.8 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anang Cahya Utama, 2011

tentang “Hubungan Pengalaman KKN – PPL dan Nilai Pembelajaran

Mikro dengan Kesiapan Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan dan

Hukum FISE UNY untuk Menjadi Guru Profesional”. Universitas Negeri

Yogyakarta. Hasil analisis statistik : Pertama terdapat hubungan positif dan

signifikan pengalaman KKN-PPL dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru

professional, di buktikan dengan r hitung > r tabel (0,552 > 0,220 ) dan nialai p<

0,05 (0,000< 0,05 ). Kedua, terdapat hubungan positif dan signifikan nilai

pembelajaran mikro dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru professional.

Hal ini di tunjukkan dengan nilai r hitung > r tabel (0,365 > 0,220 ) dan nialai p<

0,05 (0,001< 0,05 ). Ketiga, terdapat hubungan positif dan signifikan

pengalaman KKN-PPL dan nilai pembelajaran mikro secara bersama-sama

dengan kesiapan mahasiswa untuk menjadi guru professional, di buktikan

dengan nilai F hitung > F tabel (26, 337 > 3,108) dan nialai signifikansi kurang

dari 0,05 (p < 0,05 ). Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa

besarnya pengalaman KKN-PPL dan nilai pembelajaran mikro adalah

sebesar 60,3% dipengaruhi faktor lain yang tidak di teliti dalam penelitian

ini. SR1 sebesar 78,20% dan SR2 sebesar 21,80% sedangkan SE1 sebesar

31,04% dan SE2 sebesar 8,65%

b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswaluyani 2005 tentang

pengaruh prestasi belajar dan pengalaman PPL terhadap kesiapan

mahasiswa FISE angkatan 2001 UNY untuk menjadi guru. Terdapat

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

pengaruh yang signifikansi prestasi belajar dan pengalaman PPL terhadap

kesiapan mahasiswa FISE angkatan 2001 UNY untuk menjadi guru. hal ini

dibuktikan dengan koefisien determinasi sebesar 0,404 yang berarti bahwa

40,4% kesiapan mahasiswa FIS angkatan 2001 UNY bisa dijelaskan oleh

prestasi belajar dan pengalaman PPL.

2.9 Kerangka Berpikir

Uma Sekaran dalam Sugiyono (2013:91) mengemukakan bahwa, kerangka

berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Stuktur kurikulm Pendidikan Ekonomi merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru yang professional. Karena

stuktur kurikulum merupakan proses perkuliahan yang menekankan pada nilai

profesionalitas guru yang di jiwai sikap wirausaha dan didukung dengan sarana

dan prasarana, sehingga terbentuknya empat kompetensi (Prestasi belajar) untuk

menyiapkan guru professional. Apabila mahasiswa sudah menguasai keempat

kompetensi tersebut maka mahasiswa sudah siap menjadi guru profesional.

Begitupun sebaliknya apabila mahasiswa belum mengusai keempat kompetensi

tersebut berarti mahasiswa belum siap menjadi guru professional, karena

penguasaan kompetensi merupakan modal utama bagi mahasiswa untuk

melakukan pekerjaan guru dan menentukan baik tidaknya kualitas calon guru

yang nantinya berujung pada kualitas pendidikan.

Penjabaran kerangka berfikir dari Hubungan Antara Prestasi belajar dan

Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Kesiapan Menjadi Guru Profesional

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

di Kalangan Mahasiswa PE FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga,

dapat dilihat pada gambar 1.1dibawah ini :

Gambar 1.1

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teoritis, kerangka berpikir dan

penelitian-penelitian yang relevan di atas, dapat dikemukakan hipotesis penelitian

Mahasiswa

Pendidikan Ekonomi

Stuktur

Kurikulum PE

Kondisi Sosial

Ekonomi

Proses

Perkuliahan

Sarana dan

Prasarana

Terbentuknya Empat

Kompetensi

(Prestasi Belajar)

Kesiapan Menjadi

Guru Profesional

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesionalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4907/3/T1_162008056_BAB II.pdf · Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional

sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan,

sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar dengan kesiapan

menjadi guru professional

2. Ada hubungan positif dan signifikan antara kondisi sosial ekonomi orang

tua dengan kesiapan menjadi guru professional