Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II...

36
20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah Majallah Al-Ah}ka>m merupakan kodifikasi hukum ekonomi Islam pertama yang disusun secara sistematis. Penyusunannya atas intruksi pemerintah Turki> ‘Uthma>ni> masa pemerintahan Sultan al-Gha>zi> ‘Abd al-‘Aziz Kha>n 1 yang menginginkan adanya peraturan perdata yang dapat dijadikan rujukan oleh para hakim dalam memutuskan perkara di bidang hukum perdata. Sebagaimana disampaikan al- Zarqa>’, luasnya wilayah kekuasaan Turki> ‘Uthma>ni> mengakibatkan masyarakat semakin heterogen. Keragaman ini memunculkan perkembangan-perkembangan baru dalam berbagai sektor, terutama sektor ekonomi, yang kemudian memunculkan berbagai persoalan baru yang membutuhkan pemecahan hukum. 2 Pada masa itu, pemerintahan Turki> ‘Uthma>ni> sudah memiliki sistem peradilan dan sudah memiliki para hakim yang bekerja memutuskan berbagai perkara. Akan tetapi para hakim tidak memiliki acuan dan rujukan tertentu untuk memutuskan perkara sehingga harus mengacu langsung pada literatur fiqih yang sudah ada. Keadaan ini tidak bisa dipungkiri cukup sulit karena fiqih sangatlah luas dan mengandung berbagai pendapat dari ulama madhab sehingga memungkinkan lahirnya putusan atau pendapat dari para hakim yang berbeda-beda bahkan juga berubah dari satu kasus ke kasus lain. Hal ini merupakan sebuah kesulitan tersendiri dan membuat 1 Dia adalah Abdu al-Azi>z Kha> n bin al-Sulth}a>n Mah}mu>d al-Tha>ni>, dilahirkan Tahun 1245 H, berkuasa tahun 1277 H. Lihat Muh}ammad Abdurrah}ma>n al-Mur’isi>li>, “Tat}awwur al-Qawa>id al-Fiqhiyyah min Dha>hirat al-‘Ilm wa Athar dha>lika fi> al-Fiqh al-Isla>mi>” Majallah as-Syari>’ah wa al-Dira>sah al- Isla>miyyah, Vol. 70, (September, 2007), 237. 2 Must}afa> Ah}mad Zarqa>’, al-Madkhal al-Fiqhi> al-‘A<m, Vol. 1, (Damaskus, Da>r al-Qalam, 2004), 238; Mah}mu>d al-Sharbi>ni>, al-Qad}a>’ fi> al-Isla>m, (Cairo: al-Hai’ah al’A<mmah li al-Kita> b, 1999), 12.

Transcript of Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II...

Page 1: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

20

Bab II Landasan Konseptual

A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah

1. Sekilas tentang Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah

Majallah Al-Ah}ka>m merupakan kodifikasi hukum ekonomi Islam pertama

yang disusun secara sistematis. Penyusunannya atas intruksi pemerintah Turki>

‘Uthma>ni> masa pemerintahan Sultan al-Gha>zi> ‘Abd al-‘Aziz Kha>n1 yang

menginginkan adanya peraturan perdata yang dapat dijadikan rujukan oleh para hakim

dalam memutuskan perkara di bidang hukum perdata. Sebagaimana disampaikan al-

Zarqa>’, luasnya wilayah kekuasaan Turki> ‘Uthma>ni> mengakibatkan masyarakat

semakin heterogen. Keragaman ini memunculkan perkembangan-perkembangan baru

dalam berbagai sektor, terutama sektor ekonomi, yang kemudian memunculkan

berbagai persoalan baru yang membutuhkan pemecahan hukum.2

Pada masa itu, pemerintahan Turki> ‘Uthma>ni> sudah memiliki sistem peradilan

dan sudah memiliki para hakim yang bekerja memutuskan berbagai perkara. Akan

tetapi para hakim tidak memiliki acuan dan rujukan tertentu untuk memutuskan

perkara sehingga harus mengacu langsung pada literatur fiqih yang sudah ada.

Keadaan ini tidak bisa dipungkiri cukup sulit karena fiqih sangatlah luas dan

mengandung berbagai pendapat dari ulama madhab sehingga memungkinkan lahirnya

putusan atau pendapat dari para hakim yang berbeda-beda bahkan juga berubah dari

satu kasus ke kasus lain. Hal ini merupakan sebuah kesulitan tersendiri dan membuat 1 Dia adalah Abdu al-Azi>z Kha>n bin al-Sulth}a>n Mah}mu>d al-Tha>ni>, dilahirkan Tahun 1245 H, berkuasa tahun 1277 H. Lihat Muh}ammad Abdurrah}ma>n al-Mur’isi>li>, “Tat}awwur al-Qawa>id al-Fiqhiyyah min Dha>hirat al-‘Ilm wa Athar dha>lika fi> al-Fiqh al-Isla>mi>” Majallah as-Syari>’ah wa al-Dira>sah al-Isla>miyyah, Vol. 70, (September, 2007), 237. 2 Must}afa> Ah}mad Zarqa>’, al-Madkhal al-Fiqhi> al-‘A<m, Vol. 1, (Damaskus, Da>r al-Qalam, 2004), 238; Mah}mu>d al-Sharbi>ni>, al-Qad}a>’ fi> al-Isla>m, (Cairo: al-Hai’ah al’A<mmah li al-Kita>b, 1999), 12.

Page 2: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

21

hakim terkesan tidak tegas. Keadaan inilah yang melatarbelakangi disusunnya

Majallah Al-Ah}ka>m.3

Majallah Al-Ah}ka>m disusun oleh tim yang terdiri dari para ahli hukum Islam

dari ulama kalangan bangsa Arab dan Turki4. Tim ini resmi memulai penyusunan

Majallah Al-Ah}ka>m pada 1286 H. Proses penulisan dan penyelesaian Majallah Al-

Ah}ka>m memakan waktu sekitar tujuh sampai delapan tahun; dimulai pada tahun 1286

H sampai 1293 H. Majallah Al-Ah}ka>m hasil dari tim tersebut menggunakan bahasa

Turki meskipun pada perkembangan selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa

Arab.5

Lahirnya Majallah Al-Ah}ka>m sebagai undang-undang menjadi tonggak

sejarah sangat bernilai bagi sejarah kodifikasi hukum Islam. Keinginan Ibnu al-

Muqaffa’6 untuk mengkodifikasi hukum Islam akhirnya terwujud dengan disusunnya

Majallah Al-Ah}ka>m ini.7 Pada perkembangan selanjutnya Majallah Al-Ah}ka>m

menjadi rujukan para hakim di Turki. Lebih luas dari itu, Majallah Al-Ah}ka>m juga

menjadi rujukan banyak ulama-ulama salah satunya adalah Yu>suf al-Qard}a>wi> dalam

bukunya al-Qawa>’id al-H{a>kimah li Fiqh al-Mu’a>mala>t.

3 Ibid., 239. 4 Tim penyusun ini adalah Ah}mad Jaudat Ba>sha>, Sayyid Khali>l, Saifuddi>n, Sayyid Ahmad Khalu>s}i>, Sayyid Ah}mad H{ilmi>, Muh}ammad Ami>n al-Jundi>, dan ‘Ala>’uddi>n bin Ibni ‘A<bidi>n. Lihat Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah (Beirut: Da>r Ibn-H{azm, 2004), 39.

5 Ibid., 239. 6 Dia adalah ‘Abdullah ibn al-Muqaffa’ berkebangsaan Persia yang lahir di sebuah desa di Persia bernama Ju>r. Beliau terkenal dengan kepandaian dan kemuliannya serta memiliki cukup banyak karya di bidang sastra. Pada masa ‘Abbasyiah pernah mengusulkan kepada Khalifah al-Mans}u>r untuk mengkodifikasikan Hukum Islam yang nantinya dapat dijadikan rujukan untuk putusan Hukum Islam. dalam bit.ly/1mXJNW1 7 Mus}t}afa> Ah}mad Zarqa>’, al-Madkhal al-Fiqhi> al-‘A<m, Vol. 1, (Damaskus, Da>r Al-Qalam, 2004), 235, Subhi Mahmassani, Filsafat Hukum dalam Islam (Bandung, Al-Ma’arif, 1976), 87.

Page 3: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

22

2. Kandungan Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Majallah Al-Ah}ka>m merupakan

kodifikasi hukum Islam pertama yang mengatur tentang perekonomian. Oleh karena

itu, Majallah Al-Ah}ka>m berisi berbagai ketentuan dan aturan tentang perekonomian

Islam khususnya dengan menggunakan perspektif madzhab Hanafi. Sebagaimana

sebuah produk kodifikasi, Majallah Al-Ah}ka>m disusun secara sistematis.

Majallah Al-Ah}ka>m terdiri dari tiga bagian: Bagian pertama yang berisi

pengantar, bagian kedua yang berisi kaidah-kaidah fiqh, dan bagian ketiga yang berisi

ketentuan-ketentuan secara detail terkait perekonomian Islam. Pada bagian pertama

dijelaskan pengertian tentang ilmu fiqih dan pentingnya kodifikasi Hukum Islam.

Pada bagian selanjutnya dipaparkan kaidah-kaidah fiqih yang terdiri dari 99 kaidah

yang bisa dijadikan pedoman bagi para hakim untuk melahirkan putusan hukum.

Kaidah-kaidah fiqih yang terdapat dalam Majallah Al-Ah}ka>m adalah Kaidah Fiqih

Induk (al-Qawa>’id al-Fiqhiyyah al-Kubra>).8 Bagian ketiga dari Majallah Al-Ah}ka>m

berisi aturan dan ketentuan termasuk bagaimana mekanisme transaksi ekonomi Islam.

Perbedaan antara Majallah Al-Ah}ka>m dan Kitab Fiqih terletak pada sistematikanya.

Aturan-aturan atau materi yang disampaikan dalam Majallah Al-Ah}ka>m disusun

menggunakan sistematika undang-undang; disusun berdasarkan bab-bab dan pasal-

pasal.

Majallah Al-Ah}ka>m terdiri dari 16 bagian tema pembahasan dan 1851 pasal.

Bagian-bagian tersebut mencakup tema-tema pembahasan seperti yang terdapat dalam

8 Al-Qawa>’id al-Fiqhiyyah al-Kubra> yaitu kaidah fiqih yang meliputi persoalan furu’iyyah fiqih yang jumlahnya tidak terbatas. Kaidah ini juga meliputi kaidah-kaidah fiqih yang lain. Seperti kaidah fiqih

Segala sesuatu itu tergantung kepada maksudnya. Kaidah ini membawahi banyak ”األمـور مبقاصـدها “

kaidah fiqih, seperti: “إمنا األعمال بالنيات" , ”العربة يف التصرفات للمقاصد واملعاين ال لأللفاظ واملباين".

Page 4: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

23

fiqih Islam. Pembahasan tentang mud}a>rabah dalam Majallah Al-Ah}ka>m masuk pada

bagian kesepuluh, sebab mud}a>rabah adalah salah satu bentuk syirkah (kongsi).

Adapun susunan Majallah Al-Ah}ka>m adalah sebagai berikut: 9

Bagian 1 : Buyu>’ (jual beli)

Bagian 2 : Ija>rah (Sewa-menyewa)

Bagian 3 : Kafa>lah (Asuransi)

Bagian 4 : Hiwa>lah (transfer)

Bagian 5 : Rahn (Gadai)

Bagian 6 : Ama>na>t (Penitipan)

Bagian 7 : Hibah (Pemberian)

Bagian 8 : Ghasb dan Itlaf (Meminjam tanpa izin dan menghilangkan barang)

Bagian 9 : Hijr, Idhn, Ikrah, Shuf’ah (Penahanan, izin, pemaksaan, dan Syuf’ah)

Bagian 10: Shirkah (Perkongsian)

Bagian 11: Waka>lah (Perwakilan/pendelegasian)

Bagian 12: Shulh} dan Ibra>’ (Perdamaian dan Pembebasan tanggungan)

Bagian 13: Iqra>r (Ikrar/pengakuan)

Bagian 14: Haq al-Da’wa> (Hak pendakwa)

Bagian 15: Haq al-Baya>nat wa al-Tahli>f (Hak pembuktian dan sumpah)

Bagian 16: Al-Qad}a>’ (pemutusan hukum)

Sebagaimana disampaikan diatas bahwa mud}a>rabah termasuk kategori shirkah

yang pembahasannya masuk pada bagian kesepuluh bab ketujuh. Bagian kesepuluh

ini terdiri dari beberapa bab yang membahas beberapa hal yang berkaitan dengan

kerjasama, baik kerjasama dalam hal usaha ataupun kepemilikan. Persoalan shirkah

9 Muh}ammad H{asan al-Bugha>, ‘al-Taqni>n fi> Majallah al-Ahka>m al-‘Adliyyah”, Majallah Ja>miat Dimashq li al-‘Ulu>m al-Iqtis}a>diyyah wa al-Qa>nu>niyyah, Vol. 25, No.2 (2009), 750. Lihat http://www.damascusuniversity.edu.sy/mag/law/images/stories/743-772.pdf.

Page 5: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

24

yang dibahas di sini yaitu berkaitan dengan kepemilikan bersama berikut pembagian-

pembagiannya (Qismah), aturan-aturan dan etika dalam kepemilikan bersama,

termasuk tata cara pemanfaatan potensi alam yang tersedia untuk umum. Pembahasan

mengenai kerjasama usaha (shirkah ‘aqd) dibahas pada bab keenam, kemudian

dilanjutkan dengan bab ketujuh yang membahas tentang mud}a>rabah.

3. Kelebihan Majallah Al-Ah}ka>m dan Kekurangannya10

Sebagai sebuah Kodifikasi Hukum Islam pertama Majallah al-Ah}ka>m telah

direview oleh beberapa orang diantaranya adalah al-Zarqa>’dalam kitabnya al-Madkhal

al-Fiqhi> al-‘A<m. Al-Zarqa>’ menegaskan bahwa Majallah Al-Ah}ka>m memiliki banyak

kelebihan dan karenanya menjadi rujukan banyak ulama baik di masa lampau maupun

masa kini. Di antara kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Majallah Al-Ah}ka>m dapat merangkum sekian pendapat fiqih Hanafi yang

demikian luas.

b. Majallah Al-Ah}ka>m mampu menghindarkan terjadinya perbedaan pendapat

dalam fiqih yang berpotensi menimbulkan masalah ketika diaplikasikan.

c. Memudahkan para hakim ketika mengambil keputusan, dengan tanpa

menelusuri kitab fiqih Islam yang demikian luas.

d. Penulisan Majallah Al-Ah}ka>m cukup sistematis, redaksinya ringkas dan

mudah dipahami.

Meskipun demikian Majallah Al-Ah}ka>m juga memiliki berbagai

kekurangan diantaranya adalah sebagai berikut:

10 Muh}ammad H{asan al-Bugha>, ‘al-Taqni>n fi> Majallah al-Ahka>m al-‘Adliyyah”, Majallah Ja>miat Dimashq li al-‘Ulu>m al-Iqtis}a>diyyah wa al-Qa>nu>niyyah, Vol. 25, No.2 (2009), 764-765, Mus}t}afa> Ah}mad Zarqa>’, al-Madkhal al-Fiqhi al-‘Am, Vol. 1, (Damaskus, Dar Al-Qalam, 2004), 241.

Page 6: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

25

a. Terdapat beberapa redaksi yang cenderung bertele-tele (dengan memberikan

definisi dan penjelasan yang panjang). Redaksi seperti itu kurang sesuai untuk

sebuah buku perundang-undangan.

b. Majallah Al-Ah}ka>m hanya mencakup dan merujuk pada satu pendapat

madhab fiqih saja (madhab Hanafi), padahal masyarakat muslim tidak

semuanya menganut madhab Hanafi.

B. Mud}a>rabah dalam Majallah Al-Ah}ka>m al-‘Adliyyah dan dalam Beberapa

Literatur Fiqih

1. Pengertian Mud}a>rabah

Kata mud}a>rabah diambil dari akar kata " ضرب" yang memiliki beragam

makna. Diantara makna paling sering digunakan adalah berjalan di atas bumi dengan

tujuan berdagang dan mencari rezeki.11

Menurut al-Ka>sa>ni>: Lafadz al-mud}a>rabah diambil dari kata "ى ال ضرب ف

yang berarti berjalan di atas bumi. Akad ini dinamakan mud}a>rabah sebab ”األرض

seorang yang terlibat dalam akad ini berjalan di atas bumi untuk mencari rezeki.12

Istilah mud}a>rabah merupakan sebutan dari para penduduk Irak, sedangkan di

Hijaz mud}a>rabah biasa disebut dengan qira>d}13dari kata "رض "ق yang berarti

memotong. Dinamakan demikian sebab seorang pemilik modal memotong

(menyisihkan) sebagian uangnya untuk membiayai mud}a>rib. Sebagaimana sebagian

11 Muh}ammad ‘Abdu al-Mun’im Abu> Zaid, Nahwa Tat}wi>r Nidza>m al-Mudha>rabah fi> al-Masha>rif al-Isla>miyah (Kairo, al-Ma’had al-‘A<lami> li al-Fikr al-Isla>mi>, 2000), 9. 12 Ibid., 9. 13 Ibid., 9.

Page 7: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

26

laba dipotong (dibagi) menjadi 2 bagian sebagai jatah imbalan bagi kedua belah pihak

yang telah bekerjasama.14

Menurut Abdu al-Mun’im Abu> Zaid dalam bukunya yang berjudul Nahwa

Tat}wi>r al-Mud}a>rabah menyebutkan bahwa mud}a>rabah merupakan salah satu bentuk

dari investasi yang melibatkan dua pihak, dimana satu pihak bertindak sebagai

pemilik modal (rabb al-ma>l), dan pihak yang lain bertindak sebagai pengelola

(mud}a>rib). 15

Makna mud}a>rabah secara terminologi menurut para ulama fiqih adalah

sebuah ikatan kerjasama untuk menghasilkan keuntungan (laba) dengan modal

tertentu dari satu pihak, dan tenaga (keahlian) dari pihak yang lain.16

Mud}a>rabah dalam Majallah Al-Ah}ka>m didefinisikan sebagai berikut:

ـعي والعمـل مـن المال رأس بة نـوع شركة على أن المضار ) 1404( المادة من طرف والس

17 .مضارب لعامل ل المال و المال رب رأس صاحب ل قال ويـ , الطرف اآلخر

Pasal (1404): Mud}a>rabah adalah salah satu bentuk kerjasama (kongsi)

dimana modal usahanya berasal dari salah satu pihak, dan usaha atau

tenaga berasal dari pihak yang lain. Pemilik modal disebut rabb al-ma>l dan

pihak pengelola disebut mud}a>rib.

Pengertian seperti ini juga ditemukan dalam buku kontemporer, di antaranya

Nah}wa Tat}wi>r al-Mud}a>rabah fi> al-Mas}a>rif al-Isla>miyah. Dalam kitab tersebut

14 Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu, Vol. IV (Beirut: Da>r al-Fikr, 1985), 836. 15 Muh}ammad ‘Abdu al-Mun’im Abu> Zaid, Nahwa Tat}wi>r Nidza>m al-Mudha>rabah fi> al-Masha>rif al-Isla>miyah (Kairo, al-Ma’had al-‘A<lami> li al-Fikr al-Isla>mi>, 2000), 9. 16 Ibid., 466. 17 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 198.

Page 8: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

27

mud}a>rabah dapat diartikan sebagai sebuah kesepakatan untuk membangun dan

mengembangkan usaha antara kedua belah pihak, dimana pihak pertama adalah rabb

al-ma>l yang bertindak sebagai pemodal, dan pihak kedua mud}a>rib sebagai pihak yang

bekerja untuk melangsungkan pengembangan usaha18.

Menurut Isretno mud}a>rabah adalah akad antar pihak pemilik modal (rabb al-

ma>l) dengan pengelola (mud}a>rib) untuk memperolah pendapatan atau keuntungan.19

Dari berbagai pendapat yang ada, tampak bahwa secara substantif pengertian

mud}a>rabah adalah sama.

2. Landasan Mud}a>rabah

Para Ulama menyepakati bahwa mud}a>rabah merupakan salah satu transaksi

yang diperbolehkan dalam Islam. Hal ini berdasarkan dalil ijma>’ yang disandarkan

pada Sunnah Taqri>riyyah.20 Akad mud}a>rabah ini dibolehkan oleh Islam karena

mendapat legitimasi dari Rasulullah Saw., meskipun akad ini dahulu juga pernah

berlaku pada masa Jahiliyyah, yaitu masa sebelum kedatangan Islam. Dulu,

Rasulullah pernah bertindak sebagai mud}a>rib untuk seorang saudagar bernama

Khadijah, yang kemudian menjadi istri beliau21.

Sebagian ulama lain ada yang berpendapat bahwa dalil dibolehkannya

mud}a>rabah berasal dari Al-Qur’an, yaitu surat al-Muzammil ayat 20:

tβρ ã yz# u™uρ... tβθç/ Î ôØtƒ ’Îû ÇÚ ö‘ F{ $# tβθäótGö6 tƒ ⎯ ÏΒ È≅ ôÒsù «!$# ∩⊄⊃∪ ......

18 Ibid., 10. 19 Evita Isretno, Pembiayaan Mud{a>rabah dalam Sistem Perbankan Syariah. (Jakarta: Cintya Press 2011), 34. 20 Sunnah Taqririyah adalah sunnah yang bersumber dari ucapan atau perbuatan para sahabat yang mendapat persetujuan dari Rasul dengan sikap diam dan tanpa adanya pengingkaran, atau dengan persetujuan maupun memberikan penguatan. Lihat: ‘Ajja>j al-Khat}i>b, Us}u>l al-Hadi>th (Da>r al-Fikr, 2011), 15. 21 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 204.

Page 9: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

28

“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-

orang yang lain lagi berperang di jalan Allah..." (QS, 73:20)

Berdasarkan sekian dalil yang menerangkan tentang mud}a>rabah tersebut,

kesemuanya memberikan gambaran bahwa mud}a>rabah pernah dipraktekkan pada

masa Rasulullah dan sahabat, dari sini kemudian dijadikan dasar dalil Ijma’.22

Sebagian Ulama lain ada yang menggunakan Qiya>s sebagai landasan

disyariatkannya mud}a>rabah . Mereka meng-qiyaskan mud}a>rabah pada musa>qa>t yang

akadnya dalam Islam jelas diperbolehkan karena alasan kebutuhan (al-h}a>jah). Dalam

musa>qa>t seseorang yang memiliki pohon kurma dapat bekerjasama dengan orang lain

yang punya tenaga dan keahlian untuk merawat kurma miliknya dengan pembagian

keuntungan sesuai kesepakatan. Kerjasama model seperti ini mirip sekali dengan

mud}a>rabah, sehigga kemudian ada beberapa ulama meng-qiyas-kan mud}a>rabah

kepada musa>qa>t.23

3. Ketentuan-ketentuan dalam Mud}a>rabah

Sebagaimana pada akad-akad yang lain, mud}a>rabah juga memiliki ketentuan-

ketentuan yang harus dipenuhi. Agar akad mud}a>rabah ini dapat berjalan sebagaimana

mestinya dan dianggap sah maka ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuh

yaitu sebagai berikut:

a. Rukun-Rukun Mud}a>rabah

22 Para ulama yang menukil dalil Ijma’ ini cukup banyak, seperti yang dilakukan Ibnu Quda>mah yang dinukil dari Ibnu al-Mundhir, redaksinya: Para ahli ilmu bersepakat atas dibolehkannya akad mud}a>rabah . 23 Dalil yang dikemukanakan oleh ulama Maliki, Hanbali, Shafi’i dan Abu Yusuf, adalah hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang menyatakan bahwa Rasulullah memberikan hak kepada para Yahudi Khaibar untuk mengelola dan mengolah tanah hasil rampasan perang. Lihat Wiza>rat al-Auqaf wa Shu’u>n al-Isla>miyah al-Kuwait, “Musa>qat” Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, Vol. 37 (Kuwait: Da>r-al-S{afwah, 1997), 113. Muh}ammad ‘Abdu al-Mun’im Abu> Zaid, Nahwa Tat}wi>r Nidza>m al-Mudha>rabah fi> al-Masha>rif al-Isla>miyah (Kairo, al-Ma’had al-‘A<lami> li al-Fikr al-Isla>mi>, 2000), 12.

Page 10: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

29

Dalam Majallah Al-Ah}ka>m disebutkan:

جياب والقبول ) 1405( المادة : إذا قال رب المـال للمضـارب مثال , ركن المضاربة اإل

نـنـا مناصـفة ثـلثــني وثـلثـا أو قـال بح ر الـاسـع واعمـل علـى أن ف مضاربة ال م رأس هذا خذ بـيـ

نـنــا علــى م راه خــذ هــذه الــد : قـــوال يفيــد معــىن المضــاربة كقولــه واجعلهــا رأس مــال والــربح بـيـ

عقد م ة ب ار كون املض ت , وقبل المضارب , مشتـرك نسبة كذا 24.ة نـ

Pasal 1405 : Rukun mud}a>rabah yaitu i>ja>b dan qabu>l. Misalkan seorang rabb

al-ma>l mengatakan: “Ambil sejumlah modal ini untuk mud}a>rabah, maka

kelola dan bekerjalah dimana keuntungan dibagi diantara kita separuh-

separuh, dua pertiga, atau sepertiga.” Atau (rabb al-ma>l) tersebut

mengatakan sesuatu yang mengindikasikan makna mud}a>rabah seperti

ucapannya: “Ambil beberapa dirham ini dan jadikan modal usaha, dan

keuntungannya dengan prosentase sekian kita bagi di antara kita,

kemudian mud}a>rib menyetujui, maka akad mud}a>rabah tersebut telah terjadi.

Jadi dari paparan di atas syarat menurut Majallah Al-Ah}ka>m adalah rukun

mud}a>rabah adalah: s }i>ghat atau i>ja>b dan qabu>l saja. Ketentuan ini bisa jadi tampak

aneh dan rancu karena tidak ada pihak mud}a>rib atau rabb al-ma>l. Akan tetapi

ditentukannya s }i>ghat sebagai rukun secara otomatis tentu mengharuskan adanya

pihak-pihak yang melafalkan s }i>ghat atau i>ja>b dan qabu>l; rabb al-ma>l dan mud}a>rib.

Sedangkan menurut Jumhur Ulama, terdapat lima rukun yang harus dipenuhi

dalam akad mud}a>rabah .

1. Dua pelaku akad : Pemodal (rabb al-ma>l) dan (mud}a>rib).

24 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 198.

Page 11: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

30

2. S{i>gat: Yaitu lafadz yang mengutarakan persetujuan secara jelas mengenai

kontrak yang dimaksud.

3. Harta (modal).

4. Keuntungan : yaitu hasil usaha yang dilakukan oleh mud}a>rib.

5. Tenaga (keahlian) : yaitu sebuah usaha yang dilakukan oleh mud}a>rib dalam

rangka mengembangkan harta.

Sementara itu, menurut sebagian ulama madhab maliki, s{i>ghat tidak termasuk

rukun mud}a>rabah , bukan pula syarat sahnya mud}a>rabah . Akad mud}a>rabah sudah

sah meski tanpa mengatakan s}i>gat. Sebagian ulama Syafi’i juga tidak mengaruskan

adanya s}i>gat. Mud}a>rabah sudah sah hanya dengan sebuah tidakan menerima harta

dengan ucapan kata perintah seperti kata “ambillah”. Adapun dalam Madhab Hanafi,

rukun mud}a>rabah hanya i <ja>b dan qabu>l saja.25

b. Syarat Sah Mud}a>rabah

Mud}a>rabah sebagaimana dalam akad yang lain, memiliki ketentuan dan syarat-

syarat yang harus dipenuhi. Menurut Majallah al-Ah}ka>m syarat sah mud}a>rabah ada

tiga yaitu syarat yang terkait dengan pelaku akad (rabb al-ma>l dan mud}a>rib), syarat

yang terkait dengan modal usaha, dan syarat yang terkait dengan pembagian

keuntungan.

Hal ini dalam Majallah Al-Ah}ka>m dijelaskan sebagai berikut:

26.للوكالة ال للتـوكيل والمضارب تشتـرط أهلية رب الم ) 1408( المادة

25 Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu, Vol. IV (Beirut: Dar al-Fikr, 1985 Juz 4), 839. Wiza>rat al-Auqa>f wa Shu’u>n al-Isla>miyah al-Kuwait, “Mud}a>rabah ” Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, Vol. 38 (Kuwait: Da>r al-S{afwah, 1997), 40. 26 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 198.

Page 12: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

31

Pasal 1408: Disyaratkan bagi rabb al-ma>l sudah cakap hukum untuk bisa

melakukan pendelegasian dan mud}a>rib untuk melakukan obyek wakalah.

جيــوز أن فــال شــركة المــال رأس لــمــاال صــاحلا كونــه المــال رأس ط ر شــ) 1409( المــادة

يون الـيت يف ض تكون العرو إذا رب المـال لكـن . مم رأس مـال يف المضـاربة ذ الـوالعقار والد

ــــه مضــــاربة : وقــــال ضــــارب م ال ىل إ أعطــــى شــــيئا مــــن العــــروض ــــل , بــــع هــــذا واعمــــل بثمن وقب

ة ب ار ضـم ال ن و كـت اء طـع اإل و ذ خـأل ل رأس مـال ه نـمث د ختذ نـقـو وا ه اع ب فـ ك ل ذ المضارب وقـبض

ين الــذي يل يف ذمــة فــالن : لك إذا قــال كــذ ة ح ي ح صــ واســتـعمله اشــر ق اذ كــ ه ر د وقــ اقــبض الــد

27.حة ن صحي وقبل فـتكو , طريق المضاربة ىل ع

Pasal 1409: Syarat modal usaha yaitu berupa harta yang layak (shalih)

untuk dijadikan modal usaha bersama… Maka tidak diperbolehkan modal

berupa barang, harta tidak bergerak atau hutang yang ada dalam

tanggungan untuk dijadikan modal mud}a>rabah. Akan tetapi jika seorang

rabb al-ma>l memberikan sebuah barang dan mengatakan kepada seorang

mud}a>rib: “Jual (barang) ini dan jadikan nilainya (uangnya) untuk bekerja

dengan cara mud}a>rabah”, dan kemudian mud}a>rib menyetujui dan menerima

harta tersebut maka kemudian dia menjual dan menjadikan nilai barang

tersebut sebagai modal usaha untuk mengambil (mencari keuntungan) dan

memberi maka mud}a>rabah menjadi sah. Demikian juga jika rab al-mal

berkata ambil hutangku yang ada dalam tanggungan fulan yang jumlahnya

27 Ibid, 198.

Page 13: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

32

sekian Qirsh28 dan kelolalah dengan cara mud}a>rabah, kemudian mud}a>rib

menerimanya, maka akad ini menjadi sah.

أيضـا وتـعيـني المـال معلومـا رأس كـون يشتـرط يف المضـاربة كشـركة العقـد ) 1411(المادة

ــــن الــــربح جــــزءا شــــا ــــدين م ــــة العاق ــــث ل حص ــــع كــــن إذا ئعا كالنصــــف والثـل ــــركة ب ر بـ ــــى الش عل

طــالق ــا و " مــثال ه لــو ق ك اإل نـن ح ب الــر م ســق يـ و إىل المســاواة اف و صــر م ن و كــي فـ "الــربح مشــتـرك بـيـ

.29 ب ار ض م ال و ال م ال ب ر ني بـ ة ف اص ن م

Pasal 1411: Dalam mud}a>rabah disyaratkan sebagaimana dalam shirkah

‘Aqd, yaitu harta harus diketahui juga, dan menentukan bagian

keuntungan bersama bagi masing-masing (rabb al-ma>l dan mud}a>rib), seperti

setengah dan sepertiga. Akan tetapi jika mengutarakan kata shirkah

(bersama) secara mutlak seperti jika dikatakan “Keuntungan (dibagi)

bersama diantara kita” maka perkataan ini diarahkan pada kesamaan

keuntungan, dan keuntungan dibagi rata antara pemilik modal dan

mudarib.

Pembagian keuntungan tidak ditentukan dengan nominal tertentu, akan tetapi

menggunakan konsep nisbah30.

ن مـ ن ي د اقـع ال ة صـح ن كـت ا مل ذ إ : ال ث مـإذا فقد شرط من الشـروط المـذكورة ( -) 1412(المادة

ع تـ جزءا شائعا بل ح ب الر 31 تـفسد المضاربة فكذا ح ب الر ن م امه د ح أل ني

29 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 199. 30 Lihat, Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 206-207. 31 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 199.

Page 14: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

33

Pasal 1412: Jika ada satu syarat dari syarat-syarat yang tersebut di atas

tidak terpenuhi, seperti jika tidak ditentukannya bagian kedua pelaku akad

secara bersama-sama, akan tetapi keuntungan ditentukan untuk salah

seorang dari dua pelaku akad tersebut maka mud}a>rabah menjadi fasid.

Syarat-syarat di atas harus dipenuhi sebagai satu keseluruhan. Yang dimaksud

dengan satu keseluruhan disini adalah bahwa jika ada satu syarat yang tidak terpenuhi

maka mud}a>rabah tersebut menjadi cacat atau fa>sid32.

4. Karakteristik Mud}a>rabah: Persamaan dan Perbedaanya dengan Jenis

Transaksi Ekonomi Lainnya

Sebagaimana telah digambarkan pada bagian sebelumnya, mud}a>rabah

merupakan salah satu akad yang menuntut adanya tukar menukar (modal dan tenaga)

antara kedua belah pihak. Dalam hal ini, mud}a>rabah hampir menyerupai dengan akad

lain semacam ija>rah dan qard. Keserupaan ini terkadang dapat memberikan implikasi

hukum yang berbeda terhadap perkembangan-perkembangan mud}a>rabah itu sendiri

sehingga penting untuk diketahui perbedaan mud}a>rabah dengan akad yang hampir

memiliki kesamaan.33

Bahkan karena kemiripan mud}a>rabah dengan jenis transaksi ekonomi lainnya

para Ulama Fiqih berbeda pendapat mengenai akad mud}a>rabah; di antara mereka ada

32 Fa>sid adalah kata sifat dari Fasada )فسد( yang artinya cacat atau rusak. Menurut jumhur ulama Fa>sid adalah sebutan lain dari Bat}il, yaitu sebuah keadaan tidak sahnya sebuah amal(Ibadah) atau akad (muamalat). Jika dikatakan akad ini Fa>sid, maka akad ini adalah Bat}il, atau batal, yang artinya tidak sah dan dianggap tidak ada oleh syariat karena tidak memenuhi rukun dan syarat. Sedangkan menurut Hanafiyah akad Fa>sid bukan berarti batal, namun cacat dikarenakan ada salah satu rukun atau syarat yang tidak terpenuhi dalam akadnya. Lihat Ah}mad Shah}adah al-Zu’bi> dan ‘Abdulla>h Muh}ammad Zaba>’ah, “Ah}ka>m al-Mud}a>rabah al-Fa>sidah fi> al-Fiqh al-Isla>mi> wa al-Qa>nu>n al-Madani> al-Urduni>”, Vol. 4, No. 1 (2008), 114.

33 Muhammad ‘Abdu al-Mun’im Abu> Zaid, Nahwa Tat}wi>r Nidza>m al-Mudha>rabah fi> al-Masha>rif al-isla>miyah (Kairo, al-Ma’had al-‘Alami li al-Fikr al-Islami, 2000), 29.

Page 15: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

34

yang menggolongkan akad mud}a>rabah kepada musha>rakah, ada pula yang

menggolongkannya kepada akad ija>rah.34 Hal ini karena keduanya memang memiliki

karakter yang hampir sama dengan mud}a>rabah. Meskipun demikian tetap ada

perbedaan mud}a>rabah dengan akad-akad tersebut. Muhammad Abdu al-Mun’im Abu>

Zaid menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut sebagai berikut:35

a. Mud}a>rabah dan Ija>rah

Ija>rah merupakan sebuah akad yang menjual manfaat suatu barang ataupun

tenaga seseorang (jasa). Segala bentuk akad yang berujung pada pemanfaaatan barang

maupun jasa dinamakan ija>rah.36 Karenanya, ija>rah ini mirip dengan transaksi

mud}a>rabah tatkala seorang rabb al-ma>l memanfaatkan tenaga mud}a>rib untuk

mengelola hartanya. Rabb al-ma>l berarti memanfaatkan tenaga ataupun jasa mud}a>rib

untuk mengelola hartanya. Di sinilah letak kemiripannya.

Adapun perbedaan mud}a>rabah dengan ija>rah yaitu: dalam ija>rah menggunakan

sistem gaji yang sifatnya tetap dan dapat diketahui bagaimanapun kondisi dan

keadaan usaha yang sedang dilakukan. Selain itu, dalam ija>rah tidak hanya jasa saja

yang bisa dimanfaatkan, akan tetapi pemanfaatan barang juga termasuk. Sedangkan

dalam mud}a>rabah menggunakan ketentuan nisbah di akhir akad sesuai dengan

kesepakatan. Sehingga sifatnya tidak tetap, bahkan bisa saja seorang yang terlibat

dalam mud}a>rabah tidak mendapatkan keuntungan sama sekali ketika usaha yang

sedang dijalankan mengalami kerugian.

34 Ibid., 29. 35 Ibid., 32. 36 Ibid., 29.

Page 16: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

35

b. Mud}a>rabah dan Musha>rakah

Musha>rakah adalah kerjasama yang melibatkan antar dua orang atau lebih

dengan memadukan sumber daya yag dimiliki baik sumber daya tersebut berupa

modal, jasa, keahlian ataupun yang lain.37

Menurut para ulama Hanafi dalam yang dikutip Wahbah Zuhaili al-

musha>rakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu

dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau tenaga dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan.38

Definisi di atas bila dibandingkan dengan mud}a>rabah maka akan terdapat

kemiripan bahwa keduanya sama-sama melibatkan dua orang atau lebih, akan tetapi

sisi perbedaannya terletak pada kontribusi modal, tenaga, dan kerugian. Dalam

musha>rakah semuanya ditanggung secara bersama-sama, dan setiap pihak yang

terlibat memiliki hak untuk menentukan kebijakan sesuai dengan kesepakatan.

Sedangkan dalam mud}a>rabah , pihak rabb al-ma>l mempercayakan modal sepenuhnya

kepada mud}a>rib meskipun rabb al-ma>l diperbolehkan mensyaratkan beberapa hal

kepada mud}a>rib.

c. Mud}a>rabah dan Qard Ribawi> (Pinjaman Berbunga)

Qard adalah istilah Bahasa Arab yang dalam Bahasa Indonesia berarti

pinjaman.39 Transaksi jenis ini, transaksi yang memberikan pinjaman dengan

keuntungan tertentu dari peminjaman tersebut, banyak dilakukan di era ini. Sepintas, 37 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 102. 38 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu, Vol. IV (Beirut: Dar al-Fikr, 1985 Juz 4), 792. 39 Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Komtemporer Arab Indonesia ( Yoagyakarta: Multi Karya grafika), 1445.

Page 17: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

36

dalam akad seperti ini akan ditemukan kemiripan-kemiripannya dengan mud}a>rabah.

Namun, jika ditelusuri lebih mendalam, terdapat beberapa perbedaan yang sangat

prinsipil dalam mud}a>rabah dan qard ribawi>. Perbedaan-perbedaan ini penting untuk

diperhatikan agar tidak terjadi kerancuan pemahaman dan kesalahpahaman antara

pihak yang terlibat dalam akad-akad ini sehingga tidak terjebak kepada akad yang

dilarang oleh Islam. Perbedaan tersebut dapat dirangkum ke dalam beberapa hal.40

1. Dalam qard, hubungan pihak yang terlibat adalah pihak yang menghutangi

(da>in) dan penghutang (mudi>n). Sedangkan dalam mud}a>rabah, pemodal (rabb

al-ma>l) dan pengelola (mud}a>rib).

2. Dalam qard, seorang penghutang harus mengembalikan pinjamannya secara

tetap dengan memperhatikan besar kecilnya pinjaman dan tempo waktu

peminjaman. Pada tempo tertentu peminjam dikenakan biaya tertentu secara

tetap, tergantung dengan besar kecilnya peminjaman yang diberikan.

Sedangkan dalam mud}a>rabah, pengembalian (bagi hasil) yang disebut dengan

hasil (ribh}) sifatnya tidak tetap tergantung kepada penghasilan yang

didapatkan oleh mud}a>rib.

3. Qard, menuntut adanya jaminan dari pihak peminjam yang dianggap senilai

dengan pinjaman yang diminta, sedangkan dalam mud}a>rabah, jaminan

seutuhnya berasal dari rabb al-ma>l, kecuali terjadi penyimpangan dan

kecurangan yang dilakukan oleh mud}a>rib.

4. Dalam qard, pihak peminjam bebas menentukan untuk apa saja pinjaman

tersebut, sedangkan dalam mud}a>rabah kedua belah pihak yang terlibat pasti

menyepakati kontrak usaha.

40 Muhammad ‘Abdu al-Mun’im Abu> Zaid, Nahwa Tat}wi>r Nidza>m al-Mudha>rabah fi> al-Masha>rif al-isla>miyah (Kairo, al-Ma’had al-‘Alami li al-Fikr al-Islami, 2000), 35.

Page 18: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

37

5. Dalam qard, pihak yang meminjamkan tidak ada urusan dengan pihak

peminjam, apabila terjadi kerugian maka kerugian tersebut sepenuhnya urusan

si peminjam. Sedangkan dalam mud}a>rabah pihak rabb al-ma>l harus

menanggung kerugian yang bukan diakibatkan oleh kelalaian mud}a>rib.

5. Bentuk-bentuk Mud}a>rabah

Secara umum mud}a>rabah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu mud}a>rabah mut}laqah

dan mud}a>rabah muqayyadah. dalam Majallah Al-Ah}ka>m disebutkan:

41 .واآلخر مضاربة مقيدة , أحدمها مضاربة مطلقة : المضاربة قسمان ) 1406( المادة

Pasal (1406): Mud}a>rabah terbagi menjadi 2 bagian: pertama mud}a>rabah

mut}laqah, kedua mud}a>rabah muqayyadah.

1. Mud}a>rabah Mut}laqah (tidak terikat/bebas)

Mud}a>rabah mut}laqah adalah mud}a>rabah yang tidak memberikan keterikatan

kepada pihak mud}a>rib.

Dalam Majallah Al-Ah}ka>m disebutkan:

ـــادة ـــان ) 1407( الم ـــي الـــيت مل تـتـقيـــد بزم ـــة ه بنــــوع ال و مكـــان ال و المضـــاربة المطلق

. ن مضـاربة مقيـدة فـتكـو ذه هـ ن مـ د ح او وإذا تـقيدت ب , مشرت ال و بائع بتـعيني ال و جتارة

أو ة يـالفالن ال و مـاأل اشـرت و أ يف الوقت الفـالين أو المكـان الفـالين أو بـع : مثال إذا قال

42.المضاربة مقيدة تكون فـ عامل فالنا وفالنا أو أهايل البـلدة الفالنية

41 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 198.

42 Ibid, 198.

Page 19: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

38

Pasal 1407: Mud}a>rabah mut}hlaqah yaitu mud}a>rabah yang tidak terikat

dengan waktu, tempat, jenis usaha (jual-beli) tertentu, pembeli dan penjual

tertentu. Jika terikat dengan salah satunya maka ini termasuk mud}a>rabah

muqayyadah. Misalkan jika seseorang berkata: di waktu tertentu atau

tempat tertentu atau beli dan jual harta dari jenis tertentu atau

bekerjasamalah dengan seseorang atau salah seorang dari penduduk negeri

ini, maka mud}a>rabah ini adalah mud}a>rabah muqayyadah.

Dalam literatur lain, seperti yang disebutkan oleh Wahbah Zuhaily dikutip

oleh Jaih Mubarak, mud}a>rabah mut}laqah adalah penyerahan modal dari rabb al-ma>l

pada mud}a>rib guna melakukan usaha bisnis dengan tanpa menentukan jenis usahanya,

tempatnya, waktunya, sifat bisnisnya, dan atau pihak yang melakukan usahanya43.

Dalam akad mud}a>rabah jenis ini pihak rabb al-ma>l tidak menetapkan restriksi atau

syarat-syarat tertentu kepada mud}a>rib. Dalam bahasa inggrisnya mud}a>rabah jenis ini

dikenal dengan Unrestricted Investment Account (URIA).44

Imam Syafi’i> dan Imam Malik cenderung menganjurkan terhadap Mud}a>rabah

jenis yang pertama ini, sebagaimana disampaikan Abdullah Saeed bahwa apabila

investor menentukan bahwa mud}a>rib tidak boleh membeli kecuali dari orang tertentu

atau komoditas tertentu, maka mud}a>rabah itu batal.45

2. Mud}a>rabah Muqayyadah

Mud}a>rabah muqayyadah adalah akad mud}a>rabah yang berupa penyerahan

modal dari rabb al-ma>l kepada mud}a>rib untuk melakukan usaha (bisnis) dengan

43 Jaih Mubarok, Hukum Ekonomi Syariah Akad Mud}a>rabah (Bandung, Fokus Media, 2013), 34. 44 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan ( Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 212. 45 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah (Jakarta: Paramadina, 2006), 80.

Page 20: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

39

menentukan jenis usahanya, tempatnya, waktunya, sifat bisnisnya, dan atau pihak

yang melakukan usahanya. Dalam bahasa inggrisnya biasa dikenal dengan istilah

restricted investment account (RIA).46

Dalam praktik perbankan syariah modern, mud}a>rabah muqayyadah sendiri

diklasifikasikan lagi menjadi dua bagian, yaitu mud}a>rabah muqayyadah on balance

sheet, dan mud}a>rabah muqayyadah off balance sheet. Dalam mud}a>rabah

muqayyadah on balance sheet, nasabah investor menentukan aliran dana pada sektor-

sektor terbatas semisal pertanian, jasa, properti, dan pertambangan. Skema seperti ini

menuntut bank untuk terlibat secara aktif dalam kerjasama, seperti dalam penentuan

nisbah keuntungan, ataupun kebijakan-kebijakan yang lain. Bahkan neraca keuangan

dalam mud}a>rabah jenis ini juga harus tercatat dalam neraca bank bukan hanya

dimiliki oleh mud}a>rib. Sedangkan, dalam mud}a>rabah muqayyadah off balance sheet

pihak LKS bertindak sebagai arranger saja yang menghubungkan investor (rabb al-

ma>l) dengan mud}a>rib. Pihak LKS tidak terlibat secara langsung dalam kerjasama

semacam ini, sehingga tidak tercatat dalam neraca LKS. Pihak LKS juga tidak

memiliki hak dalam penentuan nisbah keuntungan.47

Dari kedua jenis mud}a>rabah ini mud}a>rabah jenis kedua lah yang paling

banyak dipraktekkan oleh LKS baik di Indonesia maupun di negara lainnya. Hal ini

karena resiko kerugian atau tingkat ketidakpastian yang timbulkannya lebih kecil

dibandingkan mud}a>rabah jenis pertama.

46 Ibid. 212. 47 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan ( Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 212-213.

Page 21: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

40

6. Aplikasi Mud}a>rabah di Lembaga Keuangan Syari’ah

Mud}a>rabah pada dasarnya hanya melibatkan dua pihak, yaitu rabb al-ma>l dan

mud}a>rib. Kerjasama yang skemanya sederhana seperti ini banyak kita temukan pada

masa lampau, yaitu masa awal berkembangnya Islam dan masa pertengahan. Seorang

rabb al-ma>l dapat menanamkan modalnya secara langsung (direct financing) kepada

pihak kedua, yaitu mud}a>rib. Hal ini karena rabb al-ma>l dapat mengenal dan

berhubungan langsung dengan pihak kedua. Konsekuensianya pada praktek

mud}a>rabah klasik semacam ini tidak terdapat peran LKS.

Mud}a>rabah zaman klasik banyak dilakukan dengan model kerjasama personal

saja dan hanya melibatkan beberapa orang. Sedangkan dalam praktik mud}a>rabah di

LKS terutama perbankan, melibatkan dana dari ribuan nasabah yang satu sama lain

sangat sulit untuk bertemu dan saling mengenal. Dari sini LKS memposisikan diri

sebagai pihak yang menghimpun dan menyalurkan dana dari nasabah untuk kemudian

dikelola sesuai dengan kebutuhan. Transaksi semacam ini yang kemudian menjadi

pola mud}a>rabah di LKS yang disebut indirect financing.48

7. Hikmah disyariatkannya Mud}a>rabah .

Seluruh ajaran Islam secara keseluruhan mengandung manfaat dan bertujuan

mewujudkan mas}lah}at (kebaikan) bagi seluruh umat manusia.49 Mas}lah}at di sini,

termasuk diperbolehkannya beragam bentuk transaksi yang yang dilakukan oleh

manusia. Syariat Islam ajarannya bersifat Rahmatan li al-‘A<lami>n (membawa rahmat

bagi semesta alam) yang menolak bahaya (d}arar) dalam berbagai kadar bentuk dan

48 Ibid, 211. 49 Nu>ruddi>n bin Mukhta>r al-Kha>dimi>, Ilmu al-Maqa>shid al-Shar’iyah (Riyad: Maktabah Obekan, 2001), 23.

Page 22: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

41

ukurannya. Sebaliknya, syariat Islam selalu memberikan jalan bagi terwujudnya

kemaslahatan bagi umat manusia.

Sejatinya, berbagai transaksi yang diperbolehkan oleh Islam mengandung

kemaslahatan dan pasti mengandung hikmah bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini,

mud}a>rabah juga mengandung berbagai hikmah diantaranya karena mud}a>rabah dapat

meningkatkan gerak dan geliat perekonomian yang secara langsung maupun tidak

langsung bisa mereduksi tingkat pengangguran yang ada dalam masyarakat.50

Selain hikmah tersebut, mud}a>rabah juga merupakan salah satu bentuk

investasi51atau instrumen pengembangan harta. Mud}a>rabah di sini berfungsi sebagai

jembatan bagi pihak pemilik modal yang tidak memiliki kemampuan untuk

melakukan usaha, orang-orang yang memiliki keahlian, tenaga, dan waktu tapi

kekurangan modal hingga tidak bisa melakukan usaha. Fenomena tersebut banyak

terjadi di tengah masyarakat. Permasalahan ini dapat dijembatani dengan transaksi

mud}a>rabah .52

C. Mud}a>rabah Bermasalah: Klasifikasi dan Cara Penyelesaiannya

Mud}a>rabah di lembaga keuangan syariah (LKS), sebagaimana dipaparkan

sebelumnya, merupakan jenis transaksi atau praktek ekonomi syariah yang masih

rentan terhadap munculnya permasalahan. Salah satu contoh permasalahan yang

paling banyak timbul adalah asymmetric information yaitu kesenjangan informasi

antara rabb al-ma>l dan mud}a>rib. Tidak heran jika tingkat pelaksanaan (praktek) 50 Sebagaimana diketahui bahwa mudarabah termasuk akad yang bercirikan profit and loss sharing (PLS). PLS ini dapat menjadikan bank sangat perduli terhadap keberhasilan usaha nasabah, sehingga berpengaruh kepada upaya untuk selalu meningkatkan kualitas bankir bank syariah menjadi lebih kompeten dan profesional. Lihat: Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori Praktik dan Peranannya (Jakarta: Celestial Publishing, 2011), 218. 51 Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Lihat: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/investasi-pengertian-dasar-jenis-dan.html 52 Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu, Vol. IV (Beirut: Da>r al-Fikr, 1985 Juz 4), 839.

Page 23: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

42

cenderung masih rendah dibandingkan pembiayaan yang lain semisal musha>rakah dan

mura>bahah.

Dalam lingkup perbankan, pembiayaan bermasalah biasanya diidentikkan

dengan kredit macet. Nasrun Tamim menguraikan secara jelas faktor-faktor penyebab

kredit macet. Penyebab di sini bisa muncul dari debitur sendiri yang dalam konteks

mud}a>rabah ini adalah mud}a>rib, atau dari pihak lembaga pemberi kredit (LKS) yang

dalam konteks mud}a>rabah disebut rabb al-ma>l. Selain itu, permasalahan dalam

mud}a>rabah bisa jadi tidak dikerenakan kedua pihak tersebut, melainkan disebabkan

faktor eksternal (ekonomi makro). Penyebab-penyebab ini bisa dirangkum dalam

tabel berikut ini:53

Tabel 2.1: Penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah

Penyebab Kredit Macet

Dari penerima kredit

(Mud}a>rib)

a. Manajemen

b. Keuangan

c. Pemasaran

d. Aktifitas

e. Pengawasan

f. Adanya usaha spekulasi yang beresiko

tinggi

g. Berjudi dan lainnya

h. Mobilitas pegawai

i. Masalah pemegang saham/ke-luarga

j. Debitur atau anggota keluarganya jatuh

sakit

Dari pemberi kredit (LKS)

a. Ada niat baik atau kealpaan oleh

petugas bank

b. Analisa kurang melakukan verifikasi

data

c. Ditekan pencapaian target

53 Nasrun Tamim, Kiat Menghindari Kredit Macet, (Jakarta: Dian Rakyat, 2012), xi.

Page 24: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

43

d. Load pekerjaan yang berlebihan

e. Terlalu percaya terhadap apa yang

disampaikan calon debitur

f. Analisa prospek yang kurang

mendalam

g. Kurangnya kemampuan analisa kredit

h. Kurang memperhatikan long life circle

produk yang dibiayai

Dari Sudut Makro

a. Kondisi ekonomi nasional, politik,

sosial & internasional

b. Perubahan peraturan pemerintah

c. Kemajuan tekhnologi

Persoalan yang seringkali muncul dalam mud}a>rabah adalah permasalahan

agency. Yaitu permasalahan yang timbul dari pihak kedua (mud}a>rib) oleh karena

adanya informasi yang tidak seimbang (asymetric information) berkaitan dengan

usaha yang digeluti oleh mud}a>rib. Sebagai ilustrasi pihak mud}a>rib yang melakukan

sebuah usaha di lapangan adalah pihak yang paling mengetahui jalan atau naik

turunnya usaha tersebut. Berbagai detil terkait keuangan sampai naik turunnya usaha

sangat diketahui oleh pihak mud}a>rib tapi tidak diketahui, baik keseluruhan atau

sebagian, oleh rabb al-ma>l. Keadaan seperti ini bisa jadi tidak terhindarkan karena

rabb al-ma>l memang tidak terlibat langsung di lapangan, tapi bisa jadi juga

disebabkan karena kurang intensifnya komunikasi oleh kedua belah pihak.

Permasalahan ini tidak bisa dipungkiri banyak terjadi khususnya jika dalam akad

mud}a>rabah tidak ditetapkan secara pasti mekanisme komunikasi antar kedua belah

pihak atau mekanisme monitoring rabb al-ma>l terhadap usaha yang sedang berjalan.

Asymmetric information ini selanjutnya dapat mengakibatkan penyimpangan (moral

hazard) yang bersumber dari mud}a>rib dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya

sendiri. Penyimpangan ini bisa berupa manipulasi terhadap catatan keuangan,

Page 25: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

44

penyelewengan aliran dana, penipuan, ataupun tindakan buruk lain yang merugikan

rabb al-ma>l.54

Sebagai sebuah produk kodifikasi hukum Islam yang menjadi rujukan para

hakim untuk menyelesaikan persoalan-persoalan terkait ekonomi syariah, Majallah

Al-Ah}ka>m jelas memaparkan ketentuan-ketentuan yang bisa dijadikan pegangan

dalam pelaksanaan akad mud}a>rabah sekaligus mengatur bagaimana penyelesaian

mud}a>rabah bermasalah. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain:

1. Mud}a>rib dalam keadaan bagaimanapun harus memenuhi syarat-syarat yang diminta

oleh rabb al-ma>l. Sebab dalam mud}a>rabah, rabb al-ma>l boleh mengajukan persyaratan

apapun kepada mud}a>rib, selama persyaratan tersebut shar’i>. 55 Dalam Majallah Al-

Ah}ka>m disebutkan:

يـلزم المضارب المقيدة المضاربة ب د قـي و المال رب ط شر مهما) 1420( المادة

56 .رعايـته

Pasal (1420): dimana rabb al-mal mensyaratkan dan membatasi (kontrak)

dengan mud}a>rabah muqayyadah, mud}a>rib harus melaksanakan ketentuan-

ketentuan dan syarat rabb al-ma>l”.

Dalam kaidah fiqih Majallah Al-Ah}ka>m disebutkan:

مكان ) 83المادة ( 57 يـلزم مراعاة الشرط بقدر اإل 54 Bandingkan dengan Muh}ammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Perbankan Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 3. 55 Yang dimaksud shar’i> adalah syarat-syarat yang diajukan dalam akad tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip mud}a>rabah dan prinsip-prinsip Islam. ‘Umar ‘Abdullah Ka>mil, “Al-Qawa>id al-Fiqhiyyah al-Kubra> wa Atha>ruha> fi al-Mu’a>mala>t al-Ma>liyah", (Disertasi -- Univesitas Al-Azhar, Kairo), 479. 56 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 200.

Page 26: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

45

Pasal (83): Memenuhi syarat (ketentuan) dengan segenap kemampuan

adalah sebuah kewajiban.

Hal yang penting dicatat adalah bahwa pelanggaran terhadap syarat atau

ketentuan yang ditetapkan oleh rabb al-ma>l memiliki konsekuensi hukum yang cukup

tegas. Mud}a>rib dianggap melakukan ghasb dan harus menanggung jika terjadi

kerugian dalam usahanya.

Dalam Majallah Al-Ah}ka>m disebutkan:

في ف يكون غاصبا فالشرط وخالف إذا خرج المضارب عن مأذونيته ) 1421( المادة

يكون فوإذا تلف مال المضاربة ,ه ي ل إ ه اء ط ع إ و ه ذ خ أ احلال يـعود الربح واخلسارة يف ه ذ ه

58 .ضامنا

Pasal (1421): Jika mud}a>rib keluar (melanggar) ketentuan dan syarat (yang

diberikan rabb al-ma>l), maka mud}a>rib dihukumi Ghasb59, dan dalam

keadaan seperti ini keuntungan dan kerugian dalam mengambil dan

memberikan (pngelolaan) kembali (ditanggung) oleh mud}a>rib. Sedangkan

apabila (mud}a>rib) menghabiskan harta mud}a>rabah maka ia wajib

menggantinya.

57 Ibid, 32.

58 Ibid, 200.

59 Ghasb adalah menguasai (mengambil) harta orang lain dengar cara yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam. Lihat, Abu Zakariya> an-Nawawi>, al-Majmu’ Syarh} al-Muhaddhab vol. 14, hal 338. (Jeddah, Maktabah al-Irsya>d, - ) 338.

Page 27: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

46

2. Aturan lain yang ditetapkan oleh Majallah Al-Ah}ka>m adalah mengenai larangan

mensyaratkan jaminan atau agunan. rabb al-ma>l tidak diperbolehkan mensyaratkan

jaminan atau agunan, sebab akad mud}a>rabah dilakukan berdasarkan atas kepercayaan,

terutama kepercayaan rabb al-ma>l kepada mud}a>rib. Posisi mud}a>rib adalah orang yang

dipercaya oleh rabb al-ma>l untuk melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan60. Permintaan agunan dari rabb al-ma>l tersebut membuat

akad ini serupa dengan akad pinjaman (qard), yang pastinya memiliki ketentuan-

ketentuan yang berbeda dengan mud}a>rabah . Namun, sebagian pakar dan ulama ada

yang memperbolehkan pemberlakukan agunan, dengan maksud mencegah timbulnya

moral hazard dari mud}a>rib. 61 Menurut penulis pemberlakuan agunan untuk praktek

mud}a>rabah untuk zaman sekarang boleh dilakukan. Sebab akad Mud}a>rabah tanpa

adanya agunan akan sangat rentan terhadap resiko penipuan. Sedangkan mud}a>rabah

bisa dikatakan merupakan salah satu transaksi yang sangat dibutuhkan manusia,

terutama orang-orang yang taraf ekonominya menengah ke bawah dan kesulitan

mencari modal. Namun pemberlakuan agunan harus dengan sangat hati-hati sehingga

tidak mencederai keabsahan akad mud}a>rabah itu sendiri. Hal ini diantaranya bisa

ditempuh dengan menjadikan agunan sebagai tanda keseriusan untuk bekerja. Dan

jangan sampai pemberlakuan agunan ini disalahgunakan oleh pihak LKS atau rabb al-

60 Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuhu, Vol. IV (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), 855. 61 Mayoritas ulama tidak memperbolehkan adanya persyaratan agunan dalam mud}arabah. Menurut Adiwarman Karim pelarangan ulama ini konteksnya adalah untuk kerugian yang disebabkan oleh business risk. Sedangkan dalam konteks kerugian yang diakibatkan character risk agunan bisa diberlakukan untuk mencegah adanya penyimpangan (moral hazard) yang bersumber dari mud}arib yang dengan maksud menguntungkan dirinya sendiri. Sementara itu menurut Muh}ammad Abdul Mun’im Abu Zaid, pemberlakukan agunan sebagai jaminan diperbolehkan dengan alasan bahwa saat ini sangat sulit menilai kejujuran seseorang seiring dengan semakin menurunnya tingkat pemahaman terhadap nilai-nilai akhlak (pemahaman keagamaan), etika dan moral.

Lihat: Muh}ammad ‘Abdu al-Mun’im Abu> Zaid, Nahwa Tat}wi>r Nidza>m al-Mud}a>rabah fi> al-Mas}a>rif al-Isla>miyah, (Kairo: al-Ma’had al-‘A<lami> li al-Fikr al-Isla>mi>, 2000), 128., Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 208.

Page 28: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

47

ma>l karena takut terhadap kerugian, seperti melimpahkan resiko kerugian kepada

mud}a>rib.62

3. Ketentuan lain yang juga penting diperhatikan dalam mud}a>rabah adalah tentang

pencampuran harta. Mencampur harta atau modal mud}a>rabah mut}laqah dengan harta

pribadi atau harta yang lain tidak diperbolehkan, kecuali dengan seizin atau

sepengetahuan rabb al-ma>l. Sebagaimana dipaparkan dalam majallah al-ah}ka>m:

مبجــــرد عقــــد مأذونــــاال يكــــون ة ق ل ط ـــــــــــــــــــــــم ال المضــــاربة المضــــارب يف ) 1415( المــــادة

63 المضاربة خبلط مال المضاربة مباله وال بإعطائه مضاربة

Pasal (1415): Seorang mud}a>rib dalam mud}a>rabah mut}laqah tidak serta-

merta diperbolehkan mencampur harta mud}a>rabah (modal) dengan harta

miliknya ataupun diberikan (dilimpahkan) kepada siapapun untuk

dijadikan modal mud}a>rabah .

Akan tetapi mencampur harta diperbolehkan ketika hal tersebut sudah menjadi

adat yang sangat umum di pratkekkan di tengah suatu masyarakat. Bahkan, ketika

menjadi sebuah tradisi yang sangat mengakar pencampuran harta tersebut boleh

dilakukan tanpa sepengetahuan rabb al-ma>l. Dalam Majallah al-Ah}ka>m al-‘Adliyah

disebutkan:

62 Resiko kerugian dalam sebuah kerjasama bisnis hampir selalu ada dengan kadar kerugian yang berbeda-beda. Untuk menerapkan agunan diperlukan klasifikasi resiko kerugian yang jelas. Adiwarman Karim melihat bahwa resiko kerugian dalam mud}a>rabah perlu diklasifikasikan agar bisa dipastikan kerugian menjadi tanggung jawab siapa. Kerugian yang berupa force majeure dan business risk adalah kerugian yang harus ditanggung oleh rabb al-mal. Sedangkan kerugian yang disebabkan oleh character risk seperti ketidakjujuran, tindakan menguntungkan dirinya sendiri, dan pelanggaran mud}arib terhadap perjanjian merupakan tanggung jawab seorang mud}arib itu sendiri. Dari sini menurut penulis perlu kiranya dilakukan rumusan yang lebih jelas lagi mengenai resiko-resiko kerugian dalam mud}a>rabah ini, kemudian harus benar-benar dipahami sebelum dilakukannya akad perjanjian mud}a>rabah . 63 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 200.

Page 29: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

48

مـال ط لـخ ا هـيـ ف عادة المضـاربني لكن إذا كان يف بـلدة من ........... 1415( المادة

64 .لك مأذونا بذ اض ي أ فـيكون المضارب يف المضاربة المطلقة المضاربة مباهلم

Pasal (1415): .............. Akan tetapi jika dalam sebuah daerah ada kebiasaan

para mud}a>rib mencampur harta mud}a>rabah dengan harta milik mereka,

maka mud}a>rib diperbolehkan (dibenarkan) mencampur harta tersebut.”

Lebih lanjut, dalam Kaidah Fiqih Majallah Al-Ah}ka>m juga ditegaskan sebagai

berikut:

65 .العادة حمكمة ) :36المادة (

Pasal (36): Adat (kebiasaan) bisa menjadi hukum.

Kaidah ini menjelaskan bahwa adat atau kebiasaan bisa mengakibatkan sebuah

ketetapan hukum. Karena itu jika terjadi perselisihan dalam mud}a>rabah misalnya,

kaidah ini bisa diterapkan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Seperti yang

disampaikan Majallah Al-Ah}ka>m bahwa mencampur harta mud}a>rabah bisa dilakukan

semerta-merta oleh mud}a>rib jika adat setempat memang berlaku seperti itu. Sehingga

mud}a>rib tidak dianggap melanggar ketentuan akad mud}a>rabah.

Berkaitan dengan pencampuran harta dalam Majallah Al-Ah}ka>m disebutkan:

قد فـوض إىل رأي المضارب المطلقة المضاربة إذا كان رب المال يف ) 1416( المادة

هال مب يكون المضارب مأذونا خبلط مال المضاربة فاعمل برأيك : له ال ائ ق أمور المضاربة 64 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 199.

65 Ibid, 28.

Page 30: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

49

قـراض مأذونا ال يكون هذه الصورة يف كن ل , كل حال ىل ع ة ب ار ض م ه ائ ط ع إ ب و باهلبة واإل

ه ذ ه بل يـتـوقف إجراء كثـر من رأس المال األ دين الوال بالدخول حتت يف مال المضاربة

66.من رب المال ذن اإل ح صري على ف و قـ و م ر و م األ

Butir (1416): Jika rabb al-ma>l dalam akad mud}a>rabah mut}laqah

menyerahkan semua urusan (memberikan kebebasan) kepada Mud}a>rib

terhadap perkara mud}a>rabah dengan berkata: “Kelola harta ini dengan

pendapatmu” maka mud}a>rib diperbolehkan mencampur dengan hartanya

dan melimpahkan harta mud}a>rabah (modal) dalam keadaan bagaimanapun.

Akan tetapi dalam keadaan seperti ini tidak semerta-merta dibenarkan

memberikan (hibah) atau meminjamkan (qard) harta mud}a>rabah ataupun

berhutang piutang dengan harta tersebut lebih dari modal, akan tetapi

pelaksanaan perkara ini harus atas ada izin yang jelas dari pemilik modal

(rabb al-ma>l).

على يـقسم الربح احلاصل ف إذا خلط المضارب مال المضاربة مباله ) 1417( المادة

نه وبـني رب م س ق يـ المضاربة ال م ربح و نه يأخذ ربح رأس ماله إ: عىن ي المال مقدار رأس بـيـ

67.المال على الوجه الذي شرطاه

Butir (1417): Jika mud}a>rib mencampur harta mud}a>rabah (modal) dengan

hartanya sendiri, maka laba yang didapat dibagi berdasarkan besar-

kecilnya modal, yaitu mud}a>rib mengambil bagian laba dari hartanya dan

66 Ibid, 198.

67 Ibid, 200.

Page 31: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

50

laba harta mud}a>rabah dibagi dua (mud}a>rib dan rabb al-ma>l) berdasarkan

(nisbah) yang telah disepakati.

Meski demikian, perlu dicatat bahwa kaidah fiqih yang menetapkan adat

istiadat bisa menjadi sebuah aturan hukum tidaklah mutlak bisa diterapkan pada

semua keadaan. Kaidah ini hanya berlaku jika tidak terdapat nash (dalil) yang

menerangkan status hukum perbuatan tersebut. Apabila ada nash yang

merangkannya, maka wajib mendahulukan nash dari pada adat. Hal ini karena, dalam

Islam, nash pasti mengandung kebenaran dan membawa kebaikan (mas}lah}at).

Sebagai ilustrasi, meski tindakan menenggak minuman keras merupakan adat di

sebuah wilayah atau di tengah masyarakat tertentu, tradisi tersebut tetap tidak akan

bisa diangap sebagai sebuah perbuatan yang legal atau diperbolehkan dalam Islam

meski merujuk pada kaidah al-‘A<dah Muh}akkamah.

Dalam konteks mud}a>rabah sendiri, penulis belum melihat adanya nash yang

secara tegas menjelaskan bahwa percampuran harta antara harta mud}a>rib dengan

modal yang diberikan oleh rabb al-ma>l itu dilarang. Jadi, hukum atau ketentuan

apakah hal ini dilarang atau diperbolehkan benar-benar tergantung pada apakah

perbuatan tersebut merupakan tradisi yang umum dilaksanakan di sebuah daerah atau

tidak. Isu ini menjadi sangat penting apalagi jika dalam sebuah akad tidak disebutkan

secara eksplisit akan boleh atau tidaknya mencampur harta.

4. Ketentuan lain yang juga sangat penting di dalam Majallah Al-Ah}ka>m adalah

ketentuan tentang pihak mana (siapa) yang harus menanggung kerugian ketika tidak

terjadi pelanggaran syarat. Dalam hal ini Majallah Al-Ah}ka>m menjelaskan bahwa

Dalam keadaan bagaimanapun rabb al-ma>l harus menanggung semua kerugian,

meskipun dalam persyaratan awal disebutkan bahwa kerugian kelak harus ditanggung

Page 32: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

51

bersama, maka syarat tersebut tidak dianggap (tidak sah). Dalam Majallah Al-Ah}ka>m

disebutkan:

وإذا شــرط رب المــال ىل ا إ د ائــع الضــرر واخلســار ن و كــي علــى كــل حــال ) 1428المــادة (

نه ه ن كو 68.لك الشرط فال يـعتبـر ذ ب ار ض م ال ني بـ و مشتـركا بـيـ

Pasal (1428): Dalam keadaan bagaimanapun adanya malapetaka (force

majeure) dan kerugian (business risk) kembali (ditanggung) rabb al-ma>l,

dan jika (dalam akad) disyaratkan bahwa adanya kerugian ditanggung

antara rabb al-ma>l dan mud}arib, maka syarat tersebut tidak dianggap (tidak

berlaku).

Pasal di atas cukup tegas mengatur tentang cara penyelesaian mud}a>rabah

bermasalah yang diakibatkan faktor apapun selain pelanggaran syarat. Adiwarman

Karim dalam bukunya Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan69 menawarkan

interpretasi yang secara redaksi berbeda meski berakhir pada kesimpulan hukum yang

sama. Ia menjelaskan bahwa skema mud}a>rabah termasuk dalam akad yang

berlandaskan loss and profit sharing, dimana kerugian ditanggung bersama oleh pihak

yang yang bekerjasama. Ini diarenakan pada dasarnya akad mud}a>rabah merupakan

akad kerjasama (kongsi)70, maka konsekuensi pembagian keuntungan dan kerugian ini

juga berlaku. Hanya saja, kontribusi modal dalam mud}a>rabah bentuknya berbeda

dari musha>rakah; dalam mud}a>rabah, rabb al-ma>l berkontribusi berupa modal finansial

seratus persen, sedangkan mud}a>rib berkontribusi tenaga, waktu, dan keahlian. Ketika

68 Ibid, 201.

69 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan ( Jakarta: Raja Grafindo, 2011), 208. 70 Mud}a>rabah adalah salah satu jenis usaha bersama (sharikah) sebagaimana dijelaskan dalam Majallah al-Ah}ka>m pasal 1404: “Mud}a>rabah adalah salah satu jenis sharikah dimana salah satu pihak menyerahkan modal dan pihak lainnya melakukan usaha.”

Page 33: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

52

terjadi resiko kerugian yang diakibatkan oleh business risk maka rabb al-ma>l

menanggung kerugian finansial, sedangkan mud}a>rib menanggung kerugian dalam

bentuk kehilangan waktu dan tenaga. Prinsip kebersamaan dalam berbagi keuntungan

dan kerugian ini sesuai dengan kaidah fiqih yang terdapat dalam Majallah Al-Ah}ka>m:

71.الغرم بالغنم ) :87المادة (

Pasal (87): Kerugian dengan keuntungan (ditanggung dan dibagi

bersama).72

Maksud dari kaidah ini adalah bahwa seseorang yang mendapatkan

keuntungan dari apa yang dilakukannya juga harus mau menanggung kerugian yang

ditimbulkannya. Seperti dalam kerjasama (kongsi), masing masing pihak diharuskan

siap dengan segala kemungkinan kerugian yang akan timbul, dan masing-masing

harus mau menanggung sesuai kadar modal yang dimilikinya.73 Dalam aplikasi

mud}a>rabah, jika terjadi kerugian di kemudian hari maka rabb al-ma>l menanggung

kerugian finansial, sedangkan mud}a>rib menanggung dengan hilangnya waktu dan

tenaga.

5. Aturan lain yang juga diatur dalam Majallah al-Ah}ka>m adalah aturan terkait

Mud}a>rabah yang mana salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akalnya. Dalam

kondisi ini, secara otomatis akad mud}a>rabah berkahir dengan sendirinya.

71 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 32.

72 Syarif Hidayatullah, Qawa’id Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer, (Jakarta: Gramata Publishing, 2012), 115. 73 ‘Ali H{aidar, Durar al-H{ukka>m Sharh} Majallah al-Ah}ka>m, (Beirut: Dar ‘Alam al-Kutub, 2003)

Page 34: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

53

Dalam Majallah Al-Ah}ka>m disebutkan:

74.خ المضاربة س ف فـــتـ و جن جنونا مطبقا إذا مات رب المال أو المضارب أ ) 1429( المادة

Pasal (1429): Jika rabb al-ma>l atau mud}a>rib meninggal dunia atau gila

maka berakhirlah akad mud}a>rabah.

Jika mud}a>rib meninggal dunia dan harta (modal) mud}a>rabah tidak diketahui

keberadaannya, maka harta tersebut harus diganti dengan harta warisannya. Dalam

Majallah al-Ah}ka>m disebutkan:

75.فالضمان يف تركته إذا مات المضارب جمهال ) 1430( المادة

Pasal (1430): Jika mud}a>rib meninggal dunia (dengan harta yang tidak

diketahui) maka wajib masuk dalam bagian harta peninggalannya.

Dari dua pasal di atas dapat disimpulkan bahwa ketika mud}a>rabah itu

berakhir karena salah satu pihak meninggal atau hilang akalnya maka konsekuensi

tetap harus ditanggung oleh mud}a>rib dalam bentuk pengembalian modal. Bahkan

pengembalian modal ini bisa dan harus diambil dari harta waris mud}a>rib ketika tidak

ada yang tersisa lagi.

Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Majallah Al-Ah}ka>m tentang Mud}a>rabah

berikut permasalahan-permasalahan yang timbul, dapat digambarkan dalam tabel di

bawah ini:

74 Al-Majallah (Beirut, Mat}ba’ah Adabiyyah, 1302 H), 201. 75 Ibid, 201.

Page 35: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

54

Tabel 2.2. Cara Penyelesaian Mud}a>rabah perspektif Majallah al-Ah}ka>m

SUMBER MASALAH MASALAH KONSEKUENSI/PENYELESAIAN

Rabb al-Ma>l

Salah dalam menganalisa

kompetensi mud}a>rib

- Kerugian ditanggung oleh

rabb al-ma>l.

- Jika rabb al-ma>l di tengah

berlangsungnya kerjasama

memberikan masukan dan

usulan terhadap mud}a>rib

namun tidak dilaksanakan, jika

terjadi kerugian maka mud}a>rib

harus menanggung kerugian

tersebut

Salah menganalisa karakter

mud}a>rib (penyalahgunaan dana

mud}a>rabah )

Kerugian ditanggung oleh mud}a>rib

Menambahkan persyaratan

setelah akad (di tengah

kerjasama usaha)

Diperbolehkan. Dalam hal ini

mud}a>rib harus mematuhi penambahan

syarat tersebut, jika melanggar maka

mud}a>rib harus menanggung

konsekuensi kerugian.

Meninggal dunia atau hilang

akal

Mud}a>rabah berakhir, mud}a>rib harus

mengembalikan modal dan bagian

dari keuntungan.

Mud}a>rib

Melanggar perjanjian akad Mud}a>rib harus menanggung kerugian.

Menyimpang/menyalahgunakan

modal mud}a>rabah Mud}a>rib harus menanggung kerugian.

Mencampurkan harta

mud}a>rabah dengan harta

lainnya

Mud}a>rabah menjadi fa>sid jika tanpa

sepengetahuan rabb al-ma>l. Mud}a>rib

harus bertanggung jawab terhadap

konsekuensi kerugian yang

ditimbulkan. Jika mencampur harta

mud}a>rabah sudah menjadi adat

masyarakat setempat, maka mud}a>rib

tidak menanggung kerugian.

Mengalihkan mud}a>rabah - Jika harta mud}a>rabah dikonsumsi

Page 36: Bab II Landasan Konseptual - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/685/5/Bab 2.pdf · 20 Bab II Landasan Konseptual A. Majallah Al-Ah}ka>m Al-‘Adliyah 1. Sekilas tentang Majallah

55

kepada pihak lain oleh mud}a>rib kedua, maka mud}a>rib

kedua yang menanggung kerugian.

- Jika harta mud}a>rabah dijalankan

untuk usaha sesuai keinginan

mud}a>rib pertama, maka

konsekuensi kerugian ditanggung

mud}a>rib pertama ketika mud}a>rabah

nya tidak fa>sid. Tapi jika

mud}a>rabah nya fa>sid, mud}a>rib

pertama akan menanggung kerugian

jika kemudian harta digunakan

untuk usaha. Jika harta tidak

digunakan maka mud}a>rib kedua

yang menanggung.

- Jika modal mud}a>rabah sudah

dijalankan oleh mud}a>rib kedua,

rabb al-ma>l juga bisa memilih pihak

yang harus bertanggung jawab;

mud}a>rib pertama atau mud}a>rib

kedua.

Jika mud}a>rib meninggal dunia

Mengembalikan modal kepada rabb

al-ma>l. Jika modal habis, ahli waris

mengambil dari tirkah (harta

warisan).

Rabb al-ma>l

&

Mud}a>rib

Terdapat rukun atau syarat yang

tidak terpenuhi dalam akad

Mud}a>rabah menjadi fa>sid. Kerugian

dan keuntungan kembali kepada

mud}a>rib. Rabb al-ma>l hanya berhak

atas modal mud}a>rabah .

Force Majeure Kerugian ditanggung oleh rabb al-

ma>l.