Bab II Kuret
description
Transcript of Bab II Kuret
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kuretase
Kuretase merupakan upaya untuk menyembuhkan rahim dari suatu
gangguan tertentu atau untuk pemeriksaan terhadap lapisan dalam rahim. Kuretase
adalah tindakan mengerok jaringan di lapisan dalam rahim.4
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya
uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya
perforasi.5
2.2. Indikasi Kuretase
Kuretase biasanya dilakukan untuk dua tujuan, yaitu:6
1. Diagnostik : jaringan endometrium untuk diagnosis histologi.
2. Terapeutik : pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau
melahirkan, mengangkat polip uterus atau endometrium hiperplastik.
Indikasi kuretase:
1. Abortus inkomplit 7,8
a. Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu atau dengn berat
janin kurang dari 500 gr, dengan masih ada sisa jaringan tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar.
b. Tindakan kuretase harus dilaksanakan dengan hati-hati sesuai
dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.
2. Abortus septic 7,8
a. Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan
oleh dukun atau awam). Abortus septic adalah abortus yang
disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritoneum (septicemia atau peritonitis)
b. Ciri : perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar
dan lembut serta nyeri tekan, tampak lelah, panas tinggi,
menggigil, tekanan darah turun dan leukositosis
c. Tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Pada saat
tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
3. Sisa plasenta (pasca persalinan)4. Sisa selaput ketuban
2.3. Jenis Kuretase6
2.3.1. Kuretase Besi
Cara ini dapat dilakukan di bawah anesthesia umum atau blok
paraservikal. Sebelumnya, uterus harus diukur dan ditentukan posisinya
dengan pemeriksaan bimanual. Vagina dan serviks dibersihkan dengan
larutan antiseptik. Serviks dipegang dengan sebuah tenakulum atau klem
Jacob. Kavum uteri diukur dengan sonde uterus. Kanalis servikalis
dikuretase dengan sebuah kuret endoserviks. Kanalis servikalis dilebarkan
dengan dilator Hegar atau Pratt sampai ukuran yang cukup untuk
dimasuki sebuah kuret dan forsep polip. Polip endometrium, bila ada
dikeluarkan. Dinding uterus kemudian dikuret dengan cara yang
sistematik dengan pengerokan ke arah bawah sepanjang dinding anterior,
dinding sisi, dan dinding posterior. Sebuah kuret kecil mungkin berguna
untuk area kornu.
2.3.2. Kuretase AVM
Kuretase jenis ini biasanya digunakan untuk mengeluarkan sisa
jaringan plasenta setelah abortus inkomplet atau setelah persalinan.
Dilakukan di bawah anesthesia umum, analgesik sistemik, atau anesthesia
blok paraservikal. Infus oksitosin intravena dianjurkan. Vagina dan
serviks dibersihkan dengan larutan antiseptik. Bibir serviks anterior
dipegang dengan sebuah tenakulum. Masukkan kanul isap, lalu aspirasi
darah dan jaringan yang ada.
Gambar 1. Kuret Hisap
Gambar 2. Prosedur kuretase
2.4. Langkah Klinik dalam Melakukan Kuretase9
2.4.1. Prosedur Kuretase pada Abortus Inkomplit9
LANGKAH/KEGIATANPERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalah petugas yang akan melakukan tindakan medik.2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan Abortus Inkomplit3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik
yang telah diduga sebelumnya maupun tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang penjelasan tersebut di atas.5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis,
dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien.8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi.PERSIAPAN SEBELUM TINDAKANA. PASIEN9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardipulmoner.11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki, dan penutup perut bawah12. Medikamentosa a. analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCl 0,5 mg/kg
BB, tramadol 1-2 mg/kg BB) b. sedative (diazepam 10 mg) c. atropin sulfas 0,25 – 0,50 mg/m3
13. Larutan antiseptic (povidone iodine 10%)14. Oksigen dengan regulator15. Instrumen a. cunam tampon: 1 b. cunam peluru atau tenakulum: 1 c. klem ovum (foersier/ fenstrar dampt) lurus dan lengkung: 2 d. sendok kuret: 1 set e. penala kavum uteri (uterine sound/ sondage): 1 f. spikulum sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
g. tabung 5 ml dan jarum suntikB. PENOLONG (operator dan asisten)16. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata
pelindung: 3 set17. Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang18. Alas kaki (sepatu/boot karet): 3 pasang19. Instrumen a. lampu sorot : 1 b. mangkok logam: 2 c. penampung darah dan jaringan: 1 PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air
mengalir21. Keringkan tangan dengan handuk DTT22. Pakai baju dan alas kaki kamar ttindakan, masker, kaca mata
pelindung23. Pakai sarung tangan DTT/ stereo 24 pasien dengan posisi litotomi,
pasangkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain (ingat: sarung tangan tidak boleh menyentuh bagian yang tidak aman)
TINDAKAN25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetika
melalui karet infuse (pethidin diberikan secara intramuskuler)26. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan labium mayus kiri
dan kanan ke lateral hingga tampak muara uretra. Masukkan kateter ke uretra dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan hingga 0,5 cm. pindahkan telunjuk kiri ke dinding denpan vagina (dasar uretra) dorong kateter (dengan tuntunan telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih (keluar air kemih)
27. Setelah kandung kemih dikosongkan, lepaskan kateter, masukkan kedalam tempat yang tersedia. Buka introitas vagina dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan kedalam lumen vagina, pindahakan tangan kiri ke perut bawah (suprasimfisis) untuk memeriksa besar dan lengkung uterus, bukaan servik, jaringan yang terkumpul divagina atau terjepit di kanalis servik (pemeriksaaan dalam)
28. Celupkan tangan kanan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan darah atau jaringna yang melekay di sarung tangan, lepaskan sarung tangna secara terbalik.
29. Pakai sarung tangan DDT/steril yang baru
30. Pegang speculum sims L dengan tangan kanan, masukkan bilahnya secara vertical kedalam vagina, setelah itu putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi transversal
31. Minta asisten untuk menahan speculum bawah pada posisinya.32. Dengan sedikit menarik speculum bawah (hingga lumen vagina
tampak jelas) masukkan bilah speculum atas secara vertical kemudian putar dan tarik ke atas hingga jelas terlihat servik
33. Minta asisten untuk memegang speculum atas pada posisinya34. Jepit kapas (yang telah dibasahi dengan larutan antiseptic) dengan
cunam tampon, bersihkan jaringan dan darah dalam vagina tentukan bagian servik yang akan di jepit( posisi jam 11 dan 13)
35. Dengan tangan kanan, jepit servik dengan tenakulum, setelah terjepit dengan baik, pegang gagang tenakulum dengan tangan kiri
36. Lakukan pemeriksaaan dalam dan lengkung uterus dengan penala (sondase)
37. Sementara tangan kiri menahan servik masukkan klem ovum yang sesuai dengan bukaan kanalis servik hingga menyentuh fundus uteri (keluarkan dulu jaringan yang tetahan pada kanalis
38. Lakukan pengambilan jaringan dengan jalan membuka dan menutup klem (dorong klem dalam keadaan terbuka hingga menyentuh fundus kemudian tutup dan tarik) pilih klem ovum yang mempunyai permukaan bulatan, halus dan rata, agar tidak melukai dinding dalan uterus
39. Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada lagi jarinagn yang terjepit/keluar
40. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk , masukkan ujung sendok kuret ( sesuai lengkung uterus) melalui kanalis servik kedalam uterus hingga menyentuh fundus
41. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersih
42. Untuk diding kavum uteri yang berlawanan dengan lengkung kavum uteri, masukkan sendok kuret sesuai denagn lengkung uteri setelah mencapai fundus, putar gagang sendok 180 derajat baru dilakukan pengerokan
43. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina bagian belakang
44. Lepaskan tenakulum45. Lepaskan speculum atas dan bawahDEKONTAMINASI46. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan masukkan
instrument kewadah yang berisi klorin 0,5%47. Kumpulkan bahan habis pakai yang terkena darah atau cairan
tubuh pasien , masukkan ketempat sampah yang tersedia48. Bubuhi benda-benda daklam kamar tindakan yang terkena cairan
tubuh atau darah pasien dengan cairan klorin 0,5%49. Bersihkan sarung tangan dari noda darah dan cairan tubuh pasien
kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam cairan klorin 0,5%
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN50. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir51. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersihPERAWATAN PASCA TINDAKAN52. Periksa kembali tanda vital pasien, segara lakukan tindakan
instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan53. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis le[askan peralatan infus
54. Buat instruksi pegobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien55. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan56. Bersama petugas yang akan merawat pasien , jelaskan jenis
perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kapada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan
57. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pascatindakan.
2.4.2. Prosedur Kuretase Pasca Persalinan9
LANGKAH/KEGIATANPERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalah petugas yang akan melakukan tindakan medik.2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik
yang telah diduga sebelumnya maupun tidak.
5. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang penjelasan tersebut di atas.5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis,
dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien.8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi.PERSIAPAN SEBELUM TINDAKANA. PASIEN
9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardipulmoner.11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki, dan penutup perut bawah12. Medikamentosa a. analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCl 0,5 mg/kg
BB, tramadol 1-2 mg/kg BB) b. sedative (diazepam 10 mg) c. atropin sulfas 0,25 – 0,50 mg/m3
13. Larutan antiseptic (povidone iodine 10%)14. Oksigen dengan regulator15. Instrumen a. cunam tampon: 1 b. klem ovum (foersier/ fenstrar dampt) lurus dan lengkung: 2 c. sendok kuret: 1 set d. spikulum sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1 e. tabung 5 ml dan jarum suntikB. PENOLONG (operator dan asisten)16. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata
pelindung: 3 set17. Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang18. Alas kaki (sepatu/boot karet): 3 pasang19. Instrumen a. lampu sorot : 1 b. mangkok logam: 2 c. penampung darah dan jaringan: 1 PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air
mengalir21. Keringkan tangan dengan handuk DTT22. Pakai baju dan alas kaki kamar ttindakan, masker, kaca mata
pelindung23. Pakai sarung tangan DTT/ stereo 24 pasien dengan posisi litotomi,
pasangkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain (ingat: sarung tangan tidak boleh menyentuh bagian yang tidak aman)
TINDAKAN25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetika26. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan labium mayus kiri
dan kanan ke lateral hingga tampak muara uretra. Masukkan kateter ke uretra dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan hingga 0,5 cm. pindahkan telunjuk kiri ke dinding denpan vagina (dasar uretra) dorong kateter (dengan tuntunan telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih (keluar air kemih)
27. Setelah kandung kemih dikosongkan, lepaskan kateter, masukkan kedalam tempat yang tersedia. Buka introitas vagina dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan kedalam lumen vagina, pindahakan tangan kiri ke perut bawah (suprasimfisis) untuk memeriksa besar dan lengkung uterus, bukaan servik, jaringan yang terkumpul divagina atau terjepit di kanalis servik (pemeriksaaan dalam)
28. Celupkan tangan kanan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan darah atau jaringna yang melekay di sarung tangan, lepaskan sarung tangna secara terbalik.
29. Pakai sarung tangan DDT/steril yang baru30. Pegang speculum sims L dengan tangan kanan, masukkan bilahnya
secara vertical kedalam vagina, setelah itu putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi transversal.
31. Pasang speculum sims L berikutnya dengan jalan memasukkan billahnya secara vertical kemudian putar dan tarik ke atas sehingga porsio tampak dengan jelas
32. Minta asisten untuk menahan speculum atas dan bawah dan pertahankan posisinya
33. Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan antiseptic, kemudian bersihkan lumen vagina dan porsio. Buang kapas, kembalikan cunam ke tempat semula
34. Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio (perbatasan antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam 12)
35. Setelah porsio terpegang dengan baik, lepaskan speculum atas36. Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret
pascapersalinan dengan tangan kanan, pegangn di antara ibu jari dan telunjuk (gagang sendok berada pada telapak tangan) kemudian masukkan hingga menyentuh fundus
37. Minta asisten untuk memegang gagang klem ovum, letakkan telapak tangan pada bagian atas fundus uteri (sehingga penolong dapat merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret)
- Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai dengna lengkung kavum uteri kemudian lakukan pengerokan dinding uterus bagian depan searah jarum jam, secara sistematis. Keluarkan jaringan plasenta
(dengan kuret) dari kavum uteri- Masukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung kavum uteri, setelah
sampai fundus, kemudian putar 180 derajat, lalu bersihkan dinding belakang uterus. Keluarkan jaringan yang ada.
38. Kembalikan sendok kuret ke tempat semula, gagang kelm ovum dipegang kembali oleh operator.
39. Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptic) dengan cunam tampon, bersihkan darah dan jaringa pada lumen vagina
40. Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio41. Lepaskan speculum bawah42. Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong, dan sarung kaki
masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%43. Bersihkan cemaran darah dan cairan tubuh dengan larutan antiseptilDEKONTAMINASI44. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan masukkan
instrument kewadah yang berisi klorin 0,5%45. Kumpulkan bahan habis pakai yang terkena darah atau cairan
tubuh pasien , masukkan ketempat sampah yang tersedia46. Bubuhi benda-benda daklam kamar tindakan yang terkena cairan
tubuh atau darah pasien dengan cairan klorin 0,5%47. Bersihkan sarung tangan dari noda darah dan cairan tubuh pasien
kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam cairan klorin 0,5%
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN48. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir49. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersihPERAWATAN PASCA TINDAKAN50. Periksa kembali tanda vital pasien, segara lakukan tindakan
instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan51. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis le[askan peralatan infus
52. Buat instruksi pegobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien53. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan54. Bersama petugas yang akan merawat pasien , jelaskan jenis
perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kapada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan
55. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada
pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pascatindakan.
2.5. Komplikasi Tindakan Kuretase10
2.5.1. Perforasi Uterus
Kuretase memungkinkan terjadinya perforasi uterus. Hal itu bisa
terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak, sehingga
berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa
jaringan.
Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase
dilakukam pada ibu yang hamil anggur. Sebab, ada tahapan yang harus
dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase. Pada hamil anggur,
perut ibu biasanya cukup besar. Usia tiga bulan saja biasanya sudah seperti
enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akan
mengevakuasi posisi kehamilan menggunakan vacum lebih dulu, baru
mengerok menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa
jaringan.
2.5.2. Infeksi
Tindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya
perlukaan. Tapi, dengan pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat
sembuh.
2.5.3. Sindrom Asherman
Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding
dalam rahim. Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk
lagi. Akibatnya, pasien tidak mengalami haid. Ini memang bisa terjadi,
karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan kuretase. Tapi hal
itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid
kembali.
2.5.4. Mual dan pusing
Mual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan. Tapi, kalau
muntah pada saat pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai.
2.5.5. Nyeri
Rasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan
kuretase dilakukan. Untuk menguranginya, dokter biasanya akan
memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan biasanya akan cepat hilang.
2.6. Teknik Pengeluaran Jaringan11
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan
dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan
kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90˚ untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang
bisa masuk
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun
kuret.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4. Anonim. 2008. Kuretase.
Diunduh dari http://www.info-sehat.com/inside_level2.asp?
artid=910&secid=13&intid=2, pada tanggal 21 Oktober 2012.
5. Saifuddin, A. B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
6. Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.
7. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
8. Manjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2002.
9. Saifuddin, AB. Dkk. 1997. Modul Safe Motherhood dalam Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter di Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan dan
World Health Organization.
10. Anonim. 2012. Complication of Dilatation and Curettage.
Diunduh dari
http://www.nhs.uk/Conditions/Dilatation-and-curettage-(DC)/Pages/Risks.asp
x, pada tanggal 24 Oktober 2012.
11. Anonim. 2009. Seksio Sesaria dan Kuretase.
Diunduh dari http://medicom.blogdetik.com/2009/03/07/seksio-sesarea-dan-
kuretase/, pada tanggal 23 Oktober 2012.