BAB II KONSEP DASAR -...

33
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatine yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin palatin ini terdiri dari susunan kelenjar limfa yang terdapat dalam rongga mulut yaitu tonsil Faringeal (Adenoid), tonsil palatin (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Tuba Eustachius (lateral band dinding faring atau gerlach’s tonsil). (Soepardi, Efiary Arsyad, dkk. 2007), Sedangkan Menurut Hembing (2004) Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus. (Mansjoer,A. 2000) Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad Soepardi,1995) Macam-macam tonsillitis 1. Tonsillitis akut Dibagi lagi menjadi 2, yaitu : a. Tonsilitis viral

Transcript of BAB II KONSEP DASAR -...

Page 1: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatine yang merupakan

bagian dari cincin waldeyer. Cincin palatin ini terdiri dari susunan kelenjar

limfa yang terdapat dalam rongga mulut yaitu tonsil Faringeal (Adenoid),

tonsil palatin (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Tuba

Eustachius (lateral band dinding faring atau gerlach’s tonsil). (Soepardi,

Efiary Arsyad, dkk. 2007), Sedangkan Menurut Hembing (2004) Tonsilitis

adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A

streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri

jenis lain atau oleh infeksi virus.

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus

pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus. (Mansjoer,A. 2000)

Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil

atau mengangkat tonsil. (Arsyad Soepardi,1995)

Macam-macam tonsillitis

1. Tonsillitis akut

Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :

a. Tonsilitis viral

Page 2: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri

tenggorok. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.

b. Tonsilitis Bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A

stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat,

pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes.

Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.

2. Tonsilitis membranosa

a. Tonsilitis Difteri

Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae,

kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas

bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.

b. Tonsilitis Septik

Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu

sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu

sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka

penyakit ini jarang ditemukan.

3. Angina Plout Vincent

Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema

yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan

defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala ,

badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.

a. Tonsilitis kronik

Page 3: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan

yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut

yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan

tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan

tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman

golongan gram negatif.

(Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)

B. ANATOMI FISIOLOGI

Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil

mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan

tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di

atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat

longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap

kali makan.

Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang

berlebih tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan

insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah

perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering

menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas.

Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:

1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.

2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.

Page 4: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai

stadium

Tabel 1:Gambar Tonsilitis

Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat

pada daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak

dilahirkan dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh

setelah imunitas “warisan” dari ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada

saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid merupakan organ

imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh

tubuh belum bekerja secara optimal.

Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.

Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat

“memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas

humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat

immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus.

Page 5: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid

terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi

amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang

ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan

memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid

akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan

adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi

sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan

batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan

penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi

(Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis

media pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada

amandel dan adenoid.

(http: klikharry.wordpress.com 2007/09/05)

C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI

A. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh

streptokokus beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus,

staphylococcus, Haemalphilus influenza, sterptoccoccus non

hemoliticus atau streptoccus viridens.

B. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain

streptococcus B hemoliticus grup A, streptococcus,

Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus influenza serta herpes.

Page 6: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

C. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil

berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya

sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan

oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,

menyebabkan tonsillitis.

(Adam,1999; Iskandar,1993; Firman,2006)

D. PATOFISIOLOGI

Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau

mulut,amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang

berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan

pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody

terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah

kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah yang

menyebabkan tonsillitis.

Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel

menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi

tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim

pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini

adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses

peritonsiler).Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa

sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C).abses secara perlahan-lahan

mendorong tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan.

Page 7: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien

hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti

makan.Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan

kelenjar getah bening melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada

sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit

pada telinga.Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar

menelan,belakang tenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang tidak

menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.

(Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )

E. MANIFESTASI KLINIK

a. Gejala berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita

menelan) nyeri seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan

telinga memiliki persyarafan yang sama ). Gejala lain: Demam, tidak

enak badan, sakit kepala, muntah.

b. Gejala tonsillitis antara lain : pasien mengeluh ada penghalang di

tenggorokan, tenggorokan terasa kering, pernafasan bau, pada

pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus

membesar dan terisi detritus, tidak nafsu makan, mudah lelah, nyeri

abdomen, pucat, letargi, nyeri kepala, disfagia (sakit saat menelan), mual

dan muntah.

Page 8: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

c. Gejala pada tonsillitis akut : rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu, nyeri

sendi odinafagia, anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring terkena),

tonsil membengkak

d. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah,

sakit menelan, kadang – kadang muntah.

Tonsil kepala dan sakit pada bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan

sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit telinga.

Pada tonsillitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan

keluar nanah pada lekukan tonsil.

(Megantara, 2006; Mansjoer, 1999; Hembing, 2002)

F. KOMPLIKASI

Komplikasi tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu:

a. Abses pertosil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,

abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya

disebabkan oleh streptococcus group A.

b. Otitis media akut

Infeksis dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustachi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat

mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada rupture spontan

gendang telinga.

c. Mastoiditis akut

Page 9: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebar infeksi ke

dalam sel-sel mastoid.

d. Laringitis

e. Sinusitis

f. Rhinitis

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:

a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut )

selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam

bentuk suntikan.

b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:

1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .

2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun

waktu 2 tahun.

3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun

waktu 3 tahun.

4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis adalah:

a. Penatalaksanaan tonsillitis akut :

1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan

obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan

diberikan eritromisin atau klidomisin.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,

kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat

simptomatik.

3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari

komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3 kali negatif

4) Pemberian antipiretik

b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik

1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau

terapi konservatif tidak berhasil.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :

a. Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus

dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

b. Teknik pembedahan

Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien

diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher

dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan

lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk

mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi /

quillotine.

Page 11: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil

secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak

kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah

pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan

mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

c. Perawatan paska-bedah

1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.

2) Memantau tanda-tanda perdarahan:

1. Menelan berulang

2. Muntah darah segar

3. Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

3) Diet

a) Memberikan cairan bila muntah telah reda.

1. Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang

besar (lebih nyaman dari adanya kepingan kecil)

2. Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan

perdarahan)

b) Menawarkan makanan

1. Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.

2. Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih

dapat dinikmati pada pagi hari setelah perdarahaan.

3. Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau

banyak bumbu selama 1 minggu

Page 12: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

c) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

1. Menggunakan ice color (kompres es) bila mau

2. Memberikan analgesik (hindari aspirin)

3. Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

4. Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.

d) Mengajari pasien mengenal hal berikut

1. Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan

menyisi hidung segera selama 1-2 minggu

2. Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena

darah yang tertelan.

3. Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara

hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

(Firman,2006; Mansjoer,1999)

H. Tumbuh Kembang Anak

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus,

perkembangan motorik kasar,perkembangan bahasa,dan perkembangan

perilaku adaptasi.

a. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus pada tiap tahap perkembangan

anak adalah sebagai berikut.

1) Masa Neonatus (0-28 Hari)

Page 13: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai

dengan adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita

memberikan respons terhadap gerakan jari atau tangan.

2) Masa Bayi (28 Hari- 1 Tahun)

a) Usia 1-4 bulan

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat

melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek,mengikuti

objek dari sisi,mencoba memegang dan memegang dan

memasukan benda kedalam mulut,memegang benda tapi

terlepas,memperhatikan tangan dan kaki,memegang benda

dengan kedua tangan,serta menahan benda di tangan walaupun

hanya sebentar.

b) Usia 4-8 bulan

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah suatu

mulai mengamati benda ,menggunakan ibu jari dan jari

telunjuk untuk memegang,mengeksplorasi benda yang sedang

dipegang,mengambil objek dengan tangan tertangkup ,mampu

menahan kedua benda di kedua tangan secara

stimultan,menggunakan bahu dan tangan sebagai satu

kesatuan,serta memindahkan objek dari satu tangan ketangan

yang lain.

c) Usia 8-12 bulan

Page 14: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah

mencari atau meraih benda kecil ;bila diberi kubus mampu

memindahkan ,mengambil memegang dengan telunjuk dan ibu

jari,membenturkannya ,serta meletakan benda atau kubus ke

tempatnya.

3) Masa Anak(1-2 Tahun)

Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat

ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam mencoba menyusun

atau membuat menara pada kubus.

4) Masa Prasekolah

Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak

,yaitu mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari

kaki,menggambar dua atau tiga bagian,memilih garis yang lebih

panjang dan menggambarkan orang,melepas objek dengan jari

lurus ,mampu menjepit benda,melambaikan tangan,menggunakan

tanggannya untuk bermain ,menepatkan objek kedalam

wadah,makan sendiri,minum dari cangkir dengan

bantuan,menggunakan sendok dengan bantuan ,makan dengan

jari,serta membuat coretan di atas kertas (Wong,2000)

b. Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan

anak adalah sebagai berikut:

1) Masa Neonatus (0-28 Hari)

Page 15: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia

ini diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai

mengangkat kepala.

2) Masa Bayi (28 Hari-1 Tahun)

a) Usia 1-4 bulan

Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan

kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap,mencoba duduk

sebentar dengan di topang,mampu duduk dengan kepala

tegak,jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi

berdiri,kontrol kepala sempurna,mengangkat kepala sambil

berbaring telentang ,berguling dari telentang ke miring,posisi

lengan dan tungkai kurang fleksi,dan berusaha merangkak.

b) Usia 4-8 bulan

Perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat

pada perubahan dalam aktivitas,seperti posisi telungkup pada

alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan

gerakan menekan kedua tangannya.pada bulan ke-4 sudah

mampu memalingkan kepala kekanan dan ke kiri ;duduk dengan

kepala 28tegak ;membalikkan badan;bangkit dengan kepala

tegak ;menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun

kedepan dan belakang;berguling dari telentang ke tengkurup

;serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.

Page 16: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

c) Usia 8-12 bulan

Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk

tanpa pegangan,berdiri dengan pegangan,bangkit lalu

berdiri,berdiri 2 detik,dan berdiri sendiri.

3) Masa Anak (1-2 Tahun)

Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan

motorik kasar secara signifikan.pada masa ini anak sudah mampu

melangkah dan berjalan dengan tegak.Sekitar usia 18 bulan

mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang .Pada

akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil,menendang

bola,dan mulai mencoba melompat.

4) Masa Prasekolah

Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat di

awali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-

5 detik,melompat dengan satu kaki,berjalan dengan tumit kejari

kaki,menjelajah,membuat posisi merangkak,dan berjalan dengan

bantuan.(Wong,2000)

c. Perkembangan bahasa

Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia

anak.

1) Masa Neonatus(0-28 Hari)

Page 17: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan

dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi

terhadap suara atau bel.

2) Masa Bayi(28-1 Hari)

a) Usia 1-4 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan

adanya kemampuan bersuara dan tersenyum,mengucapkan huruf

hidup, berseloteh,mengucapkan kata “ooh/aah’’, tertawa dan

berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksivdengan mengoceh.

b) Usia 4-8 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat

menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh kearah suara sumber

bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan kata yang terdiri atas dua

suku kata dan dapat membuat dua bunyi vocal yang bersama

seperti”ba-ba”.

c) Usia 8-12 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu

mengucapkan kata “papa” dan “mama’’ yang belum spesifik,

mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat

mengucapkan 1-2 kata.

3) Masa Anak (1-2 Tahun)

Page 18: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya

kemampuan bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak

mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata ; tingginya kemampuan

meniru, mengenal, dan responsive terhadap orang lain ; mampu

menunjukan dua gambar ; mampu mengkombinasikan kata-kata; serta

mulai mampu menunjukan lambaian anggota badan.

4) Masa Prasekolah

Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan

menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua

warna ; menyebutkan kegunaan benda; menghitung; mengartikan dua

kata;mengerti empat kata depan ; mengerti beberapa kata sifat dan

jenis kata lainnya ; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek,

orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata ; memahami arti

larangan;s erta merespons panggilan orang dan anggota kelurga dekat.

d) Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial

Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap

usia adalah sebagai berikut:

1) Masa Neonatus (0-28 Hari)

Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa

neonatus ini dapat di tunjukan dengan adanya tanda-tanda

tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali

seseorang.

2) Masa Bayi (28 Hari-1 Tahun)

Page 19: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

a) Usia 1-4 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat

diawali dengan kemampuan mengamati tangannya ;

tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak

tersenyum ; mengenal ibunya dengan penglihatan,

penciuman , pendengaran, dan kontak; tersenyum pada

wajah manusia ; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari

pada waktu terjaga;membentuk siklus tidur bangun;

menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan

wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang

menatap wajah-wajah yang dikenalnya ; serta terdiam bila

ada orang yang tak dikenal (asing ).

b) Usia 4-8 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini mulai

dengan kemampuan bertepuk tangan ,mengatakan

keinginan,sudah mulai minum dengan cangkir,menirukan

kegiatan orang ,bermain bola atau lainnya dengan orang

lain.

3) Masa Anak (1-2 Tahun)

Menggosok gigi, serta mencoba menggenakan baju

sendiri. Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat

ditunjukan dengan adanya kemampuan membantu kegiatan

dirumah, menyuapi boneka, mulai menggosok.

Page 20: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

4) Masa Prasekolah

Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah

adalah kemampuan bermain dengan permainan sederhana,

menangis jika diarahi , membuat permintaan sederhana dengan

gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap

perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (Wong,2000)

I. PENGKAJIAN FOKUS DAN PEMERIKSAAN

PENUNJANG

1. Pengkajian fokus

a. Wawancara

1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)

2) Apakah pengobatan adekuat

3) Kapan gejala itu muncul

4) Apakah mempunyai kebiasaan merokok

5) Bagaimana pola makannya

6) Apakah rutin / rajin membersihkan mulut

b. Pengkajian Pola

1. Data dasar pengkajian

Integritas Ego

Gejala : perasaan takut

Page 21: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Khawatir bila pembedahan mempengaruhi

hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan

keuangan.

Tanda : ansietas, depresi, menolak.

2. Makanan / Cairan

Gejala : Kesulitan menelan

Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, inflamasi,

kebersihan gigi buruk/kurang.

3. Hygiene

Tanda : kesulitan menelan

4. Nyeri/ Keamanan

Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke

telinga

Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati.

5. Pernafasan

Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja

dengan serbuk kayu, debu.

(Firman,2006;Doenges,1999)

Page 22: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

J. Pathways Keperawatan

Mulut bau, suara parau

Streptococcus hemolitikus tipe AVirus hemolitikus influenza

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

Nyeri saat menelan Pembengkakan tonsil

Intake tidakadekuat

Resiko KurangNutrisi

Respon inflamasi

Rangsangtermoregulasihipotalamus

↑ Suhu tubuh

Hipertemi

Anoreksia Sumbatan jalannafas dan cerna

Tindakantonsilektomi

Nyeri cemas

↓ Fungsi tubuh

Harga DiriRendah

Terputusnyapembuluh darah

Terputusnyakeutuhan jaringan

Luka terbuka

Perdarahan Pertahanan tubuh

Resiko kekuranganvolume cairan

berhubungan denganperdarahan yang

berlebihanResiko infeksi

Pemajananmikroorganisme

Penumpukansekret

Resiko tidakefektif bersihan

jalan nafas

(Edward, 2001; Reeves, Charlene J. Roux, Gayle, dkk, 2001)

Page 23: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

K. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operasi

a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi

c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi

d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh

e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi

tonsilektomi.

2. Post operasi

a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penumpukan sekret

b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan

c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai

dengan luka terbuka.

(Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001)

L. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Pre Operasi

a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia

keperawatan kebutuhan nutrisi pasien adekuat

Page 24: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda-

tada malnutrisi, mampu menghabiskan makanan

sesuai dengan porsi yang diberikan atau

dibutuhkan

Intervensi

a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi

R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan

nutrisi dan keefektifan terapi

b. Auskultasi bunyi usus

R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah

operasi

c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi

R : Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak

toleransian, memerlukan perubahan pada kecepatan/tipe

formula

d. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau

makanan selang yang sesuai indikasi

R : -

(Doenges,2000)

b. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi

Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol

Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri

berkurang, skala nyeri menurun

Page 25: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Intervensi

a. Monitoring perkembangan nyeri

R : Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan

b. Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi

R : Mengetahui keadaan pasien

c. Berikan tindakan nyaman dan akivitas hiburan

R : Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien

memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri

sendiri/ketidaknyamanan. Dapat menurunkan kebutuhan

dosis analgetik

d. Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan

R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang

memerlukan evaluasi lanjutan

e. Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri

evaluasi efek samping

R : Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam

program pengobatan

(Doenges,2000)

c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan

suhu tubuh normal

Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37ºC) tubuh tidak terasa

panas, pasin tidak gelisah

Page 26: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Intervensi

a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikan

menggigil/diaphoresis

R : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius

b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur

sesuai indikasi

R : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu

mendekati normal

c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol

R : Dapat membantu mengurangi demam

d . Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin) asetaminofon

R : Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi

sentralnya pada hipotalamus meskipun demam mungkin

dapatberguna dalam mengatasi pertumbuhan organism dan

meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi

(Doenges,2000)

d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh

Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah

Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan

penerimaan diri pada situasi yang ada

2. Mengidentifikasi persepsi diri negative

Page 27: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Intervensi

a. Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah,

jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit

R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh

b. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif,

perilaku bersahabat

R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan

penilaian perasaan pasien untuk memuat upaya untuk

membantu pasien merasakan nilai pribadi.

c. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa,

berkunjung atau berpartisipai pada perawatan

R : Anggota keluarga dapat merasa bersalah tentang kondisi

pasien dan takut terhadap kematian.

d. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik mengenai

penyembuhan fungsi tubuh ataupun kemandirian pasien

R : Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan

perasaan marah dan ketidakberdayaan dan menimbulakn

perasaan adanya perkembangan

e. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang

baik

R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontorl atas

salah satu bagian kehidupan

(Doenges,2000)

Page 28: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi

tonsilektomi.

Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang

Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas

kecemasan.

Intervensi:

a. Kaji sejauh mana kecemasan klien.

R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.

b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat

perawat intra operasi

R : Mengembangkan rasa percaya diri.

c. Identifikasikan tingkat rasa cemas.

R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.

d. Validasi sumber rasa takut.

R : Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik.

e. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi.

R : Mengurangi rasa takut

(Doenges,2000)

2. Post Operasi

a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penumpukan secret

Tujuan : jalan nafas sefektif

Page 29: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidak

efektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi

ditandai dengan tidak adanya sekret

Intervensi

a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan

R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi

memanjang di banding inspirasi

b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya:

mengi, krekel, ronki

R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada

inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap

pengumpulan secret

c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian

kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur

R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi

pernafasan dengan menggunakan gravitasi namun, pasien

dengan distresi berat akan mencari posisi yang paling

mudah untuk bernafas

d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan

R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah

komplikasi pernafasan

(Doenges,2000)

Page 30: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

yang berlebihan

Tujuan : berkurangnya volume cairan yang terjadi

Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko

kekurangan volume cairan dapat terstasi ditandai

dengan tanda vital stabil, membran mukosa

lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat

Intervensi

a. Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan

R : Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada

tambahan cairan

b. Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil normal

pasien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk atau

berbaring serta ukur nadi

R : Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan

kasar kehilangan darah, missal nadi diduga 25%

penurunan >110

c. Catat respon fisiologi individual pasien terhadap perdarahan,

misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat,

berkeringant, takipnea, peningkatan suhu

R : Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat

badan atau lamanya episode perdarahan. Memburuknya

Page 31: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau

tidak adekuatnya penggataian cairan

d. Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan

menambah perdarahan

R : Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intra-

abdomen dan dapat mencetuskan perdarahan langit

(Doenges,2000)

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan

pembedahan

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri

berkurang, skala nyeri terkontrol

Intervensi

a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk,

selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri

R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat

menimbulkan komplikasi

b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:

1. minum air dingin atau air es

2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras

3. melakukan teknik relaksasi

Page 32: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative

untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan

ketidaknyamanan

c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat

d. Pantau tanda vital

R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa

pasien mengalami nyeri, khususnya bila alas an lain untuk

perubahan tanda vital telah terlihat

(Doenges,2000)

d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai

dengan luka terbuka

Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto

resiko individu

Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau

menurunkan resiko infeksi, menunjukkan tehnik

atu perubahan pola hidup untuk meningkatkan

lingkungan yang nyaman

Intervensi

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun

menggunakan sarung tangan steril

R : Mengurangi kontaminasi silang

Page 33: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar... · B. ANATOMI FISIOLOGI ... diposisikan terlentang dengan kepala sedikit

b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic

R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah

infeksi

c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus

R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi

(Doenges,2000)