BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf ·...

10
6 BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan Ide merupakan suatu landasan bagi seorang perupa dalam proses berkarya. Karya – karya yang dihasilkan berdasarkan oleh dua faktor, yaitu: dari pengalaman pribadi penulis berupa proses intuitif, yang muncul dalam imajinasi atau aktivitas sehari–hari baik. Pengalaman dari luar bisa disebut dengan faktor eksternal, pertemuan langsung atau pengamatan dengan objek dari berbagai sumber informasi media massa: majalah, koran, televisi, maupun dari buku dan lingkungan sosial yang memberikan suatu gagasan atau pemikiran. Menurut Soedarso Sp., suatu hasil seni selalu merefleksikan dari seniman penciptanya (bahkan diri seorang seniman itupun terkena pengaruh lingkungan pula). Lingkungan itu bisa berwujud lingkungan alam sekitar maupun masyarakat sekitar. 5 Sebagai seorang yang menggeluti dunia kesenian, aktivitas yang berinteraksi dengan lingkungan sekitar sering mendasari terciptanya karya seni. Hal yang muncul karena adanya pengalaman langsung ketika berhadapan terhadap objek, baik itu dalam lingkungan sosial budaya, religi, bahkan sampai suasana panorama alam bisa menimbulkan banyak insprasi. Dari pengaruh faktor-faktor tersebut merangsang munculnya imajinasi. Imajinasi merupakan suatu hal bersifat rekaan atau pencitraan yang artinya tiruan, tidak spesifik bahwa kebentukan harus menyerupai aslinya. Berkenaan dengan imajinasi, Martin I Rossman mengungkapkan sebagai berikut : Kekuatan imajinasi adalah salah satu jembatan yang menghubungkan jiwa dengan tubuh. Tubuh kita memberikan reaksi pada imajinasi kita. Tubuh tidak dapat membedakan apakah imaji (gambaran mental) kita itu riil atau imajiner. “Imaji bisa jadi mewakili atau tidak mewakili realitas eksternal, tetapi ia selalu mewakili realitas internal”, ujar Martin I Rossman, MD, pendiri Academy for Guided Imagery. “Imajinasi barangkali sumber daya kesehatan orang yang paling jarang digunakan. Imajinasi dapat digunakan untuk mengingat dan menciptakan 5 Soedarso SP, Ibid , p. 56 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Transcript of BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

6

BAB II

KONSEP

A. Konsep Penciptaan

Ide merupakan suatu landasan bagi seorang perupa dalam proses berkarya.

Karya – karya yang dihasilkan berdasarkan oleh dua faktor, yaitu: dari pengalaman

pribadi penulis berupa proses intuitif, yang muncul dalam imajinasi atau aktivitas

sehari–hari baik. Pengalaman dari luar bisa disebut dengan faktor eksternal,

pertemuan langsung atau pengamatan dengan objek dari berbagai sumber informasi

media massa: majalah, koran, televisi, maupun dari buku dan lingkungan sosial

yang memberikan suatu gagasan atau pemikiran.

Menurut Soedarso Sp., suatu hasil seni selalu merefleksikan dari seniman

penciptanya (bahkan diri seorang seniman itupun terkena pengaruh lingkungan

pula). Lingkungan itu bisa berwujud lingkungan alam sekitar maupun masyarakat

sekitar.5 Sebagai seorang yang menggeluti dunia kesenian, aktivitas yang

berinteraksi dengan lingkungan sekitar sering mendasari terciptanya karya seni. Hal

yang muncul karena adanya pengalaman langsung ketika berhadapan terhadap

objek, baik itu dalam lingkungan sosial budaya, religi, bahkan sampai suasana

panorama alam bisa menimbulkan banyak insprasi. Dari pengaruh faktor-faktor

tersebut merangsang munculnya imajinasi. Imajinasi merupakan suatu hal bersifat

rekaan atau pencitraan yang artinya tiruan, tidak spesifik bahwa kebentukan harus

menyerupai aslinya. Berkenaan dengan imajinasi, Martin I Rossman

mengungkapkan sebagai berikut :

Kekuatan imajinasi adalah salah satu jembatan yang

menghubungkan jiwa dengan tubuh. Tubuh kita memberikan reaksi pada

imajinasi kita. Tubuh tidak dapat membedakan apakah imaji (gambaran

mental) kita itu riil atau imajiner. “Imaji bisa jadi mewakili atau tidak

mewakili realitas eksternal, tetapi ia selalu mewakili realitas internal”,

ujar Martin I Rossman, MD, pendiri Academy for Guided Imagery.

“Imajinasi barangkali sumber daya kesehatan orang yang paling jarang

digunakan. Imajinasi dapat digunakan untuk mengingat dan menciptakan

5 Soedarso SP, Ibid , p. 56

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

7

kembali masa lalu, mengembangkan wawasan mendalam tentang masa

kini,memengaruhi kesehatan fisik, mendorong kreativitas dan inspirasi,

serta mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan dimasa depan”.

Dengan kekuatan imajinasi, kita menciptakan pencitraan (imagery).

Apabila kita mencitrakan didalam benak sesuatu yang seolah – olah kita

lihat, lazimnya kita menyebutnya visualisasi.6

Dengan imajinasi seorang perupa terdorong untuk menciptakan sesuatu hal

yang baru dalam khayalan, walaupun objek utamanya terinspirasi dari bentuk nyata

dan benda yang ditemukan sehari-hari.

Sejak pertama menjadi mahasiswa seni, penulis tertarik terhadap boneka yang

menjadikan ide atau gagasan dalam pembuatan karya. Boneka merupakan objek

yang tidak bisa bergerak namun orang lain yang bisa menggerakkannya. Boneka

juga menjadi representasi benda hidup atau subjek serta memberikan penampilan

yang memiliki karakteristik. Boneka sudah menjadi mainan yang disukai,

menghibur, mendidik, dan banyak juga yang menjadi koleksi manusia.

Perkembangan boneka berhubungan erat dengan perubahan tatanan hidup

manusia yang disebabkan oleh perkembangan kebudayaan dan keadaan lingkungan

alamnya di mana manusia tinggal. Tahun demi tahun perubahan bentuk boneka

semakin terlihat, sehingga sejarah dari aspek bentuk boneka itu sendiri menjadi

panjang. Boneka menjadi salah satu perbandingan atau mewakili manusia yang

artinya boneka menggambarkan gagasan persoalan setiap manusia, bagaimana di

dalam kehidupan manusia pasti akan adanya perubahan tatanan dari setiap aspek.

6 Jalaluddin Rakhmat, SQ for Kids : Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak

Dini, 2007, Bab II

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

8

Gb. 1. Tiga Boneka Kayu tahun 1800.

(Sumber: Boneka, Mainan dan Permainan, Hilary Key, PT Gramedia, Jakarta, 1996)

Dilihat dari sejarahnya, pada awalnya boneka terbuat dari bahan kain, kayu,

atau lilin. Dibentuk menyerupai anatomi tubuh manusia dan setiap sendinya

disambung menggunakan pasak. Metode tersebut digunakan hingga tahun 1800.

Selanjutnya, perkembangan pengetahuan manusia memengaruhi bentuk dari

boneka, sehingga boneka sampai tahun 1870-an lebih terlihat mirip dengan anatomi

manusia. Selain itu bahan yang digunakan juga semakin berkembang dengan mulai

memanfaatkan kulit hewan, contohnya kambing, sehingga lebih menyerupai

struktur kulit manusia. Namun, dari segi pergerakan boneka, perubahan bahan ini

menjadikan sendi hanya terdapat pada bahu dan pangkal paha. Berbeda dengan

sendi yang menggunakan pasak di mana letak sendi pada boneka hampir sama

seperti yang dimiliki oleh manusia.7 Menurut buku Boneka, Mainan dan Permainan

dikemukakan sebagai berikut:

“Kunci untuk mengetahui umur dan asal-usul boneka adalah melihat

bahan, komposisi, dan bentuk tubuhnya. Salah satu jenis boneka tua yang

umum ditemukan sekarang berangka tahun 1915-1925. Kepala boneka

ini terbuat dari porselen yang dibakar, tidak mengilap (bisque head),

dengan tanda pembuatnya terukir di belakang. Tanda ini mungkin

tersembunyi, tetapi dengan menyibakkan wig dibagian leher dengan hati-

hati, melihat buku petunjuk merek dagang, para amatir pun dapat

menerjemahkan simbol tersebut dengan mudah.”8

7 Hilary Key, Op Cit, p. 11 8 Hilary Key, Op Cit, p. 10

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

9

Dari ketertarikan dengan figur boneka tersebut, diiringi dengan proses kreatif

menggali pengalaman, menghasilkan sebuah kreativitas akan bentuk khayal yang

termodifikasi dari sebuah figur fiktif dengan realitas yang ada.

Manusia merupakan makhluk hidup yang dikatakan paling sempurna dari

makhluk lain, yang mempunyai akal dan pikiran, sehingga membuatnya selalu

berpikir dan bekerja keras dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam kehidupan

bermasyarakat, seseorang sering menghalalkan segala cara demi kelangsungan

hidupnya, di mana manusia sering menggunakan cara yang tidak baik sehingga bisa

merugikan individu lainnya. Terkadang juga hanya ingin sesuatu yang cepat/instan

untuk memenuhi kebutuhan, padahal sesuatu yang instan tersebut kerap berdampak

buruk bagi dirinya maupun orang lain. Di era globalisasi ini, populasi manusia juga

setiap tahun semakin meningkat. Perbedaan pendapat juga membuat manusia

bertentangan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut merupakan contoh dasar yang

akan menimbulkan masalah–masalah atau persoalan lain yang timbul dalam

kehidupannya.

“Akibat dari pengaruh modernisasi adalah ketimpangan dan

kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

bermacam-macam masalah. Masalah sosial terjadi apabila individu atau

institusi sosial tidak berhasil dalam mengatur dan menyesuaikan dengan

kecepatan perubahan yang terjadi oleh karena itu akan mengganggu atau

hancurnya organisme sosial.9

Masyarakat memiliki sikap individualistik yang dipengaruhi oleh

permasalahan sosial. Hubungan antar individu terkesan renggang dikarenakan ada

suatu persaingan yang tidak dapat dihindari. Padahal hubungan yang terjalin

seharusnya menguntungkan agar bermakna. Setiap orang sudah tentu memilki

kepentingan yang berbeda namun dengan kepentingan yang dipertahankan, orang-

orang mestinya ingat akan suatu hubungan agar terjalin dengan baik. Sikap

tenggang rasa dan hormat menghormati sepertinya tidak berlaku dengan baik dalam

masyarakat. Masalah sosial yang sering melanda tidak bisa lepas dari bidang

9 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, ( Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1995),

p.18

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

10

ekonomi, hal yang bisa meluas pada tatanan hubungan manusia, serta terjadinya

gejala individualisme, justru ini yang sangat memengaruhi tata nilai sosial

masyarakat.

Merujuk pada boneka yang merupakan mainan, sebuah karya yang sederhana

tetapi dalam kesederhanaan tersebut memiliki potensi menyampaikan pesan moral

yang bisa dipelajari oleh orang lain. Secara fisik, boneka pada umumnya memiliki

kepala, tangan, kaki, dan badan atau bisa dikatakan tiruan yang menyerupai seperti

manusia. Boneka juga merupakan hasil ciptaan manusia dan paling dekat dengan

kehidupan manusia. Penulis beranggapan boneka adalah gambaran orang, cerminan

manusia dengan berbagai karakternya, dan juga boneka dapat mewakili dinamika

dalam kehidupan manusia dengan berbagai aspek permasalahannya. Setiap

manusia dijejali oleh sistem atau aturan-aturan baru yang membuat manusia itu

selalu mempunyai kehidupan atau masalah yang baru.

Penulis di sini beranggapan hidup itu seperti layaknya sebuah pementasan, di

mana pementasan tersebut digerakkan oleh dalang. Dari hal itu boneka imajinatif

dengan kebentukan yang khas penulis menjadi representasikan persoalan

kehidupan manusia. Hal inilah yang memberikan ide atau gagasan dalam

penciptaan karya lukisan. Semua ini akan penulis ekspresikan dalam lukisan dengan

menggunakan objek boneka imajinatif.

B. Konsep Perwujudan

Konsep perwujudan sebagai uraian bagaimana sebuah gagasan yang

ditampilkan berkaitan dengan usaha untuk menampilkan sebuah visual, gagasan,

atau ide pada penciptaan karya seni lukis. Dalam penciptaan karya seni lukis,

pemikiran, perasaan dan pengetahuan akan keindahan sangat berperan dalam

mewujudkan karya. Pengolahan wujud karya yang bersifat imajinatif sesuai dengan

pengalaman estetik yang dimiliki, dengan mempertimbangkan suatu kesatuan atau

harmoni.

Bentuk–bentuk boneka yang dihadirkan merupakan bentuk imajinatif yang

masih mengacu bentuk manusia maupun penggabungan di antara bagian-

bagiannya. Perwujudan boneka imajinatif dihadirkan secara deformatif yaitu

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

11

merubah bentuk objek yang biasanya memiliki kecendrungan untuk dilebih-

lebihkan. Pengertian pemahaman tentang deformasi, penulis mengacu pada buku

Art as Image and Idea sebagai berikut.

“Dengan deformasi kita biasanya memaksudkan luasnya belitan,

pembesaran, atau mengubah bentuk dan ukuran yang normal. Tetapi

deformasi juga dapat mengarah pada melebih-lebihkan warna dan

cahaya, meningkatkan kontras antara gelap dan terang atau melebih-

lebihkan kualitas tekstur. Pada umumnya, pilihan artistik salah satu atau

beberapa tipe-tipe deformasi tersebut tidak begitu perhitungan seperti

suatu spontanitas dan sebagian besar merupakan akibat yang tidak

tersadari dari sikap emosional seniman terhadap subjeknya”.10

Gagasan ini bisa tersampaikan secara jelas melalui pengetahuan elemen-

elemen seni rupa, di samping juga diperlukan kepekaan dalam memilih dan

memadukannya. Tentang pentingnya elemen tersebut Fadjar Sidik dalam bukunya

yang berjudul Desain Elementer menyatakan:

“Pengetahuan elemen-elemen seni ini adalah menentukan, tidak

hanya sebagaimana supaya lebih bisa mengerti dan menghargai karya-

karya seni rupa, tetapi juga bisa untuk menentukan dengan sadar,

merencanakan sesuatu sehingga bisa mencapai tujuan yang

diinginkan”.11

Karya dua dimensi meliputi elemen-elemen seni rupa yang terdiri dari bentuk,

garis, warna, tekstur, dan ruang. Pada penciptaan karya seni lukis ini penyajian

objek-objek tidak hanya dalam kenyataan indrawi semata, maka imajinasi berperan

begitu penting yang didapat melalui pengalaman sehari-hari, opini, maupun

harapan-harapan yang bersifat abstrak.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam tulisan ini konsep perwujudan diartikan

sebagai uraian bagaimana sebuah gagasan ditampilkan. Berkaitan dengan usaha

untuk menampilkan secara visual gagasan atau ide yang telah ada, yang bertujuan

pada penciptaan karya dua dimensi meliputi elemen-elemen seni rupa. Adapun

elemen-elemen tersebut antara lain :

10 Edmund Burke Feldman, Art As Image and Idea, terjemahan Sp. Gustami (New Jersey

: Prentice- Hall, Inc, 1967), pp, 108-109. 11 Fadjar Sidik dan Aming Prayitno, Desain Elementer,(Yogyakarta : STSRI “ASRI”

1981), p. 3.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

12

1. Bentuk

Bentuk-bentuk pada karya seni Tugas Akhir ini memilih bentuk imajinatif

melalui bentuk boneka figuratif. Bentuk imajinatif boneka tersebut merupakan hasil

dari proses deformasi yaitu perubahan bentuk tapi tidak lepas dari bentuk aslinya.

Menurut Mikke Susanto tentang deformasi sebagai berikut:

“Deformasi yaitu perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan

sengaja untuk kepentingan seni yang sering terkesan sangat kuat/besar

sehingga kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau

sebenarnya sehingga hal ini dapat memunculkan figur/karakter baru yang

lain dari sebelumnya. Deformasi diciptakan dengan cara: stilisasi

(penggayaan), destruksi (perusakan), simplifikasi (penyederhanaan), dan

distorsi (pembiasan)”.12

Penerapannya pada bentuk yang dilukiskan terkadang menggunakan salah

satu dari empat cara deformasi tersebut atau merupakan penggabungan antara

keempatnya. Pembentukan dengan proses deformasi bentuk dimaksudkan untuk

menumbuhkan keleluasaan dan kebebasan dalam visualisasinya sehingga dapat

menunjang maksud atau makna yang terkandung dalam karya-karya yang

dihasilkan.

Mengingat karya penulis tidak lepas dari dominasi penambahan ornamen,

maka pemakain motif dalam bentuk boneka menjadi dominan. Penambahkan baju

bermotif dalam boneka tersebut digunakan sebagai pengungkapan gagasan artistik

dalam karya seni lukis.

Dalam melakukan pengolahan bentuk, guna menciptakan bentuk-bentuk

yang unik, dengan cara memanfaatkan keartistikan bentuk, jenis, warna, dan cara

mendeformasi bentuk-bentuknya dengan teknik deformasi untuk semakin

memperkuat karakternya.

2. Warna

Warna adalah getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan

manusia yang berasal dari pancaran cahaya (yang dipantulkan) melalui sebuah

benda.13 Penggunaan warna dalam setiap karya memberikan pengaruh besar pada

12 Mikke Susanto, Diksi Rupa : Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa, Yogyakarta :

DictiArt Lab & Djagat Art House, Cetakan Pertama, 2011, p. 98. 13 Mikke Susanto, Op.Cit., p. 433.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

13

karya. “Warna berperan penting dalam memengaruhi mata, getaran-getarannya

menerobos hingga membangkitkan emosi”.14

Pada Tugas Akhir ini warna sangat berperan penting, yakni dalam membantu

mewujudkan kebentukan boneka imajinatif, terutama dapat mendukung karakter

subjek dan tema yang diangkat.

Warna dalam perwujudan lukisan-lukisan ini dipergunakan untuk

memperjelas bentuk yang diinginkan, juga untuk memperjelas objek yang

dilukiskan baik secara imajinatif ataupun simbolis. Bentuk boneka imajinatif dalam

karya lukisan, agar mengesankan, lebih enerjik, harmoni, dan aspek suasana yang

diinginkan dengan diterapkan warna polychrome. Dalam background lebih

cenderung menggunakan warna netral abu-abu.

3. Komposisi

Komposisi dalam setiap karya menjadi prioritas untuk dipertimbangkan

secara matang. Komposisi yang dimaksud adalah kombinasi berbagai elemen

gambar atau karya seni untuk mencapai kesesuaian atau integrasi antara warna,

garis, bidang dan unsur-unsur karya seni yang lain untuk mencapai susunan yang

dinamis, termasuk tercapainya proporsi yang menarik serta artistik.15 Di samping

pengolahan elemen-elemen seni rupa, aspek yang menjadi pertimbangan dalam

proses penciptaan konsep.

Dalam pemilihan background (latar belakang) dalam lukisan ini

menggunakan background mengacu pada backgroud flat, dan penambahan goresan

motif, dekoratif menjadi menarik untuk menentukan komposisi karya seni.

Diharapkan dengan adanya penerapan elemen-elemen penyusun karya seni

ini akan terjadi perbedaan yang nyata sehingga penikmat dapat lebih dengan mudah

dalam menilai karya penulis.

Semua unsur yang diuraikan di atas merupakan satu kesatuan yang saling

terkait untuk mewujudkan keharmonisan dalam karya seni, dengan tetap

14 Fadjar Sidik dan Aming Prayitno, Op.Cit., p. 12. 15 Mikke Susanto, Ibid., p. 226.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

14

menempatkan kreativitas pada penciptaan karya seni, di sisi lain tidak menutup

kemungkinan memunculkan improvisasi karya.

4. Karya Acuan

Sebagai bahan acuan berkarya, penulis mengamati karya dari seniman

pendahulu yang membuat terjadinya proses kreatif, seperti karya Samsul Arifin, I

Wayan Sudarna Putra, dan keterpikatan terhadap badut. Mengenai hal ini, tidak bisa

dipungkiri dari karya tersebut ada hal-hal menarik dan menjadi acuan dalam setiap

berkarya.

Gb. 2. Karya Samsul Arifin, “Gagal dalam belajar” 200cm x 150cm, acrylic on canvas, 2008.

Sumber: Catalog GONI’S JOURNEY: Episode 1. Semarang Gallery. 2008

Karya Samsul Arifin menjadi bahan acuan dalam berkarya, dikarenakan figur

boneka yang unik, menarik, dan menjadi inspirasi dalam menampilkan bentuk-

bentuk boneka untuk karya penulis.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: BAB II KONSEP A. Konsep Penciptaan - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/3048/2/BAB II.pdf · modernisasi adalah ketimpangan dan kesenjangan antara budaya tradisi dengan modern menimbulkan

15

Gb. 3. Karya Wayan Sudarna Putra, “Testimony#1 dan #2” 185cm x 185cm 2 panel , acrylic on

canvas, 2010. Sumber: http://gallery.komaneka.com/exhibitions/unsung_hero/ (diakses penulis

pada tanggal 17 Oktober 2017, Jam 08:57 WIB)

Pada Karya Wayan Sudarna Putra penulis terinspirasi oleh ide bagaimana

boneka menjadi figur untuk menghidupkan suatu adegan pementasan karena

digerakkan oleh dalang. Jadi dari kesadaran penulis mengungkapkan boneka

dengan kreativitas tersendiri untuk memberikan gagasan atau ide yang berbeda.

Gb. 4. 5 Badut yang beratraksi. Sumber: http://www.clownbadut.com/ (diakses penulis pada

tanggal 17 Oktober 2017, Jam 09:47 WIB)

Selain karya-karya seniman, penulis juga terinspirasi oleh sosok badut

bagaimana kostum yang mereka kenakan berwarna-warni dan unik yang

memberikan suasana hati gembira dan kelucuan ketika melihatnya.

Dengan demikian berdasarkan uraian mengenai elemen-elemen pembentukan

karya seni di atas dapat dinyatakan bahwa konsep perwujudan dalam penciptaan

karya seni lukis akan menghadirkan visual figuratif berbentuk boneka imajinatif

melalui komposisi elemen-elemen seni rupa dua dimensional yaitu seni lukis.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta