BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA...

22
18 BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA TAHUN 1942- 1943 Kedudukan negara Indonesia pada masa pemerintahan Belanda dalam teorinya mempunyai kedudukan tersendiri yaitu, Hindia Belanda mempunyai alat-alat pemerintahan (Pemerintahan dan Volksraad) sendiri dan keuangan tersendiri, dan dalam Undang-undang Dasar (grondwet) negeri Belanda, Hindia Belanda diakui bagian kerajaan Belanda sejajar dengan “bagian yang di Eropa,” Suriname dan Curacao. 1 Namun dalam prakteknya berbeda dengan undang-undang dasar yang berlaku. Pada masa-masa ini, masyarakat Indonesia benar-benar merasa dalam kondisi rendah karena pemerintahan Belanda pada masa itu yang cukup timpang. Banyak posisi kepemerintahan di Hindia Belanda (yang sekarang dikenal sebagai Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. Kondisi tersebut berangsur-angsur hilang dengan awal kedatangan Jepang ke Hindia Belanda. Pada masa awal pendudukan Jepang tidak begitu sukar untuk mendapatkan simpati rakyat Indonesia. Jepang yang mengusung semboyan “Asia untuk Asia” dan “Nippon-Indonesia sama”, tak ayal membuat rakyat Indonesia yakin Jepang dapat membantu mereka meraih kemerdekaan. Jepang yang saat itu dikenal sebagai pemimpin Asia Timur Raya, mencoba merangkul Indonesia yang notabennya 1 Pringgodigdo. A. K, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1984), hlm 221

Transcript of BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA...

Page 1: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

18

BAB II

KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA TAHUN 1942-

1943

Kedudukan negara Indonesia pada masa pemerintahan Belanda dalam teorinya

mempunyai kedudukan tersendiri yaitu, Hindia Belanda mempunyai alat-alat

pemerintahan (Pemerintahan dan Volksraad) sendiri dan keuangan tersendiri, dan

dalam Undang-undang Dasar (grondwet) negeri Belanda, Hindia Belanda diakui

bagian kerajaan Belanda sejajar dengan “bagian yang di Eropa,” Suriname dan

Curacao.1

Namun dalam prakteknya berbeda dengan undang-undang dasar yang

berlaku. Pada masa-masa ini, masyarakat Indonesia benar-benar merasa dalam

kondisi rendah karena pemerintahan Belanda pada masa itu yang cukup timpang.

Banyak posisi kepemerintahan di Hindia Belanda (yang sekarang dikenal sebagai

Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda.

Kondisi tersebut berangsur-angsur hilang dengan awal kedatangan Jepang ke

Hindia Belanda. Pada masa awal pendudukan Jepang tidak begitu sukar untuk

mendapatkan simpati rakyat Indonesia. Jepang yang mengusung semboyan “Asia

untuk Asia” dan “Nippon-Indonesia sama”, tak ayal membuat rakyat Indonesia yakin

Jepang dapat membantu mereka meraih kemerdekaan. Jepang yang saat itu dikenal

sebagai pemimpin Asia Timur Raya, mencoba merangkul Indonesia yang notabennya

1

Pringgodigdo. A. K, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian

Rakyat, 1984), hlm 221

Page 2: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

19

saudara serumpun sesama Asia. Jepang perlahan mencoba mengambil hati rakyat

Indonesia, salah satunya dengan program propaganda.

Propaganda adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi

pandangan dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya

pesan yang disampaikan.2 Pengertian pokok yang bersifat umum propaganda, bahwa

siapapun yang melakukan propaganda menyebarkan pesan-pesan dan mempunyai

keinginan untuk mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku dari sesama manusia

yang menjadi objeknya.3 Propaganda yang dilakukan Jepang tersusun sangat rapi,

usaha propaganda ini bahkan sudah dilakukan secara diam-diam jauh sebelum

kedatangan Jepang ke Indonesia, salah satunya dengan didatangkannya propagandis

Jepang ke Indonesia.

A. Kondisi Sosial-Politik Indonesia pada Jaman Belanda

Kedatangan bangsa Eropa ke bumi Nusantara pada mulanya sekedar mencari

rempah-rempah. tetapi, keuntungan yang berlipat ganda membuat mereka menjadi

buta dan lupa diri. Lambat laun bumi Nusantara dikuasai. Dengan politik devide et

impera, bangsa Eropa, khususnya Belanda, mampu mengadu domba warga istana atau

penguasa local. Tidak jarang mereka mengintervensi persoalan intern penguasa

pribumi. Sampai menjelang abad ke-20, seluruh kawasan Nusantara hampir dapat

ditaklukkan.4

2Santoso Sastroputro, R. A, Propaganda: Salah Satu Bentuk Komunikasi Masa,

(Bandung: Alumni, 1991), hlm 21

3Ibid., hlm 16

4

Nasruddin Ashoriy, Bangsa Inlander: Potret Kolonialisme di Nusantara,

(Yogyakarta: LKiS, 2008), hlm ix

Page 3: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

20

Kondisi sosial rakyat Indonesia pada masa tersebut bisa dibilang tidak

sejahtera. Untuk pendidikan saja hanya kalangan atas yang bisa merasakannya. Pada

masa ini sistem kasta secara tidak langsung masih berlaku. Tidak hanya dibidang

pendidikan mengalami keterpurukan, namun dalam hal perdagangan, dan bidang

politik juga mengalami keterpurukan. Petani-petani dipaksa menanam lebih banyak

dari sebelumnya, hasilnya pun juga akan diambil oleh pihak Belanda.

Di bidang politik awalnya Belanda menganut politik kolonial liberal namun

akhirnya pada sekitar tahun 1900an berubah menjadi sistem Politik Etis. Negeri

Belanda menjalankan politik “pintu terbuka”, yang mengizinkan masuknya modal dan

barang produksi industry asing dengan syarat-syarat yang sama seperti modal dan

produksi Belanda sendiri. 5 Dari sistem politik yang berjalan ini dapat dilihat sendiri

bahwa Belanda hanya ingin memperkaya negara mereka sendiri tanda memperhatikan

keadaan rakyat Indonesia. Mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk

memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.

Selain itu pada masa pemerintahan Belanda juga banyak terjadi kepincangan-

kepincangan politik di Hindia Belanda khususnya di bidang ketatanegaraan. Dalam

undang-undang dasar (grondwet) negeri Belanda, Hindia Belanda disejajarkan dengan

“bagian yang di Eropa,” Suriname dan Curacao. Akan tetapi sebetulnya Indonesia

sama sekali tidak “bersejajar” dengan bagian di Eropa itu, melainkan hanya berupa

5Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan

Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme Jilid 2, (Jakarta: P.T. Gramedia,

1992), hlm 33

Page 4: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

21

tanah jajahan, koloni belaka. Selaras dengan ini Indonesia tidak mempunyai

kedudukan Internasional sendiri.6

Kedudukan negara Indonesia di waktu zaman Belanda buat bangsa Indonesia

lebih pedas oleh karena juga dalam lingkungan pemerintahan negeri sendiri ia tidak

berkuasa. Pemerintahan biasa di negeri Belanda menjadi Pemerintahan-tinggi untuk

Indonesia dan dalam pemerintahan di sini juga bangsa Belanda berkuasa: Gubernur

Jendral yang melakukan pemerintahan seorang diri saja, harus orang Belanda; dari

Direktur departemen-departemen hanya 1-8 yang bangsa Indonesia; juga pangkat

tinggi yang lain kebanyakan dalam tangan bangsa Belanda.7

Juga dalam administrasi-umum pengaruh Belanda hampir merajalela sebab

pangkat-pangkat yang tertinggi belum banyak yang dipegang oleh bangsa Indonesia.

Lebih-lebih hal ini terlihat dalam kalangan partikulir. Itu semua tidak mengherankan,

kalau diingat bahwa bangsa Indonesia tidak diakui sebagai “bangsa”, tetapi hanya

dipandang sebagai bumiputera (penduduk asli) saja dan diperlakukan sebagai bagian

penduduk yang kelas 3, yang paling rendah dalam negeri ini: orang Belanda yang

nomor 1 dan orang-orang Asing-asing sebagai nomor 2.8

Sementara dalam kondisi sosial masyarakat Indonesia pada masa pendudukan

Belanda, mengalami kemiskinan karena hasil-hasil bumi milik rakyat harus disetorkan

kepada pihak Belanda. Banyak masyarakat yang disuruh untuk bekerja paksa untuk

6Pringgodigdo. A. K, Op.cit., hlm 222

7Ibid.

8Ibid.

Page 5: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

22

membangun kepentingan orang-orang Belanda. Terjadi eksploitasi pada rakyatnya

maupun sumber daya alamnya.

B. Kondisi Sosial-Politik Indonesia Tahun 1942-1943

Pada tanggal 8 Desember 1941, Jepang menyerbu Pearl Harbour, pangkalan

armada Amerika Serikat di Pasifik, secara tiba-tiba dan pada saat di Washington

sedang berlangsung perundingan Cordell Hull-Nomura (yang dibantu Korusu). Apa

maksud penyerbuan ini? Maksudnya adalah melumpuhkan kekuatan Amerika di

Pasifik sehingga penyerbuan Jepang ke Negara-negara Asia Tenggara, wilayah yang

dijajah Inggris-Belanda-Prancis dan Amerika Serikat sendiri (Philipina) lalu ke

Australia bisa berlangsung dengan cepat dan aman. Sehari kemudian setelah

pemboman Pearl Harbour itu, Gubernur Jendral Tjarda menaklukkan Hindia Belanda

dalam keadaan perang melawan Jepang. Penyerbuan ke daerah-daerah Selatan

dilakukan oleh baik Angkatan Darat (Rikugun) maupun Angkatan Laut (Kaigun)

Jepang. Untuk kedua Angkatan itu dibuatlah pembagian tugas Angkatan Darat yang

sudah menduduki Indo-Cina sebelum Perang Pasifik pecah, betugas merebut Malaya,

Sumatra, Luzon dan Burma. Sedangkan Angkatan Lautnya: Pearl Harbour, Mindanau,

Kalimantan, Sulawesi, Irian dan pulau-pulau Pasifik. Kedua Angkatan ini akan

menyerbu Jawa, pusat kekuasaan dan militer Belanda dan sekutu (Wavell).9

Pada tanggal 4 Maret 1942 tentara Belanda meninggalkan kota Batavia.

Keesokan harinya penduduk kota menerima pengumuman yang dikeluarkan bersama

oleh residen (Mr. C.W.A. Abbenhuis) dan walikota (Ir. E.A. Voor- neman). Pada hari

9 Moedjanto. G, Indonesia Abad 20: Jilid I, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm 69

Page 6: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

23

itu juga (5 Maret) sesudah matahari terbenam, ibukota Hindia-Belanda jatuh ke

tangan tentara pendudukan Jepang. Walaupun di sana sini perlawanan Belanda masih

diteruskan, penguasa kota Batavia – pusat pemerintahan kolonial Hindia-Belanda –

oleh Jepang menandai bahwa kekuasaan kolonial Belanda di kepulauan Indonesia

telah berakhir. Pada tanggal 9 Maret radio Bandung (yang pada waktu itu masih di

tangan Belanda) menyiarkan berita kapitulasi dan sejak tanggal ini masa pendudukan

Jepang di Indonesia dianggap resmi telah mulai.10

Adapun pada tanggal 7 Maret 1942,

Jepang mengeluarkan Undang-Undang No. 1 yang menjadi pokok peraturan pada

masa Jepang, yang berisi:

Pasal 1. Balatentara Nippon melangsungkan pemerintahan Militer sementara waktu di

daerah-daerah yang telah ditempati agar supaya mendatangkan keamanan

yang sentosa dengan segera.

Pasal 2. Pembesar Balatentara memegang kekuasaan pemerintah tertinggi dan juga

segala kekuasaan yang dahulu berada di tangan Gubernur Jendral Hindia

Belanda.

Pasal 3. Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaan hokum dan undang-undang

pemerintah dahulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal saja tidak

bertentangan dengan aturan pemerintah militer.

Pasal 4. Bahwa Balatentara Jepang akan menghormati kedudukan dan kekuasaan

pegawai-pegawai setia pada Jepang.11

Maksud utama gerakan militer Jepang di pulau Jawa ialah mengusir kekuasaan

Belanda, Amerika dan Inggris dari daerah ini.12

Jepang yang pada masa itu memang

10A.B. Lapian, Di bawah Kependudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua

Orang yang Mengalaminya, (Jakarta: ANRI, 1988), hlm 1

11

Dai Nippon Gunseibu, Oendang-Ondang Dari Pembesar Balatentara Dai Nippon

No. 1-20, Betawi, Juni 1942, hal 1.

12

Kan-po, No. 29, 1943, hlm 16

Page 7: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

24

dikenal sebagai musuh dari Belanda dalam perang Pasifik. Namun pada

kenyataannya, maksud kedatangan Jepang ke Indonesia dikarenakan Indonesia

merupakan kawasan yang potensial untuk mensuplai kebutuhan minyak Jepang, untuk

keperluan perang.13

Hal itu dibuktikan dengan pasukan Jepang menduduki daerah-

daerah minyak di Kalimantan dan Sumatra terlebih dahulu. Sementara tujuan Jepang

menduduki Jawa adalah memperoleh sumber-sumber ekonomi dan manusia.14

Tujuan

utama Jepang tersebut sudah dapat dibaca dari perubahan dari segi ekonomi yang

diambil Jepang, salah satunya adalah penguasa Jepang hanya mendahulukan

kepentingan Jepang dan kepentingan Indonesia tidak masuk dalam hitungan mereka.15

Kehidupan ekonomi Indonesia berubah menjadi ekonomi perang untuk membiayai

tentara Jepang.

Perioritas kehadiran Jepang di Indonesia semata bertujuan mengeksloitasi

segenap potensi negeri Indonesia dengan tujuan akhir memenangkan Perang Asia

Timur Raya. Prioritas utama diletakkan pada penataan disiplin sosial dalam cara

hidup rakyat, pola tingkah dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat, sehingga segala aksi

yang bercorak kemanusiaan seakan-akan bukan merupakan keharusan moral bagi

Jepang, termasuk pula dalam hal ini menanggulangi masalah kesehatan masyarakat

13

Ken’ichi Goto, Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia 1998), hlm 106

14

Aiko Kurasawa, Mobilitas dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di

Pedesaan Jawa 1942-1945, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), hlm xvi-xvii

15

Arifin Bey, Pendudukan Jepang di Indonesia: Suatu Ungkapan Berdasarkan

Dokumentasi Pemerintah Belanda, (Jakarta: 1988), hlm 36

Page 8: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

25

anak negeri ini pada masa itu.16

Jepang melakukan eksploitasi yang berlebih, baik

kepada sumber daya alam ataupun sumber daya manusia.

Setelah Jepang berhasil merebut Hindia Belanda, kebijakan pertama yang

diambil Jepang adalah menata kembali perekonomian Indonesia yang telah hancur

akibat aksi bumi hangus yang dilancarkan oleh pihak Belanda. Kebijakan yang dibuat

adalah merehabilitasi prasarana ekonomi seperti jembatan, alat-alat tranportasi,

telekomunikasi, dan lain-lain. Harta bekas milik musuh disita dan menjadi hak milik

pemerintah Jepang antara lain bank-bank, pabrik-pabrik, pertambangan listrik, dan

lain-lain.17

Berbeda dengan Belanda yang menganggap Hindia Belanda (Indonesia)

sebagai satu kesatuan koloni, Jepang membagi Indonesia dalam tiga koloni. Dasar

pembagian itu bersifat baik strategis militer maupun politis. Strategis militer berarti

disesuaikan dengan organisasi pertahanan Jepang, politis berati disesuaikan dengan

penilaian Jepang terhadap perkembangan sosial politik di Indonesia. Jepang menilai

Jawa sebagai wilayah yang lebih maju daripada Sumatra ataupun pulau-pulau lainnya,

tetapi hanya kaya akan tenaga manusia, sedangkan yang lain kaya akan sumber-

sumber alam dengan penduduknya yang jarang. Karena itu wilayah Indonesia dibagi

menjadi tiga koloni terpisah:

16

A.B. Lapian, Op.cit., hlm 41

17

Marwati Djoened Poesponegoro, Nugraha Notosusanto., Sejarah Nasional

Indonesia VI “Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia 1942-1970),. (Jakarta:

Balai Pustaka. 1993) hlm. 41.

Page 9: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

26

a. Jawa-Madura dengan pusatnya Jakarta di bawah Tentara XVI;

b. Sumatra dengan pusatnya Bukittinggi di bawah Tentara XXV;

c. Pulau-pulau lain dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) di bawh

Angkatan Laut, yang mempunyai penghubung di Jakarta, yaitu Laksamana

Maeda.18

Di awal kekuasaan Jepang di Indonesia, banyak petinggi Belanda yang

menduduki jabatan penting di bidang politik, ditangkap oleh pihak Jepang. Sehingga

terjadi banyak kekosongan jabatan di pemerintahan. Oleh karena itu banyak lembaga

pemerintahan yang diduduki oleh orang Indonesia, yang pada masa Belanda dipegang

oleh orang-orang Belanda.

Memang pada masa awal pendudukan bagi penguasa Jepang tidak begitu

sukar untuk mendapat simpati rakyat setempat, sebab di banyak tempat masyarakat

menyambut kedatangan Jepang dengan gembira karena mereka dianggap telah

menghalaukan penguasa kolonial yang telah bercokol di sini berabad-abad lamanya,

dan juga dengan harapan bahwa kedatangan mereka ini akan segera disusul dengan

kemerdekaan Indonesia. Tentu pada waktu sekarang tidak dapat dikatakan dengan

pasti berapa banyak di kalangan masyarakat kita yang mengelu-elukan kedatangan

Jepang ini, namun dapat diduga bahwa kelompok yang betul-betul anti Jepang sejak

masa awal merupakan kelompok kecil, sedangkan bagian yang terbesar tidak banyak

memperdulikan soal penggantian penguasa di sini.19

18

Moedjanto. G, Op.cit., hlm 72-73

19

A.B. Lapian, Op.cit., hlm 5

Page 10: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

27

Selama Jepang berada di Indonesia, mereka banyak mengeluarkan undang-

undang yang mengatur rakyat Indonesia dalam banyak hal, salah satunya undang-

undang yang mengatur tentang hasil bumi.

Meski kedatangan mereka disambut hangat oleh sebagian besar masyarakat

Indonesia, tidak membuat Jepang merasa tenang. Mereka tetap menyusun strategi

agar dapat medapatkan dukungan dari rakyat Indonesia.

Pada intinya, kondisi sosial-politik Indonesia pada masa Belanda dan Jepang

hampir sama, terjadi eksploitasi pada masyarakat dan sumber daya alam. Namun

Jepang lebih pandai dalam melakukan bujuk rayu dalam strategi mereka. Jepang opini

publik sendiri bahwa Jepang dan Indonesia adalah saudara sesama Asia, jadi

Indonesia harus membantu Jepang dalam banyak hal. Karena Jepang pada masa

tersebut mengalami krisis akibat Perang Asia Timur Raya, membutuhkan banyak

tenaga bantuan dalam militer dan tambahan sumber daya alam.

C. Strategi Propaganda Jepang di Indonesia

Dalam hal pemerintahan Jepang mengalami cukup banyak kendala, yang

pertama ini dikarenakan daerah Indonesia yang luas dan terdiri dari pulau-pulau.

Kedua, kurangnya pengetahuan Jepang tentang Indonesia. Ketiga, Jepang kekurangan

tenaga untuk bisa mengisi jabatan-jabatan kosong sepeninggalan Belanda.

Pemberian kedudukan yang dulu (pada masa kedudukan Belanda) dikuasai

oleh Belanda, kemudian pada masa kedudukan Jepang, beberapa jabatan ini diberikan

ke orang-orang pribumi merupakan salah satu strategi Jepang dalam usaha

meyakinkan Indonesia bahwa ini bukan merupakan penjajahan melainkan Jepang

berusaha membantu Indonesia untuk meraih kemerdekaannya.

Page 11: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

28

Selain pemberian kedudukan, adapula strategi lain yang telah dipersiapkan

Jepang dalam usaha propaganda di Indonesia antara lain, dalam pendidikan, militer

dan dan propaganda melalui media massa, film dan kesenian.

1. Pemberian Kedudukan bagi orang pribumi

Pada Juni 1942, terjadi penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang

Belanda dan Eropa. Hal ini menyebabkan kekosongan jabatan dalam pemerintahan.

Hal tersebut otomatis menguntungkan orang-orang Indonesia. Pangkat-pangkat tinggi

yang dulu tidak bisa diduduki oleh orang Indonesia, akhirnya jatuh ke tangan kita.

Berikut organisasi pemerintahan secara vertikal:

Si (Kotapraja)

Gun

Son

Ku

Aza

Gumi

Sumber: Moedjanto. G, Indonesia Abad 20: Jilid I, hlm 75

Di jaman Belanda, tak seorang Indonesia pun pernah menjadi residen,

sedangkan di jaman Jepang tiga orang Indonesia yang menjadi residen

(Syuutyookan), yaitu Sutarjo untuk Jakarta, R.P. Suroso untuk Kedu, dan Suryo untuk

Bojonegoro. Jabatan wakil residen (huku Syuutyookan) pada umumnya dipegang

orang Indonesia karena Jepang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk bisa

Syuu (Karesidenan)

Ken (Kabupaten)

Gun (Kawedanan)

Son (Asistenan

Ku (Desa)

Aza (Dukuh)

Gumi (RT=Rukun Tetangga)

Page 12: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

29

memerintah. Wilayah kerajaan dipertahankan langsung di bawah Gunsaikan (Kepala

Staf Tentara yang menjalankan pimpinan Pemerintah Bala Tentara sehari-hari, yaitu

Jendral Okasaki) dan disebut kooti dengan kepalanya koo, jadi Hamengku Buwono-

koo (mengepalai Yogya-kooti), Paku Buwana jadi PB-Koo (mengepalai Sala-kooti)

dan sebagainya.20

Tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat dapat diberikan gambaran garis

besar sebagai berikut: Penguasa Tertinggi adalah Gunsireikan (Panglima Tentara)

kemudian namanya diganti Saiko Sikikan (Panglima Tertinggi). Di bawahnya terdapat

Gunsaikan (Kepala Staf Tentara) yang menjalankan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari

dari Pemerintahan Bala Tentara. Di bawahnya terdapat departemen-departemen antara

lain:

1. Soomubu = Departemen Umum

2. Zaimubu = Departemen Keuangan

3. Sangyobu = Departemen Perekonomian

4. Sihoobu = Departemen Kehakiman

5. Sendenbu = Departemen Penerangan dan Propaganda.

Pada setiap departemen terdapat seorang Sanyo (penasehat), yang diperlukan

karena sebab yang sama dengan adamya jabatan wakil residen Huku Syuutyookan. Di

tingkat pusat pada tahun 1943 dibentuk Cou Sangi In (Dewan Penasehat) suatu badan

yang mirip dengan Volksraad dahulu. Soekarno dan Hatta masing-masing adalah

ketua dan wakil ketuanya. Di samping itu adapula semacam Mahkamah Agung (Siko

Hooin) yang menyelenggarakan urusan peradilan. Suatu badan lainnya yang sangat

20

Moedjanto. G, Op.cit., hlm 75

Page 13: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

30

penting dan ditakuti ialah Kempatai (Polisi Militer) yang perannya mirip dengan

Gestapo Jerman. 21

2. Pendidikan

Melalui pendidikan ini Jepang secara tidak langsung menanamkan perilaku

anti – Belanda dalam sistem ajarannya di sekolah-sekolah. Apalagi pendidikan pada

jaman Belanda hanya golongan tertentu saja yang dapat masuk ke sekolah tersebut,

sedangkan sekolah jaman Jepang ini tidak diperuntukkan kepada golongan atas,

melainkan sekolah diperuntukan kepada semua golongan masyarakat. Sehingga ajaran

“menjepangkan” rakyat Indonesia dapat diterima oleh semua kalangan. Sasaran utama

dalam hal ini memang ditujukan kepada para pemuda Indonesia.

Dari sini murid-murid diajari disiplin ala Jepang dan semangat perjuangan

sesuai dengan semboyan “Asia untuk Asia” dibawa Jepang. Dengan ini diharapkan

para pemuda Indonesia termotivasi untuk mau bekerja sama dengan Jepang dan ikut

mencegah masuknya kembali kekuatan kolonial Belanda. Ajaran ini menggambarkan

seolah-oleh Belanda memberikan dampak sangat buruk kepada rakyat Indonesia,

memperbudak Indonesia selama bertahun-tahun hanya untuk kepentingan Belanda

saja. Sementara Jepang adalah pihak yang baik, yang berada dipihak Indonesia.

Strategi yang digunakan Jepang untuk dapat mendapatkan simpati rakyat

Indonesia adalah dengan melalu cara indoktrinasi dalam lembaga-lembaga pendidikan

dan Propaganda. Pembedaan sekolah menurut stratifikasi sosial yang dikenal pada

masa kolonial ditiadakan dan lembaga pendidikan yang didirikan terbuka bagi semua

21

Ibid., hlm 76

Page 14: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

31

lapisan penduduk. Lewat sekolah-sekolah, penyelenggaraan kursus bahasa Jepang,

dan latihan-latihan lainnya maka nilai-nilai kebudayaan Jepang dan sentiment anti –

Belanda ditanamkan kepada murid dan pelajar. Pemakaian bahasa Belanda dilarang

dan segala sesuatu yang berbau Belanda harus ditiadakan, sebaliknya dianjurkan

untuk belajar bahasa dan kebudayaan Jepang. Tetapi di balik larangan ini bahasa

Indonesia mulai berkembang sebagai bahasa pengantar yang digunakan sampai di

perguruan tinggi.22

3. Militer

Pertahanan dalam segi militer merupakan salah satu strategi Jepang dalam

memperkuat dan mempertahankan kedudukan mereka di Indonesia kala itu. Beberapa

organisasi militer yang ditujukan untuk para pemuda-pemudi Indonesia guna

menghimpun kekuatan yang lebih kuat. Organisasi-organisasi yang dibentuk Jepang

antara lain: Gerakan Barisan Pemuda (Seinendan); Barisan Pelajar (Okutai); Heiho

(barisan pemuda bentukan Jepang) dan Peta (Pembela Tanah Air).23

Gerakan Barisan Pemuda (Seinendan) merupakan sebuah organisasi semi

militer yang didirikan pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar

Jepang. Melalui Sinendan, Jepang berusaha mengobarkan semangat rakyat untuk

pembangunan “Jawa Baru”, melatih para pemuda dalam hal kedisiplinan dan

meningkatkan produksi hasil bumi. Cara yang dipakai pemerintah Jepang ialah

dengan menanamkan semangat patriotisme, dalam hal ini semangat kepahlawanan

Jepang (bushido), di kalangan pemuda dan melibatkan para seinendan dalam kegiatan

22

A.B. Lapian, Op.cit., hlm 7

23

Marwati Djoened Poesponegoro, Nugraha Notosusanto., Op.cit., hlm. 32-33.

Page 15: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

32

kemasyarakatan. Seinenden juga dipersiapkan sebagai wadah calon-calon militer.24

Seinenden secara resmi didirikan dengan tujuan untuk mendidik dan melatih para

pemuda Indonesia, agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan

kekuatan sendiri.25

Gokutai adalah organisasi semi militer yang didirikan untuk menambah

kekuatan militer Jepang, pemerintah militer Jepang memberikan pendidikan pada

rakyat Indonesia dari usia kecil sampai dewasa. Pemerintah Jepang membentuk

sebuah organisasi semi militer untuk para pelajar dengan nama barisan pelajar

(Gokutotai). Anggota Gokutotai terdiri dari anak SD sampai dengan SLTA. Berbeda

dengan barisan semi militer lainnya, barisan ini mepunyai jumlah anggota paling

sedikit. Latihan dasar militer untuk Gukototai hanya diadakan sekali dalam seminggu

dan hanya selama dua jam.26

Heiho (barisan pemuda bentukan Jepang) beranggotakan pemuda Indonesia

yang berumur 15-25 tahun. Menurut orang Jepang, anggota heiho lebih terlatih di

dalam bidang militer dari pada organisasi-organisasi semi militer yang lain, karena

heiho sebagai pengganti prajurit Jepang di waktu perang. Sebagian anggota heiho

diperbolehkan memegang senjata, tank, artileri medan, dan lain-lain. Anggota heiho

tidak ada yang berpangkat perwira, hal itu dikarenakan pangkat perwira hanya

tersedia untuk tentara Jepang. Heiho mendapat tempat latihan militer yang

24

Amrin Imron, dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah: Perang dan Revolusi 6,

(Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2012), hlm 52.

25

Di Bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua Orang Yang

Mengalaminya, (Jakarta: ANRI, 1988). Hlm. 57.

26

Marwati Djoened Poesponegoro, Nugraha Notosusanto., Op.cit., hlm. 33.

Page 16: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

33

sesungguhnya dengan kemampuan yang tinggi. Setiap anggota heiho mendapat

pelatihan militer secara keras, mereka dilatih untuk menggunakan senjata dengan

benar.27

Peta (pembela tanah air) adalah organisasi militer yang seluruh anggota terdiri

dari segenap orang Indonesia. Panglima Letnan Jendral Kumakici Harada

memutuskan agar pembentukan tentara Peta dibuat seolah-olah merupakan usul dari

bangsa Indonesia sendiri. Pemerintah mencari seorang pribadi yang cocok dan

akhirnya dipilih seorang pemimpin nasionalis Indonesia, yakni Gatot Mangkupraja

yang dianggap bersimpati kepada Jepang, untuk mengajukan permohonan kepada

Gunseikan supaya dibentuk sebuah tentara yang segenap anggotanya terdiri atas orang

Indonesia. Gatot Mangkupraja melaksanakan apa yang disarankan itu dan menulis

suratnya yang di kirimkan pada pada 7 September 1943.28

Ada beberapa motivasi yang mendorong penduduk Indonesia untuk menjadi

anggota Peta. Hal itu bisa dikarenakan faktor dorongan atau bujukan, kemudian juga

ada yang masuk tentara Peta dengan sikap acuh tak acuh atau sekedar mencari nafkah

karena waktu itu kesulitan mencari pekerjaan. Sebagian besar yang masuk tentara

Peta dengan antusias adalah kalangan shodanco. Mereka berasal dari bangku sekolah

dan menganggap harus membantu Jepang demi memperoleh kemenangan perangnya

di Pasifik. Dengan adanya kemenangan tersebut mereka mengharapkan akan

terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka. Tentara Peta sebagian juga

menganggap bahwa masa depan bangsa Indonesia tidak tergantung pada nasib bangsa

27

Ibid., hlm. 34.

28

Amrin Imron, dkk. “Indonesia Dalam Arus Sejarah 6: Perang dan Revolusi”,

(Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2012), hlm. 60.

Page 17: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

34

Jepang, karena percaya pada ramalan Joyoboyo bahwa Jepang akan pergi dan

Indonesia akan merdeka. Peta dianggap sebagai tempat latihan yang luas untuk

menghasilkan tenaga-tenaga militer yang mampu membela tanah air.29

4. Media Massa, Sastra dan Film

Dalam rangka memperlancar pelaksanaan kebijakan Jepang di wilayah

pendudukan Jawa, pemerintahan militer Jepang memberikan perhatian besar tentang

bagaimana “menyita hati rakyat” (minsbin ha’aku) dan bagaimana “mengindoktrinasi

dan menjinakkan mereka” (senbu kosaku). Mereka beranggapan bahwa perlu

memobiliasiskan seluruh masyarakat dan membawa sepenuhnya mentalitas rakyat

Indonesia menuju kesesuaian dengan ideologi Jepang tentang Lingkungan

Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. 30

Propaganda dirumuskan sebagai suatu upaya untuk mengindoktrinasi rakyat

Indonesia sehingga bisa menjadi mitra yang dapat dipercaya dalam Lingkungan

Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.31

Penyebaran bahan propaganda

dilaksanakan dengan menggunakan sarana paling modern pada waktu itu, seperti

radio, pengeras suara, poster, pamphlet, film, gambar dan sebagainya.32

Organisasi pertama yang didirikan pemerintah militer Jepang dalam rangka

propagandanya untuk menggalakkan dukungan rakyat diberi nama Gerakan “Tiga A”

29

Nugroho Notosusanto.. “Tentara Peta” pada jaman pendudukan Jepang di

Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia, 1979), hlm. 111.

30Aiko Kurasawa, Op.cit., hlm 229

31

Aiko Kurasawa, Op.cit., hlm 229

32

A.B. Lapian, Op.cit., hlm 5

Page 18: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

35

yang mengumandangkan semboyan “Nippon (Jepang) pemimpin Asia, Nippon

pelindung Asia, Nippon cahaya Asia”. Diharapkan bahwa gerakan ini akan

mempersatukan semua kelompok masyarakat dan memelihara hubungan baik anatar

rakyat dan pemerintah. Jelas sekali bahwa di sini ditegaskan lagi keunggulan Jepang

seperti yang terkandung dalam wawasan Hakko – ichiu yang menjiwai bangsa Jepang

untuk menguasai dunia sebagai pemimpin.33

Dapat dikatakan bahwa propaganda, sejak awal pendudukan, merupakan

kewajiban pokok, dan salah satu yang paling penting dari pemerintahan militer. Oleh

karena itu, dibentuklah departemen yang independen, Sendenbu (Departemen

Propaganda), dibentuk di dalam badan pemerintahan militer (Gunseikanbu).

Departemen ini dibentuk pada bulan Agustus 1942, dan bertanggung jawab atas

propaganda serta informasi yang menyangkut pemerintahan sipil. Kegiatan Sendenbu

ditujukan kepada penduduk sipil di Jawa, termasuk orang Indonesia, Indo-Eropa,

minoritas Asia, dan Jepang. 34

Departemen Propaganda bertugas menyelenggarakan propaganda dan

penerangan yang berkaitan dengan administrasi sipil, dan merupaakan organ terpisah

dari Seksi Penerangan Angkatan Darat ke-16 yang bertugas menyelenggarakan

propaganda dan penerangan yang berkenaan dengan operasi militer. Aktifitas

Sendenbu diarahkan kepada penduduk sipil Jawa, termasuk orang Indonesia, Eurasia,

minoritas Asia dan Jepang.35

Meski demikian, pihak Jepang tidak pernah

33

Ibid., hlm 7

34

Aiko Kurasawa, Op.cit., hlm 229-230

35

Ibid., hlm 230

Page 19: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

36

mempercayakan kontrol departemen ini kepada orang sipil, namun selalu dikepalai

oleh perwira Angkatan Darat. Pejabat pertama adalah Kolonel Machida Keiji

(Agustus 1942-Oktober 1943), kedua Masyor Adachi Hisayoshi (Oktober 1943-Maret

1945), dan ketiga Kolonel Takanashi Koryo (April-Agustus 1945).36

Mula-mula sekali, Sendenbu tidak hanya bertindak sebagai kantor

adminsitratif, tetapi secara langsung menjalankan operasi propaganda. Namun, ketika

struktur pemerintahan militer semakin rumit, beberapa biro khusus yang bertanggung

jawab atas bidan propaganda yang berbeda-beda dibentuk sebagai badan-badan luar

dari departemen Sendenbu, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada mereka. Berikut

adalah daftar nama dan bidang operasi yang dibentuk oleh Departemen Propaganda.

36

Ibid.

Page 20: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

37

Tabel. 1

Daftar nama dan bidang organisasi milik Departemet Propaganda

Departemen Propaganda

Nama Organisasi Didirikan Fungsi

Jawa Hoso Kanrikyoku

(Biro Pengawasan Siaran

Jawa)

Oktober 1942 Siaran domestik (Pengelolaan

dipercayakan kepada NHK,

Siaran Radio Jepang)

Jawa Shinbun Kai

(Perusahaan Koran Jawa)

Desember 1942 Penerbitan Surat Kabar

(Pengelolaan dipercayakan

kepada Asahi Shibun)

(Kantor Berita) Domei Oktober 1942 Korespondensi

Jawa Engeki Kyokai

(Perserikatan Oesaha

Sandiwara Jawa

Tidak diketahui Produksi seni teater

Nihon Eigasha atau

Nichi’ei (Perusahaan

Film Jepang

April 1943 Produksi film

Eiga Haikyusha atau

Eihai (Perusahaan

Pendistribusi Film

April 1943 Distribusi film

Sumber: Aiko Kurasawa, Mobilisasi dan Kontrol Studi tentang Perubahan Sosial di

Pedesaan Jawa 1942-1945, hlm 230.

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa Jepang sangat teratur dalam hal

propaganda. Mereka sudah memperiapkan organisasi tersendiri untuk mengawasi

masing-masing bidang. Mulai dari surat kabar, film hingga siaran radio. Jepang

menggunakan sarana hiburan untuk melakukan aksi propagandanya, agar sampai

semua kalangan masyarakat pada masa tersebut.

Sebuah Organisasi yang bernama Keimin Bunka Shidosho atau “Poesat

Keboedajaan” dibentuk pada bulan April 1943 merupakan Organisasi luar Sendenbu.

Page 21: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

38

Tujuan dan kewajiban utama organisasi ini ialah mempromosikan kesenian tradisional

Indonesia, memperkenalkan dan menyebarkan kebudayaan Jepang, serta mendidik

dan melatih seniman Indonesia. Setelah pembentukan organisasi dan biro khusus ini,

Sendenbu tidak lagi secara langsung menjalankan kegiatan propaganda. Ia hanya

menyusun rancangan dan bahan propaganda, dan membagikannya kepad unit-unit

kerja yang bersangkutan. Tetapi Sendenbu tetap memiliki pengaruh besar atas

organisasi-organiasi ini, melalui peran sebagai markas besar pengawasan dan

koordinasi berbagai bidang operasi propaganda.37

Depertemen Propaganda Jepang di Indonesia dibagi-bagi menjadi beberapa

biro organiasi. Masing-masing biro memiliki fungsi yang berbeda-beda, antara lain,

Djawa Sinbun Kai (Perusahaan Koran Jawa) yang didirikan pada bulan Desember

1942. Djawa Sinbun Kai memiliki fungsi sebagai organiasi penerbit surat kabar di

Jawa. Sementara itu biro khusus lainnya menangani antara lain siaran domestik,

produksi seni teater, produksi film, dan distribusi film. Djawa Sinbun Kai didirikan

oleh karena peekerjaan persurat-kabaran yang sangat penting. Maksud Djawa Sinbun

Kai yaitu hendak menyelenggarakan susunan surat kabar dengan sebaik-baiknya dan

untuk membangkitkan segala juru warta supaya menyerahkan segenap tenaganya

untuk menerangkan haluan dan kehendak Pemerintah Balatentara, agar dengan dijalan

demikian dapat mereka itu menyumbangkan tenaganya dengan sebaik-baiknya untuk

mencapai kemenangan akhir dalam peperangan Asia Timur Raya. 38

37

Ibid., hlm 231

38

Kan-Po, No. 33(1), hlm 8

Page 22: BAB II KONDISI SOSIAL-POLITIK INDONESIA PADA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509028_bab2.pdf ·  · 2015-11-05Indonesia) dipegang oleh orang-orang Belanda. ... kedatangan

39

Kantor Besar Djawa Sinbun Kai berada di Jakarta sementara kantor-kantor

cabangnya berada di daerah-daerah penting di pulau Jawa. Djawa Sinbun Kai

mengurus segala pekerjaan yang perlu untuk menyusun isi surat kabar bahasa

penduduk di Jawa, dan untuk mencetak dan menerbitkannya, demikian juga

menjalankan perintah dari kantor-kantor Pemerintahan Balatentara tentang memenuhi

keperluan barang bahan untuk surat kabar dimana masing-masing tempat dan tentang

memelihara serta memperbaiki alat kelengkapan untuk surat-surat kabar itu.39

Surat

kabar-surat kabar ini lah yang digunakan Jepang dalam usaha propaganda mereka.

39

Ibid, hlm 9