BAB II Komunikasi
-
Upload
agung-ginanjar -
Category
Documents
-
view
32 -
download
2
Transcript of BAB II Komunikasi
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa
dengan cara apa, kepada siapa, dengan efek apa (Laswell).
Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan
perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun
tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun
penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling kita sehingga sebuah pesan
menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II, 1992; Liliwen, 2003).
Sedangkan menurut Karlfied Knapp (2003) komunikasi merupakan interaksi
antar pribadi menggunakan system simbol linguistic, seperti simbol verbal (kata-kata)
dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung atau tatap muka atau
melalui media lain misalnya tulisan, oral dan visual.
Dari ketiga pengertian diatas kelompok menyimpulkan komunikasi adalah
proses interaksi antar pribadi sebagai pertukaran informasi, gagasan dan perasaan
baik secara lisan atau tulisan.
2.2 Konsep Komunikasi Carl Roger
Menurut Carl Roger konsep dalam komunikasi yaitu memiliki kemampuan
dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup dan mengenai masalah.
Menurut Roger motivasi yang baik dan sehat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri
adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi –
potensi psikologis yang unik. Tujuan dari aktualisasi diri adalah adaptasi secara sadar
dan rasional yang dipengaruhi oleh peristiwa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan
berubah sesuai dengan perkembangan hidup seseorang.
Konsep-konsep tersebut bila dihubungkan dengan dunia keperawatan dalam
berkomunikasi adalah :
1. Perawat harus mengenal diri sendiri sebelum mengenal orang lain
2. Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai.
5
3. Perawat bisa menciptakan suasana kondusif agar klien bisa berkomunikasi dengan
baik.
4. Perawat berkomunikasi dengan teknik terbuka
5. Altruism (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang
lain berempati dan simpati terhadap pasien.
6. Bertanggung jawab dan berpegang pada etika
Carl Roger mengemukakan berbagai teori komunikasi yang dikenal sebagai
model komunikasi Carl Roger yaitu konsep komunikasi “person centered care “, Carl
Roger mengedepankan penghargaan diri terhadap setiap individu. Proses tersebut
didasari bahwa setiap individu harus memahami dan memiliki pengertian untuk dapat
memahami orang lain dalam menentukan dan menangani masalah-masalah fisik yang
dapat mempermudah mengembangkan individu kedalam hidup yang lebih baik, dari
seorang individu masih anak-anak hingga dewasa dan proses diri akan berubah
menjadi masalah psikologis yang awalnya fisiologis.
Adapun prinsip-prinsip komunikasi menurut Carl Roger meliputi :
1. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut
pasien
2. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien
3. Perawat harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut
4. Perawat menciptakan suasana agar pasien agar mempunyai motivasi mengubah
diri
5. Perawat harus menguasai perasaannya sendiri
6. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten
7. Perawat mampu mengekspresikan perasaan
8. Perawat harus dapat berperan sebagai role model
2.3 Komponen komunikasi
Komponen konseptual dalam komunikasi mengandung arti dan makna yang
memberikan pengertian tersendiri sesuai dengan konteks yang terkandung
didalamnya, antara lain :
6
1. Simbol/ verbal/ ujaran, maka komunikasi adalah pertukaran pikiran/ gagasan
secara verbal (Hoben, 1954).
2. Pengertian atau pemahaman, komunikasi merupakan proses yang dinamis dan
secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku (Anderson, 1959).
3. Interaksi/ hubungan/ proses sosial, interaksi adalah perwujudan komunikasi, tanpa
komunikasi tidak akan terjadi interaksi (Mead, 1963).
4. Pengurangan rasa ketidakpastian. Komunikasi timbul karena adanya kebutuhan-
kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, serta
mempertahankan atau memperkuat ego (Burnland, 1964).
5. Proses komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi
keahlian dan lain-lain.
6. Pengalihan/ penyampaian/ pertukaran. Penggunaan kata komunikasi menunjuk
pada pengalihan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya agar
menjadi bermakna.
7. Menghubungkan/ menggabungkan. Komunikasi adalah proses yang
menghubungkan satu bagian kehidupan dengan bagian lainnya sesuai tujuan yang
telah ditetapkan.
8. Kebersamaan. Komunikasi adalah proses yang membuat sesuatu yang semula
hanya dimiliki seorang menjadi milik dua orang atau lebih dengan harapan terjdi
persamaan persepsi dan pemahaman serta perilaku.
9. Saluran/ jalur/ alat. Komunikasi merupakan sarana untuk mengirim pesan dimana
sumber pesan dari komunikator diberikan ke komunican untuk diolah dan
diinterpretasikan.
10. Replikasi memori. Komunikasi adalah proses mengarahkan perhatian dengan
menggugah ingatan.
11. Tanggapan diskriminatif. Komunikasi adalah tanggapan pilihan atau terarah pada
suatu stimulus.
12. Stimuli. Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi
yang berisikan stimuli diskriminatif dari suatu sumber tenaga penerima.
7
13. Kesengajaan. Komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian pesan yang
disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah
laku piahak penerima
14. Waktu/ situasi. Komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu struktur
keseluruhan situasi atau waktu sesuai pola yang diinginkan.
15. Kekuasaan/ kekuatan. Komunikasi adalah suatu mekanisme yang mmenimbulkan
kekuatan atau kekuasaan.
2.4 Unsur komunikasi
Dalam komunikasi terdapat unsur-unsur yang berperan dalam proses interaksi.
Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Pengirim (sender) atau sumber (resource) adalah individu, kelompok atau
organisasi berperan untuk transfering pesan.
2. Pesan (message) adalah gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang
lain.
3. Media dari komunikasi merupakan tempat dimana sumber menyalurkan pesan
kepada penerima
4. Penerima (receiver) adalah individu atau keompok yang menerima pesan.
5. Pengaruh (efek) merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan penerima pesan sebelum dan sesudah menerima pesan
6. Lingkungan merupakan situasi tertentu yang dapat mempengaruhi komunikasi
mulai dari sumber yang menyampaikan pesan sampai pada efek atau pengaruh
pesan terhadap penerima pesan.
2.5 Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang ditujukan untuk mengubah
perilaku dalam pencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart. G.W, 1998)
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northhouse, 1998)
Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien namun
8
direncanakan dan dipimpin oleh seorang professional (Keltner, Schecke, Bostom,
1991)
Hubungan interpersonal antara klien dan perawat dapat dikembangkan dengan
komunikasi terapeutik. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena perawat harus
memperhatikan pada berbagai interaksi dan tingkah laku non verbal.
Adapun Stuart dan Sundeen dalam Abdul Nasir dkk (2009) menyatakan
tujuan dari komunikasi terapeutik adalah:
1. Kesadaran diri, penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan diri, seyogyanya
perawat menyadari bahwa kehadirannya dalam menerima, baik hanya
mendengarkan keluh kesah pasien tersebut begitu berarti, melalui komunikasi
terapeutik terbentuklah rasa percaya pasien kepada perawat.
2. Identitas yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi. Dalam konteks diri pada
dasarnya setiap manusia membutuhkan pengakuan untuk menampakkan
perwujudan dirinya. Peran perawat salah satunya membantu meningkatkan
integritas pribadi pasien.
3. Keintiman hubungan interpersonal. Perawat dan pasien itu seumpama simbiosis
mutualisme, saling memberi dan menerima.
4. Meningkatkan kemampuan dan mencapai tujuan realistis.
Komunikasi terapeutik agar dapat berlangsung dengan baik perlu menerapkan
tehnik komunikasi yang tepat. Tiap-tiap individu tidak sama, oleh karena itu
diperlukan penerapan tehnik komunikasi yang berbeda pula. Berikut ini teknik
komunikasi terapeutik menurut Shives (1994), Stuart dan Sundeen (1950) dan Wilson
& Kneisel (1920) meliputi:
1. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan mengetahui
perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan cara memberi kesempatan klien
untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar aktif. Ellis (1998)
menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan
menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang dikatakannya adalah penting dan
dia adalah orang yang penting. Mendengarkan juga menunjukkan pesan ”anda
bernilai untuk saya” dan ”saya tertarik padamu”.
9
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening )
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi
topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila klien
menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeutik
apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak respon klien (Stuart dan
Sundeen, 1995).
3. Mengulang (Restating)
Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok
pikiran yang diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien
dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini bernilai
terapeutik ditandai dengan perawat mendengar dan melakukan validasi,
mendukung klien dan memberikan respon terhadap apa yang baru saja dikatakan
oleh klien.
4. Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah
laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti
persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal tersebut, perawat
harus sadar terhadap ekspresi nonverbal. Bagi perawat perlu menghindari
memutar mata ke atas, menggelengkan kepala, mengerutkan atau memandang
dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan klien.
5. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak
jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat
mencoba memahami situasi yang digambarkan klien
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasikan apa
yang didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Teknik ini akan membantu perawat untuk memelihara pendekatan yang tidak
menilai (Boyd dan Nihart, 1998), dalam Nurjanah (2001).
10
7. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang
lain (Lindberg dalam Nurjanah, 2001). Tahap-tahap menjadi lebih asertif antara
lain menggunakan kata ”tidak” sesuai dengan kebutuhan, mengkomunikasikan
maksud dengan jelas, mengembangkan kemampuan mendengar, pengungkapan
komunikasi disertai dengan bahasa tubuh yang tepat, meningkatkan kepercayaan
diri dan gambaran diri dan menerima kritik dengan ramah.
8. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas
9. Membagi Persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien
tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
10. Identifikasi tema
Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang
muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang
penting.
11. Diam
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran,
memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu
respon. Diam tidak dilakukan dalam waktu yang lama karena akan
mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga dapat diartikan sebagai
mengerti atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk
menanti orang lain untuk berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat dapat
menyebabkan orang lain merasa cemas (Myers, 1999).
12. Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi
11
klien untuk mengambil keputusan (Stuart dan Sundeen, 1995). Kurangnya
pemberian informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan
mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah
menasehati klien pada saat memberikan informasi.
13. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi
catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan
toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi
pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak
atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
Sedangkan Nurjanah (2001) menyatakan humor sebagai hal yang penting dalam
komunikasi verbal dikarenakan tertawa mengurangi stres ketegangan dan rasa
sakit akibat stres, serta meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan.
14. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Teknik ini tidak tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal
hubungan.
15 Membuka diri
Teknik membuka diri merupakan pengalaman pribadi dan nyata tentang
diri sendiri yang diberikan secara sengaja kepada pihak lain. Ini menunjukan
bahwa perawat memahami pengalaman klien dan memperlihatkan bahwa
pengalaman klien tidak hanya dialaminya sendiri. Jenis teknik ini akan
memperlihatkan kedekatan hubungan perawat-klien dan melibatkan penghargaan
bagi klien. Anda memberikannya sebagai ekspresi kejujuran dan ini merupakan
aspek dari empati (Stuart dab Laraia,2005). Mebuka diri harus bersifat relevan,
tepat dan dapat menguntungkan klien. Gunakan teknik ini secara tepat dan tidak
berlebihan dengan tetap menempatkan klien sebagai fokus.
12
16. Menyampakan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan
hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan
benar. Kesan yang disampaikan perawat kepada klien merupakan hasil
pengamatan yang mencerminkan kesan yang tidak biasa pada diri klien. Stuart &
Sundeen (1995) menganjurkan penyampaian hasil observasi kepada klien apabila
terdapat konflik antar verbal dan nonverbal. Penyampaian hasil pengamatan
kepada klien diharapkan dapat mengubah perilaku yang merusak pada diri klien,
tidak serta merta menyampaikan hasil yang didapat saat melakukan observasi dan
tidak bertujuan untuk memberikan penilaian.
17. Meringkas
Teknik ini merupakan pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat dalam rangka meningkatkan pemahaman dengan mengidentifikasi
poin–poin penting selama diskusi sekaligus terjadi proses klarifikasi atas ide
dalam pikirannya. Meringkas berarti memberi kesempatan untuk mengklarifikasi
komunikasi agar sama dengan ide dalam pikiran (Varcarolis, 1990 dan Nurjannah,
2001).
18. Memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) positif atas hal – hal yang mampu dilakukan
klien dengan baik dan benar merupakan bentuk pemberian penghargaan.
Bertujuan untuk meningkatkan motivasi kepada klien untuk berbuat yang lebih
baik lagi. Salah satu contoh dengan memberi salam pada klien dengan menyebut
namanya. Penghargaan dalam pelayanan keperawatan tidak berbentuk materi,
akan tetapi berbentuk dorongan psikologis atau inmaterial untuk memacu lebih
baik lagi.
19. Menawarkan Diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali
perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, teknik komunikasi ini
harus dilakukan tanpa pamrih.
13
20. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Berikan kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan
merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
21. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang
sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan daripada mengarahkan diskusi/
pembicaraan.
22. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk
melihat dalam suatu perspektif.
Perawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan
memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien
dalam memenuhi kebutuhannya.
2.6 Tahapan Komunikasi
Komunikasi yang terjadi antara perawat dan klien mempunyai beberapa
tahapan antara lain tahap pra interaksi, tahap perkenalan, tahap orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi.
1. Tahap pra-interaksi
Tahap ini menjelaskan bagaimana kita mengkaji kemampuan diri sendiri,
dilakukan sebelum bertemu dengan klien. Menurut Abdul Nasir (2009) ada dua
unsur yang perlu dipersiapkan dalam tahap ini, pertama unsur dari diri sendiri dan
kedua unsur dari klien. Unsur diri sendiri mencakup pengetahuan perawat tentang
penyakit dan masalah klien, kecemasan dan ketakutan diri, analisa kekuatan diri,
dan waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan. Sedangkan
unsur dari klien yang harus diperhatikan adalah perilaku klien dalam menghadapi
penyakitnya, adat istiadat serta tingkat pengetahuan klien.
2. Tahap perkenalan
Pada tahap ini adalah tahap dimana pertama kali perawat bertemu dengan
klien sehingga perlu untuk memperkenalkan diri. Seperti yang dikatakan Suryani
14
(2006) bahwa dengan memperkenalkan dirinya, perawat telah bersikap terbuka
pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya.
tujuan utama yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya.
Adapun tujuan dalam tahap ini adalah membina hubungan rasa saling
percaya dengan menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka dan yang
kedua adalah memodifikasi lingkungan yang kondusif sehingga membantu klien
mengekspresikan perasaan dan fikirannya.
3. Tahap orientasi
Pada tahap ini perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh
klien serta tanda dan gejala. Menurut Stuart G. W, 1998 tujuan pada tahap ini
untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yant telah dibuat dengan keadaan
klien saat ini, serta mengevaluasi tindakan yang lalu.
Pada tahap ini perawat dituntut untuk memiliki ketelitian yang tinggi
untuk menstimulasi klien agar memperoleh pengkajian yang akurat. Selain itu
kemampuan menilai komunikasi non-verbal juga dituntut dalam tahap orientasi
ini.
Adapun menurut Muhith ada tiga tugas perawat dalam tahap ini, yaitu
membuat kontrak dengan klien, mengeksplorasi pikiran dan perasaan serta
mengidentifikasi masalah keperawatan klien, dan terakhir menetapkan tujuan
yang akan dicapai.
4. Tahap kerja
Pada tahap kerja perawat ditugaskan untuk dapat meningkatkan
kemandirian klien karena proses kesembuhan merupakan tanggung jawab
bersama antara perawat dengan klien. Mengingat pentingnya tindakan
keperawatan guna meningkatkan kesembuhan klien, harus ada persamaan
persepsi, ide dan pikiran antara klien dan perawat. Intervensi keperawatan yang
harus dilakukan tidak selamanya dapat dilakukan secara keseluruhan pada tahap
ini.
5. Tahap terminasi
Pada tahap ini adalah tahap validasi apakan tujuan yang diharapkan yaitu
membantu kesembuhan klien tercapai atau tidak. Menurut Nurjannah I (2001) ada
15
dua macam terminasi, yaitu terminasi yang diajukan dengan tujuan bahwa akan
ada pertemuan berikutnya lagi baik dengan perawat yang sama maupun dengan
perawat lainnya. Sedangkan terminasi akhir dilakukan saat pasien meninggalkan
Rumah Sakit atau meninggal dunia. Adapun tindakan yang dilakukan pada tahap
ini adalah evaluasi subjektif, objektif dan tindak lanjut.
2.7 Hambatan komunikasi
Komunikasi tidak selalu berjalan dengan baik, didalam prosesnya terdapat
beberapa hambatan komunikasi yang dapat merusak interaksi perawat-klien. Adapun
hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1. Hambatan fisik
Merupakan hal menyangkut ruang fisik dan lingkungan
2. Hambatan biologis
Merupakan hambatan karena ketidaksempurnaan anggota tubuh
3. Hambatan intelektual
Merupakan hambatan yang berhubugan dengan kemampuan pengetahuan
4. Hambatan psikis
Merupakan hambatan yang menyangkuy factor kejiwaan, emosional, tidak saling
percaya dan penilaian saling menghakimi
5. Kultural
Merupakan Hambatan yang berkatan denga nilai budaya dan bahasa.