BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

22
15 BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi acuan bagi peneliti untuk memperkaya teori yang digunakan. Peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini: 2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama Penelitian terdahulu pertama berjudul “Objektivitas Media di Tengah Pandemi Covid-19: Analisis Isi Berita tentang Penerapan New Normal di Indonesia pada Media Tirto.id” oleh Riky Rakhmadani tahun 2020. Penelitian ini dilatarbelakangi pada kasus pandemi COVID-19 yang melanda dunia termasuk negara Indonesia. Pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan guna mencegah penyebaran virus COVID-19, diantaranya social distancing, pembatasan sosial berskala besar hingga penerapan new normal. Berbagai media Indonesia turut memproduksi berita perkembangan COVID-19, termasuk Tirto.id. Media massa memiliki peran dalam memproduksi berita secara objektif. Penelitian ini bertujuan untuk

Transcript of BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

15

BAB II

KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi acuan bagi peneliti untuk memperkaya teori

yang digunakan. Peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu

yang terkait dengan penelitian ini:

2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama

Penelitian terdahulu pertama berjudul “Objektivitas Media di Tengah

Pandemi Covid-19: Analisis Isi Berita tentang Penerapan New Normal di

Indonesia pada Media Tirto.id” oleh Riky Rakhmadani tahun 2020.

Penelitian ini dilatarbelakangi pada kasus pandemi COVID-19 yang

melanda dunia termasuk negara Indonesia. Pemerintah memberlakukan

berbagai kebijakan guna mencegah penyebaran virus COVID-19, diantaranya

social distancing, pembatasan sosial berskala besar hingga penerapan new

normal. Berbagai media Indonesia turut memproduksi berita perkembangan

COVID-19, termasuk Tirto.id. Media massa memiliki peran dalam

memproduksi berita secara objektif. Penelitian ini bertujuan untuk

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

16

menganalisis objektivitas berita di media Tirto.id dari 31 Mei 2020 hingga 11

Juni 2020 dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Adapun aspek

yang diteliti meliputi aspek faktualitas dan imparsialitas (Westerstahl, 1983).

Prosedur pemilihan berita dilakukan melalui Tirto.id dengan kata kunci

“Penerapan New Normal di Indonesia”. Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 23 berita mengenai penerapan new normal di Indonesia.

Peneliti menggunakan unit tematik sebagai jenis unit pencatatan dan

uji validitas muka dengan meminta ahli untuk menguji dan mengevaluasi alat

ukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan mengenai penerapan

new normal di Indonesia dari sisi jenis fakta yang disajikan baik fakta

psikologis maupun fakta sosiologis cukup berimbang, kelengkapan berita

yang meliputi unsur 5W+1H juga tinggi. Keberimbangan Tirto.id dalam

menampilkan dua sisi cukup rendah, dimana berita didominasi mengutip satu

narasumber. Meskipun demikian, Tirto.id menjaga netralitas dalam

pemberitaan dengan tidak menyudutkan beberapa tokoh pro atau kontra

terhadap apa yang diberitakan. Penyajian secara kebahasaan tidak reaktif serta

sensasional dan juga tidak menyajikan berita yang bersifat menggiring opini.

Relevansi antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

topik yang dibahas, yaitu pemberitaan COVID-19 di media massa serta

metode penelitian yang digunakan berupa analisis isi kuantitatif. Kemudian

perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah media dan

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

17

konsep penelitian. Penelitian terdahulu membahas objektivitas pemberitaan

COVID-19 di Tirto.id sedangkan penelitian ini membahas perbedaan elemen

visual pemberitaan COVID-19 antara Liputan 6 dan Detikcom di media sosial

Instagram.

2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua

Penelitian terdahulu kedua berjudul “Praktik Jurnalisme Bencana di

Instagram: Analisis Isi Pemberitaan Bencana pada Akun Instagram Media

Berita @detikcom dan @idntimes Periode Januari-Desember 2018” ditulis

oleh Angelina Apriliyanti Legowo tahun 2019.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kejadian bencana di Indonesia

yang terus meningkat secara signifikan dalam satu dekade terakhir, terlebih

pada tahun 2018 yang memberikan dampak paling besar. Media memiliki

peran penting untuk mengomunikasikan bencana pada audiens secara efektif.

Peneliti membandingkan berita bencana antara dua media Detik dan IDN

Times pada media sosial Instagram. Adapun tujuan penelitian untuk

menjelaskan praktik jurnalisme yang diterapkan dalam pemberitaan bencana

geologi di akun Instagram @detikcom dan @idntimes selama 2018,

mengetahui informasi penanggulangan bencana yang disampaian pada

pemberitaan bencana geologi di akun Instagram @detikcom dan @idntimes

selama 2018, dan mendeskripsikan tampilan visual pada unggahan terkait

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

18

pemberitaan bencana geologi di akun Instagram @idntimes dan @detikcom

selama 2018.

Metode yang digunakan berupa analisis isi kuantitatif deskriptif

dengan total unit sampel sebesar 195 berita yang dibagi menjadi 65 berita

Detikcom dan 130 berita IDN Times. Kemudian variabel-variabel yang diteliti

berupa informasi bencana, tampilan visual berita, dan fitur Instagram yang

digunakan kedua media. Hasil dari penelitian tersebut adalah berita dalam

bentuk foto disampaikan secara lugas dan singkat tanpa unsur pembangun

berita yang lengkap. Terlihat kedua media telah menjalankan fungsi media

dengan baik. Serta berdasarkan teori normatif dalam komunikasi massa yang

dikaitkan dnegan konsep jurnalisme, media cukup menjalankan kewajiban

sosial dengan turut berperan dalam proses penyaluran bantuan. Namun, dalam

informasi seputar mitigasi bencana, kewajiban sosial belum terlihat secara

maksimal.

Relevansi antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

tujuan penelitian mendeskripsikan tampilan visual berita Instagram antara dua

media, metode penelitian yang menggunakan analisis isi, kemudian unit

sampel berupa berita di media sosial Instagram. Serta terdapat indikator

penelitian yang sama berupa analisis fitur Instagram yang digunakan kedua

media.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

19

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

tema pemberitaan. Penelitian terdahulu menganalisis pemberitaan bencana

sedangkan penelitian ini menganalisis pemberitaan COVID-19.

2.2 Konsep

2.2.1 Gambar atau Foto Jurnalistik

Berita tidak terlepas dari gambar atau visual atau foto sebagai bukti

maupun pelengkap peristiwa. Terlebih dalam media sosial Instagram yang

mengedepankan visual, gambar merupakan elemen penting dalam

pemberitaan. Menurut Santoso (2010, p. 15), foto jurnalistik diartikan

membuat berita dengan menggabungkan foto sebagai media informasi.

Sedangkan menurut Wijaya (2016, p. 5), foto jurnalistik berarti foto yang

bernilai berita atau foto yang menarik bagi pembaca dan informasi tersebut

disampaikan kepada masyarakat sesingkat mungkin. Foto jurnalistik bersifat

aktual, mengandung fakta, dan informatif yang mampu menjelaskan peristiwa

dalam berita.

Dalam mendefinisikan makna gambar jurnalistik maka diperlukan

metode analisis isi visual. Analisis isi bersifat empiris (observasional) dan

berprosedur objektif untuk mengukur 'audio-visual' (termasuk verbal) yang

direkam menggunakan kategori yang dapat diandalkan dan didefinisikan

secara eksplisit (nilai pada variabel independen) (Leeuwen & Jewitt, 2001, p.

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

20

13). Hal yang dianalisis berupa visual, verbal, grafis, segala jenis visual dan

verbal yang bermakna (Leeuwen & Jewitt, 2001, pp. 14-15). Unit visual

biasanya berbentuk paragraf, gambar berbingkai, halaman ataupun foto berita.

Kategori dalam penelitian ini berfokus pada tema subjek atau objek dalam

aspek main heading dan sub category pada gambar berita COVID-19 yang

dipublikasikan oleh media Liputan 6 dan Detikcom di feed Instagram.

Main heading berupa pengelompokan subjek atau objek dalam gambar

(tokoh politik, masyarakat Indonesia, kesehatan) sedangkan sub category

merupakan rincian dari pengelompokan subjek atau objek dalam gambar

(Presiden Joko Widodo, pasien COVID-19, vaksin / jarum suntik).

2.2.2 Infografis

Infografis berasal dari kata infographics dalam bahasa Inggris yang

merupakan singkatan dari information + graphics (Saptodewo, 2014).

Infografis adalah bagian dari visualisasi data yang mempresentasikan

informasi kompleks secara lebih cepat dan jelas. Data visualisasi yang

dimaksud berupa tanda, foto, peta, grafik (Siricharoen & Siricharoen, 2015).

Pada 1626, Christoph Scheiner menerbitkan sebuah buku berjudul “Rosa

Ursina komprehensif Sol” mengenai penelitian rotasi matahari. Infografis

pada mulanya muncul dalam bentuk ilustrasi pola rotasi matahari (Saptodewo,

2014).

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

21

Menurut Redaktur Infografis Tempo, Yosep Suprayogi dalam berita di

Kompas.com berjudul “Sebelum Membuat Infografis, Pahami Dulu

Konsepnya…” (diakses pada 6 Oktober 2020), tampilan visual pada sebuah

informasi seperti infografis membuat pembaca mengingat isi informasi sampai

80 persen. Hal ini menunjukkan infografis tidak hanya sebagai pemaparan

berita atau informasi saja, melainkan tampilan visual juga penting sebagai

daya tarik berita tersebut.

Kepentingan infografis adalah membuat informasi lebih menarik,

menunjukkan ide-ide berharga, menarik perhatian, lebih mudah dipahami,

lebih persuasif, mudah diingat, dan menyampaikan informasi dengan mudah.

Tiga elemen utama dari infografis adalah elemen visual (warna, grafis, tanda,

ikon, peta, dan lainnya), konten (fakta, statistik, teks, referensi, jangka waktu,

dan lainnya), pengetahuan (kesimpulan cerita atau pesan) (Siricharoen &

Siricharoen, 2015). Infografis selain berfungsi sebagai unsur estetika atau

visual untuk menarik perhatian khalayak, juga berfungsi untuk memperjelas

informasi yang disampaikan agar lebih mudah dipahami dan diingat oleh

khalayak dalam waktu singkat (Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2018, p.

55).

Dilansir dari blog University of Mary Washington (2011) (diakses

pada 2 september 2020), terdapat empat karakteristik infografis yang efektif,

yaitu:

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

22

1. Kegunaan – infografis yang baik memiliki tujuan jelas dan mudah

dipahami pembaca. Mencantumkan sumber reliabel dan informatif

yang mana pembaca mendapat suatu informasi.

2. Keterbacaan – Infografis mudah dibaca, skema warna tidak

menghalangi penglihatan, dan pilihan bentuk, ukuran, dan warna

font terbaca jelas.

3. Desain – warna yang digunakan harus menarik namun tidak

mengganggu, grafis harus mencerminkan tujuan pembuatan dan

menarik pembaca, jarak gambar atau teks diperhatikan secara

efektif (tidak berimpitan dan tidak terlalu berenggangan). Dengan

kata lain, desain harus menarik tanpa menonjol dan sederhana

tanpa membosankan.

4. Estetika – estetika infografis harus menarik dan memuaskan mata

pembaca, data diorganisasi dengan baik (hindari informasi yang

berlebihan). Susunan infografis harus memiliki tujuan jelas dan

tidak membingungkan pembaca, serta mudah diikuti.

2.2.3 Ilustrasi

Ilustrasi berasal dari kata latin illustrare yang diartikan menerangi atau

memurnikan (Witabora, 2012). Menurut KBBI, ilustrasi adalah gambar (foto,

lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dan

sebagainya; gambar, desain, atau diagram untuk penghias (halaman sampul

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

23

dan sebagainya). Witabora (2012), mengartikan ilustrasi sebagai sebuah citra

untuk memperjelas sebuah informasi melalui representasi secara visual. Maka

dapat disimpulkan, ilustrasi adalah sebuah representasi visual dari gambar,

desain, maupun diagram yang bertujuan untuk memperjelas sebuah informasi.

Sejarah awal ilustrasi berasal dari catatan visual atau gambar dari gua,

manuskrip abad pertengahan sampai buku dan koran di abad ke—15-18

dengan menggunakan teknik cukil kayu, cetak tinggi, etsa, dan litografi. Masa

kejayaan ilustrasi berada di masa penemuan mesin cetak, yaitu revolusi

industri sekitar tahun 1890-1920. Namun 30 tahun berikutnya, masa kejayaan

ilustrasi meredup seiring berkembangnya fotografi dan teknologi televisi.

Kemudian pada akhir tahun 1999 menuju 2000, dunia ilustrasi kembali naik

dengan menemukan peran di media baru.

Adapun jenis-jenis ilustrasi berdasarkan penampilan menurut

(Soedarso, 2014):

1. Gambar Ilustrasi Naturalis

Gambar dengan bentuk dan warna sesuai dengan kenyataan

(realis) yang ada di alam tanpa adanya pengurangan ataupun

penambahan.

2. Gambar Ilustrasi Dekoratif

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

24

Gambar yang berfungsi untuk menghiasi sesuatu dengan

bentuk yang disederhanakan atau dilebih-lebihkan (ilustrasi

style).

3. Gambar Kartun

Gambar dengan bentuk lucu atau memiliki ciri khas tertentu.

Contoh pada gambar kartun yang menghiasi majalah anak-

anak, komik, dan cerita bergambar.

4. Gambar Karikatur

Gambar kritikan atau sindiran yang dalam penggambarannya

telah mengalami penyimpangan bentuk proporsi tubuh.

Gambar ini banyak ditemukan di majalah atau koran.

5. Cerita Bergambar (Cergam) adalah sejenis komik atau gambar

yang diberi teks. Teknik menggambar cergam dibuat

berdasarkan cerita dengan berbagai sudut pandang

penggambaran yang menarik.

6. Ilustrasi Buku Pelajaran

Berfungsi untuk menerangkan teks atau suatu keterangan

peristiwa baik ilmiah maupun gambar bagian. Bentuknya bisa

berupa foto, gambar natural, juga bisa berbentuk bagan.

7. Ilustrasi Khayalan

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

25

Gambar hasil pengolahan daya cipta secara imajinatif (khayal).

Cara penggambaran seperti ini banyak ditemukan pada ilustrasi

cerita, novel, roman, dan komik.

Ilustrasi juga memiliki karakteristik tertentu menurut (Witabora,

2012), yaitu:

1. Komunikasi

Bertujuan untuk mengomunikasikan sebuah konsep atau pesan.

Ilustrasi juga dapat berupa opini atau komentar terhadap suatu

permasalahan.

2. Hubungan antara kata dan gambar

Pada awalnya ilustrasi berfungsi sebagai pelengkap sebuah

teks. Hubungan antara kata dan gambar menciptakan sebuah

keselarasan.

3. Faktor menggugah

Gambar ilustrasi membuat pembaca merasakan sesuatu,

membangkitkan emosi, menghadirkan drama. Faktor ini yang

membuat orang merasa ada keterikatan dengan ilustrasi dan

yang menentukan apakah ilustrasi itu berhasil atau tidak.

4. Produksi massal dan media cetak

Ilustrasi diciptakan dengan tujuan tertentu dan ditempatkan di

media untuk memastikan pesan tersebut sampai.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

26

5. Display

Medium terbaik untuk menikmati ilustrasi adalah media cetak,

yaitu majalah, buku, dan lainnya yang mana keseluruhan

konsep visual terlihat secara lengkap.

2.2.4 Media Sosial

Perkembangan internet membawa cara berkomunikasi baru di

masyarakat. Media baru hadir mengubah kerangka berpikir cara orang

berkomunikasi. Komunikasi terjadi tanpa batas ruang, waktu, dan jarak. New

media atau media baru digunakan untuk menjelaskan kemunculan media yang

bersifat digital, terkomputerisasi, dan berjaringan sebagai efek dari semakin

berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (Sahar, 2014, p. 9).

Media baru memungkinkan penggunanya mengakses konten media di mana

pun dan kapan pun dari berbagai perangkat elektronik.

Menurut Sahar (2014, p. 9), media baru menekankan pada faktor

interaktivitas dan kebebasan. Interaktivitas yang dimaksud adalah pengguna

dapat dengan aktif memilih konten media yang diinginkan, dan memberikan

feedback langsung terhadap konten tersebut. Bebas dalam arti pengguna dapat

dengan bebas sebagai produsen membuat konten media yang diinginkan

bahkan memegang kendali atas proses pendistribusian dan berperan sebagai

konsumen produk kontennya sendiri.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

27

Sebutan media baru menggambarkan karakteristik yang berbeda dari

media sebelumnya. Media massa seperti televisi, radio, koran, majalah

digolongkan sebagai media lama. Media sosial, blog, games, media online

disebut sebagai media baru (Southeastern University, 2016).

Media sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah laman

atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi

atau terlibat dalam jaringan sosial (KBBI Daring). Sedangkan menurut Bossio

(2017, p. 7), media sosial diartikan sebagai aplikasi atau layanan berbasi web

yang memungkinkan serangkaian koneksi dilalukan secara online melalui

konten media. Dari dua pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan media

sosial berarti aplikasi berbasis web yang memungkinan serangkaian interaksi

antar pengguna dan berbagi isi konten media dalam jaringan sosial.

Menurut Nurkarima, N. (2018), merebaknya penggunaan media sosial

menimbulkan berbagai dampak terhadap pengguna. Percepatan penyebaran

informasi dan komunikasi yang dapat dijangkau dari berbagai belahan dunia

menjadi nilai lebih dari media sosial. Namun, media sosial juga menimbulkan

ketergantungan, privasi yang tersebar luas, dan semakin berkurangnya

komunikasi langsung atau tatap muka. Adanya media sosial membantu

kehidupan masyarakat mendapatkan informasi lebih mudah dan teman, tetapi

media sosial juga dapat menjauhkan diri dari lingkungan sekitar, dan

ketidakamanan informasi privasi.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

28

Berbagai macam media sosial saat ini yang disuguhkan dalam satu

media elektronik, yaitu Instagram, Line, Facebook, Whatsapp, dan lain

sebagainya. Dikutip dari situs analisis media sosial, NapoleonCat,

menunjukkan bahwa pada Februari 2020, Facebook merupakan media sosial

yang menduduki peringkat pertama dengan jumlah pengguna terbanyak di

Indonesia sebesar 151.510.000. Instagram berada pada tingkat kedua dengan

jumlah 62.470.000 pengguna.

2.2.4.1 Instagram

Instagram adalah aplikasi media sosial yang diluncurkan pada

6 Oktober 2010 oleh Kevin Systrom dan Michel Krieger. Awalnya

aplikasi tersebut dibuat khusus untuk pengguna iOS. Kemudian

Instagram melebarkan jangkauannya dengan merilis aplikasi di

Android pada April 2012. Semenjak Agustus 2012, Facebook

mengakuisisi Instagram senilai 1 miliar dolar. Dikutip dari

NapoleonCat, pengguna Instagram di Indonesia mencapai 62.470.000

orang yang mana pengguna wanita sebesar 50,8% lebih banyak

dibandingkan pria sebesar 49,2% pada Februari 2020. Umur pengguna

berkisar antara 18 sampai 24 tahun merupakan pengguna Instagram

terbanyak dengan total 23 juta jiwa.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

29

Nama Instagram sendiri berasal dari sebutan foto dahulu yang

terkenal, polaroid. Kata “insta” berasal dari kata “instan” seperti foto

polaroid yang biasa disebut “foto instan”. Sedangkan kata “gram”

adalah singkatan dari “telegram”, yaitu cara kerja telegram untuk

mengirimkan informasi secepat mungkin. Media platform Instagram

merupakan perkembangan luar biasa dalam media baru. Berbagai

medium gambar yang ditampilkan melalui kamera, kertas foto, galeri

foto, tempat penerbitan majalah sepanjang abad 19 dan 20 kini telah

digabungkan ke dalam satu platform sederhana, Instagram (Manovich,

2017, p. 11). Tidak hanya mengambil, mengedit, dan mengunggah

foto, Instagram juga memungkinkan pengguna melihat foto pengguna

lain, mencari foto lain hingga berinteraksi dengan sesama pengguna

(like,comment, repost, dan share).

Salah satu karakteristik media sosial terletak pada aksesibilitas

(Adornato, 2018, p. 27). Aksesibilitas menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah hal yang dapat dijadikan akses, dan keterkaitan.

Penelitian aksesibilitas media sosial bagi penyandang disabilitas

dilakukan oleh Media Access Australia dan ditulis dalam jurnal

berjudul “Sociability : Social Media for People with a Disability”.

Penelitian ini berfokus pada bagaimana penyandang disabilitas

mengakses media sosial dengan meneliti fitur-fitur di dalam media

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

30

sosial, seperti Facebook, Youtube, Twitter, Blogspot, dan lainnya. 49

responden penyandang disabilitas meminta ulasan aksesibilitas media

sosial kepada peneliti, seperti apa kegunaan dan manfaat fitur media

sosial? Bagaimana cara penggunaannya? Bagaimana cara mengatasi

masalah aksesibilitas dengan fitur ini? Dan di mana saya mendapat

bantuan?

Merujuk pada penelitian tersebut, penelitian ini juga berfokus

pada aksesibilitas yang meneliti fitur-fitur media Instagram apa saja

yang dipakai oleh media Liputan 6 dan Detikcom dalam meng-unggah

berita. Fitur-fitur media sosial menurut Adornato (2018, p. 146),

berupa:

1. Mention

Fitur paling dasar mengidentifikasi pengguna media sosial.

Fitur mention ditandai dengan simbol ‘@’ di depan nama

pengguna Instagram dalam komentar atau caption untuk

menyinggung atau menarik perhatian pengguna Instagram yang

dituju (di-mention) dan berkomunikasi (Herman, 2020).

Notifikasi mention biasanya berbunyi “Liputan 6 mentioned

you in a post / comment” (tergantung pengaturan Bahasa).

2. Hashtag

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

31

Hashtag atau tagar adalah raja di Instagram (Adornato, 2018, p.

156). Digunakan untuk mengelompokkan postingan yang

terkait dengan suatu topik atau peristiwa. Bentuk berupa tanda

’#’ diawal kata, nomor, maupun emoji. Penting bagi jurnalis

ketika mengunggah suatu berita menggunakan fitur ini untuk

menjangkau audiens secara luas. Pengguna Instagram

cenderung menggunakan tagar untuk mencari peristiwa atau

topik tertentu. Tidak hanya akun Instagram, hashtag juga dapat

diikuti, artinya pengguna dapat melihat postingan hashtag

tersebut meskipun tidak mengikuti akun media Instagram

(Newberry, 2020). Dengan kata lain, fitur ini memudahkan

pencarian topik atau peristiwa di media sosial Instagram.

3. Tagging

Fitur tag memungkinan Anda menautkan foto atau video ke

pengguna lain. Berbeda dengan mention, tag digunakan saat

menyinggung pengguna lain di dalam foto atau video yang

diunggah. Notifikasi tagging biasanya berbunyi “Liputan 6

took a photo of you”.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

32

Gambar 2.1 Fitur tagging Instagram

Sumber: Instagram/Liputan6

Berbeda dengan fitur mention yang mana notifikasi dapat

hilang, fitur tag selamanya disimpan pada suatu bagian di

Instagram seperti yang digaris bawah dalam gambar 2.2.

4. Geo-location

Fitur lokasi digunakan pengguna untuk menunjuk lokasi

peristiwa atau visual diambil (Adornato, 2018, p. 147). Fitur ini

bermanfaat bagi jurnalis sebagai titik awal mencari sumber

suatu peristiwa yang terkait dari lokasi. Pengguna media sosial

juga dapat melakukan pencarian peristiwa dari sumber lokasi.

Sesuai namanya, fitur ini mengandung unsur berita ‘di mana’.

Audiens dapat segera mengetahui dan melihat lokasi peristiwa

tanpa perlu membaca kata per kata atau kalimat di caption dan

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

33

melakukan pencarian peristiwa dari sumber lokasi dengan

menekan fitur ini di berita yang diunggah. Berbagai unggahan

yang terkait di lokasi peristiwa akan segera muncul. Dengan

menggunakan fitur lokasi geografis, berbagai berita yang

diunggah jurnalis memiliki lebih banyak kesempatan

ditemukan audiens.

5. Notifikasi

Dengan mengatur notifikasi di akun media sosial, Anda akan

diberitahu apabila mendapat pesan atau komentar dari

pengguna lain. Bagi jurnalis atau media, fitur notifikasi dapat

digunakan untuk memantau interaksi para audience. Selain itu

Anda juga dapat mengatur notifikasi suatu akun media sosial

Instagram yang mana apabila akun tersebut mengunggah

gambar maka notifikasi akan langsung muncul di telepon pintar

Anda.

Peneliti menentukan tiga konsep yang dianalisis untuk

menjawab pertanyaan penelitian mengenai bentuk visual berita yang

diproduksi media Liputan 6 dan Detikcom serta pemanfaatan fitur

media sosial Instagram di kedua akun media. Foto/gambar jurnalistik

dianalisis berdasarkan aspek main heading dan sub category dengan

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

34

Pemberitaan COVID-19 pada feed

media sosial Instagram Liputan 6

dan Detikcom periode 10 April – 4

Juni 2020

Analisis isi bentuk visual

pemberitaan COVID-19 secara

kuantitatif menurut Eriyanto

Karakteristik

ilustrasi

menurut

Witabora

Foto jurnalistik

melalui aspek main

heading dan sub

category

Karakteristik media

sosial pada dimensi

aksesibilitas

menurut Anthony

menghitng subjek/objek (masyarakat, pemerintahan, kesehatan, dan

lainnya) foto maupun video untuk menemukan fokus pemberitaan

antara kedua media. Kemudian kedua media juga memproduksi

bentuk berita ilustrasi yang dianalisis peneliti menurut

karakteristiknya. Serta pemanfaatan fitur media sosial Instagram yang

disediakan untuk mengoptimalkan penyebaran berita pada akun kedua

media.

2.3 Alur Penelitian

Tabel 2.1 Alur penelitian

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

35

Sumber: kajian peneliti, 2020

Dari 282 sampel pemberitaan COVID-19 yang dipecah sebesar 104 berita di

Liputan 6 dan 178 berita di feed media sosial Instagram Detikcom selama periode 10

April – 4 Juni 2020, peneliti melakukan analisis isi kuantitatif bersifat deskriptif

menurut pandangan Eriyanto. Terdapat tiga konsep yang digunakan berupa

karakteristik ilustrasi menurut Witabora, foto jurnalistik melalui aspek main heading

dan sub category, dan karakteristik media sosial pada dimensi aksesibilitas menurut

Anthony Adornato. Kategorisasi pada konsep karakteristik ilustrasi menurut

Witabora berupa komunikasi, hubungan antara kata dan gambar, dan faktor

menggugah. Peneliti juga menggunakan empat indikator dalam dimensi aksesibilitas

media sosial menurut Anthony Adornato, yaitu mention, hashtag, tagging, dan geo-

location.

Tahap berikutnya menurunkan kategorisasi ke lembar coding untuk diukur.

Kemudian menguji validitas, reliabilitas (apakah dapat dipercaya dan akurat). Apabila

Pengisian lembar coding

Pengujian validitas, reliabilitas

Analisis perbedaan bentuk visual pemberitaan COVID-19

dan penggunaan aksesibilitas pada feed media sosial

Instagram antara Liputan 6 dan Detikcom

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

36

hasil uji validitas dan reliabilitas terpenuhi, barulah peneliti menganalisis perbedaan

bentuk visual pemberitaan COVID-19 dan penggunaan aksesibilitas atau fitur pada

feed media sosial Instagram antara Liputan 6 dan Detikcom sebagai hasil penelitian.