BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan...

55
12 BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KERANGKA TEORI 1. Hakikat Kecepatan Reaksi Kecepatan reaksi adalah suatu stimulus respons yang memungkinkan memulai jawaban kinestesis secepat mungkin segera setelah menerima rangsangan. 1 Kecepatan reaksi adalah kemampuan menanggapi respon secepat mungkin. 2 Menurut Peter Reaburn dan David Jenkins kecepatan telah didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggerakkan bagian tubuh melalui rentang gerak yang dibutuhkan dalam waktu tercepat. 3 Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan reaksi adalah pergerakan seseorang dengan menggerakkan tubuh secepat mungkin saat mendengarkan suatu rangsangan atau aba-aba. Agar dapat menciptakan hasil kecepatan reaksi yang baik untuk para atlet panjat tebing kategori speed pada nomor speed record dibutuhkan proses latihan yang diulang-ulang agar terciptanya gerakan otomatisasi. 1 Arie. S. Sutopo, SpKo, Buku Penuntun Praktikum Ilmu Faal Kerja (ERGOFISIOLOGI), (Universitas Negeri Jakarta, 2006), h.6 2 John Shepherd, The Complete Guide To Sport Training, (London, 2006), h.140 3 Peter Reaburn & David Jenkins, Training For Speed And Endurance, (Australia, 1996), h.24

Transcript of BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan...

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

12

BAB II

KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. KERANGKA TEORI

1. Hakikat Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi adalah suatu stimulus respons yang memungkinkan

memulai jawaban kinestesis secepat mungkin segera setelah menerima

rangsangan.1 Kecepatan reaksi adalah kemampuan menanggapi respon

secepat mungkin.2 Menurut Peter Reaburn dan David Jenkins kecepatan

telah didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggerakkan bagian tubuh

melalui rentang gerak yang dibutuhkan dalam waktu tercepat.3

Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan

reaksi adalah pergerakan seseorang dengan menggerakkan tubuh secepat

mungkin saat mendengarkan suatu rangsangan atau aba-aba. Agar dapat

menciptakan hasil kecepatan reaksi yang baik untuk para atlet panjat tebing

kategori speed pada nomor speed record dibutuhkan proses latihan yang

diulang-ulang agar terciptanya gerakan otomatisasi.

1 Arie. S. Sutopo, SpKo, Buku Penuntun Praktikum Ilmu Faal Kerja

(ERGOFISIOLOGI), (Universitas Negeri Jakarta, 2006), h.6 2 John Shepherd, The Complete Guide To Sport Training, (London, 2006), h.140 3 Peter Reaburn & David Jenkins, Training For Speed And Endurance, (Australia,

1996), h.24

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

13

Penguasaan teknik yang lebih efisien dalam olahraga panjat tebing

membutuhkan proses latihan terprogram, rutin dan terprogresif, yang

berkontribusi dalam membentuk gerakan yang lebih efektif dan efisien ketika

akan melakukan posisi start pada lintasan jalur pemanjatan kategori speed

nomor speed record. Hubungannya dengan tingkat pengenalan persepsi

yang telah dikategorikan, yaitu : visual, kinestesis, taktil dan auditori.4 Jadi

seorang atlet panjat tebing harus meciptakan atau menirukan gerakan-

gerakan yang dilakukan berdasarkan pengamatan secara visual, kinestesis,

taktil dan auditori.

Pada kategori speed, seorang atlet atau pemanjat harus berkonsentrasi

pada isyarat-isyarat pangatur (visual dan auditori) untuk menciptakan

persepsi kinestesis. Adapun menurut L.M. Stallings menyatakan bahwa

persepsi kinestesis didefinisikan sebagai kecakapan untuk merasakan

gerakan tubuh secara tersendiri melalui alat-alat visual atau auditori.5

Pada suatu gerakan koordinasi yang dilihat pada saat melakukan posisi

start. Keputusan yang diambil adalah ketika seorang atlet panjat tebing

mendengarkan aba-aba ketika ingin melakukan start. Saat memasuki aba-

aba “YA” seorang atlet panjat tebing harus bereaksi secepat-cepat mungkin

bergerak meraih kearah poin selanjutnya, sekaligus menarik tubuh keatas

4 B. Edward Rahantoknam, Belajar Motorik Teori dan Aplikasinya Dalam Pendidikan

Jasmani dan Olahraga, (Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1989), h.200 5 Ibid, h.207

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

14

serta anggota tungkai memijak poin serta mendorong guna menghasilkan

daya angkat dan daya dorong tubuh ke atas dan menjadi strategi yang

penting untuk menentukan bagaimana seorang atlet panjat tebing tersebut

dapat melakukan posisi start sebaik dan secepat mungkin.

Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan

reaksi adalah suatu gerakan seorang pemanjat melakukan posisi pada start

setelah mendengarkan aba-aba “YA”, dan pemanjat merespon aba-aba

tersebut dengan melakukan pemanjatan ke atas dengan secepat-cepatnya

guna untuk meninggalkan lawan yang berada disampingnya. Pengembangan

kecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan)

terhadap posisi start khususnya, sehingga akan dapat meng-otomatisasikan

gerakan pada posisi start guna menjawab kecepatan reaksi tersebut.

Saat melakukan posisi start pada kategori speed record posisi kedua

tangan harus memegang poin dan satu pijakan kaki menginjak pada poin,

satu pijakan lagi menginjak pada dasar permukaan (tanah). Pada saat akan

memulai pemanjatan posisi tubuh pemanjat harus menyamping dan saat

mendengarkan instruksi pada saat aba-aba “SIAP” pemanjat harus menarik

tubuhnya kebelakang untuk mendapatkan daya ledak yang baik saat akan

melakukan start. Dikarenakan jika posisi tubuh seorang pemanjat tidak

menyamping pemanjat tersebut akan kesulitan untuk mendapatkan

kecepatan maksimal saat akan melakukan awalan saat melakukan

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

15

pemanjatan speed dan jika posisi tubuh pemanjat juga tidak ditarik

kebelakang saat aba-aba sebelum melakukan pemanjatan, maka akan

sangat berpengaruh terhadap daya ledak saat melakukan pemanjatan pada

posisi start dan akan ada keterlambatan gerak seorang pemanjat saat

mendengarkan rangsangan aba-aba dari juri yang berakibat lambatnya

kecepatan reaksi seorang pemanjat pada posisi start.

Pada susunan struktur manusia, lengan termasuk anggota gerak tubuh

bagian atas. Anggota gerak bagian atas terdiri dari : tulang lengan atas atau

humerus, tulang asta atau ulna, tulang pengumpil atau radius, tulang

pergelangan tangan atau carpila, tulang telapak tangan atau metacarpalia

dan tulang jari-jari tangan atau phalangea. Adapun menurut Dadang Masnun

menguraikan otot-otot lengan sebagai berikut :

Otot-otot pada bagian lengan :

m. Biceps brachii

m. Triceps brachii, long head

m. Triceps brachii, medial head

m. Brachialis

m. brachioradialis

m. Extensor carpi radialis longus

m. Pronator teres

m. Flexor carpi radialis

m. Extensor carpi radialis brevis

m. Palmaris longus

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

16

m. Flexor digitorum

m. Abductor pollicis longus

m. Flexor carpi ulnaris

m. Extensor pollicis brevis

m. Extensor pollicis longus6

1. Otot Lengan bagian Atas

Gambar 2.1. Otot Lengan bagian Atas

Sumber : Frederic Delavier, Strength Training Anatomy, (Paris, France,

2006), h.14

6 Frederic Delavier, Strength Training Anatomy, (Paris, France, 2006), h.14

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

17

2. Otot Lengan bagian Bawah

Gambar 2.2. Otot Lengan bagian Bawah

Sumber : Frederic Delavier, Strength Training Anatomy, (Paris, France,

2006), h.14

Adapun pengenaan pada bagian otot-otot tungkai kaki sebagai berikut :

Otot-otot pada bagian tungkai kaki:

m. Gluteus maximus

m. Gluteus medius

m. Gluteus minimus

m. Superior gemellus

m. Greater trochanter

m. Obturator internus

m. Tensor fascia lata

m. Inferior gemellus

m. Adductor magnus

m. Quadratus femoris

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

18

m. Fascia lata, iliotibial band

m. Biceps femoris, long head

m. Gracilis

m. Semimembranosus

m. Semitendinosus

m. Biceps femoris, short head

m. Sartorius

m. Popliteus

m. Plantaris

m. Peroneus longus

m. Gastrocnemius, lateral head

m. Flexor digitorum longus

m. Gastrocnemius, medial head

m. Tibialis posterior

m. Soleus

m. Flexor hallucis longus

m. Peroneus longus

m. Peroneus brevis7

7 Ibid, h.93

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

19

Gambar 2.3. Otot bagian Tungkai Kaki

Sumber : Frederic Delavier, Strength Training Anatomy, (Paris, France,

2006), h.93

2. Hakikat Kelentukan

Kelentukan merupakan salah satu komponen dalam kemampuan fisik

yang pada seluruh cabang olahraga merupakan unsur penting yang harus

dilatih dan dimiliki pada seluruh atlet pada cabang olahraga manapun. Dalam

olahraga, kelentukan adalah suatu hal yang sangat penting karena semakin

seseorang atlet memiliki tingkat kelentukan yang tinggi dan baik maka akan

cenderung meminimalisir cedera olahraga pada atlet. Lalu menurut Tudor O.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

20

Bompa kelentukan (fleksibilitiy) adalah bentuk, tipe, suatu penampilan gerak

dari pada sendi-sendinya struktur yang dibuat secara bersama-sama, dan

kelentukan juga ditentukan oleh ligament dan tendon.8

Menurut Nizar Zamani menyatakan bahwa kelentukan ialah suatu

kemungkinan gerak maksimal oleh suatu persendian sehingga dapat leluasa

melakukan gerakan-gerakan.9 Pendapat ini diperkuat oleh Soebroto yang

memaparkan kelentukan adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen

bergerak semaksimal mungkin menutup kemungkinan gerak (range of

movement).10

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kelentukan adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting pada

cabang olahraga apapun dan dalam melakukan suatu aktifitas gerak dengan

tahanan atau beban tertentu. Kelentukan juga ditentukan dari elastisnya

ligamen dan tendon. Jadi dapat disimpulkan juga kelentukan membantu

aktifitas gerak seorang atlet dalam memperluas bidang gerak dan

menentukan posisi tubuh saat akan melakukan gerakan selanjutnya dan

mengurangi resiko terkenanya cedera dan kesalahan gerakan pada saat

pemanjatan berlangsung, sehingga terjadinya kesempurnaan gerakan yang

8 Tudor O. Bompa, Periodization: Theory and Metodology of Training (York

University, 1999), h.376 9 Nizar Zamani, Ilmu Faal Olahraga (Jakarta, Koni Pusat), h.3 10 Soebroto, Masalah-Masalah Dalam Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga dan

Coaching, (KONI-depdikbud, 1977-1978), h.46

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

21

lebih efektif dan efisien pada atlet saat melakukan pemanjatan yang sedang

berlangsung. Seperti yang dijelaskan oleh Dale Goddard dan Udo Neumann

yaitu, kelentukan menentukan pemanjat pada posisi tubuhnya dan dapat

membatasi gerakan selanjutnya yang lebih efisien dalam melakukan

pemanjatan.11

Fleksibilitas atau rentang gerak sering disebutkan dalam teks

pembelajaran panjat tebing sebagai komponen penting model kebugaran fisik

untuk pendakian.12 Maka dapat disimpulkan bahwa latihan untuk

meningkatkan kualitas otot tubuh yang baik adalah dengan berbagai model

latihan kebugaran fisik tergantung dari tujuan spesifik cabang olahraga

tersebut dan tujuan yang akan dicapai pada olahraga panjat tebing.

Berikut menurut dr. Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk mengembangkan

kelenturan sebagai berikut :

1. Kelenturan : Kelentukan adalah sendi dan kelenturan adalah otot. Kelenturan sangat tergantung pada elastisitas otot, tendon dan ligament.

2. Kelenturan Statis : Tingkat kelenturan seseorang merupakan komponen-komponen yang dapat diukur dari kemampuannya dalam melakukan gerakan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian anatomy.

3. Kelenturan Dinamis :

11 Dale Goddard and Udo Neumann, Performance Rock Climbing, (Mechanicsburg;

Stack Pol, 1993) h.133 12 Philip B. Wats, Physiology of difficult rock climbing, (Northern Michigan University,

2003), h.5

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

22

Gerakan perenggangan yang dinamis dengan mengaktifkan dan menggerakan bagian badan secara berirama (dinamis), seperti memantul-mantulkan (balistik).

4. Kelenturan PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation) : Sering disebut juga kontraksi relaksasi yaitu dimana seorang atlet melakukan gerakan perenggangan dengan dibantu oleh orang lain saat kontraksi dan relaksasi.13

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelenturan dapat

dilatih dari berbagai macam proses latihan, diantaranya dengan pemanasan

secara statistik, dinamis maupun secara berpasangan sebagai media

fasilitator untuk melakukan peregangan dan pendinginan atau biasa disebut

Proprioceptive Neoromuscular Facilitation (PNF).

Berikut menurut Suharno Hp, kelentukan ialah kemampuan atlet

melakukan gerak dalam ruang gerak sendi. Kegunaan kelentukan ialah :

1. Mempermudah atlet berlatih teknik-teknik tinggi

2. Menghindari terjadinya cedera

3. Seni gerak tercemin indah dan enak dilihat

4. Seni gerak tercermin indah, meningkatkan kelincahan, kecepatan dan

koordinasi

5. Meningkatkan prestasi olahraga

6. Efektif dan efisien tenaga

7. Membentuk sikap tubuh yang baik.14

13 Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, Pelatihan Pelatih Fisik Level 1, (Jakarta, 2007),

h.24 14 Suharno Hp, Metodologi Penelitian, (Jakarta, 1991), h.46

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

23

Berdasarkan hal tersebut maka kelentukan memiliki peran yang sangat

penting dalam melakukan aktifitas gerak, selain untuk meningkatkan kualitas

gerak dan juga sebagai pencegah terjadinya cedera pada otot dan

persendian. Jika gerakan tersebut menuntut keluasan gerak sendi, maka

untuk menunjang tingkat kelentukan tersebut seorang atlet memerlukan

latihan yang khusus, adapun ciri-ciri latihan menurut Suharno adalah :

1. Kelincahan gerakan persendian baik secara aktif maupun

pasif/dinamis dan statis

2. Perangsang gerak diatas ambang rangsang, kelentukan sendi yang

dilatih

3. Bentuk latihan pelemasan, peregangan dan penguluran dari organ-

organ yang membentuk persendian

4. Memperluas ruang gerak sendi. 15

Sesuai dengan batasan kelentukan ciri-ciri latihan kelentukan

sebagaimana diterangkan diatas kelentukan dapat dikembangkan melalui

latihan-latihan memperluas sendi. Menurut Suharno metode latihan yang

dapat dipakai untuk mengembangkan kelentukan yaitu :

1. Peregangan dinamis

2. Peregangan statis

3. Peregangan pasif.16

15 Ibid, h.47 16 Ibid, h.47

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

24

Kelentukan berhubungan dengan ligamen (sambungan tulang) dan

persendian tulang. Sedangkan kelentukan berhubungan dengan

kepegasan/kekenyalan pada otot yaitu, kemampuan otot untuk memanjang

dan memendek. Hal tersebut menjelaskan bahwa kelentukan adalah bagian

dari kelenturan.17

Gambar 2.4. Ligament dan Persendian Tulang

Sumber : Frederic Delavier, Strength Training Anatomy, (Paris, France,

2006), h.104

Remmy mengartikan kelentukan adalah : “Kemampuan memanfaatkan

luas gerak pada persendian secara optimal”.18 Tuntutan masing-masing

cabang olahraga terhadap kelentukan sangat berbeda-beda. Perbedaan

17 Arief Prihastono, “Optimalisasi Kondisi Fisik Menuju Prestasi Puncak”, (Solo : C.V.

Anekan Solo, 1995), h.33 18 Remy Muchtar, Olahraga Pilihan Sepakbola, (Jakarta : Depdikbud, 1997), h.90

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

25

tersebut biasanya atas dasar perbedaan teknik-teknik pada masing-masing

cabang olahraga dan taktik berlomba yang digunakan.19

Pada cabang olahraga panjat tebing, khususnya pada nomor speed

record, seorang atlet panjat tebing harus memerhatikan gerakan saat akan

melakukan posisi start, karena pada posisi pemanjat saat lepas landas dari

start, tungkai pemanjat akan bereaksi keatas dan lututnya akan mencapai

kebagian pinggul atas pemanjat. Demikianlah betapa pentingnya kelentukan

pada seorang pemanjat untuk melakukan gerakan start dan gerakan-gerakan

selanjutnya. Kelentukan dibagi menjadi dua, yaitu kelentukan umum dan

kelentukan khusus.20 Kelentukan umum adalah kemampuan seseorang

dalam gerak dengan amplitude yang luas dimana sangat berguna dalam

gerakan olahraga pada umumnya. Kelentukan sendi-sendinya tidak

menganggu, menghambat gerakan olahraga apa saja dan pekerjaan

umumnya sesuai dengan situasi.21 Kelentukan khusus adalah kemampuan

seseorang dalam gerak dengan amplitudo yang luas dan berseni dalam satu

cabang olahraga.22

Jadi kelentukan adalah suatu aktifitas gerak yand dapat bergerak kemana

saja tanpa adanya hambatan ataupun halangan untuk melakukan gerakan

19 Suharno Hp, Metode Penelitian, (Jakarta : KONI Pusat, 1995), h.28-29 20 Suharno Hp, Ibid, h.38 21 Ibid, h.38 22 Ibid, h.38

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

26

ataupun teknik dalam cabang olahraga panjat tebing, khususnya gerakan

dalam nomor speed record.

Atlet yang memiliki kelentukan yang bagus akan lebih mudah dan cepat

dalam melakukan atau penyesuaian diri terhadap teknik-teknik yang akan

dilakukan. Begitu pula sama halnya dengan olahraga panjat tebing, apabila

seorang atlet panjat memiliki kelentukan yang bagus maka akan dapat

mendukung atlet tersebut dalam melakukan teknik-teknik yang sulit sekalipun

dalam melakukan pemanjatan. Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa kelentukan adalah suatu kemampuan seseorang dalam

penguluran tubuh dalam jangkauan yang luas untuk bergerak dan kelentukan

juga ditentukan oleh ligamen dan penampilan gerak dari pada sendi-sendinya

tersebut.

3. Hakikat Memanjat Kategori Speed Record

Kegiatan atau olahraga panjat tebing pada awalnya lahir dan

berkembang oleh para pendaki gunung dimana akhirnya mereka pun

menemukan jalur yang tidak biasanya dan tidak mungkin didaki dengan

berjalan kaki seperti biasanya. Dalam perlombaan panjat tebing ada 3

kategori yang diperlombakan, diantaranya adalah speed world record,

dimana seorang pemanjat terhubung dengan tali sistem toprope, lalu saat

aba-aba, pemanjat memanjat secepat mungkin menuju bagian top papan

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

27

panjat, seperti drag race. Jalurnya relatife mudah berkisar 5.6 sampai 5.7,

pemanjat yang pertama sampai pada bagian top papan adalah

pemenangnya.23

Menurut Mamay S. Salim mengatakan bahwa kegiatan panjat tebing

adalah suatu upaya pencapaian ketinggian tertentu dengan jalan memanjat

yang membutuhkan penggabungan atau koordinasi antara kekuatan dan

daya tahan otot, kelentukan dan keseimbangan tubuh, serta strategi

menyelesaikan kesulitan yang akan dihadapi.24

Speed World Record yaitu kategori speed climbing yang point/hold nya

mempunyai bentuk/karakter yang khusus untuk speed world record dengan

dua pemanjat beradu cepat untuk menepuk bel pada top yang telah juri

pasang untuk finish.25 Speed Climbing adalah salah satu bentuk panjat tebing

indoor dimana atlet bersaing untuk waktu tercepat ke puncak dinding panjat

tebing. Kompetisi berlangsung di dinding pemanjatan Internasional. Maka

anda akan bisa menyaksikan kompetisi pemanjatan dengan kecepatan dan

mengikuti, tapi di luar itu ada lebih banyak kecepatan untuk memanjat.26

23 Michelle Hurni, Coaching Climbing, (Afalcon Guide, 2003), h.158 24 Mamay S. Salim, Panjat Tebing Sebagai Salah Satu Olahraga Prestasi, Makalah

Seminar Sehari Tentang Panjat Tebing, (Jakarta, 1993), h. 1 25 http://www.superadventure.co.id/news/7353/kenali-sport-climbing-petualangan-

sang-juara-/. (diakses pada tanggal 02 Februari 2018 pukul 11.30 WIB) 26 http://headrushtech.com/blogs/what-is-speed-climbing/. (diakses pada tanggal 02

Februari 2018 pukul 13.40 WIB)

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

28

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa kategori speed

record adalah suatu pelaksanaan pemanjatan yang bertujuan secepat-

cepatnya mencapai puncak dinding panjat dengan mempunyai karakter poin

khusus untuk kategori speed record.

Seperti yang dikatakan Nanyang Technological University,

Bioengineering dan University of Vienna, Anthropology didalam bukunya

yang berjudul Engineering of Sport 6: Volume 1: Developments for Sports,

menyatakan bahwa pada pemanjatan speed record, semakin tinggi

kecepatan memanjat, dan semakin tinggi kecepatan reaksi tangan, maka

semakin tinggi pula tenaga yang diberikan ke poin, dan waktu kontak dengan

poin semakin pendek.27 Sedangkan menurut Stackpole Books dalam

bukunya yang berjudul Climbing Your Best, menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan memanjat speed record diantaranya

adalah kekuatan pada cengkraman, kekuatan bahu, kekuatan perut,

kelentukan, dan VO2 Max.28

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada kategori

speed record faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang

pemanjat dalam mendapatkan waktu terbaik dan pemanjatan yang bagus

27 Nanyang Technological University dan University of Vienna, Engineering of Sport

6: Volume 1: Developments for Sports, h. 51 28 Stackpole Books, Climbing Your Best, (Mechanicsburg, 2001), h. 9

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

29

adalah dengan memiliki kecepatan reaksi dan kelentukan yang baik untuk

mendukungnya kecepatan dalam pemanjatan speed record.

Sedangkan menurut Dale Goddard dan Udo Neumann memanjat tebing

adalah Olahraga yang kompleks dan penuh kekontrasan menggunakan

kekuatan dan ketenangan dengan teknik mencoba memastikan keselamatan

dalam sebuah lingkungan yang memiliki potensi bahaya dan

menyeimbangkan keadaan yang sulit antara kecemasan dan keinginan

mencapai tujuan.29

Sementara menurut Wijayanto Wongso Suhardjo seorang pemanjat

harus melatih semua komponen otot tubuh karena memanjat tebing

melibatkan hampir seluruh otot tubuh. Melalui otot jari, otot lengan, otot

punggung sampai dengan otot kaki.30

Dalam gerakan memanjat menyilangkan kaki akan dapat menghilangkan

keseimbangan, dan biasanya sulit untuk dilakukan. Penting sekali selalu

bergerak, dengan 3 bagian anggota badan pada tumpuan, sementara 1

anggota badan mencari tumpuan baru. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan

“tiga satu”.31 Memanjat adalah gerakan yang hampir menggunakan

29 Dale Goddard and Udo Neumann, Performance Rock Climbing, (Mechanicsburg;

Stack Pol, 1993), h.13 30 Wijayanto Wongso Suhardjo, Memanjat Tebing Menggapai Langit, (Jakarta,

1987), h.11 31 Badan Pendidikan dan Latihan Wanadri, Teknik Dasar Hidup di Alam Bebas,

(Lembaga Penerbitan dan Buletin Wanadri, Bandung, 2005), h.233

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

30

komponen otot seluruh tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki dan

diharuskan kepada semua pemanjat untuk melatih komponen-komponen fisik

agar dapat menyeimbangkan posisi tubuh saat berada dipapan panjat untuk

menyelesaikan sebuah jalur dengan tingkat kesulitan apapun.

Panjat tebing adalah olahraga yang lebih mengedepankan unsur

olahraga murni (sport), semakin berjalannya waktu olahraga panjat tebing

saat ini menjadi olahraga terukur dan diperlombakan di kejuaraan-kejuaraan

dari mulai tingkat terendah hingga tertinggi. Adapun pembagian klasifikasi

kategori pemanjatan menurut FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) yang

mengacu pada UIAA (Union Internationale des Association Alpines) badan

Internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan pendakian

gunung adalah sebagai :

1. Lead (Kesulitan)

Merupakan pemanjatan yang dilakukan dengan cara merintis

(leading), atlit diamankan (di-belay) dari bawah, setiap titik pengaman

(quickdraw) dikaitkan secara berurutan, sesuai dengan arah jalur

(sumbu jalur) pemanjatan, dan ketinggian yang dicapai atau dalam

kasus gerakan pemanjatan menyamping (traverse) atau tebing

menggantung (roof section) secara horisontal dari satu tempat

ketempat lain. Jarak yang paling lebar/jauh/dan tinggi yang dapat

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

31

ditempuh pada sumbu jalur, yang menentukan peringkat atlet pada

satu babak dalam perlombaan.32

Gambar 2.5. Lead (Kesulitan)

Sumber : Dok. Peneliti

2. Boulder (Kesulitan jalur pendek)

Merupakan pemanjatan yang terdiri dari sejumlah jalur masalah.

Dengan memperhatikan faktor keselamatan, setiap pemanjatan pada

jalur masalah ditambat (di-belay) dari atas hingga dari bawah atau

tanpa di-belay. Jumlah nilai secara keseluruhan yang diperoleh oleh

seorang atlet akan menentukan posisi atlet dalam satu babak dalam

perlombaan.33

32 FPTI, Peraturan Kompetisi Panjat Tebing, 2010, h.11 33 Ibid, h.11

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

32

Gambar 2.6. Boulder (Kesulitan Jalur Pendek)

Sumber : Dok. Peneliti

3. Speed (Kecepatan)

Merupakan pemanjatan yang dilakukan dimana seorang pemanjat

melakukan secara top-rope dan menggunakan waktu yang diperlukan

oleh atlet dalam menyelesaikan satu jalur yang akan menentukan

posisi atlet pada satu babak dalam perlombaan.34

34 Ibid, h.11

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

33

Gambar 2.7. Speed (Kecepatan)

Sumber : Dok. Peneliti

Grade (tingkat kesulitan) ditentukan oleh beberapa faktor yang terdapat di

media dinding panjat, yaitu : sudut kemiringan dinding panjat, bentuk poin,

jarak antar poin dan panjang lintasan jalur pemanjatan. Istilah grade

ditentukan berdasarkan klasifikasi kondisi medan pemanjatan ditebing alam,

seperti yang ditulis Ed Peters yang disadur kembali dalam diktat KMPA Eka

Citra, yaitu :

1. Tingkat Kesulitan (grade) 5.7-5.8 2. Tingkat Kesulitan (grade) 5.9 3. Tingkat Kesulitan (grade) 5.10 4. Tingkat Kesulitan (grade) 5.11 5. Tingkat Kesulitan (grade) 5.12 6. Tingkat Kesulitan (grade) 5.13-5.1435

35 KMPA Eka Citra, Diktat-Teknik Hidup Alam Bebas, (Jakarta : 2006), h.39

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

34

Jadi dapat disimpulkan dari para ahli diatas, bahwa tingkat kesulitan pada

jalur pemanjatan berawal dari angka 5 desimal, semakin tinggi angka

sesudah koma maka semakin sulit jalur tersebut untuk diselesaikan dan juga

semakin tinggi level jalur tersebut berpengaruh pada karakter poin pegangan,

poin kaki, kemiringan media papan panjat maupun jarak antara poin

pegangan dan kaki.

Maka atlet panjat tebing tersebut harus mempunyai komponen fisik yang

baik dan juga terlatih diantaranya : kekuatan lengan, daya tahan lengan,

kekuatan tangan hingga otot-otot jari, kekuatan otot punggung dan kekuatan

otot kaki. Selain komponen fisik, strategi, taktik dan teknik pun harus dapat

dikuasai oleh atlet panjat tebing dalam menyelesaikan sebuah jalur

pemanjatan. Karena seorang pemanjat membutuhkan keseimbangan dalam

mengatur tenaga hingga dapat menyelesaikan jalur sampai ke puncak tebing.

Teknik dalam melakukan pemanjatan adalah keterampilan seseorang

dalam menguasai pegangan tangan dan tumpuan pijakan pada kaki dalam

mengatasi tonjolan dan rekahan yang terdapat pada tebing yang digunakan

sebagai sarana memanjat. Adapun beberapa cara penggunaan tangan dan

kaki pada tebing, dan ini dapat dikelompokkan pada dua jenis kondisi tebing

itu sendiri, yaitu :

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

35

1. Face (permukaan tebing) adalah : Untuk kondisi Face (permukaan

tebing), jenis pijakan yang digunakan adalah :

a. Friction Step

Friction Step adalah teknik menginjak dengan tumpuan kaki

dengan menggunakan bagian sol kaki atau bagian depan kaki

pada poin dipapan tebing buatan.36 Friction step suatu teknik

pijakan pada poin yang bertumpu pada bagian sol kaki yang

memiliki karakter poin pijakan yang besar untuk tujuan

menambah ketinggian.

Gambar 2.8. Friction Step

Sumber : Dok. Peneliti

36 Ibid, h.46

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

36

b. Edging

Edging adalah teknik menginjak dengan tumpuan kaki dengan

menggunakan ujung kaki atau ujung sepatu pada poin dipapan

tebing buatan.37 Teknik ini bertujuan untuk menggapai poin

selanjutnya hingga pijakan pada tumpuan menggunakan ujung

kaki dan bertujuan untuk menambah ketinggian.

Gambar 2.9. Edging

Sumber : Dok. Peneliti

37 Ibid, h.46

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

37

c. Smearing

Smearing adalah teknik menginjak dengan tumpuan kaki dengan

menggunakan alas sepatu pada bagian depan sol sepatu pada

permukaan papan tebing buatan. 38 Pada pijakan ini seorang

pemanjat menggunakan bagian depan sol sepatunya namun

pada bagian permukaan papan tebing buatan tujuannya untuk

membantu dorongan untuk mengambil poin selanjutnya dengan

menggunakan gesekan pada permukaan papan panjat buatan.

Gambar 2.10. Smearing

Sumber : Dok. Peneliti

38 Ibid, h.46

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

38

d. Heel Hooking

Heel Hooking adalah teknik menginjak dengan bagian tumit

berguna untuk mengatasi pijakan-pijakan yang menggantung

atau pijakan yang berada diatas tubuh yang bertujuan untuk

menambah ketinggian.39 Pada teknik pijakan ini seorang

memanjat akan menggunakan tumitnya untuk menjadi tumpuan

yang bertujuan untuk menambah ketinggian pada pemanjatan.

Gambar 2.11. Heel Hooking

Sumber : Dok. Peneliti

39 Ibid, h.46

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

39

Untuk kondisi Face (permukaan tebing), jenis pegangan yang digunakan

adalah :

a. Open Grip

Open Grip adalah teknik pegangan yang biasanya mengandalkan

tonjolan pada tebing dan dipakai jika pegangan yang ada pada

tebing letaknya agak lebar. 40 Pada teknik pegangan ini posisi jari

memegang poin dengan tidak memiliki celah diantara sela-sela

jari yang bertujuan untuk menarik posisi tubuh keatas.

Gambar 2.12. Open Grip

Sumber : Dok. Peneliti

40 Ibid, h.47

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

40

b. Cling Grip

Cling Grip adalah teknik pegangan yang biasanya digunakan

apabila menemukan tonjolan bulat atau poin bulat dan cara

memegangnya dengan menggunakan seluruh jari untuk

mencengkram tonjolan atau poin tersebut.41 Pada teknik ini

seorang pemanjat menggunakan semua jari-jarinya untuk

menggenggam poin, namun diantara sela-sela jari dibuat jarak

yang bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan saat

mengambil gerakan selanjutnya.

Gambar 2.13. Cling Grip

Sumber : Dok. Peneliti

41 Ibid, h.47

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

41

c. Vertical Grip

Vertical Grip adalah teknik pegangan yang biasanya

menggunakan bagian telapak tangan untuk mendorong tubuh

keatas yang bertujuan untuk menambah ketinggian.42 Dapat

disimpulkan bahwa pada teknik pegangan ini seorang pemanjat

menggunakan telapak tangannya yang bertujuan untuk lebih

mudahnya mendorong tubuh ke atas untuk mengambil poin

selanjutnya.

Gambar 2.14. Vertical Grip

Sumber : Dok. Peneliti

42 Ibid, h.47

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

42

d. Pocket Grip

Pocket Grip adalah teknik pegangan yang biasanya digunakan

pada tebing bebatuan limestone (kapur) yang banyak lubang-

lubangnya. 43 Teknik ini lebih banyak menggunakan tenaga saat

melakukan pegangan dikarenakan seorang pemanjat hanya

dapat menggunakan 1 ruas pada jari-jari tangan.

Gambar 2.15. Pocket Grip

Sumber : Dok. Peneliti

d. Pinch Grip

Pinch Grip adalah teknik pegangan yang biasanya mengandalkan

tonjolan pada tebing dan bentuk pegangannya seperti

mencubit.44 Maka pada pegangan ini lebih mengutamakan

kekuatan cengkraman seorang pemanjat, karena saat melakukan

43 Ibid, h.47 44 Ibid, h.47

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

43

pegangan seorang pemanjat seperti mencubit saat memegang

poin tersebut.

Gambar 2.16. Pinch Grip

Sumber : Dok. Peneliti

2. Crack (celah/retakan tebing)

Untuk kondisi pada crack (celah/retakan tebing), jenis pijakan dan

pegangan yang digunakan adalah :

a. Finger Crack

Finger Crack adalah teknik pegangan pada celah atau retakan

dengan menggunakan jari tangan, biasanya pegangan ini

digunakan bila celah atau retakan yang ada sangat kecil atau

tipis.45 Pada teknik pegangan ini seluruh jari dimasukkan secara

bertumpuk pada retakan yang ada ditebing, gunanya untuk dapat

45 Ibid, h.47-49

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

44

lebih mudah bagi pemanjat untuk menarik posisi badannya saat

melakukan pemanjatan.

Gambar 2.17. Finger Crack

Sumber : Dok. Peneliti

b. Off Hand Crack

Off Hand Crack adalah teknik pegangan yang digunakan bila

celah atau retakan yang ada terlalu besar untuk jari dan terlalu

kecil untuk tangan, sehingga jalan keluarnya dengan

menggunakan tiga jari atau dua jari untuk menjejal pada celah

atau retakan pada tebing.46 Pada teknik ini seorang atlet panjat

diharuskan hanya menggunakan maksimal tiga jarinya saja

46 Ibid, h.47-49

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

45

dalam memegang sebuah retakan dan membentuk seperti

mencubit retakan pada tebing tersebut.

Gambar 2.18. Off Hand Crack

Sumber : Dok. Peneliti

c. Hand Crack

Hand Crack adalah teknik pegangan yang digunakan apabila

celah atau retakan sudah sebesar genggaman tangan dan cara

pegangannya masih memanfaatkan kekuatan jari tangan.47

Dapat disimpulkan pada teknik ini seorang pemanjat

menggunakan hingga telapak tangannya masuk kedalam celah

atau retakan pada tebing yang berguna untuk dapat memopang

tubuh dan dapat dengan mudah menaiki tebing yang dipanjat.

47 Ibid, h.47-49

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

46

Gambar 2.19. Hand Crack

Sumber : Dok. peneliti

d. Fist Jamming

Fist Jamming adalah teknik pegangan yang digunakan apabila

celah atau retakan sudah sebesar genggaman tangan dan cara

pegangannya adalah dengan memanfaatkan penjejelan

genggaman tangan.48 Teknik pegangan ini seorang pemanjat

akan menggunakan seluruh telapak tangannya hingga

membentuk satu kepalan tinju yang bertujuan untuk dapat

membantu tubuh untuk menambah ketinggian.

48 Ibid, h.47-49

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

47

Gambar 2.20. Fist Jamming

Sumber : Dok. Peneliti

e. Layback

Layback adalah teknik dengan gerakan mendorong kaki pada

tebing yang ada dihadapan kita dengan mengeser-geserkan

tangan pada retakan tersebut keatas secara bergantian pada

saat yang sama.49 Dapat disimpulkan bahwa pada teknik ini

pemanjat akan melakukan pemanjatan dengan seluruh anggota

tubuh miring, dikarenakan jalur yang ada hanya retakan atau

celah pada tebing.

49 Ibid, h.47-49

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

48

Gambar 2.21. Layback

Sumber : Dok. Peneliti

e. Chimney

Chimney adalah teknik gerakan menyandarkan bagian tubuh

pada tebing yang satu dan menekan atau mendorong kaki dan

tangan pada dinding yang lain.50 Gerakan selanjutnya adalah

dengan mengeser-geserkan tangan, kaki dan tubuh sehingga

gerakan keatas nya dapat dilakukan. Chimney dibagi menjadi

beberapa macam yaitu :

1. Wriggling

Wriggling adalah teknik yang dapat dilakukan pada celah

yang tidak terlalu luas sehingga hanya cukup untuk tubuh

50 Ibid, h.47-49

Page 38: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

49

saja.51 Teknik ini pemanjat akan menggunakan seluruh

tubuhnya untuk dapat keluar dari medan yang ada dan untuk

mencapai puncak tebing.

Gambar 2.22. Wriggling

Sumber : Dok. Peneliti

2. Backing Up

Backing Up adalah teknik yang dapat dilakukan pada celah

yang cukup luas, sehingga badan dapat menyusun dan

bergerak lebih bebas.52 Pada teknik ini seorang pemanjat

menggunakan anggota tubuhnya untuk bersandar yang

bertujuan untuk bergerak lebih bebas saat melakukan

pemanjatan.

51 Ibid, h.47-49 52 Ibid, h.47-49

Page 39: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

50

Gambar 2.23. Backing Up

Sumber : Dok. Peneliti

3. Bridging

Bridging adalah teknik yang dapat dilakukan pada celah yang

sangat lebar sehingga hanya dapat dicapai dengan

merentangkan kaki dan tangan selebar-lebarnya.53 Teknik ini

pemanjat dapat melebarkan tungkai kaki yang ada pada dua

tebing yang bertujuan agar dapat dengan mudah memanjat

hingga mencapai puncak.

53 Ibid, h.47-49

Page 40: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

51

Gambar 2.24. Bridging

Sumber : Dok. Peneliti

Sejumlah tebing digunakan dalam aktifitas panjat tebing bertujuan, agar

pemanjat tebing buatan memberikan inspirasi dan keasyikan tersendiri bagi

pemanjat untuk menaklukan setiap jalur dengan tingkat kesulitan (grade)

yang berbeda-beda pada setiap tebing atau papan buatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa memanjat

tebing dengan papan buatan tidak hanya mengandalkan kekuatan lengan

untuk menyelesaikan sebuah jalur, namun kekuatan kaki pun sangat

berpengaruh terhadap pemanjatan. Posisi kaki juga sangat membantu

menentukan posisi tubuh saat akan melanjutkan gerakan selanjutnya untuk

menyelesaikan sebuah jalur dengan tingkat kesulitan (grade) yang berbeda-

beda.

Page 41: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

52

Sebelum memulai suatu babak atau usaha pemanjatan, atlet yang

terdaftar harus diijinkan untuk melakukan demonstrasi dan observasi

pemanjatan, dimana atlet diperkenankan untuk melihat demonstrasi jalur

pemanjatan dan observasi jalur masalah. Pemanjatan demo harus dilakukan

sebanyak dua kali, pemanjatan yang pertama dengan kecepatan rendah dan

pemanjatan yang kedua dengan kecepatan penuh, hal ini akan diikuti dengan

periode observasi untuk tiap jalur yang didemonstrasikan.54

Sementara menurut Michelle Hurni berpendapat bahwa speed climbing

adalah mengenai tentang dua hal yaitu kedua mata tetap melihat keatas dan

pemanjat mencengkram pegangan secepat mungkin sementara pemanjat

tidak boleh melihat kebawah untuk melihat kaki dan kaki bergerak pada satu

waktu menolak dan mendorong.55 Saat melakukan pemanjatan dikategori

speed seorang pemanjat diwajibkan melakukan pengamatan jalur agar

mengetahui sumbu jalur yang telah dibuat. Dan saat melakukan pemanjatan

seorang atlet harus tetap konsentrasi dan fokus saat melakukan pemanjatan,

tidak boleh melihat kearah manapun karena hal tersebut akan merugikan

bagi pemanjat itu tersendiri, dengan resiko pemanjat akan tergelincir dan

dengan mudahnya lawan akan dapat meninggalkan pemanjat tersebut.

54 FPTI, Peraturan Kompetisi Panjat Tebing, 2010, h.61 55 Michelle Hurni, (Afalcon Guide, 2003), Op. Cit, h.148

Page 42: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

53

Sumber energi yang dipakai pada saat pemanjatan kecepatan (speed)

menggunakan sistem energi Anaerobic (tanpa oksigen) waktunya antara 10-

20 detik saja, sesuai dengan yang sudah dijelaskan oleh Tudor O. Bompa,

sistem energi anaerobic yaitu :

Adenosine Triphospate (ATP) yang disimpan didalam sel otot sangat sedikit sekali, maka kehilangan energi terjadi sangat cepat sekali apabila seseorang memulai latihan fisik yang cukup berat. Tanggapan terhadap kejadaian ini, maka creatine phospat (CP) atau phosphocreatine yang tersimpan dalam sel otot, selanjutnya dipecah menjadi creatine dan phospate. Proses ini akan menghasilkan energi yang dipakai untuk merisidesis ADP+P (Adenosine diphosphate+phosphate) menjadi ATP dan selanjutnya akan dirubah sekali lagi menjadi ADP+P yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang dibutuhkan untuk kontraksi otot. Perubahan CP ke C+P tidak menghasilkan tenaga yang dipakai langsung untuk kontraksi otot, melainkan dipakai untuk meresintesis ADP+P ke ATP.56 Untuk dapat mensiasati dan mengatasi jalur pada kategori speed dengan

berbagai tingkat kesulitan yang ditentukan, pemanjat harus melatih

kemampuannya, baik dari kemampuan teknik, fisik maupun mental. Semua

kemampuan tersebut dapat dilatih dengan syarat disiplin dalam berlatih dan

mengerjakan program latihan yang telah diberi dengan baik dan benar. Dari

keterangan diatas, maka kecepatan (speed) memanjat adalah salah satu

usaha seorang pemanjat untuk melakukan pemanjatan dengan secepat-

cepatnya dengan menggunakan kekuatan lengan dan kekuatan kaki dibantu

oleh seorang belayer. Untuk memperhitungkan ketinggian dinding panjat

56 Tudor O. Bompa, (York University, 1999), Op. Cit, h.19

Page 43: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

54

serta agar dapat memperoleh kecepatan yang baik diperlukan dalam seorang

pemanjat faktor-faktor dalam hal kekuatan, kecepatan reaksi dan kelentukan.

1. Posisi pada saat melakukan start

Pemanjat berada dalam posisi start, lalu bersiap untuk melakukan

pemanjatan dengan aba-aba “bersedia, siap, ya” Dalam pemanjatan

speed record, seorang pemanjat akan melakukan pemanjatan ketika

mendengarkan aba-aba dari juri pemanjatan.

Gambar 2.25. Posisi saat start

Sumber : Dok. Peneliti

Page 44: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

55

2. Posisi saat berada dalam pemanjatan

Setelah pemanjat mendengar aba-aba “ya”, maka pemanjat langsung

melakukan pemanjatan secepat-cepatnya menuju finish atau puncak

dalam pemanjatan. Setelah mendengarkan aba-aba untuk memulai

pemanjatan dari juri, maka pemanjat dengan secepat-cepatnya

memanjat keatas setelah mendengarkan aba-aba.

Gambar 2.26. Posisi saat pemanjatan

Sumber : Dok. Peneliti

3. Posisi pada saat finish

Pada saat finish atau puncak dalam bahasa panjat tebing, seorang

pemanjat harus menghentikan alat pengukur waktu (bel) dengan cara

memukul tombol pada bagian tengah dengan menggunakan

tangannya. Maka dapat disimpulkan bahwa saat melakukan

Page 45: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

56

pemanjatan dalam kategori speed record ini, pemanjat diwajibkan

memanjat secepat-cepatnya lalu memberhentikan alat ukur waktu

yang berada di finish yang bertujuan untuk memenangkan

perlombaan dan mendapatkan waktu terbaik dari pihak lawan.

Gambar 2.27. Posisi saat finish

Sumber : Dok. Peneliti

Untuk prosedur pemanjatan pada kategori speed yang dikeluarkan oleh

FPTI ialah :

1. Saat dipanggil setiap pemanjat harus mengambil sebuah posisi start. 2. Pada saat diberi instruksi atau tanda untuk dimulai, masing-masing

pemanjat harus memulai pemanjatan pada jalur mereka. 3. Ketika Category Judge sedang memberikan instruksi memulai, tidak

ada lagi kebisingan. 4. Jika terjadi sebuah start yang tidak benar, seorang pemanjat yang

melakukan dua kali start yang tidak benar dalam perlombaan yang sama akan di diskualifiksi.

Page 46: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

57

5. Jika seorang pemanjat mengalami sebuah insiden teknis, maka pemanjat lawannya harus melanjutkan pemanjatannya dan pemanjat yang mengalami insiden diperbolehkan untuk mengulang sendiri.

6. Pada ujung (top) jalur masing-masing pemanjat harus menghentikan alat pengukur waktu dengan cara memukul tombol dengan tangannya.57

Dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan sebuah pemanjatan speed

record seorang atlet panjat harus mengikuti prosedur-prosedur yang sudah

dibuat dan melakukan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan seorang pemanjat

tidak akan dianggap berhasil menyelesaikan pemanjatan pada sebuah jalur

apabila dia :

1. Jatuh 2. Melebihi waktu yang diijinkan untuk jalur tersebut 3. Menyentuh suatu bagian dari permukaan dinding yang melewati

batas-batas yang ditandai dari pada jalur tersebut 4. Menggunakan ujung samping atau ujung atas dari pada dinding

panjat 5. Sekali telah memulai, menyentuh dasar/tanah dengan anggota badan

manapun 6. Menggunakan suatu bantuan artificial/buatan.58 Pada olahraga panjat tebing untuk meningkatkan kecepatan pada

kategori speed, seorang pemanjat harus dapat menguasai dan selalu

mengasah teknik dalam pemanjatan dengan berbagai macam jalur serta

koordinasi yang baik dan sempurna, sehingga seorang atlet tersebut

mendapatkan pencapaian prestasi yang baik melalui proses yang maksimal.

57 FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Manual Kompetisi Panjat Tebing,

(Jakarta, FPTI, 1999), h.9 58 Ibid, h. 24

Page 47: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

58

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa memanjat

adalah segala sesuatu aktifitas yang ditunjang dari berbagai komponen fisik,

teknik, strategi dan taktik yang sudah terlatih agar saat melakukan

pemanjatan seorang atlet dapat memindahkan tubuhnya dari satu tempat

ketempat lainnya yang lebih tinggi dengan bantuan seluruh anggota badan

sekaligus sebagain penyeimbang.

Dalam kategori speed untuk menentukan pemenang dalam satu

perlombaan ditentukan oleh waktu tercepat dan akumulasi waktu yang

diperoleh oleh seorang pemanjat. Dan pada waktu melakukan pemanjatan

ditentukan oleh faktor mekanis yang tujuan utamanya adalah membawa

anggota badan dari satu titik ke titik lainnya dalam waktu secepat-cepatnya.

4. Hakikat Sejarah Klub Olahraga Panjat Tebing UNJ

Sejarah panjat tebing Universitas Negeri Jakarta pada sekitar tahun

1988, wall pertama di Jakarta ialah wall yang berada di Menpora, sedangkan

wall kedua berada di Universitas Negeri Jakarta, oleh karena itu Universitas

Negeri Jakarta dipercayai oleh Menpora untuk mempromosikan olahraga

panjat tebing buatan ini dengan salah satu dosen pembimbing senior, yaitu

Bapak Isnue Nugroho. Namun exitensi klub panjat tebing belum terlihat saat

itu. Dimulai pada tahun 1993, lahirnya beberapa atlet olahraga panjat tebing

Universitas Negeri Jakarta dan atlet olahraga panjat tebing DKI Jakarta yang

Page 48: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

59

bernama Evaliana H.D.S dan pada tahun berikutnya olahraga panjat tebing

Universitas Negeri Jakarta menunjukkan exsistensinya dengan beberapa

atlet Universitas Negeri Jakarta, seperti Bondan Kartiko dan lain-lainnya.

Olahraga panjat tebing Universitas Negeri Jakarta mempunyai atlet-atlet yang

berkontribusi untuk DKI Jakarta serta daerah-daerah yang memerlukan atlet

dan ada juga yang sampai menjadi atlet Nasional. Dan dibawah ini adapun

perwakilan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang menjadi atlet DKI

Jakarta sampai Nasional, yaitu : Hendra Basir, S.Pd, Abdul Azizil Hakim,

S.Pd, Tita Supita, S.Or, Ardi Winoto, S.Pd, Puji Lestari, S.Or, Izzudin Abdul

Rochman dan Syarifah Abdul Rochman. Dari nama-nama diatas merekalah

atlet-atlet yang mewakili DKI Jakarta sampai Nasional yang berasal dari

mahasiswa/i Universitas Negeri Jakarta. Sampai saat ini olahraga panjat

tebing masih menunjukan exsistensinya dikancah Nasional hingga

Internasional.

Page 49: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

60

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Kecepatan Reaksi Dengan Kemampuan Memanjat

Kategori Speed Record

Dapat dikatakan Kecepatan Reaksi adalah kualitas yang sangat spesifik

yang terlihat melalui berbagai jalan yang bisa dikelompokkan antara lain :

pada tingkat rangsangan, pada tingkat pengambilan keputusan dan pada

tingkat kecepatan reaksi saat akan melakukan posisi start.

Kecepatan Reaksi dalam aktifitas panjat tebing kategori speed record

adalah kemampuan memanjat bereaksi secepat mungkin pada posisi start

terhadap stimulus yang diterima oleh telinga untuk bisa mengerti tentang apa

yang didengar dan langsung mengaplikasikannya dengan memanjat secpat-

cepatnya menuju keatas setelah mendengar aba-aba ”Ya”.

Kecepatan Reaksi pun salah satu bagian terpenting bagi pemanjat yang

coba diambil oleh peneliti, walaupun kontribusinya tidak sebesar variabel-

variabel lain karena yang diteliti hanya terbatas pada variabel Kecepatan

Reaksi terhadap Kemampuan Memanjat Kategori Speed Record. Akan tetapi

seperti yang sudah dikatakan sebelum-sebelumnya bahwa untuk mencapai

prestasi yang maksimal hal-hal sekecil apapun harus diperhatikan dengan

sedetail-detailnya.

Page 50: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

61

Jadi dapat disimpulkan bahwa Hubungan Kecepatan Reaksi terhadap

Kemampuan Memanjat Kategori Speed Record merupakan salah satu

komponen yang sangat mendukung untuk keberhasilan prestasi seorang atle

panjat tebing. Karena aktifitas panjat tebing perlu ditunjang oleh daya

sensorik dan motorik dalam mengaplikasikan gerakan pada jalur kecepatan

saat memanjat tebing buatan, khususnya pada saat akan melakukan start

sebelum ingin melakukan pemanjatan guna mendukung tercapainya

kecepatan yang absolut.

Seperti yang dikatakan Nanyang Technological University,

Bioengineering dan University of Vienna, Anthropology didalam bukunya

yang berjudul Engineering of Sport 6: Volume 1: Developments for Sports,

menyatakan bahwa pada pemanjatan speed record, semakin tinggi

kecepatan memanjat, dan semakin tinggi kecepatan reaksi tangan, maka

semakin tinggi pula tenaga yang diberikan ke poin, dan waktu kontak dengan

poin semakin pendek.59

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecepatan reaksi tangan yang

dimiliki oleh seorang pemanjat, maka akan semakin baik pula hasil yang

diberikan dalam waktu pemanjatan speed record hingga mencapai finish.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecepatan reaksi diduga

berhubungan dengan kemampuan memanjat kategori speed record.

59 Nanyang Technological University dan University of Vienna, Op. Cit, h. 51

Page 51: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

62

2. Hubungan Kelentukan Dengan Kemampuan Memanjat Kategori

Speed Record

Kelentukan dapat diartikan sebagai salah satu kemampuan yang dimiliki

seseorang dalam penguluran tubuh yang luas dalam menggerakan ligamen

atau sendi seluas-luasnya dan kelentukan togok juga merupakan suatu

kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal mungkin

menurut kemungkinan geraknya. Kelentukan togok adalah aplikasi gerak

dalam olahraga panjat tebing sebagai salah satu kemapuan memanjat

menjadi kriteria yang sangat penting untuk dapat mengantisipasi berbagai

macam karakter jalur pemanjatan kategori speed record. Maka dibutuhkan

proses latihan yang terprogram dan rutin, agar dapat berkontribusi dalam

memperkarya gerakan yang lebih efisien dan efektif ketika menciptakan

rangkaian gerakan pada lintasan jalur pemanjatan pada kategori speed

record.

Kelentukan togok juga merupakan unsur kondisi fisik yang tidak dapat

dipisahkan dari keberhasilan dalam mengembangkan keterampilan memanjat

tebing, khususnya dalam kecepatan memanjat. Karena pada saat melakukan

pemanjatan dibutuhkan keluasan dan elastisitas gerak ligamen dan sendi-

sendi. Sebagaimana telah diketahui antara komponen-komponen kondisi fisik

adalah saling mempengaruhi artinya satu sama lain saling berkaitan. Jika

seseorang pemanjat memiliki kelentukan togok yang baik maka dalam

Page 52: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

63

pemanjatan kemungkinan hasilnya akan baik pula, karena kelentukan sangat

berguna dalam membantu mengembangkan sumber tenaga, memperluas

ruang gerak atau bidang jangkauan pada kecepatan pemanjatan yang

dihasilkan dari kelentukan togok tersebut.

Didalam olahraga panjat tebing setiap atlet dituntut untuk memiliki

kelentukan yang baik, karena semakin baik kelentukan togok yang dimiliki

oleh seorang atlet panjat tebing, maka semakin membantu dalam melakukan

pemanjatan sehingga atlet lebih dapat menjaga keseimbangan dan

memungkinkan segmen bergerak semaksimal mungkin pada waktu

memanjat atau mengimbangi berat badan dengan bergerak efektif dan

efisien. Maka jelas mampunya seorang atlet memanjat dengan cepat, sangat

dipengaruhi dengan kelentukan yang dimiliki oleh atlet tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelentukan terhadap kemampuan

memanjat kategori speed record adalah salah satu komponen yang sangat

berpengaruh dari keberhasilan seorang pemanjat menorehkan waktu terbaik

dan memanjat secepat-cepatnya meninggalkan lawan-lawannya dan

bertujuan memenangkan sebuah perlombaan pada kejuaraan olahraga

panjat tebing.

Sedangkan menurut Stackpole Books dalam bukunya yang berjudul

Climbing Your Best, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 53: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

64

kemampuan memanjat speed record diantaranya adalah kekuatan pada

cengkraman, kekuatan bahu, kekuatan perut, kelentukan, dan VO2 Max.60

Dapat disimpulkan bahwa dalam pemanjatan speed record, kelentukan

sangat diperlukan untuk memenuhi gerakan-gerakan yang baik dan efisien

dalam pengambilan poin selanjutnya yang bertujuan untuk mendapatkan

waktu terbaik dalam pemanjatan. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa kelentukan diduga berhubungan dengan kemampuan memanjat

kategori speed record.

3. Hubungan Kecepatan Reaksi dan Kelentukan Dengan Kemampuan

Memanjat Kategori Speed Record

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan reaksi

berpengaruh signifikan dengan kecepatan start pada kemampuan memanjat

speed record pada papan tebing buatan, begitu juga dengan kelentukan.

Antara komponen yang satu dengan yang lainnya diyakini oleh peneliti baik

secara satu persatu maupun terpisah memiliki hubungan yang sangat

signifikan terhadap kemampuan memanjat speed record pada papan tebing

buatan. Peneliti yakin bahwa bila kedua komponen diatas berlangsung

secara efektif dan harmonis, maka akan memperkecil kesalahan yang dapat

menghambat gerakan dan percepatan dalam melakukan pemanjatan.

60 Stackpole Books, Op. Cit, h. 9

Page 54: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

65

Kolaborasi antara kecepatan reaksi dengan kelentukan memegang

peranan yang sangat penting dalam upaya seorang pemanjat melakukan

start yang baik dan pada akhirnya berpengaruh terhadap kemampuan

memanjat speed record tersebut untuk menyelesaikan jalur dengan secepat-

cepatnya.

Dalam hal ini seorang pemanjat mendemonstrasikan kecepatan mereaksi

dan menggabungkannya dalam kelentukan togok yang baik untuk

mendapatkan gerakan yang sempurna saat menerima aba-aba pada posisi

ingin melakukan start pada saat perlombaan berlangsung. Dengan demikian

pemanjat dapat memperlebar jarak pemanjatan dengan pemanjat yang

berada disebelahnya, dan menghasilkan waktu pemanjatan terbaik atau

membuat rekor waktu terbaik.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir yang telah

dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dengan

kemampuan memanjat kategori speed record pada Klub Panjat Tebing

Universitas Negeri Jakarta.

Page 55: BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …repository.unj.ac.id/1917/6/7. BAB II.pdfkecepatan reaksi dapat dicapai dengan cara latihan drill (pengulangan) terhadap posisi start

66

2. Terdapat hubungan yang berarti antara kelentukan dengan

kemampuan memanjat kategori speed record pada Klub Panjat Tebing

Universitas Negeri Jakarta.

3. Terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi dan

kelentukan dengan kemampuan memanjat kategori speed record pada

Klub Panjat Tebing Universitas Negeri Jakarta.