BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf ·...

25
5 BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori Landasan teori mengenai Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI a. Pengertian Model Sunarwan (dalam Sobry Sutikno, 2004: 15) mengartikan model sebagai gambaran tentang keadaan nyata. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1034), model merupakan sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model disebut juga barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) tepat benar seperti yang ditiru. Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. b. Pengertian Pembelajaran Menurut Aunurrahman (2010: 34), Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan memengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. 5

Transcript of BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

5

BAB II

KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Landasan teori mengenai Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis

Auditori Visual Intelektual) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam

Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI

a. Pengertian Model

Sunarwan (dalam Sobry Sutikno, 2004: 15) mengartikan model

sebagai gambaran tentang keadaan nyata. Menurut Kamus Bahasa

Indonesia (2008: 1034), model merupakan sesuatu yang akan dibuat atau

dihasilkan. Model disebut juga barang tiruan yang kecil dengan bentuk

(rupa) tepat benar seperti yang ditiru. Secara khusus, istilah model

diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan suatu kegiatan.

b. Pengertian Pembelajaran

Menurut Aunurrahman (2010: 34), Pembelajaran adalah suatu

sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mendukung dan memengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat

internal.

5

Page 2: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

6

Hamalik (1998: 57) mengemukakan bahwa “Pembelajaran

merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

memengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Pembelajaran tidak dapat diartikan secara sederhana sebagai alih

informasi pengetahuan dan keterampilan ke dalam benak siswa.

Pembelajaran yang efektif seyogyanya membantu siswa menempatkan diri

dalam situasi dimana mereka mampu melakukan konstruksi-konstruksi

pemikirannya dalam situasi wajar, alami, dan mampu mengekspresikan

dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu

melaksanakannya.

Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran selain

harus mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif, juga

harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa itu sendiri.

c. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru (Kamulyan dkk., 2012: 10).

Sunarwan (dalam Sobry Sutikno, 2004: 15), menyatakan bahwa

model pembelajaran atau model mengajar adalah suatu rencana atau pola

yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk

pada bagaimana cara mengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

Page 3: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

7

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Jadi pada intinya, model pembelajaran adalah prosedur sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran.

d. Pengertian SAVI

SAVI merupakan singkatan dari Somatis, Auditori, Visual dan

Intelektual. Pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave

Meier. Meier (2002: 91) dalam The Accelerated Learning Handbook

mengemukakan bahwa manusia memiliki empat unsur belajar yakni: tubuh

atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual

(V), dan pemikiran atau intelektual (I). Bertolak dari pandangan ini, ia

mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI yaitu somatis

yang bermakna belajar dengan berbuat; auditori yang bermakna belajar

dengan berbicara dan mendengarkan; visual yang bermakna belajar dengan

mengamati dan menggambarkan; serta intelektual yang bermakna belajar

dengan berpikir dan merenung. Dengan demikian, belajar bisa terjadi

secara optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam proses pembelajaran,

yaitu menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan

penggunaan semua indera.

Page 4: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

8

e. Pengertian Model Pembelajaran SAVI

Menurut Warta (2010: 40), “Pendekatan SAVI merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa”. Pembelajaran

SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) merupakan suatu proses

pendidikan yang menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan

belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua

indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya

belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-

cara yang berbeda.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan atau

model pembelajaran SAVI adalah suatu model pembelajaran yang

menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan

semua indera siswa dalam proses pembelajaran. Inti dari pembelajaran

SAVI adalah menggabungkan keempat modalitas belajar (tubuh,

pendengaran, penglihatan, dan pemikiran) dalam satu peristiwa

pembelajaran.

f. Prinsip Dasar Model Pembelajaran SAVI

Menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl dalam bukunya

Accelerated Learning fot The 21th Century (2002: 91), Prinsip dasar

Model Pembelajaran SAVI sejalan dengan Accelerated Learning (AL),

yaitu:

1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh,

Page 5: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

9

2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi,

3) kerjasama membantu proses pembelajaran,

4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan

atau serentak,

5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan

umpan balik,

6) emosi positif sangat membantu pembelajaran, dan

7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

g. Karakteristik Model Pembelajaran SAVI

Meier (2002: 92-100) membagi karakteristik SAVI menjadi empat

bagian sesuai dengan singkatan dari SAVI yaitu Somatis, Auditori, Visual

dan Intelektual.

1) Somatis

“Somatis” berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh.

Jadi, belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis,

praktis –melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan

tubuh sewaktu belajar. Sehingga, pembelajaran somatis adalah

pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera

peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh

sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

2) Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran auditori

kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus

Page 6: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

10

menangkap dan menyimpan informasi aitori ubahkan tanpa kita

sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara,

beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat

diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa

membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan

pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat

memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi,

membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan

pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi

diri mereka sendiri.

3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak

kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi

visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang

menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa

yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau

program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik

jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, gambar, diagram,

peta gagasan, video dan sebagainya ketika belajar.

4) Intelektual

Belajar dengan berpikir memecahkan masalah dan merenung.

Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran

mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk

Page 7: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

11

merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna,

rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat

dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung,

mencipta, dan memecahkan masalah.

h. Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran SAVI

Model Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dalam 4 tahap

(Meier, 2002: 103-108), yakni:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan

perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan

menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

Secara spesifik, tahap ini meliputi hal-hal berikut:

a) memberikan sugesti positif,

b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa,

c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna,

d) membangkitkan rasa ingin tahu,

e) menciptakan lingkungan fisik yang positif,

f) menciptakan lingkungan emosional yang positif,

g) menciptakan lingkungan sosial yang positif,

h) menenangkan rasa takut,

i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar,

j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah,

k) merangsang rasa ingin tahu siswa,

Page 8: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

12

l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan

materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan,

relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya

belajar.

Hal-hal yang dapat dilakukan guru, antara lain:

a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan,

b) pengamatan fenomena dunia nyata,

c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh,

d) presentasi interaktif,

e) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni,

f) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar,

g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim,

h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok),

i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual,

j) pelatihan memecahkan masalah.

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa

mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru

dengan berbagai cara.

Secara spesifik, yang dapat dilakukan guru yaitu:

a) aktivitas pemrosesan siswa,

Page 9: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

13

b) usaha aktif atau umpan balik,

c) simulasi dunia-nyata,

d) permainan dalam belajar,

e) pelatihan aksi pembelajaran,

f) aktivitas pemecahan masalah,

g) refleksi dan artikulasi individu,

h) dialog berpasangan atau berkelompok,

i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif,

j) aktivitas praktis membangun keterampilan,

k) mengajar balik.

4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan

dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada

pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil

akan terus meningkat. Hal–hal yang dapat dilakukan adalah:

a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera,

b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi,

c) aktivitas penguatan penerapan,

d) materi penguatan persepsi,

e) pelatihan terus menerus,

f) umpan balik dan evaluasi kinerja,

g) aktivitas dukungan kawan,

h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

Page 10: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

14

i. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran SAVI

Dalam skripsi karya Purwanti (2010: 16), terdapat kelebihan dan

kelemahan Model Pembelajaran SAVI, antara lain:

1) Keunggulan

a) membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui

penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual;

b) memunculkan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif;

c) mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan

kemampuan psikomotor siswa;

d) memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui

pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual.

2) Kelemahan

a) model pembelajaran ini sangat menuntut adanya guru yang

sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam

SAVI secara utuh;

b) penerapan model pembelajaran ini membutuhkan kelengkapan

sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan

disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya

pendidikan yang besar, terutama untuk pengadaan media

pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi

secara optimal pada sekolah-sekolah maju.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

15

2. Landasan Teori mengenai Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan mengandung arti bahwa “Pada waktu guru mengajar, ia

harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani maupun rohani.”

(Sriyono, 1992: 75).

Menurut Nana Sudjana (Fendi, 2011: 13) “keaktifan adalah

kegiatan belajar atau kegiatan kesibukan”. Berasal dari kata aktif artinya

bekerja, berusaha. Aktifitas adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan, kerja

atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian

tertentu. Keaktifan siswa adalah sejauh mana siswa berperan dalam

berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Menurut Hamalik (1998: 57) Pembelajaran adalah ”suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah interaksi antara pendidik dan

peserta didik dalam lingkungan belajar dimana siswa turut aktif

berpartisipasi baik jasmani maupun rohani untuk mengikuti proses

pembelajaran.

b. Faktor–Faktor yang Memengaruhi Keaktifan Belajar

Muhibbin Syah (2012: 146) menyatakan bahwa faktor yang

memengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi

Page 12: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

16

tiga macam, yaitu faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor

eksternal (faktor dari luar peserta didik), dan faktor pendekatan belajar

(approach to learning). Secara sederhana, faktor-faktor yang

memengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari

dalam diri peserta didik itu sendiri, yang meliputi:

a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan

otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas

peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

b) aspek psikologis, yaitu semua keadaan dan fungsi psikologis

seseorang yang dapat memengaruhi proses belajarnya. Adapun

faktor psikologis tersebut antara lain sebagai berikut:

(1) inteligensi, tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) peserta

didik tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan

dan keberhasilan belajar peserta didik. Ini bermakna bahwa

semakin tinggi tingkat inteligensinya maka semakin besar

peluangnya untuk meraih sukses, begitu juga sebaliknya;

(2) sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara

Page 13: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

17

yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan

sebagainya, baik secara positif maupun negatif;

(3) bakat, adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak

lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat

tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing;

(4) minat, adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; dan

(5) motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar

adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

belajar.

2) Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar peserta

didik yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.

Adapun yang termasuk dari faktor ekstrenal yaitu:

(a) lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi,

dan teman-teman sekelas; serta

(b) lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan

letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan peserta didik.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

18

3) Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang

digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi

proses pembelajaran materi tertentu.

Hal yang sama dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2008: 78) bahwa

faktor yang memengaruhi keaktifan belajar peserta didik diklasifikasikan

menjadi dua macam, yakni: (1) faktor intern (faktor dari dalam diri

manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis dan psikologi; serta (2)

faktor ektern (faktor dari luar manusia) yang meliputi faktor sosial dan non

sosial.

Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang memengaruhi keaktifan belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran adalah faktor internal (faktor dari dalam peserta didik) dan

faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik).

c. Cara Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

Ada beberapa cara untuk meningkatkan keaktifan belajar dalam

proses pembelajaran, di antaranya adalah:

1) Guru mengelola kelas dengan baik.

2) Menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

3) Penampilan guru hangat dan menimbulkan partisipasi positif.

4) Siswa mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran.

5) Guru menguasai materi pembelajaran dan menyampaikannya dengan

cara yang mudah dipahami siswa.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

19

6) Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran.

7) Menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

d. Indikator Keaktifan Belajar

Indikator dibuat untuk melihat perubahan tingkah laku yang

muncul berdasarkan proses pembelajaran yang telah dirancang oleh guru.

Ada lima indikator keaktifan belajar siswa yang dapat diamati dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru,

2) Kerjasama dalam kelompok,

3) Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok,

4) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, dan

5) Saling membantu menyelesaikan masalah.

Indikator keaktifan belajar siswa tersebut bisa diukur menggunakan

bentuk penilaian non tes yakni metode observasi ketika pelaksanaan

tindakan berlangsung.

3. Landasan Teori mengenai Pembelajaran IPA

a. Pengertian Pembelajaran

Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit,

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang

dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar sehingga

mencapai tujuan pembelajaran.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

20

Istilah “pembelajaran” (instruction) berbeda dengan istilah

“pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan

hanya ada di dalam konteks guru dengan siswa di kelas atau sekolah,

sedangkan kata “pembelajaran” tidak hanya ada di dalam konteks guru

dengan siswa di kelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-

kegiatan belajar siswa di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh

guru secara fisik.

Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan

yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif

antara pendidik (guru) dan siswa, sumber belajar dan lingkungan untuk

menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar

mengajar siswa agar dapat mencapai kompetensi belajar yang telah

ditentukan (Zaenal, 2009: 10).

b. Pengertian IPA

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang semesta alam beserta

gejala-gejalanya. IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam merupakan konsep

pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait

dengan kehidupan manusia (Leo Sutrisno dkk., 2007: 1-19).

IPA berasal dari kata-kata bahasa inggris yaitu “Natural Science”

yang secara singkat sering disebut “science” atau sains. Natural artinya

alamiah dan berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam.

Sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA atau science itu

Page 17: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

21

secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Menurut Suyoso (1998: 23), IPA berasal dari kata sains yang

berarti alam. IPA merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang

bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui

metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku

secara universal”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa IPA

merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap

gejala-gejala alam dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang

berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi

yang bersifat umum sehingga dapat terus dikembangkan di masyarakat.

c. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran IPA

Pemberian mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa dapat

memahami konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu

menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan

Pencipta alam semesta.

Sedangkan Fungsi dari mata pelajaran IPA antara lain:

1) Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke

jenjang pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

22

2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh,

mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep IPA.

3) Menambah sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan

metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya,

sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan

Penciptanya.

5) Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.

6) Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam

bidang IPTEK.

7) Memupuk serta mengembangkan minat siswa terhadap IPA.

d. Ruang Lingkup Kajian IPA di SD

Menurut kurikulum KTSP SD/MI 2006, ruang lingkup kajian IPA

di SD meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan; yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi; cair, padat

dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi; gaya, bunyi, poros magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi; tanah, bumi, tata surya dan benda-

benda langit lainnya.

Page 19: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

23

e. Pengertian Pembelajaran IPA

“Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh

pengetahuan, ketrampilan dan sikap” (Dimyati dkk., 2006: 157). Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan.

Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan

proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA merupakan suatu kegiatan baik di dalam ataupun di luar

kelas yang dilakukan oleh pendidik (guru) maupun peserta didik (siswa)

dalam rangka mempelajari ilmu alam yang dilakukan secara sistematis

mulai dari perencanaan, kegiatan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi

dan menekankan pada tujuan untuk mengembangkan keterampilan proses

maupun sikap siswa sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

24

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni, akan

tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau terdapat penelitian yang

sejenis. Banyak penelitian yang menggunakan model ataupun pendekatan

pembelajaran SAVI dan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran di dalam kelas. Berikut adalah beberapa contoh penelitian

terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini:

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010: 83) berjudul

“Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Melalui Pendekatan Belajar

“SAVI” pada Siswa Kelas V SDN 01 Jatisuko Jatipuro Tahun Pelajaran 2010/

2011” menyimpulkan bahwa:

1. Penerapan pembelajaran SAVI meningkatkan keaktifan belajar matematika

siswa kelas V SDN 01 Jatisuko Jatipuro Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

2. Kualitas pembelajaran di kelas dapat meningkat setelah guru menerapkan

pembelajaran SAVI.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Honest Ummi Kaltsum

(dalam Septiana, 2013: 23) yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Pembelajaran

Bahasa Inggris melalui Strategi Savi (Somatic, Auditory, Visualization,

Intellectualy) dengan Media Gambar terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri 1

Sonorejo Blora Tahun 2013” menyimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran SAVI dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa kelas

IV SD Negeri 1 Sonorejo Blora dalam mata pelajaran Bahasa Inggris.

Page 21: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

25

2. Secara keseluruhan hasil belajar mencapai target yang telah ditetapkan setelah

model pembelajaran SAVI diterapkan.

Hasil penelitian dalam 2 siklus yang dilakukan oleh Windha Prasetya

Ratnaningsih (dalam Septiana, 2013: 23) yang berjudul “Peningkatan Kreativitas

Belajar Siswa melalui Penerapan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran IPA

Kelas V SD Negeri 4 Golantepus Mejobo Kudus Tahun ajaran 2012/ 2013”,

menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran SAVI dapat meningkatkan

kreativitas siswa kelas V SD Negeri 4 Golantepus Mejobo Kudus sehingga

tercapailah hasil belajar yang lebih optimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Maya Ayu Septiana (2013: 88)

dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Anak melalui

Pendekatan SAVI (Somatic, Auditori, Visual, Intelektual) dan Media Audio

Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadirejo 01 Kartasura Kabupaten

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/ 2014” menyimpulkan bahwa:

1. Setelah diterapkannya pendekatan SAVI, terjadi adanya peningkatan rata-rata

nilai dari siklus satu ke siklus dua dengan rincian berikut; keterampilan siswa

dalam memperhatikan cerita (83,71% menjadi 100%), mengenali topik cerita

(55,81% menjadi 80,23%), menjawab pertanyaan (66,27% menjadi 80,22%),

dan menceritakan kembali isi cerita (52,32% menjadi 80,32%).

2. Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil tes belajar siswa

dalam materi keterampilan menyimak cerita anak.

Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Page 22: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

26

Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian

No.

Peneliti

Variabel

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

1. Purwanti √ - - - √ - - √ - -

2. Honest Ummi

Kaltsum

- √ - - - √ - √ √ -

3. Windha Prasetya Ratnaningsih

- - √ √ - - - √ - -

4. Dewi Maya A S - - - - - - √ √ - √

5. Peneliti √ - - √ - - - √ - -

Keterangan:

X1 = Keaktifan Belajar

X2 = Aktivitas Pembelajaran

X3 = Kreativitas Belajar

X4 = Pembelajaran IPA atau Sains

X5 = Pembelajaran Matematika

X6 = Pembelajaran Bahasa Inggris

X7= Keterampilan Menyimak Cerita Anak

X8= Model Pembelajaran atau Pendekatan atau Strategi SAVI

X9 = Media Gambar

X10= Media Audio Visual

Page 23: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

27

C. Kerangka Berpikir

Anggapan dasar atau kerangka berpikir adalah sesuatu yang diyakini

kebenarannya oleh penelitian yang harus dirumuskan secara jelas. Terdapat

beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam proses belajar yang

saling berhubungan erat, yaitu tujuan, isi atau materi, model dan metode atau

strategi pembelajaran serta penilaian akhir. Aktivitas belajar akan terjadi pada

diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus atau rangsangan

dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan

setelah adanya situasi stimulus atau rangsangan tersebut. (Arikunto, 2006: 68)

Sugiono (2003: 47) mengungkapkan bahwa “Kerangka pemikiran

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.

Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya,

maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran

sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran SAVI akan membuat siswa lebih

bersemangat dalam pembelajaran IPA sehingga keaktifan belajar pun akan

meningkat.

2. Adanya keterkaitan antara penerapan model pembelajaran SAVI dengan

peningkatan keaktifan belajar dalam pembelajaran IPA.

Bila hal tersebut digambarkan, maka akan tampak sebagaimana gambar

bagan atau skema pada halaman selanjutnya.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

28

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Tindakan PTK

Kondisi Akhir

Siswa kurang

bersemangat untuk

mengikuti proses

pembelajaran IPA

Keaktifan belajar siswa masih

rendah saat mengikuti proses

pembelajaran IPA. Selain itu,

masih ada siswa yang

nilainya di bawah KKM.

Dalam proses

pembelajaran, guru

telah menerapkan

Model Pembelajaran

SAVI (Somatis

Auditori Visual

Intelektual)

SIKLUS I

Dengan menerapkan model

pembelajaran SAVI, semua

potensi alat indera yang

dimiliki oleh siswa dapat

dilibatkan dalam proses

pembelajaran agar mereka

lebih aktif, sehingga

pembelajaran IPA di kelas

pun menjadi lebih

komunikatif dan

menyenangkan.

SIKLUS II

Dengan menerapkan model

pembelajaran SAVI secara

optimal, keaktifan belajar

siswa dalam pembelajaran

IPA pun meningkat.

Penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis Auditori

Visual Intelektual) dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswa dalam pembelajaran IPA Kelas III SD Negeri 1

Lebengjumuk tahun 2015/ 2016

Page 25: BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teorieprints.ums.ac.id/41675/8/BAB II.pdf · 2016. 2. 16. · mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

29

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan dugaan kebenaran sementara yang

ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji

kebenarannya. Hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian

hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah serupa, diskusi dengan

teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru

(Wardani, 2006:48).

Berdasarkan hasil kajian teori mengenai penerapan model pembelajaran

SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual), keaktifan belajar siswa dan

pembelajaran IPA sebelumnya, maka peneliti membuat hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut:

“Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual

Intelektual) dapat Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran

IPA Kelas III SD Negeri 1 Lebengjumuk Tahun 2015/ 2016”.