BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan ...repository.unpas.ac.id/10717/5/BAB 2.pdf ·...

15
10 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah berpikir kritis. Menurut Ennis (Maftukhin, 2013:22) berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.Dari definisi tersebut dapat diungkapkan beberapa hal penting yaitu berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan berpikir kritis adalah untuk mempetimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan untuk membuat keputusan. Adapun 12 indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (Maftukhin, 2012:24): 1) Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification) Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang. 2) Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision) Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 3) Menyimpulkan (Inference) Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan ...repository.unpas.ac.id/10717/5/BAB 2.pdf ·...

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

berpikir kritis. Menurut Ennis (Maftukhin, 2013:22) “berpikir kritis adalah

pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa

yang mesti dipercaya atau dilakukan.” Dari definisi tersebut dapat diungkapkan

beberapa hal penting yaitu berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu

yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan berpikir kritis

adalah untuk mempetimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya

memungkinkan untuk membuat keputusan.

Adapun 12 indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi

5 kelompok kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (Maftukhin, 2012:24):

1) Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)

Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1)

mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis

argumen, dan (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi

dan atau pertanyaan yang menantang.

2) Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The

Decision)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1)

mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2)

mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

3) Menyimpulkan (Inference)

Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat

deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat

induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat

dan mempertimbangkan nilai keputusan.

11

4) Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1)

mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan

(2) mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan.

5) Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration)

Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) mempertimbangkan

dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan

usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat

mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau

keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan (2) menggabungkan

kemampuan kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam

membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan berpikir kritis bukan berarti

mengumpulkan informasi saja terkadang seseorang yang mempunyai daya ingat

yang baik dan mengetahui banyak akan informasi belum tentu baik dalam berpikir

kritis. Hal ini dikarenakan seseorang yang berpikir kritis seharusnya mempunyai

kemampuan dalam membuat atau menarik kesimpulan dari segala informasi yang

ia ketahui, ia pun dapat mengetahui bagaimana menggunakan informasi yang ia

punya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, dan mencari sumber informasi

yang relevan untuk membantunya menyelesaikan sebuah permasalahan.

1. Model Pembelajaran Everyone is Teacher Here

Model pembelajaran Everyone Is Teacher Here merupakan sebuah strategi

yang mudah memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab

individu. Istilah Everyone Is Teacher Here berasal dari bahasa inggris yang berarti

setiap orang adalah guru. Jadi “Everyone Is Teacher Here adalah suatu strategi

yang memberi kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai

“pengajar” terhadap perserta didik lainnya” (Kurnia, 2015:21). Model

pembelajaran ini langsung dan membantu mendorong siswa mengembangkan

12

kemampuan berpikir. Dalam pembelajaran aktif siswa tidak hanya mendengar

penjelasan guru tetapi siswa melihat, mendengar, bertanya dengan guru atau

teman, berdiskusi dengan teman, melakukan dan mengajarkan pada siswa lainnya

sehingga mereka menguasai materi pembelajaran.

Langkah-langkah Everyone Is Teacher Here secara umum menurut Kurnia

(2015:22) adalah sebagai berikut:

1. Guru membagikan kartu indeks kepada setiap siswa. Guru

meminta siswa menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki

tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau

topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas.

2. Guru mengumpulkan kartu, mengocok dan membagikan satu pada

setiap siswa. Guru meminta siswa membaca diam-diam pertanyaan

atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.

3. Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan kertas

kartu yang mereka dapat dan memberi respon.

4. Setelah diberi respon, guru meminta pada yang lain di dalam kelas

untuk menambah apa yang telah disumbang oleh sukarelawan

tersebut.

5. Guru melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan.

Pada saat model pembelajaran Everyone Is Teacher Here berlangsung

diharapakan setiap siswa berani mengemukakan pendapat (menyatakan dengan

benar) melalui jawaban atas pertanyaan yang telah dibuatnya berdasarkan sumber

bacaan yang diberikan, siswa mampu mengemukakan pendapat melalui tulisan

dan menyatakannya di depan kelas, siswa lainnya berani mengemukakan pendapat

dan menyatakan kesalahan jawaban dari kelompok lain yang disanggah, dan siswa

terlatih dalam menyimpulkan masalah dan hasil kajian pada masalah yang dikaji.

Terdapat kelebihan dalam model pembelajaran Everyone Is Teacher Here

menurut Silberman (Pratama, 2013:863) mengungkapkan bahwa kelebihan

Everyone Is Teacher Here antara lain:

13

1. Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain.

2. Siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga

dapat memahami materi.

3. Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar

pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan suatu

kebenaran.

4. Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa

melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan

pengalaman antar mereka.

Dalam model pembelajaran Everyone is Teacher Here setiap siswa dilatih

untuk terbiasa berpikir, menyampaikan pendapat dan berperan aktif dalam suatu

pembelajaran sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam pembelajaran

matematika. Hal tersebut membantu peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa dalam pembelajaran matematika.

Adapun kekurangan dalam model pembelajaran Everyone Is Teacher Here

menurut Silberman (Pratama,2013:863) mengungkapkan bahwa kekurangan

Everyone Is Teacher Here antara lain:

1. Proses tanya jawab yang berlangsung terus menerus akan

menyimpang dari pokok bahasan yang dipelajari.

2. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang

tampil.

3. Guru tidak mengetahui secara pasti apakah siswa yang tidak

mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah memahami dan

menguasai materi yang telah diberikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karena keterbatasan

waktu memungkinkan tidak semua siswa mendapatkan bagian untuk

menyampaikan pendapatnya di depan kelas sehingga tidak semua siswa berperan

aktif dalam pembelajaran dan guru tidak dapat mengetahui secara pasti apakah

seluruh siswa di dalam kelas telah memahami dan menguasai materi yang telah

diberikan oleh guru.

14

2. Model Pembelajaran Biasa

Model pembelajaran biasa adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh

guru sehari-hari. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang biasa dilakukan

oleh guru adalah Pembelajaran Berbasis Masalah atau dapat disebut model

pembelajaraan Problem Based Learning (PBL), karena tempat penelitian yang

diteliti oleh peneliti telah menggunakan kurikulum 2013.

Pembelajaran Berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran

yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk

belajar. Utami (Hidayah, 2015:3) “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan

dan konsep yang esensial.” Model pembelajaran ini dirancang agar siswa

mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka mahir dalam memecahkan

masalah dan bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real

world).

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) bertujuan merangsang

siswa untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-

hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya dalam

pembelajaran matematika. Menurut Arends Fauziyah (2014:15) secara garis besar

langkah- langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

ditinjau dari indikator kegiatan siswa dan aktivitas guru, dapat dilihat pada Tabel

2.1.

15

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Fase

ke- Indikator Peran Guru

1 Memberikan

orientasi terhadap

permasalahan kepada

siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan peralatan yang dibutuhkan

dan memotivasi siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut

3 Membimbing

penyelidikan secara

individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah

4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil

karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan atau model

dan membantu siswa untuk berbagi tugas

dengan temannya yang kemudian

dipresentasikan.

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

penyelesaian masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan.

3. Teori Sikap

Istilah sikap berasal dari bahasa latin yaitu aptus yang berarti kecenderungan

untuk bertindak yang berkenaan dengan suatu objek tertentu. Bruno

(Fauziyah, 2014:16) menjelaskan bahwa “sikap (attitude) adalah kecenderungan

yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap

orang atau barang tertentu.” Thurstone (Suherman, 2003:10) mendefinisikan

16

“sikap sebagai derajat perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek yang

bersifat psikologis.” Sikap positif siswa akan menjadi awal untuk menuju

lingkungan belajar yang efektif. Dengan lingkungan belajar yang efektif menuntut

guru bertindak kreatif. Dengan kreativitas dan keaktifan siswa dalam belajar, akan

meningkatkan keberhasilan prestasi belajar matematika.

Pada umumnya sikap ada yang bersikap positif dan ada juga yang bersifat

negatif. Siswa yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu

objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna dan berharga baginya

atau tidak. Bila objek dinilai “baik untuk saya”, siswa mempunyai sikap positif;

bila objek dinilai ”jelek untuk saya”, dia mempunyai sikap negatif.

Dalam penelitian, sikap salah satu tujuan yang harus diungkapkan. Sikap

diperkirakan berkorelasi positif dengan variabel-variabel lain, misalnya dengan

kemampuan belajar siswa. “Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu

terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan: ada tidaknya siswa, arahnya dan

interaksinya”, Ruseffendi (2010:128). Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan

dalam mengungkapkan sikap seseorang terhadap sesuatu ialah mengenai

keterbukaan, ketetapan, dan relevansi. Seseorang mungkin mau mengemukakan

sikapnya secara terus terang sedang yang lain tidak.

Triandis dalam Fauziyah (2014:17) menyatakan bahwa “sikap mengandung

tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen

tingkah laku.” Dalam pembentukan daerah komponen kognitif diperlukan alat

untuk mengevaluasi sikap yang dapat dilakukan dengan cara wawancara,

observasi dan angket skala sikap dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

17

Suherman (2003:187) menyatakan bahwa hal-hal yang diperoleh guru dengan

melaksanakan evaluasi sikap terhadap matematika, yaitu:

1. Memperoleh balikan (feed back) sebagai dasar untuk memperbaiki

proses belajar mengajar dan program pengerjaan remedial.

2. Memperbaiki perilaku diri sendiri (guru) maupun siswa.

3. Memperbaiki atau menambah fasilitas belajar yang masih kurang.

4. Mengetahui latar belakang kehidupan siswa yang berkenaan

dengan aktivitas belajarnya.

Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan untuk mengambil

tindakan. Sikap akan terbentuk pada diri sesuai dengan kondisi lingkungannya.

Jadi, sikap seseorang terhadap suatu objek atau keadaan sangat dipengaruhi oleh

keadaan diri dia pada saat itu. Adapun cara untuk mengetahui sikap siswa

terhadap pembelajaran dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala

sikap.

B. Analisis dan Pengembangan Materi Pelajaran yang diteliti

1. Keluasan dan Kedalaman Materi

Salah satu cabang dari matematika adalah geometri. Geometri erat kaitannya

dengan bangun ruang dan benda-benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Materi Geometri merupakan salah satu materi yang terdapat pada kelas X

Semester Genap untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bab 9 pada

kurikulum 2013. Pembahasan dalam bab geometri meliputi konsep kedudukan

titik, garis, dan bidang dalam bangun ruang dimensi tiga; jarak dari titik ke titik,

jarak dari titik ke garis dan jarak dari titik ke bidang dalam bangun ruang dimensi

tiga; serta besar sudut antara garis dan bidang antara dua bidang dalam bangun

ruang dimensi tiga.

18

Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan materi geometri dalam

instrumen tes. Materi tersebut diaplikasikan ke dalam kemampuan berpikir kritis

matematis yaitu dihubungkan dengan materi dalam matematika dan kehidupan

sehari-hari dengan menggunakan model pembelajaran Everyone is Teacher Here

dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran Everyone is Teacher Here

merupakan sebuah strategi yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif.

Kemampuan berpikir kritis matematis diperlukan saat siswa menjawab soal-

soal latihan maupun soal-soal evaluasi. Soal-soal latihan dan evaluasi memuat

indikator kemampuan berpikir kritis matematis, salah satu kemampuan yang

digunakan adalah kemampuan menyimpulkan dengan cara membuat keputusan

dan mempertimbangkan hasil keputusan. Kemampuan menyimpulkan dengan cara

membuat keputusan dan mempertimbangkan hasil keputusan dituangkan dalam

materi kedudukan jarak titik terhadap bidang, contoh kegiatanya adalah sebagai

berikut:

Sebuah kamera CCTV dipasang disalah satu pojok atas sisi dinding belakang

ruangan kelas. Lantai ruang kelas berukuran 4 x 4 meter, dan tingginya 4 meter.

Berapakah jarak dari kamera CCTV terhadap bidang yang dipasang papan tulis

dan buatlah sketsa gambar situasi tersebut.

Kegiatan ini mengarahkan siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir

kritisnya matematis agar dapat menyimpulkan dan mempertimbangkan hasil

keputusan yang menurut siswa benar.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Gita Afiati Kurnia (2015) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

19

Everyone Is Teacher Here untuk Meningkatkan Sikap dan Pemahaman Matematis

Siswa SMK dalam Pembelajaran Matematika”. Menyimpulkan bahwa

Peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang memperoleh

metode pembelajaran Everyone Is Teacher Here lebih baik dari pada siswa yang

memperoleh metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sementara

itu, hasil pengolahan angket menunjukkan bahwa pada umumnya siswa

memberikan sikap siswa positif terhadap pembelajaran matematika melalui model

Everyone is Teacher Here. Persamaan antara penelitian Gita dengan penelitian ini

adalah model pembelajaran Everyone is Teacher Here sebagai variabel bebasnya.

Sedangkan perbedaannya adalah kemampuan diteliti, Gita meneliti kemampuan

pemahaman matematis siswa, dan peneliti akan meneliti kemampuan berpikir

kritis matematis siswa.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Intan Nur Arofah (2013) “Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) dengan Teknik Probing untuk Meningkatkan Kemampuan

Berprikir Kritis Matematis Siswa”. Menyimpulkan bahwa kemampuan berprikir kritis

matematis siswa yang mendapatkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) dengan teknik Probing lebih baik daripada siswa yang mendapatkan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Persamaan antara penelitian Intan

dengan penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebagai variabel

terikatnya. Sedangkan perbedaannya adalah model pembelajaran yang diteliti, Intan

meneliti Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan

Teknik Probing, dan peneliti akan meneliti model pembelajaran Everyone is Teacher

Here.

20

2. Karakteristik Materi

Penjabaran materi tentunya merupakan perluasan dari KD dan IPK yang sudah

ditetapkan, berikut adalah KD yang telah ditetapkan oleh Permendikbud No.59

Th. 2014 untuk SMK Kelas X tentang materi geometri adalah pada Tabel 2.2:

Tabel 2.2

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.13 Memahami konsep jarak dan sudut

antar titik, garis dan bidang

melalui demonstrasi

menggunakan alat peraga atau

media lainnya

3.13.1 Memahami konsep titik, garis

dan bidang pada bangun

ruang.(c2)

3.13.2 Memahami konsep jarak antara

titik, garis dan bidang pada

bangun ruang.(c2)

3.13.3 Memahami konsep sudut pada

bidang.(c2)

Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan ketiga IPK. Dimana pada

IPK 3.13.1 materi bangun ruang dimensi tiga digunakan untuk menentukan

konsep kedudukan suatu benda. Pada IPK 3.13.2 dan 3.13.3 materi bangun ruang

dimensi tiga dikaitkan dengan konsep-konsep lain dalam matematika.

3. Bahan dan Media

Penelitian ini menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok

dan media visual berupa power point. Pembelajaran berlangsung secara

21

berkelompok, dengan masing-masing kelompok memegang LKS. Selama

pembelajaran berlangsung guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi.

4. Strategi Pembelajaran

Ruseffendi (2006:246) mengatakan bahwa “Strategi belajar mengajar itu ialah

pengelompokan siswa yang menerima pembelajaran. Pada umumnya siswa yang

menerima pembelajaran itu ada dalam kelompok (kelas) besar, kelompok (kelas)

kecil bahkan dapat secara perorangan.” Selanjutnya Ruseffendi (2006:247) juga

mengemukakan bahwa “Setelah guru memilih strategi belajar-mengajar yang

menurut pendapatnya baik, maka tugas berikutnya dalam mengajar dari guru itu

ialah memilih metode/teknik mengajar, alat peraga/pengajaran dan melakukan

evaluasi.”

Terkait penelitian ini, peneliti menggunakan strategi pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Everyone is Teacher Here, yaitu dengan

model pembelajaran kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang setiap

kelompoknya dengan metode diskusi dan tanya jawab.

4. Sistem Evaluasi

Penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Tes ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Instrumen ini berupa tes uraian yang mengukur kemampuan berpikir kritis

matematis siswa terhadap materi geometri berdasarkan indikator kemampuan

berpikir kritis matematis yang telah ditentukan. Evaluasi dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pretes untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan berpikir kritis matematis awal siswa tentang materi geometri dan

22

postes untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis yang didapatkan siswa setelah diberikan perlakuan berupa

pembelajaran dengan model pembelajaran Everyone is Teacher Here. Lembar

instrumen penilaian sikap berupa angket digunakan untuk memperoleh data

mengenai sikap siswa setelah kegiatan belajar mengajar di kelas dengan

menggunakan model pembelajaran Everyone is Teacher Here.

C. Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan kerangka logis yang mendudukan masalah

penelitian di dalam kerangka teoretis yang relevan, juga ditunjang oleh penelitian

terdahulu.

Everyone is Teacher Here merupakan suatu pembelajaran yang dirancang

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMK terhadap

suatu materi yang diberikan melalui kegiatan membaca bahan ajar yang telah

disediakan, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan, menjelaskan kembali

dan menyimpulkan. Dengan kegiatan tersebut siswa akan menjadi aktif dan lebih

memahami materi yang dipelajarinya. Oleh karena itu, model pembelajaran

Everyone is Teacher Here diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis matematis siswa

Berdasarkan keterkaitan antara model pembelajaran Everyone is Teacher

Here, kemampuan berpikir kritis matematis dan sikap siswa. Peneliti

menggambarkan paradigma kerangka pemikiran yang disajikan dalam bentuk

diagram pada bagan 1:

23

Bagan 1

Kerangka Pemikiran

2. Asumsi

Ruseffendi (2010:25) mengatakan bahwa asumsi merupakan anggapan dasar

mengenai peristiwa yang semestinya terjadi dan atau hakekat sesuatu yang sesuai

dengan hipotesis yang dirumuskan. Dengan demikian, anggapan dasar dalam

penelitian ini adalah:

a. Perhatian dan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran matematika

akan meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Penyampaian materi dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai

dengan keinginan siswa akan membangkitkan motivasi belajar dan siswa akan

aktif dalam mengikuti pelajaran sebaik-baiknya yang disampaikan oleh guru.

Model Pembelajaran

Everyone is Teacher Here

Menurut Kurnia (2015:21)

Sikap Siswa

Menurut Bruno (Fauziyah,

2014:16)

Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis

Menurut Ennis (Maftukhin,

2013:22)

24

3. Hipotesis

Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang

dikemukakan maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut:

a. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMSK yang memperoleh model

pembelajaran Everyone Is Teacher Here lebih baik daripada siswa SMK yang

memperoleh pembelajaran biasa.

b. Siswa SMK bersikap positif terhadap pembelajaran matematika yang

menggunakan model pembelajaran Everyone Is Teacher Here.

c. Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan sikap siswa SMK.