BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA....

13
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk memilah, mengenal ataupun menguraikan suatu masalah menjadi bagian-bagian sehingga menjadi jelas dan dapat dipahamai hubungannya. Sedangkan Winarti (2015) menyatakan menganalitik merupakan proses yang melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Sejalan dengan hal tersebut Ihsan (2010) berpendapat menganalitik berarti membagi-bagi objek yang “complex” menjadi unsur-unsur yang “simplex”. Pembagian tersebut dapat dilakukan dengan cara “experimental (sesuai realitas)” dan “rasional (secara teoritis)”.Menganalitik berarti seseorang harus berjalan dari akibat ke sebab-sebabnya, dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Kemampuan analitik sendiri termasuk dalam Taksonomi Bloom yang selama ini dipegang sebagai pedoman dalam menyusun tingkat kerumitan pembelajaran di berbagai tingkat dan untuk berbagai pelajaran. Tindakan menganalitik dimengertikan sebagai tindakan memecah-mecah suatu gugus data menjadi beberapa bagian, kemudian mengaitkan bagian- bagian itu dalam suatu hubungan yang bermakna dan bermanfaat untuk 8 Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA....

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Berpikir Analitik

Menurut Amalia (2016), analitik adalah kemampuan yang dimiliki

oleh siswa untuk memilah, mengenal ataupun menguraikan suatu masalah

menjadi bagian-bagian sehingga menjadi jelas dan dapat dipahamai

hubungannya. Sedangkan Winarti (2015) menyatakan menganalitik

merupakan proses yang melibatkan proses memecah-mecah materi

menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan

antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.

Sejalan dengan hal tersebut Ihsan (2010) berpendapat menganalitik berarti

membagi-bagi objek yang “complex” menjadi unsur-unsur yang “simplex”.

Pembagian tersebut dapat dilakukan dengan cara “experimental (sesuai

realitas)” dan “rasional (secara teoritis)”.Menganalitik berarti seseorang

harus berjalan dari akibat ke sebab-sebabnya, dari hal-hal yang khusus ke

hal-hal yang umum.

Kemampuan analitik sendiri termasuk dalam Taksonomi Bloom

yang selama ini dipegang sebagai pedoman dalam menyusun tingkat

kerumitan pembelajaran di berbagai tingkat dan untuk berbagai pelajaran.

Tindakan menganalitik dimengertikan sebagai tindakan memecah-mecah

suatu gugus data menjadi beberapa bagian, kemudian mengaitkan bagian-

bagian itu dalam suatu hubungan yang bermakna dan bermanfaat untuk

8

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

9

memecahkan masalah. Kemampuan analitik membuat seorang siswa

mampu memecah-mecah suatu soal cerita menjadi faktor-faktor yang

harus dirangkaikan (ditambahkan, dikurangi atau dibagi) untuk sampai

pada jawaban final. Dalam menganalitik, perlu dilatih kemampuan

memecah informasi menjadi beberapa bagian yang kemudian dirangkai

dalam satu ikatan bermakna dan fungsional serta diperlukan juga

kemampuan membandingkan dan mengorganisir (Djiwandono, 2010).

DePorter (2000) mengungkapkan bahwa berpikir analitik merupakan

suatu proses memecahkan masalah atau gagasan menjadi bagian-bagian,

menguji setiap bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling

cocok satu sama lain, dan mengeksplorasi bagaimana bagian-bagian ini

dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru. Menurut Montaku

(2012) berpikir analitik adalah suatu pemikiran pemisahan menjadi bagian-

bagian terpisah berdasarkan alasan, prinsip-prinsip, usaha atau kondisi

kontekstual, termasuk kemampuan untuk mengatur kelompok berkaitan

dengan bagian yang berbeda, untuk menempatkan bagian ke dalam urutan

yang penting.

Menurut Rose dkk (2002) berpikir analitik adalah menundukan satu

situasi, masalah subjek atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan

langkah demi langkah yang logis. Menguji pernyataan atau bukti atau

proposal di depan standar-standar objektif. Menukik ke bawah permukaan

hingga kepada akar permasalahan. Menimbang dan memutuskan atas dasar

logika dan menjejaki bias yang mungkin muncul. Penggunaan pemikiran

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

10

analitik adalah dalam mengambil keputusan, memecahkan masalah,

menganalisis serta menilai situasi.

Dalam kemampuan analitik ini juga termasuk kemampuan

menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, menentukan hubungan,

membuktikan dan mengomentari bukti, dan merumuskan serta

menunjukkan benarnya generalisasi, tetapi baru dalam tahap analisik

belum dapat menyusun. Hal ini juga diperkuat oleh Bloom (1956), yang

menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitik menekankan pada

pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus atau kecil

dan mendeteksi hubungan-hubungan dan bagian-bagian tersebut dan

bagian-bagian itu diorganisir. Sejalan dengan itu Amer (2005),

berpendapat berpikir analitik sangat berguna untuk memahami bagian-

bagian dari situasi, kemampuan untuk meneliti dan merinci fakta dan

berpikir pada kekuatan dan kelemahannya, sebagaimana dikemukakannya

bahwa:

“Analythical thinking is a powerful thinking tool-for understanding

the parts of situation, is the ability to scrutinize and break down facts

and thoughts into their strengths and weaknesses”.

Mayer (2002), menyatakan bahwa menganalitik melibatkan proses

memecah-mecah materi menjadi bagian-bagiann penyusunnya dan

menentukan bagaimana hubungan-hubungan antara bagian-bagian tersebut

dan keseluruhan struktur atau tujuan. Indikator untuk mengukur

kemampuan berpikir analitik yaitu:

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

11

a. Differentiating (membedakan) berarti membedakan bagian yang

tidak relevan dan yang relevan atau dari bagian yang penting ke

bagian yang tidak penting dari suatu materi yang diberikan.

b. Organizing (mengorganisasikan) berarti menentukan bagaimana

suatu bagian elemen tersebut cocok dan dapat berfungsi bersama-

sama didalam suatu struktur.

c. Attributing (menghubungkan) berarti menentukan inti atau

menggaris bawahi suatu materi yang diberikan.

Contoh :

Azizah mempunyai sapu tangan berbentuk persegi, sedangkan sapu

tangan Fitri berbentuk persegi panjang. Salah satu sisi dari sapu tangan

Azizah berukuran 𝑥 𝑐𝑚, dan sapu tangan Fitri mempunyai sisi-sisi yang

berukuran(𝑥 + 4)𝑐𝑚 dan(𝑥 − 3)𝑐𝑚. Jika luas sapu tangan Azizah =

luas sapu tangan Fitri, maka berapakah luas sapu tangan tersebut ?

Tahapan berpikir analitik

(Membedakan)

Sapu tangan Azizah dan sapu tangan Fitri dapat digambarkan sebagai

berikut:

Sapu tangan Azizah Sapu tangan Fitri

x– 3 cm

x+ 4cm x cm

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

12

Luas persegi = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑖𝑠𝑖

= 𝑥 𝑐𝑚 × 𝑥 𝑐𝑚

Luas persegi panjang = 𝑝 𝑥 𝑙

= (𝑥 + 4)𝑐𝑚 × (𝑥 − 3)𝑐𝑚

(Pada tahap ini, siswa membedakan bentuk bangun datar yaitu persegi

dan persegi panjang, serta rumus yang digunakan untuk mencari luas

persegi dan persegi panjang)

(Mengorganisasikan)

luas sapu tangan Azizah sama dengan luas sapu tangan Fitri maka

didapat persamaan :

Luas persegi = Luas persegi panjang

𝑥. 𝑥 = (𝑥 + 4). (𝑥 − 3)

𝑥2 = 𝑥2 − 3𝑥 + 4𝑥 − 12

𝑥2 = 𝑥2 + 𝑥 − 12

𝑥2 − 𝑥2 = 𝑥2 − 𝑥2 + 𝑥 − 12

0 = 𝑥 − 12

12 = 𝑥 − 12 + 12

12 = 𝑥

diperoleh nilai 𝑥 = 12 𝑐𝑚

Kemudian masukkan nilai 𝑥 untuk mencari luas sapu tangan.

Luas persegi = 𝑥 × 𝑥

( 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑥 = 12 𝑐𝑚)

= 12 𝑐𝑚 × 12 𝑐𝑚 = 144 𝑐𝑚2

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

13

Luas Persegi Panjang = 𝑝 × 𝑙

= (𝑥 + 4)𝑐𝑚 . (𝑥 − 3)𝑐𝑚

(𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑥 = 12 𝑐𝑚)

= (12 + 4)𝑐𝑚 . (12 − 3)𝑐𝑚

= 16 𝑐𝑚 × 9 𝑐𝑚

= 144 𝑐𝑚2

(Pada tahap mengorganisasikan, siswa membuat persamaan antara luas

persegi dan persegi panjang untuk mencari nilai x. Setelah didapat nilai

x siswa dapat mencari luas sapu tangan)

(Menghubungkan)

Jadi, diperoleh luas sapu tangan yaitu 144 𝑐𝑚2

(Pada tahap menghubungkan, siswa menarik kesimpulan dari inti

permasalahan pada proses pengorganisasian yaitu luas sapu tangan)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kemamapuan berpikir analitik matematis merupakan kemampuan

menguraikan masalah matematika menjadi unsur-unsur pokok,

membedakan unsur-unsur yang relevan dan tidak relevan dengan masalah,

mencari keterkaitan untuk menyusun unsur-unsur serta mengenali tujuan

bagaimana setiap unsur dalam masalah matematika saling terkait untuk

menggaris bawahi suatu materi. Adapun indikator kemampuan berpikir

analitik matematis dalam penelitian ini adalah :

a. Membedakan, terjadi ketika siswa dapat menentukan potongan-

potongan informasi yang relevan dan penting.

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

14

b. Mengorganisasikan, terjadi ketika siswa dapat menyusun dan

menentukan cara bagaimana potongan-potongan informasi

menjadi satu kesatuan.

c. Menghubungkan, terjadi ketika siswa dapat menghubungkan

potongan-potongan informasi dari proses pengorganisasian

dengan tujuan di balik informasi tersebut sehingga didapat inti

atau menggaris bawahi suatu materi yang diberikan.

2. Adversity Quotient

Stoltz (2000) mengungkapkan bahwa Adversity Quotient mempunyai

tiga bentuk, pertama adalah Adversity Quotient merupakan suatu kerangka

kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua

segi kesuksesan. Selanjutnya Adversity Quotient adalah suatu ukuran

untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan. Definisi terakhir

dari Stoltz, Adversity Quotient adalah serangkaian peralatan yang memiliki

dasar ilmiah untuk memperbaiki respon anda terhadap kesulitan.

Ketiga bentuk definisi Adversity Quotient dapat disimpulkan bahwa

Adversity Quotient adalah suatu kerangka kerja konseptual yang dapat

digunakan untuk mengukur respon seseorang terhadap kesulitan untuk

memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Seseorang dengan

Adversity Quotient yang tinggi, jika dihadapkan pada suatu permasalahan

yang sulit, ia akan berusaha untuk bertanggung jawab menyelesaikan

permasalahan tersebut, tidak mudah mengeluh dan putus asa walaupun

dalam keadaan yang sulit. Adversity Quotient merupakan terobosan

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

15

penting dalam pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai

kesuksesan dan kecerdasan untuk mengatasi kesulitan.

Stoltz (2000) mengelompokan Adversity Quotient ke dalam 3

kategori, yaitu :

a. Climbers ( Adversity Quotient tinggi)

Climbers dikenal sebagai para pendaki. Climbers secara umum

merupakan kelompok orang yang memilih utuk terus bertahan untuk

berjuang menghadapi berbagai macam hal yang akan terus menerjang,

baik itu dapat berupa masalah, tantangan, hambatan, serta hal-hal lain

yang terus didapat setiap harinya. Siswa yang memiliki kemampuan

Adversity Quotient pada tingkatan Climbers tidak cepat puas dengan

apa yang mereka peroleh, mereka akan tetap berjuang sampai tujuan

yang mereka inginkan tercapai. Contohnya ketika siswa mendapatkan

tugas dari guru, siswa dengan tingkatan Climbers akan menganggap

tugas sebagai tantangan yang harus mereka selesaikan tidak peduli

akan hambatan apa saja yang ada didepannya merekatidak putus asa,

mereka berusaha tidak hanya menggugurkan kewajiban atau karena

takut dengan guru tapi karena rasa ingin tahu yang besar dari seorang

Climbers.

b. Campers (Adversity Quotient sedang)

Campers dikenal sebagai mereka yang berkemah. Campers

merupakan kelomok orang yang sudah memiliki kemauan untuk

berusaha menghadapi masalah dan tantangan yang ada namun mereka

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

16

berhenti karena mersa sudah tidak mampu lagi. Siswa yang

merupakan Campers ketika memiliki tugas dari guru akan berusaha

menyelesaikan tugas namun hal itu hanya untuk mencari rasa aman

sehingga tidak dihukum oleh guru serta mereka akan mudah merasa

nyaman dengan usaha yang mereka lakukan. Siswa lebih memilih

untuk mempertahankan hasil jawabannya tanpa berusaha mengecek

karena Campers mudah merasa puas dengan hasil kerjanya.

c. Quitters (Adversity Quotient rendah)

Quitters dikenal sebagai mereka yang berhenti. Quitters

merupakan kelompok orang yang kurang memiliki kemauan untuk

menerima tantangan dalam hidupnya. Siswa yang memiliki tingkat

Adversity Quotient Quittersakan mudah dibayang – bayangi kegagalan

sebelum mereka mencoba menyelesaikan, seperti berpikir bahwa

mereka tidak akan lulus saat ujian atau akan mendapat nilai jelek pada

saat ulangan. Siswa akan menghindari tugas yang diberikan oleh guru

saat di kelas maupun tugas rumah.

Adversity Quotient Stoltz (2000) dibagi menjadi empat dimensi

yaitu :

a. Kendali / Control (C)

Kendali berkaitan dengan seberapa besar orang merasa mampu

mengendalikan kesulitan – kesulitan yang dihadapinya dan sejauh

mana individu merasakan bahwa kendali itu ikut berperan dalam

peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Semakin besar kendali yang

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

17

dimiliki semakin besar juga kemungkinan seseorang untuk dapat

bertahan menghadapi kesulitan dan tetap teguh dalam niat serta ulet

dalam mencari penyelesaian. Demikian sebaliknya, jika semakin

rendah kendali akibatnya seseorang menjadi tidak berdaya

menghadapi kesulitan dan mudah menyerah.

b. Daya Tahan / Endurance (E)

Dimensi ini lebih berkaitan dengan persepsi seseorang akan

lama atau tidaknya kesulitan akan berlangsung. Daya tahan dapat

menimbulkan penilaian tentang situasi yang baik atau buruk.

Seseorang yang mempunyai daya tahan yang tinggi akan memiliki

harapan dan sikap optimis dalam mengatasi kesulitan atau tantangan

yang sedang dihadapi. Semakin tinggi daya tahan yang dimiliki oleh

individu, maka semakin besar kemungkinan seseorang dalam

memandang kesuksesan sebagai sesuatu hal yang bersifat sementara

dan orang yang mempunyai Adversity Quotient rendah akan

menganggap bahwa kesulitan yang sedang dihadapi adalah sesuatu

yang bersifat abadi, dan sulit untuk diperbaiki.

c. Jangkauan / Reach (R)

Jangkauan merupakan bagian dari Adversity Quotient yang

mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian

lain dari individu. Jangkauan juga berarti sejauh mana kesulitan yang

ada akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang.

Jangkauan atau Reach menunjukan kemampuan dalam melakukan

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

18

penilaian tentang beban kerja yang menimbulkan tekanan. Semakin

tinggi jangkauan seseorang, semakin besar kemungkinannya dalam

merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas.

Semakin efektif dalam menahan atau membatasi kesulitan, maka

seseorang akan lebih berdaya dan perasaan putus asa atau kurang

mampu membedakan hal-hal yang relevan dengan kesulitan yang ada,

sehingga ketika memiliki masalah di satu bidang dia tidak harus

merasa mengalami kesulitan untuk seluruh aspek kehidupan individu

tersebut.

d. Kepemilikan / Origin and Ownership (O2)

Kepemilikan atau dalam istilah lain disebut dengan asal-usul

dan pengakuan akan mempertanyakan siapa atau apa yang

menimbulkan kesulitan dan sejauh mana seseorang individu

menganggap dirinya mempengaruhi dirinya sendiri sebagai penyebab

asal-usul kesulitan. Orang yang skor origin (asal-usul) rendah akan

cenderung berfikir bahwa semua kesulitan atau permasalahan yang

datang itu karena kesalahan, kecerobohan, atau kebodohan dirinya

sendiri serta membuat perasaan dan pikiran merusak semangatnya.

B. Penelitian Relevan

Marini (2014), menunjukkan bahwa persentase rata-rata dua siswa yang

dikategorikan memiliki kemampuan berpikir analitis dengan gaya belajar tipe

investigatif adalah 87,5% termasuk pada kategori sangat tinggi, dan siswa

tipe investigatif dominan tidak memenuhi 1 indikator yaitu tidak mengetahui

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

19

akibat dan dampak dalam menyelesaikan soal. Persamaan dengan penelitian

ini adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan berpikir analitik siswa.

Perbedaannya dengan penelitian ini bukan didasarkan pada Gaya Belajar Tipe

Investigatif dalam Pemecahan Masalah Matematika, tetapi ditinjau dari

Adversity Quotient.

Masfingatin (2013) menyimpulkan bahwa proses berpikir siswa

Sekolah Menengah Pertama dalam memecahkan masalah matematika ditinjau

dari Adversity Quotient, mempengaruhi proses berpikir siswa dalam

memecahkan masalah matematika, sehingga dalam pembelajaran Adversity

Quotient siswa perlu diperhatikan. Proses berpikir siswa dalam memecahkan

masalah matematika berbeda-beda menurut tingkat Adversity Quotient,

sehingga dalam pembelajaran pemecahan masalah perlu ditekankan pada

pendekatan secara individual berdasarkan tingkat Adversity Quotient siswa.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama didasarkan pada Adversity

Quotient, perbedaannya adalah penelitian ini mendeskripsikan proses berpikir

siswa dalam memecahkan masalah matematika.

Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian guna mendeskripsikan kemampuan berpikir

analitik matematis siswa ditinjau dari Adversity Quotient.

C. Kerangka Pikir

Salah satu kemampuan penting dalam pembelajaran matematika adalah

kemampuan berpikir analitik matematis. Untuk dapat menguasai kemampuan

berpikir analitik matematis, tahapan yang harus ditempuh siswa adalah

membedakan, mengorganisasikan, dan menghubungkan. Pada dasarnya setiap

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 ...repository.ump.ac.id/4521/3/BAB II.pdfA. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Menurut Amalia (2016), analitik adalah

20

siswa memiliki karakteristik yang berbeda dalam pembelajaran. Karakteristik

inilah yang mungkin memunculkan perbedaan kemampuan berpikir analitik

matematis siswa. Perbedaan karakteristik setiap siswa salah satunya

dipengaruhi oleh kepribadian. Kepribadian merupakan seperangkat asumsi

tentang kualitas yang mencerminkan sesuatu yang khas pada diri seseorang.

Stoltz (2000) mengelompokan orang dalam tiga kategori Adversity

Quotient, pengelompokan ini dilihat dari bagaimana sikap individu tersebut

dalam menghadapi setiap masalah atau tantangan. Kategori individu tersebut

yaitu Climbers, Campers, dan Quitters. Pada tingkat Climbers siswa akan

mampu untuk terus bertahan dan berjuang menghadapi berbagai kondisi yang

harus dihadapi, baik itu dapat berupa masalah, tantangan, hambatan, serta hal-

hal lain yang terus akan dihadapi setiap harinya. Pada tingkat Campers siswa

akan berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Mereka mengerjakan tugas namun hal itu hanya untuk mencari rasa aman

sehingga tidak dihukum oleh guru serta mereka akan mudah merasa nyaman

dengan usaha yang mereka lakukan. Siswa lebih memilih untuk

mempertahankan hasil jawabannya tanpa berusaha mengecek karena

Campers mudah merasa puas dengan hasil kerjanya. Pada tingkat Quitters

siswa tidak berusaha untuk menyelesaikan tugas dari guru, mereka

mempunyai tingkat pesismis yang tinggi sebelum mengerjakan ujian atau

ulangan harian. Perbedaan kategori Adversity Quotient yang dimiliki oleh

masing-masing siswa itulah yang akan mempengaruhi proses berpikir analitik

siswa.

Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Mohamad Rofiih, FKIP, UMP, 2017