BAB II KAJIAN TEORI -...

12
5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono dalam Nurwanto (2011) hasil belajar, merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan saat sebelum belajar. Rahayuningsih (2009) mengemukakan hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan. Sudjana (2004) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Menurut Hamalik dalam Hartanto (2004: 16) hasil belajar adalah jika seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Anitah dalam Hartanto (2008: 2.19) hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya satu aspek saja tetapi terpadu menyeluruh. Hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat membantu pengajar dalam menilai siswa-siswi di sekolah. Hasil belajar dilakukan dengan cara test. Baik itu tes lisan, tes tertulis dan sebagainya. B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2003: 54) adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) dan 2) Faktor yang ada pada luar individu siswa itu sendiri yang disebut faktor ekstern. Faktor individu (intern) yang meliputi : 1) Faktor biologis, Meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI -...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hasil belajar

Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011) hasil belajar adalah bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono dalam Nurwanto (2011)

hasil belajar, merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa

dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibandingkan saat sebelum belajar. Rahayuningsih

(2009) mengemukakan hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang

terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk

mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru,

seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa

tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan.

Sudjana (2004) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat

dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan;

pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita, yang masing-masing

golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Menurut

Hamalik dalam Hartanto (2004: 16) hasil belajar adalah jika seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut

Anitah dalam Hartanto (2008: 2.19) hasil belajar merupakan perubahan perilaku

secara menyeluruh bukan hanya satu aspek saja tetapi terpadu menyeluruh.

Hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses

pembelajaran. Hal ini dapat membantu pengajar dalam menilai siswa-siswi di

sekolah. Hasil belajar dilakukan dengan cara test. Baik itu tes lisan, tes tertulis

dan sebagainya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003: 54) adapun faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri

siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) dan 2) Faktor yang ada

pada luar individu siswa itu sendiri yang disebut faktor ekstern.

Faktor individu (intern) yang meliputi : 1) Faktor biologis, Meliputi:

kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

6

biologis terganggu akan mempengaruhi hasil belajar; 2) Faktor psikologi,

meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir; 3)

Faktor kelelahan, Meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani

Nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk.

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan

hilang.

Faktor Ekstern, yang meliputi: 1) Faktor keluarga. Keluarga adalah

lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga

pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan

dalam ukuran besar; 2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum,

hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah; 3)

Faktor masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan

terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat

belajarnya.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar diatas dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan proses cukup kompleks yang dipengaruhi

oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Aktivitas belajar individu

memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga lancar, kadang-

kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang juga sulit untuk

mencerna atau memahami mata pelajaran. Keadaan dimana seseorang dapat

belajar sebagaimana mestinya, itulah disebut belajar.

C. Metode Tutor Sebaya

1. Pengertian Metode Tutor Sebaya

Kuswaya Wihardit dalam Djalil (1997: 3.38) menuliskan bahwa

“pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar

siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama” Sisi lain yang menjadikan

matematika dianggap siswa pelajaran yang sulit adalah bahasa yang digunakan

oleh guru. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan bahasa teman

sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya pembelajaran tutor sebaya

diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.

Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno (2004: 24) menyatakan bahwa “Metode

belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh

karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi

pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi

kepada teman-temannya.”

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

7

Menurut Miller (1989) dalam Djalil (1997: 3.34) berpendapat bahwa

“Setiap saat murid memerlukan bantuan dari murid lainnya, dan murid dapat

belajar dari murid lainnya.” Jan Collingwood sebagaimana dikutip dalam Djalil

(1997: 3.34) juga berpendapat bahwa “Anak memperoleh pengetahuan dan

keterampilan karena dia bergaul dengan teman lainnya.”

Tutor sebaya digunakan supaya siswa yang kurang mengerti dengan

pelajaran bisa bertanya kepada teman sebayanya. Banyak sekali siswa yang

malu bertanya pada guru mata pelajaran. karena siswa merasa malu atau

minder, sehingga dengan menggunakan metode tutor sebaya siswa bisa

mengerti mata pelajaran yang diajarkan dengan bertanya pada teman

sebayanya.

Agar model pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan

yang diharapkan, Miler dalam Djalil (1997: 2.48) menuliskan saran penggunaan

tutor sebaya sebagai berikut: Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah

dicapai, jelaskan tujuan itu kepada seluruh siswa (kelas). Misalnya : agar

pelajaran matematika dapat mudah dipahami, Siapkan bahan dan sumber

belajar yang memadai, gunakan cara yang praktis, hindari kegiatan pengulangan

yang telah dilakukan guru, pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang

akan dilakukan tutor, berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan

tutor, lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui

tutor sebaya, jagalah agar siswa yang menjadi tutor tidak sombong.

2. Tutor Sebaya Sebagai Sumber Belajar

Metode tutor sebaya sesungguhnya adalah penyempurnaan dari metode,

dimana siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Tutor sebaya itu sendiri

telah dikembangkan sejak abad ke 19 oleh Andrew Bell seorang pengawas

Military Male Asylumat Egmore. Tutor sebaya sendiri terdiri dari 2 kata yaitu

Tutor dan Sebaya. Dalam kamus Bahasa Indonesia Tutor didefinisikan orang

yang memberikan pembelajaran kepada seseorang atau lebih dalam jumlah

yang sedikit siswa dan sebaya yaitu sama atau yang hampir seumuran. Menurut

Kalkowsky dalam Sajiyem (2004: 6) mengemukakan bahwa terdapat

keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan tutor sebaya, yaitu belajar

keterampilan akademis, mengembangkan perilaku sosial dan disiplin kelas, serta

meningkatkan hubungan antar tutor. Nata Widjaya dalam Zuchri dalam Sajiyem

(1996: 5) mengatakan bahwa “ bantuan belajar oleh tutor sebaya pada

umumnya member hasil yang baik. Hubungan antara siswa yang satu dengan

yang lain pada umumnya terasa lebih dekat dibandingkan dengan guru.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

8

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutor Sebaya

a. Kelebihan Tutor Sebaya

Kelebihan metode tutor sebaya sebagai berikut: Anak-anak diajarkan

untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam

penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau

menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan; siswa lebih

mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa

yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan

baik; membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi

untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas; membantu siswa

yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya.

Kegiatan tutor seraya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan

pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri; tutor

maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat

pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.

b. Kekurangan Tutor Sebaya

Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan

dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. Sawali

Tuhusya (2007) menyatakan bahwa “tutor adalah murid yang tergolong baik

dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan

teman-temannya”. Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki

kelebihan dan kekurangan,seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah

beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya sementara kekurangan tutor

sebaya antara lain: Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya;

Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.

c. Cara Mengatasi Kekurangan Tutor Sebaya

Para tutor dilatih untuk mengajar berdasarkan silabus yang telah

ditentukan. Hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan antar kakak-

adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru agar dihilangkan

Muntansir (1985: 58) menyatakan ”dalam kegiatan ini tutor dan guru menjadi

semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi murid, baik

dengan cara satu lawan satu maupun kelompok kecil”.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

9

D. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom

Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas

untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek

penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas

diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya

dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave

Ebbutt dan lainnya.

Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian

yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan

pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan

sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang

pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan

mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah

situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah

dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain

seperti para peneliti konvensional pada umumnya.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat

masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dilapangan Wibawa, (2004: 3) dalam

Taniredja (2010: 15). Arikunto (2007: 3) dalam Taniredja (2010: 15) mengartikan

bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

pada sebuah kelas secara bersama.

Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang

berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau

pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati

tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan

tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian

dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

2. Tujuan PTK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Natawidjaya dalam

Suwandi (2011:16) adalah sebagai berikut: untuk menanggulangi masalah atau

kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan

tenaga kependidikan, terutama yang berkenan dengan masalah pembelajaran

dan pengembangan materi pengajaran; unttk memberikan pedoman bagi guru

atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

10

mutu kinerja atau mengubah system kinerja agar menjadi lebih baik dan

produktif; metode yang dipakai harus tepat dan terpercaya; masalah penelitian

yang akan ditangani guru harus merupakan masalah yang dihadapinya; PTK

tidak boleh menyimpang dari prosedur etika dilingkungan kerjanya; PTK

berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan yang

dituangkan dalam tindakan; PTK merupakan suatu proses belajar yang

sistematik; PTK menuntut guru membuat jurnal pribadi; PTK sebaiknya dimulai

dengan hal-hal yang sederhana terlebih dahulu, tetapi nyata; Dalam PTK, guru

perlu melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan

di kelasnya.

Adapun manfaat-manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat

memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah,

karena Guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru

menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara

keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat

memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai

akibat Guru semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya

berdasarkan pengalaman praktis. Dengan secara kontinu melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), Guru sebagai pekerja profesional tidak akan cepat berpuas

diri lalu diam di zona nyaman, melainkan selalu memiliki komitmen untuk

meraih hari esok lebih baik dari hari sekarang. Dorongan ini muncul dari rasa

kepedulian untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kesehariannya.

Manfaat lainnya, bahwa hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan

sumber masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum. Proses

pengembangan kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh

gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan,

pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh Guru di lapangan. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat

pendidikan secara empirik.

3. Model PTK

Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action Research)

dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat didalam

kelas. Sebagai salah satu penelitian yang dimaksudkan untuk mengatasi suatu

permasalahan yang terdapat di dalam kelas, menyebabkan terdapatnya

beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-design tersebut

diantaranya : 1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis Mc Taggart, 3). Model

John Elliot, 4). Model Hopkins, 5). Model McKernan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

11

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai

model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian,

karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau

penelitian tindakan.

Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat

komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)

pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat

komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai

berikut :

Acting

Planning Observating

Reflecting

Gambar 1. Model PTK Kurt Lewin

Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep

dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas.

Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan)

dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut

disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan

observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua

kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya

suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih

tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart,

1990 : 14).

Gambar 2. Model PTK Kemmis & McTaggart

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

12

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada

hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu

perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut

dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada

kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi.

Pada gambar diatas, tampak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat

komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan

sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang

perlu diselesaikan. Apabila permasalahan terkait dengan mata pelajaran tidak

hanya terdiri dari dua siklus,

Model John Elliot merupakan pengembangan dari model K. Lewin, bahwa

dalam satu “tindakan” terdiri dari beberapa langkah atau “step”, yaitu langkah

tindakan 1, 2, dan langkah tindakan 3. dengan dasar pemikiran bahwa setiap

mata pelajaran terdapat pokok bahasan dan setiap pokok bahasan terdiri dari

beberapa materi yang tidak terselesaikan pada satu tindakan dalam setiap KBM.

Gambar 3. Model PTK John Elliot

Ide Awal Temuan dan Analisis Perencanaan Umum

Langkah Tindakan 1,2,3

Implementasi

Langkah Tindakan

Monitoring Implementasi

dan efeknya

Penjelasan

Kegagalan tentang

Implementasi

Revisi Rencana

Umum

Perbaikan perencanaan

Langkah Tindakan 1,2,3

Implementasi

Langkah Berikutnya

Monitoring

Implementasi

Penjelasan

Kegagalan Efek

Revisi Ide

Umum

Perbaikan

Perencanaan

Langkah

Implementasi dan

Langkah Berikutnya

Monitoring

Implementasi efek

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

13

Model Hopkins berpijak pada desain model PTK pendahulunya.

Selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyususn desain tersendiri sebagai berikut:

mengambil start – audit – perencanaan konstruk – perencanaan tindakan

(target, tugas, kriteria keberhasilan) – implementasi dan evaluasi: implementasi

(menopang komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) – cek hasil –

pengambilan stok – audit dan pelaporan.

Gambar 4. Model PTK Hopkins

Model Dave Ebbutt, Ebbutt setuju dengan gagasan kemmis dan Elliot.

Tetapi tidak setuju dengan beberapa interprestasi Elliot dari karya Kemmis dan

MCTaggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses

refleksi-aksi (action-reflection), wibawa (2004: 18) dalam Taniredja (2010: 15).

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart

dengan siklus yang berisi tahapan-tahapan perencanaan, tindakan, observasi

dan refleksi.

Perencanaan yaitu merencanakan suatu pembelajaran yang akan

digunakan dalam penelitian. Tindakan yaitu proses dimana kita melaksanaakan

suatu penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan belajar

Ambil Start

Audit Perencanaan

konstruk

Pengambilan stok

Perencanaan

Tindakan: Target,

Tugas, Kriteria

keberhasilan

pelaporan

Cek Hasil

Mengatasi Problem

Menopang Komitmen

Implementasi

Cek

Kemajuan

Evaluasi

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

14

mengajar di dalam kelas. Observer dalam penelitian ini dilakukan oleh pengajar.

Tugas Observer melakukan pengamatan dan penilaian melalui pengisian lembar

aktivitas siswa. Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu

tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.

4. Aplikasi Metode Tutor Sebaya Pada Pokok Bahasan Bangun Datar

Masih sangat banyak dijumpai pembelajaran matematika dimana guru

lebih aktif daripada muridnya. Terkadang guru menjelaskan, murid hanya

mendengarkan dan guru memberikan tugas murid mengerjakan. Tanpa disadari

pembelajaran seperti ini membuat masalah pada pembelajaran seperti ini. salah

satunya pada suatu kelas ada siswa yang mengerti tentang materi yang

dijelaskan dan ada pula yang kurang mengerti tentang materi tersebut dan

siswa mempunyai rasa takut untuk bertanya sehinga pada saat ulangan harian

terlihat rentang nilai yang baik dan yang buruk.

berdasarkan permasalahan tersebut, dapat dikembangkan metode yang

bisa menekan dominasi guru pada pembelajaran serta siswapun akan lebih

mengerti dan menemukan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat

mendiskusikannya pada teman sebanyanya. Dengan demikian proses

pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal apabila siswa melakukan hal

tersebut. Proses pembelajaran Bangun datar dengan materi jajargenjang dan

belah ketupat dengan menggunakan metode tutor sebaya akan membuat para

siswa-siswi lebih terbuka dalam kesulitan-kesulitan belajar, karena kesulitan-

kesulitan yang mereka alami pada materi tersebut dapat ditanyakan pada

teman sebaya didalam kelompok yang mempunyai satu tutor didalam kelompok

tersebut yang memiliki kemampuan yang lebih dari para anggota kelompok

tersebut. dengan demikian siswa akan lebih nyaman dengan pembelajaran yang

mereka lakukan sehingga siswa bisa memahami dan prestasi belajar siswa akan

meningkat.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Nurwahyuni di SMP Negeri 3 salatiga dengan

menggunakan metode ceramah dan tutor sebaya, didapatkan rata-rata nilai

yang berbeda. Dengan menggunakan metode ceramah rata-rata nilai siswa yaitu

7,3092. Dan dengan menggunakan metode tutuor sebaya dapat diperoleh rata-

rata nilai 8,1522. Hal ini menunjukan bahwa metode tutor sebaya lebih efektif di

terapkan di SMP Negeri 3 salatiga dari pada metode ceramah. Penelitian yang

dilakukan Yuliyanto di SD N 1 Bowongso Wonosobo dengan menggunakan

metode tutor sebaya, bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra sikuls

siswa yang tuntas hanya 14 orang dari 36 siswa. Pada siklus 1 meningkat

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

15

menjadi 29 anak dengan persentase ketuntasan 80% pada siklus 2 naik menjadi

98% dari 36 siswa telah tuntas sesuai KKM 60.

F. Kerangka Berpikir

Matematika sebagai ilmu yang sasarannya sangat sulit dimengerti dan

diterima oleh para siswa menyebabkan siswa kurang menyukai pelajaran

matematika. Kenyataan selama pembelajaran matematika masih menggunakan

model pembelajaran konvensional. Model ini memusatkan pembelajaran pada

guru sehingga banyak siswa yang merasa enggan atau malu untuk bertanya

pada guru tersebut. Salah satu alternatifnya adalah dengan metode Tutor

Sebaya. metode tutor sebaya memungkinkan siswa untuk tidak merasa enggan

bertanya pada guru karena tutor diambil dari teman sekelasnya (sebaya) yang

menjadi staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa sehingga

diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat.

Model PTK ini Menggunakan model PTK Kemmis & Mc Taggart. Berikut

Gambar 5. Bagan kerangka berpikir PTK

Gambar 5. Bagan kerangka berpikir PTK

Kondisi Awal

Guru menggunakan pembelajaran konvensional

Tindakan

Guru menggunakan model pembelajaran

yang membuat siswa aktif yaitu metode

Tutor Sebaya

Kondisi Akhir

Melaui metode Tutor Sebaya ketakutan

siswa untuk bertanya teratasi

Hasil belajar meningkat

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3605/3/T1_202008007_BAB II.pdfKAJIAN TEORI . A. Hasil . belajar Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011)

16