BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A....

15
7 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Definisi Kebudayaan Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah kebudayan atau budaya berasal dari kata Sansekerta Buddhayah bentuk jamaknya Buddhi, artinya akal. Sedangkan pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya. (Koentjaraningrat, 1986:32). a. Cipta, yakni kemampuan akal pikiran yang menimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia selalu memiliki keinginan untuk mengetahui rahasia-rahasia alam dan kehidupan. Dengan akal, pikiran dan nalar (ratio) manusia selalu mencari, menyelidiki dan menemukan sesuatu yang baru, serta mampu menciptakan karya-karya besar. b. Rasa, dengan panca inderanya manusia mengembangkan rasa keindahan atau estetika dan melahirkan karya-karya kesenian. c. Karsa, atau kehendak, dengan ini manusia selalu menghendaki untuk menyempurnakan hidupnya, merindukan kemuliaan hidup, mencapai kesusilaan, budi pekerti luhur dan selalu mencari perlindungan dari sang pencipta. Dengan potensi cipta, rasa dan karsa itu manusia hidup berbudaya atau berperadaban. Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Berdasarkan uraian tersebut maka kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan gagasan, tindakan,

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A....

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Teori

1. Definisi Kebudayaan

Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah

kebudayan atau budaya berasal dari kata Sansekerta Buddhayah bentuk jamaknya

Buddhi, artinya akal. Sedangkan pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi

budaya. (Koentjaraningrat, 1986:32).

a. Cipta, yakni kemampuan akal pikiran yang menimbulkan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Manusia selalu memiliki keinginan untuk mengetahui rahasia-rahasia

alam dan kehidupan. Dengan akal, pikiran dan nalar (ratio) manusia selalu

mencari, menyelidiki dan menemukan sesuatu yang baru, serta mampu

menciptakan karya-karya besar.

b. Rasa, dengan panca inderanya manusia mengembangkan rasa keindahan atau

estetika dan melahirkan karya-karya kesenian.

c. Karsa, atau kehendak, dengan ini manusia selalu menghendaki untuk

menyempurnakan hidupnya, merindukan kemuliaan hidup, mencapai kesusilaan,

budi pekerti luhur dan selalu mencari perlindungan dari sang pencipta.

Dengan potensi cipta, rasa dan karsa itu manusia hidup berbudaya atau

berperadaban. Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Berdasarkan uraian

tersebut maka kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan gagasan, tindakan,

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

8

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

manusia melalui belajar.

Kebudayaan merupakan keseluruhan hasil kreativitas manusia yang sangat

kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga

merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan. Adanya kait mengait

diantara unsur-unsur itulah sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah

sebagai sistem. Artinya, kebudayaan merupakan kesatuan organis dari rangkaian

gejala, ujud, dan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lain. (Tri Widiarto,

2009:10).

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa kebudayaan adalah budi daya

manusia dalam hidup bermasyarakat. Sementara itu kebudayaan juga sering

disamakan dengan istilah kultur atau culture (bahasa Inggris). Sebenarnya istilah

tersebut berasal dari kata colere (bahasa latin) artinya mengelola atau mengerjakan,

yaitu mengolah tanah menjadi lahan pertanian. Dalam buku Tri Widiarto yang

berjudul Psikologi Lintas Budaya Indonesia. (Tri Widiarto, 2009:11).

Kebudayaan Indonesia adalah salah satu kondisi yang majemuk karena

bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut

tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan wilayah-wilayah

itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan, itulah yang

memberikan bentuk dari kebudayaan itu. Juga proses sosialisasinya yang kemudian

dikembangkan dalam kerangka masing-masing kultur itu, memberi warna kepada

kepribadian yang muncul dari lingkungan wilayah budaya itu sendiri. Menurut

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

9

Pamerdi Giri Wiloso (1990:19). Kebudayaan suatu masyarakat merupakan identitas

masyarakat itu yang para warganya dijadikan pedoman dalam kehidupan mereka.

Seperti yang diungkapkan oleh Pamerdi Giri Wiloso (1990:17) bahwa kebudayaan

nasional mempunyai fungsi untuk memperkokoh solidaritas bangsa dan

memperkokoh persatuan bangsa.

2. Wujud Kebudayaan

Menurut (Koentjaraningrat, 1974:5-7) berpendapat bahwa kebudayaan itu

mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah :

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari idé-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat,

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Ketiga wujud dari kebudayaan terurai di atas, dalam kenyataan kehidupan

masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan dan adat istiadat

mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Baik pikiran-

pikiran dan ide-ide, maupun perbuatan dan karya manusia, menghasilkan benda-

benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik itu membentuk suatu

lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari

lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya,

bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

10

Ketiga wujud dari kebudayaan terurai di atas, dalam kenyataan kehidupan

masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan lain. Kebudayaan dan adat-istiadat

mengatur dan memberiarah kepada perbuatan dan karya manusia.

3. Unsur-Unsur Kebudayaan

Menurut (Koentjaraningrat, 1974:2) unsur-unsur universal itu, yang sekalian

merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini, adalah:

a. Sistem religi dan upacara keagamaan,

b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan,

c. Sistem pengetahuan,

d. Bahasa,

e. Kesenian,

f. Sistem mata pencaharian hidup,

g. Sistem teknologi dan peralatan.

Ketujuh unsur universal tersebut masing-masing dapat dipecah lagi ke dalam

sub-unsur-unsurnya. Demikian ketujuh unsur kebudayaan universal tadi memang

mencakup seluruh kebudayaan makhluk manusia dimanapun juga di dunia, dan

menunjukkan ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya.

4. Pengertian Upacara Adat Tradisional

Adat adalah peraturan hidup sehari-hari. Upacara tradisional adalah kegiatan

sosial yang melibatkan para warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai

tujuan. Upacara tradisional merupakan merupakan suatu kegiatan sosial yang

melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

11

tujuan keselamatan, yang mengandung aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan

dilaksanakan oleh warga masyarakat. (Herusatoto, 1984:1).

Dari pengertian diatas, terdapat hal-hal yang sangat penting dalam upacara tradisional

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Upacara tradisional merupakan kegiatan sosial yang dilakukan warga masyarakat

yang mendukung upacara tradisional daerah setempat yang mempunyai tujuan

bersama yaitu untuk keselamatan.

b. Untuk mencapai keselamatan maka warga masyarakat melakukan upacara

tradisional, keselamatan yang dimaksud adalah bebas dari kutukan contohnya dari

penyakit, gagal panen, kematian dan termasuk kerukunan dan keamanan antar

warga masyarakat setempat.

c. Dalam melaksanakan upacara tradisional suatu usaha yang baik oleh warga

masyarakat sebagai pendukungnya. Upacara tradisional dalam pelaksanaannya

mengandung aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh warga masyarakat bersama.

Usaha dan kerjasama tersebut diwujudkan dalam gotong-royong bersama

termasuk biaya pelaksanaan upacara tradisional semuanya dapat dipikul dan

ditanggung bersama demi kelancaran pelaksanaan upacara (Boestami, 1985:1).

Di dalam masyarakat, tradisi tidak terlepas dari aturan norma yang harus di

taati yang nantinya sangat berguna untuk mencapai tujuan hidup yang selaras dengan

cita-cita yang diinginkan. Tradisi merupakan adat-istiadat atau kebiasaan yang

dilakukan secara turun-temurun di dalam suatu masyarakat. Adat kebiasaan itu

tumbuh melalui proses belajar yang diturunkan oleh para pendahulu yang telah tiada

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

12

kepada generasi berikutnya. Contohnya adalah upacara tradisi, upacara tradisi

diwariskan oleh nenek moyang kepada masyarakat tidak dapat berjalan dengan

sendirinya tetapi melalui proses belajar.

Upacara tradisional dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat

diantaranya adalah dapat meningkatkan rasa kebersamaan solidaritas yang tinggi,

rasa kekeluargaan dan gotong-royong karena di dalam upacara tradisional

membutuhkan suatu kerjasama yang baik antar warga masyarakat yang sebagai

pendukungnya. Manusia tidak dapat melakukan suatu pekerjaan yang berat tanpa

adanya bantuan dari orang lain maka denga itu perlu diadakan gotong-royong untuk

melakukan pekerjaan berat tersebut.

5. Tujuan Upacara Tradisional

Tujuan upacara tradisional menurut Hambali, dkk (1985:2) berpendapat

bahwa tujuan upacara tradisional adalah untuk mewujudkan pengertian dan

pemahaman atas nilai-nilai serta gagasan vital yang terkandung didalamnya,

sedangkan menurut Daud Kadir, dkk (1985:4) upacara tradisional mempunyai tujuan

untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat, dan menurut Budiono Heru Satoto (1984:98)

menyatakan bahwa upacara tradisional mempunyai tujuan untuk menghindarkan

gangguan dari roh jahat.

Dari ke tiga pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa melalui

upacara tradisional terkandung nilai-nilai kehidupan yang berpengaruh bagi

masyarakat, dengan demikian dapat dikatakan bahwa:

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

13

a. Upacara tradisional yang diselenggarakan mengandung nilai-nilai kehidupan yang

harus dipahami dan dimengerti oleh masyarakat sebagai pendukungnya dalam

menjalankan hubungan sosial dalam masyarakat.

b. Upacara tradisional mempunyai tujuan untuk menghindarkan manusia dari

gangguan roh jahat, untuk itulah upacara perlu diselenggarakan.

c. Upacara tradisional mempunyai tujuan sebagai alat komunikasi antar sesama dan

juga sebagai penghubung antar dunia nyata dan dunia gaib.

6. Komponen-Komponen Upacara Tradisional

Koentjaraningrat mengatakan bahwa semua komponen upacara keagamaan

seperti tempat upacara, waktu atau saat-saat upacara, peralatan atau perlengkapan

upacara dan lain sebagainya mempunyai sifat sakral atau keramat. (Koentjaraningrat,

1977:249)

Manusia menyadari bahwa selain dirinya didunia ini ada suatu alam yang

tidak Nampak dan berada diluar jangkauan akalnya yaitu gaib. “Dunia gaib itu

didiami oleh dewa-dewa yang baik maupun jahat, makhluk-makhluk halus seperti

roh-roh leluhur, roh-roh lainnya yang baik dan buruk serta kekuatan sakti yang

berguna maupun dapat menyebabkan bencana” (Koentjaraningrat, 1974: 95). Dunia

gaib dihadapi manusia dengan berbagai macam perasaan yaitu takut, karena manusia

merasa bahwa orang yang sudah meninggal rohnya masih berada disekitarnya. Rasa

hormat karena manusia menganggap roh leluhur yang sudah meninggal merupakan

cikal bakal yang telah menurunkan anggota masyarakat setempat. Rasa cinta karena

manusia merasa dirinya membutuhkan roh-roh para leluhur itu untuk mendatangkan

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

14

suatu berkah atau keselamatan. Perasaan-perasaan inilah yang membuat manusia

terdorong untuk melakukan tindakan yang bertujuan mencari hubungan dengan gaib.

Salah satu cara yang digunakan yaitu melalui tradisi Nyangahatn.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa semua komponen upacara keagamaan

seperti tempat upacara, waktu atau saat-saat upacara, peralatan atau perlengkapan

upacara dan lain sebagainya mempunyai sifat sakral atau keramat.

(Koentajaraningrat, 1977: 249).

Untuk lebih memperjelas jenis-jenis tersebut diatas maka diuraikan sebagai berikut:

a. Tempat Upacara

“Tempat upacara biasanya tempat yang terpisah khusus. Tempat itu seolah-

olah dikhususkan dan tidak boleh didatangi oleh barang siapa yang tak

berkepentingan. Mereka yang mempunyai kepentingan tidak boleh berbuat

sembarangan ditempat itu harus hati-hati dan memperhatikan larangan serta

pantangan” (Koentjaraningrat, 1974: 104).

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tempat upacara

biasanya membutuhkan tempat yang khusus dan hanya yang berkepentingan saja

yang boleh datang berkunjung dengan memperhatikan larangan serta pantangan yang

sudah ditetapkan contohnya: di kuburan, terutama pada makam orang-orang yang

mempunyai peranan penting dan dianggap mempunyai kesaktian misalnya makam

para Ketua Adat atau Kepala Suku dan makam nenek moyang.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

15

b. Waktu Penyelengaraan Upacara

Waktu pelaksanaan upacara merupakan faktor penting.

“Waktu dilakukannya upacara tersebut adalah waktu yang berulang tetap,

sejajar dengan gerak alam, yang biasanya dilakukan sekali dalam setahun”

(Koentjaraningrat, 1974:106). Di Indonesia khususnya pada bulan Jawa perayaan-

perayaan upacara tahunan kebanyakan dilakukan pada bulan Syura, yaitu bulan

pertama dari perhitungan tahun Jawa dan bulan Sapar yaitu bulan kedua perhitungan

tahun Jawa. Upacara-upacara tradisi dilakukan karena ada dorongan perasaan

manusia untuk melakukan perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia

gaib.

c. Benda-benda Yang Merupakan Alat Dalam Upacara

Benda-benda upacara alat-alat yang digunakan untuk menjalankan upacara

tradisi. Adapun benda-benda yang digunakan dalam setiap upacara tradisi adalah alat-

alat bunyian, karena suara yang ditimbulkan akan menambah suasana keramat.

d. Orang-orang Yang Melakukan Upacara

Upacara tradisi merupakan proses kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat

sebagai pendukungnya untuk melakukan suatu rangkaian kegiatan dengan seluruh

sistem aturan-aturan dan nilai-nilai budaya yang berlaku yaitu kerukunan, gotong-

royong, solidaritas. Dalam pelaksanaan upacara itu dibutuhkan orang-orang yang

memainkan peranan penting yaitu Panyangahatn, seorang pemuka adat yang

termasuk kategori orang tetua adat dalam masyarakat suku Dayak Kanayatn.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

16

Upacara-upacara tradisional yang ada di Indonesia secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Upacara tradisi yang berkaitan dengan alam, merupakan upacara yang

berhubungan dengan kepercayaan terhadap dunia gaib dan semua peristiwa alam

yang ada.

b. Upacara tradisi yang berhubungan dengan leluhur. Upacara tradisi ini

berhubungan erat dengan adanya harapan keselamatan dalam hidupnya, serta

dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus dan perbuatan yang dapat

merugikan diri sendiri. (Komanjaya Karkoro 1992: V).

c. Upacara tradisi yang berkaitan dengan mitos, yaitu upacara tradisi yang di

dalamnya mengandung pemujaan terhadap seseorang yang dianggap memiliki

kemampuan diatas kemampuan manusia normal (memiliki kesaktian).

d. Upacara tradisi yang berkaitan dengan legenda, dalam kaitannya dengan jenis ini

dapat dilakukan klasifikasi sebagai berikut:

1. Legenda yang dianggap mempunyai daya kemampuan yang hebat atau benar-

benar terjadi di dalam kehidupan masyarakat setempat misalnya batu

penunggu kampong yang dianggap sebagai tempat makhluk halus selalu

diberi sesajen berupa ”ancak”.

2. Legenda yang menceritakan tentang kejadian di suatu tempat baik

menyangkut nama tempat, bentuk potografi yaitu bentuk permukaan suatu

daerah apakah berbukit-bukit, berjurang dan sebagainya. (James Dananjaya

1991: 75).

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

17

7. Fungsi Upacara Tradisional

Untuk mengetahui fungsi upacara tradisional dapat dilakukan melalui dua

pendekatan yaitu:

a. Upacara tradisi dengan menggunakan pendekatan sosiologis

Upacara tradisi ini dilakukan oleh seluruh warga masyarakat Desa Pahokng

secara bersama-sama. Di dalam setiap pelaksanaan selalu mengandung aturan-

aturan atau pantangan yang tidak boleh dilanggar serta norma yang harus dipatuhi

oleh semua warga masyarakat denga tujuan untuk memperoleh keselamatan

bersama. Dalam upacara ini sangat terasa kebersamaan serta kekeluargaannya

diantara satu dengan yang lainnya, sehingga terbangunlah nilai sosial yang sangat

tinggi di dalam masyarakat Desa Pahokng. Dengan demikian terbangunlah rasa

harmonis aman tenteram dan sejahtera di antara masyarakat Desa Pahokng.

b. Fungsi pendekatan antropologis

Dilihat dari sudut antropologis upacara tradisi ini mengandung arti doa atau

mantera dalam bahasa daerah yaitu bahasa Dayak Kanayatn, yang disertai dengan

segala macam perangkat adat dalam pelaksanaan upacara adat Nyangahatn yang

dilakukan oleh semua masyarakat dalam bentuk ucapan syukur kepada Jubata

(Tuhan) serta untuk meminta keselamatan dan berkat kepada Jubata (Tuhan).

8. Sistem Kerukunan Dalam Upacara Tradisional

Kerukunan bagi orang Dayak adalah sebagai dasar utama untuk mencapai

persatuan dan kesatuan masyarakat. Pengertian rukun menurut (Sujamto, 1991: 65)

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

18

adalah keadaan dimana terdapat sikap saling pengertian dan dalam perbedaan dan

saling penghargaan serta penuh persahabatan antar sesama masyarakat.

Sedangkan menurut (Niels Mulder, 1991: 42-43) pengertian rukun yang

dimaksud adalah berada dalam harmoni tenteram dan damai, seperti persahabatan

ideal tanpa pertengkaran dan perselisihan, bersahabat dan terpadu dalam tujuan dan

saling membantu satu sama lain.

Dalam sebuah kehidupan masyarakat yang majemuk selalu diwarnai dengan

suatu perbedaan karena setiap individu atau kelompok berasal dari sebuah lingkungan

keluarga yang berbeda. Namun bukan berarti perbedaan tersebut tidak dapat diatasi,

tetapi jika masing-masing individu atau kelompok ada sikap saling pengertian dan

saling menghargai adanya perbedaan maka tidak akan terjadi pertengkaran atau

perselisihan.

9. Nilai-Nilai Budaya

Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat Nyangahatn diantaranya

sebagai berikut:

a. Nilai kebersamaan. Upacara adat Nyangahatn terkadang dilaksanakan secara

bersama-sama oleh seluruh warga kampung. Pada saat persiapan, para warga

melakukannya secara bergotong-royong. Realitas ini menunjukkan bahwa orang

Dayak Kanayatn masih menjunjung tinggi semangat kebersamaan. Dengan

kegiatan tersebut, masyarakat dapat memperkuat solidaritas di antara mereka.

b. Nilai pelestarian sastra lisan dan bahasa asli. Nilai ini tampak dari pembacaan doa

dan mantera dimana hal itu merupakan bagian dari sastra lisan yang harus dijaga

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

19

keberadaannya. Hal ini penting untuk menjaga tergesernya bahasa asli Dayak

Kanayatn dari gempuran bahasa Indonesia atau bahasa asing.

c. Nilai terima kasih kepada Jubata (Tuhan) atas segala berkat yang telah diberikan

kepada manusia. Orang Dayak Kanayatn memahami bahwa hal itu merupakan

karunia yang diberikan oleh Tuhan mereka, untuk itu mereka mengungkapkan

rasa terima kasih dengan menyelenggarakan upacara adat Nyangahatn.

d. Nilai spiritual. Nilai ini tercermin dari berbagai doa yang dipersembahkan kepada

Tuhan orang Dayak Kanayatn yang dianggap telah memberikan rejeki yang

melimpah. Dari sini tampak bahwa Nyangahatn tidak hanya sekedar tradisi, tetapi

juga merupakan sebuah ruang dimana orang Dayak Kanayatn dapat mendekatkan

diri dengan Tuhan untuk memohon, mengadu dan meminta perlindungan dari

segala keburukan dalam hidup mereka.

e. Nilai berbagi kepada sesama. Nilai ini tampak nyata khususnya pada perayaan

Nyangahatn seusai panen, dimana hampir semua petani memasak hasil panen

pertama, kemudian diadakan makan bersama. Mereka menyebutnya Makatn Nasi

Barahu (makan nasi baru dari hasil panen). Jika acara ini diadakan bersama-sama,

maka akan banyak nasi yang dimasak dan upacara semakin meriah.

(http://yohanessupriyadi.blogspot.com/. Judul: Nyangahatn. Diunduh tanggal 18

Januari 2010).

10. Pengertian Simbol

Menurut Budiono Herusatoto dalam bukunya yang berjudul Simbolisme Jawa,

simbol atau lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan perantara

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

20

pemahaman terhadap objek dengan maksud bahwa sesuatu hal atau keadaan tersebut

menjadi pemimpin pemahaman si subjek kepada objek dan menurut etimologinya

simbol dan simbolisasi diambil dari kata Yunani Sumballo (Sumballein) yang

mempunyai beberapa arti yaitu berwawancara, merenungkan, membandingkan,

bertemu, melemparkan menjadi satu, menyatukan. Bentuk simbol adalah penyatuan

dua hal menjadi satu. Tentang simbol dan simbolisasi terhadap dua macam pendapat

atau pemikiran. (Budiono Herusatoto, 2008:18).

Simbol merupakan hasil dari alam pemikiran masyarakat Dayak Kanayatn

sebagai mahluk ciptaan Jubata yang memiliki keterbatasan. Gejala kehidupan

manusia yang dapat lahir, hidup dan mati merupakan suatu pedoman bagi masyarakat

Dayak Kanayatn akan ketidak kekalan hidup. Sebagai mahluk ciptaan yang fana,

masyarakat Dayak Kanayatn merasa harus hidup dengan manusia ciptaan lain. (Nico

Andas Putra, 2004: 134).

B. Penelitian Yang Relevan

Berikut ini dikemukakan penelitian yang relevan dengan membahas

permasalahan yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu:

Menurut skripsi Rizsa Renanda (1598002) Makna Tradisi Saparan Dalam

Mendorong Kerukunan Warga Masyarakat Desa Warak Kecamatan Sidomukti

Kotamadya Salatiga. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen

Satya Wacana. Membahas secara luas bagaimana makna tradisi Saparan di Desa

Warak Kecamatan Sidomukti Kotamadya Salatiga. Dan nilai-nilai yang terkandung

dalam tradisi Saparan adalah nilai keasatuan yakni rasa persaudaraan dan rasa ingin

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3580/3/T1_152009026_BAB II.pdf · merupakan kesatuan yang berfungsi pedoman dalam kehidupan.

21

membantu satu sama lainnya untuk memmunculkan rasa kebersamaan yang didasari

oleh rasa senasib seperjuangan, serta nilai komunikasi yakni sebagai sarana

komunikasi serta silaturahmi antar warga Desa Warak dan sekitarnya. Dalam

penelitian skripsi Rizsa Renanda (1598002) memiliki kesamaan dengan penelitian

skripsi yang saya buat, akan tetapi tempat, waktu, dan pelaksanaanya sangat jelas

berbeda.

Penelitian ini akan membahas secara luas bagaimana makna dari upacara adat

Nyangahatn dalam upaya pelestarian budaya suku Dayak Kanayatn di Kabupaten

Landak Propinsi Kalimantan Barat. Serta nilai-nilai kebersamaan masyarakat dalam

melakukan kegiatan sehari-hari.