BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ......

32
12 BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan 1. Definisi Perancangan Perancangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar rancang, yang kemudian mendapat awalan per- dan akhiran –an, yang berarti proses, cara, perbuatan merancang, merancang segala sesuatu sebagai bagian dari kerangka kerja (http://kbbi.web.id/perancangan, 6 Oktober 2015). Sedangkan pengertian perancangan menurut Al-Bahra Bin Ladjamudin dalam buku Analisis dan Desain Sistem Informasi (2005: 39) “Perancangan adalah tahapan perancangan (design) memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalh yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik” (www.academia.edu, 6 Oktober 2015). 2. Proses Perancangan Proses perancangan menurut Kotler dan Andreasen (1997) antara lain : a. Menentukan objektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang memerlukan peran pemasaran strategis. b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukkan oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar. c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada atau menyingkirkan ancaman yang tampak dalam analisis lingkungan eksternal.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ......

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Perancangan

1. Definisi Perancangan

Perancangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

dasar rancang, yang kemudian mendapat awalan per- dan akhiran –an, yang

berarti proses, cara, perbuatan merancang, merancang segala sesuatu sebagai

bagian dari kerangka kerja (http://kbbi.web.id/perancangan, 6 Oktober 2015).

Sedangkan pengertian perancangan menurut Al-Bahra Bin Ladjamudin

dalam buku Analisis dan Desain Sistem Informasi (2005: 39) “Perancangan

adalah tahapan perancangan (design) memiliki tujuan untuk mendesain sistem

baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalh yang dihadapi perusahaan

yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik”

(www.academia.edu, 6 Oktober 2015).

2. Proses Perancangan

Proses perancangan menurut Kotler dan Andreasen (1997) antara lain :

a. Menentukan objektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang

memerlukan peran pemasaran strategis.

b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukkan

oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.

c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari

organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada atau

menyingkirkan ancaman yang tampak dalam analisis lingkungan eksternal.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

13

d. Menentukan misi, objektif, dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode

perencanaan yang akan datang.

e. Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang

spesifik.

f. Menempatkan sistem dan struktur organisasi yang perlu dalam fungsi

pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipastikan.

g. Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok dalam

masa perencanaan, termasuk jadwal kegiatan, dan tugas tanggung jawab

tertentu.

h. Menetapkan patokan untuk mengukur hasil sementara dan hasil akhir

program.

i. Melaksanakan program yang telah direncanakan.

j. Mengatur kinerja dan mengatur strategi pokok, rincian taktis, atau

keduanya jika diperlukan (eprints.uns.ac.id, 7 Oktober 2015).

B. Tari sebagai Perwujudan Warisan Budaya Indonesia

Kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia, bisa berupa pemikiran

filsafat, kesusastraan, dan kesenian. Seni tari merupakan salah satu bagian dari

kesenian. Beragam suku dan budaya di Indonesia memunculkan berbagai macam

tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, sehingga perlu dijaga

kelestariannya karena merupakan salah satu wujud dari warisan budaya Indonesia.

Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang diwujudkan dalam bentuk

gerakan. Untuk mengetahui seluk beluk tentang seni tari, maka perlu mengetahui

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

14

pengertian lebih mendalam mengenai definisi tari dan unsur dasar tari (N.

Supardjan & I Gusti Ngurah Suparta, 1982: 7).

1. Definisi Tari

Penentuan batasan atau dalam memberikan definisi tentang seni tari pasti

beragam berdasarkan pada pengetahuan masing-masing individu. Tari pada

dasarnya merupakan ekspresi kegembiraan manusia yang diwujudkan dalam

bentuk gerakan yang indah dipandang dan bisa dinikmati oleh diri sendiri

maupun orang lain. Berikut merupakan definisi tari menurut beberapa tokoh

seni tari dan tokoh dalam seni lain yang berkecimpung dalam dunia seni tari.

Menurut BPH Suryodiningrat seorang ahli tari dari Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam bukunya Babad lan Mekaring Joged Jawi mengemukakan

“Inkang kawastanan beksa inggih punika ebahing sadaya saranduning badan,

kasarengan ungeling gangsa, katata pika tuk wiramaning gendhing,

jumbuhing pasemon kaliyan pikajenging joged. Artinya tari adalah gerak

seluruh badan yang diiringi irama lagu musik yang diselaraskan dengan

ekspresi tariannya”. Definisi lain yang disebutkan dalam buku Pengantar

Pengetahuan Tari, yaitu “Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-

gerak ritmis yang indah, dikemukakan oleh Drs. Sudarsono dalam bukunya

Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di

Indonesia”. Ada pula seorang ahli seni dari India bernama Kamaladevi

Chattopadhyaya yang mengemukakan “Tari dapat dikatakan sebagai suatu

naluri, suatu desakan emosi dalam diri kita yang mendorong kita untuk

mencari ekspresi pada tari, yaitu gerakan-gerakan luar yang ritmis yang lama

kelamaan nampak mengarah pada bentuk-bentuk tertentu” (ibid, 17).

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

15

2. Unsur Dasar Tari

Unsur dasar tari yang utama adalah gerak, selain itu unsur dasar tari yang

lainnya yaitu; irama (ritme), iringan, tata busana dan tata rias, tempat, serta

tema.

a. Gerak

Gerak bisa diungkapkan dengan beragam cara, salah satunya gerak

yang mengandung unsur keindahan (sedap dipandang mata). Namun tidak

semua gerak bisa disebut sebagai gerakan tari. “Gerak yang berfungsi

sebagai materi pokok tari hanyalah gerakan-gerakan tubuh manusia yang

telah diolah dari gerak keadaan wantah menjadi suatu bentuk gerak

tertentu atau dalam istilah kesenian, gerak yang telah mengalami stilisasi

atau distorsi”.

Dari gerak yang mengalami stilisasi atau distorsi (gerak yang telah

diolah) ini maka muncul dua jenis gerak tari, yaitu gerak murni dan gerak

maknawi.

1) Gerak Murni

Gerak Murni adalah gerak tari yang merupakan hasil pengolahan

gerak wantah (gerak sehari-hari), namun tidak mempertimbangkan

pengertian atau maksud dari gerak tari tersebut. Yang dipentingkan

adalah faktor nilai keindahan gerak tarinya saja. Misalnya gerak

memutar-mutar pergelangan tangan, gerak leher seperti pacak-jangga

di Jawa, dan lain sebagainya.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

16

2) Gerak Maknawi

Gerak maknawi adalah gerak wantah yang telah diolah menjadi

suatu gerak tari yang mengandung pengertian atau maksud disamping

nilai keindahan. Misalnya pada tari nelayan, banyak ragam gerakan

nelayan mendayung. Contoh lain misalnya ragam tari usap rawis yang

menggambarkan cara menata kumis, ragam tari ngilo yang berarti

seseorang sedang bercermin setelah berbusana. Tentu masih banyak

gerak ragam tari yang mengandung atau mengiaskan berbagai macam

arti (ibid, 8).

b. Irama atau Ritme

Di dalam kehidupan dunia, irama atau ritme selalu ada dan bersifat

tetap. Contoh yang paling mudah adalah matahari yang selalu terbit dari

timur di pagi hari, makin lama makin naik, berjalan dan berpindah lalu

pada akhirnya tenggelam di sebelah barat waktu sore hari. Ritme sendiri

merupakan jarak yang tetap, di sepanjang jarak ini ada daya naik dan

turun. Sehingga ritme bisa disimpulkan sebagai pola waktu yang

memberikan kehidupan (www.spectradancestudio.wordpress.com, 22

September 2015).

c. Iringan

Tari merupakan gerak yang ritmis, untuk memperkuat dan

memperjelas gerak ritmis dalam sebuah tarian diperlukan iringan. Iringan

tersebut berupa suara atau bunyi-bunyian. Bangsa primitif menari dengan

teriakan-teriakan sebagai iringan. Lalu berkembang selain teriakan diiringi

dengan tepukan tangan, misalnya pada Tari Seudati dari Aceh. Selanjutnya

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

17

di Indonesia berkembang berbagai macam alat bunyi-bunyian sesuai

dengan tingkat perkembangan masing-masing daerah.

Di Pulau Jawa dan Bali, tarian telah diiringi oleh satu unit instrumen

pengiring lengkap yang disebut dengan gamelan. Dalam seni tari, iringan

ini berfungsi sebagai penguat atau pembentuk suasana, misalnya iringan

untuk tari perang, untuk mengiringi seorang pahlawan yang gugur, untuk

adengan percintaan, untuk tari pemujaan, dan lain sebagainya

(www.spectradancestudio.wordpress.com/2012/09/02/unsur-dasar-seni-

tari/, 22 September 2015).

d. Tata Busana dan Tata Rias

Tata busana dan tata rias di dalam seni tari mempunyai peranan untuk

memperkuat peran dan karakter. Untuk busana dan tata rias peran wanita

disusun tersendiri, berbeda dengan busana dan riasan untuk putra. Bagi

putra masih dibedakan berdasarkan karakternya, misal untuk peran Alusan

akan berbeda tata busana dan riasannya dengan peran Gagahan atau

Dugangan. Dalam peran Gagahan sendiri satu dengan yang lain masih

dibedakan pula (N. Supardjan & I Gusti Ngurah Suparta, 1982: 73).

Sedangkan tata rias, selain sebagai penguat perwatakan atau karakter

dan keindahan, juga yang perlu diketahui bahwa riasan ini akan dinikmati

jarak jauh. Misalnya dalam memperjelas wajah, maka garis mata, garis

alis, dan mulut harus dibuat tebal, hal ini bertujuan agar penonton tetap

bisa melihat wajah penari meskipun dari jarak yang cukup jauh (ibid, 15).

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

18

e. Tempat

Kegiatan tari selalu dilakukan di suatu tempat yang khusus.

Berkembangnya kebudayaan manusia hingga sekarang maka terbentuklah

suatu tempat khusus yang dipergunakan untuk pergelaran atau pentas,

semisal berbentuk arena, lingkaran maupun pendapa. Ada pula tempat

pertunjukan berbentuk proscenium (sebuah tempat pertunjukan di mana

penonton dengan yang ditonton dibatasi dalam suatu bingkai). Pertunjukan

seni tari sebagai tontonan melibatkan dua pihak yaitu penari dan para

penonton, sehingga tempat untuk penari harus mempunyai penerangan

lampu yang cukup dan tata suara (sound system) yang baik (ibid, 16).

f. Tema

Tema dapat diangkat dari berbagai sumber, misalnya tema yang

diangkat dari manusia, bisa berupa kegiatan sehari-hari, kisah, dan

pengalaman hidup. Bisa juga berasal dari legenda, mitos, atau sejarah.

Tema tentang flora atau dunia tumbuh-tumbuhan misalnya Tari Tani, Tari

Minta Hujan, Tari Kumbang Sari. Tema yang berasal dari fauna atau dunia

binatang misalnya Tari Kijang, Tari Burung, Tari Kelinci, dan sebagainya.

Sedangkan yang diangkat dari alam semesta bisa berupa Tari Ombak, Tari

Api, dan lain-lain. Biasanya tema yang diambil disesuaikan dengan

keadaan alam sekitarnya dan kondisi masyarakat sesuai zamannya (ibid,

15).

3. Perkembangan Tari Tradisional di Indonesia

Pada abad sebelum bangsa Hindu datang, nenek moyang bangsa

Indonesia telah mendiami beberapa wilayah yang tersebar antara pulau-pulau

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

19

di Indonesia. Sejak mereka hidup berkelompok kecil hingga kelompok besar,

tari telah mendapat tempat sesuai kepercayaan, yaitu tari sebagai media

upacara semenjak bayi lahir, mulai turun ke bumi, perkawinan, bahkan sampai

upacara kematian.

Pada zaman kehidupan berburu, orang-orang menari sebelum mereka

berangkat untuk mencari binatang buruan. Setelah mengetahui dunia pertanian

dan peternakan, mereka menarikan tarian kesuburan seperti tari minta hujan.

Selain itu, bentuk dan tema tarian lain dari nenek moyang bangsa Indonesia

antara lain tari pengobatan, tari inisiasi, tari perang, dan tari senjata. Sesuai

perkembangan kecerdasannya, mereka menari berdasar atas ekspresi jiwa

hanya dengan menggunakan intuisi, belum ke tingkat rasional. Gerakannya

masih sangat sederhana, berupa depakan kaki dan lambaian lengan dikuatkan

dengan ekspresi wajah.

Kedatangan bangsa Hindu di Indonesia cukup banyak membawa

perubahan di berbagai bidang. Di bidang seni tari mereka telah memiliki

patokan atau standar, terbukti dari adanya buku khusus yang berisi penjabaran

masalah tari. Buku tarinya berjudul Natya Sastra Sedang pengarangnya yaitu

Bharata Muni. Dalam buku ini ada penjabaran tentang mudra (sikap tangan),

beberapa dipilih nenek moyang bangsa Indonesia dan masuk dalam tarian.

Sikap tangan yang dimaksud antara lain ngruji atau ngryung, ngiting,

nyempurit, dan ngepel. Di Indonesia mudra ini tidak diberi arti khusus, dalam

tarian Indonesia hanya diambil karena keindahan bentuk atau motif tangan

yang menarik.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

20

Bentuk pemerintahan kerajaan di Indonesia telah mulai sejak abad IV,

maka timbul tarian-tarian yang sesuai dengan kerajaan di Indonesia. Di dalam

kerajaan tari berkembang cukup baik, tari mendapat pengelolaan khusus,

dukungan dari berbagai kalangan masyarakat, sumber dana, serta fasilitas dari

raja. Perkembangan lebih lanjutnya tentang tari kembali pada masyarakat luas.

Tampak dari adanya gaya Tari Sunda yang pada awalnya berkembang di

lingkungan Keraton Cirebon, namun kemudian telah berkembang pada

masyarakat Jawa Barat secara umum dan akhirnya dikenal dengan nama Tari

Sunda (ibid, 63-67).

4. Perkembangan Tari Tradisional di Jawa Tengah

Pada abad ke VI sampai abad IX, pusat kerajaan yang mulanya di Jawa

Barat berpindah ke Jawa Tengah. Pada awal zaman ini terkenal sebuah

kerajaan yang bernama Kerajaan Mataran Hindu dengan raja yang bernama

Sanjaya. Masa ini juga banyak peninggalan budaya seperti Candi Kalasan,

Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Prambanan, Candi Sari, dan beberapa

candi di dataran tinggi Dieng.

Cabang kesenian di masa ini juga telah maju dan berkembang, tampak

dari relief-relief candi yang menggambarkan seseorang atau berkelompok

melakukan kegiatan tari. Dalam relief juga tampak adanya alat-alat pengiring,

seperti cengceng, alat tabuhan seperti saron, alat gesek seperti rebab, serta

seruling. Dalam pose gerak tarinya ada yang gerakan yang jauh berbeda

dengan Tari India yang sekarang kita lihat, hal ini membuktikan bahwa nenek

moyang bangsa Indonesia telah memiliki gaya tari sendiri sebelum kedatangan

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

21

agama Hindu atau Budha. Pengaruh dari tari India pasti ada, tetapi

penambahan gerakan yang diambil juga diplih secara selektif.

Pada abad X pemerintahan dari Jawa Timur pindah ke Jawa Tengah lagi.

Cabang-cabang kesenian di kerajaan Mataram mendapat perhatian luas,

Terbukti dengan disusunnya buku Sastra Gending yang berisi tentang

tuntunan cara hidup yang baik bagi orang Jawa. Kemudian pada abad XVII

kerajaan pindah ke Kartasura, muncul perjanjian Giyanti karena adanya

peristiwa politik. Kerajaan Mataram Jawa Tengah pecah menjadi dua,

Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dari sinilah mulai

berkembang dua gaya tari, yakni tari klasik gaya Yogyakarta dan tari klasik

gaya Surakarta. Dalam dua kerajaan ini, tari Jawa dibina dan dikembangkan,

semua unsur dalam tari mendapat perhatian yang jauh lebih baik dan kokoh

(ibid, 68).

5. Tari Daerah Surakarta

Perjanjian Giyanti tahun 1755 sebagai awal timbulnya Tari Jawa gaya

Surakarta. Dalam perjanjian Giyanti Kerajaan Mataram pecah menjadi dua

Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, namun pemecah belahan

ini masih berlanjut. Kasultanan Yogyakarta pecah lagi menjadi Kasultanan

Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman, sedangkan Kasunanan Surakarta

pecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran.

Pada bidang seni tari, keempat daerah tersebut sebetulnya mempunyai

ciri khusus, namun jika dilihat sepintas, terasa hanya ada dua gaya tari, yaitu

gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta. Kasultanan Yogyakarta masih berusaha

melestarikan dan mempertahankan gaya tari peninggalan nenek moyang, di

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

22

sisi lain Kasunanan Surakarta selain melestarikan juga merubah dan

menambah di beberapa bagian tari sehinga menjadi lebih menarik jika

dibandingkan dengan tari gaya Yogyakarta.

Paku Alaman dan Mangkunegaran juga melakukan proses asimilasi

dalam bidang tarinya. Hal ini juga dianggap sebuah usaha untuk menemukan

ciri khasnya masing-masing. Perkembangan yang lebih luas di kalangan

masyarakat adalah gaya Surakarta yang berasal dari Kasunanan. Gaya

Kasunanan ini juga selanjutnya dijadikan gaya baku untuk tari gaya Surakarta,

bahkan menjadi bidang studi untuk pelajaran tari, baik secara formal maupun

informal (ibid, 85-86).

Tari Surakarta sendiri masih bisa diklasifikasikan lagi menjadi tiga, yaitu

tari Surakarta menurut jenisnya, tari Surakarta menurut bentuknya, dan tari

Surakarta menurut fungsinya. Dari tiga klasifikasi tersebut, akan sedikit

dijelaskan tentang pembangian tari Surakarta berdasarakan fungsinya.

Tari Surakarta menurut fungsinya dibagi menjadi tiga, yaitu tari untuk

upacara, tari hiburan pergaulan, dan tari untuk pertunjukan. Perkembangan

selanjutnya tari Surakarta dijadikan bidang studi baik lembaga formal maupun

non formal.

a. Tari Upacara

Tari Upacara tentu berkaitan dengan adat dan agama, terlebih untuk

istana yang masih berpegang pada upacara adat. Contoh tari upacara, yaitu

Tari Bedaya Ketawang dan Tari Srimpi Sangupati.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

23

b. Tari Hiburan Pergaulan

Manusia juga membutuhkan hiburan untuk memenuhi kebutuhan

kebahagiaan batin dalam hidupnya, hiburan bisa diwujudkan dalam bentuk

tari. Salah satu contoh tari hiburan, misalnya Tari Tayub.

c. Tari Pertunjukan

Tari yang berfungsi untuk pertunjukan harus mempunyai nilai artistik

yang tinggi, sehingga pola garapannya harus teliti berdasarkan ketentuan

pola garapan dalam koreografi. Yang termasuk tari pertunjukkan, misalnya

Tari Bondan, Tari Gambyong, Tari Gatutkaca Gandrung, Tari Gambir

Anom, dan lain sebagainya (ibid, 95-97).

C. Tari Bondan

1. Tari Bondan sebagai Salah Satu Tari Daerah Surakarta

Telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya bahwa ada beragam Tari

daerah Surakarta, yang dijabarkan menurut fungsinya. Ada tiga tari daerah

Surakarta menurut fungsinya, yaitu tari upacara, tari hiburan, dan tari

pertunjukan. Tari Bedaya Ketawang dan Tari Srimpi Sangupati termasuk

dalam tari upacara, kemudian Tari Tayub merupakan contoh tari hiburan,

sedangkan Tari Bondan, Tari Gambyong, Tari Gambir Anom, dan Tari

Gatutkaca Gandrung termasuk dalam tari pertunjukan.

Tari Bondan merupakan salah satu tari pertunjukan yang berasal dari

Surakarta. Tari Bondan masuk dalam tari pertunjukan karena memiliki bobot

yang mantap dari segi artistiknya. Tari ini dibawakan oleh anak perempuan

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

24

maupun gadis dewasa yang menari sambil menggendong boneka bayi mainan

dan membawa payung terbuka. Pada saat-saat tertentu penari harus naik dan

menari di atas kendhi, namun kendhi tidak boleh pecah. Terkadang pada akhir

tarian kendhi dipecah untuk menunjukkan bahwa kendhi tersebut tidak berisi

apapun, namun ada juga versi dimana kendhi tidak dipecah (ibid, 97).

Pada tahun 1960-an, Tari Bondan merupakan tarian wajib bagi gadis

cantik atau kembang desa di suatu wilayah untuk menunjukkan siapa jati

dirinya. Tingkat kesulitan dari Tari Bondan cukup tinggi, karena selain menari

mengikuti iringan sambil membawa property, penari juga harus punya

keseimbangan yang bagus pada waktu naik di atas kendhi. Jenis Tari Bondan

yang dibawakan penari biasanya Bondan Cindogo dan Mardisiwi, penari

memakai kain wiron, memakai jamang, memakai baju kutang atau kemben,

dengan rambut di-sanggul, menggendong boneka bayi, memanggul payung,

dan membawa kendi. Untuk Tari Bondan jenis ini menggunakan ragam tari

merawat bayi, karena terinspirasi dari kegiatan harian seorang ibu dari mulai

menggendong bayi, menyuapi, memandikan, meninabobokan bayi, sampai

mencuci dan menjemur pakaiaan (www.ciputranews.com, 23 September

2015).

Ada pula jenis Tari Bondan yang tidak menggunakan boneka, payung,

dan kendhi. Saat pentas, penari mengenakan kostum seperti gadis desa petani,

yakni memakai caping, menggendong bakul atau tenggok, dan memakai

kebaya lengan panjang. Pertama mereka menari memperagakan bagaimana

menggarap sawah kemudian satu persatu kostum luar dilepas sehingga

nampak pakaian dalam (kemben atau baju kutang) seperti pada Tari Bondan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

25

yang menggunakan kendhi. Setelah itu para penari pun menari layaknya

gerakan Tari Bondan, tarian ini disebut Tari Bondan Pegunungan atau Bondan

Tani (http://bayumusty.blogspot.com, 23 September 2015).

2. Jenis Tari Bondan

Tari Bondan bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Tari Bondan

Cindogo, Tari Bondan Mardisiwi, dan Tari Bondan Pegunungan atau Bondan

Tani.

a. Tari Bondan Cindogo

Tari Bondan Cindogo secara umum sama dengan jenis Tari Bondan

lain, yaitu mengisahkan seorang ibu yang merawat bayinya dengan sangat

hati-hati dan penuh kasih sayang. Namun terselip kesedihan dalam tarian

ini, karena satu-satunya anak yang ditimang pada akhirnya meninggal,

sehingga pada tarian ini lebih kental akan nuansa sedih seorang ibu

(www.academia.edu/11192372/tari_bondan, 23 September 2015).

b. Tari Bondan Mardisiwi

Tari Bondan Mardisiwi pun juga tidak jauh berbeda, menggambarkan

cerita yang sama, yaitu seorang ibu yang merawat bayinya dengan hati-

hati dan penuh kasih sayang. Bedanya pada Tari Bondan Mardisiwi, anak

atau bayi yang dirawat tidak meninggal (dokumen.tips/documents/sen-

bud.html, 24 September 2015).

c. Tari Bondan Pegunungan atau Bondan Tani

Tari Bondan Pegunungan atau Bondan Tani juga salah satu jenis Tari

Bondan, gerakan intinya sama yaitu menggambarkan seorang ibu yang

merawat bayi dengan penuh kasih sayang. Namun pada awal tariannya

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

26

mengisahkan seorang gadis pegunungan atau gadis desa yang asik

menggarap sawah (bertani). Properti yang digunakan pun layaknya gadis

desa yang akan pergi ke sawah, yaitu mengenakan kebaya lengan panjang,

memakai caping, membawa bakul atau tenggok, dan alat pertanian

lainnya. Kemudian satu persatu kostum luar dilepas membelakangi

penonton, hingga tampak kostum bagian dalam seperti wajarnya kostum

untuk Tari Bondan, barulah penari menarikan Tari Bondan (N. Supardjan

& I Gusti Ngurah Suparta, 1982: 97).

3. Properti Tari Bondan

Properti tari merupakan perlengkapan yang digunakan oleh penari pada

waktu pentas. Dalam Tari Bondan secara umum ada tiga buah property yang

digunakan saat menari, antara lain boneka bayi, payung yang terbuka, dan

kendhi. Namun pada jenis Tari Bondan Pegunungan atau Bondan Tani juga

menggunakan properti bakul (tenggok), caping, dan alat pertanian lain.

Properti boneka bayi sebagai gambaran dari anak atau bayi yang baru

lahir. Saat menarikan Tari Bondan, penari menggendong boneka bayi tersebut

sebagai lambang bahwa sudah menjadi tugas seorang ibu untuk mengurus

anaknya. Penari juga membawa properti berupa payung yang terbuka. Di

kehidupan sehari-hari payung berfungsi untuk melindungi orang dari hujan

maupun teriknya matahari. Demikian pula dalam Tari Bondan, payung yang

terbuka dimaksudkan untuk melindungi anak tersebut, bisa juga diartikan

untuk melindungi keluarga. Penjabaran yang lebih luas mengenai payung yang

terbuka mungkin bisa terwakili dengan kata kesejahteraan. Sedangkan kendhi

dalam Tari Bondan melambangkan urusan dapur atau rumah tangga yang juga

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

27

harus diurus oleh perempuan atau lebih tepatnya seorang ibu (http://aloe-

fera.blogspot.ca/2013/11/analisis-peran-perempuan-jawa-pada-tari).

4. Makna Tari Bondan

Makna secara umum atau keseluruhan dari Tari Bondan, yaitu

menggambarkan seorang ibu yang sedang merawat bayi atau anak yang baru

dilahirkannya dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang. Gerakan Tari

Bondan juga menggambarkan aktifitas keseharian perempuan desa yang

kompleks.

Penari menggendong boneka bayi, membawa payung terbuka, pada Tari

Bondan Tani penari juga memanggul bakul (tenggok) dan memakai caping.

Pada Tari Bondan Tani, penari juga menari layaknya orang yang akan

menggarap sawah, kemudian menarikan ragam gerakan merawat bayi, lalu

pada puncaknya penari juga naik diatas kendhi dan tidak boleh pecah

sedikitpun. Gerakan tersebut menunjukkan begitu banyak tugas yang diemban

oleh perempuan Jawa pada masa itu dan sulitnya perempuan dalam

melaksanakan tugasnya. Terlebih lagi ketika seorang ibu mempunyai anak,

selain tugas rumah tangga juga harus merawat dan mendidik buah hatinya. Hal

ini juga menjelaskan bahwa perempuan Jawa pada masa itu mempunyai peran

ganda dalam hal pekerjaan, selain membantu pekerjaan suami di sawah atau

ladang, juga mengurus anak dan keperluan rumah tangga (http://aloe-

fera.blogspot.ca/2013/11/analisis-peran-perempuan-jawa-pada-tari).

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

28

D. Buku Cerita Bergambar

Sekarang sastra tulis telah memasyarakat, bahkan di kalangan anak-anak.

Tradisi dongeng lisan mulai bergeser ke tulisan, sehingga banyak muncul buku

bacaan anak yang beraneka ragam, baik yang dibukukan maupun yang dimuat di

majalah. Untuk menarik perhatian anak-anak tentunya buku bacaan yang tersedia

dibuat semenarik mungkin, dengan gambar ilustrasi yang warna-warni dan lucu-

lucu, serta sajian teks yang tidak terlalu panjang. Melalui buku cerita bergambar,

orang tua bisa membiasakan anak mengenal tulisan hingga makin lama menjadi

lancar membaca. Adanya gambar ilustrasi yang berwarna-warni dan menarik juga

melatih imajinasi anak agar lebih mudah memahami cerita yang disampaikan

(Sugihastuti, 2013: 31-33).

1. Pengertian Buku Bergambar

Buku cerita bergambar merupakan salah satu dari berbagai ragam buku

bergambar. Menurut Rothlein (1991) dalam Jurnal Teori dan Praktik

Kependidikan PGSD, mengemukakan bahwa buku bergambar merupakan

buku cerita yang penyajiannya menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar.

Buku tersebut ditujukan untuk anak-anak, yaitu untuk anak usia dini dan anak

usia sekolah dasar awal. Gambar dalam sebuah buku berperan penting dalam

proses belajar membaca dan menulis. Dengan menggunakan buku bergambar

yang baik bisa lebih memotivasi mereka untuk belajar, anak-anak juga

terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman dari cerita.

Menurut Stewing (1980) masih dalam Jurnal Teori dan Praktik

Kependidikan PGSD bahwa buku bergambar adalah buku yang menyejajarkan

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

29

cerita dengan gambar. Sehingga kedua elemen tersebut bekerja sama untuk

membentuk sebuah cerita dengan ilustrasi gambar. Buku-buku bergambar

dimaksudkan untuk mendorong anak agar mengapresiasi buku bacaan. Untuk

menarik minat anak agar mau membaca, baik secara verbal ataupun

gambarnya haruslah menarik, jelas, dan komunikatif.

Gambar dalam cerita anak-anak juga harus sesuai dengan tema, latar,

perwatakan, dan plot dalam cerita. Begitu pula ilustrasi di dalam buku cerita

bergambar (picture story book) yang berfungsi untuk menggambarkan pelaku,

latar, dan rangkaian kegiatan untuk membangun alur cerita (plot) dari suatu

cerita. Buku bergambar yang baik dapat menjadi kesenangan atau hiburan dan

menjadi pengalaman estetik bagi anak (Jurnal Teori dan Praktik Kependidikan

PGSD, Juli 2006).

2. Jenis Buku Bergambar

Buku bergambar atau picture book dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

Rothlein dan Meinbach (1991) membagi jenis buku bergambar menjadi lima

macam, yaitu ; 1) buku abjad (alphabet book), 2) buku mainan (toys book), 3)

buku konsep (concept book), 4) buku bergambar tanpa kata (wordless picture

book), dan 5) buku cerita bergambar (picture story book). Berikut penjelasan

tentang kelima jenis buku bergambar seperti yang telah disebutkan di atas.

a. Buku Abjad (Alphabet Book)

Setiap huruf alfabet dalam buku abjad selalu dikaitkan dengan suatu

ilustrasi atau bentuk gambar objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasinya

harus jelas sesuai huruf kunci, gambar objeknya juga harus mudah

dikenali. Beberapa buku abjad diberikan tema khusus, misalnya

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

30

peternakan, kebun binatang, tumbuh-tumbuhan, transportasi, dan lain

sebagainya. Fungsi dari buku abjad sendiri adalah untuk membantu

menstimulasi anak terhadap pengenalan huruf dan membantu anak

mengembangkan kosa kata (Jurnal Teori dan Praktik Kependidikan PGSD,

Juli 2006).

b. Buku Mainan (Toys Book)

Buku-buku mainan disajikan dengan cara yang tidak biasa, misalnya

buku kartu papan, buku pakaian, buku pipet tangan, dan lain sebagainya.

Buku mainan ini bertujuan untuk mengarahkan anak-anak agar lebih

memahami teks, mengeksplorasi konsep nomor, kata bersajak, dan alur

cerita. Buku mainan dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan

ketrampilan kognitif, menumbuhkan sikap positif terhadap membaca,

meningkatkan kemampuan berbahasa, mengembangkan sifat sosialnya,

dan bisa meningkatkan kecintaan anak terhadap buku bacaan (Jurnal Teori

dan Praktik Kependidikan PGSD, Juli 2006).

c. Buku Konsep (Concept Book)

Buku konsep adalah buku yang menyajikan konsep menggunakan

satu atau lebih contoh untuk membantu pemahaman konsep yang sedang

dikembangkan. Konsep yang ditekankan akan diajarkan melalui alur cerita

atau dijelaskan melalui repetisi (bentuk pengulangan) dan perbandingan.

Melalui konsep seperti warna, bentuk, ukuran dapat diperagakan sendiri

dengan konsep yang lainnya (Jurnal Teori dan Praktik Kependidikan

PGSD, Juli 2006).

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

31

d. Buku Bergambar Tanpa Kata (Wordless Picture Book)

Buku bergambar tanpa kata merupakan buku yang digunakan untuk

menyampaikan cerita melalui ilustrasi saja. Bentuk gambar tanpa kata bisa

terdapat di televisi, komik, dan bentuk visual lainnya dari komunikasi.

Alur cerita disajikan melalui gambar yang diurutkan dan tindakan juga

digambarkan dengan jelas. Buku bergambar tanpa kata bisa berupa buku

humor, buku serius, buku informasi, maupun buku fiksi. Keunggulan jenis

buku ini, bisa membantu anak mengembangkan bahasa tulis dan bahasa

lisan mengikuti gambar. Ketrampilan pemahaman juga bisa dikembangkan

saat anak mampu membaca cerita atau menangkap maksud melalui

ilustrasi (Jurnal Teori dan Praktik Kependidikan PGSD, Juli 2006).

e. Buku Cerita Bergambar (Picture Story Book)

Buku cerita bergambar yaitu buku yang memuat pesan melalui

ilustrasi dan teks tertulis. Buku cerita bergambar biasanya memuat

berbagai tema yang diangkat dari pengalaman kehidupan sehari-hari anak.

Dalam buku ini, karakter bisa berupa manusia atau binatang. Buku cerita

yang diilustrasikan dengan menarik dan ditulis dengan baik akan

memberikan kontribusi pada perkembangan sastra anak. Tentunya juga

memuat elemen sastra seperti alur cerita, struktur kata yang baik, karakter

yang baik, perubahan gaya, latar, dan tema yang menarik, sehingga

melalui buku ini, imajinasi akan berkembang dan anak mendapatkan

stimulus untuk berpikir kreatif. Selain itu juga bisa mengembangkan

komunikasi secara lisan, mengembangkan proses berpikir kognitif,

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

32

memacu anak untuk mengungkapkan perasaannya, dan meningkatkan

kepekaan seni (Jurnal Teori dan Praktik Kependidikan PGSD, Juli 2006).

Dalam buku cerita bergambar, tidak hanya elemen sastra yang

diperhatikan, tapi dari segi ilustrasinya pun juga harus diperhatikan.

Ilustrasi yang baik tentu mempunyai daya memuat pesan dan imajinasi

sesuai isi cerita. Estetika dari gambar-gambar yang ditampilkan harus

relevan dengan isi cerita. Di samping itu, ilustrasinya juga harus mengenai

sasaran sebagai wujud telah tersampaikannya pesan dalam cerita kepada

pembaca. Oleh karena itu, ilustrasi dalam buku cerita anak-anak sangatlah

perlu karena bisa memperjelas makna cerita (Sugihastuti, 2013: 83).

3. Manfaat Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar dapat digunakan untuk membantu anak mengenal

lingkungan dan situasi yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggal

mereka. Melalui buku cerita bergambar anak dapat mengenali karakteristik

pelaku (baik atau buruk), mengetahui latar (waktu dan tempat terjadinya

cerita), serta situasi yang ada pada cerita. Menurut Stewing (1980) ada tiga

manfaat dari buku bergambar, yaitu:

a. Memberikan masukan bahasa pada anak-anak.

b. Dapat memberikan masukan visual pada anak-anak.

c. Dapat menstimulasi kemampuan visual dan verbal anak-anak.

Maka melalui buku cerita bergambar akan memacu reaksi anak untuk

berkomentar terhadap gambar dan cerita yang ada pada buku, baik itu orang,

benda, tempat, warna, ilustrasi atau gambar karakter, perubahan objek,

maupun perkembangan cerita dari awal hingga akhir. Dari hal tersebut akan

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

33

diketahui bahasa dan kebiasaan anak, sehingga orang tua bisa membantu anak

mempertajam kemampuan mereka dalam berekspresi dan mengarahkan minat

serta bakat anak (Jurnal Teori dan Kependidikan PGSD, Juli 2006).

Buku cerita bergambar juga sebagai salah satu media untuk terapi

kecerdasan anak karena bisa juga digunakan untuk mendongeng, khususnya

bagi anak yang belum bisa membaca, maka perlu peran orang tua untuk

membacakannya. Berikut beberapa manfaat lain dari buku cerita bergambar,

diantaranya :

a. Merangsang ketrampilan anak untuk berpikir secara sistematis.

b. Anak memperoleh wawasan yang lebih luas, mendapat perbendaharaan

kata, ungkapan, mengetahui watak orang, sejarah, kebudayaan, dan

sebagainya.

c. Jelajah cakrawala pemikiran anak menjadi lebih baik, lebih kritis, dan

cerdas.

d. Melejitkan daya imajinasi anak, karena sebagai dasar untuk

mengembangkan kreativitas anak.

e. Membentuk karakter anak, dengan membaca anak diharapkan bisa

membedakan baik dan buruk, lalu bereaksi mencintai kebaikan dan

membenci perbuatan buruk.

f. Menumbuhkan rasa ingin tahu dari si anak, sehingga anak banyak,

bertanya, berkomentar, dan berkeinginan untuk belajar lebih banyak.

g. Sebagai rangsangan agar anak mempunyai kepekaan emosi, kecerdasan

spiritual, dan nilai budi pekerti yang luhur (Jasmin Hana, 2011: 68-89)

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

34

4. Kriteria Buku Cerita Bergambar

Untuk memilih buku cerita bergambar yang baik bagi pembelajaran anak,

ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam sebuah buku cerita

bergambar dari segi isinya, menurut Rothlein (1991) antara lain :

a. Gambar harus mendukung teks.

b. Gambarnya jelas dan mudah dibedakan.

c. Ilustrasi dapat memperjelas rangkaian cerita, latar, penjiwaan, dan

karakter.

d. Anak mampu atau bisa dengan mudah mengidentifikasi karakter dan

tindakan.

e. Gaya dan ketepatan bahasa harus cocok atau sesuai untuk anak-anak.

f. Bisa menghindarkan klise.

g. Tema yang dipilih harus mempunyai kegunaan.

h. Ada ketepatan konsep yang mudah dipahami oleh anak.

i. Variasi buku yang dipilih merefleksikan keragaman budaya.

j. Buku yang dipilih juga merefleksikan berbagai gaya (Jurnal Teori dan

Kependidikan PGSD, Juli 2006).

Sedangkan dari segi fisik buku, agar buku cerita bergambar mapun

beragam buku anak lebih awet biasanya dicetak dengan kertas karton tebal.

Hal ini untuk menyiasati karena terkadang anak yang aktif bisa melakukan

berbagai kegiatan, misalnya mencorat-coret kertas dalam sebuah buku,

mungkin menjatuhkan makanan atau menumpahkan minuman (Firmanawati

Sutan, 2004: 18).

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

35

5. Strategi Layout Buku Cerita Bergambar

Untuk mendapatkan sebuah layout yang baik dalam membuat buku cerita

bergambar, diperlukan strategi yang tepat agar penyampaian pesan pada buku

cerita bergambar dapat terkomunikasikan pada target audience. Dalam buku

“Layout Dasar dan Penerapannya” diuraikan cara membuat layout yang baik,

yaitu :

a. Membuat konsep desain.

b. Menentukan media dan spesifikasinya.

c. Merencanakan pengorganisasian melalui thumbnails atau sketsa layout.

d. Mulai membuat desain menggunakan komputer (desktop publishing).

e. Menentukan teknik cetak yang sesuai (Surianto Rustan, 2009: 7-15).

Dalam buku cerita bergambar juga mengandung elemen-elemen layout,

seperti elemen teks, elemen visual, dan invisible elemen. Secara umum tujuan

dari elemen-elemen layout tersebut, yaitu untuk menyampaikan informasi

dengan lengkap dan tepat serta kenyamanan dalam membaca termasuk

kemudahan untuk mencari informasi yang dibutuhkan, navigasi, dan estetika

(ibid, 27).

a. Elemen Teks

Agar teks nyaman untuk dibaca dan bisa menyampaikan informasi

pada target audience, maka perlu diperhatikan dalam memilih jenis huruf

dan ukurannya termasuk jarak antar huruf, kata, baris dan lebar paragraf.

Jenis huruf harus cocok dengan tema atau kosep desainnya dan sesuai

untuk target audience. Ukuran huruf pun juga diperhatikan, misal untuk

anak yang masih dalam tahap membaca awal maka perlu ukuran huruf

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

36

yang sedikit lebih besar sehingga mudah dibaca. Terutama untuk judul

diberi ukuran yang besar untuk menarik perhatian pembaca. Jarak antar

huruf dan kata yang tepat juga akan meningkatkan keterbacaan teks. Lebar

paragraf juga menentukan kenyamanan membaca dan bisa ditentukan dari

ukuran huruf. Jika ukuran huruf yang digunakan besar maka lebar paragraf

bisa ditambah (ibid, 18-21).

b. Elemen Visual

Elemen visual bisa berupa foto, artworks, infographics, garis, kotak,

inzet, dan poin. Pada majalah atau buku cerita anak-anak akan lebih sering

menggunakan artworks dibandingkan dengan fotografi. Karena artworks

dapat memancing imajinasi anak sehingga cara berpikir anak akan

berkembang menjadi lebih kreatif. Artworks merupakan berbagai karya

seni (bukan fotografi), baik berupa ilustrasi, kartun, mapun sketsa. Pada

situasi tertentu bisa menyajikan informasi dengan lebih akurat juga bisa

mengandung pesan yang dalam (ibid, 56-57).

c. Invisible Elemen

Invisible elemen yang dimaksud adalah elemen yang tidak terlihat

pada hasil cetakan, namun berfungsi sebagai acuan dalam penempatan

semua elemen layout. Sehingga akan bermanfaat untuk membentuk

kesatuan (unity) dari keseluruhan layout. Yang termasuk invisible elemen

adalah margin dan grid. Margin sebagai penentu jarak antar pinggir kertas

dengan ruang yang ditempati elemen-elemen layout. Margin untuk

mengantisipasi agar layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman sehingga

pada waktu pencetakan tidak terpotong. Sedangkan grid adalah garis bantu

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

37

yang mempermudah kita untuk menempatkan elemen layout, sehingga

terjaga konsisitensi dan kesatuannya (ibid, 63-68).

Menyusun layout untuk buku cerita bergambar sama halnya

dengan menyusun layout secara umum, maka perlu diketahui tentang prinsip

dasar layout yang juga merupakan prinsip dasar desain grafis. Berikut

beberapa uraian tentang prinsip dasar layout :

a. Sequence (Urutan)

Sequence atau urutan yang dimaksud dalam prinsip dasar layout

adalah membuat prioritas dan mengurutkan dari yang harus dibaca

pertama hingga yang boleh dibaca di akhir. Sequence diperlukan agar

informasi pertama yang ingin disampaikan oleh penulis bisa langsung

terbaca, bila semua informasi sama kuatnya maka pembaca akan kesulitan

menangkap pesan yang diinginkan. Sequence dapat tercapai dengan

adanya penekanan (emphasis).

b. Emphasis (Penekanan)

Emphasis merupakan penekanan yang paling kuat sehingga terbentuk

point of interest-nya. Misalkan judul yang menjadi informasi pertama yang

harus dilihat pembaca, maka penulisan judul harus diberi penekanan.

Beberapa cara untuk memberikan emphasis atau penekanan, antara lain :

1) Ukuran yang dibuat jauh lebih besar dibanding dengan elemen layout

lainnya dalam suatu halaman.

2) Warna yang dibuat kontras atau berbeda sendiri dengan latar belakang

dan elemen lainnya.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

38

3) Letakkan di posisi yang strategis atau menarik perhatian pembaca,

misal kecenderungan membaca dari atas ke bawah dan kiri ke kanan,

maka letakkan pada kiri atas.

4) Gunakan bentuk atau style yang berbeda dengan elemen di sekitarnya.

c. Balance (Keseimbangan)

Balance atau keseimbangan adalah pembagian berat yang merata pada

bidang layout, namun bukan berarti seluruh bidang harus dipenuhi dengan

elemen tetapi untuk menampilkan kesan seimbang. Bukan hanya dari tata

letak, tapi juga ukuran, warna, arah, dan lain sebagainya. Balance dibagi

menjadi dua, yaitu simetris (symetrical balance) dan asimetris atau tidak

simetris (assymetrical balance).

d. Unity (Kesatuan)

Unity atau kesatuan akan tercapai jika semua elemen desain, baik

berupa teks, gambar, warna, ukuran, posisi, style, dan lain sebagainya

saling terkait dan disusun secara tepat. Tidak hanya yang terlihat secara

fisik tapi juga pesan yang ingin disampaikan dalam konsepnya, sehingga

layout yang memiliki kesatua akan memberi efek yang kuat bagi pembaca

(ibid, 73-86).

Buku cerita bergambar yang memang ditujukan untuk anak-anak

haruslah menarik perhatian serta mudah untuk dibaca, sehingga diperlukan

desain cover buku yang juga menarik. Karena cover atau sampul buku adalah

wajah pertama yang akan dilihat oleh pembaca. Beberapa langkah untuk

membuat cover buku cerita bergambar yang menarik, yaitu :

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

39

a. Siapkan konsep gambar untuk sampul yang sesuai dengan tema yang

diangkat dalam cerita bergambar.

b. Tentukan font judul yang cocok atau sesuai untuk karakter buku cerita

bergambar yang akan dibuat. Sesuaikan juga dengan isi buku, bercerita

tentang apa, dan ukurannya sesuaikan agar bisa terbaca pertama kali yakni

tidak terlalu kecil tapi juga tidak terlalu besar.

c. Jika menggunakan sub judul maka siapkan pula sub judul yang sekilas

bisa menginformasikan isi buku cerita bergambar.

d. Buatlah sinopsis yang menarik, sinopsis adalah ringkasan isi buku yang

tertera pada cover belakang. Sinopsis juga menentukan apakah buku yang

dibuat akan laku di pasaran atau diminati pembaca, karena pembaca

setelah tertarik melihat cover, pasti akan membaca judul, sub judul, dan

terakhir akan membaca sinopsis dari isi buku, sehingga usahakan

ringkasan dibuat semenarik mungkin dan bisa membuat pembaca

penasaran (https://malkasmedia.wordpress.com/tag/jasa-layout-buku/, 3

Oktober 2015).

Sedangkan untuk layout bagian isi dari buku cerita bergambar perlu

memperhatikan prinsip-prinsip dasar layout seperti yang telah diuraikan

sebelumnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Buku cerita bergambar biasanya menyejajarkan antara ilustrasi dengan

teks, sehingga proporsinya dibuat dengan kesan seimbang. Dan antara

elemen satu dengan lainnya harus saling berkaitan agar tercipta menjadi

satu kesatuan.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

40

b. Pemilihan tipografi yang tepat untuk teks dalam buku cerita bergambar,

disesuaikan dengan tema dan target pembacanya. Untuk cerita bergambar

gunakan huruf yang sederhana dan mudah dibaca seperti jenis huruf sans

serif. Bila target pembacanya anak Sekolah Dasar kelas 1 dan kelas 2,

gunakan jenis huruf sans serif dengan ukuran 14 pt sampai 24 pt.

c. Perhatikan tingkat keterbacaan dari teks di dalam buku cerita bergambar,

baik dari jenis huruf, ukuran, warna, lebar baris, jarak antar baris, kontras,

dan sebagainya agar pembaca yang masih anak-anak nyaman dalam

membaca buku tersebut (taranokanai.blogspot.com/2012/12/cara-

membuat-layout-buku, 3 Oktober 2015).

E. Perkembangan Psikologi Anak Usia 6-7 Tahun

Masa anak-anak dimulai saat mereka melewati masa bayi, yaitu sekitar

usia 2 tahun hingga anak matang secara seksual. Menurut Elizabeth B. Hurlock

(2003), masa anak-anak masih dibagi lagi yaitu periode awal masa anak-anak

(usia 2-6 tahun) dan periode akhir masa anak-anak (usia 6 tahun sampai anak

matang secara seksual). Pada sub bab ini akan sedikit diuraikan tentang

perkembangan anak pada permulaan akhir masa anak-anak (usia 6-7 tahun)

(Elizabeth B. Hurlock, 2003: 108).

1. Perkembangan Psikologi Anak Usia 6-7 Tahun

Anak usia 6 tahun biasanya sudah dituntut untuk mulai mengikuti

pendidikan formal. Dari sisi psikologis anak usia 6-7 tahun pasti mulai

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

41

berbeda dengan usia dibawahnya, karena anak sudah mulai sekolah sehingga

menyebabkan pola perilaku, minat, dan nilai budi pekertinya mulai berubah.

Banyak julukan atau label yang diberikan orang tua, pendidik, maupun

ahli psikologis yang dapat mencerminkan ciri-ciri perilaku anak-anak pada

periode akhir masa anak-anak ini.

a. Usia Menyulitkan dan Tidak Rapih

Orang tua menjuluki masa ini usia menyulitkan karena anak-anak

mulai tidak menuruti perintah orang tua. Usia tidak rapih juga digunakan

orang tua untuk melabeli periode ini, karena anak-anak kurang

bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya.

b. Usia Sekolah Dasar dan Periode Kritis

Para pendidik memberikan label usia sekolah dasar, karena

diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang nantinya

digunakan untuk penyesuaian diri pada waktu dewasa dan bisa

mempelajari ketrampilan tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pendidik juga memberi pandangan masa ini adalah periode kritis, karena

anak mulai mengembangkan kebiasaan untuk mencapai prestasi (sukses,

tidak sukses, atau sangat sukses). Kebiasaan yang dimulai sejak kecil ini,

cenderung menetap hingga anak dewasa.

c. Usia Berkelompok, Penyesuaian Diri, Usia Kreatif, dan Usia Bermain

Para ahli psikologi menyebut periode ini usia berkelompok dan usia

penyesuaian diri, di mana anak-anak akan mulai mempunyai keinginan

untuk diterima dalam kelompok sehingga akan menyesuaikan diri sesuai

kelompoknya. Pada masa ini anak-anak juga akan mengembangkan

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

42

kreativitasnya, sehingga disebut usia kreatif. Selain itu juga disebut usia

bermain, bukan karena banyak waktu untuk bermain akan tetapi karena

luasnya minat dan kegiatan bermain anak (ibid, 146-148).

2. Perkembangan Kemampuan Membaca Anak Usia 6-7 Tahun

Dari segi kemampuan untuk membaca, anak usia 6-7 tahun masuk dalam

pembaca dasar awal. Setiap anak tingkat perkembangannya berbeda, tidak

jarang pada usia 6-7 tahun anak masih belum mahir membaca sehingga perlu

peran orang tua untuk selalu mendukung dan melatihnya. Pada awalnya, anak

membaca dengan suara keras, sehingga bisa lebih mudah dikoreksi kesalahan

bacaannya. Umumnya kesalahan terjadi pada kata-kata yang panjang atau

kata-kata yang jarang digunakan. Sedangkan kecepatan membaca dan tingkat

pemahaman mereka akan terus berkembang. Pada tahap ini, umumnya anak-

anak masih menyukai bacaan dengan tema fantasi atau dongeng, tetapi cerita

dan kalimatnya lebih panjang dari tahap sebelumnya. Anak-anak akan

menunjukkan ketertarikannya pada komik dan cerita bergambar, maka perlu

diarahkan agar anak memilih buku sesuai dengan minat mereka. Buku yang

berisi informasi dan pengetahuan sederhana juga cocok diberikan pada anak

usia ini (Firmanawaty Sutan, 2004: 28-31).

3. Perkembangan Keterampilan Anak Usia 6-7 Tahun

Beberapa keterampilan juga mulai muncul pada periode akhir masa anak-

anak, keterampilan tersebut antara lain :

a. Keterampilan menolong diri sendiri, di mana anak mulai bisa berpakaian,

makan, mandi, dan berdandan sendiri.

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan · tarian dengan ciri khas daerah maupun suku masing-masing, ... yaitu gerak murni dan gerak maknawi. 1) ... misalnya pada Tari Seudati dari Aceh.

43

b. Keterampilan menolong orang lain, yang dimulai dari lingkungan rumah

seperti merapikan tempat tidur, menyapu, membantu orang tua, dan lain

sebagaianya.

c. Keterampilan sekolah, di sini anak mulai mengembangkan berbagai

keterampilan, misalnya menulis, menggambar, melukis, membentuk tanah

liat, menari, mewarnai, dan lain sebagainya.

d. Keterampilan bermain, anak-anak akan mulai aktif mengembangkan

ketertarikannya pada mainan yang sedikit lebih sulit. Misalnya bermain

bola, bermain sepeda, sepatu roda, dan berenang (Elizabeth B. Hurlock,

2003: 151).