BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian ...eprints.uny.ac.id/7731/3/BAB 2 -...

21
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Parameter dan Tes Parameter dalam pencak silat sangat diperlukan oleh seorang pelatih. Dalam kegiatan melatih seorang pelatih harus mempunyai parameter yang tepat untuk atlet. Artinya apabila parameter itu tidak tepat, maka pelatih tidak bisa mengetahui kemampuan atlet sehingga dalam pembuatan perencanaan progam latihan pun tidak sesuai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan parameter adalah ukuran seluruh populasi dalam penelitian yang harus diperkirakan dari yang terdapat dalam percontohan. Parameter merupakan sebuah nilai yang mengikuti sebagai acuan, keterangan atau informasi yang dapat menjelaskan batas-batas atau bagian-bagian tertentu dari suatu sistem. Parameter mengandung pengertian yaitu indikator dari suatu distribusi hasil pengukuran. Parameter juga berarti suatu nilai yang menggambarkan karakteristik suatu populasi, dikutip dari http://www. docs-finder.com/pengertian-parameter-doc~2.html. Suatu tes pengukuran sangat dibutuhkan oleh siapa saja yang memerlukan data atau informasi mengenai individu atau kelompok. Menurut Allen Philips (1979: 1-9) a test is commonly difined as a tool or instrument of measurement that is used to obtain data about a specific trait or

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian ...eprints.uny.ac.id/7731/3/BAB 2 -...

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Parameter dan Tes

Parameter dalam pencak silat sangat diperlukan oleh seorang pelatih.

Dalam kegiatan melatih seorang pelatih harus mempunyai parameter yang

tepat untuk atlet. Artinya apabila parameter itu tidak tepat, maka pelatih tidak

bisa mengetahui kemampuan atlet sehingga dalam pembuatan perencanaan

progam latihan pun tidak sesuai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) yang dimaksud dengan parameter adalah ukuran seluruh populasi

dalam penelitian yang harus diperkirakan dari yang terdapat dalam

percontohan. Parameter merupakan sebuah nilai yang mengikuti sebagai

acuan, keterangan atau informasi yang dapat menjelaskan batas-batas atau

bagian-bagian tertentu dari suatu sistem. Parameter mengandung pengertian

yaitu indikator dari suatu distribusi hasil pengukuran. Parameter juga berarti

suatu nilai yang menggambarkan karakteristik suatu populasi, dikutip dari

http://www. docs-finder.com/pengertian-parameter-doc~2.html.

Suatu tes pengukuran sangat dibutuhkan oleh siapa saja yang

memerlukan data atau informasi mengenai individu atau kelompok. Menurut

Allen Philips (1979: 1-9) a test is commonly difined as a tool or instrument of

measurement that is used to obtain data about a specific trait or

9

characteristic of an individual or group. (Tes biasanya diartikan sebagai alat

atau instrumen dari pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data

tentang suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari individu atau

kelompok) dikutip dari http://sindemeysin.blogspot.com /2009/05/pengertian-

tes-pengukuran-eveluari-dan.html.

Menurut Burhan (2010: 7) tes merupakan sebuah instrumen atau

prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya

untuk menjawab pertanyaan “seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang yang

jawabnya berupa angka. Selain itu tes juga dapat dikatakan sebagai prosedur

yang sitematis guna mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah atau lebih

ciri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu sistem kategoris

(file:///E:/skripsi/parameter/pengertiantes). Dengan demikian tes merupakan

prosedur yang sistematis untuk memperoleh data dari individu atau kelompok,

adapun fungsi dari adanya tes adalah untuk mengetahui kemampuan atau

keterampilan, menyiapkan dasar untuk mencapai kemajuan, mendiagnosis

kelemahan, dan meramalkan kemungkinan di masa depan.

2. Teknik Tendangan dalam Pencak Silat

Pada olahraga pencak silat teknik tendangan sama pentingnya dengan

teknik pukulan, akan tetapi tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar

dibanding dengan kekuatan pukulan. Pada saat menendang keseimbangan

yang baik sangat diutamakan, bukan hanya berat badan ynag bertumpu pada

10

satu kaki saja tetapi juga disebabkan akibat guncangan tenaga balik pada saat

benturan. Kaki memiliki jangkauan panjang yang tidak terjangkau oleh

tangan. Penggunaan teknik tendangan harus disertai dengan koordinasi yang

baik antara sikap kaki, sikap tangan, dan sikap badan.

Selain itu menurut MUNAS IPSI XII tahun 2007 dalam perolehan point

(nilai) tendangan mempunyai nilai lebih tinggi yaitu 2 atau 1+2 sedangkan

pukulan hanya memperoleh nilai 1 atau 1+1. Teknik serang yang dominan

pada pertandingan pencak silat merupakan teknik tendangan. Teknik

tendangan suatu proses yang gerakannya menggunakan tungkai atau kaki.

Notosoejitno (1997: 71) mengatakan bahwa tendangan merupakan serangan

yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai, kaki sebagai komponen

penyerang.

Menurut Johansyah (2004: 26) teknik tendangan terbagi menjadi

beberapa macam antara lain : tendangan lurus, tendangan tusuk, tendangan

kepret, tendangan jejag, tendangan gajul, tendangan T, tendangan celorong,

tendangan belakang, tendangan kuda, tendangan taji, tendangan sabit,

tendangan baling, tendangan bawah, dan tendangan gejig. Akan tetapi tidak

semua tendangan tersebut digunakan dalam pertandingan.

Agung Nugroho (2001: 17) membagi jenis tendangan menjadi 4 menurut

perkenaan kakinya, yaitu: (a) Tendangan depan yaitu tendangan yang

menggunakan punggung, telapak, ujung telapak, dan tumit kaki; (b)

Tendangan samping (T) yaitu tendangan yang menggunakan sisi kaki, telapak

11

kaki dan tumit; (c) Tendangan belakang merupakan tendangan yang

menggunakan telapak kaki dan tumit kaki; dan (d) Tendangan busur (sabit)

merupakan tendangan yang menggunakan punggung, ujung telapak kaki

busur belakang menggunakan tumit kaki.

Melihat dari efektifitas dan efisiensi gerak, tidak semua tendangan

tersebut dapat digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding.

Tendangan yang tidak efektif dan efisien akan menghambat atlet dalam

memperoleh nilai pada pertandingan. Menurut Agung Nugroho jenis

tendangan yang sering dilakukan dalam pertandingan pencak silat kategori

tanding terdiri dari: (a) tendangan depan, (b) tendangan sabit, (c) tendangan

samping atau tendangan T.

Tendangan depan yaitu tendangan yang perkenaan terletak pada telapak,

ujung telapak, dan tumit kaki. Tendangan ini diawali dengan mengangkat

lutut ke depan terlebih dahulu ke arah depan dan meluruskan ke arah depan.

Tendangan jenis ini sangat cocok digunakan untuk pertarungan jarak jauh, dan

bagi pesilat yang memiliki tungkai yang panjang sangat efektif digunakan

karena jangkauannya pasti lebih panjang. Kelemahan dari tendangan ini

adalah jika gerak balikan tidak cepat maka sangat mudah tendangan tersebut

untuk ditangkap. Berikut adalah gambar rangkaian gerak tendangan depan:

12

Gambar 1. Rangkaian Gerak Tendangan Depan

(doc Pribadi 2011)

Tendangan (T) atau yang bisa disebut juga dengan tendangan samping

karena arah gerakan tendangan ke arah samping. Terdapat berbagai macam

variasi tendangan samping ini. Semua variasi hususnya untuk permainan

dalam pertandingan pada awalan boleh berbeda tetapi bentuk akhirnya sama

yaitu seperti huruf T. Pada dasarnya tendangan samping memakai tumit

sebagai alat serang atau menggunakan sisi luar telapak kaki atau ada yang

menyebut sebagai pisau kaki. Tendangan Samping mempunyai beberapa

kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah rangkian gerak tendangan T:

13

Gambar 2. Rangkaian Gerak Tendangan Samping (T)

(doc. Pribadi 2011)

Beberapa kelebihan tendangan T antara lain: (1) jangkauan lebih

panjang, (2) jarak kepala dengan lawan lebih jauh, maka lebih aman, (3)

eksplorasi tenaga bisa maksimum. Untuk kelemahannya antara lain: (1) sulit

digunakan untuk pertarungan jarak pendek, (2) lebih mudah dijatuhkan baik

dengan permainan bawah maupun dengan tangkapan. Semakin rebah sikap

badan semakin mudah dijatuhkan dengan tangkapan, (3) kurang menghadap

lawan sehingga bisa kehilangan pandangan.

Tendangan sabit / busur, seperti namanya tendangan busur adalah

tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki.

Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan

namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan

pada punggung kaki.

14

Gambar 3. Rangkaian Gerak Tendangan Sabit

(doc. Pribadi 2011)

3. Kecepatan

a. Pengertian kecepatan

Pertandingan pencak silat kategori tanding dilaksanakan selama 2

menit bersih dalam waktu tiga babak. Dalam waktu itu dibutuhkan

serangan yang ditujukan terhadap lawan untuk memperoleh nilai. Untuk

memperoreh nilai dalam pertandingan serangan yang dilakukan harus

secepat-cepatnya. Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang

memungkinkan seorang olahragawan dapat melakukan gerakan sesingkat-

singkatnya bila dirangsang. Seperti yang dikatakan oleh Sukadiyanto

(2002: 108) kemampuan menjawab rangsang dengan bentuk gerak atau

serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin. Kecepatan juga

15

diartikan sebagai kemampuan untuk berjalan, berlari atau bergerak

dengan cepat (Rusli Lutan, 2000: 74). Sedangkan menurut Brown (2001:

10) yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan bergerak dari

satu titik ke titik lain setelah mendapat rangsang.

Dari beberapa pendapat diatas maka maka dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk

melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk

menjawab dari sebuah rangsang.

Kecepatan termasuk komponen biomotor yang sangat berpengaruh

pada penampilan atlet pencak silat dalam pertandingan. Kecepatan juga

potensi tubuh yang digunakan sebagai modal atau sangat menunjang

dalam melakukan gerakan. Dalam pertandingan pencak silat kecepatan

dapat dilihat dalam melakukan serangan baik tendangan, pukulan, serta

reaksi saat mendapat serangan dari lawan seperti menghindar, menangkis

atau membalas serangan lawan. Tendangan merupakan serangan yang

dominan dilakukan dalam pertandingan pencak silat. Dengan itu

kecepatan tendangan sangat dibutuhkan dalam pertandingan pencak silat

untuk memperoleh nilai.

b. Faktor Penentu Kecepatan

Kecepatan merupakan kemampuan genetika atau bawaan sejak lahir,

oleh karena itu komponen kecepatan mempunyai keterbatasan tertentu

16

tergantung pada struktur otot dan syaraf, sehingga peningkatan kecepatan

juga relatif terbatas.

Menurut Awan Hariono (2007: 73), faktor-faktor yang

mempengaruhi kecepatan di antaranya: proses mobilitas syaraf,

perangsangan-penghentian, kontraksi-relaksasi, peregangan otot-otot,

kontraksi kapasitas otot-otot, koordinasi otot-otot sinergis dan antagonis,

elastisitas otot, kekuatan kecepatan, ketahanan kecepatan, teknik olahraga,

dan daya kehendak.

Pesilat harus mempunyai kualitas kecepatan tendangan yang baik

pula agar dalam setiap tendangan yang dilakukan tidak mudah ditangkap

oleh lawan kemudian dijatuhkan.

c. Macam-macam Kecepatan

Menurut Sukadiyanto (2000: 109) kecepatan ada dua macam yaitu

kecepatan gerak dan kecepatan reaksi. Kecepatan gerak adalah

kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan dalam waktu sesingkat

mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi kecepatan gerak siklus dan

kecepatan gerak non siklus. Gerak siklus adalah kemampuan sistem

neuromuskuler untuk melakukan serangkaian gerakan dalam waktu

sesingkat mungkin sebagai contoh sprint. Sedangkan kecepatan gerak non

siklus merupakan kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan

gerak tunggal dalam waktu sesingkat mungkin.

17

Sedangkan kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam

menjawab rangsang dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi

dibedakan lagi menjadi kecepatan reaksi tunggal dan kecepatan reaksi

majemuk. Reaksi tunggal yaitu kemampuan sesorang untuk menjawab

rangsang yang telah diketahui arah dan tujuannya, sedangkan reaksi

majemuk adalah kemampuan seseorang untuk menjawab rangsang

sesingkat mungkin dimana arah dan sasaran dari rangsang tersebut belum

diketahui. Untuk pencak silat masuk dalam kriteria reaksi majemuk,

dikarenakan arah dan sasaran dari gerakan lawan belum diketahui

sebelumnya.

Dalam pertandingan pencak silat, kecepatan reaksi dapat diwujudkan

pada saat atlet melakukan serangan serta membalas serangan dari lawan.

Kecepatan dalam melakukan serangan atau membalas serangan dari lawan

seperti tendangan harus dilakukan untuk memperoleh point, karena dalam

MUNAS IPSI 2007 di sebutkan bahwa untuk serangan yang digunakan

untuk memperoleh nilai salah satunya adalah mantap dan bertenaga.

Dengan itu, tendangan yang dilakukan harus cepat supaya tidak tertangkap

dan dijatuhkan oleh lawan.

4. Sistem Energi Pencak Silat Kategori Tanding

Menurut MUNAS IPSI (2007: 1) yang dimaksud pertandingan pencak

silat kategori tanding yaitu pertandingan pencak silat yang menampilkan 2

18

orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan

unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis/mengelak/mengena/menyerang

pada sasaran dan menjatuhkan lawan, penggunaan taktik dan teknik bertanding,

ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah

yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, untuk mendapatkan nilai terbanyak.

Untuk mendapatkan semua itu atlet pencak silat harus mempunyai kualitas, fisik

teknik, taktik, serta mental yang baik.

Pada dasarnya, sistem energi terbagi menjadi 2 yaitu (a) sistem energi

aerobik (memerlukan oksigen), dan (b) sistem energi anaerobik (tidak

memerlukan oksigen). Perbedaan sistem energi tersebut terletak pada ada dan

tidaknya bantuan oksigen (O2) selama proses pemenuhan energi berlangsung

(Sukadiyanto, 2005: 33). Pada sistem energi anaerobik, selama proses

pemenuhan kebutuhan energi tidak memerlukan bantuan oksigen (O2)

melainkan menggunakan energi yang tersimpan didalam otot. Sebaliknya,

sistem energi aerobik dalam proses pemenuhan kebutuhan energi memerlukan

oksigen (O2) yang diperoleh melalui sistem pernafasan.

Sistem energi aerobik untuk aktivitas rendah (low intensity) yang

dilakukan dalam waktu lama atau lebih dari 2 menit. Energi yang disediakan

melalui pemecahan karbohidrat, lemak dan protein. Sedangkan sistem energi

anaerobik terbagi lagi menjadi 2 yaitu, anaerobik alaktik dan anaerobik laktik.

Sistem energi anaerobik alaktik disediakan oleh sistem ATP-PC sedangkan

sistem energi anaerobik laktik disediakan oleh sistem asam laktat (Bompa,

19

2000: 22-23). Sistem anaerobik alaktik merupakan energi siap pakai, sistem

ini untuk aktivitas yang memerlukan waktu pendek dengan intensitas tinggi

(high intensity).

Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal

dari ATP, yang hanya mampu menopang kerja kira-kira 6 detik bila tidak ada

sistem energi yang lain (Soekarman, 1991: 29). Kerja otot dapat berlangsung

lebih lama apabila sistem energi ATP dapat ditopang oleh sistem energi yang

lain, yaitu phospho creatin (PC) yang tersimpan dalam sel otot. Dengan

menggunakan bantuan sumber energi phospho creatine (PC) dapat

memperpanjang kerja otot hingga mencapai kira-kira 10 detik (Nossek, 1982:

71-72). Sistem energi anaerobik laktik akan digunakan jika sistem anaerobik

alaktik sudah tidak mencukupi lagi maka energi akan disediakan dengan cara

mengurai glikogen otot dan glukosa darah melalui jalur glikolisis anaerobik

(tanpa bantuan O2), sistem ini bisa bertahan 40-120 detik.

Menurut MUNAS IPSI (2007: 17) mengenai ketentuan bertanding

serangan harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara

sasaran sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan. Pesilat yang melakukan

rangkaian serang bela lebih dari 4 jenis akan diberhentikan oleh wasit. Dalam

melakukan serangan maksimal 4 kali secara berkelanjutan harus dilakukan

secara eksplosif power. Oleh karena itu predominan sistem energi dalam

pencak silat adalah sistem anaerobik alaktik (ATP-PC). Namun demikian,

20

tidak mengkesampingkan juga sistem energi yang lain, seperti sistem energi

anaerobik laktik karena pertandingan pencak silat terdiri dari tiga babak.

5. Konsep Validitas dan Reliabilitas Tes

a. Validitas Tes

Validitas mempunyai arti yaitu seberapa jauh alat ukur mampu

mengukur dengan tepat dan cermat apa yang seharusnya di ukur dari alat

ukur tersebut. Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada

validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut

mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Sisi lain dari

pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur

yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi

juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran

mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu

dengan yang lain.

Saifuddin Azwar (2007: 45) membagi tipe validitas dari cara

estimasinya yang disesuaikan dengan sifat dan fungsi setiap tes menjadi tiga

kategori, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct

validity), dan validitas kriteria (criterion-related validity). Validitas isi,

menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup kawasan isi yang

hendak diukur oleh tes itu dan pengujian validitas ini menggunakan analisis

21

rasional. Validitas konstrak, menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur

trait atau konstrak teoritik yang hendak diukur dan pengujian validitas ini

dengan pendekatan multi-trait multi-method yang menguji serentak dua

atau lebih trait yang diukur dengan dua atau lebih metode. Validitas

berstandar kriteria, menunjukkan adanya hubungan skor tes dengan skor

suatu kriteria dan pengujian validitas ini melalui analisis korelasional.

Keiteria tersebut digunakan sebagai pembanding yang dikorelasikan dengan

tes eksperimen. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007: 174) yang

mengatakan bahwa validitas eksternal instrumen diuji dengan cara

membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta

empiris yang terjadi di lapangan.

Hasil pengamatan para judgement digunakan sebagai kriteria dengan

melakukan pengamatan dan penilaian secara subyektif terhadap kualitas

testi pada saat melakukan serangkaiaan gerak. Yang diamati dan dinilai

adalah semua aspek keterampilan dan kemampuan teknik yang dilakukan

testi. Untuk memperoleh hasil penilaian yang obyektif dari sejumlah

judge, perlu disusun suatu pedoman pelaksanaan pengamatan dan

penilaian semua teknik keterampilan yang diamati

b. Reliabilitas Tes

Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti,

keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan

22

sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas

adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2007: 4).

Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan

hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak

dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih

ditentukan oleh faktor kesalahan daripada faktor perbedaan yang

sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten

pula dari waktu ke waktu.

Menurut Suharsimi Arikunto (1987: 168) dalam menguji reliabilitas

sebuah instrumen ada beberapa teknik yang dapat dilakukan melalui

teknik pararel, teknik tes ulang, dan teknik belah dua. Pada suatu tes

keterampilan pada dasarnya teknik yang paling sering digunakan untuk

mengetahui reliabilitas menggunakan teknik tes ulang maksudnya adalah

tes pertama dilakukan selang beberapa waktu disusul dilakukan tes ulang

dengan menggunakan tes yang sama. Untuk memperoleh koefisien

reliabilitas, hasil tes pertama dan hasil tes ulang dikorelasikan dengan

teknik perhitungannya menggunakan rumus korelasi Product Moment dari

Pearson.

23

6. Karakteristik Atlet Pencak Silat Dewasa untuk Kelas dalam

Pertandingan

Pencak silat merupakan olahraga body contact yang dalam

pertandingannya per kelasnya ditentukan menggunakan berat badan. Berat

badan sangat berpengaruh dalam pertandingan. Seorang atlet yang akan

bertanding harus mengatur berat badan supaya masuk dalam kelas yang akan

diikuti. Menurut MUNAS IPSI XII 2007 penggolongan pertandingan pencak

silat menurut umur dan untuk semua ketegori terdiri atas : (a) usia dini, dengan

ketentuan umur diatas 9 tahun s/d 12 tahun, (b) pra remaja, dengan ketentuan

umur diatas 12 tahun s/d 14 tahun, (c) remaja, dengan ketentuan umur diatas 14

tahun s/d 17 tahun, dan (d) dewasa, dengan ketentuan umur diatas s/d 35 tahun.

Berdasarkan berat badan, pertandingan pencak silat dewasa dapat

digolongkan menjadi tujuh kelas untuk putri dan sebelas kelas untuk putra .

Dalam MUNAS IPSI XII 2007 dijelaskan bahwa untuk pertandingan putri

terdiri atas: (a) kelas A, berat badan 45 kg s/d 50 kg, (b) kelas B, dengan

ketentuan berat badan diatas 50 kg s/d 55 kg, (c) kelas C, dengan ketentuan

berat badan diatas 55 kg s/d 60 kg, (d) kelas D, dengan ketentuan berat badan

diatas 60 kg s/d 65 kg, (e) kelas E, dengan ketentuan berat badan 65 kg s/d 70

kg, (f) kelas F, dengan ketentuan berat badan 70 kg s/d 75 kg, (g) kelas Bebas,

dengan ketentuan berat badan diatas 75 kg s/d 90 kg. Dalam kelas bebas

khusus dipertandingkan dalam pertandingan single event. Penggolongan kelas

untuk putra sama dengan penggolongan kelas untuk putri dari kelas A s/d

24

kelas F, untuk selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) kelas G,

dengan ketentuan berat bedan diatas 75 kg s/d 80 kg, (b) kelas H, dengan

ketentuan berat badan diatas 80 s/d 85 kg, (c) kelas I, dengan ketentuan kelas

diatas 85 kg s/d 90 kg, (d) kelas J, dengan ketentuan kelas diatas 95 kg s/d 110

kg (khusus pertandingan single event).

7. Pentingnya Parameter Tes Kecepatan Tendangan

Pada dasarnya ada beberapa manfaat apabila seorang pelatih mengetahui

parameter tes kecepatan tendangan, antara lain: (1) sebagai acuan dalam

pelaksanaan tes kecepatan tendangan, (2) sebagai bahan untuk menentukan

atlet, (3) untuk mengetahui kualitas kecepatan tendangan yang dapat

dikategorikan sangat baik, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang, (4) dapat

membantu dalam evaluasi proses berlatih melatih dan (5) sebagai panduan

dalam penyusunan program latihan oleh para pelatih.

Sebagai acuan dalam pelakasanaan tes kecepatan tendangan berarti, dapat

digunakan untuk menentukan indikator dalam tes kecepatan tendangan.

Dalam suatu tes dibutuhkan suatu indikator yang dinilai dapat dijadikan

sebuah acuan nilai. Sebagai bahan untuk menentukan atlet, disini dapat

diambil pengertian bahwa parameter berguna untuk menentukan atlet yang

layak atau tidak untuk mengikuti pertandingan. Diperkirakan kalau seorang

atlet memiliki kualitas teknik pada tes baik, maka akan layak untuk

mengikuti sebuah pertandingan. Setelah mengetahui parameter dari

25

kecepatan tendangan bagi atlet yang telah melakukan tes maka akan

diketahui kualitas kecepatan tendangan, dimana kualitas itu bisa masuk

kategori sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang. Dari hasil tersebut

bagi atlet yang memiliki kualitas kecepatan tendangan kurang dan sangat

kurang maka diperlukan proses evaluasi untuk meningkatkan kualitas, serta

parameter dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembuatan program

latihan, dimana program latihan tersebut tidak terlalu jauh dari parameter tes

kecepatan tendangan.

Tugas utama dalam suatu proses pengukuran adalah menentukan suatu

instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengukur tingkah laku

atau sifat dari individu atau objek yang diteliti. Terdapat dua ciri penting

yang harus dimiliki oleh alat ukur atau instrumen, yaitu memiliki validitas

dan realibilitas. Validitas menunjuk sejauh mana alat ukur mampu mengukur

apa yang hendak diukur, sedangkan reliabilitas mengacu pada sejauh mana

mampu mengukur secara konsisten (ajeg) dalam mengukur apa yang diukur.

Seperti yang dijelaskan dimuka bahwa tes dan evaluasi mempunyai

peranan yang sangat penting. Baumgartner dan Jackson (1991: 16-17)

menyatakan bahwa pengukuran dan evaluasi setidaknya memiliki 6 fungsi

umum, yaitu: (1) penempatan, (2) diagnosis, (3) membedakan tingkat

kemampuan, (4) meramalkan, (5) evalusi program, dan (6) motivasi.

Penempatan dapat diartikan bahwa tes dapat digunakan untuk menentukan

atlet pada ukuran kemampuannya, dianosis mengandung arti digunakan

26

untuk mendiagnosa kelemahan atau kekuranagn atlet pada saat proses

berlatih melatih untuk kemudian diperbaiki. Dalam fungsinya untuk

membedakan kemampuan, tes dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

tujuan latihan dapat dicapai oleh pesilat. Pencapaian tersebut dapat

diidentifikasi melalui hasil prestsi yang diperolehnya.

Hasil tes pengukuran juga dapat digunakan untuk meramalkan prestasi

yang dicapai pesilat pada masa yang akan datang. Sebagai contoh apabila

seorang pesilat setelah dites mempunyai IQ diatas rata-rata, diperkirakan atlet

tersebut akan mempunyai prestasi yang baik pula di masa mendatang.

Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai prestasi

tertinggi. Skor tes yang dicapai oleh pesilat akan menjadikan motivasi bagi

pesilat, karena dijadikan sebagai acuan untuk menampilkan prestasi yang

lebih baik lagi.

B. Penelitian yang Relevan

Elias Carlies Pandapatan Nainggolan (2000) dengan penelitiannya yang

berjudul penyusunan tes ketrampilan tendangan olahraga karate menunjukkan

bahwa tes ketrampilan tendangan karate dapat menggambarkan kualitas seseorang

dalam melakukan tendangan karate. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat

validitas tes tendangan lurus kedepan (maegeri)= 0,640, realibilitas tes sebesar

0,813 dan validitas tes tendangan memutar (mawashingeri)= 0,739, reliabilitas tes

sebesar 0,775.

27

C. Kerangka Berfikir

Dewasa ini pencak silat sudah berkembang pesat, sebagai indikator adalah

semakin banyaknya event-event resmi seperti POPNAS, POMNAS, PON, SEA

GAMES akan membuat pencak silat lebih maju. Orang-orang yang terlibat dalam

pencak silat akan semakin berlomba-lomba untuk berfikir lebih keras demi

memajukan pencak silat.

Dalam lingkup mahasiswa persaingan sudah semakin ketat. Apabila masing-

masing tidak memperbaiki kekurangan untuk masing-masing komponen yang

terlibat dalam pencak silat maka akan tertinggal. Keberhasilan pencak silat

prestasi tidak terlepas dari peran seorang pelatih. Pelatih harus selalu mengetahui

perkembangan pencak silat, dari komponen biomotor yang ada. Kecepatan

merupakan salah satu komponen dari biomotor dalam pencak silat yang

dibutuhkan dalam pertandingan pencak silat. Parameter tes kecepatan tendangan

dari atlet yang dilatihnya juga harus diketahui oleh seorang pelatih. Pelatih

mengetahui parameter tes kecepatan tendangan atletnya akan lebih mudah untuk

mengetahui kemampuan atlet, dan menyusun program latihan yang diberikan

kepada atletnya supaya dapat mencapai prsetasi yang maksimal. Parameter tes

kecepatan tendangan atlet pencak silat juga harus valid (sahih), reliabel (ajeg)

dan objektif dalam mengukur kecepatan dan teknik tendangan juga diperlukan

untuk mengetahui kualitas kecepatan tendangan yang dibutuhkan dalam suatu

pertandingan.

28

Berdasarkan hal tersebut maka kerangka berfikir ini dilengkapi dengan

parameter tes untuk mengukur dan mengetahui kualitas teknik kecepatan

tendangan, digunakan untuk mengetahui status pesilat, serta membantu dalam

penyusunan program latihan yang tepat bagi atlet. Penyusunan parameter

pengembangan tes itu diharapkan dapat mengetahui kualitas teknik dan kecepatan

tendangan pesilat dapat digolongkan ke dalam 5 kategori yaitu: sangat baik , baik,

sedang, kurang, dan sangat kurang.