BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian konseling€¦ · 2.1 Pengertian konseling Menurut Abimanyu dan...

20
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian konseling Menurut Abimanyu dan Manrihu (1996) mengemukakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (konselor) kepada individu atau individu-individu yang sedang mengalami masalah (klien). Dalam proses konseling tersebut, klien mengemukakan masalah-masalah yang dihadapinya kepada konselor, kemudian konselor menciptakan suasana hubungan yang akrab dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara sehingga masalah klien dapat terjelajahi. Menurut Hariastuti (2007) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu layanan professional yang terjadi atas dasar hubungan konselor dengan klien. Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan yang membantu (helping relationship) karena upaya bantuan dari knselor tidak semata-mata diberikan secara langsung melainkan melalui terbentuknya hubungan konseling yang memfasilitasi klien dalam menemukan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh konseli. Menurut McLeod (2008) mengemukakan bahwa konseling adalah bentuk pertolongan yang fokus pada kebutuhan dan tujuan seseorang. Adapun tujan konseling. Sedangkan menurut Walgito (1983) konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian konseling€¦ · 2.1 Pengertian konseling Menurut Abimanyu dan...

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian konseling

Menurut Abimanyu dan Manrihu (1996) mengemukakan bahwa

konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan melalui

wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh

seorang ahli (konselor) kepada individu atau individu-individu yang

sedang mengalami masalah (klien). Dalam proses konseling tersebut, klien

mengemukakan masalah-masalah yang dihadapinya kepada konselor,

kemudian konselor menciptakan suasana hubungan yang akrab dengan

menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara sehingga

masalah klien dapat terjelajahi.

Menurut Hariastuti (2007) mengemukakan bahwa konseling adalah

suatu layanan professional yang terjadi atas dasar hubungan konselor

dengan klien. Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan yang

membantu (helping relationship) karena upaya bantuan dari knselor tidak

semata-mata diberikan secara langsung melainkan melalui terbentuknya

hubungan konseling yang memfasilitasi klien dalam menemukan

penyelesaian masalah yang dihadapi oleh konseli.

Menurut McLeod (2008) mengemukakan bahwa konseling adalah

bentuk pertolongan yang fokus pada kebutuhan dan tujuan seseorang.

Adapun tujan konseling. Sedangkan menurut Walgito (1983) konseling

adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan

masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai

dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan

hidupnya. Tujuan dari konseling menurut Walgito (1983) adalah

pemecahan suatu persoalan atau masalah yang dihadapi oleh konseli.

Sedangkan menurut Willis (2007) konseling adalah bantuan yang

diberikan oleh konselor kepada konseli dengan tujuan untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh konseli, mampu mengatasi

masalah dan menyesuaikan diri secara positif. Tujuan dari konseling

adalah membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konselor.

2.2. Ketrampilan Dasar Konseling

2.2.1. Pengertian

Menurut Willis (2007) ketrampilan konseling adalah cara

yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling

untuk membantu konseli agar berkembang potensinya serta mampu

mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan

kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan

agama. Bagi seorang konselor, menguasai ketrampilan konseling

adalah mutlak. Karena dalam proses konseling ketrampilan yang

baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan

konseling.

Menjalin hubungan dengan klien adalah sangat penting,

karena hubungan dengan klien merupakan pusat dalam proses

konseling serta sangat dibutuhkan dalam mempelajari teknik

konseling sebagai upaya meningkatkan efektivitas proses

konseling. Konseling juga merupakan proses suatu proses

komunikasi antara konselor dengan konseli. Sebagai suatu proses

komunikasi agar proses konseling berjalan dengan baik maka

diperlukan ketrampilan-ketrampilan konselor dalam menangkap

atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya

kembali kepada konseli. Agar proses konseling berjalan efektif dan

efisien maka konselor perlu memiliki kemampuan dalam

membantu konselinya. Salah satu kemampuan tersebut adalah

ketrampilan-ketrampilan dalam melakukan konseling.

Ketrampilan dasar konseling merupakan ketrampilan yang

perlu dimiliki oleh konselor. Ketrampilan dasar konseling ini akan

membantu berjalannya komunikasi antara konselor dan konseli

dalam proses konseling.

2.2.2. Jenis-jenis ketrampilan dasar konseling

Menurut Willis (2007) terdapat beberapa macam

ketrampilan dalam konseling yang perlu dikuasai oleh konselor

yaitu, Attending, Opening, Acceptance, Restatemen, Reflection of

felling, Clarification, paraprashing,structuring, lead, silent,

Reassurance, rejection, advice, summary,konfrontasi, interpretasi,

termination.

1. Attending

Attending adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan

konselor untuk memusatkan perhatian kepada konseli agar konseli

merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga

konseli bebas dalam mengekspresikan atau mengungkapkan

tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah

lakunya. Ketrampilan attending meliputi:

1. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)

a. Duduk dengan badan menghadap klien

b. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau

kadang-kadang digunakan untuk menunjuk gerak

isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.

c. Responsif dengan menggunakan bagian wajah,

umpamanya senyum spontan atau menggunakan kepala

sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi

tanda tidak mengerti.

d. Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala

diperlukan bisa condong ke arah konseli untuk

menunjukkan kebersamaan.

2. Kontak mata

a. Melihat konseli pada waktu bicara

b. Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan

ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan

merespon

3. Mendengarkan

Mendengarkan dalam ketrampilan dasar konseling

adalah mendengarkan dengan tepat dan mengingat apa yang

konseli katakan dan bagaimana mengatakannya. Dengan

mendengarkan yang tepat kemungkinan merumuskan

tanggapan yg dapat menangkap dengan tepat perasaan dan

pikiran konseli.

a. Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada konseli

b. Mendengarkan apapun yang dikatakan konseli,

mendengarkan keseluruhan pribadi konseli , kata dan

perilaku konseli.

c. Mendengarkan keseluruhan pribadi konseli (kata-

katanya, perasaannya dan perilakunya)

d. Memahami keseluruhan pesannya

4. Hal-hal tidak baik dilakukan oleh konselor

a. Duduk dengan badan dan kepala membungkuk

menghadap konseli

b. Duduk dengan sangat kaku

c. Penampilan badan dan ekspresi muka gelisah atau

resah.

d. Mempermainkan tangan, kertas, dan kuku tangan

e. Tangan tidak memperlihatkan gerakan-gerakan

gerakan-gerakan isyarat menyertai tangan sendiri

f. Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan

kepala yang tidak berarti

g. Senyum yang dibuat-buat, tidak spontan dan kaku

h. Tidak pernah memandang konseli

i. Memandang konseli secara konstan dan tidak memberi

kesempatan konseli untuk membalas tatapan

j. Perhatian pendengaran terbagi.

k. Merumuskan respon konseli terhadap pesan konseli

sebelum konseli mengakhiri pesan

l. Melompat dari topik yang satu ke topik yang lain.

2. Opening (pembukaan)

Opening adalah ketrampilan atau teknik untuk

membuka atau memulai hubungan konseling. Beberapa hal

yang perlu diprhatikan oleh konselor antara lain adalah

menyembut kehadiran klien, membicarakan topic netral dan

memindahkan pembicaraan topik netral ke dalam permulaan

konseling.

1. Penyambutan

a. Verbal

Konselor memberi atau menjawab salam, menyebut

nama konseli, mempersilahkan duduk.

b. Non verbal

Konselor segera membuka pintu ruang konseling,

jabat tangan, senyum dengan ceria, mendampingi atau

mengiringi konseli saat menuju tepat duduk, menempatkan

klien pada tempat duduk yang lebih baik, konselor duduk

setelah konselinya duduk.

2. Pembicaraan topik netral

a. Topik netral adalah bahan pembicraan yang sifatnya

umum dan tidak menyinggung perasaan konseli.

b. Bahan topik netral antara lain kejadian-kejadian

hangat di lingkungan konseli, hobi konseli, bahan-

bahan atau gamar-gambar yang ada di ruang

konseling, ptensi lingkungan asal konseli.

3. Pemindahan topik netral ke permualaan konseling.

a. Cara

1. Menggunakan kalimat “jembatan”, misalnya “ setelah

kita membicarakan …………..(isi topic netral)

barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan

bersama dalam pertemuan ini”.

2. Mengembangkan sebagian isi topik netral, misalnya “

itu tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana

dengan prestasimu dalam perkuliahan?”

3. Acceptance

Acceptance (penerimaan) adalah teknik yang

digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan

pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli.

1. Verbal

a. Bentuk pendek: teruskan………, oh…ya; lalu/

kemudian; ya….ya…..;hem…..hem

b. Bentuk panjang: saya memahami……..;saya

menghayati……;saya dapat merasakan…….;saya

dapat mengerti.

2. Non verbal: anggukan kepala, posisi duduk condong ke

depan, perubahan mimic, memelihara kontak mata.

4. Restatement( Pengulangan)

Restatement (pengulangan kembali) adalah teknik

yang digunakan konselor untuk mengulang atau menyatakan

kembali pernyataan konseli yang dianggap penting. Dengan

cara 1). Pengulangan harus persis sama dengan pernyataan

konseli, tidak boleh menambah ataupun mengurangi.

2)intonasi konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan

pernyataan konseli.

5. Reflection of Felling

Reflection Of Felling (pemantukan perasaan) adalah

teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan

atau sikap yang terkandung dibalik pernyataan konseli. Respon

konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan seperti

agaknya, sepertinya, tampaknya, rupa-rupanya,

kedengarannya, nada-nadanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan

oleh konselor adalah sebagai berikut:

1. Hindari stereotype

2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien.

3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan

atau sikap konseli secara tepat.

4. Sesuai bahasa yang digunakan dengan kondidi konseli.

6. Clarification

Clarification (klarifikasi) adalah teknik yang digunakan

untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan konseli dengan

menggunakan kata-kata baru dan segar. Respon konselor

didahului oleh kata-kata pendahuluan misalnya: pada

pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain dsb.

7. Paraprashing

Paraprashing adalah kata-kata konselor untuk

menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan konseli.

Paraphrase yang efektif adalah sbb:

1. Konseli menjadi merasakan kebersamaan dengan

pembimbing.

2. Lebih mengarahkan pembicaraan konseli berikutnya.

3. Dapat mengecek ketepatan atau kecermatan pembiming

dalam menangani konseli.

Paraphrase yang efektif akan sering diikuti dengan

kata-kaya “ya” atau “benar” secara spontan dari kata-kata

konseli.

1. Paraphrase hanya menyatakan kembali secara lebih

esensial, bantuan untukmemperoleh klasifikasi tambahan

yang cermat.

2. Paraprase bukanlah upaya membaca apa yang terlintas

dibenak konseli atau pemikiran konselor terhadap ucapan

konseli

3. Paraphrase biasanya diikuti dengan “pernyataan

mengundang pembicaraan terbuka”

8. Structuring (pembatasan)

Structuring (pembatasan) adalah teknik yang

digunakan konselor untuk memberikan batas-batas atau

pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa

yang menjadi tujuan dalam konseling. Jenis-jenis structuring

terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

1. Time limit (pembatasan waktu)

a. Time limit dari konseli

b. Time limit dari konselor

2. Role limit (pembatasan peran)

3. Problem limit (pembatasan masalah)

4. Action limit (pembatasan tindakan)

9. Lead (Pengarahan)

Lead adalah teknik atau ketrampilan yang digunakan

konselor untuk mengarahkan pembicaraan konseli dari satu

hal ke hal yang lain secara langsung. Ketrampilan ni dering

disebut ketrampilan bertanya, karena dalam penggunaannya

hanya menggunakan kalimat-kalimat tanya. Tujuan dari lead

ini adalah mendorong konseli untuk merespon pembicaraan

terutama pada awal-awal pertemuan. Secara umum ada dua

jenis pengarahan(Lead) yaitu lead umum dan lead khusus.

1. Lead umum

Adalah teknik pengarahan atau pertanyaan yang

memberikan kesempatan kepada konseli untuk bebas

mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan reaksi

atau jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai denagn

keinginan konseli.

2. Lead khusus

Lead khusus adakah tejnik pengarahan atau

pertanyaan untuk memberikan suatu rekasi atau jawaban

yang tertentu

10. Silence (diam)

Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi

verbal antara konselor dan konseli dalam proses konseling.

Tujuan dari teknik ini adalah: 1. Memberikan kesempatan

kepada konseli untuk istiahat atau mereorganisasi pikiran dan

perasaannya atau mereorgansasi kalimat yang akan

dikemukakan selanjutnya. 2. Mendorong konseli atau

memotivasi konseli untuk mencapai tujuan konseling. Ada 2

jenis silence yaitu silence dari onselor dan silence dari

konseli.

1. Silence dari konselor

Jenis silence ini terjadi saat pusat komunikasi

berada pada konselor. Pada waktu tertentu, konselor

merespon dengan silence.

2. Silence dari konseli

Terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada

klien, yaitu setelah konseli bercakap-cakap dan

menerima tanggng jawab.

11. Reassurance (penguatan atau dukungan)

Reassurance adalah ketrampilan atau teknik yang

digunakan oleh konselor untuk memberikan dukungan atau

penguatan terhadap pernyataan positif konseli agar konseli

tersebut menjadi lebih yakin dan percaya diri. Ketrampilan

reassurance juga dapat digunakan untuk mendorong diri

konseli agar dirinya dapat lebih tabah dan tegar dalam

mengahadapi situasi atau hal-hal yang tidak menyenangkan

bagi konseli tersebut. Ada tiga jenis reassurance yaitu

prediction reassurance, posdiction reassurance, factual

reassurance.

1. prediction reassurance (penguatan predikssi) adalah

penguatan yang dilakukan oleh konselor terhadap

pernyataan atau rencana positif yang akan dilakukan

konselor.

2. Penguatan postdiksi adalah pngumpulan atau dukungan

konselo terhadap tingkah laku positif yang telah

dilakukan klien dan tampak berhasil yang diperoleh

dari apa yang dilakukan oleh klien tersebut.

3. factual reassurance merupakan penguatan yang

digunakan konselor untuk mengurangi beban

penderitaan secara psikis konselidengan cara

mengumpulkan bukti-bukti atau fakta bahwa kejadian

kejadian yang tidak diharapkan yang menimpa konseli

bila dialami oleh orang lain akan membuat dampak

yang sama atau relative sama dengan apa yang dialami

oleh konseli.

12. Rejection (penolakan)

Rejection adalah ketrampilan atau teknik yang

digunakan konselor untuk melarang konseli melakukan

rencana yang akan membahayakan atau merugikan dirinya

atau orang lain. Secara umum ada dua jenis penolakan yaitu

secara halus dan penolakan secara terang-terang terangan.

13. Advice (saran atau nasehat)

Advice adalah ketrampilan atau teknik yang

digunakan konselor untuk memberikan nasehat atau saran

bagi konseli agar konseli dapat lebih jelas, pasti, pasti

mengenai apa yang akan dikerjakan. Secara umum ada tiga

bentuk advise Yaitu advice langsung, advice persuasive dan

advice alternative.

1. Advice langsung

Advice langsung adalah saran atau nasehat yang

diberikan langsung pada konseli. Berupa fakta jika klien

sama sekali tidak mempunyai informasi tentang fakta

yang konseli.

2. Advice persuasive adalah saran atau nasehat yang

diberikan konselor bilamana konseli telah

mengemukakan alas an-alasan yang logis dan dapat

diterima dari rencana yang dilakukan.

3. Advice alternative

Advice alternative adalah nasihat atau saran yang

diberikan konselor setelah konseli mengetahui kelebihan

dan kelemahan setiap alternative.

14. Summary (ringkasan atau kesimpulan)

Summary (kesimpulan) adalah teknik yang digunakan

konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenal apa

yang telah dikemukakan konseli pada proses komunikasi

konseling.summary terdiri dari dua jenis yaitu summary

bagian dan summari akhir.

1. Summary bagian

Merupakan kesimpulan yang dibuat setiap saat dari

percakapan konseli dengan konselor yang dipandang

penting . untuk kesimpulan tersebut didahului kata-kata

pendahuluan, sperti misalnya: sementara ini,,,,,,,.sampai

saat ini………, sejauh ini,……., selama ini.

2. Summary akhir

Summaru akhir merupakan kesimpulan yang dibuat

pada akhir omunkasi konseling, sbagai kesimpulan

keseluruhan pembicaraan. Bentuk esimpulan yang dibuat

pada akhir komunikasi konseling sebagai kesimpulan

keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan akhir itu

misalnya : sebagai puncak pembicaraan………..,sebagai

penutup pembicaraan kita……., dari awal hingga akhir

pembicaraan kita……..

15. Konfrontasi (pertentangan)

Konfrontasi adalah ketrampilan atau teknik yang

digunakan oleh konselor untuk menunjukkan adanya

kesenjangan, deskrepansi atau inkronguensi dalam diri

konseli dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada

konseli. Kesenjangan itu terjadi:

16. Interpretasi (Penafsiran)

Interpretasi adalah ketrampilan atau teknik yang

digunakan oleh konselor dimana berarti atau karena tingkah

laku konseli ditafsirkan atau diduga dan dimengerti dengan

dikomunikasikan pada konseli. Dalam interpretasi konselor

menggali arti dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata

klien atau dibelakang perbuatan atau tidaknya yang telah

diceritakannya. Tujuan dari interpretasi adalah membantu

klien lebih memahami diri sendiri bilamana konseli bila mana

bersedia mempertimbangannya dengan pikiran terbuka.

17. Termination (pengakhiran)

Termination (pengakhiran) adalah ketrampilan atau

teknik yang digunakan konselor untuk mengakhiri

komunikasi konseling, baik mengakhiri untuk dilanjutkan

pada pertemuan berikutnya maupun mengakhiri karena

komunikasi konseling betul-betul telah “berakhir”. Cara

pengakhiran ini dapat dilakukan dengan syarat misalnya

konselor merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan,

membuat kesimpulan akhir, membicarakan tugas-tugas

yang hendak dilakukan sebelum pertemuan yang akan

datang, dan dapat dilakukan secara langsung, misalnya

konselor menunukkan pembatasan waktu (time limid)

konseling yang telah disepakati pada awal pertemuan.

2.3. Latar Belakang Pendidikan Guru BK

Konselor di dunia pendidikan umum di kenal dengan jurusan

BK, (Bimbingan Konseling). Dengan program sertifikasi BK

dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling

Indonesia. Umumnya bekerja sebagai konselor pendidikan formal

dan non formal. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK

bagi siswanya. www.wordpress.com(ketentuan-baru-untuk-guru-bk-

wajib-konselor)

Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada

seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Dengan mengikuti

program akta IV bisa menjadi guru BK di sekolah.

www.wordpress.com(ketentuan-baru-untuk-guru-bk-wajib-konselor)

Persyaratan Konselor Sekolah sesuai dengan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi

Konselor adalah (1). Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang

Bimbingan dan Konseling, dengan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

(2). Berpendidikan profesi konselor (Kons.) Sekarang ini di beberapa

sekolah banyak yang mempekerjakan guru BK yang berlatar

belakang pendidikan S1 Psikologi yang mengikuti program akta IV

untuk bisa menjadi guru dan masa kerja juga sudah bertahun-tahun.

Menurut Reni ( 2012) sarjana S1 Psikologi hanya mampu

melakukan assesment dan alat pengukuran psikologi, mampu

mengembangkan dan melakukan intervensi psikologis pada siswa,

mampu melakukan pelatihan yang diperlukan untuk pengembangan

guru dalam menangani siswa, mampu melakukan konsultasi yang

berkaitan dengan institusi sekolah dan sistem pendidikan yang ada di

sekolah, mampu mengembangakan komunikasi yang baik dengan

siswa dan orang tua siswa, mampu mengembangkan relasi sosial dan

keterampilan sosial, mampu melakukan penelitian terapan psikologi.

Sedangkan guru BK itu mempunyai keahlihan dalam melakukan

konseling di pendidikan formal maupun non formal. Dengan

demikian sangat jelas sekali jika sarjana S1 psikologi tidak bisa

menjadi guru BK di sekolah-sekolah dikarenakan hanya ahli dalam

penguasaan ahli ukur psikologis dan tidak bisa melakukan konseling.

Sedangkan lulusan sarjana S1 BK mereka bisa bekerja di lingkup

pendidikan baik formal maupun non formal, guru BK tahu

bagaimana dia mengajar, mendidik dan membimbing para peserta

didiknya untuk mengoptimalkan potensi para peserta didik yang

berguna untuk dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat umum

baik bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.

Menurut Reni (2012) para lulusan sarjana S1 Psikologi harus

membuka tempat praktek kerja sendiri dan paling terpenting lagi

background guru yang berlatar belakang S1 Psikologi bukan dari

pendidikan, jadi kurang berpengalaman dalam cara mendididik,

mengajar dan memberikan bimbingan pribadi, sosial, belajar dan

karir kepada para peserta didik. Sedangkan lulusan sarjana S1 BK

bisa bekerja di lingkup pendidikan baik formal maupun non formal,

karena background S1 Bimbingan konseling adalah pendidikan.

2.4. Penelitian Yang Relevan

Hasil kompetensi guru yang telah tersertifikasi terhadap

kinerja guru menyatakn bahwa ada hubungan yang relevan dengan

arah positif 0,62 antara kompetensi guru yang tersertifikasi terhadap

kinerja guru BK SMP di sekitar Kota Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung barat. Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru

yang sudah tersertifikasi SMP N di sekitar Kota Kecamatan

Lembang kabupaten Bandung barat ditentukan oleh Kinerja Guru

adalah 39% dan 60,4% ditentukan oleh faktor lain.

Untuk kompetensi guru yang belum tersertifikasi ada

hubungan yang relevan dengan arah positif 0,62 antara kompetensi

sertifikasi guru yang belum tersertifikasi terhadap kinerja guru SMP

di sekotar Kota Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru yang belum tersertifikasi

SMP N di sekitar Kota Kecamatan Lembang kabupaten Bandung

barat ditentukan oleh Kinerja Guru adalah 62% dan 38% ditentukan

oleh faktor lain.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosita Endang Kusmaryani

(2010) yang menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan konseling

selama ini hanya sebagian guru BK (47%) yang menggunakan

keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru BK yang lain

(53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara

optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian,

sebagian besar guru BK bekerja sebagai guru BK lebih dari 10

tahun, usia mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang

pendidikan BK.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asrowi (2010) di

Solo bahwa penguasaan keterampilan dasar komunikasi konseling

secara rinci juga dijelaskan sebagai berikut: (1) keterampilan

penyambutan dan memperhatikan konseli datang, nilai tertinggi 7,50, (1

orang ) nilai terendah 4,17 jadi nilai rata-rata yang diperoleh 6,3, (2)

keterampilan memimpin pembicaraan dengan konseli, nilai tertinggi

9,58, nilai rendah 4,17 dan nilai rata-rata 6,50, (3) keterampilan

merefleksi konseli , nilai tertinggi 6,50, nilai terendah 4,17, nilai rata-

rata yang diperoleh 5,18 (4) keterampilan menyimpulkan sementara,

nilai tertinggi 4,38, nilai terendah 2,50, dan nilai rata-rata yang

diperoleh 3,3, (5) keterampilan mengkonfrontasi, nilai tertinggi 3,75,

nilai, nilai terendah 1,88, dan nilai rata-rata 2,97, (6) keterampilan

mengintrepretasi , nilai tertinggi 7,50, nilai terendah 3,75, dan nilai rata-

rata 6,25, (7) keterampilan memberikan informasi dan nasehat, nilai

tertinggi 6,42, nilai terendah 4,23, dan nilai rata-rata 5,28.

2.5. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Ada perbedaan secara

signifikan dalam penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan

latar belakang pendidikan pada guru BK SMP di Kota Salatiga”