Abimanyu Blora

7
10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 1/7 Beranda Award Hadiah-Hadiah Anda disini » Home » Karya Ilmiah » Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj ASWAJA MENURUT KH HASYIM ASY’ARI DAN MENURUT KH SAID AQIL SIRODJ I. Pendahuluan Islam telah mengisaratkan adanya firqah-firqah yang akan terjadi dalam kehidupan umat manusia, termasuk firqah dalam Islam. Setidaknya terdapat 14 hadits yang menjelaskan hal tersebut, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Al- Tirmidzi;Artinya; Dari Sufyan al-Tsauri… Nabi Saw. Bersabda:“…Sesungguhnya Bani Israil itu terpecah menjadi tujuh puluh dua aliran, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga aliran. Semua aliran itu akan masuk neraka, kecuali satu. Para sahabat bertanya: “Siapakah satu aliran itu ya Rasulallah? (mereka itu adalah aliran yang mengikuti) apa yang aku lakukan dan para sahabatku.(Ahli Sunnah wal Jama’ah) Dalam firqah-firqah tersebut semuanya akan celaka kecuali golongan yang berkometmen melaksanakan segala amaliyah Nabi dan para sahabatnya. Lafadz “Mă Ana ‘alaihi wa Ashhăbĭ” disebut dengan Ahli Sunnah wal Jama’ah, yang berarti penganut Sunnah Nabi Muhammad dan Jama’ah (sahabat-sahabatnya).[1] Dalam hal ini pernyataan tersebut hingga saat ini masih begitu aktual, karena masing-masing kelompok merasa sebagai ahlu sunnah wal jama’ah dan pantas sebagai kelompok yang masuk surga. Aswaja adalah kepanjangan kata dari “Ahlussunnah waljamaah”. Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan waljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi wa ashhabi), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf”. Dalam konteks di Indonesia, Aswaja identik dengan golongan “Islam Tradisional” atau lebih spesifik lagi golongan Nahdlatul Ulama’ (NU) yang secara konsisten telah melaksanakan amaliyahnya berdasarkan tekstualitas hadits di atas. Disamping itu NU sebagai penerus ajaran Aswaja yang telah dibawa oleh ajaran Wali Songo merupakan salah satu golongan umat Islam tradisional yang terbesar bukan hanya di Indonesia melainkan terbesar di dunia. NU dalam mengusung Aswaja disamping karena sesuai dengan hadits juga secara prinsipil termotivasi dengan dua faktor; a). Adanya ancaman “Internasional”, terjadinya perebutan kekuasaan dari penguasa Mekkah Syarif Husain (yang moderat) direbut oleh Abd. Al-‘Aziz ibn Sa’ud (pengikut kaum Wahabi, pengikut sekte puritan yang paling dogmatis dalam Islam yang terkenal keras dan mengancam keyakinan “Islam Tradisional” dalam beribadah di tanah suci Mekkah. b). Adanya gerakan Serikat Islam (SI) dan Muhammadiyah yang memiliki pemahaman berbeda dengan golongan “Islam Tradisional”, dan tidak bisa membawa aspirasi “Islam Tradisional” dalam kancah Internasional (Mekkah), sehingga terbentuklah komite Hijaz yang berlanjut dengan berdirinya “Nahdlatoel Oelama” di Surabaya 31 Januari 1926.[2] Kalau ditelusuri secara mendalam, paham Aswaja sesungguhnya telah lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam. Islam sendiri masuk ke Indonesia sejak zaman Khulafaur Rasyidin tepatnya pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Penyebaran Islam di Indonesia masuk melalui dua jalur utama yaitu Jalur Selatan yang bermadzhab Syafi’i (Arab, Yaman, India, Pakistan, Bangladesh, Malaka, Indonesia) Cari Email address... Submit TENTANGKU

description

www

Transcript of Abimanyu Blora

Page 1: Abimanyu Blora

10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 1/7

Beranda Award Hadiah-Hadiah

Anda disini » Home » Karya Ilmiah » Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH AqilSirodj

ASWAJA MENURUT KH HASYIM ASY’ARI DANMENURUT KH SAID AQIL SIRODJ

I. PendahuluanIslam telah mengisaratkan adanya firqah-firqah yang akan terjadi dalam

kehidupan umat manusia, termasuk firqah dalam Islam. Sٍetidaknya terdapat 14 haditsyang menjelaskan hal tersebut, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi;Artinya; Dari Sufyan al-Tsauri… Nabi Saw. Bersabda:“…Sesungguhnya BaniIsrail itu terpecah menjadi tujuh puluh dua aliran, dan umatku akan terpecah menjaditujuh puluh tiga aliran. Semua aliran itu akan masuk neraka, kecuali satu. Parasahabat bertanya: “Siapakah satu aliran itu ya Rasulallah? (mereka itu adalah aliranyang mengikuti) apa yang aku lakukan dan para sahabatku.(Ahli Sunnah wal Jama’ah)

Dalam firqah-firqah tersebut semuanya akan celaka kecuali golongan yangberkometmen melaksanakan segala amaliyah Nabi dan para sahabatnya. Lafadz “Mă Ana‘alaihi wa Ashhăbĭ” disebut dengan Ahli Sunnah wal Jama’ah, yang berarti penganutSunnah Nabi Muhammad dan Jama’ah (sahabat-sahabatnya).[1] Dalam hal inipernyataan tersebut hingga saat ini masih begitu aktual, karena masing-masing kelompokmerasa sebagai ahlu sunnah wal jama’ah dan pantas sebagai kelompok yang masuk surga.

Aswaja adalah kepanjangan kata dari “Ahlussunnah waljamaah”. Ahlussunnahberarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, danwaljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadidefinisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah NabiMuhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi wa ashhabi), baik di dalamsyariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf”.

Dalam konteks di Indonesia, Aswaja identik dengan golongan “IslamTradisional” atau lebih spesifik lagi golongan Nahdlatul Ulama’ (NU) yang secarakonsisten telah melaksanakan amaliyahnya berdasarkan tekstualitas hadits di atas.Disamping itu NU sebagai penerus ajaran Aswaja yang telah dibawa oleh ajaran WaliSongo merupakan salah satu golongan umat Islam tradisional yang terbesar bukan hanyadi Indonesia melainkan terbesar di dunia.

NU dalam mengusung Aswaja disamping karena sesuai dengan hadits juga secaraprinsipil termotivasi dengan dua faktor; a). Adanya ancaman “Internasional”, terjadinyaperebutan kekuasaan dari penguasa Mekkah Syarif Husain (yang moderat) direbut olehAbd. Al-‘Aziz ibn Sa’ud (pengikut kaum Wahabi, pengikut sekte puritan yang palingdogmatis dalam Islam yang terkenal keras dan mengancam keyakinan “Islam Tradisional”dalam beribadah di tanah suci Mekkah. b). Adanya gerakan Serikat Islam (SI) danMuhammadiyah yang memiliki pemahaman berbeda dengan golongan “IslamTradisional”, dan tidak bisa membawa aspirasi “Islam Tradisional” dalam kancahInternasional (Mekkah), sehingga terbentuklah komite Hijaz yang berlanjut denganberdirinya “Nahdlatoel Oelama” di Surabaya 31 Januari 1926.[2]

Kalau ditelusuri secara mendalam, paham Aswaja sesungguhnya telah lamamasuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam. Islam sendiri masuk keIndonesia sejak zaman Khulafaur Rasyidin tepatnya pada masa Khalifah Utsman binAffan. Penyebaran Islam di Indonesia masuk melalui dua jalur utama yaitu Jalur Selatanyang bermadzhab Syafi’i (Arab, Yaman, India, Pakistan, Bangladesh, Malaka, Indonesia)

Cari

Email address... Submit

TENTANGKU

Page 2: Abimanyu Blora

10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 2/7

dan Jalur Utara (Jalur Sutara) yang bermadzhab Hanafi (Turki, persia, Kazakhstan,Uzbekistan, Afganistan, Cina, Malaka, Indonesia).

Penyebaran Islam semakin berhasil, khususnya di Pulau Jawa sejak abad ke-13oleh Walisongo. Dari murid -murid Walisongo inilah kemudian secara turun temurunmenghasilkan ulam-ulama besar di wilayah Nusantara seperti Syaikhuna KholilBangkalan (Madura), Syaikh Arsyad Al Banjari (Banjar, Kalimantan, Syaikh YusufSulawesi, dan tak ketinggalanan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari yang nantinyasebagai pendiri utama jam’iyah Nahdlatul Ulama’.

Telaah terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) sebagai bagaian dari kajiankeislaman merupakan upaya yang mendudukkan aswaja secara proporsional danprofesional, bukannya semata-mata untuk mempertahankan sebuah aliran atau golongantertentu yang mungkin secara subyektif kita anggap baik karena rumusan dan konseppemikiran teologis yang diformulasikan oleh suatu aliran, sangat dipengaruhi oleh suatuproblem teologis pada masanya dan mempunyai sifat dan aktualisasinya tertentu.

Oleh sebab itulah, penulis tertarik untuk mengupas tentang pemahaman Aswajadari sudut pandang KH Hasyim Asy’ari dan dari sudut pandang KH Said Aqil Siradjdalam sebuah makalah.

II. Rumusan MasalahDari latar belakang yang penulis uraikan di atas, dapat dikemukakan rumusan

masalahnya sebagai berikut:1. Bagaimana pengertian dan Sejarah Perkembangan Aswaja?2. Bagaimana Aswaja Menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said Aqil Siroj?

III. PembahasanDari rumusan masalah diatas, maka dalam pembahasan makalah ini akan terfokus

pada:1. Pengertian dan Sejarah Aswaja

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Aswaja bukanlahsebuah paham (mazhab) keagamaan, melainkan Aswaja adalah sebuah manhaj Al fikr(metode berpikir), tapi tidak sedikit diantara kita khususnya kaum nahdhiyyin (kaderNU) yang menganggap bahwa Aswaja adalah sebuah mazhab dan idiologi yang Qot’I,sehingga tidak heran timbul sebuah pertanyaan yang sedikit nyeleneh tetapi logis “Mengapa Aswaja menghambat perkembangan intelektual masyarakat?” dampaknyaadalah paradigma jumud (mandeg), kaku dan eksklusif. Kalau kita pahami Aswajaadalah sebuah mazhab bagaimana mungkin dalam satu mazhab kok mengandungbeberapa mazhab dan bagaimana mungkin dalam satu ideologi ada doktrin yangkontradiktif antara doktrin imam satu dengan imam yang lain.a. Pengertian Aswaja

Ahlu sunnah waljamaah berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga,golongan atau pengikut. Ahlussunnah berarti orang orang yangmengikuti sunnah (perkataan, pemikiran atau amal perbuatan Nabi MuhammadSAW.) Sedangkan Wal Jama’ah memiliki arti Mayoritas ulama dan jama’ah umatIslam pengikut sunnah Rasul. Dengan demikian secara bahasa aswaja berartiorang-orang atau mayoritas para ‘Ulama atau umat Islam yang mengikuti sunnahRasul dan para Sahabat atau para ‘Ulama.

Sedangkan secara Istilah Berarti golongan umat Islam yang dalam bidangTauhid menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur AlMaturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam Madzhab 4(Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf menganut padaImam Al Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi. Nahdlatul Ulama sebagaiJamiyyah Diniyyah Islamiyyah berakidah Islam menurut faham Ahlussunnah walJamā’ah mengikuti salah satu madzhab empat : Hanafi, Maliki, Syafi’i danHambali.[3]

Dalam pengertian yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwaahlusunnah waljama’ah adalah paham yang dalam masalah aqidah mengikutiImam Abu Musa Al Asyari dan Abu Mansur Al Maturidi. Dalam praktekperibadatan mengikuti salah satu empat madzhab yaitu madzhab Hanafi, Maliki,Syafi’i dan Hambali, dan dalam bertawasuf mengikuti Imam Abu Qosim AlJunaidi dan Imam Abu Hamid Al Gozali.

Kalau kita mempelajari Ahlussunnah dengan sebenarnya, batasan sepertiitu nampak begitu simple dan sederhana, karena pengertian tersebutmenciptakan definisi yang sangat eksklusif Untuk mengkaji secara mendalam,terlebih dahulu harus kita tekankan bahwa Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja)sesungguhnya bukanlah madzhab, Aswaja hanyalah sebuah manhaj Al fikr (caraberpikir) tertentu yang digariskan oleh para sahabat dan muridnya, yaitu generasitabi’in yang memiliki intelektualitas tinggi dan relatif netral dalam mensikapisituasi politik ketika itu. Meski demikian, bukan berarti dalam kedudukannyasebagai Manhaj Al fikr sekalipun merupakan produk yang bersih dari realitassosio-kultural maupun sosio politik yang melingkupinya.

Salah satu karakter Aswaja adalah selalu bisa beradaptasi dengan situasidan kondisi, oleh karena itu Aswaja tidaklah jumud, tidak kaku, tidak eksklusif,dan juga tidak elitis, apa lagi ekstrim. Sebaliknya Aswaja bisa berkembang dan

Fauzul Andim

Saya adalah Fauzul Andim asalBlora Mustika - Jawa Tengah,Bekerja sebagai pendidik di SLBN

Ungaran.

Lihat profil lengkapku

Page 3: Abimanyu Blora

10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 3/7

sekaligus dimungkinkan bisa mendobrak kemapanan yang sudah kondusif.Tentunya perubahan tersebut harus tetap mengacu pada paradigma dan prinsipal-sholih wa al-ahslah.

Karena implementasi dari qaidah al-muhafadhoh ala qodim al-sholih waal-akhdzu bi al jadid alashlah. Adalah menyamakan langkah sesuai dengankondisi yang berkembang pada masa kini dan masa yang akan datang. Yaknipemekaran relevansi implementatif pemikiran dan gerakan kongkrit ke dalamsemua sektor dan bidang kehidupan baik, aqidah, syariah, akhlaq, sosial budaya,ekonomi, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan sebagaimwujud dari upaya untuk senantiasa melaksanakan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh.

b. Sejarah PerkembanganIstilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di zaman Nabi Muhammad

SAW maupun di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin, bahkan tidak dikenaldi zaman pemerintahan Bani Umayah (41-133 H /611-750 M). Terma Ahlussunnah wal jama’ah sebetulnya merupakan diksi baru, atau sekurang-kurangnyatidak pernah digunakan sebelumnya di masa Nabi dan pada periode Sahabat.[4] Bahkan bila dirunut dari catatan, kata ini belum dipakai pada kurun masatabi’in (masa Sahabat) dan/atau tabi’ut tabi’in (masa sesudah periode tabi’in).

Pada masa Al-Imam Abu Hasan Al-Asy’ari (w. 324 H) umpamanya, orangyang disebut-sebut sebagai pelopor mazhab Ahlus sunnah wal jama’ah itu, istilahini belum digunakan. Sebagai terminologi, Ahlus sunnah wal jama’ah barudiperkenalkan hampir empat ratus tahun pasca meninggalnya Nabi Saw, olehpara Ashab Asy’ari (pengikut Abu Hasan Al-Asy’ari) seperti Al-Baqillani (w. 403H), Al-Baghdadi (w. 429 H), Al-Juwaini (w. 478 H), Al-Ghazali (w.505 H), Al-Syahrastani (w. 548 H), dan al-Razi (w. 606 H).

Memang jauh sebelum itu kata sunnah dan jama’ah sudah lazim dipakaidalam tulisan-tulisan arab, meski bukan sebagai terminologi dan bahkan sebagaisebutan bagi sebuah mazhab keyakinan. Ini misalnya terlihat dalam surat-suratAl-Ma’mun kepada gubernurnya Ishaq ibn Ibrahim pada tahun 218 H, sebelumAl-Asy’ari sendiri lahir, tercantum kutipan kalimat wa nasabu anfusahum ilassunnah (mereka mempertalikan diri dengansunnah), dan kalimat ahlul haq waddin wal jama’ah (ahli kebenaran, agama dan jama’ah)[5].

Pemakaian Ahlus sunnah wal jama’ah sebagai sebutan bagi kelompokkeagamaan justru diketahui lebih belakangan, sewaktu Az-Zabidi menyebutkandalamIthaf Sadatul Muttaqin, penjelasan atau syarah dari Ihya Ulumuddinnya Al-Ghazali:idza uthliqa uthliqa ahlus sunnah fal muradu bihi al-asya’irah walmaturidiyah (jika disebutkan ahlussunnah, maka yang dimaksud adalah pengikutAl-Asy’ari dan Al-Maturidi).

Dari aliran ahlussunnah waljamaah atau disebut aliran sunni dibidangteologi kemudian juga berkembang dalam bidang lain yang menjadi cirri khasaliran ini, baik dibidang fiqh dan tasawuf. sehingga menjadi istilah, jika disebut akidah sunni (ahlussunnah waljamaah) yang dimaksud adalah pengikutAsy’aryah dan Maturidyah. Atau Fiqh Sunni, yaitu pengikut madzhab yang empat( Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali). Yang menggunakan rujukan alqur’an, al-hadits, ijma’ dan qiyas. Atau juga Tasawuf Sunni, yang dimaksud adalahpengikut metode tasawuf Abu Qashim Abdul Karim al-Qusyairi, Imam Al-Hawi,Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Yang memadukan antarasyari’at, hakikat dan makrifaat.

Penyebaran dan pertumbuhan Islam di Nusantara terletak di pundakpara Ulama’. Mereka membentuk kader-kader yang akan bertugas sebagaimubaligh ke daerah-daerah yang lebih luas. Cara ini dilakukan di dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pondok di Jawa, dayah di Aceh, surau diMinangkabau. Dunia pemikiran Islam di Indonesia bagaimanapun jugamempunyai akar pemikiran yang bersumber di pusat dunia Islam tersebutsebelumnya.[6]

Di Indonesia sendiri, cikal-bakal berdirinya perkumpulan para ulamakemudian menjelma menjadi Nahdhatul Ulama (Kebangkitan Ulama) tidakterlepas dari sejarah Khilafah. Ketika itu, tanggal 3 Maret 1924, Majelis Nasionalyang bersidang di Ankara mengambil keputusan, “Khalifah telah berakhir tugas-tugasnya. Khilafah telah dihapuskan karena Khilafah, pemerintahan danrepublik, semuanya menjadi satu gabungan dalam berbagai pengertian dankonsepnya.”Keputusan tersebut mengguncang umat Islam di seluruh dunia,termasuk di Indonesia.

Untuk merespon peristiwa itu, sebuah Komite Khilafah (Comite Chilafat)didirikan di Surabaya tanggal 4 Oktober 1924 dengan ketua Wondosudirdjo(kemudian dikenal dengan nama Wondoamiseno) dari Sarikat Islam dan wakilketua KH A. Wahab Hasbullah dari golongan tradisi (yang kemudian melahirkanNU). Tujuannya untuk membahas undangan kongres Kekhilafahan diKairo (Bandera Islam, 16 Oktober 1924). Kemudian pada Desember 1924berlangsung Kongres al-Islam yang diselenggarakan oleh Komite Khilafah Pusat(Centraal Comite Chilafat). Kongres memutuskan untuk mengirim delegasi keKonferensi Khilafah di Kairo untuk menyampaikan proposal Khilafah. Setelah itu,

Page 4: Abimanyu Blora

10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 4/7

diadakan lagi Kongres al-Islam di Yogyakarta pada 21-27 Agustus 1925.Lahirnya NU sendiri, yang merupakan kelanjutan dari Komite Merembuk

Hijaz, yang tujuannya untuk melobi Ibnu Suud, penguasa Saudi saat itu, untukmengakomodasi pemahaman umat yang bermazhab, jelas tidak terlepas darisejarah keruntuhan Khilafah. Ibnu Suud sendiri adalah pengganti Syarif Husain,penguasa Arab yang lebih dulu membelot dari Khilafah Utsmaniyah. Jadi, secarahistoris lahirnya NU tidak terlepas dari persoalan Khilafah. Di sisi lain, NU sejakkelahirannya tidak berpaham sekular dan tidak pula anti formalisasi. Bahkan NUmemandang formalisasi syariah menjadi sebuah kebutuhan. Hanya saja, yangditempuh NU dalam melakukan upaya formalisasi bukanlah cara-cara paksaandan kekerasan, tetapi menggunakan cara gradual yang mengarah padapenyadaran.

Hal ini karena sepak terjang NU senantiasa berpegang padakaidah fiqhiyah seperti: mâ lâ yudraku kulluh lâ yutraku kulluh (apa yang tidakbisa dicapai semua janganlah kemudian meninggalkan semua); dar’al-mafâsidmuqaddamun ‘ala jalb al mashâlih (mencegah kerusakan lebih didahulukandaripada mengambil kemaslahatan). Sejarah NU menjadi bukti bahwa sejakkelahirannya NU justru concern pada perjuangan formalisasi Islam.[7]

Oleh sebab itulah tidak mengherankan jika kemudian NU bisa diterimaumat Islam Indonesia, bahkan bisa berkembang pesat menjadi salah satu pahamterbesar yang dianut oleh umat Islam terutama yang dianggap Islam tradisional.

2. Aswaja Menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said Aqil SirojAdapun penjelasannya dari Aswaja menurut sudut pandang KH Hasyim

Asy’ari dan KH Said Aqil Siradj adalah sebagai berikut:a. Aswaja Menurut KH Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy’ari, merupakan Rais Akbar Nahdlatul Ulama’. Beliaumemberikan tashawur (gambaran) tentang ahlussunnah waljamaahsebagaimana ditegaskan dalam al-qanun al-asasi, bahwa faham ahlussunnahwaljamaah versi Nahdlatul Ulama’ yaitu mengikuti Abu Hasan al-asy’ari dan AbuManshur al-Maturidi secara teologis, mengikuti salah satu empat madzhab fiqh (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) secara fiqhiyah, dan bertashawufsebagaimana yang difahami oleh Imam al-Ghazali atau Imam Junaid al-Baghdadi.

Penjelasan KH. Hasyim Asy’ari tentang ahlussunnah waljamaah versiNahdlatul Ulama’ dapat difahami sebagai berikut:1. Penjelasan aswaja KH Hasyim Asy’ari, jangan dilihat dari pandangan ta’rif

menurut ilmu Manthiq yang harus jami’ wa mani’ (مانع tapi itu (جامع merupakan gambaran (تصــور) yang akan lebih mudah kepada masyarakatuntuk bisa mendaptkan pembenaran dan pemahaman secara jelas ( تصــد یق).Karena secara definitif tentang ahlussunnah waljamaah para ulama berbedasecara redaksional tapi muaranya sama yaitu maa ana alaihi wa ashabii.

2. Penjelasan aswaja versi KH. Hasyim Asy’ari, merupakan implimentasi darisejarah berdirinya kelompok ahlussunnah waljamaah sejak masapemerintahan Abbasiyah yang kemudian terakumulasi menjadi firqah yangberteologi Asy’ariyah dan Maturidiyah, berfiqh madzhab yang empat danbertashuwf al-Ghazali dan Junai al-Baghdadi

3. Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan ‘wahabiyah’ (islam modernis) diIndonesia waktu itu yang mengumandangkan konsep kembali kepada al-quran dan as-sunnah, dalam arti anti madzhab, anti taqlid, dan anti TBC. (tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari penjelasan aswaja versi NUdapat difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan As-sunnah perlupenafsiran para Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit sekali kaum muslimin mampu berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu muqallid ataumuttabi’ baik mengakui atau tidak.[8]

Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka KH. HasyimAsy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian jugamerumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah. Kedua kitab tersebut,kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU, yang dijadikan dasar dan rujukansebagai warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaandan po1itik.

Khusus Untuk membentengi keyakinan warga NU agar tidakterkontaminasi oleh paham-paham sesat yang dikampanyekan oleh kalanganmodernis, KH Hasyim Asy'ari menulis kitab risalah ahlusunah waljamaah yangsecara khusus menjelaskan soal bid’ah dan sunah. Sikap lentur NU sebagai titikpertemuan pemahaman akidah, fikih, dan tasawuf versi ahlusunah waljamaahtelah berhasil memproduksi pemikiran keagamaan yang fleksibel, mapan, danmudah diamalkan pengikutnya.[9]

Dalam perkembangannya kemudian para Ulama’ NU di Indonesiamenganggap bahwa Aswaja yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari sebagai upayapembakuan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh(toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta’addul (Keadilan). Prinsip-prinsip

Page 5: Abimanyu Blora

10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 5/7

tersebut merupakan landasan dasar dalam mengimplimentasikan Aswaja.

b. Aswaja Menurut KH Said Aqil Siroj

Seiring dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dalamberbagai bidang menuntut kita agar terus memacu diri mengkaji Ahlussunah WalJama’ah dari berbagai aspeknya, agar warga nahdliyin dapat memahami danmemperdalam, menghayati dan mengejawantahkan warisan ulama al salaf alsalih yang berserakan dalam tumpukan kutub al turast.[10]

Nahdlatul Ulama’ dalam menjalankan paham ahlusunah waljamaahpada dasarnya menganut lima prinsip. Yakni, at-Tawazun (keseimbangan), at-Tasamuh (toleran), at-Tawasuth (moderat), at-Ta'adul (patuh pada hukum), danamar makruf nahi mungkar. Dalam masalah sikap toleran pernah dicontohkanoleh pendiri NU KH Hasyim Asy'ari saat muncul perdebatan tentang perlunyanegara Islam atau tidak di Indonesia. Kakek mantan Presiden AbdurrahmanWahid itu mengatakan, selama umat Islam diakui keberadaan danperibadatannya, negara Islam atau bukan, tidak menjadi soal. Sebab, negaraIslam bukan persoalan final dan masih menjadi perdebatan[11]

Lain dengan para Ulama’ NU di Indonesia yang menganggap Aswajasebagai upaya pembakuan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth(moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta’addul (Keadilan).Maka Said Aqil Shiroj dalam mereformulasikan Aswaja adalah sebagai metodeberfikir (manhaj al-fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupanyang berdasarkan atas dasar modernisasi, menjaga keseimbangan dan toleransi,tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka memberikan warna baruterhadap cetak biru (blue print) yang sudah mulai tidak menarik lagi dihadapandunia modern.

Hal yang mendasari imunitas (daya tahan) keberadaan paham Ahlussunnah wal jama’ah adalah sebagaimana dikutip oleh Said Aqil Siradj,bahwa Ahlus sunnah wal jama’ah adalah “Ahlu minhajil fikri ad-dini al-musytamili ‘ala syu’uunil hayati wa muqtadhayatiha al-qa’imi ‘ala asasittawassuthu wat tawazzuni wat ta’adduli wat tasamuh”, atau “orang-orang yangmemiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupanyang berlandaskan atas dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan dantoleransi”.[12]

Prinsip dasar yang menjadi ciri khas paham Ahlus sunnah waljama’ah adalah tawassuth, tawazzun wat ta’adul, dan tasamuh; moderat,seimbang dan netral, serta toleran. Sikap pertengahan seperti inilah yang dinilaipaling selamat, selain bahwa Allah telah menjelaskan bahwa umat NabiMuhammad adalahummat wasath, umat pertengahan yang adil (QS. Al-Baqarah :143).

Harus diakui bahwa pandangan Said Aqil Siradj tentang Aswaja yangdijadikan sebagai manhaj al fikr memang banyak mendapatkan tentangan dariberbagai pihak. Apalagi sejak kyai Said mengeluarkan karyanya yang berjudul“Ahlussunnah wal Jama’ah; Sebuah Kritik Historis”.

Meskipun banyak sekali yang menentang pemikiran Said Aqil Sirodjdalam memahami Aswaja dalam konteks saat ini, akan tetapi harus diakui bahwaparadigma yang digunakan Said Aqil Siradj dalam menafsiri Aswaja patut untukdihormati. Karena yang dilakukan merupakan wujud tafsir dalam memahamiAswaja di era Globalisasi.

IV. PenutupDari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ahlu sunnah waljamaah berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga, golongan ataupengikut. Ahlussunnah berarti orang orang yang mengikuti sunnah (perkataan,pemikiran atau amal perbuatan Nabi Muhammad SAW.) Sedangkan Wal Jama’ahmemiliki arti Mayoritas ulama dan jama’ah umat Islam pengikut sunnah Rasul.Aswaja berarti orang-orang atau mayoritas para ‘Ulama atau umat Islam yangmengikuti sunnah Rasul dan para Sahabat atau para ‘Ulama.

2. Aswaja menurut:a. KH. Hasyim Asyari’ adalah suatu paham berteologi Asy’ariyah dan

Maturidiyah, berfiqh madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali)dan bertashuwf al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi. Selain itu dalammengimplementasikan Aswaja adalah dengan prinsip at-Tawazun(keseimbangan), at-Tasamuh (toleran), at-Tawasuth (moderat), at-Ta'adul(patuh pada hokum/adil), dan amar makruf nahi mungkar.

b. KH. Said Aqil Siradj memandang Aswaja adalah sebagai Manhaj al Fikr (landasanberpikir). Dalam hal inilah Aswaja dapat dipahami sebagai sesuatu yang bisa ditafsirisecara kontekstual dan lebih modern.

Demikian makalah ini kami susun, penulis yakin bahwa masih banyak kekurangandalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itulah kritik dan saran senantiasa kami nantikan

Page 6: Abimanyu Blora

10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 6/7

Diposkan oleh Fauzul Andim di Kamis, Januari 03, 2013

Label: Karya Ilmiah

demi perbaikan pada penyusunan makalah yang lain. Dan semoga makalah ini bermanfaat,amien.

[1] Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama;ah, (Jakarta, Pustaka Tarbiyah, 1983),hlm. 16.[2] Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi, Relsi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru,(Yogyakarta, LkiS, 1994), hlm. 31-32[3] Ali Khaidar, Nahdlatul Ulama dan Islam Indonesia; Pendekatan Fiqih dalam Politik,(Jakarta: Gramedia, 1995), hlm. 69-70.[4] Said Aqil Siradj, Ahlussunnah wal Jama’ah; Sebuah Kritik Historis, (Jakarta: PustakaCendikia Muda, 2008), hlm. 6.[5] Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran, Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UIPres, 2008), hlm. 65.

[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Jaya, 2001), hlm. 195-197.[7] Ainul, Yaqin, Warga NU, Aktivis Lembaga Kajian Islam Hanif (L-Jihan) Sidogiri.com

[8] KH. Hasyim Asy’ari, Al-Qanun Al-Asasi; Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,terjemaholeh Zainul Hakim, (Jember: Darus Sholah, 2006).[9] Marwan Ja’far, Ahlussunnah Wal Jama’ah; Telaah Historis dan Kontekstual, (Yogyakarta:LKiS, 2010), Cet. Pertama, hlm. 81.[10] Said Aqil Siraj dalam Muhammad Idrus Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunah WalJama’ah (Jakarta: Khalista, 2011).[11] Marwan Ja’far, Op.cit, hlm. 81.[12] Said Aqil Siraj, Op.cit, hlm. 8.

Rekomendasikan ini di Google

5 komentar:

Dukung Kontes untuk Penghijauan Bumi 5 Januari 2013 00.08

Sekedar informasi untuk sahabat blogger smuanya, Ikuti kontes untuk mendukungpenghijauan bumi. Berhadiah JUTAAN rupiah. 50 Pendaftar pertama juga akan mendapatkanhadiah.Info Selengkapnyawww.MitraBibit.com

Balas

Anonim 30 Juli 2013 13.35

Sekedar sharing, kunjungi blog kami www.aswajablora.wodpress.com

Balas

Anonim 24 Agustus 2013 17.15

Ahlussunnah wal jamaah itu kan mestinya para pengikutnya konsisten dalam menjalankansyariat yang dibawa oleh Rasululullah SAW dan juga dilaksanakan oleh para sahabat beliau,misalnya menutup aurot dengan sempurna baik laki-laki maupun perempuannya.

Tapi koq para pengikut kelompok yang mengklaim ASWAJA malah tak peduli dengan syariatyang harus dilakukan dengan konsisten baik dalam berpakaian maupun dalam memberikanpencerahan tentang syariat secara kaffah ya???

coba deh di evaluasi lagi lah yang mengklaim ASWAJA, jangan-jangan kliru mengklaimKelompok nya sebagai ASWAJA murni dan menganggap kelompok lain bukan ASWAJA..

AYO DONGG KOREKSI SEGERA BIAR LURUS ASWAJANYA.......

Balas

Anonim 24 Agustus 2013 17.22

Gimana ya sikap kelompok ASWAJA yang melihat adany sikap pemerintah yang tidak pedulidengan syariat Islam??

Kan penduduk Indonesia mayoritas muslim, bukankah seharusnya Pengikut ASWAJA turutserta mengingatkan pemerintah dengan tegas untuk kembali kepada syariat yang agung demirahmat Allah untuk kaum muslimin??

Bisa jadi lho rahmat Allah tidak diturunkan sebesar-besarnya bagi kaum muslimin Indonesiakarena pemimpinnya tidak peduli dengan syariat Islam dan membiarkan kemaksiatan merajalela, dan ASWAJA juga kurang tegas dalam memperjuangkan syariat Allah...

Balas

Page 7: Abimanyu Blora

10/12/2014 Abimanyu Blora: Aswaja Menurut KH Hasyim Asy'ari dan KH Aqil Sirodj

http://fauzulandim.blogspot.com/2013/01/aswaja-menurut-kh-hasyim-asyari-dan-kh.html 7/7

Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan

Pratinjau

Muslimin 25 Agustus 2014 10.34

salam hormat dari www.muslimin.org

Balas

Join this sitewith Google Friend Connect

Members (112) More »

Already a member? Sign in

KONCO-KONCO

Bacaan Curhatan Pendidikan Kontes Suara Muda ArtikelPendidikan Pengalaman Ramadhan 1433 H Olah Raga Ramadhan 1434H Review Sosial Politik Cerita Lucu Hiburan Karya Ilmiah

LABEL

Kuliner Jalan-jalanLiburan Sastra Foto Hadiah Kontes Kisah Hidup Lagu Kalam Pembuka KebudayaanRamadhan 1435 H Job Review Kesehatan Kopdar

Arsip Blog

ARSIP BLOG

Diberdayakan oleh Blogger.