BAB II KAJIAN TEORI 1. a. - · PDF fileumum seperti difteri, morbili, ... Pemakaian...

download BAB II KAJIAN TEORI 1. a. - · PDF fileumum seperti difteri, morbili, ... Pemakaian obat-obatan otopsi pada anak c) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 1. a. - · PDF fileumum seperti difteri, morbili, ... Pemakaian...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Tinjauan Tunarungu

    a. Pengertian Tunarungu

    Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran sehingga kehilangan fungsi

    pendengarannya disebut penyandang tunarungu. Untuk memperjelas mengenai

    pengertian tunarungu, peneliti mengemukakan pendapat sebagai berikut. Menurut

    Gargiulo dalam Somad (1996:197) :

    Hearing impairment is a general term used to describe disordered hearing. We

    should point out that the use of this term is offensive to some individuals who

    are deaf and hard of hearing because the word impairment implies a

    deficiency. Although we acknowledge this viewpoint, the label bearing

    impairment is preferred by the federal government when describing this

    disability category. We have chosen to be consistent with the terminology used

    by the U.S. Department of Education.

    Definisi di atas menjelaskan bahwa tunarungu adalah istilah umum yang

    digunakan untuk menggambarkangangguan pendengaran. Istilah tunarungu tertuju

    pada keadaan seseorang yang tunarungudan mengalami kesulitan mendengaryang

    berimplikasi pada kesulitan dalam komunikasi. Istilah tunarungu dipilih federasi

    pemerintahdalam menjelaskan kategori kecacatan tersebut, dan Departemen

    Pendidikan Amerika Serikat telah konsisten menggunakan istilah tunarungu ini.

    Menurut Somantri (2006 : 74) tunarungu ialah orang yang mengalami

    kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan kerusakan atau

    tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami

    hambatan dalam perkembangan bahasanya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Somad (1996: 27) bahwa

    tunarungu adalah seorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan

    mendengar baik sebagianatau seluruhnya yang diakibatkan karana tidak berfungsinya

    sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat

    pendengaannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap

    kehidupannya secara kompleks.

    Pendapat di atas diperkuat oleh Abdurrahman dan Sudjadi (1994 : 59) bahwa

    tunarungu adalah kehilangan pendengaran yang sangat berat sehingga indra

    pendengaran tidak berfungsi dan karenanya perkembangan bahasa bicara mejadi

    terhambat. Pendengaran rusak, adalah pendengaran yang walaupun rusak tetapi masih

    bisa berfungsi, sehingga perkembangan bahasa bicara tidak terhambat..

    Kesimpulan pengertian tunarungu dari beberapa pendapat di atas adalah

    sesorang yang kehilangan sebagian atau seluruh pendengarannya sehingga

    mengalami kesulitan dalam berkomunikasi yang mengakibatkan hambatan dalam

    perkembangannya, sehingga tunarungu memerlukan sarana komunikasi yang sesuai

    dengan kebutuhannya.

    Kesulitan komunikasi pada tunarungu merupakan ciri khas yang membuatnya

    berbeda dengan anak normal. tunarungu memahami bahasa tidak selancar anak

    normal dan harus beberapa tahapan tahapan dalam pemahaman bahasa sehingga

    mampu berkomunikasi dengan masyarakat.

    b. Faktor Penyebab Tunarungu

    Ada beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai faktor terbentuknya

    tunarungu sebagai berikut. Penyebab ketunarunguan menurut Somantri (2006: 75)

    membagi dalam beberapa faktor:

    1) Pada saat sebelum dilahirkan (prenatal)

    a) Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau

    mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal. Misalnya: dominant

    gent, resesiv gen dan lain-lain.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    b) Karena penyakit : Sewaktu mengandung ibu terserang suatu penyakit

    terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan

    trimester pertama yaitu saat pembentukan ruang telinga. Misalnya:

    rubella, morbili dan lain-lain.

    c) Karena keracunan obat-obatan: pada saat hamil ibu minum obat-obatan

    terlalu banyak, atau ibu seorang pecandu alcohol, tidak dikehendaki

    kelahiran anaknya atau minum obat penggugur kandungan akan dapat

    menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan.

    2) Pada saat kelahiran (natal)

    a) Sewaktu ibu melahirkan mengalami kesulitan sehingga persalinan

    dibantu dengan vacuum/ penyedot (tang)

    b) Prematuritas yaitu bayi yang lahir sebelum waktunya.

    3) Pada saat setelah kelahiran (post natal)

    a) Karena infeksi, misalnya: infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi

    umum seperti difteri, morbili, dan lain-lain

    b) Pemakaian obat-obatan otopsi pada anak

    c) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran

    bagian dalam.

    Menurut Somad (1996 : 43) penyebab ketunarunguan dapat

    dikelompokkan sebagai berikut:

    1) Faktor dari dalam diri anak.

    a) Salah satu orang tua atau keluarga yang mengalami kelainan

    tunarungu.

    b) Kerusakan plasenta yang mempengaruhi perkembangan janin karena

    keracunan pada saat ibu mengandung.

    c) Penyakit Rubella yang menyerang janin ibu pada masa kandungan tiga

    bulan pertama.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    2) Faktor dari luar diri anak.

    a) Faktor dari kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat

    pendengaran telinga bagian dalam, tengah maupun luar.

    b) Meningitis atau radang selaput otak.

    c) Otitis media. Otitis media adalah radang pada telinga bagian tengah,

    sehingga menimbulkan nanah.

    d) Terjadinya infeksi pada saat anak dilahirkan

    Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa penyebab ketunarunguan antara

    lain sebelum lahir (pre natal) salah satunya faktor genetik, konsumsi makanan

    dari ibu saat mengandung, saat lahir salah satunya adalah prematur, proses

    persalinan yang salah dan setelah kelahiran adalah faktor trauma fisik, infeksi

    dan kecelakaan. Selain itu faktor dari dalam anak dan faktor dari luar diri anak

    menjadi faktor yang juga dapat menjadi penyebab ketunarunguan.

    c. Klasifikasi Ketunarunguan

    Anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan pendengaran bisa

    dikelompokkan ke dalam klasifikasi berdasarkan tinjauan tertentu . Menurut Smith

    (Haenudin : 2013 : 274) mengklasifikasikan tunarungu berdasarkan lokasi anatomi

    telinga sebagai berikut:

    1) Conductive hearing loss

    Berkurangnya pendengaran dari segi konduksi suara dari saluran telinga ke

    telinga bagian dalam. Dikarenakan ada gangguan, baik dari telinga bagian

    luar maupun bagian tengah.

    2) Sensorineural hearing loss

    Berkurangnya pendengaran sensorineural disebabkan oleh kerusakan, baik

    di telinga dalam maupun di saraf pendengaran. Sensorineural losses

    seringkali mengakibatkan kerusakan resptor pada telinga bagian dalam.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    3) Mixed hearing loss

    Pada mixed hearing loss dapat terjadi sebagai akibat dari kedua kelainan

    dalam konduksi suara dan kerusakan sensorineural.

    Menurut Sastrowinoto dalam Sardjono (2000 : 9) mengklasifikasikan

    ketunarunguan dilihat dari segi etiologis, fisiologis, menurut terjadinya dan taraf

    pendengarannya sebagai berikut :

    1) Klasifikasi secara Etiologis :

    a) tunarungu endogen atau turunan

    b) tunarungu eksogen disebabkan penyakit atau kecelakaan

    2) Secara anatomis fisiologis tunarungu dibagi dalam :

    a) tunarungu hantaran (konduktif)

    b) tunarungu peceptif (syaraf)

    c) tunarungu campuran antara tunarungu konduktif dan syaraf

    3) Sedangkan menurut terjadinya dibedakan menjadi :

    a) tunarungu yang terjadi saat dalam kandungan ibu (pre natal)

    b) tunarungu saat dilahirkan (neo natal)

    c) tunarungu yang terjadi saat setelah dilahirkan (post natal)

    4) Adapun klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran

    audiometer dibedakan menjadi :

    a) tunarungu taraf ringan antara 5-25 dB

    b) tunarungu taraf sedang antara 26-50 dB

    c) tunarungu taraf berat antara 51-75 dB

    d) tunarungu taraf sangat berat > 75 dB

    Klasifikasi tunarungu menurut Kirk dalam Somad dan Herawati (1996 : 35):

    1) 0 dB : Menunjukkan pendengaran yang optimal

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    2) 0 26 dB : Menunjukkan orang masih mempunyai pendengaran yang

    normal

    3) 27 40 dB : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh,

    membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi

    bicara (tergolong tunarungu ringan)

    4) 41 55 dB : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi

    kelas, membutuhkan alat Bantu dengar dan terapi bicara (tergolong

    tunarungu sedang)

    5) 56 70 dB : Hanya dapat mendengar suara dari jarak yang dekat, masih

    mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan

    menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus

    (tergolong tunarungu agak berat)

    6) 71 90 dB : Hanya dapat mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang-

    kadang dianggap tunarungu, membutuhkan pendidikan luar biasa yang

    intensif membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara khusus

    (tergolong tunarungu berat)

    7) 91 db ke atas : Mungkin sadar adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak

    bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untu