BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Dasar Promosi...

21
7 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Dasar Promosi Jabatan Promosi adalah kesempatan dimana seseorang dapat memperbaiki posisi jabatannya. Promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain, yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Hal ini memiliki nilai karena merupakan bukti pengakuan yang lain terhadap prestasi kerja yang dicapai seseorang. Seseorang yang dipromosikan pada umumnya dianggap mempunyai prestasi yang baik, dan juga ada beberapa pertimbangan lainnya yang menunjang. Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa promosi adalah dengan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan status sosial, oleh karena itu individu yang merasakan adanya ketetapan promosi merupakan salah satu kepuasan dari pekerjaannya. Menurut Hasibuan (2005: 107), yang dimaksud dengan promosi jabatan adalah perpindahan yang memperbesar wewenang dan tanggung jawab karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam satu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilannya semakin besar. Selanjutnya menurut Sastrohadiwiryo (2003: 258), bahwa promosi dapat diartikan sebagai proses perubahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam hierarki wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi daripada dengan wewenang

Transcript of BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Dasar Promosi...

7

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Konsep Dasar Promosi Jabatan

Promosi adalah kesempatan dimana seseorang dapat memperbaiki posisi

jabatannya. Promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain, yang

mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Hal ini memiliki nilai

karena merupakan bukti pengakuan yang lain terhadap prestasi kerja yang dicapai

seseorang. Seseorang yang dipromosikan pada umumnya dianggap mempunyai

prestasi yang baik, dan juga ada beberapa pertimbangan lainnya yang menunjang.

Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa promosi adalah dengan memberikan

kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan

status sosial, oleh karena itu individu yang merasakan adanya ketetapan promosi

merupakan salah satu kepuasan dari pekerjaannya.

Menurut Hasibuan (2005: 107), yang dimaksud dengan promosi jabatan adalah

perpindahan yang memperbesar wewenang dan tanggung jawab karyawan ke jabatan

yang lebih tinggi di dalam satu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan

penghasilannya semakin besar.

Selanjutnya menurut Sastrohadiwiryo (2003: 258), bahwa promosi dapat

diartikan sebagai proses perubahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam

hierarki wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi daripada dengan wewenang

8

dan tanggung jawab yang telah diberikan kepada tenaga kerja pada waktu

sebelumnya.

Hal ini senada dengan yang dikatakan Edwin B. Flipo (dalam Hasibuan,

2005:108), “a promotion involves a change from one job to another job that is better

in term status and responsibility. Ordinary the change to the higher job is

accompanied by increased pay and privilefes, but not always. Pernyataan diatas dapat

diartikan bahwa promosi adalah perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang

mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Biasanya perpindahan ke

jabatan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan gaji/upah lainnya, walaupun

tidak selalu demikian.

Selanjutnya pendapat Silalahi (2002: 102), Promosi jabatan adalah pemindahan

seorang pegawai dari satu jabatan tertentu ke jabatan lain yang lebih tinggi baik

gaji,tanggung jawab, maupun tingkat organisasi, yang memiliki lima dimensi yaitu:

pengalaman, prestasi kerja, kerjasama, kejujuran, kecakapan, dan kepemimpinan.

Menyoroti pendapat di atas, dapat dikemukakan oleh penulis bahwa promosi

jabatan secara tekhnik adalah suatu perpindahan di dalam suatu organisasi khususnya

lembaga pendidikan dari satu posisi ke posisi lainnya yang melibatkan baik

peningkatan upah maupun status sehingga dalam pelaksanaan promosi harus

memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP).

9

B. Tujuan Promosi Kepala Sekolah

Hasibuan (2005 : 113) menjelaskan bahwa tujuan-tujuan promosi diantaranya

meliputi : 1) Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang semakin

besar kepada pegawai yang berprestasi kerja tinggi, 2) Dapat menimbulkan kepuasan

dan kebanggaan pribadi, status sosial yang semakin tinggi, dan penghasilan yang

semakin besar, 3) Untuk merangsang agar pegawai lebih bergairah bekerja,

berdisiplin tinggi dan memperbesar produktivitas kerjanya, 4) Untuk menjamin

stabilitas kepegawaian dengan direalisasinya promosi kepada pegawai dengan dasar

dan pada waktu yang tepat serta penilaian yang jujur, 5) Kesempatan promosi dapat

menimbulkan keuntungan berantai (multiplier effect) dalam sekolah karena timbulnya

lowongan berantai, 6) Memberikan kesempatan kepada pegawai untuk

mengembangkan kreativitas dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal

perusahaan, 7) Untuk menambah/memperluas pengetahaun serta pengalaman kerja

para pegawai dan ini merupakan daya dorong bagi pegawai lainnya, 8) Untuk mengisi

kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti. Agar jabatan itu tidak lowong maka

dipromosikan pegawai lainnya, 9) Pegawai yang dipromosikan kepada jabatan yang

tepat, semangat kesenangan, dan ketenangannya dalam bekerja semakin meningkat

sehingga produktivitas kerjanya juga meningkat, 10) Promosi akan memperbaiki

status karyawan dari karyawan sementara menjadi karyawan tetap setelah lulus dalam

masa percobaannya.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa promosi jabatan kepala sekolah pada

dasarnya diarahkan pada peningkatan dari ketetapan sekolah dalam mencapai sasaran

10

dimana peran guru tersebut memperoleh kepuasan kerja, sehingga memungkinkan

seorang guru sebagai calon kepala sekolah untuk memberikan hasil kerja yang terbaik

kepada sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia

secara keseluruhannya.

C. Manfaat Promosi Kepala Sekolah

Menurut Simamora ( 1995: 587) manfaat dari promosi adalah sebagai berikut:

1. Promosi memungkinkan sekolah untuk mendayagunakan keahlian dan

kemampuan pegawai setinggi mungkin.

2. Promosi seringkali diberikan mengimbali pegawai yang berkinerja sangat

baik. Pegawai yang dihargai promosi akan termotivasi untuk memberikan

kinerja yang lebih tinggi lagi jika mereka merasa bahwa kinerja yang efektif

menyebabkan promosi.

3. Riset memperlihatkan bahwa kesempatan untuk promosi dan tingkat kepuasan

kerja yang sangat tinggi berkorelasi secara signifikan. Sistim promosi yang

efektif dapat menyebabkan efisiensi organisasional yang lebih besar dan

tingkat moral kerja pegawai yang tinggi.

Jadi, promosi bermanfaat bagi sekolah dan para guru. Bagi sekolah promosi

bermanfaat untuk mendayagunakan kemampuan pegawai setinggi mungkin.

Sedangkan, bagi guru memberikan motivasi untuk bekerja lebih serius lagi.

11

D. Persyaratan Seleksi Calon Kepala Sekolah dalam Promosi Jabatan

Untuk menjaring bakal calon Kepala Sekolah yang akan dididik dan dilatih

harus sesuai dengan Permendiknas No. 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru

Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah, dan harus dilakukan penawaran kepada guru

yang potensial dan memenuhi persyaratan administrasi serta persyaratan lain

sebagaimana yang ditentukan. Bakal calon hendaknya bukan hasil tunjukkan Kepala

Sekolahnya tetapi Kepala Sekolah dapat memberikan rekomendasi kelayakannya.

Penawaran secara terbuka kepada para guru akan memberikan dorongan untuk

mempersiapkan diri bagi yang berminat dan dapat memenuhi semua persyaratan yang

ditetapkan. Proses pencalonan dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Setiap guru

tetap yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan mempunyai hak untuk

mencalonkan diri sebagai calon Kepala Sekolah, 2) Setiap guru yang memenuhi

persyaratan yang ditetapkan, diajukan oleh tiga komponen yakni musyawarah guru

sekolah atau Kepala Sekolah serta komite sekolah sebagai calon Kepala Sekolah, 3)

Daerah kabupaten atau kota dimungkinkan melakukan rekrutmen terbuka bagi calon

Kepala Sekolah yang berasal dari luar Kabupaten/Kota.

Secara administratif menurut Depdiknas (2004: 17-18) calon Kepala Sekolah

dapat dipersyaratkan memenuhi hal-hal berikut: 1) Beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, 2) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat

keterangan dokter, 3) Berkedudukan sebagai guru yang aktif mengajar, 4)

Berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun (sejak diangkat menjadi

12

guru tetap). 5) Golongan ruang serendah-rendahnya IIIc, 6) Pendidikan serendah-

rendahnya Sarjana Strata (S1), 7) Usia maksimum 50 tahun (pada saat dicalonkan

sebagai calon Kepala Sekolah, 8) Menyertakan bukti keterangan pelatihan yang

relevan dengan tugas sebagai guru dan atau sebagai pimpinan unit kerja di sekolah,

guru teladan, atau penghargaan prestasi luar biasa. 9) DP3 dua tahun terakhir minimal

baik, 10) Belum pernah mendapat hukuman disiplin dan atau tindak pidana sedang,

dan berat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Hal tersebut

juga didukung dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 1 tahun

2009 Pasal 48 tentang tata cara pengangkatan Kepala Sekolah yaitu : (1) Pengawas

Sekolah bersama-sama Kepala Sekolah setempat mengusulkan calon Kepala

Sekolah yang memenuhi persyaratan; (2) usulan calon Kepala Sekolah

sebagaimana dimaksud pada nomor 1 disampaikan kepada Kepala Dinas oleh

Kepala Sekolah; (3) Kepala Dinas membentuk Tim Seleksi Calon Kepala

Sekolah; (4) seleksi calon Kepala Sekolah dilakukan secara obyektif dan

transparan; (5) berdasarkan hasil seleksi, Kepala Dinas mengusulkan calon

Kepala Sekolah yang memenuhi persyaratan dan kompetensi kepada Bupati; (6)

Bupati menetapkan Keputusan pengangkatan dan penempatan Kepala Sekolah.

Ada tiga tahapan yang harus dilewati oleh seseorang guru yang akan melamar

sebagai calon Kepala Sekolah, yaitu: tahap yang pertama yaitu seleksi adminsitrasi,

sebagai prasarat untuk mengikuti tahap seleksi professional akademik. Tahap ini

dimaksudkan untuk menilai apakah calon mempunyai kemampuan professional

13

akademik dan kepribadian sebagai calon Kepala Sekolah. Jika lolos dari seleksi tahap

ini, calon di panggil untuk mengikuti tahap yang kedua yaitu tahap pendidikan dan

pelatihan bagi calon Kepala Sekolah yang dirancang secara khusus. Setelah selesai

mengikuti pendidikan dan latihan maka calon memasuki tahap yang ketiga yaitu

seleksi pasca pendidikan dan pelatihan. Seleksi pada tahap terakhir ini untuk menilai

ketepatan dan kepantasan untuk diangkat sebagai Kepala Sekolah.

Penilaian didasarkan pada : 1) aspek kognitif, penguasaan materi yang

diberikan dalam pendidikan dan pelatihan, wawasan dan pemahaman akan fungsi dan

tugas Kepala Sekolah baik sebagai pemimpin, manajer dan pendidik, 2) aspek afektif,

mencakup sikap, pengendalian emosi dan kepribadian sebagai pemimpin dan pemberi

teladan, dan 3) aspek psikomotorik atau perilaku yang ditunjukkan dalam dan selama

mengikuti pendidikan dan latihan maupun dari hasil pengamatan di tempat di mana

calon melakukan praktek latihan.

Bentuk dan jenis alat pengujian atau tes dapat berupa 1) tes kognitif secara

tertulis dan lisan, 2) tes kinerja melakukan suatu tugas atau perintah dan bukti kinerja

nyata, 3) tes kepribadian, wawancara, observasi perilaku kinerja melakukan suatu

perintah atau tugas. Pemilihan alat uji tesebut disesuaikan dengan tujuan dan

kebutuhan serta tahapan seleksi.

Handoko (2000: 90-91) mengemukakan peralatan tes yang dapat digunakan

dalam proses seleksi, yaitu: tes-tes psikologi, yang meliputi (1) tes kecerdasan, (2) tes

kepribadian, (3) tes bakat, (4) tes minat, (5) tes prestasi; tes-tes pengetahuan; yaitu

14

bentuk tes yang menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki para pelamar dan

performance tes, yaitu bentuk tes yang mengukur kemampuan para pelamar untuk

melaksanakan beberapa bagian pekerjaan yang akan dipegangnya.

Selain itu seleksi wawancara dapat dilakukan melalui lima tahapan, yaitu: 1)

persiapan pewawancara, 2) pengarahan (penciptaan hubungan), 3) pertukaran

informasi,4) terminasi, dan 5) evaluasi.

E. Indikator Penilaian Promosi Jabatan Kepala Sekolah

Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan di samping memiliki

dan memahami hal-hal yang bersifat filosofis, konseptual dan teknis harus juga

memiliki kemampuan dasar. Menurut Sardiman (2000: 161-177) kemampuan dasar

ini dikenal dengan sepuluh kompetensi guru yaitu : (1) menguasai bahan, (2)

mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media,

(5) menguasai landasan-landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar

mengajar, (7) menilai prestasi siswa, (8) mengetahui fungsi dan program bimbingan

dan penyuluhan, (9) mengetahui dan menguasai administrasi sekolah, (10) memahami

dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna untuk keperluan pengajaran.

Prestasi kerja yang baik dapat juga dipengaruhi oleh keterampilan,

kemampuan dan sifat-sifat individu itu sendiri dalam melaksanakan tugas. Setiap

pekerjaan yang dilakukan tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai yang telah

ditetapkan sebelumnya dan dengan terwujudnya tujuan tersebut berarti seseorang

15

telah melakukan kinerja dengan memiliki kemampuan (kompetensi) semangat, minat,

mencintai pekerjaan dan mampu menghadapi tantangan, serta selalu mencari peluang

untuk berkembang.

Guru sebagai calon Kepala Sekolah bukan hanya suatu pekerjaan tetapi juga

merupakan profesi yang harus memiliki ketrampilan khusus berupa keahlian,

ketrampilan atau kreativitas dan pengetahuan. Dilihat dari dimensi proses

pembelajaran, peranan guru di masyarakat tetap dominan kendati teknologi yang

dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat.

Menurut Wijaya dan Rusyan (2000: 10) peranan guru antara lain: 1) sebagai

pendidik dan pengajar, 2) sebagai anggota masyarakat, 3) sebagai pelaksana

administrasi sekolah, 4) sebagai pemimpin pengajaran, 5) sebagai pengelola proses

belajar mengajar.

Untuk mencapai prestasi kerja yang baik, maka guru harus selalu berusaha

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sebagai bekal dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan juga diharapkan mampu memanfaatkan

sumber daya baik yang ada di lingkungan kelas maupun di luar kelas yang

menunjang kegiatan belajar mengajar.

Profil kompetensi calon Kepala Sekolah adalah: (1) memiliki keteladanan

dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) memiliki sikap dan

kepribadian sebagai pemimpin, (3) memiliki pengetahuan dan wawasan kebijakan

pendidikan, (4) memahami prinsip manajemen modern dan menerapkannya di

16

sekolah, (5) memahami prinsip dan gaya kepemimpinan serta mampu menerapkannya

di sekolah, (6) memahami macam atau jenis manajemen dan mampu menerapkannya

di sekolah, (7) memahami prinsip pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki

sekolah, (8) memahami konsep dan prinsip perencaan untuk pengembangan sekolah,

(9) mampu menyusun usulan atau proposal bantuan sekolah, (10) memahami prinsip

manajemen administrasi sekolah dan ruang lingkupnya, (11) memahami prinsip

penyusunan anggaran dan mampu menerapkannya untuk menyusun RAPBS.

Salisbury (1996: 194) menjelaskan bahwa upaya memperbaiki kualitas dalam

satu organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang

efektif. Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika

pimpinannya benar-benar berkualits atau unggul. Menurut Hoy (dalam Syarifuddin,

2002: 23), ada beberapa kompetensi Kepala Sekolah yang didaftar secara kualifikasi

untuk mencapai keberhasilan pengelolaan sekolah, yakni: Visi, yaitu (1) kemampuan

mengajukan tujuan dan sasaran sesuai keinginan bagi sekolah, (2) kemampuan untuk

melaksanakan kebutuhan sementara dalam situasi tertentu, (3) kemampuan

memprediksi kebutuhan sesuai tugas, (4) menghasilkan keaslian, mengungkapkan

imajinasi untuk mengidentifikasi tugas. dan yang ke (5) kemampuan

mendemonstrasikan suatu kesadaran tentang dimensi nilai dan kesiapan terhadap

tantangan asumsi.

Keterampilan perencanaan, mencakup (1) kemampuan merencanakan

pencapaian target, (2) kemampuan menilai urutan alternatif strategis sebelum

17

pelaksanaan suatu rencana, (3) kemampuan menyadari jadual yang sesuai, (4)

kemampuan menentukan prioritas, (5) kemampuan menganalisis elemen penting, dan

(6) kemampuan mengembangkan secara detail dan urutan logis rencana untuk

mencapai sasaran. (Syarifuddin, 2000: 60).

Berpikir kritis, mencakup (1) kemampuan berpikir analitis dan kritis, (2)

kemampuan menerapkan konsep dan prinsip, dan (3) kemampuan membedakan

berpikir rutin dan berpikir analitis. Keempat, Keterampilan kepemimpinan, yaitu (1)

kemampuan meng-arahkan tindakan dari semua orang menuju sasaran yang

disepakati, (2) menstruktur interaksi untuk menjangkau tujuan, (3) memimpin

penyebaran secara efektif semua sumber daya, (4) keinginan menerima tanggung

jawab untuk tindakan secara bersama dan untuk mencapai tujuan, dan (5)

kemampuan bertindak secar meyakinkan dalam situasi yang sesuai. (Syarifuddin,

2000: 60).

Keteguhan hati, mencakup (1) kesiapan membuat suatu urutan strategi untuk

mencapai solusi masalah, (2) kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu komitmen

terhadap tugas, dan (3) kemampuan untuk mengenali kapan iklim yang diperlukan

memberikan respons yang fleksibel. Keterampilan mempengaruhi yakni (1)

kemampuan untuk memberikan pengaruh atas yang lain dengan tindakan atau

keteladan, (2) kemampuan untuk memperoleh keterlibatan yang lain dalam proses

manajemen, (3) membujuk staf untuk menyeimbangkan kebutuhan individual dan

18

keperluan organisasi, dan (4) membujuk personel untuk memperhatikan keleluasan

berbagai pilihan.

Keterampilan hubungan interpersonal, mencakup (1) kemampuan

membangun dan memelihara hubungan positif, (2) kemampuan merasakan

kebutuhan, perhatian dan keadaan pribadi dari orang lain, (3) kemampuan mengenali

dan menyelesaikan konflik, (4) kemampuan menggunakan keterampilan dan

mendengar-kan secara efektif, (5) kemampuan memberitahukan, menginter-prestasi

dan merespon perilaku nonverbal, (6) kemampuan menggunakan secara efektif urutan

komunikasi lisan dan tulisan, dan (7) kemampuan memberikan umpan balik yang

sesuai dalam suasana yang sensitif. (Syarifuddin, 2000: 61).

Percaya diri, mencakup (1) kemampuan untuk merasa yakin akan potensi

pribadi dan penilaian, (2) kemampuan mendemonstrasikan perilaku tegas tanpa

menggerakkan permusuhan, (3) kemampuan menyusun dan menerima umpan balik

dari kinerja seseorang dan gaya manajemen, (4) kemampuan menyampaikan

tantangan kepada yang lain agar menata sikap percaya diri mereka, dan (5)

kemampuan menyampaikan umpan balik untuk mengem-bangkan percaya diri.

Pengembangan, mencakup (1) kemampuan untuk secara aktif menemukan

cara mengembangkan pengetahuan pribadi, (2) kemampuan mendemonstrasikan

suatu pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri dan yang lain, (3) kemampuan

secara aktif menatap peluang untuk menangani pertumbuhan dalam diri dan yang

lain, (4) kemampuan untuk memasuki pengembangan kebutuhan, (5) kemampuan

19

melakukan rancangan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pengembangan,

dan (6) kemampuan untuk mengimplementasikan iklim yang kondusif dan positif

Empati, yakni: (1) kemampuan mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan

kelompok dan kebutuhan seorang anggota, (2) kemampuan mendengarkan dan

berkomunikasi dalam suasana yang konstruktif, dan (3) kemampuan menyatakan hal

yang sensitive untuk mempengaruhi keputusan bagi yang lain. Kesebelas, Toleransi

terhadap stress, yakni: (1) kemampuan menyatakan perilaku yang sesuai dalam

keadaan stress, (2) kemampuan mendemonstrasikan ketabahan/ulet dalam situasi

tekanan, (3) kemampuan menyisakan secara efektif suatu tingkat pekerjaan, (4)

kemampuan memelihara keseimbangan antara beberapa prioritas, dan (5) kemampuan

memperhitungkan tingkatan dari stress orang lain (Syarifuddin, 2000: 63).

Keterampilan Kepala Sekolah yang diungkapkan di atas merupakan cakupan

yang luas untuk dipenuhi. Oleh karena itu diperlukan pendidikan, latihan, dan

pengalaman untuk memantapkan keterampilan mengelola sekolah dari setiap Kepala

Sekolah. Di samping pengetahuan dan pengalaman, maka latihan-latihan

kepemimpinan dan manajemen sekolah juga sangat diperlukan.

Dalam hubungan kompetensi Kepala Sekolah dalam aktivitas pendidikan,

maka Kepala Sekolah memiliki peranan yang tidak sedikit. Konstribusi peranan

Kepala Sekolah antara lain: (1) sebagai pendidik dan pengajar, (2) sebagai anggota

masyarakat, (3) sebagai pemimpin pengajaran, (4) sebagai pelaksana administrasi

pengajaran, dan (5) sebagai pengelola proses pembelajaran (Wijaya, dkk. 2000: 35).

20

Peranan tersebut di atas akan memberikan konstribusi bagi aktivitas Kepala

Sekolah yang sukses sekaligus sebagai instrumen ukur, yaitu: (1) persiapan dan

proses pembelajaran, (2) manajemen sekolah, (3) pengetahuan materi pendidikan dan

peralatan akademik, (4) karakteristik personal dan tanggung jawab personal.

Dalam konteks vitalitas kerja Kepala Sekolah yang profesional dituntut

memiliki kualifikasi profesional antaranya tingkatan kemampuan sendiri, maksudnya

Kepala Sekolah diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta

sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pendidikan

secara efektif. Tingkat kedua adalah Kepala Sekolah sebagai inovator, yakni sebagai

tenaga pendidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi.

Para Kepala Sekolah diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan

serta sikap yang tepat terhadap perbaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide

pembaharuan yang efektif. Tingkat ketiga adalah Kepala Sekolah sebagai

pengembang, Kepala Sekolah harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas

presfektifnya. Kepala Sekolah harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam

menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem

dalam suatu organisasi. Pandangan Gilbert mengenai kinerja sangat konsisten dengan

apa yang kita anggap penting untuk memberdayakan pekerja. Untuk bekerja secara

cakap, pekerja membuat prestasi yang bernilai bagi organisasi seraya mengurangi

biaya untuk mencapai tujuan.

21

Selanjutnya Mulyasa (2000: 98) mengemukakan bahwa fungsi Kepala

Sekolah adalah EMASLIM, yaitu Educator, manajer, administrator, supervisor,

leader, inovator dan motivator. Dalam melakukan fungsinya sebagai educator,

Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan

profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya, menciptakan iklim kerja sekolah

yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan

kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran. Untuk

kepentingan tersebut, Kepala Sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan

meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik

dan artistik.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, Kepala

Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para

tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan

seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program

sekolah.

Kepala Sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat

dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik Kepala

Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola peserta

22

didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan

prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

Kepala Sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan

menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan

hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan

dalam penyusunan supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan

ekstra kurikuler, pengembangan supervisi keperpustakaan, laboratorium dan ujian.

Kepala Sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan

pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua

arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan Kepala Sekolah

sebagai leader dapat dianalisi dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga

kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan

kemampuan berkomunikasi.

Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, Kepala Sekolah

harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan

lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-

model pembelajaran yang inovatif.

Sebagai motivator Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai

tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan

23

fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan

penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.

Sejalan dengan pendapat di atas, Toha (2004: 168) menyatakan bahwa fungsi

Kepala Sekolah dalam manajemen sekolah adalah (a) merencanakan yaitu menyusun

tujuan sekolah yang telah ditentukan agar dapat tercapai secara optimal, (b)

mengorganisasikan yaitu mengatur dan menghubungkan sumber-sumber sekolah,

sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efesien, (c)

memimpin yaitu memotivasi, membimbing dan mengawasi bawahannya agar

bersedia bekerja, (d) mengawasi yaitu untuk menentukan keberhasilan dalam

mengorganisasikan dan memimpin dalam mewujudkan tujuan yang telah

dirumuskan.

Lebih lanjut Atmodiwirio (2000: 163-165) mengemukakan kepala sekolah

diwajibkan memenuhi atau memiliki sifat kepemimpinan sebagai berikut, yakni; (1)

komitmen terhadap misi sekolah, dan berkepentingan untuk menjadikan gambaran

sekolahnya; (2) orientasi kepemimpinan proaktif; (3) Ketegasan (Deciciveness); (4)

sensitif terhadap hubungan yang bersifdat interpersonal dan organisasi (mencari

hubungan interpersonal); (5) mengumpulkan informasi, menganalisis pembentukan

konsep; (6) fleksibilitas intelektual (fleksibilitas konsepsi); (7) persuasif dan

memanajemeni interaksi; (8) kemampuan beradaptasi secara taktis; (9) motivasi dan

perhatian terhadap pengembangan (motivasi keberhasilan); (10) kontrol dan evaluasi

24

(manajemen kontrol); (11) kemampuan berorganisasi dan pendelegasian (kemampuan

berorganisasi); (12) komunikasi (penyampaian gagasan secara pribadi)

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, maka Kepala Sekolah

melakukan perbaikan kegiatan belajar mengajar melalui langkah-langkah sebagai

berikut; Pertama, pembenahan kurikulum pendidikan yang dapat memberikan

kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas, dan

membangkitkan sikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagi para siswa.

Kedua, peningkatan kualifikasi, kompetensi dan profesionalisme tenaga kependidikan

sesuai dengan kebutuhan mereka melalui pendidikan dan latihan, melalui Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Lembaga Diklat Profesional. Itu

semua untuk menyiapkan calon tenaga pendidik. Oleh karena itu suatu keharusan

agar LPTK memperbaiki sistem penyediaan tenaga kependidikan, mulai dari sistem

rekrutmen, pembelajaran serta kegiatan praktek di lapangan. Ketiga, penetapan

standar kelengkapan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan yang menjadi

persyaratan bagi setiap Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga sekolah

dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara optimal. Keempat, pelaksanaan

Program Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (PMPBS) sebagai upaya

pemberian otonomi pedagogis kepada guru dan Kepala Sekolah dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka dapat melakukan yang terbaik untuk

meningkatkan prestasi siswa dan kinerja sekolah serta dapat bertanggung jawab

kepada orang tua dan masyarakat tentang kualitas pembelajaran dan hasil belajar

25

siswa yang dicapai. Kelima, penciptaan iklim dan suasana kompetitif dan koperatif

antar sekolah dalam memajukan dan meningkatkan kualitas siswa dan sekolah sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan (Sidi, 2001: 74-75).

Selanjutnya menurut Depdiknas (2004: 17-18) kepala sekolah dalam

kepemimpinannya memenuhi beberapa indikator yaitu: 1) memenuhi persyaratan

administrasi, 2) kemampuan akademik, 3) keterampilan dalam proses belajar

mengajar, 4) percaya diri, 5) kerjasama. Adapun indikator-indikator yang telah

dikemukakan dapat uraian berikut:

Indikator persyaratan administrasi meliputi: (1) beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, (2) sehat jasmani dan rohani, (3) berkedudukan sebagai guru

aktif mengajar, (4) berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, (5)

golongan serendah-rendahnya IIIc, (6) pendidikan serendah-rendahnya Sarjana Strata

1 (S1), (7) usia maksium 50 tahun pada saat dicalonkan sebagai calon Kepala

Sekolah, (8) mengikuti pelatihan yang relevan dengan tugas sebagai guru, (9) DP3

dua tahun terakhir minimal baik, (10) belum pernah mendapat hukuman disiplin dan

atau tindak pidana sedang dan berat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Indikator kemampuan akademik meliputi: (1) kemampuan mengajar, (2)

kemampuan mendidik, (2) mampu mengadakan perencanaan, (3) mampu

mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan, (4) mampu melakukan pengawasan terhadap

kegiatan-kegiatan sekolah, (5) mampu mempengaruhi orang lain, (6) mampu

memberikan dorongan untuk bekerja kepada orang lain, (7) taat pada aturan, (8)

26

mempunyai dorongan untuk maju, (9) melakukan inovasi dalam pembelajaran, (10)

mampu menjalin komunikasi dengan orang lain, (11) menjaga hubungan yang baik

dengan komponen sekolah.

Indikator keterampilan dalam proses belajar mengajar meliputi: (1)

kemampuan membangun dan memelihara hubungan positif, (2) kemampuan

merasakan kebutuhan, perhatian dan keadaan pribadi dari orang lain, (3) kemampuan

mengenali dan menyelesaikan konflik, (4) kemampuan menggunakan keterampilan

dan mendengarkan secara efektif, (5) kemampuan memberitahukan,

menginterprestasi dan merespon perilaku nonverbal, (6) kemampuan menggunakan

secara efektif urutan komunikasi lisan dan tulisan, dan (7) kemampuan memberikan

umpan balik yang sesuai dalam suasana yang sensitive (peka).

Indikator percaya diri meliputi: Percaya diri, yaitu: (1) kemampuan untuk

merasa yakin akan potensi pribadi dan penilaian, (2) kemampuan mendemonstrasikan

perilaku tegas tanpa menggerakkan permusuhan, (3) kemampuan menyusun dan

menerima umpan balik dari kinerja seseorang dan gaya manajemen, (4) kemampuan

menyampaikan tantangan kepada yang lain agar menata sikap percaya diri mereka,

dan (5) kemampuan menyampaikan umpan balik untuk mengembangkan percaya diri

Indikator kerjasama meliputi: (1) kemampuan pengetahuan tentang metode,

teknik dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tertentu seperti

pada pendidikan dan latihan, (2) kemampuan bekerja sama dengan orang lain

27

termasuk pemahaman tentang motivasi efektif, (3) kemampuan memahami masalah-

masalah organisasi yang sangat kompleks.

Berdasarkan seluruh uraian di atas, yang dimaksud dengan sistem promosi

jabatan Kepala Sekolah dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan rekrutmen

untuk menduduki jabatan pimpinan sebagai Kepala Sekolah dengan indikator

memenuhi persyaratan administrasi, kemampuan akademik, keterampilan dalam

proses belajar mengajar, percaya diri dan kerjasama.