BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Penelitian ...

18
12 BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 2.1.1 Kearifan Lokal 1. Pengertian Kearifan Lokal Rappana (2016:10), mengatakan bahwa „kearifan lokal merupakan pengetahuan masyarakat lokal yang sudah menyatu dengan kepercayaan”. Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan ilmu pegetahuan berupa aktivitas masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat setempat yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan dan dipercaya hingga ketangan pewarisnya. Karena kearifan lokal merupakan pandangan hidup masyarakat setempat, maka dengan pandangan tersebut diharapkan mampu menjadikan tindakan seseorang menjadi lebih baik. Kearifan lokal merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah tertentu. Local wisdom is the wealth of the local area which contains rules and points of view of a local community life. Local wisdom functions as a way to shape people into wiser people in dealing with life” (Shalela & Purbani, 2019:294), (kearifan lokal adalah kekayaan daerah setempat yang mengandung aturan dan titik pandang suatu kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal berfungsi sebagai cara untuk membentuk manusia menjadi manusia yang lebih bijak dalam menghadapi kehidupan). Sejalan dengan Njatrijani (2018: 2). “kearifan lokal merupakan fenomena yang terjadi secara meluas” Cakupan dari kearifan lokal sangatlah luas, sangat banyak dan beragam sehingga tidak bisa dibatasi oleh ruang. Contohnya dalam suatu daerah memiliki beragam kearifan lokal yang keberadaanya terus diwariskan kepada generasi penerus daerah

Transcript of BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Penelitian ...

12

BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan

2.1.1 Kearifan Lokal

1. Pengertian Kearifan Lokal

Rappana (2016:10), mengatakan bahwa „kearifan lokal merupakan

pengetahuan masyarakat lokal yang sudah menyatu dengan kepercayaan”.

Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan ilmu pegetahuan berupa

aktivitas masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat setempat yang didasari oleh

nilai-nilai kebaikan dan dipercaya hingga ketangan pewarisnya. Karena kearifan

lokal merupakan pandangan hidup masyarakat setempat, maka dengan pandangan

tersebut diharapkan mampu menjadikan tindakan seseorang menjadi lebih baik.

Kearifan lokal merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah

tertentu. “Local wisdom is the wealth of the local area which contains rules and

points of view of a local community life. Local wisdom functions as a way to

shape people into wiser people in dealing with life” (Shalela & Purbani,

2019:294), (kearifan lokal adalah kekayaan daerah setempat yang mengandung

aturan dan titik pandang suatu kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal

berfungsi sebagai cara untuk membentuk manusia menjadi manusia yang lebih

bijak dalam menghadapi kehidupan). Sejalan dengan Njatrijani (2018: 2).

“kearifan lokal merupakan fenomena yang terjadi secara meluas” Cakupan dari

kearifan lokal sangatlah luas, sangat banyak dan beragam sehingga tidak bisa

dibatasi oleh ruang. Contohnya dalam suatu daerah memiliki beragam kearifan

lokal yang keberadaanya terus diwariskan kepada generasi penerus daerah

13

tersebut dan dalam waktu yang lama. Sejalan dengan Rachmadyanti ( 2017: 6).

“kearifan lokal selalu diwariskan secara turun temurun”.

Bangsa Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak suku banga

sehingga memiliki banyak sekali kearifan lokal. Sejalan dengan Brata, (2016: 15)

“Negara Indonesia memiliki banyak sekali kearifan lokal, luar biasa banyak

jenisnya, bahkan kekayaan kearifan lokal itu dapat dijadikan sebagai aset bagi

bangsa sebagai alat perekat bangsa dan memperkokoh jati diri bangsa”. Salah satu

provinsi yang memiliki kearifan lokal mulai dari tuturan, tarian, kebiasaan dan

lain sebagainya yaitu provinsi Jambi tepatnya Kabupaten Tebo. Salah satu contoh

kearifan lokal dari kabupaten Tebo adalah Tari Nek Pung. Tari Nek Pung

memiliki nilai-nilai luhur yang baik. Tarian tersebut menggambarkan kesedihan

seorang gadis yang kemudian dihibur oleh ibunya beserta para dayang-dayangnya.

Dengan harapan kesedihan dari putrinya melarut, karena tidak boleh berlarut-larut

dalam kesedihan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

kearifan lokal merupakan suatu adat, kebiasaan yang dilakukan masyarakat

setempat yang memiliki nilai-nilai kebaikan. Adat dan kebiasaan tersebut muncul

dari pengalaman dan ilmu pengetahuan masyarakat setempat. Kearifan lokal dapat

dijadikan sebagai potensi yang dimiliki suatu daerah dan harus dijaga

kelestarianya, supaya keberadaanya tidak hilang dan terus mengalami

perkembangan sesuai peradaban zaman.

2. Fungsi kearifan lokal

Kearifan lokal merupakan kebiasaan yang diyakini oleh masyarakat

setempat dapat berupa tradisi dan selalu dilakukan oleh masyarakat sehingga

14

menjadi ilmu pengetahuan yang berkelanjutan kepada seluruh generasi penerus

masyarakat setempat. “kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya

setempat” (Njatrijani, 2018:19). Sehingga dapat dikatakan bahwa kearifan lokal

menjadi aset budaya daerah setempat. Kearifan lokal menjadi bagian dari cara

hidup masyarakat setempat dan digunakan sebagai upaya pemecahan masalah,

sehingga sangat melekat dengan masyarakat tersebut. Selanjutnya (Sufia, dkk,

2016: 727), mengatakan bahwa “kearifan lokal merupakan budaya masyarakat

setempat yang digunakan untuk bertahan hidup sesuai dengan lingkungan tempat

tinggal”. Sehingga kearifan lokal berfungsi sebagai perekat bangsa. Kearifan lokal

diharapkan terus bertahan dan tidak hilang meskipun banyak pengaruh dari luar,

agar kebiasaan yang memiliki nilai-nilai luhur tersebut tetap bertahan.

Kearifan lokal akan terus bertahan jika dimplementasikan secara konkrit

dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara agar terlihat konkrit adalah

dimasukkan kedalam proses pembelajaran. Salah satunya dapat dintegrasikan

kedalam pembelajran IPS. Agar peserta didik dapat mengenali keberagaman

budaya yang terdapat disekitar tempat tinggal. Karena pemberdayaan kearifan

lokal atau budaya lokal merupakan upaya pembangunan daerah.

2.1.2 Karakteristik Peserta Didik

Berikut adalah penjelasan karakteristik peserta didik, mulai dari kognitif,

sosio emosiaonal dan perkemabnagn fisik peserta didik. Dijelaskan oleh Jean

piaget dalam Danim (2013: 60).

15

1. Perkembangan kognitif Peserta didik

Mengacu pada perubahan dalam pemikiran , kecerdasan dan bahasa

peserta didik. Kemampuan memperhatikan suatu hal, menyusun kalimat yang

terdiri atas beberapa kalimat, dan menyelesaikan persoalan. Pada usia 7-11 tahun

peserta didik memasuki masa operasional konkret . pada masa ini cara berfikir

peserta didik berkembang secara signifikan

2. Perkembangan sosio-emosional Peserta didik

Mengacu pada perubahan dalam berhubungan antara satu orang dengan

orang lain, serta perubahan emosi dan perubahan kepribadian seseorang. Peserta

didik mulai memahami mengenai sifat-sifat kehidupan.

3. Perkembangan fisik peserta didik

Usia 7-12 Tahun lebih cepat tumbuh dalam perkembanagn fisiknya.

Beberapa hal yang merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangn fisik

peserta didik adalah sosial ekonomi, gizi, kesehatan dan faktor keturunan.

Karakteristik peserta didik disekolah dasar memiliki perbedaan antar kelas

tinggi dan kelas rendah baik dari aspek kognitif, sosio emosioanl maupun fisik.

Karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi hasi belajar peserta didik. (Alfin,

20115:192). Selanjutnya Menurut Rusman dalam Prastowo (2013: 37)

menyatakan bahwa “kecenderungan belajar peserta didik terdapat 3 karakteristik

yaitu hierarkis. Integrated dan konkret” sehingga ada kaitan antara karakteristik

peserta didik denga keberhasilan belajar peserta didik

16

Tabel 2.1 Karakteristik peserta didik sekolah dasar

Anak-anak dari Kelas Bawah

(1, 2, 3)

Children of Upper Grades

(4, 5, 6) K

OG

NIT

IF

Penasaran untuk memahami dunia

Generalisasi dari pengalaman sendiri

Lebih tertarik pada proses daripada pada

produk

Belajar mengurutkan dan

mengelompokkan

Berpikir secara konkret

Hanya dapat menangani satu operasi

pada satu waktu

Belajar dari pengalaman langsung

Belajar lebih banyak dengan melakukan

daripada mendengarkan

Nikmati game yang terorganisir tetapi

pecundang yang miskin

Suka cerita aksi dan nikmati humor

Memiliki rentang perhatian

yang meningkat

Pemikir konkret

Lihat hal-hal dalam absolut

Ingin sekali mencoba hal-hal

baru

Mulai berpikir simbolis

Mampu mengingat dan

berkonsentrasi dengan baik

Kembangkan keterampilan

bernalar

Kreatif

Baca dengan baik; dapat mulai

membaca novel

Tertarik pada fakta dan kisah

nyata

Memiliki minat yang berbeda

Sosi

o-e

mosi

onal

Masih fokus pada diri sendiri

Mampu memiliki empati

Semakin sadar akan pendapat rekan

Tertarik pada keluarga lain dan

bagaimana fungsinya

Egosentris

Termotivasi untuk berkinerja baik

Peka terhadap kegagalan dan kritik

Mengakui aturan dan ritual sebagai hal

yang penting

Dapat bertindak untuk menghindari

hukuman

Mencari rasa aman

Dapat menjadi mudah putus asa

Lebih suka kelompok seks yang

sama

Fokus pada aturan dan keadilan

Setia pada grup atau klub

Masih membutuhkan panduan

untuk tetap pada tugas

Mulai menggunakan

keterampilan penalaran

Lebih suka bekerja secara

kooperatif, bukan mandiri

Kagumi dan salin perilaku

remaja yang lebih tua

Jangan suka dibandingkan

dengan orang lain; itu

menyakiti kepercayaan diri

mereka

Mulailah mengekspresikan

emosi dengan menggunakan

kata-kata

Cari persamaan antara diri dan

teman

Masih mencari persetujuan

orang dewasa

Fis

ik

Memiliki keterampilan koordinasi yang

lebih baik

Tumbuh dalam keterampilan dan

kemampuan

Nikmati menguji kekuatan otot,

keterampilan, dan koordinasi

Seperti gerakan fisik

Merasa cepat lelah, tetapi pulih dengan

cepat

Memiliki energi tanpa batas

Meningkatkan kekuatan,

keseimbangan, dan koordinasi

Meningkatkan koordinasi

motorik kecil

Anak perempuan dewasa

dengan kecepatan lebih cepat

daripada anak laki-laki.

Sumber : Asrial 2019

17

2.1.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi

1. Pengertian Teknologi

Pada era globalisasi saat ini tidak terlepas dari penggunaan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK). “TIK adalah segala sesuatu baik program

maupun peralatan yang dapat memudahkan manusia dalam menyampaikan

informasi secara cepat dan efektif” (Fahyuni, 2017: 36). Selanjutnya Sarkar

(2012: 31), menyatakan “Information and Communication Technology (ICT) is

referred to as diverse technological equipment and resources used to

communicate. The equipment empowered to produce, distribute, collect and

manage information”, (Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) disebut

sebagai peralatan teknologi yang bervariasi dan sumber daya yang digunakan

untuk berkomunikasi. Peralatan tersebut didayagunakan untuk menghasilkan,

menyalurkan, mengumpulkan dan mengelola sebuah informasi). TIK terdiri dari

perangkat keras dan perangkat lunak. Perangat keras terdiri atas peralatan yang

terlihat sedangkan perangkat lunak adalah sistem dari teknologi tersebut.

Perangkat lunak dan keras merupakan komponen dari TIK, “TIK adalah

sebuah sistem yang digunakan untuk mengolah data, mulai dari memproses,

manipulasi dan pemindahan Informasi” (Aka, 2017: 3). Sejalan dengan hal itu

Sujoko (2013: 2), menyatakan “TIK adalah sekumpulan perangkat dan sumber

daya teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi tanpa ada batasan ruang

sehingga lebih mudah dalam mendapatkan informasi”. Kemudahan dalam

mendapat informasi tentu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat

karena mendapat pengetahuan yang luas dengan cara yang mudah.

18

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, TIK merupakan sarana dan

prasarana yang digunakan untuk memproses data-data secara lebih cepat dan

efektif. TIK adalah sebuah sistem yang mampu membuat pekerjaan manusia

menjadi lebih efisien. Selain itu TIK merupakan segala hal yang berkaitan dengan

pengiriman dan penyampaian Informasi kepada seorang. Dalam penggunaan TIK

tidak ada batasan ruang karena jangkauan dari TIK sangatlah luas. Sehingga

memungkinkan siapapun mengakses Informasi menggunakan TIK.

2. Peran Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pembelajaran

Peran teknologi, komunikasi, dan informasi memiliki pengaruh yang besar

termasuk dalam bidang pendidikan. “TIK dapat meningkatkan akses pendidikan

dan meningkatkan efisiensi proses pembelajaran” (Surjono, 2013: 2). TIK

digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran yang abstrak sehingga

menjadi lebih konkrit. Banyak sekali materi yang sulit dipahami dengan bantuan

TIK menjadi lebih mudah untuk dimengerti. Keberadaan TIK terbukti sangat

berperan dalam pembelajaran seperti yang dikatakan oleh Sarkar (2012: 32),

“education is perhaps the most strategic area for empowerment and the use of

information and communication technology (ICT). the application of ICT as a tool

to effectively increase learning, teaching and education”, (pendidikan mungkin

merupakan area yang paling strategis untuk pemberdayaan dan penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Penerapan TIK sebagai alat untuk

meningkatkan pembelajaran, pengajaran dan pendidikan secara efektif.

Terdapat banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam upaya

pengembangan proses pembelajaran menggunakan TIK, yaitu pengembangan

bahan ajar, pelaksanaan pengajaran sampai kepada tahap evaluasi, bahkan

19

kegiatan secara mandiri diluar ruangan juga dapat memanfaatkan kecanggihan

teknologi. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK tidaklah mudah,

tentu ada persiapan dari guru atau peserta didik yaitu fasilitas teknologi yang

menunjang proses pembelajaran, dengan harapan pembelajaran menjadi bermakna

dan mampu memberikan pemahaman mendalam bagi peserta didik.

3. Aplikasi 3D Pageflip Professional,

Salah satu bentuk kecanggihan teknologi adalah adanya aplikasi yang

digunakan untuk mengembangkan bahan ajar, yaitu aplikasi 3D Pageflip

professional. “Aplikasi 3D merupakan aplikasi yang mampu menyajikan dalam

format elektronik” (Rachman, dkk, 2018: 2). Sejalan dengan Yuliyanti, dkk,

(2016: 2). “aplikasi 3D Pageflip Professional mampu menysipkan gambar, video,

dan simulasi”. Aplikasi tersebut mampu mengolah data berupa gambar, teks,

video, anmasi, dan audio. Kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk

simulasi-simulasi yang bagus sehingga peserta didik tertarik untuk belajar

menggunakan bahan ajar yang dihasilkan dari aplikasi 3D Pageflip professional.

Selanjutnya (Suyoso, 2014: 74), “aplikasi 3D pageflip professional dapat

digunakan untuk pembuatan modul pembelajaran”. Artinya melalui modul peserta

didik diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan

kompetensi dasar. Dengan harapan mampu meningkatkan hasil belajar peserta

didik selain itu pemanfaatan bahan ajar yang dibuat menggunakan aplikasi 3D

Pageflip professional membantu peserta didik dalam memahami materi yang

abstrak menjadi lebih konkrit. Modul merupakan proses pembelajaran yang diatur

secara sistematis, terarah, dan disertai dengan panduan penggunaannya.

20

4. Langkah penggunaan Aplikasi 3D Pageflip Professional

A. Pastikan dalam koomputer kita sudah terinstal aplikasi 3D Pageflip

Professional sehingga kita dapat menggunakan aplikasi tersebut dalam

upaya pengembangan modul elektronik berbasis kearifan lokal tari Nek

Pung pada kelas IV Tema I Indahnya Kebersamaan.

B. Bukalah Aplikasi 3D Pageflip Professional dan klik pada kotak “Try”

kemudian klik pada pilihan “Creat New”

Gambar 2.1 Tampilan aplikasi

C. Setelah mengklik “creat new” maka akan muncul pilihan “project type”,

kemudian pilih pada kolom “Document” atau “magazine”

Gambar 2.2 Tampilan awal

21

D. Masih pada bagian New project, pada menu select tempalte, pilihlah

template elektronik modul yang diinginkan, kemudian tekan “OK” dan

“OK” lagi

Gambar 2.3 pemilihan Latar Belakang

E. Kemudian pada kolom browse carilah file PDF yang akan diubah

menjadi bentuk 3D Pageflip Proffesional kemudian klik Import Now

Gambar 2.4 Proses Import

F. Setelah di Import kemudian lakukan pengeditan yaitu penambahan teks,

video dan gambar serta animasi-animasi yang menarik pada kolom Edit

pages” kemudian lakukan pengeditan sesuai yang diinginkan dengn

atombol-tombol yang tersedia pada Edit Pages

22

Gambar 2.5 Tampilan edit Modul

G. Setelah dilakukan pengeditan. Langkah selanjutnya adalah menyimpan

lembar kerja pada 3D Pageflip Proffesional dengan tekan CTRL + S.

H. Langkah selanjutnya adalah mempublis lembar kerja yang telah dibuat

dengan cara menekan tombol pada keyboard CTRL + P, lalu pilih

dalam extensi file apa kita akan mempublis project yang telah dibuat.

2.1.4 Modul

1. Pengertian Modul

Bahan belajar berperan sangat penting dalam proses pembelajaran, yaitu

sebagai fasilitas dalam pengembangan kognitif peserta didik. Dengan penggunaan

modul secara maksimal diharapkan tidak hanya aspek kognitif peserta didik saja

yang meningkat, namun juga aspek afektif dan psikomotor peserta didik. Bahan

ajar yang dapat dikembangkan berupa modul. “modul adalah bahan ajar visual

yang dikembangkan dan memiliki karakteristik yang khas, modul juga merupakan

media pembelajan yang digunakan agar peserta didik dapat memahami konsep-

konsep dalam pembelajaran” (Aprinti, 2011: 2). Selanjutnya Sirate (2017: 20),

“modul pembelajaran adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan

dapat dimanfaatkan peserta didik belajar secara mandiri” kemampuan peserta

didik belajar secara mandiri sanagt diperlukansi era 4.0 saat ini.

23

Modul merupakan fasilitas yang menjembatani peserta didik selama proses

pembelajaran, biasanya pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran secara

mandiri, “Modul adalah satu paket lengkap dari 1 bahasan pembelajaran”

(Silirawati, 2016:3). Modul yang disusun secara terstruktur dan terarah digunakan

untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Menurut Rahdiyanta (2016:10), “modul merupakan suatu bahan yang

disusun secara utuh dan sistematis yang didalamnya terdapat pengalaman belajar

yang terencana yang digunakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai

tujuan pembelajaran”.

Tujuan dalam pembelajaran akan tercapai jika sutau modul yang

kembangkan masuk kedalam kategori layak untuk digunakan, kategori suatu

modul dikatakan layak memenuhi 3 aspek yaitu Valid, Praktis dan Efektif. Hal ini

dikemukakan oleh Nieveen dalam Ahdiantho (2016 : 41). Suatu modul menjadi

valid jika memnuhi kriteria dari validator ahli media, ahli bahasa dan ahli materi,

kemudian untuk kepraktisan dapat dilihat dengan respon dari pengguna modul

dalam hal ini respon yang dimaksud adalah respon guru. Kemudian untuk

mengukur efektifitas dengan mengujicobakan kepada peserta didik dan melihat

hasil belajar peserta didik setelah menggunakan modul pembelajaran.

2. Modul Elektronik

Dalam perkembangannya modul tidak hanya berbentuk cetak, namun juga

kini berkembang secara pesat dengan sebutan Modul Elektronik. “Modul

Elektronik adalah sebuah bahan belajar yang disajikan secara sistematis dalam

bentuk elektronik kedalam unit pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran”

(Nurmayanti, 2015: 1). Didalam Modul eleketronik terdapat audio, video, gambar,

24

teks yang disajikan secara elektronik. “modul elektronik adalah seperangkat

media pembelajaran non cetak yang disusun secara sistematis yang diperlukan

untuk pembelajaran secara mandiri” (Udayana, 2017: 130). Modul elektronik

dapat menunjang proses pembelajaran, dengan adanya penggunaan modul

elektronik diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan hasil

pembelajaran.

Modu Elektronik memiliki beberapa keunggulan, Menurut Galiyah &

Siswoyo, (2015 : 2)“pembelajaran lebih terfokus kepada peserta didik ketika

menggunakan Modul Elektronik” . Sejalan dengan Gunawan dalam Siregar, dkk

(2017:45). “penyajian modul elektronik relatif lebih kecil dan mudah dibawa

kemana-mana”. Dari beberapa keunggulan Modul Elktronik diharapkan mampu

menjadi alternatif yang efisien dalam proses pembelajaran.

2.1.5 Penelitian yang relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dan dapat dijadikan sebagai dasar

dalam melakukan penelitian yaitu sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Nofitri (2018) yang berjudul

“Pengembangan modul elektronik dengan menggunakan aplikasi 3D pageflip

professional berbasis pendekatan saintifik pada materi usaha dan energi mata

kuliah fisika dasar 1”. Hasil penelitian menunjukan Penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan modul elektronik menggunakan aplikasi 3D PageFlip Professional

berbasis Saintifik pada materi Mekanika Benda Tegar mata kuliah fisika dasar I.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil persepsi

mahasiswa mengenai e-modul.. Hasil analisis dari reabilitas instrumen diperoleh

25

nilai 0,816 dengan kategori sangat tinggi. Hasil persepsi mahasiswa terhadap e-

modul yaitu 52,3 dan dikategorikan sangat baik.

Perbedaan penelitian dari Indah Nofitri (2018) dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan terdapat pada isi dari modul tersebut, jika Indah Nofitri

berbasis saintifik pada materi fisika sedangkan peneliti berbasis kearifan lokal

pada muatan lokal IPS, mengenai beragama kebudayaan daerah setempat.

Kesamaan nya terdapat pada variabel Modul Elktronik dan menggunakan aplikasi

3D Pageflip Pofessional.

Selanjutnya penelitian dari Wulansari (2017) yang berjudul

“pengembangan modul elektronik berbasis 3D Pageflip professional pada materi

konsep dasar fisika inti dan struktur inti matakuliah fisika atom dan inti”.

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mendesain modul elektronik fisika

atom dan inti berbasis 3D Pageflip Professional pada materi konsep dasar fisika

inti dan struktur inti. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk

akhir modul elektronik dan mengetahui persepsi mahasiswa terhadap modul

elektronik fisika atom dan inti materi konsep dasar fisika inti dan struktur inti

yang telah dikembangkan. Hasil analisis dari respon mahasiswa untuk indikator

desain sampul modul dengan 4 pernyataan sebesar 13,9 dalam kategori sangat

baik, indikator desain isi modul dengan 7 pernyataan sebesar 23,6 dalam kategori

sangat baik, indikator desain software modul dengan 4 pernyataan sebesar 13,4

dalam kategori sangat baik, indikator komponen penyajian dengan 1 pernyataan

sebesar 3,53 dalam kategori sangat baik, indikator kemudahan pengoperasian

dengan 1 pernyataan sebesar 3,4 dalam kategori sangat baik, serta indikator

26

komponen kebahasaan dengan 5 pernyataan sebesar 16,83 dalam kategori sangat

baik.

Bedasarkan Penelitian dari wulansari (2017), perbedaan juga terletak pada

isi dari Modul Elktronik, jika pada Modul Elektronik yang akan dikembangakan

oleh peneliti mengandung kearifan lokal sedangkan pada Modul Elktronik milik

wulansari terdapat materi fisika atom dan atom inti. Persamaannya terletak pada

variabel Modul Elktronik yang dikembangkan menggunakan aplikasi 3D Pageflip

Professiona.

Penelitiann dari Dosmaria Lestari Sitio (2010), dengan judul

“pengembangan Modul Elektronik menggunakan 3D Pageflip Professional pada

materi alat-alat optik kelas XI SMA “ menunjukan bahwa Modul elektronik

divalidasi oleh ahli media dan ahli materi dan berlangsung sebanyak tiga kali

dengan validator I dan dua kali dengan validator II untuk memperoleh kelayakan

modul elektronik. Hasil validasi terhadap aspek materi oleh validator I sebesar

84% dan validator II sebesar 85% dengan kategori sangat baik, sementara hasil

validasi aspek media oleh validator I sebesar 82% dan validator II sebesar 83%

dengan kategori baik. Dari hasil validasi media dan materi, validator menyatakan

bahwa modul elektronik materi alat-alat optik layak untuk digunakan.

Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis kembangkan yaitu pada isi

dari modul yang akan dikembangkan, modul yang akan dikembangkan terbatas

pada materi mengenai kearifan lokal tari Nek Pung yang akan diimplementasikan

dalam pembelajaran KD IPS, KD Bahasa Indonesia dan KD IPA pada kelas IV

tema 1 Indahnya Kebersamaan terkusus pada subteme 1 pembelajaran 1. Pada

27

pembelajaran 1 seluruh KD cocok jika diimplementasikan dengan kearifan lokal

tari Nek Pung

Penelitian yang dilakukan oleh Nopriyanti (2018) dengan judul

“pengembangan Modul Eleketronik berbasis 3D Pageflip Professional mata kuliah

gambar teknik di program studi pendidikan teknik mesin”. Pengembangan Modul

Elektronik yang dilakukan peneliti menggunakan metode 4D yaitu Define,

Design, Develop dan Disseminate. Pengembangan ini menghasilkan Modul

Elektronik berbasis 3D Pageflip Professional pada mata kuliah gambar teknik,

yang mendapatkan penilaian 85(sangat baik) pada aspek tampilan, 51(baik) pada

aspek pembelajaran dan 54 (baik) pada aspek materi. Peneliti mengujicobakan

modul elektronik ini kepada 32 mahasiswa pendidikan teknik mesin FKIP

UNSRI. Kemudian mahasiswa tersebut memberikan penilaian sebesar 956(sangat

baik) pada aspek tampilan, 684 (sangat baik) pada aspek pembelajaran, dan

847(sangat baik) pada aspek materi.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada

penggunaan model dalam mengembangkan, jika peneliti sebelumnya

menggunakan model pengembangan 4D, maka peneliti menggunakan model

pengembangan ADDIE (Analys, Design, Development, Implementation, dan

evaluation). Untuk materi yang ada dalam modul elektronik juga bebrbeda, materi

yang akan dikembangkan oleh penulis adalah mengkaitkan kearifan lokal tari Nek

Pung kedalam KD IPS, IPA, dan Bahasa Indonesia.

Pada tahun 2017, yasintus tinja, DKK melakukan penelitian dengan judul

“pengembanagn bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal sebagai upaya

28

melestarikan nilai budaya pada siswa sekolah dasar” penelitian ini bertujuan

menghasilkan buku pegangan siswa dan pegangan guru yang berbasis kearifan

lokal sebagai upaya pelestarian nilai budaya. Dalam mengembangkan modul

menggunakan lengkah-langkah pengembangan borg and gall.

Terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh enulis,

yaitu pada hasil pengembangan, jika peneliti sebelumnya menghasilkan pegangan

buku guru dan siswa berbasis kearifan lokal, sedangkan penulis menghasilkan

modul elektronik berbasis kearifan lokal tari nek pung.

2.2 Kerangka Berpikir

Penelitian ini mengembangkan modul elektronik berbasis kearifan lokal

tari Nek Pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional, yang

bertujuan untuk dinilai oleh validator dan kemudian digunakan oleh guru.

Tabel 2.2 Kerangka Berfikir

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2017 “kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku

dalam tata kehidupan masyarakat setempat antara lain untuk melindungi

dan mengelola lingkungan hidup dan sumber daya alam secara lesatrai”

Mengembangkan bahan ajar Modul elektronik berbasis

kearifan lokal menggunakan 3D Pageflip Poffesional

Rancangan modul elektronik bebrasisi kearifan lokal tari nek

pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Proffesioanl

Uji validitas modul dan pengambilan respon guru

Tari nek pung merupakan salah satu kearifan lokal daerah provinsi jambi

tepatnya kabupaten tebo yang memiliki nilai luhur yang tinggi

29

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan bahwa perlu adanya

tindakan dalam pelestarian kearifan lokal daerah setempat. Upaya yang bisa

dilakukan adalah dengan menginterasikan kearifan lokal daerah setempat dalam

pembelajaran, salah satu kearifan lokal yang dapat diintegrasikan adalah tari nek

pun, tari nek pung merupakan kebudayaan khas provinsi jambi khusus nya

dikabupten tebo yang memiliki makna dan nilai luhur dalam tari tersebut.

Sehingga cocok jika dimasukkan kedalam beberapa muatan pembelajaran.

Aplikasi 3D pageflip proffesioanal menjadi aplikasi yang tepat jika

digunakan untuk mengembangkan modul elektronik yang sesuai dengan

kebutuhan peserta didik yaitu bahan ajar yang menarik dan menigkatkan rasa

ingin tahu peserta didik. Setelah adanya pengembangan modul elektronik maka

yang akan dilakukan dalam penelitian ini merancang modul elektronik berbasis

kearifan lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Proffesional.

Kemudian menguji cobakan kevalidan modul eleketronik berbasis kearifan lokal

tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional serta mengambil

respon guru setelah penggunaan modul elektronik tersebut.