BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Penelitian ...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Penelitian ...
12
BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1 Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan
2.1.1 Kearifan Lokal
1. Pengertian Kearifan Lokal
Rappana (2016:10), mengatakan bahwa „kearifan lokal merupakan
pengetahuan masyarakat lokal yang sudah menyatu dengan kepercayaan”.
Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan ilmu pegetahuan berupa
aktivitas masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat setempat yang didasari oleh
nilai-nilai kebaikan dan dipercaya hingga ketangan pewarisnya. Karena kearifan
lokal merupakan pandangan hidup masyarakat setempat, maka dengan pandangan
tersebut diharapkan mampu menjadikan tindakan seseorang menjadi lebih baik.
Kearifan lokal merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah
tertentu. “Local wisdom is the wealth of the local area which contains rules and
points of view of a local community life. Local wisdom functions as a way to
shape people into wiser people in dealing with life” (Shalela & Purbani,
2019:294), (kearifan lokal adalah kekayaan daerah setempat yang mengandung
aturan dan titik pandang suatu kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal
berfungsi sebagai cara untuk membentuk manusia menjadi manusia yang lebih
bijak dalam menghadapi kehidupan). Sejalan dengan Njatrijani (2018: 2).
“kearifan lokal merupakan fenomena yang terjadi secara meluas” Cakupan dari
kearifan lokal sangatlah luas, sangat banyak dan beragam sehingga tidak bisa
dibatasi oleh ruang. Contohnya dalam suatu daerah memiliki beragam kearifan
lokal yang keberadaanya terus diwariskan kepada generasi penerus daerah
13
tersebut dan dalam waktu yang lama. Sejalan dengan Rachmadyanti ( 2017: 6).
“kearifan lokal selalu diwariskan secara turun temurun”.
Bangsa Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak suku banga
sehingga memiliki banyak sekali kearifan lokal. Sejalan dengan Brata, (2016: 15)
“Negara Indonesia memiliki banyak sekali kearifan lokal, luar biasa banyak
jenisnya, bahkan kekayaan kearifan lokal itu dapat dijadikan sebagai aset bagi
bangsa sebagai alat perekat bangsa dan memperkokoh jati diri bangsa”. Salah satu
provinsi yang memiliki kearifan lokal mulai dari tuturan, tarian, kebiasaan dan
lain sebagainya yaitu provinsi Jambi tepatnya Kabupaten Tebo. Salah satu contoh
kearifan lokal dari kabupaten Tebo adalah Tari Nek Pung. Tari Nek Pung
memiliki nilai-nilai luhur yang baik. Tarian tersebut menggambarkan kesedihan
seorang gadis yang kemudian dihibur oleh ibunya beserta para dayang-dayangnya.
Dengan harapan kesedihan dari putrinya melarut, karena tidak boleh berlarut-larut
dalam kesedihan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
kearifan lokal merupakan suatu adat, kebiasaan yang dilakukan masyarakat
setempat yang memiliki nilai-nilai kebaikan. Adat dan kebiasaan tersebut muncul
dari pengalaman dan ilmu pengetahuan masyarakat setempat. Kearifan lokal dapat
dijadikan sebagai potensi yang dimiliki suatu daerah dan harus dijaga
kelestarianya, supaya keberadaanya tidak hilang dan terus mengalami
perkembangan sesuai peradaban zaman.
2. Fungsi kearifan lokal
Kearifan lokal merupakan kebiasaan yang diyakini oleh masyarakat
setempat dapat berupa tradisi dan selalu dilakukan oleh masyarakat sehingga
14
menjadi ilmu pengetahuan yang berkelanjutan kepada seluruh generasi penerus
masyarakat setempat. “kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya
setempat” (Njatrijani, 2018:19). Sehingga dapat dikatakan bahwa kearifan lokal
menjadi aset budaya daerah setempat. Kearifan lokal menjadi bagian dari cara
hidup masyarakat setempat dan digunakan sebagai upaya pemecahan masalah,
sehingga sangat melekat dengan masyarakat tersebut. Selanjutnya (Sufia, dkk,
2016: 727), mengatakan bahwa “kearifan lokal merupakan budaya masyarakat
setempat yang digunakan untuk bertahan hidup sesuai dengan lingkungan tempat
tinggal”. Sehingga kearifan lokal berfungsi sebagai perekat bangsa. Kearifan lokal
diharapkan terus bertahan dan tidak hilang meskipun banyak pengaruh dari luar,
agar kebiasaan yang memiliki nilai-nilai luhur tersebut tetap bertahan.
Kearifan lokal akan terus bertahan jika dimplementasikan secara konkrit
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara agar terlihat konkrit adalah
dimasukkan kedalam proses pembelajaran. Salah satunya dapat dintegrasikan
kedalam pembelajran IPS. Agar peserta didik dapat mengenali keberagaman
budaya yang terdapat disekitar tempat tinggal. Karena pemberdayaan kearifan
lokal atau budaya lokal merupakan upaya pembangunan daerah.
2.1.2 Karakteristik Peserta Didik
Berikut adalah penjelasan karakteristik peserta didik, mulai dari kognitif,
sosio emosiaonal dan perkemabnagn fisik peserta didik. Dijelaskan oleh Jean
piaget dalam Danim (2013: 60).
15
1. Perkembangan kognitif Peserta didik
Mengacu pada perubahan dalam pemikiran , kecerdasan dan bahasa
peserta didik. Kemampuan memperhatikan suatu hal, menyusun kalimat yang
terdiri atas beberapa kalimat, dan menyelesaikan persoalan. Pada usia 7-11 tahun
peserta didik memasuki masa operasional konkret . pada masa ini cara berfikir
peserta didik berkembang secara signifikan
2. Perkembangan sosio-emosional Peserta didik
Mengacu pada perubahan dalam berhubungan antara satu orang dengan
orang lain, serta perubahan emosi dan perubahan kepribadian seseorang. Peserta
didik mulai memahami mengenai sifat-sifat kehidupan.
3. Perkembangan fisik peserta didik
Usia 7-12 Tahun lebih cepat tumbuh dalam perkembanagn fisiknya.
Beberapa hal yang merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangn fisik
peserta didik adalah sosial ekonomi, gizi, kesehatan dan faktor keturunan.
Karakteristik peserta didik disekolah dasar memiliki perbedaan antar kelas
tinggi dan kelas rendah baik dari aspek kognitif, sosio emosioanl maupun fisik.
Karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi hasi belajar peserta didik. (Alfin,
20115:192). Selanjutnya Menurut Rusman dalam Prastowo (2013: 37)
menyatakan bahwa “kecenderungan belajar peserta didik terdapat 3 karakteristik
yaitu hierarkis. Integrated dan konkret” sehingga ada kaitan antara karakteristik
peserta didik denga keberhasilan belajar peserta didik
16
Tabel 2.1 Karakteristik peserta didik sekolah dasar
Anak-anak dari Kelas Bawah
(1, 2, 3)
Children of Upper Grades
(4, 5, 6) K
OG
NIT
IF
Penasaran untuk memahami dunia
Generalisasi dari pengalaman sendiri
Lebih tertarik pada proses daripada pada
produk
Belajar mengurutkan dan
mengelompokkan
Berpikir secara konkret
Hanya dapat menangani satu operasi
pada satu waktu
Belajar dari pengalaman langsung
Belajar lebih banyak dengan melakukan
daripada mendengarkan
Nikmati game yang terorganisir tetapi
pecundang yang miskin
Suka cerita aksi dan nikmati humor
Memiliki rentang perhatian
yang meningkat
Pemikir konkret
Lihat hal-hal dalam absolut
Ingin sekali mencoba hal-hal
baru
Mulai berpikir simbolis
Mampu mengingat dan
berkonsentrasi dengan baik
Kembangkan keterampilan
bernalar
Kreatif
Baca dengan baik; dapat mulai
membaca novel
Tertarik pada fakta dan kisah
nyata
Memiliki minat yang berbeda
Sosi
o-e
mosi
onal
Masih fokus pada diri sendiri
Mampu memiliki empati
Semakin sadar akan pendapat rekan
Tertarik pada keluarga lain dan
bagaimana fungsinya
Egosentris
Termotivasi untuk berkinerja baik
Peka terhadap kegagalan dan kritik
Mengakui aturan dan ritual sebagai hal
yang penting
Dapat bertindak untuk menghindari
hukuman
Mencari rasa aman
Dapat menjadi mudah putus asa
Lebih suka kelompok seks yang
sama
Fokus pada aturan dan keadilan
Setia pada grup atau klub
Masih membutuhkan panduan
untuk tetap pada tugas
Mulai menggunakan
keterampilan penalaran
Lebih suka bekerja secara
kooperatif, bukan mandiri
Kagumi dan salin perilaku
remaja yang lebih tua
Jangan suka dibandingkan
dengan orang lain; itu
menyakiti kepercayaan diri
mereka
Mulailah mengekspresikan
emosi dengan menggunakan
kata-kata
Cari persamaan antara diri dan
teman
Masih mencari persetujuan
orang dewasa
Fis
ik
Memiliki keterampilan koordinasi yang
lebih baik
Tumbuh dalam keterampilan dan
kemampuan
Nikmati menguji kekuatan otot,
keterampilan, dan koordinasi
Seperti gerakan fisik
Merasa cepat lelah, tetapi pulih dengan
cepat
Memiliki energi tanpa batas
Meningkatkan kekuatan,
keseimbangan, dan koordinasi
Meningkatkan koordinasi
motorik kecil
Anak perempuan dewasa
dengan kecepatan lebih cepat
daripada anak laki-laki.
Sumber : Asrial 2019
17
2.1.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi
1. Pengertian Teknologi
Pada era globalisasi saat ini tidak terlepas dari penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). “TIK adalah segala sesuatu baik program
maupun peralatan yang dapat memudahkan manusia dalam menyampaikan
informasi secara cepat dan efektif” (Fahyuni, 2017: 36). Selanjutnya Sarkar
(2012: 31), menyatakan “Information and Communication Technology (ICT) is
referred to as diverse technological equipment and resources used to
communicate. The equipment empowered to produce, distribute, collect and
manage information”, (Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) disebut
sebagai peralatan teknologi yang bervariasi dan sumber daya yang digunakan
untuk berkomunikasi. Peralatan tersebut didayagunakan untuk menghasilkan,
menyalurkan, mengumpulkan dan mengelola sebuah informasi). TIK terdiri dari
perangkat keras dan perangkat lunak. Perangat keras terdiri atas peralatan yang
terlihat sedangkan perangkat lunak adalah sistem dari teknologi tersebut.
Perangkat lunak dan keras merupakan komponen dari TIK, “TIK adalah
sebuah sistem yang digunakan untuk mengolah data, mulai dari memproses,
manipulasi dan pemindahan Informasi” (Aka, 2017: 3). Sejalan dengan hal itu
Sujoko (2013: 2), menyatakan “TIK adalah sekumpulan perangkat dan sumber
daya teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi tanpa ada batasan ruang
sehingga lebih mudah dalam mendapatkan informasi”. Kemudahan dalam
mendapat informasi tentu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
karena mendapat pengetahuan yang luas dengan cara yang mudah.
18
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, TIK merupakan sarana dan
prasarana yang digunakan untuk memproses data-data secara lebih cepat dan
efektif. TIK adalah sebuah sistem yang mampu membuat pekerjaan manusia
menjadi lebih efisien. Selain itu TIK merupakan segala hal yang berkaitan dengan
pengiriman dan penyampaian Informasi kepada seorang. Dalam penggunaan TIK
tidak ada batasan ruang karena jangkauan dari TIK sangatlah luas. Sehingga
memungkinkan siapapun mengakses Informasi menggunakan TIK.
2. Peran Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pembelajaran
Peran teknologi, komunikasi, dan informasi memiliki pengaruh yang besar
termasuk dalam bidang pendidikan. “TIK dapat meningkatkan akses pendidikan
dan meningkatkan efisiensi proses pembelajaran” (Surjono, 2013: 2). TIK
digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran yang abstrak sehingga
menjadi lebih konkrit. Banyak sekali materi yang sulit dipahami dengan bantuan
TIK menjadi lebih mudah untuk dimengerti. Keberadaan TIK terbukti sangat
berperan dalam pembelajaran seperti yang dikatakan oleh Sarkar (2012: 32),
“education is perhaps the most strategic area for empowerment and the use of
information and communication technology (ICT). the application of ICT as a tool
to effectively increase learning, teaching and education”, (pendidikan mungkin
merupakan area yang paling strategis untuk pemberdayaan dan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Penerapan TIK sebagai alat untuk
meningkatkan pembelajaran, pengajaran dan pendidikan secara efektif.
Terdapat banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam upaya
pengembangan proses pembelajaran menggunakan TIK, yaitu pengembangan
bahan ajar, pelaksanaan pengajaran sampai kepada tahap evaluasi, bahkan
19
kegiatan secara mandiri diluar ruangan juga dapat memanfaatkan kecanggihan
teknologi. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK tidaklah mudah,
tentu ada persiapan dari guru atau peserta didik yaitu fasilitas teknologi yang
menunjang proses pembelajaran, dengan harapan pembelajaran menjadi bermakna
dan mampu memberikan pemahaman mendalam bagi peserta didik.
3. Aplikasi 3D Pageflip Professional,
Salah satu bentuk kecanggihan teknologi adalah adanya aplikasi yang
digunakan untuk mengembangkan bahan ajar, yaitu aplikasi 3D Pageflip
professional. “Aplikasi 3D merupakan aplikasi yang mampu menyajikan dalam
format elektronik” (Rachman, dkk, 2018: 2). Sejalan dengan Yuliyanti, dkk,
(2016: 2). “aplikasi 3D Pageflip Professional mampu menysipkan gambar, video,
dan simulasi”. Aplikasi tersebut mampu mengolah data berupa gambar, teks,
video, anmasi, dan audio. Kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk
simulasi-simulasi yang bagus sehingga peserta didik tertarik untuk belajar
menggunakan bahan ajar yang dihasilkan dari aplikasi 3D Pageflip professional.
Selanjutnya (Suyoso, 2014: 74), “aplikasi 3D pageflip professional dapat
digunakan untuk pembuatan modul pembelajaran”. Artinya melalui modul peserta
didik diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar. Dengan harapan mampu meningkatkan hasil belajar peserta
didik selain itu pemanfaatan bahan ajar yang dibuat menggunakan aplikasi 3D
Pageflip professional membantu peserta didik dalam memahami materi yang
abstrak menjadi lebih konkrit. Modul merupakan proses pembelajaran yang diatur
secara sistematis, terarah, dan disertai dengan panduan penggunaannya.
20
4. Langkah penggunaan Aplikasi 3D Pageflip Professional
A. Pastikan dalam koomputer kita sudah terinstal aplikasi 3D Pageflip
Professional sehingga kita dapat menggunakan aplikasi tersebut dalam
upaya pengembangan modul elektronik berbasis kearifan lokal tari Nek
Pung pada kelas IV Tema I Indahnya Kebersamaan.
B. Bukalah Aplikasi 3D Pageflip Professional dan klik pada kotak “Try”
kemudian klik pada pilihan “Creat New”
Gambar 2.1 Tampilan aplikasi
C. Setelah mengklik “creat new” maka akan muncul pilihan “project type”,
kemudian pilih pada kolom “Document” atau “magazine”
Gambar 2.2 Tampilan awal
21
D. Masih pada bagian New project, pada menu select tempalte, pilihlah
template elektronik modul yang diinginkan, kemudian tekan “OK” dan
“OK” lagi
Gambar 2.3 pemilihan Latar Belakang
E. Kemudian pada kolom browse carilah file PDF yang akan diubah
menjadi bentuk 3D Pageflip Proffesional kemudian klik Import Now
Gambar 2.4 Proses Import
F. Setelah di Import kemudian lakukan pengeditan yaitu penambahan teks,
video dan gambar serta animasi-animasi yang menarik pada kolom Edit
pages” kemudian lakukan pengeditan sesuai yang diinginkan dengn
atombol-tombol yang tersedia pada Edit Pages
22
Gambar 2.5 Tampilan edit Modul
G. Setelah dilakukan pengeditan. Langkah selanjutnya adalah menyimpan
lembar kerja pada 3D Pageflip Proffesional dengan tekan CTRL + S.
H. Langkah selanjutnya adalah mempublis lembar kerja yang telah dibuat
dengan cara menekan tombol pada keyboard CTRL + P, lalu pilih
dalam extensi file apa kita akan mempublis project yang telah dibuat.
2.1.4 Modul
1. Pengertian Modul
Bahan belajar berperan sangat penting dalam proses pembelajaran, yaitu
sebagai fasilitas dalam pengembangan kognitif peserta didik. Dengan penggunaan
modul secara maksimal diharapkan tidak hanya aspek kognitif peserta didik saja
yang meningkat, namun juga aspek afektif dan psikomotor peserta didik. Bahan
ajar yang dapat dikembangkan berupa modul. “modul adalah bahan ajar visual
yang dikembangkan dan memiliki karakteristik yang khas, modul juga merupakan
media pembelajan yang digunakan agar peserta didik dapat memahami konsep-
konsep dalam pembelajaran” (Aprinti, 2011: 2). Selanjutnya Sirate (2017: 20),
“modul pembelajaran adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan
dapat dimanfaatkan peserta didik belajar secara mandiri” kemampuan peserta
didik belajar secara mandiri sanagt diperlukansi era 4.0 saat ini.
23
Modul merupakan fasilitas yang menjembatani peserta didik selama proses
pembelajaran, biasanya pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran secara
mandiri, “Modul adalah satu paket lengkap dari 1 bahasan pembelajaran”
(Silirawati, 2016:3). Modul yang disusun secara terstruktur dan terarah digunakan
untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Menurut Rahdiyanta (2016:10), “modul merupakan suatu bahan yang
disusun secara utuh dan sistematis yang didalamnya terdapat pengalaman belajar
yang terencana yang digunakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran”.
Tujuan dalam pembelajaran akan tercapai jika sutau modul yang
kembangkan masuk kedalam kategori layak untuk digunakan, kategori suatu
modul dikatakan layak memenuhi 3 aspek yaitu Valid, Praktis dan Efektif. Hal ini
dikemukakan oleh Nieveen dalam Ahdiantho (2016 : 41). Suatu modul menjadi
valid jika memnuhi kriteria dari validator ahli media, ahli bahasa dan ahli materi,
kemudian untuk kepraktisan dapat dilihat dengan respon dari pengguna modul
dalam hal ini respon yang dimaksud adalah respon guru. Kemudian untuk
mengukur efektifitas dengan mengujicobakan kepada peserta didik dan melihat
hasil belajar peserta didik setelah menggunakan modul pembelajaran.
2. Modul Elektronik
Dalam perkembangannya modul tidak hanya berbentuk cetak, namun juga
kini berkembang secara pesat dengan sebutan Modul Elektronik. “Modul
Elektronik adalah sebuah bahan belajar yang disajikan secara sistematis dalam
bentuk elektronik kedalam unit pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran”
(Nurmayanti, 2015: 1). Didalam Modul eleketronik terdapat audio, video, gambar,
24
teks yang disajikan secara elektronik. “modul elektronik adalah seperangkat
media pembelajaran non cetak yang disusun secara sistematis yang diperlukan
untuk pembelajaran secara mandiri” (Udayana, 2017: 130). Modul elektronik
dapat menunjang proses pembelajaran, dengan adanya penggunaan modul
elektronik diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan hasil
pembelajaran.
Modu Elektronik memiliki beberapa keunggulan, Menurut Galiyah &
Siswoyo, (2015 : 2)“pembelajaran lebih terfokus kepada peserta didik ketika
menggunakan Modul Elektronik” . Sejalan dengan Gunawan dalam Siregar, dkk
(2017:45). “penyajian modul elektronik relatif lebih kecil dan mudah dibawa
kemana-mana”. Dari beberapa keunggulan Modul Elktronik diharapkan mampu
menjadi alternatif yang efisien dalam proses pembelajaran.
2.1.5 Penelitian yang relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dan dapat dijadikan sebagai dasar
dalam melakukan penelitian yaitu sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Indah Nofitri (2018) yang berjudul
“Pengembangan modul elektronik dengan menggunakan aplikasi 3D pageflip
professional berbasis pendekatan saintifik pada materi usaha dan energi mata
kuliah fisika dasar 1”. Hasil penelitian menunjukan Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan modul elektronik menggunakan aplikasi 3D PageFlip Professional
berbasis Saintifik pada materi Mekanika Benda Tegar mata kuliah fisika dasar I.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil persepsi
mahasiswa mengenai e-modul.. Hasil analisis dari reabilitas instrumen diperoleh
25
nilai 0,816 dengan kategori sangat tinggi. Hasil persepsi mahasiswa terhadap e-
modul yaitu 52,3 dan dikategorikan sangat baik.
Perbedaan penelitian dari Indah Nofitri (2018) dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan terdapat pada isi dari modul tersebut, jika Indah Nofitri
berbasis saintifik pada materi fisika sedangkan peneliti berbasis kearifan lokal
pada muatan lokal IPS, mengenai beragama kebudayaan daerah setempat.
Kesamaan nya terdapat pada variabel Modul Elktronik dan menggunakan aplikasi
3D Pageflip Pofessional.
Selanjutnya penelitian dari Wulansari (2017) yang berjudul
“pengembangan modul elektronik berbasis 3D Pageflip professional pada materi
konsep dasar fisika inti dan struktur inti matakuliah fisika atom dan inti”.
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mendesain modul elektronik fisika
atom dan inti berbasis 3D Pageflip Professional pada materi konsep dasar fisika
inti dan struktur inti. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk
akhir modul elektronik dan mengetahui persepsi mahasiswa terhadap modul
elektronik fisika atom dan inti materi konsep dasar fisika inti dan struktur inti
yang telah dikembangkan. Hasil analisis dari respon mahasiswa untuk indikator
desain sampul modul dengan 4 pernyataan sebesar 13,9 dalam kategori sangat
baik, indikator desain isi modul dengan 7 pernyataan sebesar 23,6 dalam kategori
sangat baik, indikator desain software modul dengan 4 pernyataan sebesar 13,4
dalam kategori sangat baik, indikator komponen penyajian dengan 1 pernyataan
sebesar 3,53 dalam kategori sangat baik, indikator kemudahan pengoperasian
dengan 1 pernyataan sebesar 3,4 dalam kategori sangat baik, serta indikator
26
komponen kebahasaan dengan 5 pernyataan sebesar 16,83 dalam kategori sangat
baik.
Bedasarkan Penelitian dari wulansari (2017), perbedaan juga terletak pada
isi dari Modul Elktronik, jika pada Modul Elektronik yang akan dikembangakan
oleh peneliti mengandung kearifan lokal sedangkan pada Modul Elktronik milik
wulansari terdapat materi fisika atom dan atom inti. Persamaannya terletak pada
variabel Modul Elktronik yang dikembangkan menggunakan aplikasi 3D Pageflip
Professiona.
Penelitiann dari Dosmaria Lestari Sitio (2010), dengan judul
“pengembangan Modul Elektronik menggunakan 3D Pageflip Professional pada
materi alat-alat optik kelas XI SMA “ menunjukan bahwa Modul elektronik
divalidasi oleh ahli media dan ahli materi dan berlangsung sebanyak tiga kali
dengan validator I dan dua kali dengan validator II untuk memperoleh kelayakan
modul elektronik. Hasil validasi terhadap aspek materi oleh validator I sebesar
84% dan validator II sebesar 85% dengan kategori sangat baik, sementara hasil
validasi aspek media oleh validator I sebesar 82% dan validator II sebesar 83%
dengan kategori baik. Dari hasil validasi media dan materi, validator menyatakan
bahwa modul elektronik materi alat-alat optik layak untuk digunakan.
Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis kembangkan yaitu pada isi
dari modul yang akan dikembangkan, modul yang akan dikembangkan terbatas
pada materi mengenai kearifan lokal tari Nek Pung yang akan diimplementasikan
dalam pembelajaran KD IPS, KD Bahasa Indonesia dan KD IPA pada kelas IV
tema 1 Indahnya Kebersamaan terkusus pada subteme 1 pembelajaran 1. Pada
27
pembelajaran 1 seluruh KD cocok jika diimplementasikan dengan kearifan lokal
tari Nek Pung
Penelitian yang dilakukan oleh Nopriyanti (2018) dengan judul
“pengembangan Modul Eleketronik berbasis 3D Pageflip Professional mata kuliah
gambar teknik di program studi pendidikan teknik mesin”. Pengembangan Modul
Elektronik yang dilakukan peneliti menggunakan metode 4D yaitu Define,
Design, Develop dan Disseminate. Pengembangan ini menghasilkan Modul
Elektronik berbasis 3D Pageflip Professional pada mata kuliah gambar teknik,
yang mendapatkan penilaian 85(sangat baik) pada aspek tampilan, 51(baik) pada
aspek pembelajaran dan 54 (baik) pada aspek materi. Peneliti mengujicobakan
modul elektronik ini kepada 32 mahasiswa pendidikan teknik mesin FKIP
UNSRI. Kemudian mahasiswa tersebut memberikan penilaian sebesar 956(sangat
baik) pada aspek tampilan, 684 (sangat baik) pada aspek pembelajaran, dan
847(sangat baik) pada aspek materi.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada
penggunaan model dalam mengembangkan, jika peneliti sebelumnya
menggunakan model pengembangan 4D, maka peneliti menggunakan model
pengembangan ADDIE (Analys, Design, Development, Implementation, dan
evaluation). Untuk materi yang ada dalam modul elektronik juga bebrbeda, materi
yang akan dikembangkan oleh penulis adalah mengkaitkan kearifan lokal tari Nek
Pung kedalam KD IPS, IPA, dan Bahasa Indonesia.
Pada tahun 2017, yasintus tinja, DKK melakukan penelitian dengan judul
“pengembanagn bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal sebagai upaya
28
melestarikan nilai budaya pada siswa sekolah dasar” penelitian ini bertujuan
menghasilkan buku pegangan siswa dan pegangan guru yang berbasis kearifan
lokal sebagai upaya pelestarian nilai budaya. Dalam mengembangkan modul
menggunakan lengkah-langkah pengembangan borg and gall.
Terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh enulis,
yaitu pada hasil pengembangan, jika peneliti sebelumnya menghasilkan pegangan
buku guru dan siswa berbasis kearifan lokal, sedangkan penulis menghasilkan
modul elektronik berbasis kearifan lokal tari nek pung.
2.2 Kerangka Berpikir
Penelitian ini mengembangkan modul elektronik berbasis kearifan lokal
tari Nek Pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional, yang
bertujuan untuk dinilai oleh validator dan kemudian digunakan oleh guru.
Tabel 2.2 Kerangka Berfikir
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2017 “kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam tata kehidupan masyarakat setempat antara lain untuk melindungi
dan mengelola lingkungan hidup dan sumber daya alam secara lesatrai”
Mengembangkan bahan ajar Modul elektronik berbasis
kearifan lokal menggunakan 3D Pageflip Poffesional
Rancangan modul elektronik bebrasisi kearifan lokal tari nek
pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Proffesioanl
Uji validitas modul dan pengambilan respon guru
Tari nek pung merupakan salah satu kearifan lokal daerah provinsi jambi
tepatnya kabupaten tebo yang memiliki nilai luhur yang tinggi
29
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan bahwa perlu adanya
tindakan dalam pelestarian kearifan lokal daerah setempat. Upaya yang bisa
dilakukan adalah dengan menginterasikan kearifan lokal daerah setempat dalam
pembelajaran, salah satu kearifan lokal yang dapat diintegrasikan adalah tari nek
pun, tari nek pung merupakan kebudayaan khas provinsi jambi khusus nya
dikabupten tebo yang memiliki makna dan nilai luhur dalam tari tersebut.
Sehingga cocok jika dimasukkan kedalam beberapa muatan pembelajaran.
Aplikasi 3D pageflip proffesioanal menjadi aplikasi yang tepat jika
digunakan untuk mengembangkan modul elektronik yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik yaitu bahan ajar yang menarik dan menigkatkan rasa
ingin tahu peserta didik. Setelah adanya pengembangan modul elektronik maka
yang akan dilakukan dalam penelitian ini merancang modul elektronik berbasis
kearifan lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Proffesional.
Kemudian menguji cobakan kevalidan modul eleketronik berbasis kearifan lokal
tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional serta mengambil
respon guru setelah penggunaan modul elektronik tersebut.