BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912009_bab2.pdf ·...

30
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Batik Seni tekstil yang memiliki kaitan erat dengan nilai budaya masyarakat salah satunya yaitu batik. Karya yang dapat dikerjakan oleh sebuah kelompok masyarakat atau individu menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Batik salah satu bentuk eksplorasi sebuah seni tradisi yang semakin berkembang meningkatkan nilai kebudayaan Indonesia. Batik juga sebagai salah satu seni tradisional Indonesia yang menyimpan konsep artistik yang tidak dibuat semata-mata untuk keindahan. Batik juga fungsional sebagai pilihan busana sehari-hari, untuk keperluan upacara, adat, tradisi, kepercayaan, agama, bahkan status sosial. Batik bukan saja indah, tetapi juga bermakna, mencakup nilai-nilai moral, adat, agama (Wulandari, 2011 : 75). Teknologi yang berkembang memudahkan untuk mendapat informasimengenai batik saat ini. Singkat batik merupakan kain bermotif dibuat dengan cara menggambar diatas kain menggunakan malam panas disebut batik tulis sedangkan prosesnya disebut membatik. Wulandari (2011 : 3-4)menjelaskan pembatik adalah orang membatik atau orang yang pekerjaannya membuat batik, dan proses pembuatannya memakan waktu lebih dari dua sampai tiga bulan. Pembatikan adalah tempat pembatik, perusahaan batik, atau bisa juga proses, cara, dan pembuatan batik. Seni gambar diatas kain yang hanya dapat digunakan dalam kraton oleh para raja dan keluarga raja sebagai pakaian kebesaran.Kain tersebut dikenal dengan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912009_bab2.pdf ·...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Batik

Seni tekstil yang memiliki kaitan erat dengan nilai budaya masyarakat

salah satunya yaitu batik. Karya yang dapat dikerjakan oleh sebuah kelompok

masyarakat atau individu menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Batik salah

satu bentuk eksplorasi sebuah seni tradisi yang semakin berkembang

meningkatkan nilai kebudayaan Indonesia.

Batik juga sebagai salah satu seni tradisional Indonesia yang menyimpan konsep artistik yang tidak dibuat semata-mata untuk keindahan. Batik juga fungsional sebagai pilihan busana sehari-hari, untuk keperluan upacara, adat, tradisi, kepercayaan, agama, bahkan status sosial. Batik bukan saja indah, tetapi juga bermakna, mencakup nilai-nilai moral, adat, agama (Wulandari, 2011 : 75).

Teknologi yang berkembang memudahkan untuk mendapat informasimengenai

batik saat ini. Singkat batik merupakan kain bermotif dibuat dengan cara

menggambar diatas kain menggunakan malam panas disebut batik tulis sedangkan

prosesnya disebut membatik. Wulandari (2011 : 3-4)menjelaskan pembatik adalah

orang membatik atau orang yang pekerjaannya membuat batik, dan proses

pembuatannya memakan waktu lebih dari dua sampai tiga bulan. Pembatikan

adalah tempat pembatik, perusahaan batik, atau bisa juga proses, cara, dan

pembuatan batik.

Seni gambar diatas kain yang hanya dapat digunakan dalam kraton oleh para

raja dan keluarga raja sebagai pakaian kebesaran.Kain tersebut dikenal dengan

motif batik larangan

dibanding dengan kraton Surakarta.

ParangRusak, Semen A

Surakarta meliputi motif

: 58). Tata tertib pengelompokan untuk menunjukkan tingkat keningratan

buku Indonesia Indah “Batik” oleh

a. Penguasa, putera

1) Semua jenis corak

2) Sembagen H

larangan, motif larangan dikraton Yogyakarta

dengan kraton Surakarta. Larangan di Yogyakarta yaitu motif

Rusak, Semen Ageng, dan Sawat Gurda. Motif batik larangan

liputi motif Parang Rusak, Cemukiran, Udan Liris(Wulandari, 2011

pengelompokan untuk menunjukkan tingkat keningratan

buku Indonesia Indah “Batik” oleh Soeharto, dkk (1997 : 62) :

Penguasa, putera mahkota dan permaisuri atau istri:

Semua jenis corak ParangRusak

Gambar 1. Motif ParangRusak Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 62

Sembagen Huk

Gambar 2. Motif Sembagen Huk Sumber:Soeharto, dkk, 1997 : 66

9

dikraton Yogyakarta lebih terperinci

di Yogyakarta yaitu motif

larangan kraton

(Wulandari, 2011

pengelompokan untuk menunjukkan tingkat keningratan menurut

3) Garuda Ageng

b. Khusus bagi para anggota keluarga yang bergelar pangeran serta keturunan

penguasa:

1) Semua corak

Garuda Ageng

Gambar 3. MotifGaruda Ageng Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63

Khusus bagi para anggota keluarga yang bergelar pangeran serta keturunan

Semua corak Semendengan sayap garuda berganda maupun

Gambar 4.MotifSemen, Lar Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63

10

Khusus bagi para anggota keluarga yang bergelar pangeran serta keturunan

pun tunggal

2) Udanliris

c. Keluarga jauh yang bergelar Raden Mas atau Raden:

1) Semua corak

Gambar 5.MotifUdanLiris Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 62

Keluarga jauh yang bergelar Raden Mas atau Raden:

Semua corak semen tanpa bentuk-bentuk sayap

Gambar 6. Semen Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63

11

2) Kawung

3) Rujak Sente

diagonal bercorak (Soeharto, dkk

Acara kebesaran untuk menghadap raja maka para permaisuri, patih,

bangsawan dan petinggi kerajaan

dibuat dari batik. Abdi

mengenakan jarit, baju beskap dan blangkon

Gambar 7. MotifKawung Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 63

mirip UdanLiris yang umumnya menggunakan garis

Soeharto, dkk, 1997 : 62-63)

Gambar 8. MotifCatur Karsa Sumber: Doellah, 2002 : 26

cara kebesaran untuk menghadap raja maka para permaisuri, patih,

bangsawan dan petinggi kerajaan menggunakan pakaian resmi

Abdidalem kerajaan selalu berpakaian tradisional Jawa dengan

, baju beskap dan blangkon. Ibu-ibu juga menggunakan batik

12

yang umumnya menggunakan garis-garis

cara kebesaran untuk menghadap raja maka para permaisuri, patih,

i yaitu jarityang

nal Jawa dengan

ibu juga menggunakan batik

13

sebagai selendang untuk melengkapi kebaya dan alat untuk menggendong

(Lisbijanto, 2013 : 2). Jumlah pengikut atau abdidalem banyak yang tinggal diluar

kraton maka seni batik dibawa keluar dan dikerjakan oleh abdidalem dirumah

masing-masing. Seni batik dapat ditiru oleh rakyat sehingga meluas menjadi

pekerjaan wanita untuk mengisi waktu kosong. Zaman kraton Yogyakarta

pendidikan membatik telah dipadukan dengan seni tari dan paes (mempercantik

wajah). Batik kental dalam pendidikan etika dan estetika untuk wanita zaman dulu

(Soeharto, dkk, 1997 : 32).Penggunaan kain batik dapat menunjukkan status sosial

yang tinggi di dalam masyarakat serta untuk jaminan pinjaman uang di pegadaian.

Keputusan sultan dan sunan pada abad 17 tentang kepopuleran batik. Bahwa batik sudah kehilangan sifat ekslusifnya yang dahulu, karena kini dibuat oleh para pengrajin Jawa. Oleh sebab itu pangkat dan kedudukan tidak lagi dihubungkan dengan produk itu sendiri. Sehingga dibuat desain batik yang berbeda untuk membedakan pemakai batik dari keluarga kerajaan dengan mereka para pemakai batik orang kebanyakan (Dharsono, 2007:42). Batik merupakan sehelai kain yang dibuat dengan teknik menahan warna

dengan malam (lilin) dalam pembentukan motif diatas kain menggunakan canting.

Batik memiliki ragam hias variasi dan warna yang disusun sedemikian rupa

sehingga membentuk kesatuan rancangan yang berpola. Variasi ragam hias

berdasarkan latar belakang pembuatan batik seperti letak geografis, kepercayaan,

adat istiadat, tatanan sosial, gaya hidup dan lingkungan alam setempat. Wilayah

penghasil batik memiliki motif berbeda-beda dibuat untuk mencerminkan suatu

tradisi budaya dan melukiskan lingkungan asli pembatikan.Wilayah-wilayah

daerah penghasil batikmemiliki kesamaan ragam hias karena perdagangan dan

hubungan pernikahan atau persaudaraan (Soeharto, dkk, 1997 : 42).

14

2. Motif-Motif Batik

Motif-motif batik yang berkembang menurut Lisbijanto (2013 : 46) dibagi

menjadi dua yaitu motif batik kontemporer dan motif batik klasik.

a. Motif batik modern

Lisbijanto (2013 : 48) menjelaskan motif batik modern adalah

memodifikasi dari motif batik yang telah ada tidak menggunakan patokan batik

klasik, seperti gabungan antara motif Parang dan klithik dari motif Sekar Jagad.

Warna, desain dan bahan tidak menggunakan pakem sehingga lebih bebas dan

mandiri dalam mencipta. Proses pengerjaan mudah dan dapat dikerjaan secara

singkat. Warna batik sesuai dengan tradisi yang berkembang di daerah tersebut

misalnya warna merah, hijau, kuning, biru muda dan sebagainya (Soeharto, dkk,

1997 : 44). Bahan batik yang digunakan dapat berkembang dalam

penggolahannya menggunakan teknologi canggih dan disebut batik printing.

b. Motif batik klasik

Motif batik klasik memiliki pakem dan terdapat batasan-batasan

tertentu pada ornamen maupun warna yang digunakan sejak dahulu. Motif klasik

sudah mengalami perkembangan dan penyempurnaan dalam kurun waktu yang

relatif lama, sehingga diakui keberadaannya yang memiliki ciri khas yang sudah

baku. Motif batik klasik terlihat indah, halus dan mewah walaupun kaku dan

bentuk garis yang belum sempurna (Lisbijanto, 2013 : 47). Alat dan bahan yang

digunakan pada saat itu menggunakan kanji ketan, alat terbuat dari bambu. Warna

yang dibuat juga sederhana yaitu warna biru atau wedelan, dan warna coklat atau

soga. Batik klasik memilikiciri-ciri sebagai berikut:

15

1) Motif-motif yang memiliki makna atau pesan yang baik untuk

pemakainya.

2) Unsur-unsur ragam hias yang ada berupa motif ular, barong

geometris dan pagoda.

3) Motif-motif yang digunakan merupakan ciri khas daerah asal mula

batik tersebut, dan

4) Warna khas motif batik klasik cenderung putih, hitam, coklat tua

atau hitam.

Motif batik yang termasuk dalam batik klasik seperti motif batik Sida Mukti, Sida

Luhur, truntum, ceplok, kawung, Parang Kusumo, Parang Rusak, dan lain

sebagainya(Lisbijanto, 2013 : 47).

Motif batik klasik menjadi sebuah tradisi mulai dari bentuk ragam hias

atau motif yang dibuat secara turun temurun dan menjadi kebisaan masyarakat

tersebut (Soeharto, dkk, 1997 : 5). Batik tradisi memiliki arti dalam kehidupan,

diyakini sebagai sebuah do’a yang dipanjatkan untuk pemakai. Kain tradisi

biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti proses mitoni, persalinan,

khitanan, pernikahan, kematian, dan lain-lain. Ciri-ciri ragam hias batik tradisi

yaitu:

1) Motif yang terdiri klowong, cecekan, tembokan, isen-isen.

2) Terdapat tata letak, corak, pewarnaan yang sederhana.

3) Corak batik yang memiliki arti simbolik pada masing-masing

motifnya, sehingga terdapat perbedaan fungsi pemakaian seperti hanya digunakan

untuk kelengkapan upacara-upacara tertentu.

16

4) Warna cenderung gelap (warna tanah) yaitu putih, hitam, coklat,

kehitaman atau coklat tua (Riyanto, dkk, 2010 : 24).

3. Batik Kraton Yogyakarta

Kekayaan budaya membatik di Indonesia berasal dari kraton-kraton Jawa.

Wastra batik memunculkan keindahan ragam hias, abadi, dan mengandung nilai-

nilai perlambangan yang berkaitan erat dengan latar belakang penciptanya

(Doellah, 2002 : 54). Penelusuran munculnya batik tidak terlepas dari pengaruh

kebudayaan dari kerajaan yang berada di pulau Jawa meliputi Kraton Yogyakarta

dan Kraton Surakarta pada masa itu. Batik kraton adalah seni batik yang ada dan

berkembang diatas dasar-dasar filsafat budaya Jawa yang mengandung nilai-nilai

magis dan pemurnian diri, serta keseimbangan manusia dan semesta alam dan

serasi (Soeharto dkk, 1997 : 5). Wilayah Yogyakarta diyakini sebagai munculnya

batik kraton. Kegiatan membatik dalam kraton merupakan media untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena memiliki makna

filosofis dan sarat akan makna kehidupan. Batik menjadi olahraga para puteri-

puteri raja, dan batik berkaitan dengan tingkat keningratan dan kebangsawanan.

Motif yang dibuat rumit dan halus, memiliki beberapa warna kalem seperti soga,

indigo, hitam, coklat dan putih. (Wulandari, 2011 : 54). Ambar (2011 : 36)

mengatakan motif kuno kraton seperti motifbanji (abad ke-14), gringsing (abad

14), kawung diciptakan Sultan Agung (1613-1645), parangdanmotif anyaman

(nitik).Motif larangandibuat dan digunakan untuk raja, namun berbeda pada saat

ini terdapat satu motif yang tidak boleh digunakan saat berkunjung ke kraton

Yogyakarta yaitu motif parang. Motif batik yang digunakan untuk raja dan

17

keturunannya memiliki ciri khas tersendiri, sejarah munculnya motif Parangtidak

lepas dari sejarah berdirinya kerajaan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati.

Pusat kerajaan Mataram Islam berpindah dari Demak ke Mataram, sehingga raja

sering bertapa di sepanjang pesisir pulau Jawa, antara lain Parang kusuma menuju

Dlepih Parang Gupito, menelusuri tebing Pegunungan Seribu yang tampak seperti

“pereng” atau tebing berbaris. Wilayah tersebut menjadi inspirasi raja Mataram

dalam membuat motif Parang yang kemudian digunakan untuk raja dan

keturunannya dilingkungan istana (Ambar, 2011 : 36-37).

Perselisihanyang terjadi dalam kerajaan maka oleh pihak Belanda

mengusulkan untuk membuat perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti

ditandatangani pada tahun 1755, akibatnya perpecahan terjadi menjadi kraton

Surakarta dan kraton Yogyakarta (Suyami, 2008 : 24-25). Perbedaan dibuat oleh

kraton Yogyakarta untuk membedakan kedua kerajaan seperti tata adibusana

sampai batik. Kraton Surakarta mulai berkembang dengan berinovasi serta pada

motif pakem tetap bersumber pada batik kraton Yogyakarta. Ciri khas batik

Yogyakarta memiliki pola geometris besar, diperkaya dengan parang, nitik dan

berlatar dasar warna putih (bledak) (Wulandari, 2011 : 55). Perjanjian tersebut

membuat wilayah-wilayah pembatik di Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan

lingkungan kraton dan para bangsawan. Tradisi membuat batik dengan pewarna

alam masih berlangsung hingga kini di Galur, Kulonprogo. Motif-motif khas

Yogyakarta banyak dijumpai di wilayah Imogiri, Bantul terutama di desa

Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta (Yudhoyono, 2011: 63).

18

4. Penggolongan Motif Batik

Unsur-unsur motif batik yaitu ornamen utama, ornamen tambahandan

isen-isenyang disusun akan membentuk sebuah motif.Motif yang diulang-ulang

akan membentuk sebuah pola. Motif pada seni batik dapat dikelompokkan

menjadi dua golongan yaitu motif geometris dan motif non geometris (Sewan,

1980 : 213)

a. Motifgeometris

Motif batik yang terdiri dari ornamen-ornamen yang disusun

berdasarkan unsur-unsur antara lain berupa segitiga, bintang, lingkaran, persegi

empat dan lain sebagainya. Ciri dasar pola batik geometris dibagi menjadi bagian-

bagian disebut “report”. Report berbentuk segiempat panjang atau lingkaran yaitu

golongan motif Banji, Ceplok, Kawung. Report berbentuk garis miring sehingga

membentuk belahketupat yaitu parang atau lereng (Lisbijanto, 2013 : 50-51).

Motif yang termasuk dalam golongan motif geometris;

1) Motif Banji

Motif yang berdasarkan ornamen swastika (motif kuno), yang

dibentuk serta disusun dari setiap ujung ornamen swastika kemudian dihubungkan

satu sama lain dengan gais-garis (Sewan, 1980 : 218).Motif Banji digunakan

sebagai penghias bidang pada kain yang terdiri dari motif isen-isen dan motif

pengisi lain sehingga terlihat penuh. Buku “Batik Nusantara” dari Wulandari

(2011 : 108) menjelaskan motif Banji digunakan untuk melambangkan perjuangan

melawan ketidakadilan.

2) MotifCeplok

Motif yang terdiri gambar

lingkaran, bintang, perse

disusun dalam tatanan persegi

artinya dalam Jawa “keplok”

digambarkan. Beberapa nama motif

Kesatrian, Ceplok Supit U

Gambar 9. Motif Banji Banyumas Sumber: Sewan, 1980:219

eplok

Gambar 10. Motif Ceplok Kembang CengkehSumber: Hamzuri, 1994 : 70

Motif yang terdiri gambar-gambar yang berasal dari

lingkaran, bintang, persegi panjang, jajaran genjang, atau bentuk-bentuk lain yan

disusun dalam tatanan persegi.Sewan (1980 : 221) menjelaskan

“keplok” atau “ceples” sehingga sesuai dengan

Beberapa nama motif Ceplok yaitu CeplokNogo Sari, Ceplok

Kesatrian, Ceplok Supit Urang, Ceplok Truntum,Ceplok Cokra Kusuma

19

Kembang Cengkeh

gambar yang berasal dari bentuk-bentuk

bentuk lain yang

Sewan (1980 : 221) menjelaskan motif Ceplok

sehingga sesuai dengan bentuk yang

Nogo Sari, Ceplok

usuma.

3) Motif N

Motif yang tersusun dari

sehingga menyerupai

dianggap motif asli dan tergolong motif tua. Nama

NitikRengganis, Nitik Cakar Ayam, Nitik Kembang Blimbi

(Sewan, 1980 : 224).

4) MotifKawung

Motif ini te

buah aren yang dibelah dan tersusun diagonal dua arah. Bila diperhatikan susunan

biji-bijian ini terukur.

tersusun dalam sebuah lingkaran (

melambangkan raja d

lambang pancapat.Tafsirkan lain jika pola ini menggambarkan teratai yang sedang

mekar dengan empat kelopak. Nama

besar kecilnya Kawung

a) Kawung

Kawung yang berbentuk kecil

Nitik (anyamanatautenunan)

yang tersusun dari garis-garis putus, titik-titik dan variasinya

menyerupai anyaman maka disebut juga motif anyaman

if asli dan tergolong motif tua. Nama-nama motif

Rengganis, Nitik Cakar Ayam, Nitik Kembang Blimbing, dan lain sebagainya

Gambar 11. Motif NitikCakar Ayam Sumber: Rabi’ah, 2000 : 84

awung

Motif ini terbentuk oleh susunan lingkaran atau oval

buah aren yang dibelah dan tersusun diagonal dua arah. Bila diperhatikan susunan

bijian ini terukur. Memiliki empat bentuk oval sehingga motif utama yang

tersusun dalam sebuah lingkaran (Soeharto, dkk, 1997 : 45).

melambangkan raja dengan dikelilingi empat orang patih atau juga merupakan

Tafsirkan lain jika pola ini menggambarkan teratai yang sedang

mekar dengan empat kelopak. Nama-nama dari motif Kawung

awung tersebut, seperti:

Kawung berbentuk kecil-kecil (KawungPicis).

yang berbentuk kecil-kecil menyerupai bentuk mata uang dari logam

20

titik dan variasinya

motif anyaman. Motif ini

nama motif Nitik yaitu

, dan lain sebagainya

oval diilhami dari

buah aren yang dibelah dan tersusun diagonal dua arah. Bila diperhatikan susunan

empat bentuk oval sehingga motif utama yang

1997 : 45).Motif ini

tau juga merupakan

Tafsirkan lain jika pola ini menggambarkan teratai yang sedang

didasarkan pada

). Picis adalah

mata uang dari logam

yang paling kecil. Ragam hias ini ada sejak 2000 SM dan baru dimunculkan pada

batik setelah ditemukan canting dan dinamai

b) Kawung

adalah mata uang logam

c) Kawung

(Sewan, 1980 : 226).

5) Motif Parang

Motif m

miring 45 derajad. Ragam hias khas dalam motif

disebut mlinjon. Motif yang tersusun miring tidak terdapat

Lereng. Contoh motif

motif Sekar Kopi. Motif

motif Parang Rusak Barong

(Sewan, 1980 : 227).

Ragam hias ini ada sejak 2000 SM dan baru dimunculkan pada

batik setelah ditemukan canting dan dinamai KawungPicis (Ambar, 2011 : 42).

Kawung yang berukuran agak besar disebut Kawung

adalah mata uang logam yang besarnya lebih dari Picis (Sewan, 1980 : 226).

Kawung yang lebih besar dari KawungBribil disebut

Gambar 12. Motif KawungPicis

Sumber: Ahya, 2013 : 22

arang

motif ini tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut

agam hias khas dalam motif Parang berbentuk belah ketupat

otif yang tersusun miring tidak terdapat

. Contoh motif Lerengialah motif Udan Liris, motif Pring Sedapur

otif Parang yaitu motif ParangRusak, motif Parang Kusuma

Parang Rusak Barong, motif Parang Gondosuli, dan lain sebagainya

21

Ragam hias ini ada sejak 2000 SM dan baru dimunculkan pada

(Ambar, 2011 : 42).

awungBribil. Bribil

(Sewan, 1980 : 226).

disebut KawungSen

garis sejajar dengan sudut

berbentuk belah ketupat

otif yang tersusun miring tidak terdapat mlinjon disebut

Pring Sedapur, dan

Parang Kusuma,

, dan lain sebagainya

b. Motifnon g

Motif non geometris memiliki s

dapat diukur secara pasti, dapat te

Semen, motif Lung-lungan

non geometris terdapat

pohon hayat, candi, binatang, burung, garuda, ular atau n

bidang geometris.

1) Motif

bungaan.Motif terdiri dari rangkaian bunga atau kelopak bunga, kupu

burung, atau berbagai satwa kecil sehingga memben

dan dapat dijumpai pada batik pedesaan dan batik saudagaran (Doellah, 2002 : 21)

Gambar 13. Motif ParangKusuma Sumber: Ahya, 2013 : 18

geometris

non geometris memiliki susunan motif yangtidak teratur,

dapat diukur secara pasti, dapat terjadi pengulangan seluruh motif seperti motif

lungan dan motif Buketan (Soeharto, dkk, 1997 : 45).

terdapat ornamen-ornamen yang digunakan yaitu tumbuhan,

, candi, binatang, burung, garuda, ular atau naga tidak teratur menurut

Motif Buketan, terdiriataskuncupdaun-daunansertabunga

terdiri dari rangkaian bunga atau kelopak bunga, kupu

burung, atau berbagai satwa kecil sehingga membentuk satu kesatuan yang selaras

jumpai pada batik pedesaan dan batik saudagaran (Doellah, 2002 : 21)

22

usunan motif yangtidak teratur, tidak

rjadi pengulangan seluruh motif seperti motif

, 1997 : 45). Motif

tumbuhan, meru,

aga tidak teratur menurut

daunansertabunga-

terdiri dari rangkaian bunga atau kelopak bunga, kupu-kupu,

tuk satu kesatuan yang selaras

jumpai pada batik pedesaan dan batik saudagaran (Doellah, 2002 : 21)

Motif Semenmerupakan

pakem pada ornamen

bersemi. Golongan s

terdiri dari ornamen tumbuh

motif Semen terdiri dari ornamen tumbuhan dan binatang (bunga, daun d

binatang), dan motif

atau binatang bersayap. Ragam hias utama yang menjadi ciri khas motif

yaitu meru (Sewan, 1980 : 213).

Gambar 14. Motif Buketan Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 72

merupakan ragam hias batik yang tersusun secara bebas dan memiliki

pakem pada ornamen-ornamennya. Kata semen berasal dari kata semi yang berarti

semen dibedakan menjadi tiga macam yaitu motif

terdiri dari ornamen tumbuh-tumbuhan saja (bunga, kuncup bunga dan daun),

terdiri dari ornamen tumbuhan dan binatang (bunga, daun d

binatang), dan motif Semen terdiri dari ornamen tumbuhan, binatang,

atau binatang bersayap. Ragam hias utama yang menjadi ciri khas motif

(Sewan, 1980 : 213).

Gambar 15. Motif SemenGurdo Sumber: Doellah, 2002 : 27

23

ragam hias batik yang tersusun secara bebas dan memiliki

berasal dari kata semi yang berarti

dibedakan menjadi tiga macam yaitu motif Semen

tumbuhan saja (bunga, kuncup bunga dan daun),

terdiri dari ornamen tumbuhan dan binatang (bunga, daun dan

terdiri dari ornamen tumbuhan, binatang, lar-laran

atau binatang bersayap. Ragam hias utama yang menjadi ciri khas motif Semen

2) Motif L

lungan ini memiliki ragam hias tidak lengkap seperti

menggunakan meru. Motif

Waluh.

5. Unsur-Unsur Motif

a. Warna batik

Batik memiliki komponen dasar yaitu warna, garis, dan titik memiliki peran

penting dalam arti simbolis dan membuat suatu batik menjadi menarik.

1) Warna

Karya desain atau karya seni dan kerajinan unsur

satu kekuatan dan kekayaan tersendiri seba

digunakan dalam batik ada dua yaitu:

(Lisbijanto, 2013 : 53).

a) Zat warna nabati

Zat warna nabati (alam) adalah zat war

atau tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat

pewarna nabati (alam

pertama pada proses pewarnaan dengan mordanting. Proses mordanting yaitu

Lung-lungan, Doellah (2002 : 20) menjelaskanmotif

ini memiliki ragam hias tidak lengkap seperti semen

. MotifLung-lungan seperti motif Babon Angkrem

Gambar 16. Motif Lung-LunganGrageh WaluhSumber: Doellah, 2002 : 28

otif Batik

Batik memiliki komponen dasar yaitu warna, garis, dan titik memiliki peran

penting dalam arti simbolis dan membuat suatu batik menjadi menarik.

n atau karya seni dan kerajinan unsur warna

satu kekuatan dan kekayaan tersendiri sebagai identitas lokal. Z

digunakan dalam batik ada dua yaitu: zat warna nabati dan zat warna sintetis

sbijanto, 2013 : 53).

Zat warna nabati

Zat warna nabati (alam) adalah zat warna yang diperoleh dari alam

tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat

alam) tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, maka hal

pertama pada proses pewarnaan dengan mordanting. Proses mordanting yaitu

24

llah (2002 : 20) menjelaskanmotif Lung-

semen serta tidak

Babon Angkrem dan Grageh

Grageh Waluh

Batik memiliki komponen dasar yaitu warna, garis, dan titik memiliki peran

penting dalam arti simbolis dan membuat suatu batik menjadi menarik.

warna menjadi salah

gai identitas lokal. Zat warna yang

zat warna nabati dan zat warna sintetis

na yang diperoleh dari alam

tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat

tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, maka hal

pertama pada proses pewarnaan dengan mordanting. Proses mordanting yaitu

25

memasukkan unsur logam ke dalam serat. Bahan pewarna alam yang bisa

digunakan untuk batik dapat diambil pada tumbuhan bagian daun, buah, kulit

kayu, atau bunga. Dihasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan

oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara

lain tingi, jambal, dan tegeran.Ada tiga tahap proses pewarnaan alam yang harus

dikerjakan yaitu: proses mordanting,proses pewarnaan atau pencelupan, dan

proses fiksasi (Wulandari, 2011:79).

b) Zat warna sintetis

Zat warna sintetis atau zat wana kimia mudah untuk diperoleh, stabil

dan praktis pemakaiannya. Zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk

pewarnaan batik yaitu zat warna remasol, napthol dan indigosol. Zat warna ini

dapat dipakai secara pecelupan dan dicolet (Wulandari, 2011 :80).

2) Garis

Menurut Lisbijanto (2013 : 55) dalam buku “Batik” menjelaskan garis

merupakan goresan diatas permukaan yang memiliki arti. Motif batik memiliki

fungsi garis sebagai pembatas atau memperindah motif itu sendiri. Garis tidak

lurus tetapi garis yang memiliki ketebalan yang menyesuaikan dengan motif.

Garis menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi garis lengkung, garis putus-

putus, garis gelombang, garis zig-zag, garis lurus, dan garis imajinatif.

3) Titik

Titik dalam batik berfungsi untuk mengisi pola yang ada atau bagian dari

isen-isen. Dibutuhkan alat bantu untuk membuat titik yang disebut dengan

canting(Lisbijanto, 2013 : 55).

26

b. Motif

Motif dan pola memiliki pengertian yang berbeda. Motif merupakansusunan

dari motif utama, motif pengisi, dan motif isian (isen). Pola batik merupakan

perulangan motik di atas kain. Ragam hias/ornamen memiliki pengertian yang

hampir serupa corak, yaitu corak hiasan berupa gambaran dari “irama” berwujud

garis atau bidang sebagai pengungkap ekspresi (Ambar, 2011 : 113). Tiga unsur

pokok dan perlu diperhatikan dalam membuat motif batik yaitu: ornamen utama,

ornamen tambahan, dan isen-isen. Tiga unsur pokok tersebut memiliki penjelasan

yang sama dengan motif utama, motif pengisi dan isian (isen) dari Dharsono Sony

Kartika untuk menganalisisestetika motif batik.

1) Ornamen utama

Ornamen utama adalah ragam hias/corak yang menentukan motif utama

dalam sebuah batik yang masing-masing mempunyai makna. Termasuk ornamen

pokok/utama ini antara lain: ornamen meru, ornamen pohon hayat, ornamen

burung, ornamen ular danornamen lidah api (Sewan, 1980 : 212).

2) Ornamen tambahan

Ornamen tambahan adalah ragam hias/corak yang tidak mempunyai arti

didalam motif melainkan pengisi atau motif selingan untuk melengkapi ornamen

utama (Sewan, 1980 : 212).

3) Isen-isen

Isen-isenadalah pengisi ornamen utama dan ornamen tambahan yang

berupa garis, titik, garis dan titikyang berukuran kecil dan rumit memerlukan

ketelitian sehingga menciptakan sebuah keindahan pada motif secara keseluruhan

(Wulandari, 2011 : 105). Motif batik klasik isen-isen menjadi unsur-unsur penentu

bentuk kehalusan hasil dan proses pembuatan khususnya yang kecil

isen memiliki nama

dapat dikelompokkan dalam dua j

dan pengisi bidang di dalam ragam hias (Soeharto

macam-macam isen-isen

bentuk kehalusan hasil dan proses pembuatan khususnya yang kecil

yang berbeda-beda sesuai bentuknya. Ragam hias

dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu pengisi latar kain antara corak utama

isi bidang di dalam ragam hias (Soeharto, dkk, 1997 : 50) b

isenpada motif batik:

27

bentuk kehalusan hasil dan proses pembuatan khususnya yang kecil-kecil. Isen-

i bentuknya. Ragam hias isen-isen

antara corak utama

, 1997 : 50) berikut

28

29

Gambar 17. Isen-IsenBatik

Sumber: Soeharto, dkk, 1997 : 48

30

31

6. Teori Estetika

Teori yang digunakan sebagai landasan dalam pengkajian tentang batik

tradisi Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta adalah pendekatan berdasarkan

estetika menurut Darshono Sony Kartikayang didukung oleh pendapat estetika

dari Agus Sachari.

a. Estetika

Kebudayaan merupakan pola-pola tingkah laku dan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dan karakteristik dari kelompok manusia, termasuk perwujudannya sebagai benda-benda ataupun materi. Tradisi dalam suatu masyarakat dapat berubah, tetapi nilai-nilai budaya yang dianggap adiluhung tetap dilestarikan. Seni tradisi klasik Jawa yang membuahkan kesenian “adiluhung” bukan kebetulan. Seperti seni batik klasik tradisional bukan muncul sebagai produk kebetulan, tetapi mengalami proses yang panjang dan berkaitan dengan sistem dialek budaya dan kekuasaan saat itu (Dharsono, 2015 : 1-2, 83).

Melestarikan dan mengembangkan seni tradisi klasik sebagai media pendidikan.

Batik dapat dikatakan seni pertunjukan sebab sarana seni yang mengandung nilai

yang kental dengan kekuatan kosmis-magis. Kekentalan kosmis-magis sebuah

kekuatan yang menjadi dasar munculnya local-genius. Digambarkan seni yang

religius menjadi seni sebagai dakwah (ajaran atau tuntunan) dan sebagai

pertunjukan (tontonan), setelah periode Islam dapat disebut seni sebagai tuntunan

dan tontonan (Dharsono, 2015 : 42-43).

Kajian batik dari sudut pandang estetika merupakan kajian makna, bentuk

visual, pola atau motif batik, dan warna. Darsono (2007 : 217-218) dalam buku

pengantar estetika menjelaskan struktur batik merupakan struktur atau prinsip

dasar penyusun batik yang terdiri dari unsur pola atau motif batik yang disusun

32

berdasarkan pola/struktur yang sudah baku. Pola terdiri dari motif utama, motif

pengisi (pelengkap), dan isian (isen).

1) Motif utama,

Merupakan unsur pokok berupa gambar-gambar dari wujud tertentu.

Motif utama merupakan unsur (elemen) pokok maka sering disebut ornamen

pokok (utama). Pada kesenian klasik, motif utama merupakan motif yang

mengandung falsafah atau ajaran (tuntunan).

2) Motif pengisi (pelengkap).

Merupakan pola berupa gambar-gambar yang dibuat untuk mengisi

bidangmotif utama ataudalam pola batik. Berbentuk lebih kecil dan tidak turut

memberikan arti atau jiwa pola tersebut, ini disebut ornamen pengisi. Fungsinya

untuk melengkapi tatasusun dalam pembuatan pola dan dan menghias pola.

3) Isian(isen)

Berfungsi untuk memperindah pola secara keseluruhan baik ornamen

pokok maupun ornamen pengisi. Isian berupa hiasan, titik-titik, garis-garis,

gabungan titik dan garis (dalam tari disebut variasi gerak). Biasanya isen dalam

seni batik mempunyai bentuk dan nama tertentu dan jumlahnya banyak

(Dharsono, 2015: 43-44).Penggambaran pola/motif pada tata susun terdapat di

daerah Indonesia dengan berbagai variasi dan ciri khas daerah masing-masing.

Menganalisis estetika bentuk seni batik merupakan sebuah tontonan dan

tuntunan dapat diperkuat pandangan estetika dari Agus Sachari jika dalam bentuk

yang terdiri dari pengulangan ragam hias/corak tersusun menjadipola, kemudian

diulang kembali dengan indah menjadi motif yang mengandung nilai

falsafahsehingga disebut motif utama sebab memiliki simbol dan makna. Peran

33

motif pendukung, isen sebagai penambah nilai keindahan sehingga terlihat

sebagai daya perkembangannya motif batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul,

Yogyakarta.

Filsafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artistik yang sejalan dengan zaman. Estetika tidak lagi menyimak keindahan dalam pengertian konvensional, melainkan telah bergeser ke arah sebuah wacana dan fenomena. Estetika dalam karya seni modern, jika di dekati melalui pemahaman filsafat seni yang merujuk pada konsep-konsep keindahan zaman Yunani atau abad pertengahan karena estetika bukan hanya simbolisasi dan makna, melainkan juga daya (Sachari, 2002 : 3).

b. Makna

Menjelaskan jika seorang penafsir terikat empat aspek tematis dalam

menafsirkan makna. Pertama, tidak memiliki awal sebagai penafsiran makna.

Kedua, tidak memiliki pandangan yang menyeluruh untuk memahami suatu objek

dalam sementara. Ketiga, tidak ada keadaan yang mutlak membatasi karena tidak

memiliki penafsiran secara keseluruhan. Keempat, fenomena yang dilihat manusia

tidak memiliki sifat tertutup, maka terdapat peluang untuk memadukan antara

fenomena (Fitriani, 2015 : 29).

Proses pemaknaan dianggap penting dalam sebuah objek kebudayaan baik

secara subyektif maupun secara lebih luas. Makna yang terdapat pada objek-objek

budaya yang dihasilkan oleh satu generasi sebelumnya, maka karya-karya yang

dihasilkan akan hilang dalam peradaban umat manusia dikemudian hari (Fitriani,

2015 : 30). Tomy F awuy sebagai sarjana filsafat dalam keindahan, pengamat

melihat dari permasalahan yang muncul. Kondisi apresiasi estetik masyarakat

dalam memahami dan menempatkan seni yang mulai kehilangan maknanya

sehingga mempengaruhi kedangkalan apresiasi (Sachari, 2002 : 63-64).

c. Simbol

34

Estetika yang penting adalah mengupas simbolisme karena manusia bukan saja sebagai makhluk pembuat alat, melainkan juga sebagai makhluk pembuat simbol melalui bahan-bahan visual. Proses simbolisasi suatu objek estetika menjadi penting karena makna secara tajam dapat diamati pada proses penyimbolan satu fenomena atau juga penyimbolan gagas estetik (Sachari, 2002 : 14).

Cassirer mengemukakan gagasan-gagasan tentang bentuk simbolis adalah

karya estetis bukanlah semata-mata reproduksi dari realitas yang “selesai”. Seni

merupakan satu jalan ke arah pandangan objektif atas benda-benda dan kehidupan

manusia. Seni mengajarkan manusia untuk menjadikan benda-benda itu berwujud

rupa, bukan hanya konseptualisasi atau pemanfaatan tetapi menyajikan realitas

yang lebih kaya, lebih hidup, dan penuh warna-warni, sehingga wawasan estetis

menjadi lebih menukik ke dalam struktur formal realitas (Sachari, 2002 : 15-17).

Langer berusaha merumuskan teori seni yang dekat dengan hasil teori

simbol. Simbol estetis bukan suatu struktur atau konstruksi melainkan suatu kreasi

utuh. Simbol tersebut memiliki makna tersendiri, tidak hanya menjadi unsur-unsur

tunggal, tersusun dalam prinsip yang bersifat tidak teratur. “Susunan” secara

umum memiliki “makna”, tetapi sebuah keteraturan tidak memiliki “makna”.

Simbol estetika adalah satu atau utuh dalam menyampaikan pesan untuk diresapi

dimana di dalamnya terdapat nilai-nilai yang hendak dikomunikasikan dan dapat

dimengerti (Sachari, 2002 : 18-19).

Hubungan erat dengan kepercayaan dan timbal balik antara simbol yang

dipilih dengan benda yang disimbolkan terdapat dalam simbol. Bahasa Yunani

menjelaskan simbol yaitu “simbolis” berarti “ciri”, “tanda”, sedangkan “lambang”

merupakan suatu hal yag mengandung arti tertentu dan tersembunyi sama halnya

dengan lampu merah sebagai tanda berhenti dan lain-lain.

35

d. Daya (pemberdayaan)

Daya berkaitan dengan pemberdayaan. Pemberdayaan memiliki

keterkaitan dengan upaya untuk mengimbangi kedayaan yang mengancam atau

mendominasi suatu kegiatan yang mengalami hambatan untuk berkembang

(Sachari, 2002 : 84). Beberapa ilmuan memaparkan daya (pemberdayaan), Robert

Dahl berpendapat bahwa pemberdayaan merupakan kekayaan yang

mempengaruhi perilaku lain untuk bertindak sesuai kehendak pembuatnya.

Pemberdayaan dinilai sebagai usaha memberi “daya” terhadap objek tersebut

(Sachari, 2002 : 90).

Pergeseran nilai pemberdayaan merupakan upaya untuk mengubah

ekonomi maupun lingkungan sekitar daerah tersebut dengan cara yang khusus,

berdasarkan bakat seseorang, kedayaan pribadi, maupun kedayaan cinta. Daya

berpengaruh terhadap simbol dan makna. Dibutuhkan daya dalam proses

perwujudan dari makna ke simbol agar dapat dikomunikasikan dengan baik.

Begitu juga ketika mencoba menafsirkan simbol-simbol untuk mengetahui makna

(Sachari, 2002 : 91).

36

B. Kerangka Pikir

Model kerangka pikir / alur pikiran

Bagan 1. Kerangka Pikir / Alur Pikiran

Estetika Batik Tradisi di desa Giriloyo,

Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

Batik Keraton Yogyakarta

Batik Tradisi Giriloyo

Tuntunan Tontonan

Motif Pengisi Isian (Isen) Motif Utama:

Simbol dan

Makna

Daya

37

Pemahaman dasar dalam permasalahan yang akan diteliti dan teori atau

pendekatan yang akan dipakai untuk mengkaji penelitian. Penulis mempelajari

tentang batik kratonYogyakarta untuk memahami hubungan batik tradisi Giriloyo

dengan kraton Yogyakarta. Hubungan tersebut memunculkan batik tradisi

Giriloyo yang secara turun temurun dibuat hingga saat ini, serta proses membatik

tetap menggunakan malam dan cantingtidak terpengaruh oleh perindustian batik

lain yang menggunakan printing untuk membuat batik. Penulis menggali

informasi untuk memperkuat dari beberapa buku-buku yang bersangkutan dengan

obyek dan juga bisa dilakukan dengan observasi, wawancara, rekaman saat

wawancara dengan para pelaku sejarah atau dengan siapapun yang masih ada

hubungan dengan obyek penelitian.Data-data tentang batik-batik tradisi di

Giriloyo sesuai jenis kelompok motif batik yang dijadikan sebagai dasar penulis

untuk menggungkapkan sisi keindahannya dengan pendekatan estetika.

Penulis menggunakan pendekatan estetika sebab seni motif tradisional

terdapat simbol-simbol dan makna yang dibuat dengan adanya keinginan untuk

menyampaikan pesan-pesan. Peneliti mengkaji menurut Dharsono Sony Kartika

dalam estetika batik meliputi tontonan berupa visual pada motif utama, motif

pengisi dan isian(isen) dari sebuah motif batik. Tuntunan berupa filosofi pada

motif utama yang terkait oleh estetika Agus Sachari dari simbol, makna dan daya.

Tuntunan berkaitan dengan simbol dan makna berupa wujud bentuk motif utama

dan warna mengandung harapan yang akan disampaikan. Terlihat juga sebuah

daya berasal dari pengaruh kondisi sosial masyarakat agar melakukan

pengembangan melestarikan sebuah tradisi membatik yang sudah dilakukan turun

temurun.