BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter...

35
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lompat Jauh Lompat jauh merupakan bagian dari nomor lompat yang bertujuan untuk berusaha memindahkan titik berat tubuh sejauh-jauhnya ke arah mendatar (horisontal ). Dalam hal ini atlet berusaha sedapat mungkin menempatkan kakinya sejauh-jauhnya ke depan tanpa jatuh ke belakang saat mendarat (Hay, 2009). Selain itu, lompat jauh menurut Azmi (2000) adalah suatu yang diawali dengan berlari untuk mengambil awalan (lari awalan), dilanjutkan dengan menolak memakai satu kaki tumpu (tolakan), melayang di udara dan mendarat dengan dua kaki secara bersamaan (mendarat). Sedangkan gerakan dalam nomor lompat jauh dikemukakan oleh Bernhard (2009) terdiri dari: lari awalan (ancang-ancang), fase tolakan atau persiapan lompat (tinggal landas), fase melayang dan fase pendaratan. Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dari atlet lompat jauh diantaranya kondisi fisik terutama kecepatan dan tenaga lompat, dan faktor teknik yang menyangkut persiapan tinggal landas, saat melayang, dan pendaratan (Bernhard, 2009). Menurut Jarver (1999), keberhasilan nomor lompat jauh dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya; ancang-ancang (run-up), tinggal landas (take-off), saat melayang (flight), dan pendaratan (landing). Pada prinsipnya pendapat kedua tokoh di atas tidak berbeda karena ancang ancang pada tokoh kedua merupakan faktor kondisi fisik yang menyangkut kecepatan dan 7

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan bagian dari nomor lompat yang bertujuan untuk

berusaha memindahkan titik berat tubuh sejauh-jauhnya ke arah mendatar

(horisontal ). Dalam hal ini atlet berusaha sedapat mungkin menempatkan kakinya

sejauh-jauhnya ke depan tanpa jatuh ke belakang saat mendarat (Hay, 2009).

Selain itu, lompat jauh menurut Azmi (2000) adalah suatu yang diawali dengan

berlari untuk mengambil awalan (lari awalan), dilanjutkan dengan menolak

memakai satu kaki tumpu (tolakan), melayang di udara dan mendarat dengan dua

kaki secara bersamaan (mendarat). Sedangkan gerakan dalam nomor lompat jauh

dikemukakan oleh Bernhard (2009) terdiri dari: lari awalan (ancang-ancang), fase

tolakan atau persiapan lompat (tinggal landas), fase melayang dan fase

pendaratan.

Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dari atlet lompat jauh

diantaranya kondisi fisik terutama kecepatan dan tenaga lompat, dan faktor teknik

yang menyangkut persiapan tinggal landas, saat melayang, dan pendaratan

(Bernhard, 2009). Menurut Jarver (1999), keberhasilan nomor lompat jauh

dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya; ancang-ancang (run-up), tinggal

landas (take-off), saat melayang (flight), dan pendaratan (landing). Pada

prinsipnya pendapat kedua tokoh di atas tidak berbeda karena ancang ancang pada

tokoh kedua merupakan faktor kondisi fisik yang menyangkut kecepatan dan

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

8

tenaga lompatan seperti tokoh pertama. Menurut Mackenzie (2005), untuk

mendapatkan jarak maksimal dalam cabang atletik lompat jauh harus mempunyai

tiga komponen yaitu kecepatan, teknik dan kekuatan.

2.2 Gerakan pada Lompat Jauh

2.2.1 Ancang –ancang (Lari Awalan)

Tujuan dari ancang-ancang dalam lompat jauh adalah mengambil posisi

optimal untuk tinggal landas dengan kecepatan penuh dan dapat mengontrol

bagian-bagian dari gerak lompat (Hay, 2009). Menurut Jarver (1999) tujuan

ancang-ancang adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimal

tanpa menimbulkan hambatan sewaktu tinggal landas. Dengan demikian ancang-

ancang dalam lompat jauh sangat dibutuhkan untuk mencapai lompatan yang

maksimal tanpa menimbulkan hambatan sewaktu tinggal landas dan dapat

mengontrol bagian-bagian dari gerakan lompat.

Faktor yang mempengaruhi ancang-ancang adalah kecepatan. Kecepatan

adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan berkesinambungan

dengan bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya atau kemampuan

untuk melakukan gerakan atau pergeseran dalam selang waktu tertentu baik ke

arah horisontal, vertikal maupun berbentuk sudut (Sajoto, 2010).

Kecepatan yang dimaksudkan di sini adalah kecepatan lari. Menurut

Bernhard (2009), kecepatan lari merupakan salah satu syarat terpenting dalam

mencapai prestasi puncak lompat jauh dan tetap berada dalam pengawasan yang

arahnya telah diubah oleh dorongan tenaga yang diarahkan ke atas. Selama

beberapa tahun terakhir lompat jauh telah menjadi nomor yang sering diikuti oleh

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

9

pelari jarak pendek (sprinter) sebagai variasi dari sprint. Car Lewi’s adalah

sprinter jarak 100 meter pemecah rekor dunia yang juga berhasil dalam lompat

jauh. Sekarang atlet mengkhususkan diri dalam lompat jauh walaupun masih

merupakan hal yang umum bagi sprinter untuk menjadi pelompat yang baik (Carr,

2007).

Panjang ancang-ancang yang diambil oleh atlet tergantung pada persentase

kecepatan maksimal yang dapat dikontrol pada saat tinggal landas dan

kemampuannya mempertahankan dari langkah satu ke langkah berikutnya (Hay,

2009). Juga menyarankan bila atlet mampu mempertahankan atau mengontrol

sampai 100% kecepatan maksimal maka diperlukan ancang-ancang yang sama

panjangnya dengan sprint enam detik yaitu 45-55 meter yang tergantung dari

kecepatannya. Jika hanya mampu menjangkau 95 % dari kecepatan maksimalnya,

maka ancang-ancang cukup 30 meter. Menurut Bernhard (2009) jarak ancang-

ancang untuk pemula cukup 20 meter. Perpanjangan ancang-ancang 10-20 meter

terhadap 60 orang remaja pada akhir pubertas tidak menunjukkan perbedaan yang

bermakna. Oleh karena atlet tidak ada yang memakai start jongkok maka perlu

ditambah 3-5 langkah disaat atlet menyiapkan diri secara fisik dan mental untuk

tinggal landas (Gambar 2.1). Tetapi kenyataanya dalam praktek 6-9 meter lebih

sedikit dari teori yaitu bila mampu mengontrol 100% kecepatan maksimal, maka

ancang-ancang yang dipakai 40-46 meter atau 17-23 langkah. Menurut Jarver

(1999) jarak lari harus cukup jauh untuk memungkinkan peningkatan kecepatan

sampai maksimal pada menjelang tinggal landas. Dengan demikian dapat

dilakukan tinggal landas yang efektif. Gerakan lari harus dilakukan secara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

10

konsisten dan seragam sehingga tinggal landas dapat dilakukan secara tepat.

Untuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang

sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter, tergantung dari

yang bersangkutan mampu dalam menambah kecepatannya (Nigel dan Lewis,

2005).

Menurut Graham-Smith dan John Moores dalam Mackenzie’s (2005)

mengidentifikasikan secara algoritma jarak ancang-ancang dari atlet dunia yang

diharapkan dapat meningkatkan hasil lompatan. Percobaan ini dibuat berdasarkan

pada kecepatan awal dan jarak ancang-ancang selama 10 tahun kejuaraan junior

dan senior. Kecepatan ideal untuk laki-laki 0,95 meter perdetik (m/dt) dan wanita

0,99 m/dt. Kecepatan dalam meter perdetik dihitung dari jarak 11 meter sampai

satu meter dari papan tumpuan. Jumlah langkah dari ancang-ancang yang efektif

tergantung dari umur. Makin tinggi umur seseorang jarak ancang-ancang yang

dibutuhkan untuk mencapai lompatan maksimal semakin panjang, begitu pula

sebaliknya makin rendah umurnya ancang-ancang semakin pendek. Pada umur 11

tahun ancang-ancang yang diperlukan sebanyak 11 langkah, umur 13 tahun

sebanyak 13 langkah, umur 15 tahun sebanyak 15 langkah, di bawah umur 17

tahun sebanyak 17 langkah, dan di atas umur 17 tahun membutuhkan jarak

ancang-ancang 21 langkah.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

11

Gambar 2.1. Cara melakukan persiapan dan ancang-ancang (Carr, 2007)

Ada lima cara bagi pemula untuk menentukan ancang-ancang dengan

sembilan langkah (Carr, 2007) yaitu:

1. Pelompat berdiri dengan kaki yang tidak melompat (tidak dominan)

diletakkan dibelakang pinggir batas jarak ancang-ancang.

2. Pelompat mulai berlari menuju ancang-ancang dimulai dengan kaki yang

dominan dengan kecepatan maksimum.

3. Pelompat menghitung setiap langkah dengan kaki yang dominan dengan

urutan 1, 3, 5, 7, dan 9. Ini akan lebih mudah dan tidak membingungkan

dari pada menghitung setiap langkah.

4. Beri tanda langkah terakhir yang menjadi titik akhir ancang-ancang. Atlet

meletakkan kaki yang tidak dominan pada tanda tersebut dan mengambil

satu langkah ke arah bak pasir dengan kaki yang dominan.

5. Tanda yang diberikan boleh seperti pada langkah ke satu atau ke lima dari

ancang-ancang untuk menambah kecepatan.

Akan tetapi atlet yang sudah berpengalaman akan menggunakan ancang-

ancang sembilan langkah atau lebih. Untuk sembilan langkah ini atlet

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

12

memberikan tanda seperti pada pemula dengan hitungan pada tiga langkah

terakhir pendek-panjang-pendek seperti gambar 2.2

Gambar 2.2. Cara mengukur langkah pada ancang-ancang (Carr, 2007)

Dalam cabang olahraga lompat jauh ada beberapa kesalahan yang sering

dilakukan dalam ancang-ancang dan bagaimana cara penanggulangannya agar

kesalahan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin (Carr, 2007). Kesalahan

tersebut antara lain:

1. Atlet terlihat tegang dan tidak berlari dalam garis lurus, yang disebabkan

karena posisi kepala dan garis pandangan tidak benar karena atlet

memejamkan mata atau melihat ke bawah sepanjang ancang-ancang dan atlet

menggunakan percepatan dan teknik sprin yang buruk. Bisa ditekan dengan

cara menyeragamkan percepatan serta gerakan kepala dan tangan benar.

2. Atlet melangkah ragu-ragu dan melakukan tinggal landas dengan kaki yang

salah, terdapat ketidak teraturan berulang-ulang pada ancang-ancang yang

disebabkan karena posisi start dan panjang langkah bervariasi sehingga atlet

menjadi tegang ketika mengantisipasi tinggal landas. Hal ini dapat diperbaiki

dengan mengukur dan memeriksa kembali ketepatan ancang-ancang dan juga

tanda jarak. Atlet diharapkan untuk melatih sprint dan percepatan pada

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

13

lintasan dengan menekankan pada percepatan yang terkontrol dan atlet harus

memulai ancang-ancang dengan cara yang sama setiap saat.

3. Atlet melihat ke papan tumpuan atau daerah tumpuan pada saat tinggal landas

yang disebabkan karena atlet merasa tidak pasti dengan ancang-ancang dan

tinggal landas, dan merasa tegang sebelum dan saat tinggal landas. Ini dapat

diperbaiki dengan melatih ancang-ancang berulang-ulang, menggunakan tanda

jarak pada ancang-ancang dan menjaga pandangan tetap horizontal.

4. Pelompat menghasilkan lompatan yang terlalu tinggi akan tetapi tidak jauh,

yang disebabkan karena menggunakan panjang langkah yang salah pada

langkah terakhir. Hal ini dapat diperbaiki dengan melatih ancang-ancang

dengan langkah sebelum langkah terakhir pada papan tumpuan, yang

memaksa atlet untuk memperkirakan panjang langkah yang benar. Tanda

ancang-ancang sebelum tinggal landas juga mempunyai fungsi yang sama.

2.2.2 Tinggal Landas (Tolakan)

Tinggal landas dalam lompat jauh adalah mengubah gerakan lari menjadi

suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus sambil mempertahankan

kecepatan horisontal semaksimal mungkin (Jarver, 1999). Menurut Hay (2009),

tinggal landas adalah kecepatan gerak vertikal atau mengangkat tubuh pada saat

kaki menyokong tubuh yang besarnya menyamai kecepatan horizontal. Dengan

demikian tinggal landas adalah mengubah gerakan lari (arah horisontal) menjadi

suatu lompatan (arah vertikal) yang besarnya menyamai kecepatan lari sambil

mempertahankan kecepatan horizontal semaksimal mungkin. Gambar saat tinggal

landas diperlihatkan seperti gambar 2.3.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

14

Gambar 2.3. Posisi tungkai atlet saat tinggal landas (Jarver, 1999)

Menurut Jarver (1999), untuk mendapatkan lompatan maksimal perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan bersudut didapat dengan

cara memberikan tenaga maksimal pada kaki yang akan tinggal landas.

2. Pusat gravitasi tubuh atlet harus langsung jatuh di atas papan tumpuan begitu

kaki yang akan tinggal landas menyentuhnya.

3. Kaki yang akan tinggal landas diletakkan tepat di atas papan tumpuan dengan

lutut sedikit ditekuk untuk mendapatkan kekuatan.

4. Gerakan ke atas dan kedepan dilakukan dengan sekuat tenaga dibantu oleh

lutut dari kaki yang memimpin dan lengan yang berlawanan dengan kaki yang

digunakan tinggal landas. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat.

5. Paling baik kalau sudut tinggal landas berkisar antara 30, tergantung dari

kemampuan atlet mengkombinasikan kecepatan horizontal dan gerakan

membuat sudut tadi.

6. Lompatan yang lebih jauh dapat diperoleh apabila atlet menurunkan

panggulnya sejak dua langkah sampai pada saat tinggal landas.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

15

Untuk mengembangkan kecepatan arah vertikal menurut Sanders (2003),

ada empat faktor yang mempengaruhi diantaranya:

1. Mekanisme sistem tuas, yang menggambarkan putaran arah maju dan naik

dari tubuh atlet disekitar sumbu vertikal melalui pergelangan kaki.

2. Mekanisme konsentrik, yang menggambarkan aksi-aksi dari semua otot

ekstensor pada saat tungkai melompat yang memendek tanpa pemanjangan.

3. Mekanisme eksentrik-konsentrik, yang menggambarkan aksi-aksi dari semua

otot pada saat tungkai melompat yang mula-mula meregang dan kemudian

memendek.

4. Mekanisme keleluasaan anggota gerak, yang menggambarkan gerakan-

gerakan berayun arah naik dari lengan dan keleluasaan tungkai.

2.2.3 Fase Melayang

Tujuan utama dari fase melayang adalah persiapan pendaratan dengan cara

yang baik dengan tanpa kehilangan keseimbangan (Bernhard, 2009). Pada saat

berada di udara tertuju pada bagaimana posisi tubuh mendarat dengan sempurna

dengan menghilangkan rotasi ke depan yang hampir didapat setiap tinggal landas.

Rotasi ke depan akan membawa kakinya di bawah gaya gravitasi sehingga lebih

cepat mendarat. Jadi masalah utama atlet adalah berusaha untuk mengurangi efek

dari rotasi ke depan. Ada tiga teknik melayang yang digunakan oleh para atlet

lompat jauh yaitu; teknik terbang, menggantung, dan menendang (Hay, 2009).

Teknik-teknik ini merupakan pola gerakan yang digunakan oleh atlet lompat jauh.

Jika teknik menggantung atau menendang tidak digunakan maka kaki akan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

16

menyentuh pasir lebih dulu dan menghasilkan jarak lompatan lebih pendek (Carr,

2007).

1. Teknik Terbang

Menurut Hay (2009), karena kesederhananya teknik ini, sangat banyak

digunakan oleh atlet pemula walaupun kelemahannya sangat besar. Kelemahan

dari teknik ini adalah pada saat menempatkan titik berat tubuh mendekati sumbu

peralihan. Jadi hal ini memberikan kemungkinan rotasi kedepan sehingga atlet

jatuh kebelakang pada saat mendarat jarang terjadi, tetapi mengakibatkan kaki

terlalu dini mendarat. Cara melakukannya adalah atlet membawa kedua

tungkainya ke depan setelah tinggal landas seperti pada posisi duduk dengan lutut

sedikit bengkok kira-kira membentuk siku seperti gambar 2.4.

Gambar 2.4 Cara melakukan teknik terbang (Hay, 2009)

2. Teknik Menggantung

Setelah ancang-ancang dengan kecepatan maksimal, atlet melakukan

tinggal landas dengan kuat, meluruskan tungkai yang memimpin dan menariknya

ke belakang untuk bergantung bersamaan dengan tungkai yang mengikuti. Kedua

lengan bergerak memutar ke bawah, ke belakang dan kemudian ke depan searah

dengan putaran jarum jam, dan sementara atlet tergantung di udara. Lutut

ditekukkan dan digerakkan ke belakang, dan saat tungkai diluruskan untuk

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

17

mendarat, tangan menggapai ke depan dan berputar kembali ke belakang pada

bahu. Segera setelah menyentuh pasir, lutut ditekuk dan badan bergerak ke depan

diatas kaki (Carr, 2007) seperti gambar 2.5.

Gambar 2.5 Cara melakukan teknik menggantung (Carr, 2007)

3. Teknik Menendang

Kebanyakan dari pelompat jauh kelas dunia memilih teknik menendang,

karena teknik terbang dan menggantung tidak dapat mencapai prestasi maksimal

(Bernhard, 2009). Cara melakukan teknik ini adalah; setelah melakukan ancang-

ancang dengan kecepatan maksimal, atlet melakukan tinggal landas dengan kuat.

Lutut dari tungkai yang memimpin ditekuk saat tinggal landas, kemudian

diluruskan sehingga atlet menirukan sikap melangkah saat di udara. Tungkai

yang memimpin diputar ke belakang dalam keadaan lurus dan kedua lutut ditekuk

dan digerakkan ke depan untuk mendarat. Lengan diputar ke depan searah jarum

jam mengimbangi gerakan tungkai. Atlet meluruskan kedua tungkai untuk

mendarat, saat lengan diputar ke depan dan ke belakang. Setelah menyentuh pasir

lutut ditekuk dan badan bergerak mendahului tungkai (Gambar 2.6).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

18

Gambar 2.6 Cara melakukan teknik menendang (Carr, 2007)

2.2.4 Fase Pendaratan

Ancang-ancang, tinggal landas, fase melayang, dan pendaratan adalah

fase-fase yang menonjol dalam lompat jauh dan berhubungan satu dengan yang

lainnya. Suatu pendaratan yang baik yang telah disiapkan dan ditentukan dalam

fase melayang memungkinkan untuk atlet tetap tegak selama mungkin. Dalam hal

ini dibutuhkan tenaga otot perut yang tinggi (Bernhard, 2009). Tujuan dari

pendaratan adalah untuk mendapatkan suatu posisi dengan kedua kaki menyentuh

pasir sejauh mungkin di depan pusat gravitasi tubuh dan untuk menjaga jangan

sampai jatuh ke belakang (Jarver, 1999).

Dari kedua faktor ini yang terpenting adalah posisi tubuh condong ke

depan terhadap punggung (Gambar 2.7). Jika atlet memutuskan untuk condong

ke depan selama akhir gerakan melayang maka kakinya diangkat dalam reaksinya

untuk menunda pendaratan. Peningkatan waktu selama berada di udara

memungkinkan untuk mendarat lebih jauh sepanjang lintasan parabola.

Mencondongkan panggul ke depan mengurangi jarak pendaratan (supaya atlet

tidak jatuh ke belakang) dengan memindahkan titik berat lebih dekat ke kakinya

kemudian dapat mempertahankan posisi tubuh. Jika atlet mempertahankan posisi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

19

tubuh tegak atau sedikit ke belakang akan mempengaruhi waktu melayang

sehingga waktu pendaratannya meningkat, dan jika atlet condong ke depan

sebelum mendarat maka sudut kakinya terhadap horisontal akan berkurang.

Dibawah keadaan demikian besar dan arah dari gaya reaksi yang ditimbulkan dari

landasan menyebabkan lebih sulit atlet mengindari terduduk ke belakang (Hay,

2009).

Gambar 2.7. Cara melakukan pendaratan (Jarver, 1999)

Untuk mendapatkan pendaratan yang baik atlet harus memperhatikan hal-

hal sebagai berikut (Jarver, 1999):

1. Posisi pendaratan yang terbaik hendaknya merupakan lanjutan dari pola

melayang pusat gravitasi tubuh. Tentunya harus terletak sejauh mungkin,

yaitu pada jarak horisontal terbesar antara tumit dan pusat gravitasi tubuh.

2. Tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan tungkai terjulur lurus ke

depan.

3. Lengan yang terletak di belakang tubuh sebelum pendaratan harus segera

dilemparkan ke depan, begitu kaki menyentuh pasir. Gerakan lengan ini akan

membantu tubuh untuk bertumpu di atas kaki. Menurut Hay (2009) ketika

tumit telah menyentuh pasir, atlet harus memutar lututnya untuk mengindari

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

20

benturan dan pada saat mulai memutar ke depan atlet mengangkat kepala dan

bahunya untuk memberikan doronngan rotasi ke depan. Jika pada saat

pendaratan lengan atlet sudah berada satu garis atau di belakang panggul,

gerakan-gerakan ini diberikan dengan ayunan lengan ke depan dan ke atas

yaitu gerakan untuk mengindari reaksi dari sisa berat tubuh dan kemudian

membantu rotasi atlet ke depan melewati kakinya. Posisi pendaratan yang

efisien tergantung pada teknik yang digunakan pada waktu melayang, yaitu

dalam mengurangi atau memperlambat munculnya rotasi sewaktu tinggal

landas.

2.3 Pelatihan

Pelatihan adalah suatu usaha untuk memperbaiki sistem, organ atau alat

tubuh dan fungsinya yang bertujuan untuk mengoptimalkan penampilan dan

kinerja. Pelatihan merupakan suatu proses yang sistematis dari pelatihan atau

bekerja dengan berulang-ulang dengan penambahan beban pelatihan dan

pekerjaannya secara progresif (Harsono, 2010). Menurut Bompa (2010), pelatihan

merupakan suatu aktifitas komplek, suatu kinerja dari atlet yang dilakukan secara

sistematis dalam durasi yang panjang, progresif dan berjenjang.

Jadi pelatihan adalah aktivitas tubuh yang dilakukan secara sistematis,

berulang-ulang dalam waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan kemampuan

fisik, salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah memberikan beban pada

otot dan gerakan berulang-ulang untuk meningkatkan kekuatan (Nossek, 1982).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

21

Secara garis besarnya, ada 4 aspek besar pelatihan yang diperlukan dalam

meningkatkan penampilan seseorang. Pelatihan itu menyangkut; pelatihan fisik,

pelatihan teknik, pelatihan taktik, dan pelatihan mental.

a. Pelatihan Fisik

Pelatihan fisik dilakukan secara teratur, sistematis dan

berkesinambungan yang dituangkan dalam program pelatihan akan

meningkatkan kemampuan fisik secara nyata akan tetapi tidak tampak bila

dilakukan secara tidak teratur (Fox dkk, 2008). Sebelum melakukan pelatihan

perlu diadakan pemanasan, yang merupakan syarat umum dan harus

menjadikan bagian dari pelatihan. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan

fisik dan mental untuk mencapai tujuan pelatihan berikutnya (Bompa, 2010).

Caranya adalah dengan kalistenik, peregangan dan pelemasan gerakan tubuh

secara umum yang berubungan dengan aktifitas saraf otot untuk

mengantisipasi gerakan berikutnya. Perkembangan kondisi fisik sangatlah

penting untuk dapat mengikuti pelatihan dan perlombaan dengan sempurna.

Ada beberapa kondisi fisik yang perlu dikembangkan: daya tahan

kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan, kelentukan, kecepantan,

kelincahan, daya ledak, ketepatan, keseimbangan, waktu reaksi, dan

koordinasi (Sajoto, 2010).

b. Pelatihan Teknik

Pelatihan teknik adalah gerakan yang diperlukan untuk mempermahir

teknik gerakan untuk dapat melaksanakan cabang olahraga tertentu. Pelatihan

teknik merupakan pelatihan yang khusus untuk membentuk dan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

22

mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau perkembangan

neuromuscular. Kesempurnaan teknik dasar dari setiap gerakan sangat penting

oleh karena akan menentukan gerak keseluruhan. Sehingga setiap gerakan-

gerakan dasar dari bentuk teknik yang diperlukan dari caban olahraga yang

bersangkutan harus dapat dilatih dan dikuasai secara sempurna.

c. Pelatihan Taktik.

Pelatihan taktik atau siasat adalah cara-cara yang diperlukan untuk

memenagkan suatu pertandingan secara sportif sesuai dengan peraturan yang

berlaku (Suharno, 2008). Tujuan pelatihan taktik adalah untuk

mengembangkan kemampuan interpretasi atau daya tafsir pada atlet. Teknik

gerakan yang sudah dikuasai dengan baik harus dituangkan dan diorganisir

dalam setiap tahap pelatihan.

d. Pelatihan Mental

Pelatihan mental atlit juga sangat penting diperhatikan dibandingkan

dengan pelatihan lainnya dan harus dilakukan pelatihan, karena betapapun

sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan taktik apabila mentalnya tidak

turut dikembangkan, prestasi maksimal tidak mungkin akan tercapai. Pelatihan

mental menekan pada perkembangan kedewasaan atlet serta penekanan emosi

serta implusif, misalnya: semangat bertanding, sikap pantang menyerah,

keseimbangan emosi walaupun berada pada keadaan tertekan. Sportifitas,

percaya diri dan kejujuran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pelatihan adalah gerakan fisik atau

aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dalam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

23

jangka waktu lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan

individual yang bertujuan untuk memperbaiki system serta fungsi fisiologis dan

psikologis tubuh agar pada saat melakukan aktifitas olahraga dapat mencapai

penampilan yang optimal (Nala, 2011).

2.4 Prinsip-prinsip Pelatihan

Prinsip-prinsip dasar pelatihan diuraikan oleh Nala (2011), terdiri dari 7

prinsip yaitu :

1. Prinsip Aktif dan bersungguh-sungguh

Prinsip ini bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu

pelatihan sehingga atlet dituntut untuk selalu bertindak aktif dan mengikuti

pelatihan dengan bersungguh-sungguh tanpa ada paksaan.

2. Prinsip pengembangan multilateral

Sebelum pelatihan mengarah kepada spesifikasi hendaknya dibekali

terlebih dahulu pelatihan dasar-dasar kebugaran badan dan komponen

biomotorik. Selain itu dikembangkan pula seluruh organ dan sistema yang

ada dalam tubuh, baik yang menyangkut proses fisiologis maupun

psikologisnya (Nala, 2011).

3. Pinsip spesialisasi dalam pelatihan.

Setelah pelatihan pengembangan multilateral dilatih, dilanjutkan dengan

pengembangan khusus atau spesialisasi sesuai dengan cabang olahraga

yang dilatih. Pelatihan spesialisasi baru dimulai setelah disesuaikan

dengan umur yang cocok untuk cabang olahraga yang dipilih oleh anak

atau atlet bersangkutan. Menurut Graham-Smith dan John Moores dalam

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

24

Mackenzie’s (2005), untuk melatih cabang olahraga atletik, spesialisasi

umur yang dilatih antara 13-14 tahun.

4. Prinsip pelatihan individualisasi

Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan

spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda satu sama lainnya, sehinggga

cara pelatihannyapun akan berbeda.

5. Prinsip variasi atau keserbaragaman

Pelatihan yang bersifat monoton dan dilakukan secara terus menerus akan

cukup membosankan. Untuk menghindari hal tersebut maka dalam

pelaksanaan pelatihan perlu dibuatkan variasi pelatihan, tentunya

mempunyai tujuan yang sama yaitu tetap mengacu pada tujuan pelatihan

dan tidak keluar dari program pelatihan yang ditetapkan, sehingga atlet

tetap bergairah dan semangat dalam berlatih (Nala, 2011).

6. Prinsip mempergunakan model proses pelatihan

Model yang dimaksud dalam prinsip ini adalah imitiasi, suatu simulasi

dari kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsur spesifik dari fenomena

yang diamati yang mendekati keadaan sebenarnya .

7. Prinsip peningkatan beban progresif

Beban pelatihan dimulai dengan beban awal yang ringan, kemudian

ditingkatkan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan atlet

bersangkutan, makin lama semakin berat atau dapat diawali dengan

gerakan sederhana kemudian ditingkatkan menjadi gerakan yang semakin

rumit.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

25

2.5 Prosedur Pelatihan Fisik

2.5.1 Pemanasan

Suatu aktivitas fisik, baik kerja atau olahraga sangat perlu dilakukan

pemanasan yang cukup memadai, karena ketika beristirahat sistema tubuh berada

dalam keadaan tidak aktif. Untuk itu perlu diadakan adaptasi selama beberapa

menit, baik fisik maupun fsikologis dari sikap pasif ke sikap aktif. Akibat

dilakukan pemanasan ini suhu tubuh meningkat terutama otot lurik meningkat

dengan cepat. Jumlah darah yang mengangkut oksigen ke otot lurik meningkat

pula yang akan mengaktifkan sumber energi di dalam otot dan merangsang

keluarnya hormon serta meningkatkan kerja enzim (Nala, 2011 ). Pemanasan

dapat dilakukan secara aktif maupun pasif.

Pemanasan aktif adalah pemanasan yang dilakuan dengan menggunakan

aktivitas pisik sedangkan pemanasan pasif adalah pemanasan yang tidak

melibatkan aktivitas pisik (Fox, 2008).

Menurut Bompa (1993), mengatakan pemanasan pasif adalah cara

pemanasan yang bertujuan semata-mata untuk meningkatkan suhu tubuh seperti :

mandi dengan air panas, menggunakan selimut panas, sinar infra merah atau pijat.

Ternyata efeknya terhadap sistema organ tubuh amat terbatas, tidak setinggi

apabila dilakuan pemanasan secara aktif (kontraksi otot).

Pemanasan merupakan syarat yang umum dan harus menjadi bagian dari

pelatihan. Fisik dan mental atlet perlu dipersiapkan untuk mengikuti pelatihan

berikutnya. Lamanya pemanasan untuk mengerahkan seluruh otot tubuh berkisar

antara 20-30 menit atau 10-20 menit (Bompa, 2010). Ada pula dengan memakai

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

26

patokan frekuensi denyut nadi, yaitu bila frekuensi denyut nadi telah meningkat

20-40 denyut di atas denyut nadi istirahat (Powers dan Howley, 2007).

Tipe pemanasan yang dilakukan selama pemanasan tergantung dari cabang

olahraga yang dilakukan, tipe pemanasan ada tiga antara lain 1) peregangan yang

merupakan aktivitas otot pertama kali dilakukan dalam pemanasan; 2) kalistenik

dengan cara menggerakkan sekelompok otot yang secara aktif berulang-ulang

dengan tujuan untuk meningkatkan suhu dan aliran darah pada otot yang

bersangkutan; 3) aktivitas spesifik yaitu aktivitas yang disesuaikan dengan jenis

olahraga yang dilatih (Nala, 2011).

2.5.2 Pelatihan Inti

Metode pelatihan inti yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah lari

lompat rintangan dengan tinggi rintangan 50 centimeter. Metode lari lompat

rintangan dimana subjek berlari secepat-cepatnya kemudian melompati rintangan

setingi 50 centimeter diulang sebanyak lima kali (lima repetisi) dan dilakukan

sebanyak tiga set dengan istirahat antar set adalah lima menit. Sedangkan

Metode lari lompat rintangan dimana subjek berlari secepat-cepatnya kemudian

melompati rintangan setingi 30 centimeter diulang sebanyak lima kali (lima

repetisi) dan dilakukan sebanyak tiga set dengan istirahat antar set adalah lima

menit. Pelatihan ini berlangsung selama enam minggu dengan frekuensi tiga kali

seminggu (Senin, Rabu, Jumat). Pelatihan yang berlangsung selama 6-8 minggu

dikatakan oleh Pate (2007) akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet

yang akan mengalami penigkatan 10%-20%. Selanjutnya Fox (2008), menyatakan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

27

pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu adalah sesuai untuk pemula dan

akan menghasilkan peningkatan yang berarti.

2.5.3 Pendinginan

Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan

semula. Tujuan utama dari pendinginan adalah menarik kembali secepatnya darah

yang terkumpul di otot skeletal yang telah aktif sebelumnya ke peredaran sentral.

Selain itu berfungsi pula untuk membersihkan darah dari sisa hasil metabolisme

berupa tumpukan asam laktat yang berada di dalam otot dan darah (Nala, 2011).

Bentuk pelatihan pendinginan yang biasa dianjurkan adalah dengan

istirahat aktif. Karena asam laktat cepat di metabolisme secara aerobik sehingga

menghasilkan CO2 + H2O yang menyebabkan asam laktat cepat berkurang. Begitu

selesai melakukan aktivitas atau pelatihan tidak langsung duduk tetapi melakukan

gerakan-gerakan ringan seperti jalan-jalan atau mengerak-gerakkan anggota tubuh

mulai dari anggota gerak atas dan dilanjutkan anggota gerak bawah secara ringan

(Nala, 2011). Lamanya pendinginan berkisar antara 10 – 15 menit (Powers dan

Howley, 1990).

Pelatihan pendinginan yang dalam penelitian ini dilakukan selama 15

menit yang diawali dengan gerakan-gerakan lambat dimulai dari kepala, leher,

bahu, lengan, pinggang, dan anggota gerak bawah dengan hitungan delapan kali

pada masing-masing gerakan. Selanjutnya dilakukan peregangan mulai dari leher,

lengan, bahu, pinggang dan anggota gerak bawah sebanyak delapan kali

hitungan pada masing-masing serta menarik nafas panjang secara perlahan dan

menghebuskan nafas juga secara perlahan (Powers dan Howley, 2007).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

28

2.6 Daya Ledak Otot

Daya ledak adalah terjemahan dari kata power yang merupakan salah satu

komponen Biomotorik yang diidentikan dengan kekuatan eksplosif (explosive

sterngth). Daya ledak otot merupakan unsur penting dalam hampir semua cabang

olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan (Nala, 2011). Sedangkan Fox

(2008), menyatakan daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk menampilkan

kerja maksimum per satuan waktu (menit). Selanjutnya Harsono (2010)

menyatakan daya ledak adalah kemapuan otot untuk mengatasi tahanan dengan

kontraksi yang sangat cepat untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan sangat

penting untuk cabang-cabang olahraga yang eksplosif seperti: sprint, lari gawang,

nomor-nomor lempar dan nomor-nomor lompat dalam atletik.Juga dikatakan

bahwa power adalah hasil dari force x velocity, dimana force adalah sepadan

(equivalen) dengan strength dan velocity).

Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba

dan cepat dangan menggunakan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.

(Nala, 2011).Daya ledak ini sering pula disebut kekuatan ekplosif, ditandai

adanya gerakan atau perubahan yang tiba-tiba yang cepat dimana tubuh terdorong

keatas atau vertikal baik dengan cara melompat (satu kaki menapak) ataupun

meloncat ( dua kaki menapak, melompat tinggi) atau tedorong ke depan

(horisontal,lari cepat, lompat jauh) dengan menggerakan kekuatan olahraga

maksimal. Dalam daya ledak ini termasuk pula gerakan tiba-tiba dan cepat dari

gerakan lari ke lompat. Terdapat pertalian yang kuat antara kekuatan maksimum,

kekuatan kecepatan dan kualitas kecepatan. Kekuatan kecepatan tergantung secara

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

29

langsung pada perlawanan yang hendaknya ditanggulangi (berat badan dalam

lompatan dan lari, berat lemparan peralatan, dan sebagainya) dan jumlah

kontraksi-kontraksi gerakan tunggal pada lari dan lompat dan kontraksi yang

berulang-ulang dalam olahraga lari (Nossek, 1982).

Ditinjau dari beban yang dihadapi daya ledak diklasifikasikan menjadi dua

yaitu daya ledak asiklik dan daya ledak siklik. Daya ledak asiklik adalah daya

ledak yang dihasilkan dari suatu gerakan tertentu dalam waktu yang singkat,

seperti gerakan melempar, melompat, senam, lompat indah dan olahraga yang

menerapkan kinerja lompatan atau lompatan (Bompa, 2010). Sedangkan daya

ledak siklik adalah daya ledak yang dihasilkan oleh kinerja gerakan berturut-turut

yang sama atau berulang-ulang yang dilakukan dalam waktu tertentu, contohnya

lari cepat, berenang, mengayuh sepeda atau olahraga yang berkaitan kecepatan.

Sedangkan Berger (2008) mengklasifikasikan daya ledak menjadi dua yaitu daya

ledak absolut dan relatif. Daya ledak absolut, berarti kekuatan untuk mengatasi

suatu beban eksternal yang maksimum, sedangkan daya ledak relatif adalah

kekuatan yang digunakan untuk mengatasi beban yang berupa berat badan sendiri.

Selanjutnya Nala (2011) mengatakan pembagian daya ledak sesuai dengan

spesifikasinya terdiri atas : daya ledak eksplosif (eksplosif power), daya ledak

cepat (speed power), daya ledak kuat (strength power) dan daya ledak tahan lama

(endurance power).

Daya ledak dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan yang berupa kekuatan

kontraksi otot dan kecepatan rangsangan syaraf. Usaha untuk meningkatkan daya

ledak dapat dilakukan dengan cara: meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

30

kecepatan atau titik beratnya pada kekuatan, meningkatkan kecepatan tanpa

mengabaikan kekuatan atau titik beratnya pada kecepatan, serta meningkatkan

keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan.

2.7 Pelatihan Pliometrik

Pelatihan pliometrik termasuk salah satu bentuk pelatihan fisik untuk

mengembangkan sistem neuro-muskular (Bompa, 2010). Pliometrik adalah model

pelatihan daya ledak otot tungkai yang diartikan sebagai menambah ukuran daya

ledak otot (Nala, 2011).

Pelatihan pliometrik merupakan suatu pelatihan yang mempunyai ciri

khusus, yaitu kontraksi otot yang kuat dan yang merupakan respons dari

pembebanan dinamik atau regangan yang cepat dari otot terkait. Istilah lainnya ;

reflek regangan atau reflek pilihan otot Pelatihan pliometrik ditujukan pada tiga

kelompok otot besar dalam tubuh, yaitu : kelompok otot tungkai dan pinggul,

kelompok otot bagian tengah tubuh (otot perut dan punggung), dan kelompok otot

dada, bahu serta lengan (Radcliffe dan Farentinos, 2005).

Pliometrik adalah suatu metode pelatihan yang diperuntukan meningkatkan

muscle explosive power. Tekanan pelatihan pliometrik terhadap otot tungkai dan

pinggul (Bompa, 2010) dengan cara :

a. Skips adalah melompat dan melangkah bergantian, dengan tujuan baik tinggi

lompatan maupun jauhnya jarak lompatan horisontal.

b. Bouds adalah lompatan dengan kedua tapak kaki bertumpu pada lantai,

melambung maksimum ke atas agar tercapai lompatan horisontal sejauh-

jauhnya.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

31

c. Hops adalah lompatan (dua tapak kaki) vertikal maksimum dengan didahului

menekukkan tungkai pada lutut, dimana yang dipentingkan adalah luasnya

gerakan sendi lutut.

d. Jumps adalah melompat (dua telapak kaki) setinggi mungkin tanpa

menghiraukan berapa jauhnya lompatan horisontal ke depan.

e. Leaps adalah melompat vertikal dan horisontal semaksimal mungkin, dengan

satu (lompat) atau dua (loncat) tungkai.

f. Ricochets adalah melompat-lompat (dua tapak kaki) dengan cepat, dimana

tinggi dan jauhnya lompatan seminimal mungkin.

Dasar fisiologis dari pelatihan pliometrik diawali dengan fase kontraksi

yang menimbulkan peregangan dari tendon, ligamen, elemen elastis dan elemen

kontraksi otot. Peregangan yang terjadi akan memacu aktivitas sistem saraf

sensoris dan motoris otot. Peningkatan aktivitas sistem saraf akan

membangkitkan kontraksi otot dan peregangan yang terjadi akan memacu

aktivitas sistem saraf sensoris dan motoris otot. Selanjutnya peningkatan aktivitas

sistem saraf akan membangkitkan kontraksi kosentrik yang lebih kuat dan cepat

(eksplosif). Gerakan yang berulang-ulang akan menambah kepekaan dari sistem

neuromousculer. Pelatihan pliometrik berhubungan langsung dengan kekuatan

dan kecepatan kontraksi otot, maka secara langsung juga akan mempengaruhi

daya ledak otot (Nala, 2011).

Pelatihan pliometrik ini bersifat anaerobik. Energi yang dipakai untuk

menunjang aktivitas berasal dari sistem energi asam laktat (adenosin tri fosfat-

kreatin fosfat) dan asam laktat. Maksimal tenaga anaerobik ini akan habis dalam

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

32

waktu 34 detik (Suharno, 2008). Karena bersifat anaerobik proses pemulihan

memerlukan waktu yang berkisar 3-5 menit. Ada dua kelompok besar dari aspek

benturan terhadap bidang tumpuan kaitannya dengan pelatihan pliometrik yaitu ;

kelompok low impact exercises dan high impact exercises (Bompa, 2010).

Aktivitas yang termasuk benturan tinggi antara lain lompat jauh dengan awalan.

Aktivitas seperti skipping, rope, lompat langkah pendek dan rendah termasuk

pelatihan pliometik benturan rendah.

Peningkatan daya ledak otot bergantung pada pemakaian takaran

pelatihan. Takarannya meliputi tipe aktivitas, jangka waktu pelatihan dan fase

pelatihan yaitu pemanasan, peregangan dan pendinginan. Takaran pelatihan

pliometrik biasa dimulai dari intensitas rendah, dengan volume (6-10 repetisi,

tiga set, dan istirahat antar set dua menit) dan frekuensi latihan 3-4 kali seminggu

(Nala, 2011).

Secara bertahap tubuh akan mengadaptasi beban pelatihan. Selama jangka

waktu pelatihan akan terjadi perubahan pada kapasitas fungsi tubuh seperti fungsi

sistem vaskuler, sistem neuro-muskular dan sistem penyediaan energi. Besarnya

perubahan ditentukan oleh kapasitas fungsi organ dalam mengantisipasi beban-

beban pelatihan seperti peningkatan kekuatan, kecepatan fungsional organ

(Clarke, 2005).

Intensitas pelatihan adalah kualitas beban pelatihan terdiri dari ; repetisi,

volume, interval isitrahat (Harsono, 2010). Tingkatan-tingkatan intensitas beban

pelatihan adalah sebagai berikut :

1. Intensitas rendah 30 – 50 % dari kemampuan maksimal

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

33

2. Intensitas ringan 51 – 60 % dari kemampuan maksimal

3. Intensitas sedang 61 – 75 % dari kemampuan maksimal

4. Intansitas sub maksimal 76 – 85 % dari kemampuan maksimal

5. Intensitas maksimal 86 – 100 % dari kemampuan maksimal

6. Intensitas super maksimal 101 – 105 %

Jumlah ulangan gerakan pada waktu melakukan pelatihan disebut repitisi.

Repitisi maksimum adalah jumlah ulangan maksimum yang mampu dilakukan

seseorang. Dalam kaitannya dengan beban pelatihan maka maksimum repitisi

ditentukan berdasarkan tingkatan beban pelatihan. Pada pelatihan pliometrik

kualitas intensitas pelatihan berbanding langsung dengan tinggi rintangan serta

jauhnya jarak lompatan. Volume pelatihan berhubungan dengan kualitas beban

pelatihan yang dapat dinyatakan dengan jumlah lompatan (berapa kali), jarak

(meter), waktu (menit), dan set (jumlah giliran). Interval istrahat dibebankan

antara set yang satu dengan set yang berikutnya. Lama pelatihan yang dapat

memberikan pengaruh terhadap kapasitas fungsi tubuh adalah 6 – 8 minggu.

2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jarak Lompatan

Faktor- faktor yang mempengaruhi jarak lompatan menurut Bernhard

(2009) antara lain :

a. Faktor-faktor kondisi fisik : kecepatan, tenaga lompat dan tujuan yang

diarahkan pada ketrampilan.

b. Faktor-faktor teknik : ancang-ancang, persiapan lompat dan perpidahan, fase

melayang dan pendaratan.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

34

Menurut Bernhard (2009), kecepatan lari merupakan salah satu syarat

terpenting dalam mencapai prestasi puncak lompat jauh dan tetap berada dalam

pengawasan yang arahnya telah diubah oleh dorongan tenaga yang diarahkan ke

atas. Tenaga lompat dari pelompat jauh muncul terutama dari dorongan tenaga

yang ditujukan saat melompat. Oleh karena itu kecepatan ancang-ancang diubah

pada satu saat dalam ketinggian (mencapai sudut perbatasan yang maksimal), dan

selanjutnya perpidahan kaki akan dapat mengurangi kecepatan. Hal ini akan

menyebabkan bertambahnya tenaga lompat, yang akhirnya akan meningkatkan

hasil lompatan. Kecepatan ancang-ancang dan tenaga lompat harus selalu dalam

perbandingan yang tepat satu sama lainnya.

Selain faktor- faktor di atas, faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi

hasil lompatan adalah faktor internal dan faktor eksternal.

2.8.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri

diantaranya; umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, indek masa tubuh,

teknik, mental, motivasi, dan disiplin.

1. Umur, menunjukkan tingkat kematangan yang dikaitkan dengan

pengalaman. Kekuatan lebih rendah pada anak-anak dan meningkat di usia

remaja serta mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Puncak prestasi

atletik dapat dicapai antara umur 18-23 tahun (Nala, 2011).

2. Jenis kelamin, Secara biologis laki-laki dan wanita akan berbeda kekuatan

dan kecepatan karena adanya hormon testoteron pada laki-laki dan wanita

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

35

tidak. Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan 2 kali

lebih besar dari wanita (Bompa, 2010).

3. Berat badan, akan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil

lompatan. Berat badan merupakan salah satu faktor yang menentukan

pusat grafitasi yang nantinya akan menentukan keseimbangan statik

maupun keseimbangan dinamik. Keseimbangan akan menentukan

besarnya daya ledak saat terjadi gerakan melompat (take off) saat di udara

dan mendarat (Nala, 2011).

4. Tinggi badan, secara biomekanika menjelaskan semakin tinggi titik tempat

melompat maka semakin tinggi kemungkinan proyektil mencapai titik

maksimum menyebabkan semakin jauh hasil lompatan (Nala, 2011).

5. Kebugaran fisik, sangat diperlukan oleh setiap individu sehingga aktivitas

dapat dilakukan dengan baik (Hairy, 2009). Kebugaran fisik berhubungan

erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik

seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya (Sukarman, 2006).

Kebugaran fisik dapat diukur dengan berlari secepat-cepatnya sejauh 2,4

km yang dinyatakan dalam waktu tempuh, satuan menit, ketelitian 0,01

menit. Penilaian kebugaran fisik untuk putra dan putri berdasarkan umur

terlihat pada Tabel 2.1 (Ananto dkk, 2000).

6. Teknik. Teknik sangat menentukan hasil lompatan. Tanpa penguasaan

teknik yang memadai sulit untuk memperoleh prestasi yang diharapkan.

Teknik tersebut mulai dari ancang-ancang, tingal landas, fase melayang,

dan pendaratan. Dalam penelitian ini semua sampel dianggap mempunyai

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

36

teknik yang sama karena semua sampel sebelumnya belum pernah

diajarkan pelatihan teknik. Dan sebelum pengambilan data diajarkan

teknik dasar dengan volume, waktu dan teknik yang sama dan telah dicoba

dengan kesempatan yang sama setiap sampel (Nala, 2011).

Tabel 2.1 Penilaian tes lari 2,4 km Cooper. Dikutip dari : Ananto dkk, 2000.

Kesegaran Jasmani dan Kesehatan Mental

Kategori Pa/Pi 13-19

Tahun

20-29

Tahun

30-39

Tahun

40-49

Tahun

50-59

Tahun > 60 th

Jelek

sekali

Pa

Pi

>15:31

>18:31

> 16:01

> 19:01

> 16;31

> 19:31

> 17:31

> 20:01

> 19:01

> 20:31

> 20:01

> 21:01

Jelek Pa

Pi

12:11-

15:30

16:55-

18:30

14:01-

16:00

18:31-

19:00

14:44-

16:20

19:01-

19:30

15:36-

17:30

19:31-

20:00

17:01-

19:00

20:01-

20:30

19:01-

20:00

21:00-

21:31

Sedang Pa

Pi

10:49-

12:10

14:31-

16:54

12:01-

14:00

15:55-

18:30

12:31-

14:45

16:31-

19:00

13:01-

15:35

17:31-

19:30

14:31-

17:00

19:01-

20:00

16:16-

19:10

19:31-

20:30

Baik Pa

Pi

09:41-

10:48

12:30-

14:30

10:46-

12:00

13:31-

15:54

11:01-

12:30

14:31-

16:30

11:31-

13:00

15:56-

17:30

12:31-

14:30

16:31-

19:00

14:00-

15:25

17:31-

19:30

Baik

sekali

Pa

Pi

08:37-

0940

11:50-

12:29

09:45-

10:45

12:30-

13:30

10:00-

11:00

13:00-

14:30

10:30-

11:30

13:45-

15:55

11:00-

12:30

14:30-

16:30

11:15-

13:59

16:31-

17:30

Luar biasa Pa

Pi

< 08:37

< 11:50

< 0945

< 12:30

< 10:00

< 13:00

< 10:30

< 13:45

< 11:00

< 14:30

< 11:30

< 16:30

7. Genetik, bersifat pembawaan yang sering kal;i ikut berperan dalam

penampilan fisik seperti proporsi tubuh, karakter, psikologis, otot putih

dan otot merah dan suku (Baley, 2006). Pengaruh genetik terhadap

kecepatan, kekuatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan

komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot

merah. Atlet yang memiliki lebih banyak serabut otot putih, lebih mampu

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

37

untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan atlet yang

lebih banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan

kegiatan yang bersifat aerobik. Dengan demikian faktor genetik juga

berpengaruh terhadap hasil lompatan.

2.8.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlet. Faktor

tersebut menyangkut; suhu dan kelembaban lingkungan, arah dan kecepatan

angin, dan ketinggian tempat.

1. Suhu dan kelembaban relatif udara. Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim

(dingin atau panas) akan mempengaruhi aktivitas kerja otot . Pelatihan

yang dilakukan pada suhu yang sangat panas dapat menyebabkan atlet

mengalami dehidrasi, jika tidak dimbangi dengan pemberian cairan akan

berpengaruh terhadap konsentrasi cairan tubuh yang akan berdampak pada

kelelahan. Sebaliknya pelatihan yang dilakukan pada suhu yang sangat

dingin akan menyebabkan atlet sulit mempertahankan panas sehingga

dapat mengalami cramps. Pada umumnya orang Indonesia beraklimatisasi

pada suhu tropis 29-30ºC dengan kelembaban relatif bervariasi antara 85-

95%. Bila atlet biasa berlatih pada suhu kering sebesar 29ºC kemudian

akan bertanding pada tempat panas dengan temperatur lebih tinggi, maka

harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan selama 12-14 hari dan bila

temperatur tempat bertanding lebih kecil dibandingkan tempat latihan

penyesuaian hanya beberapa hari saja. Penyesuaian ini dilakukan dengan

cara berlatih di tempat bertanding dalam waktu tertentu atau membuat

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

38

ruangan tempat berlatih yang suhunya sama dengan tempat bertanding

(Berger, 2008). Penurunan atau peningkatan temperatur kering udara

secara langsung akan mempengaruhi kelembaban relatif udara dengan

perbandingan berbanding terbalik (Kanginan, 2000). Perubahan ini akan

mempengaruhi penampilan fisik atlet bila berada diluar batas kenyamanan.

Menurut Manuaba (2003) batas kenyamanan bagi orang Indonesia berkisar

antara 70-80%. Oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan pada

tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan tempat dan waktu

penelitian.

2. Kecepatan angin. Kecepatan angin yang terlalu tinggi dari arah yang

berlawanan akan dapat menghambat aktivitas sehingga akan

mempengaruhi hasil lompatan. Dalam Penelitian ini arah dan kecepatan

angin dalam batas toleransi, diharapkan pengaruhnya dapat ditekan

sekecil-kecilnya (Nala, 2011).

3. Ketinggian tempat. Ketinggian suatu tempat akan mempengaruhi kinerja

atlet. Semakin tinggi suatu tempat makan akan semakin rendah kadar

oksigennya. Kondisi ini akan membutuhkan adaptasi yang lebih baik dari

atlet yang sedang berlatih (Pate dkk, 2007).

2.9 Pelatihan Lari Lompat Rintangan (Kardus)

Takaran pelatihan untuk meningkatkan otot dalam upaya meningkatkan

komponen daya ledak menurut Nala (2002) antara lain : repitisi (ulangan) 1 – 5

kali, set terdiri dari 3 - 5 set bagi pemula atau 5 - 8 set bagi atlet terlatih dengan

istirahat antar set 2 - 5 menit, dan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

39

Pelatihan berlangsung selama enam minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu

(Senin, Rabu, Jumat). Menurut Pate dkk. (2007), pelatihan yang berlangsung

selama 6 – 8 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet yaitu

mengalami peningkatan 10 – 20%, maka sebaiknya evaluasi dilaksanakan setelah

6 – 8 minggu pelatihan.

Model pelatihan yang dipilih dalam suatu program pelatihan hendaknya

disesuaikan dengan tujuan, metode dan isi simulasi serta sejalan dengan apa yang

akan dihadapi dalam pertandingan (Nala, 2002). Selanjutnya Bernhard (1993)

mengemukakan persiapan lompatan merupakan fase yang terpenting untuk

mendapatkan hasil yang baik yang diperoleh dari kecepatan horizontal dan

kekuatan.

Komponen biomotorik yang dominan pada nomor lompat jauh ini adalah

daya ledak. Daya ledak adalah perpaduan kekuatan dan kecepatan. Untuk

mendapatkan daya ledak yang baik maka kekuatan dan kecepatan harus baik.

Daya ledak sering pula disebut kekuatan eksplosif, ditandai dengan

adanya gerakan atau perubahan tiba-tiba yang cepat, dimana tubuh terdorong ke

atas atau vertikal baik dengan cara melompat (satu kaki menapak) ataupun

meloncat (dua kaki menapak), atau terdorong ke depan horizontal dengan

mengerahkan otot maksimal (Nala, 2011). Sedangkan pada nomor lompat jauh

memerlukan daya ledak dimana tubuh terdorong ke depan horizontal.

2.10 Sistem Energi

Dasar dalam penyusunan program pelatihan adalah mengetahui sistem

energi yang utama digunakan yang dikenal dengan istilah sistem energi

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

40

predominan. Pengetahuan ini perlu untuk menentukan model pelatihan yang dapat

berpengaruh terhadap sistem energi yang dibutuhkan. Sistem energi dalam tubuh

manusia dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu: Sistem ATP – PC (phospat

creatin), Sistem Asam Laktat dan Sistem Aerobik (Fox dkk, 2008).

Energi dapat dibedakan menjadi dua yaitu energi kinetik dan energi

potensial. Energi kinetik adalah energi yang berhubungan dengan obyek karena

menghasilkan gerakan. Sedangkan energi potensial adalah yang berhubungan

dengan subjek, karena struktur dan potensinya. Makanan yang dikomsumsi tidak

dapat langsung digunakan untuk kontraksi otot. Oleh karena itu harus diubah

menjadi energi kimia yang berbentuk ATP.

Selain digunakan untuk kontraksi otot, ATP juga digunakan untuk proses-

proses lain yang vital bagi kehidupan manusia seperti sintesis protein, transport

aktif dan aktivitas metabolisme. Apabila ATP pecah menjadi ADP dan Pi, maka

sejumlah energi akan dikeluarkan, energi ini merupakan sumber tenaga yang

dapat digunakan untuk kontraksi. Apabila salah satu senyawa dilepaskan dari

ATP maka akan keluar energi sebesar 7 – 12 Kcal (Fox dkk, 2008).

Pengklasifikasian pemakaian energi berdasarkan aktivitas olahraga

dikemukakan oleh Fox (2008) sebagai berikut :

1. Pemakaian energi lebih kecil dari 30 detik, menggunakan sistem ATP-KP

(Sistem Phospagen).

2. Pemakaian energi antara 30 – 90 detik, menggunakan sistem ATP-KP dan

asam laktat.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdfUntuk seorang pemula jarak lari cukup 20-25 meter saja, sedangkan untuk yang sudah berpengalaman dapat ditingkatkan sampai 30-45 meter,

41

3. Pemakaian energi antara 90 – 180 detik, menggunakan sistem asam laktat dan

oksigen.

4. Pemakaian energi lebih besar dari 180 detik, menggunakan sistem oksigen.

Penampilan seorang atlet dikatakan oleh Carr (2007) sangat tergantung

dari penampilannya menggunakan energi yang dihasilkan melalui proses

metabolisme energi.