BAB II KAJIAN PUSTAKA - Politeknik Negeri...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - Politeknik Negeri...
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Analisis Struktur
Analisis struktur bertujuan untuk mengetahui gaya-gaya dalam, reaksi
perletakan, dan perpindahan yang terjadi akibat pembebanan. Sebelum dilakukan
analisis struktur dibutuhkan pengumpulan informasi tentang perencanaan struktur
seperti:
a. Data-data arsitek
b. Data beban
c. Data material
Perhitungan struktur digunakan untuk mendapatkan gaya-gaya dalam pada
komponen struktur yang akan digunakan pada analisis struktur.
2.2 Sistem Struktur Portal (Rangka Ruang)
Sistem portal (rangka ruang) merupakan sistem rangka dimana struktur
tersebut terdiri dari balok yang langsung ditumpu ke kolom. Sistem portal biasa
digunakan untuk analisis struktur pada bangunan yang menahan beban gravitasi
dan lateral akibat gempa. Sistem ini memanfaatkan kekakuan balok-balok utama
dan kolom.
2.3 Komponen Struktur
Didalam suatu gedung terdapat komponen-komonen struktur yang terdiri
dari kolom, balok dan pelat lantai. Komponen-komponen tersebut adalah bagian
yang penting dalam suatu gedung untuk menyebarkan beban dari tiap lantai ke
lantai lainnya.
2.3.1 Kolom
Kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok dan pelat lantai. Kolom merupakan elemen struktur yang
memiliki peranan penting dari suatu bangunan. Kolom termasuk struktur
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 6
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban-beban baik itu beban
hidup serta beban hembusan angin.
2.3.2 Balok
Balok merupakan komponen struktur yang berfungsi untuk meratakan
beban pelat atau dinding dan sebagai pengikat antar kolom. Seluruh
beban yang diterima balok akan dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya
ke pondasi bangunan.
2.3.3 Pelat Lantai
Pelat lantai adalah elemen struktur yang berada di atas balok yang
berfungsi untuk menerima beban mati dan beban hidup yang ada
diatasnya.
2.4 Pemodelan Struktur 3D
Pemodelan struktur merupakan penyederhanaan bentuk bangunan kedalam
suatu sistem untuk mempermudah dalam perhitungan gaya-gaya dalam yang
terjadi. Proses pemodelan disesuaikan dengan jenis perhitungan yang digunakan
untuk menghindari kesalahan. Dasar-dasar yang digunakan yaitu:
a. Penentuan sumbu global
b. Penentuan koordinat titik
c. Penentuan elemen-elemen struktur
d. Penentuan perletakan bangunan
e. Penentuan dimensi struktur
f. Penentuan kondisi dan beban yang bekerja.
2.5 Pembebanan Struktur
Sebelum menganalisis suatu struktur, dihitung besar beban yang akan
diterima oleh suatu struktur tersebut, yang didasarkan pada peraturan Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 7
Dalam suatu struktur, beban-beban dibedakan berdasarkan sifat statis dan
dinamis.
2.5.1 Beban Statis
Beban statis adalah beban yang bekerja tidak tergantung pada waktu.
Beban statis ini dapat berupa beban hidup dan beban mati.
a. Beban Hidup
Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban
pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah.
Beban hidup terdiri atas beban manusia, mesin-mesin, peralatan,
material yang disimpan, dan beban-beban lainnya.
b. Beban Mati
Beban mati merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya
tidak berubah selama usia penggunaan bangunan. Beban ini bekerja
vertikal ke bawah (akibat gravitasi).
- Beban mati struktural terdiri atas berat sendiri struktur seperti
balok, kolom, pelat lantai, dan sebagainya.
- Beban mati non struktural terdiri atas beban luar yang bekerja
pada struktur seperti dinding bata, keramik, finishing lantai,
utilitas bangunan, akibat atap.
2.5.2 Beban Dinamis
Sedangkan beban dinamis adalah beban yang bekerja secara tiba-tiba
pada suatu struktur dan merupakan fungsi waktu. Beban dinamis ini
dapat berupa beban gempa.
a. Beban Gempa
Besarnya beban gempa sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya
yang acak. Gerakan yang diakibatkan gempa tersebut berperilaku
tiga dimensi.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 8
Beban gempa pada struktur gedung dihitung berdasarkan SK SNI
03-1726-2002 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
bangunan gedung.
- Beban gempa statik ekivalen
Beban statik ekivalen adalah suatu representasi dari beban gempa
setelah disederhanakan dan dimodifikasi, yang mana gaya inersia
yang bekerja pada suatu massa akibat gempa disederhanakan
menjadi ekivalen beban statik.
- Beban gempa dinamik
Beban gempa dinamik yaitu beban yang berubah-ubah menurut
waktu (time varying) dan umumnya hanya bekerja pada rentang
waktu tertentu.
2.6 Metode Analisis
Metode analisis dinamik adalah suatu cara untuk menentukan riwayat waktu
respons dinamik struktur bangunan gedung tiga dimensi yang berperilaku elastik
pada taraf pembebanan gempa nominal sebagai data masukan dimana respons
dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dihitung dengan metode integrasi
langsung atau dapat juga melalui analisa respon ragam.
Metode analisis statik ekivalen adalah suatu cara analisis statik tiga dimensi
linier dengan meninjau beban-beban gempa statik ekivalen, sehubungan dengan
sifat struktur bangunan gedung beraturan yang praktis berperilaku sebagai struktur
dua dimensi, sehingga respon dinamiknya praktis hanya ditentukan oleh respon
ragam yang pertama dan dapat ditampilkan sebagai akibat dari beban gempa statik
ekivalen.
Berdasarkan SNI Gempa (BSN, 2002), perhitungan pengaruh beban gempa
pada struktur dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis,
diantaranya yaitu metode analisis statik ekivalen dan metode analisis dinamik.
Pemilihan metode analisis yang paling sesuai sangat tergantung pada karakteristik
struktur gedung yang akan direncanakan.
Beban statik ekivalen adalah suatu representasi dari beban gempa setelah
disederhanakan dan dimodifikasi, yang mana gaya inersia yang berkerja pada
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 9
suatu massa akibat gempa disederhanakan menjadi ekivalen beban statik. Jadi
beban statik ekivalen adalah beban yang ekuivalen dengan beban gempa yang
membebani bangunan dalam batas-batas tertentu sehingga tidak terjadi overstress
pada bangunan yang bersangkutan. Karena sifat struktur gedung yang beraturan,
maka perhitungan pengaruh beban gempa dapat dilakukan dengan analisis beban
gempa statik ekivalen, dimana pengaruh dinamis beban gempa hanya ditentukan
oleh respon struktur ragam pertama.
Perencanaan struktur bangunan tahan gempa bertujuan untuk mencegah
terjadinya keruntuhan struktur yang dapat berakibat fatal pada saat terjadi gempa.
Berdasarkan SNI Gempa, yaitu SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002), kinerja struktur
pada waktu menerima beban gempa dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Iswandi, 2009):
a. Akibat gempa ringan, struktur bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik
pada elemen strukturalnya maupun pada elemen non struktural.
b. Akibat gempa sedang, elemen struktural bangunan tidak boleh rusak tetapi
elemen nonstrukturalnya boleh mengalami kerusakan ringan, namun struktur
bangunan masih dapat dipergunakan.
c. Akibat gempa besar, baik elemen struktural maupun elemen nonstruktural
bangunan akan mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan tidak boleh
runtuh.
Berdasarkan SNI Gempa, gempa ringan didefinisikan sebagai gempa
dengan kemungkinan terlampaui sebesar 60% dalam rentang umur layan
bangunan selama 50 tahun. Gempa sedang ditetapkan sebagai gempa dengan
kemungkinan terlampaui sebesar 50% rentang umur layan bangunan 50 tahun,
dengan perioda ulang 75 tahun atau gempa yang kadang-kadang terjadi. Dan
untuk gempa besar ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui
sebesar 10% rentang umur layan bangunan 50 tahun dengan perioda ulang 500
tahun atau gempa yang jarang terjadi.
Bergetarnya bangunan akibat gempa kemudian disederhanakan seolah-olah
terdapat gaya horisontal yang bekerja pada massa bangunan. Apabila bangunan
mempunyai banyak massa maka terdapat banyak gaya horisontal yang masing-
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 10
masing bekerja pada massa-massa tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam analisis gedung ini menggunakan metoda statik ekivalen.
Metoda Analisis Statik Ekivalen
Pemilihan metoda analisis statik ekivalen berdasarkan pada karakteristik
suatu gedung yang akan direncanakan. Karena sifat struktur gedung yang
beraturan, maka pengaruh beban gempa dapat dilakukan dengan analisis beban
gempa statik ekivalen, dimanapengaruh beban gempa hanya ditentukan oleh
respon struktur ragam pertama.
Berdasarkan SNI Gempa, beban gempa nominal, dalam bentuk beban geser
dasar pada struktur bangunan dapat dihitung dengan pendekatan analisis statik
ekivalen. Beban geser dasar nominal dalam hal ini dihitung sebagai:
(2.1)
Dimana:
V = beban geser nominal statik ekivalen
C1 = nilai faktor respon spectrum
I = faktor keutamaan bangunan
Wt = berat total bangunan
R = faktor reduksi gempa
Dalam analisis statik ekivalen, beban geser dasar gempa nominal V harus
dibagikan di sepanjang tinggi struktur menjadi beban gempa nominal statik
ekivalen Fi yang bekerja pada pusat massa lantai di tingkat ke-i, yaitu:
∑
(2.2)
Dimana:
Wi = berat lantai tingkat ke –i termasuk beban hidup yang sesuai
Zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
n = nomor lantai tingkat paling atas
V = beban geser dasar nominal
Adapun faktor-faktor yang diperlukan untuk menghitung beban gempa
nominal statik ekivalen yaitu sebagai berikut:
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 11
a. Berat stuktur
b. Waktu getar empiris
c. Faktor keutamaan struktur
d. Faktor reduksi gempa
e. Faktor respon gempa
f. Beban geser nominal
g. Beban gempa nominal
Dan dijelaskan sebagai berikut :
a. Menghitung Berat Struktur (Wt)
Langkah pertama dalam menganalisis struktur dengan metoda statik ekivalen,
kita harus menghitung berat struktur itu sendiri. Yang nantinya berat struktur
akan dijadikan beban gempa dengan arah lateral. Penghitungan berat struktur
dimulai dengan menghitung volume keseluruhan menurut lantainya. Dan
jugabeban hidup yang di asumsikan dan beban super impose dead load (SDL)
yang di hitung dari berat ME, plafon, keramik dan lain-lain yang bersifat non
struktural.
b. Waktu Getar Empiris (T)
Berdasarkan SNI Gempa, waktu getar alami struktur bangunan gedung dapat
dihitung dengan analisis vibrasi bebas 3 dimensi atau diestimasi dengan
menggunakan persamaan-persamaan empiris. Berdasarkan UBC-2005, nilai
waktu getar alami struktur dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan-
persamaan empiris berikut:
- Sistem struktur portal beton bertulang
Tex = Tey = T = 0,073 H 3/4 (2.3)
- Sistem struktur portal baja dan shearwall
Tex = Tey = T = 0,0488 H3/4 (2.4)
c. Faktor Keutamaan Struktur (I)
I = I1 + I2 (2.5)
Dengan I1 adalah faktor untuk penyesuaian periode ulang gempa terkait
dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur layan
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 12
bangunan, dan I2 adalah faktor untuk penyesuaian periode ulang gempa
terkait dengan penyesuaian umur layan gedung. Bangunan-bangunan
landmark yang bersifat monumental biasanya direncanakan memiliki umur
layan yang lebih panjang daripada umur layan bangunan standar.
Tabel 2.1 Tabel Faktor Keutamaan Gedung (SNI 03 – 1726 – 2002 hal. 7)
Kategori Gedung Faktor Keutamaan
I1 I2 I3
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan
perkantoran 1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat
penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak
bumi, asam, dan bahan beracun 1,6 1,0 1,6
Cerobong tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
d. Faktor Reduksi Gempa (R)
1,6 ≤ R = μ f1 ≤ Rm (2.6)
Dimana: R = Faktor reduksi gempa
μ = Nilai rasio daktilitas perpindahan struktur
Rm = Faktor Reduksi maksimum
f1 = Gabungan kuat lebih desain dan bahan, yang nilainya
ditetapkan 1,6
Konsekuensi diadopsinya nilai R tertentu untuk suatu struktur bangunan
adalah pada saat terjadi proses plastifikasi, struktur bangunan tersebut harus
mampu memberikan deformasi maksimum sebesar paling tidak R/1,6 kali
lebih besar daripada deformasi struktur di saat mengalami kelelehan
signifikan pertama, tanpa mengalami keruntuhan.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 13
Nilai kuat lebih total struktur ini pada dasarnya merupakan fungsi daripada
kuat lebih desain, kuat lebih bahan, dan kuat lebih sistem struktur. Nilai kuat
lebih desain diperoleh diantaranya dari nilai faktor reduksi dan faktor beban
yang digunakan dalam perencanaan serta dari praktik pembulatan hasil
hitungan yang umum dilakukan dalam suatu pekerjaan desain. Tabel 2.2 Tabel faktor modifikasi respon maksimum, struktur untuk beberapa jenis sistem dan subsistem
struktur gedung (SNI 03 – 1726 – 2002, hal. 12)
Keterangan: Karena Sistem dan subsistem struktur gedung yang digunakan Sistem Rangka Pemikul
Momen Menengah jadi tabel yang ditunjukan hanya bagian Sistem Struktur Rangka
Pemikul Momen Menengah saja.
e. Faktor Respon Gempa (C)
Faktor respon gempa dipengaruhi oleh kekerasan tanah itu sendiri. Karena
gaya gempa bergerak melalui tanah. Faktor respon gempa juga dipengaruhi
oleh wilayah gempa. Wilayah gempa dibagi menjadi 6 wilayah gempa. Setiap
wilayah gempa juga memiliki kurva, dari kurva tersebut kita dapat
menentukan faktor respon gempa (C). Berikut adalah tabel faktor respon
gempa berdasarkan wilayahnya :
Sistem dan subsistem struktur gedung Uraian sistem pemikul beban gempa μmRm
Pers. (6)f Pers.(39)
1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK) a. Baja 5,2 8,5 2,8 b. Beton Bertulang 5,2 8,5 2,82. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3,3 5,5 2,83. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB) a. Baja 2,7 4,5 2,8 b. Beton Bertulang 2,1 3,5 2,84. Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK) 4,0 6,5 2,8
3. Sistem rangka pemikul momen (sistem struktur yang pada dasarnya
memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral
dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 14
Gambar 2.1 Peta Gempa Indonesia (SNI 03 – 1726 – 2002 hal. 19)
Pada peta zonasi gempa dalam peraturan gempa yang berlaku (SNI 03-1726-
2002), Indonesia dibagi atas 6 zona kegempaan, yaitu zona gempa 1 dan 2
(wilayah dengan risiko atau kerawanan gempa rendah), zona gempa 3 dan 4
(wilayah dengan risiko gempa menengah) dan zona gempa 5 dan 6 (wilayah
dengan risiko gempa tinggi).
Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah sistem rangka ruang dimana
komponen-komponen struktur balok, kolom, dan join-joinnya menahan gaya-
gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser, dan aksial. SRPM dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Iswandi, 2009):
a. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB): suatu sistem rangka
yang memenuhi ketentuan-ketentuan pasal 3 hingga pasal 20 SNI (03-
2847-2002. Sistem rangka ini pada dasarnya memiliki tingkat daktilitas
terbatas dan hanya cocok digunakan di daerah dengan risiko gempa yang
rendah (Zona 1 dan 2).
b. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM): Suatu sistem
rangka yang selain memenuhi ketentuan-ketentuan untuk rangka pemikul
momen biasa juga memenuhi ketentuan-ketentuan detailing Pasal
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 15
23.2(2(3)) dan 23.10. Sistem ini pada dasarnya memiliki tingkat daktilitas
sedang dan dapat digunakan di zona 1 hingga zona 4.
c. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK): Suatu sistem rangka
yang selain memenuhi ketentuan-ketentuan untuk rangka pemikul momen
biasa juga memnuhi ketentuan-ketentuan 23.2 sampai dengan 23.5. Sistem
ini memiliki tingkat daktilitas penuh dan wajib digunakan di zona 5 dan 6.
Peta gempa di atas adalah zona-zona gempa yang ada di Indonesia,
dimana Indonesia merupakan negara yang memiliki titik-titik kerawanan
gempa yang paling banyak. Di Indonesia hanya pulau Kalimantan yang
tidak memiliki titik-titik gempa, sedangkan pulau Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Bali dan Irian Jaya memiliki titik-titik gempa yang cukup
banyak. Dan untuk Bandung terletak pada wilayah gempa zona 4 (empat).
Pada peta gempa diatas juga diperlihatkan juga nilai percepatan puncak
dibatuan dasar untuk masing-masing wilayah, di mana nilai percepatan
puncak tersebut menggambarkan parameter gempa rencana yang harus
diperhatikan dalam perencanaan. Tergantung pada jenis tanah di lokasi
tempat bangunan yang didesain berada, nilai percepatan puncak di batuan
dasar diamplifikasi dengan nilai tertentu untuk mendapatkan nilai
percepatan di permukaan tanah (Ao). Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah
keras, tanah sedang, dan tanah lunak, apabila untuk lapisan setebal
maksimum 3 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
Tabel 2.3 (BSN, 2002).
Tabel 2.3 Jenis-jenis Tanah (SNI 03 – 1726 – 2002, hal 15)
Jenis tanah
Kecepatan rambat
gelombang geser rata-rata
Vs (m/det)
Nilai hasil Test
Penetrasi Standar rata-
rata N
Kuat geser niralir rata-
rata Su (kPa)
Tanah Keras Vs ≥ 350 N ≥ 50 Su ≥ 100
Tanah Sedang 175 ≤ Vs < 350 15 ≤ N < 50 50 ≤ Su < 100
Vs < 175 N < 15 Su < 50
Tanah Khusus
Tanah Lunak atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan
PI > 20, Wn ≥ 40 % dan Su < 25 kPa
Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 16
Gambar 2.2 Gambar faktor respon gempa menurut wilayah (SNI 03 – 1726 – 2002, hal. 21)
f. Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V)
(2.7)
Dimana:
V = beban geser nominal statik ekuivalen
C1 = nilai faktor respon spectrum
I = faktor keutamaan bangunan
Wt = berat total bangunan
R = faktor reduksi gempa
Dengan Wt = berat total gedung, termasuk sebagian beban hidup yang bersifat
tetap. Porsi beban hidup yang dianggap tetap pada dasarnya sangat
bergantung pada fungsi bangunan. Untuk bangunan perkantoran dan
pemukiman, porsi beban hidup yang bersifat tetap dapat diambil sebesar 25%
hingga 30% beban hidup total.
g. Beban Gempa Nominal Statik Ekuivalen (Fi)
∑
(2.8)
Dimana:
Wi = berat lantai tingkat ke –i termasuk beban hidup yang sesuai
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 17
Zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
n = nomor lantai tingkat paling atas
V = beban geser dasar nominal
Distribusi beban Fi diatas memiliki pola distribusi segitiga, dengan nilai
Fi yang mebesar ke arah puncak gedung secara linear. Distribusi ini
menggambarkan pola distribusi beban pada struktur gedung yang perilaku
dinamisnya didominasi oleh respon ragam translasi pertama. Secara teoritis,
distribusi linear tersebut hanya akan dicapai bila respon ragam translasi
pertama memiliki partisipasi massa 90%.
Apabila rasio tinggi struktur dan ukuran denah dalam arah pembebanan
gempa yang ditinjau lebih besar dari 3, maka beban horisontal terpusat
sebesar 0,1V harus diaplikasikan pada pusat massa lantai paling atas. Sisanya,
yaitu 0,9V, harus dibagikan di sepanjang tinggi struktur.
2.7 Preliminary Design
Preliminary Design (perencanaan awal) dilakukan untuk mendapatkan
dimensi awal yang digunakan untuk perancangan struktur sesuai dengan SNI 03-
2874-2002 tentang “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung”. Perencanaan awal yang dilakukan meliputi elemen struktur kolom,
balok dan lantai.
2.7.1 Preliminary Design Pelat Lantai
a. Sesuai pasal 23.4(1) SNI 03-2874-2002 untuk komponen struktur
yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial. Menetukan β dan
hmin
2
1
n
n
(2.9)
9361500
8.01min
fy
h n (2.10)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 18
dengan : ℓn1 = bentang bersih terpanjang, diukur dari muka
kolom dan atau balok.
ℓn2 = bentang bersih terpendek, diukur dari muka kolom
dan atau balok
β = rasio panjang bentang bersih terpanjang dengan
panjang bentang bersih terpendek.
fy = tegangan leleh baja (MPa)
h = tebal pelat (mm)
b. Menentukan tebal pelat awal dengan h>h min
c. Menetukan jarak titik berat, inersia balok den inersia pelat
∑
∑ (2.11)
Ibp = (
x b x hb
3) + (A x d2)
Ip =
x L x hp
3 (2.12)
dengan : ў = jarak antar berat penampang total (mm)
A = luas penampang (mm2)
y = jarak titik berat penampang total ke serat terluar
(mm)
Ibp = momen inersia balok (mm4)
Ip = momen inersia pelat (mm4)
b = lebar penampang balok (mm)
hb = tinggi penampang balok (mm)
hp = tinggi penampang pelat
L = setengah lebar pelat pada sisi kiri dan kanan atau atas
dan bawah balok yang ditinjau (mm).
D = jarak titik berat penampang total ke titik berat
penampang yang ditinjau (mm)
d. Menentukan αm
αi =Ebi Ibi / Ept Ipt (2.13)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 19
dengan :αi = rasio kekakuan lentur balok terhadap kekakuan lentur
pelat
αm = harga rata-rata dari perbandingan kekakuan lentur
balok terhadap kekakuan lentur pelat pada ke empat
sisinya.
Ebi = Epi = modulus elastisitas beton = 4700 √
e. Mengecek ketebalan pelat yang digunakan
- Untuk αm ≥ 0,2
- Untuk 0,2 < αm ≤ 2,0
- Nilai αm> 2,0
2.7.2 Preliminary Design Balok
Sesuai Tabel 8 pasal 11.5 SNI 03-2847-2002 untuk komponen struktur
balok minimum, h adalah:
Untuk balok dengan satu ujung menerus:
hmin =
(2.14)
untuk balok denga kedua ujung menerus:
hmin =
(2.15)
Dimana:
b/h ≥ 0,3
2.7.3 Preliminary Design Kolom
Sesuai pasal 23.4 (1) SNI 03-2847-2002 untuk komponen struktur yang
menentukan kombinasi lentur dan beban aksial adalah:
bmin = 300 mm dan
≥ 0,4 (2.16)
dengan : b = dimensi penampang terkecil (mm)
h = dimensi penampang yang tegak lurus penampang terkecil
(mm)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 20
2.8 Perancangan Komponen Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM)
Penulangan komponen SRPMM harus memenuhi ketentuan-ketentuan
detailing balok SRPMM bila beban aksial tekan terfaktor pada komponen struktur
melebihi Agfc’ / 10, maka ketentuan kolom SRPMM harus dipenuhi kecuali bila
komponen struktur kolom diberi tulangan spiral minimum.
Bila konstruksi pelat dua arah tanpa balok digunakan sebagai bagian dari
sistem rangka pemikul beban lateral, maka detail penulangannya harus memenuhi
ketentuan detailing pelat SRPMM.
2.8.1 Kuat Geser Rencana
Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi pelat dua arah
pada struktur SRPMM diambil sebagai nilai terbesar dari dua kondisi
berikut ini.
- Jumlah gaya lintang akibat termobilisasinya kuat lentur nominal
komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya
lintang akibat beban gravitasi terfaktor (lihat Gambar 2.3).
- Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana
termasuk pengaruh beban gempa, E, dengan nilai E diambil sebesar
dua kali nilai yang ditentukan dalam SNI Gempa.
2.8.2 Persyaratan Detailing Komponen Lentur SRPMM
Sama seperti halnya pada komponen struktur SRPMK, pada
komponen struktur SRPMM juga berlaku beberapa persyaratan untuk
penulangan lentur, diantaranya:
a. Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus lebih besar dari
sepertiga (1/3) kuat lentur negatifnya.
b. Kuat lentur negatif dan positif pada setiap irisan penampang di
sepanjang bentang harus lebih besar dari seperlima (1/5) kuat lentur
yang terbesar yang disediakan pada kedua ujung balok tersebut.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 21
Gambar 2.3 Gaya Geser Rencana pada SRPMM
Untuk tulangan transversal, beberapa ketentuan di bawah ini harus
dipenuhi, yaitu:
Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak
dua kali tinggi komponen struktur dari muka perletakan. Sengkang
pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 50 mm dari muka
perletakan. Spasi maksimum sengkang di daerah ini tidak boleh
melebihi:
- d/4
- delapan (8) kali diameter tulangan longitudinal terkecil,
- 24 kali diameter sengkang, dan
- 300 mm.
Sengkang di luar daerah ujung balok harus dipasang dengan spasi
maksimum d/2.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 22
2.8.3 Persyaratan Detailing Komponen Kolom dan Join SRPMM
Beberapa ketentuan detailing untuk komponen struktur kolom dan
join SRPMM dapat dilihat dalam bagian berikut ini.
a. Spasi maksimum, so, tulangan sengkang yang dipasang di sepanjang
lo dari muka hubungan balok-kolom tidak boleh melebihi:
delapan (8) kali diameter tulangan longitudinal terkecil,
24 kali diameter sengkang ikat,
Setengah dimensi penampang terkecil kolom, dan
300 mm
b. Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak ≤ 0,5so dari muka
hubungan balok-kolom.
c. Tulangan sengkang pada hubungan balok-kolom harus memenuhi
syarat tulangan geser minimum berdasarkan SNI 03-2847-02 Pasal 13.
d. Spasi sengkang ikat pada penampang kolom tidak boleh melebihi 2so.
e. Panjang lo harus diambil sebagai nilai terbesar dari:
Seperenam (1/6) tinggi bersih kolom,
Dimensi terbesar penampang kolom, dan
500 mm.
2.9 Perancangan Komponen Struktur Terhadap Lentur
Komponen struktur yang menerima lentur pada umumnya adalah balok dan
pelat. Karena komponen struktur direncanakan memikul gaya-gaya yang
diakibatkan oleh gempa, maka diperlukan ketentuan khusus untuk perencanaan
gempa.
2.9.1 Penulangan Balok
Balok merupakan komponen struktur yang berfungsi untuk
meratakan beban plat atau dinding dan sebagai pengikat antar kolom.
Seluruh beban yang diterima balok akan dilimpahkan ke kolom dan
selanjutnya ke pondasi bangunan.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 23
Perencanaan balok dimulai dari penentuan dimensi, asumsi
diameter tulangan utama yang digunakan, serta tulangan geser agar dapat
menahan beban-beban yang telah direncanakan. Tulangan utama balok
terdiri dari tulangan tekan dan tulangan tarik. Tulangan tarik pada balok
adalah tulangan yang dipasang pada bagian balok yang tertarik, atau
bagian balok yang menahan gaya tarik. Adapun asumsi yang digunakan
dalam perencanaan penulanan balok menggunakan diagram regangan dan
tegangan pada saat balok menerima beban.
Adapun perhitungan nilai Asperlu suatu tulangan lentur balok dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Mengasumsikan dimensi balok dan diameter tulangan utama balok
b. d = h – p – (0,5Dutama) – Ds (2.17)
c. d’ = p + 0,5Dutana + Ds (2.18)
d. Kontrol rasio penulangan
Luas tulangan minimum
dbffc
As wy4
'
min
(2.19)
Tidak boleh kurang dari:
dbf
As wy
4,1min
(2.20)
Luas tulangan maksimum
bdAs b75,0max (2.21)
bdAs 025,0max (2.22)
e. Menentukan nilai Rn dan m dengan persamaan:
285,0 dbM
Rw
un
(2.23)
'85,0 c
y
ff
m
(2.24)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 24
f. Menentukan luas tulangan perlu As menggunakan persamaan:
bdfy
mRnm
As perlu
2111
(2.25)
As ≤ Asmaks perencanaan tulangan tunggal
As ≥ Asmaks perencanaan tulangan ganda/rangkap
Perencanaan tulangan lentur balok menggunakan perencanaan
balok ganda
Perencanaan tulangan lentur suatu balok dengan menggunakan
perencanaan tulangan ganda/rangkap dapat dilakukan dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Penampang, Regangan, dan Tegangan Balok Ganda
a. Mengasumsikan dimensi balok dan diameter tulangan utama balok.
b. ρ-ρ’ = 0,5ρb (2.26)
c. d = h – p – (0,5Dutama) – Dsengkang
d. d’ = p + 0,5Dutana + Dsengkang
e. (As-As’) = (ρ-ρ’).b.d (2.27)
f. Menentukan luas tulangan tekan As’ dengan persamaan
Mn = φ[(As-As’).fy(d-a/2)+As’.fy(d-d’)] (2.28)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 25
Dengan nilai a adalah:
xbxfcfyAsAsa
'85,0)'(
(2.29)
g. Menentukan luas tulangan tarik As
As = As’+(As-As’) (2.30)
h. Kontrol terhadap asumsi tulangan tekan leleh
85,0ac
(2.31)
EsfyEs
cdc
s
003,0'' tulangan tekan sudah leleh (2.32)
EsfyEs
ccd
s
003,0'
tulangan tarik sudah leleh (2.33)
fs’ = εs’xEs > fy nilai fs’=fy (2.34)
Namun jika tidak terpenuhi, maka tulangan tekan belum leleh dan
dilanjutkan pada kemungkinan selanjutnya.
i. Kemungkinan tulangan tekan belum leleh
Menentukan garis netral (C) baru dengan menggunakan rumus:
(0,85x fc’xbxβ1)c2 +(As’x0,003Es – Asfy – 0,85xfc’xAs’)c –
(600d’xAs’) = 0 (2.35)
a = 0,85 x fc’ x b x β1 (2.36)
b = As’ x 0,003Es – Asfy – 0,85 x fc’ x As’ (2.37)
c = -600 x d’ x As’ (2.38)
aacbbC
242
(2.39)
Esxc
dCfs 003,0''
(2.40)
Jika nilai fs’ < fy, maka persamaan diatas dapat dipakai.
j. Cek daktilitas penampang balok
bxdAs
(2.41)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 26
bxdAs''
(2.42)
fyfc
4'
1min (2.43)
fy4,1
2min
(2.44)
fyfs
b''.75,0max dengan nilai (2.45)
fyfs
fyfydfc
b''
)600(600'85,0
(2.46)
k. Setelah terpenuhi daktilitas penampang beton ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks, maka
dilanjutkan pada perhitungan kebutuhan tulangan lentur balok
'AsAsntarik
(2.47)
tulangantekan As
Asn '
(2.48)
l. Kontrol penempatan tulangan
- Diasumsikan agregat terbesar yang digunakan berdiameter 15mm.
- 19 mm
- 25 mm
2.9.2 Perencanaan Tulangan Geser
Perhitugan tulangan geser balok pada kondisi SRPMM dapat
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Nilai Mpr1 dan Mpr2 didapatkan dari tulangan lentur balok akibat gaya
gravitasi.
b. Perhitungan gaya geser pada kondisi SRPMM diperlihatkan oleh
Gambar 2.5.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 27
Gambar 2.5 Perencanaan geser untuk balok
Dimana nilai gaya geser Vu adalah:
LL VugL
MprMprVu
21 (2.49)
RR VugL
MprMprVu
21 (2.50)
Nilai VuL dan VuR didapat dari nilai gaya geser maksimum dengan
beban sebesar 1,2D+1,0L yang kemudian dibandingkan dengan nilai
analisis gaya geser berdasarkan pembesaran dua kali beban gempa yang
ditentukan dalam SNI Gempa (BSN, 2002a).
c. Jarak antar sengkang dapat dihitung dengan langkah - langkah sebagai
berikut:
1. dbfc
Vc 6
'
(2.51)
2. VcVuVs (2.52)
3. Kontrol nilai Vs dengan Vsmaks
xbxdfcVsmaks '32
(2.53)
4. fyxdVs
sAv
(2.54)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 28
Dimana Av adalah luas tulangan sengkang pada jarak s,
dengan diameter sengkang yang telah diasumsikan terlebih dahulu.
fyb
sAv
3min (2.55)
Jika s
Avs
Av min , tulangan geser yang digunakan adalah tulangan
geser minimum.
5. Jarak antar sengkang harus mengikuti persyaratan berdasarkan SNI
03-2847-2002 berikut:
Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm
dari muka tumpuan. Jarak maksimum antar sengkang tertutup tidak
boleh melebihi:
- d/4
- delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil
- 24 kali diameter sengkang, dan
- 300 mm
2.9.3 Penulangan Pelat
Untuk penulangan pelat tangga dan pelat lantai dihitung dalam dua
arah, yaitu momen arah sumbu x (M11) dan momen arah sumbu y (M22).
Penulangan yang digunakan untuk pelat adalah tulangan ganda.
Penulangan dilakukan dengan cara analisis seperti analisis balok
bertulangan ganda dengan menghitung jumlah tulangan per meter lebar.
A. Pelat Satu Arah
Karena beban yang bekerja pada pelat semuanya dihimpitkan
menurut arah sisi pendek, maka pelat satu arah yang menerus diatas
beberapa perletakan dapat diperlakukan sebagaimana layaknya sebuah
balok persegi dengan tingginya setebal pelat dan bebannya adalah satu
satuan panjang yang umumnya 1 meter. Apabila diberikan beban
merata maka pelat akan melendut membentuk kelengkungan satu
arah.
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 29
Langkah-langkah perencanaan pelat satu arah yaitu:
a. Diketahui pelat beton bertulang satu arah, bentang pelat.
b. Asumsikan tebal pelat.
c. Tentukan tebal efektif pelat d
d= h – sb - (2.56)
d. Hitung pembebanan
- Berat sendiri pelat
- Beban hidup
- Kombinasi pembebanan
- Momen ultimit
e. Rencanakan penulangan
MuMn (2.57)
Mn = Asxfy(d-a/2) dimana asumsi (d-a/2) = 0,9d
Maka tulangan yang diperlukan dxfMnAs
y 9,0
(2.58)
Sehingga xbxfcfyAsa'85.0
.
(2.59)
Dengan memasukkan nilai a maka didapat luas tulangan dari
persamaan berikut:
2adAsxfyMn
(2.60)
f. Cek daktilitas
ρmin < ρaktual < ρmaksimum
bxhAsaktual
aktual (2.61)
bmaks x 75,0
(2.62)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 30
fy4,1
min
g. Rencanakan penulangan susut dan temperatur yang diperlukan:
bxhAssusut
susut
(2.63)
Sehingga tulangan susut dan temperatur yang diperlukan:
xbxhAssusut (2.64)
B. Pelat Dua Arah
Pada pelat yang perbandingan bentang panjang (ly) terhadap
bentang pendeknya (lx), kurang dari dua, maka pelat tersebut dapat
dikatakan berperilaku sebagai pelat dua arah dimana lentur utamanya
terjadi pada kedua arah sumbu pelat. Pelat seperti itu dapat dirancang
sebagai pelat dua arah. Beban pelat dipikul oleh empat balok
pendukung sekeliling panel pelat, dengan demikian panel menjadi
suatu pelat yang melentur pada dua arah, dengan sendirinya
penulangan untuk pelat tersebut harus dua arah.
Pelat dua arah : 2x
y
ll
(2.65)
Langkah-langkah perencanaan pelat dua arah:
a. Diketahui pelat beton bertulang dua arah, bentang pelat.
b. Momen inersia pelat
bb
bbm IE
IE
(2.66)
c. Menentukan momen nominal
MuMn
Mn = Asxfy(d-a/2) dimana asumsi (d-a/2) = 0,9d
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 31
Maka dxfMnAs
y 9,0
Sehingga xbxfcfyAsaaktual '85.0
.
Jadi
2adAsxfyMn
d. Cek daktilitas
fy4,1
min
bxhAsaktual
aktual
2.10 Perencanaan Kolom
Komponen struktur yang menerima beban lentur dan aksial pada umumnya
adalah kolom dan dinding. Adapun langkah–langakah perencanaan kolom:
1. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada komponen struktur kolom
tidak kurang dari Agfc’/10.
2. Cek konfigurasi penulangan
bxhAs
g (2.67)
Rasio penulangan ρg dibatasi tidak boleh 0,01< ρg < 0,06
3. Desain tulangan geser
- Ve tidak perlu lebih besar dari gaya kolom yang timbul pada saat kolom
mengimbangi kuat lentur rencana yang terjadi di ujung-ujung balok yang
merangka di hubungan balok-kolom yang sama.
bxhAsVsway
(2.68)
- Ve tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis.
dbfc
Vc w6
'
(2.69)
D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
KENNY KAPUASIANA, NISA NUR ALBANIAH, ANALISIS STRUKTUR ATAS ….. 32
- Cek apakah dibutuhkan tulangan geser
VcVu21
(2.70)
- Cek tulangan geser minimum
dbVcVu .31
(2.71)
4. a. Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5(1) mengharuskan kolom diikat
dengan tulangan sengkang pada rentang l0 dari muka kolom. Panjang l0
tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini:
- 1/6 tinggi bersih kolom
- Dimensi terbesar penampang kolom
- 500 mm
b. Sengkang di daerah l0 dipasang dengan spasi maksimum s0 yang tidak
boleh lebih dari:
- 8db tulangan longitudinal
- 24db sengkang ikat
- setengah dimensi terkecil penampang struktur
- 300 mm
c. Sengkang ikat pertama dipasang dengan spasi tidak lebih dari 0,5s0.
d. Kebutuhan minimum tulangan geser pada kolom diatur melalui:
y
w
fsbAv
31
min (2.72)
5. Untuk bentang di luar l0,
SNI pers (47) memberikan harga Vc
dbf
ANV w
c
g
uc 6
'14
1
(2.73)
Dengan Nu = gaya tekan aksial terkecil dari kombinasi pembebanan
Gaya aksial terkecil adalah gaya aksial tekan hasil kombinasi pembebanan Sni,
yaitu:
Nu = 0,9 Dl + 1,0E (2.74)